• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN 11 PROSES PERSETUJUAN ATAS DASAR INFORMASI DI AWAL TANPA PAKSAAN (PADIATAPA/FPIC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN 11 PROSES PERSETUJUAN ATAS DASAR INFORMASI DI AWAL TANPA PAKSAAN (PADIATAPA/FPIC)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 11

PROSES PERSETUJUAN ATAS DASAR

INFORMASI DI AWAL TANPA PAKSAAN

(PADIATAPA/FPIC)

Versi 1

(2)

Sangkalan Penerjemahan

Akurasi penerjemahan dokumen program sertifikasi pertanian berkelanjutan Rainforest Alliance ke dalam bahasa selain Inggris tidak dijamin maupun ditanggung. Jika ada pertanyaan terkait akurasi informasi dalam naskah terjemahan ini harap periksa versi resmi berbahasa Inggris. Perbedaan dalam naskah terjemahan ini tidak mengikat dan tidak berdampak pada tujuan pengauditan atau sertifikasi.

Informasi selengkapnya?

Untuk informasi the Rainforest Alliance selengkapnya, buka www.rainforest-alliance.org atau hubungi info@ra.org

Tanggal Penerbitan: Tanggal berlaku: Tanggal berakhir:

30 Juni 2020 1 Juli 2021 Hingga pemberitahuan lebih lanjut

Disusun oleh: Disetujui oleh:

Departemen Standar dan Penjaminan

Rainforest Alliance Ketua Pejabat Rantai Pasokan

Ditautkan ke (kode dan nama dokumen, jika ada):

SA-S-SD-1-V1 Standar Pertanian Berkelanjutan 2020 Rainforest Alliance, Pedoman Kebun

Menggantikan:

Tidak berlaku

Angka dan teks klausul atau kriteria (jika ada):

5.8.1, 5.8.2

Berlaku untuk:

Pemegang sertifikat kebun

Negara/Kawasan:

Semua

Tanaman: Tipe organisasi:

Tanaman pohon (seperti kopi, kakao), teh, buah-buahan (seperti pisang, kelapa, dan nanas), kacang-kacangan (kacang hazel), dan bunga potong. Sayuran dan palem: akan dikonfirmasi

Kebun besertifikat besar dan individual

(3)

DAFTAR ISI

TUJUAN ... 4

LINGKUP ... 4

KHALAYAK ... 4

1. KHALAYAK DEFINISI PADIATAPA (FPIC) ... 4

1.1BEBAS ... 6

1.2DI AWAL ... 6

1.3 ATAS DASAR INFORMASI ... 6

1.4 PERSETUJUAN ... 7

2. HAK PENGGUNAAN LAHAN YANG SAH ... 7

3. PENERAPAN ... 8

3.1PROYEK ATAU KEGIATAN YANG MEMBUTUHKAN LINGKUP PADIATAPA/FPIC ... 8

3.2 OPERASI YANG TIDAK MENGUSULKAN PROYEK, KEGIATAN, MAUPUN PERLUASAN RUANG LINGKUP SERTIFIKAT BARU ... 8

3.3 OPERASI YANG MENGUSULKAN PROYEK ATAU KEGIATAN BARU ... 8

4. MENGADAKAN PROSES PADIATAPA/FPIC ... 9

4.1 LANGKAH 1 – LINGKUP ... 9

4.2 LANGKAH 2 – PERENCANAAN, RISET, DAN PENGKAJIAN ... 10

4.3 LANGKAH 3 – KONSULTASI ... 10

4.4 LANGKAH 4 – PERUNDINGAN... 10

4.5LANGKAH 5–PERJANJIAN ... 11

4.6 LANGKAH 6 – PELAKSANAAN ... 11

(4)

TUJUAN

Lampiran Rainforest Alliance ini bertujuan menyajikan kepada Pemegang Sertifikat, informasi terperinci tambahan tentang cara mewujudkan dan mempertahankan kepatuhan pada

persyaratan dalam topik “5.8 Masyarakat” dalam Standar Pertanian Berkelanjutan the Rainforest Alliance.

LINGKUP

Kriteria inti 5.8.1 dalam Standar the Rainforest Alliance 2020 mengharuskan manajemen Kebun menghormati hak hukum dan hak adat masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan. Kegiatan yang mengurangi hak penggunaan lahan atau sumber daya atau kepentingan bersama masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan, seperti Nilai Konservasi Tinggi (HCV) 5 atau 6, hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (PADIATAPA/FPIC) yang sesuai dengan

lampiran PADIATAPA (FPIC) the Rainforest Alliance. Proses PADIATAPA (FPIC) mencakup:

▪ Kompensasi hasil perundingan atas hilangnya penggunaan

▪ Dokumentasi prosesnya termasuk, peta yang menandai lokasi, perbatasan, dan rencana penggunaan lahan dan sumber daya lainnya di lahan yang masyarakat memiliki hak hukum, hak adat, atau hak pengguna

KHALAYAK

Lampiran ini ditujukan kepada auditor berwenang Rainforest Alliance dan perwakilan administrator kebun yang akan menerapkan kriteria inti 5.8.1 dalam standar kebun menengah dan besar, yang menjabarkan:

a) Kasus-kasus di mana proses PADIATAPA (FPIC) dibutuhkan

b) Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam proses PADIATAPA (FPIC) jika proses PADIATAPA (FPIC) diperlukan

1.

