• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Rencana Bisnis Shot On Film

4.1.1.Ringkasan Eksekutif

a. Nama :Shot On Film

Alamat :Kalidam, Karangmekar, Kec. Cimahi Tengah, Kota

Cimahi, Jawa Barat 40523

No tlp :087733180354

b. Laporan singkat perusahan

Shot on film adalah jenis usaha kecil dan menengah atau UKM yang bergerak di bidang fotografi, usaha ini di mulai dari hobi penulis akan berjualan, shot on film berdiri pada 06 Maret 2019 awal berdirinya usaha ini dengan berjualan dimedia sosial. Selanjutnya usaha ini mulai berkembang hingga memiliki toko/gerai sendiri pada 27 Juni 2019.

c. Laporan singkat gambaran pasar untuk produk

Shot on film memiliki konsep berjualan untuk tahap utama memasarkan produk di jalan Kalidam, Kec. Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat, selain itu shot on film melalukan promosi penjualan melalui media online. Konsep inilah yang dinamakan sebagai konsep pemasaran secara modern.

4.1.2.Perencanaan Usaha

a. Latar belakang usaha:

Shot on Film berdiri pada 06 Maret 2019. Dengan tujuaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan membeli kamera dan roll film selain itu tujuan didirikannya usaha ini untuk menambah penghasilan pemilik. Situasi yang ada saat ini shot on film dapat di terima baik oleh konsumen yang pada umumya konsumen berasal dari komunitas kamera

(2)

analog memiliki tujuan agar usahanya dapat dipasarkan dan cepat berkembang.

b. Gambaran usaha secara detail

Keunikan usaha yang dimiliki shot on film yaitu dari segi harga yang di tawarkan sangat terjangkau dan memiliki produk/merk kamera yang beragam selain beragam produk/merk kamera yang kami sediakan tidak di miliki oleh pesaing, dengan keunikan yang kami miliki dapat menciptakan nilai lebih di mata konsumen konsumen selalu menginginkan produk yang berbeda berkualitas dan memiliki harga yang terjangkau. Dan faktor-faktor utama yang mempengruhi keberhasilan antara lain:

Dukungan penuh dari orang tua, dan dua rekan bisnis.

1. Peluang pasar untuk usaha ini sangat bagus dengan memperhatikan segmentasi dan target pasar.

2. Adanya modal usaha untuk mendirikan Shot On Film.

c. Analisa pasar

Analisa pasar merupakan suatu penganalisaan atau penyelenggaraan untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Didalam suatu perusahaan melakukan analisa pasar memang sangat penting, hal ini menunjukan analisa pasar pada shot on film dapat dilihat dari motivasi mereka kembali karena harga yang di tawarkan lebih terjangakau yaitu Rp 115.000 s/d 2.000.000, stok barang yang disediakan untuk para konsumen tersedia lebih banyak, dan kurangnya para pesaing menjadi usaha yang dilakukan lebih bisa dijadikan menjadi usaha jangka panjang.

-Segmen Pasar, Target Pasar, dan Positioning

Strategi segmentasi, targeting dan positioning adalah memposisikan suatu merek dalam benak konsumen sedemikian rupa sehingga merek tersebut memiliki keunggulan kompetitif berkesinambungan. (Fandy Tjiptono dkk, 2008:211).

(3)

Segmen Pasar:

Shot On Film mengelompokan pasar berdasarkan segmentasi demografi, yakni:

a. Usia: Shot On Film dapat membidik kaum dewasa dan remaja semua jenis kelamin .

b. Ekonomi: Shot On Film membidik segmen kalangan menengah, dan kalangan menengah keatas karena dapat menfokuskan targer pasar agar mencapai pasar yang diharapkan.

Target Pasar:

Target pasar adalah pemilihan pasar sasaran dari kumpulan pembeli dengan kebutuhan atau karakteristik serupa yang akan dilayani perusahaan (Suliyanto, 2010:94).

Shot On Film memilih target komunitas kamera analog, dan kolektor kamera analog. Selain itu target pasar Shot On Film secara eksternal yaitu masyarakat penggemar fotogtafi analog yang berada pada kelas ekonomi menengah.