KHALAYAK DEFINISI PADIATAPA (FPIC)

Semua Warga berhak menentukan nasib sendiri. Itu juga merupakan prinsip dasar dalam hukum internasional, yang diabadikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kesepakatan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan Kesepakatan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Standar ini, yaitu Persetujuan Atas Dasar Informasi Di Awal Tanpa Paksaan (prinsip PADIATAPA/FPIC), serta hak masyarakat adat atas lahan, wilayah, dan sumber daya alam dimasukkan ke dalam hak universal untuk menentukan nasib sendiri. Kerangka kerja normatif prinsip PADIATAPA/FPIC terdiri dari serangkaian instrumen hukum internasional, termasuk antara lain Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Masyarakat Adat (UNDRIP), Konvensi 169 Organisasi Buruh Internasional (ILO 169), dan Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (CBD) serta hukum nasional.

Prinsip PADIATAPA/FPIC merupakan hak yang berkaitan dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan dan diakui dalam UNDRIP. Dengan prinsip ini, masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan berhak memberi atau menolak persetujuan atas suatu proyek yang dapat merugikan mereka atau wilayah mereka. Kendati mereka telah

memberikan persetujuan, mereka dapat membatalkannya lagi di tahap mana pun. Selain itu, dengan prinsip PADIATAPA/FPIC mereka dapat merundingkan persyaratan yang menjadi dasar proyek itu dirancang, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi. Prinsip

PADIATAPA/FPIC tidak hanya proses mendapatkan persetujuan atas suatu proyek tertentu, namun juga merupakan proses itu sendiri, dan pendorong bagi masyarakat adat untuk

(5)

dapat mengadakan diskusi dan pengambilan keputusan secara independen dan bersama-sama. Mereka melakukannya dalam lingkungan dimana mereka tidak merasa terintimidasi dan memiliki waktu yang cukup untuk berdiskusi menggunakan bahasa mereka sendiri, dan dalam cara yang sesuai budaya mereka, tentang hal-hal yang berdampak pada hak, lahan, sumber daya alam, wilayah, penghidupan, pengetahuan, ikatan sosial, tradisi, sistem tata kelola, dan budaya atau warisan mereka (nyata dan tidak nyata). Yang terakhir, penting digarisbawahi bahwa proses PADIATAPA/FPIC tidak menjamin selalu menghasilkan persetujuan. Hasil proses PADIATAPA/FPIC dapat berupa sebagai berikut: persetujuan dari komunitas Masyarakat Adat tentang usulan kegiatan; persetujuan setelah perundingan dan perubahan persyaratan yang menjadi dasar proyek direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi; atau penolakan persetujuan. Penting juga diingat bahwa persetujuan, kendati sudah diberikan, dapat pula dibatalkan kembali di tahap mana pun.

Standar the Rainforest Alliance 2020, kriteria inti 5.8.1 menyediakan ketetapan yang lebih spesifik bagi pemegang sertifikat untuk mengadakan proses PADIATAPA/FPIC dengan Masyarakat Adat dan masyarakat lokal/tempatan ketika lahan atau hak penggunaan sumber daya masyarakat tersebut akan berkurang karena usulan kegiatan dari kebun atau administrator kelompok; dan PADIATAPA/FPIC ditetapkan sebagai berikut:

Hak masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan lainnya untuk membuat pilihan yang bebas dan logis tentang penggunaan atau pengembangan lahan dan sumber daya mereka. PADIATAPA/FPIC diterapkan melalui proses partisipasi yang melibatkan semua kelompok yang terdampak yang dilaksanakan sebelum finalisasi atau

pelaksanaan rencana pengembangan apa pun. Proses PADIATAPA/FPIC memastikan masyarakat tidak dipaksa atau diintimidasi; bahwa keputusan dicapai melalui institusi atau perwakilan pilihan sendiri masyarakat tersebut bahwa persetujuan masyarakat diupayakan dan diberikan secara bebas sebelum pengesahan atau dimulainya

kegiatan; bahwa masyarakat telah diberi informasi yang lengkap tentang ruang lingkup usulan pengembangan dan potensi dampaknya pada lahan, mata pencaharian, dan lingkungan mereka; dan bahwa pilihan akhir mereka memberikan atau menolak persetujuan harus dihargai.