Positioning:

Positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi kompetitif yang berarti dan berada dalam bentuk pelanggan sasarannya (Kotler, 1997, dalam Suliyanto Hal 95).

a. Positioning menurut atribut Shot On Film dapat memposisikan produk yang berkualitas dalam memiliki garansi toko yang dapat digunakan selama 6 bulan.

b. Positioning menurut nilai dalam harga yang digunkan Shot On Film lebih terjangkau.

d. Analisis pesaing

Shot On Film meninjau pesaing usaha yaitu diantaranya adalah Heyfilm, Dialog analog, Hipercat store, dan Saparua analog market. Walaupun pesaing tersebut tidak menjual produknya di daerah

(4)

pemasaran Shot On Film, tetapi Shot On Film meninjau persaingan tersebut dari segi target pasar yang hampir sama serta meninjau daya beli kamera pesaing.

Tabel 4.1

Perbandingan Shot On Film dengan Pesaing Lainnya

Sumber: Shot On Film

No Perbedaan Shot On Film Usaha Pesaing

1 Harga Harga yang di

tawarkan oleh shot on film memiliki harga yang relatif murah.

Harga yang di tawarkan usaha pesaing memiliki harga yang relatif mahal.

2 Produk Produk yang di jual oleh shot on film memiliki kualitas lebih baik dan memiliki garansi toko.

Produk yang di jual oleh pesaing

memiliki kualitas baik.

3 Pemasaran Shot on film mempromosikan melalui media sosial dengan word of mouth /mulut ke mulut dan juga menggukanakan paid promote. Pesaing mempromosikan dengan melalui media sosial.

(5)

4.1.3.Analisa SWOT

Perkembagan bisnis memerlukan alat (tools) analisis strategi yang tepat, terdapat berbagai alat analisis, dan dalam penelti ini akan menggunakan alat analisis strategi analisis SWOT. Analisis SWOT menjadi alat analisis yang banyak digunakan oleh organisasi atau perusahaan karena analisis SWOT membantu mengarahkan perusahaan untuk menyusun langkah – langkah strategis yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan, baik itu lingkungan internal (strenghs dan weakness) maupun lingkungan eksternal (opportunities dan threats).

Analisis SWOT Shot On Film adalah sebagai berikut:

1. Strenght (Kekuatan)

-Harga yang dibawah pesaing.

-Produk yang kualitasnya lebih baik dari konsumen dan memiliki garansi toko..

-Mempromosikan melalui media sosial dengan word of mouth/ mulut ke mulut dan juga menggukanakan paid promote.

-Memiliki desain toko yang nyaman.

2. Weakness (Kelemahan)

-Kurangnya sumber daya manusia atau karyawan. - Lokasi toko tidak strategis

-Keterbatasan stock barang.

3. Opportunities (Peluang)

-Permintaan pasar yang selalu meningkat.

-Sedikitnya pesaing yang ada di Bandung dan Cimahi. -Daya inovatif yang tinggi dalam usaha ini.

4. Threat (Ancaman)

-Gencarnya promosi yang dilakukan pesaing. -Ancaman pendatang baru.

(6)

4.1.4.Perencanaan Strategi Usaha

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan , mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya (American Marketing Associating dalam Philip Kotler dan Kevin Lane Keller 2009:5).

1. Product (Produk)

Produk adalah segala sesuatu (barang, jasa, orang,tempat, ide, informasi, organisasi) yang dapat ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (Fandy Tjiptono dkk, Hal 465). Ada 2 menu yakni:

Shot on film adalah toko yang menjual produk seperti kamera analog, dan roll film ternasuk toko yang memiliki harga yang paling terjangkau di antara pesaing dan memiliki kualitas yang lebih baik

2. Place (Tempat)

Tempat gerai/ toko ini di Kalidam, Kec. Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat Dengan konsep penempatan penjualan tersebut, Shot on film langsung memasarkan produk nya pada target pasar. Konsep ini disebut dengan istilah stay shop.

3. Price (Harga)

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. (Fandy Tjiptono dkk, Hal 465). Ada beberapa metode pendekatan strategi harga yang dapat digunakan untuk melakukan penetepan harga produk (Jumingan, hal 77) yaitu :

1. Pendekatan standar penaikan harga.

Rumus : Harga Eceran = Biaya + Kenaikan Harga 2. Pendekatan Menandingi Pasar

3. Pendeketan Penetrasi Pasar Terhadap. 4. Pendekatan skimming terhadap harga.

Dari beberapa pendekatan harga yang ada di atas, Shot on film memilih menggunakan pendekatan penetrasi pasar. Karena pendekatan ini sangat sesuai dengan usaha shot on film yang masih tergolong baru.

(7)

Dengan dilakukannya strategi penetrasi pasar, Shot on film memiliki peluang untuk membangun sebuah ketertarikan pelanggan melalui sektor harga. Harga Shot on film untuk sementara waktu akan berada sedikit lebih murah dibandingkan usaha pesaing yang ada di pasar. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 115.000 sampai Rp.2.000.000.

1. Harga Kamera analog

- Canon AT-1 Rp. 2.000.000 - Minolta X-370 Rp. 1.600.000 - Nikon Lite Touch Rp.800.000 - Pentax Zoom 175r Rp.650.000 - Pentax IQ Zomm 80s Rp.650.000 2. Roll Film

- Kodak ektar 100 Rp.135.000 - Agfa vista plus 200 Rp.135.000 - Ilford hp5 plus Rp.125.000 - Fuji Industrial 100 Rp.115.000

4. Promotion (Promosi)

Strategi promosi dapat dilakukan melalui empat bentuk promosi yang paling dikenal, yaitu periklanan, personal selling, publisitas dan promosi penjualan. Strategi promosi tersebut dapat dilakukan secara sendiri, tetapi pada umumnya dilakukan secara bersama-sama. Menurut Kotler (1997) dalam Suliyanto, hal 90.

Promosi penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk suatu perusahaan, selain personal selling, periklanan, publisitas.

Berikut ini strategi promosi yang dilakukan Shot On Film yaitu: 1. Iklan melalui media sosial intagram shot on film dengan malakukan

paid promote.

(8)

5. Process (Proses)

Semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa itu sendiri. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:62)

Pada proses shot on film, telah dibagi tugaskan untuk bagian yang melayani konsumen dengan ditempat menjadi menjaga toko. Untuk proses pemesanan pada konsumen yang memilih produk/barang ditempatkan dietalase, penjaga toko yang bertugas dituntut selalu dapat melayani proses pemesanan dengan baik.

Prosedur pemesanan yang dilakukan yaitu: 1. Memberi salam

2. Menanyakan konsumen apa yang dibutuhkan

3. Memberi tahu konsumen tentang pengetahuan fotografi.

Kemudia untuk proses penyajiannya, produk / barang kamera disajikan dengan keadaan kamera yang berkualias, dan untuk pembayaran dapat dilakukan langsung kepada kasir ataupun penjaga toko.

6. People (Orang)

Semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Semua sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian karyawan dan penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:62)

Karyawam Shot On Film dituntut untuk selalu ramah, sopan, rapih dan mampu bekerja sesuai dengan tugas yang telah dibagi sehingga dapat memberikan kenyamanan kepada konsumen. Karyawan yang ramah dan sopan, dan rapih sangat diperlukan dalam melayani konsumen, karena karyawa dapat secara langsung mempengaruhikeputusan konsumen untuk

(9)

kembali. Hal lain yang dilakukan karyawan Shot On Film adalah harus mengetahui informasi mengenai ketersediaan produk/barang, harga produk / barang, dan juga hal lainnya yang berhubungan dengan produk / barang. Selain itu ketelitian dalam melayani konsumen juga sangat dituntut kepada karyawan Shot On Film dan mereka juga harus selalu siap siaga dalam melayani dan menanggapi segala keluhan konsumen yang ada. Ini dilakukan dengan tujuan agar terjalin keakraban antara penjual dan pembeli dan agar pelanggan bisa memberikan presepsi yang baik kepada pelanggan lain.

7. Physical Evidence (Sarana fisik)

Merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:62)

Fisik dari Shot On Film terdiri dari atas sebuah tempat dengan luas 8mx4m, yang terdiri atas bagian halaman dan bagian toko. Pada interior di Shot On Film ini dicat berwarna abu dan putih dengan kursi, meja, dan etalase yang dibuat dengan kayu pinus. Area tempat parker pada Shot On Film juga kurang memadai, karena hanya memanfaatkan sisi jalan.

4.1.5.Spesifikasi Oraganisasi dan Manajemen

(10)

Gambar 4.1 Gambar Stuktur Organisasi 2. Perijinan

Untuk perizinan, Shot On Film sudah mengurus perizinan kepada ketua RT setempat beserta warga yang tinggal di sekitaran lokasi.

4.1.6.Perancanaan Keuangan

Shot On Film membutuhkan modal sebesar Rp 25.000.000 untuk memenuhi kebutuhan investasi dan modal kerja. Modal yang dimiliki oleh dari pinjaman orang tua.

1. Kebutuhan Modal Investasi

Modal merupakan segala bentuk kekayaan yang digunakan untuk memproduksi kekayaan yang lebih banyak lagi untuj perusahaan (W.Zimmerer dkk 2008, hal 217).

Tabel 4.2

Kebutuhan Investasi Shot On Film

No. Uraian Qty Harga/Unit

1. Etalase Kayu 2 1.250.000 2. Set Meja dan

Kursi Kayu

1 1.000.000

TOTAL. 3.500.000

Sumber: Shot On Film Owner Yohanes Yoga Keuangan Frity Indriani Desembil Pemasaran Illham Prattama

(11)

2. Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja adalah mempresentasikan dasar-dasar temporer perusahaan modal tersebut digunakan untuk mendukung operasi normal perusahaan jangka pendek (W.Zimmerer dkk 2009, Hal 217).

Tabel 4.3

Total Kebutuhan Produk Bulan Pertama

No. Keterangan Biaya Bulan Pertama

1. Pembelian Produk / Barang Rp 18.000.000 Sumber: Shot On Film

3. Analisa Keuntungan

Dalam menganalisa keuntungan, alat analisis yang biasa digunakan adalah Break Even Point (BEP). BEP adalah titik dimana total biaya sama dengan total penghasilan. (Dwi Prastowo dan Rifka, 2005).

BEP 4 bulan pada produk:

Shot On Film 87 unit dan Rp 60.030.000 4. Laporan Keuangan

Menurut Standart Akuntasi Keuangan (2009:4) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (www.library.upnvj.ac.id).

(12)

Tabel 4.4 Laporan Arus Kas

SHOT ON FILM TAHUN 2019

Juli. 2019

A. PENERIMAAN

Penerimaan Penjualan 54.000.000

Sub Total Penerimaan 54.000.000

B. PENGELUARAN

Pembelian Produk/Barang 36.000.000

Listrik, Internet. 3.000.000

Ongkos Distribusi (Pengiriman

Produk/Barang) 1.000.000

Sub Total Pengeluaran 40.000.000

C. SELISIH KAS 14.000.000

D. SALDO KAS AWAL 25.000.000

(13)

Tabel 4.5 Laporan Laba Rugi

SHOT ON FILM TAHUN 2019

A. HASIL PENJUALAN

Penjualan 54.000.000

Sub Total Hasil Penjualan 54.000.000

B. BIAYA PRODUKSI / VARIABEL

Produk / Barang 36.000.000

Ongkos Distribusi (Pengiriman Produk/Barang) 1.000.000

Sub Total Biaya Produksi 37.000.000

C. BIAYA TETAP

Gaji 6.000.000

Sub Total Biaya Tetap 6.000.000

D. BIAYA ADMINISTRASI

Biaya Pemasaran 1.000.000

Alat Tulis Kantor 200.000

Listrik, Internet 3.000.000

Sub Total Biaya Administrasi 4.200.000

E. TOTAL BIAYA (B + C + D) (47.200.000)

F. Laba Sebelum Pajak (A - E) 6.800.000

G. Pajak 0

(14)

Tabel 4.5 Laporan Neraca SHOT ON FILM TAHUN 2019 AKTIVA A. AKTIVA LANCAR Kas 39.000.000

Jumlah Aktiva Lancar 39.000.000

B. AKTIVA TETAP

Perlengkapan 3.500.000 Peralatan Toko 200.000 Jumlah Aktiva Lancar 3.700.000 JUMLAH AKTIVA (A + B) 42.700.000

PASIVA

C. Kewajiban

Utang Usaha 17.700.000 Jumlah Hutang Jangka Pendek 17.700.000

D. MODAL

Modal 25.000.000

Jumlah Modal 25.000.000 JUMLAH PASIVA (C + D) 42.700.000

4.1.7.Spesifikasi Tata Letak Toko

Pengertian manajemen operasional menutur Eddy Herjanto(2014) adalah suatu proses berkesinambungan yang efektif dalam menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya dengan efisien untuk mencapai tujan.

(15)

Menurut Manahan P. Tampubolon, (2004: 149) dikatakan bahwa “Tata letak adalah susunan letak fasilitas operasional perusahaan, baik yang ada dalam bangunan maupun di luar”. Sedangkan menurut Menurut Lee Krajewski, Larry Ritzman, dan Manj Malhotra (2007: 302) “Tata Letak adalah suatu perencanaan yang melibatkan keputusan mengenai penyusunan dan penataan tata letak dari suatu pusat aktivitas ekonomi yang dibutuhkan oleh setiap fasilitas yang memiliki berbagai macam proses”.

Gambar 4.2 Tata Letak Gerai/Toko Shot On Film

Tata letak pembagian ruangan setiap bagian sudah memadai karena pada setiap bagiannya tidak terlalu sempit dan juga jarak antara bagian tidak terlalu jauh. Etalase Etala se S et Meja da n Kur si

(16)

4.1.8. Inovasi Shot On Film

Menurut Suryani (2008:304), Inovasi dalam konsep yang luas sebenarnya tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi dapat berupa ide, cara-cara ataupun obyek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi juga sering dugunakan untuk merujuk pada perubahan yang dirasakan sebagai hal yang baru oleh masyarakat yang mengalami. Namun demikian, dalam konteks pemasaran dan konteks perilaku konsumen inovasi dikaitkan dengan produk atau jasa yang sifatnya baru. Baru untuk merujuk pada produk yang memang benar-benar belum pernah ada sebelumnya di pasar dan baru dalam arti ada hal yang berbeda yang merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari produk sebelumnya yang pernah ditemui konsumen di pasar.

Inovasi pada Shot On Film akan membuka coffe shop agar konsumen dapat menikmati menu yang terdapat pada coffe shop disela – sela menunggu. Selain itu dengan adanya coffe shop akan menjadi keungutangan lebih bagi usaha Shot On Film.

4.2. Hambatan Dalam Perencanaan Bisnis Shot On Film

Dalam membuat perencanaan bisnis Shot On Film tidak terlepas dari berbagai macam hambatan dan permasalahan-permasalahan yang dapat menyebabkan kelancaran usaha dalam melaksanakn bisnis yang sudah direancanakan. Maka hambatan yang dapat mengganggu kelancaran perusahaan dalam perencanaan bisnis Shot On Film adalah sebagai berikut:

1. Aspek SDM: Kurangnya tenaga kerja yang memadai untuk pegawai penjaga toko yang tetap.

2. Aspek Pemasaran: Banyaknya masyarakat belum mengatahui produk ini. 3. Aspek Oprasional: Lokasi toko tidak strategis.

4. Aspek Keuangan: Modal tidak kembali secara cepat.

4.3 Solusi Shot On Film Mengatasi Hambatan

Sebuah permasalahan memang harus segera diselesaikan agar tidak menjadi permasalahan jangka panjang. Oleh sebab itu Shot On Film melakukan beberapa

(17)

solusi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan serta hambatan yang terjadi dalam perencanaan bisnis Shot Film. Maka dengan ini solusi yang dilakukan oleh Shot On Film yaitu:

1. Shot On FIlm merekrut tenaga kerja yang berpengalaman, memiliki potensi, dan pengatahuan tenang fotografi untuk menjalankan usaha Shot On Film dengan menempatkan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan posisi yang dibutuhkan.

2. Ditingkatkannya memasarkan Shot On Film melalui iklan media sosial / adsense seperti facebook, website, dan instagram

3. Mengatahui peramalan permintaan yang akan dibutuhkan oleh konsumen untuk beberapa bulan ke depan sehingga tidak terjadi pengurangan konsumen apabila stock berkurang, dan tidak terjadi pembengkakan biaya apabilan stock berlebih.

4. Membuat strategi lokasi penempatan usaha untuk Shot On Film dengan menyesuaikan target dan segmentasi pasar yang dituju.

Gambar

Gambar 4.1 Gambar Stuktur Organisasi  2.  Perijinan
Tabel 4.4    Laporan Arus Kas
Tabel 4.5   Laporan Neraca  SHOT ON FILM  TAHUN 2019  AKTIVA  A.  AKTIVA LANCAR  Kas  39.000.000
Gambar 4.2 Tata Letak Gerai/Toko Shot On Film

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Widodo 15 yang mengangkat judul Hukum Pidana di Bidang Teknologi Informasi, Cybercrime Law: Telaah Teoritik dan Bedah Kasus,

Kestasioneran data merupakan merupakan kondisi yang diperlukan dalam analisis deret waktu karena dapat memperkecil kekeliruan model, sehingga jika data tidak stasioner maka

Berdasarkan rekapitulasi faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan yang terdapat pada tabel 25 tergambarkan bahwasanya aspek ekonomi lebih besar dibandingkan

Sedangkan tahun 2014 merupakan temporal akhir karena pada tahun ini banyaknya peminat perempuan yang ikut dalam Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yaitu sebanyak

12 Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada Juru Pelindung Pengembangan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Gapura Masjid Wali

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penggunaan minyak ikan tersulfit pada proses fat liquoring terhadap mutu fisik fur kelinci serta mengetahui

a) Sistem yang dihasilkan dapat memprediksi masa studi mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. b)

Berdasarkan analisis nilai harga intrinsik perusahaan yang sahamnya masuk ke dalam indeks LQ45 pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dengan menggunakan