Semua unsur di dalam PADIATAPA/FPIC saling terkait, dan tidak boleh dipahami secara terpisah. Tiga unsur pertama (bebas, di awal, dan atas dasar informasi) mengesahkan dan menetapkan persyaratan persetujuan sebagai proses pengambilan keputusan. Singkatnya, persetujuan harus diupayakan sebelum melakukan proyek, rencana, atau tindakan apa pun (di awal), harus diputuskan secara independen (bebas), dan berdasarkan informasi yang akurat, tepat waktu, dan memadai yang disajikan dalam cara yang sesuai budaya mereka (atas dasar informasi) agar dapat dianggap sebagai hasil yang valid dari sebuah proses pengambilan keputusan bersama. Definisi di bawah ini dibuat berdasarkan unsur-unsur pemahaman umum atas persetujuan bebas, di awal, dan atas dasar informasi yang didukung oleh Forum Permanen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Isu-isu Masyarakat Adat (UNPFII) dalam Sesi Keempat pada 2005, dan dari Panduan Program UNREDD tentang Persetujuan Bebas, Di awal, dan Atas Dasar Informasi.

(6)

1.1 Bebas

Bebas mengacu pada persetujuan yang diberikan secara sukarela dan tanpa paksaan, intimidasi, atau manipulasi. Bebas juga mengacu pada proses yang diarahkan sendiri oleh masyarakat yang persetujuannya ingin diperoleh, yang tidak dibebani oleh paksaan, ekspektasi, atau batas waktu yang diberlakukan pihak luar. Lebih spesifik lagi:

• Pemegang hak menentukan prosesnya, rentang waktunya, dan struktur pengambilan keputusan

• Informasi diserahkan secara transparan dan obyektif sesuai permintaan pemegang hak

• Prosesnya bebas dari paksaan, bias, persyaratan, suap, atau imbalan • Pertemuan dan keputusan berlangsung di lokasi dan waktu serta dalam

bahasa dan format yang ditentukan oleh pemegang hak

• Semua anggota masyarakat bebas berpartisipasi, apa pun gender, usia, atau statusnya di masyarakat

1.2 Di awal

Di awal artinya adalah persetujuan diupayakan secara memadai di awal sebelum disahkan atau dimulainya kegiatan, di tahap awal pembangunan atau rencana investasi, dan tidak hanya ketika muncul kebutuhan mendapatkan persetujuan dari masyarakat. Harus

diperhatikan bahwa:

• Di awal menyiratkan bahwa waktu disediakan untuk memahami, mengakses, dan menganalisis informasi tentang usulan kegiatan itu. Jumlah waktu yang dibutuhkan bergantung pada proses pengambilan keputusan para pemegang hak

• Informasi harus disediakan sebelum kegiatan dapat dimulai, di awal atau dimulainya kegiatan, proses, atau fase pelaksanaan, termasuk konseptualisasi, perancangan, proposal, informasi, pelaksanaan, dan evaluasi tindak lanjut • Rentang waktu pengambilan keputusan yang dibuat oleh pemegang hak harus

dihormati, karena itu merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi kegiatan yang sedang dipertimbangkan sesuai dengan kebiasaan adat mereka

1.3 Atas dasar informasi

Atas dasar informasi mengacu terutama pada sifat berinteraksi dengan dan tipe informasi yang harus diberikan sebelum mendapatkan persetujuan dan juga sebagai bagian dari proses persetujuan berkelanjutan. Informasi haruslah:

• Dapat diakses, jelas, konsisten, akurat, dan transparan

• Disampaikan dalam bahasa setempat dan dalam format yang sesuai budaya mereka (termasuk radio, media tradisional/lokal, video, grafis, dokumenter, foto, presentasi lisan, atau media baru)

• Obyektif, yang membahas potensi positif maupun negatif dari usulan kegiatan dan konsekuensi memberikan atau menolak persetujuan

• Lengkap, termasuk pengkajian pendahuluan atas dampak ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, termasuk potensi risiko dan manfaatnya

• Lengkap, termasuk sifat, ukuran, perkembangan, durasi, reversibilitas, dan ruang lingkup usulan proyek, tujuannya, dan lokasi kawasan yang akan terdampak • Disajikan oleh personel yang sesuai budaya mereka, di lokasi yang sesuai budaya

mereka, dan mencakup pengembangan kapasitas para pelatih dari masyarakat adat atau lokal/tempatan

(7)

• Dapat diakses oleh masyarakat yang paling terpencil di pedesaan, termasuk kaum muda, wanita, lansia, dan penyandang disabilitas, yang terkadang diabaikan

• Disediakan secara berkelanjutan dan terus-menerus di sepanjang proses PADIATAPA/FPIC, dengan tujuan meningkatkan proses komunikasi lokal dan pengambilan keputusan.

1.4 Persetujuan

Persetujuan mengacu pada keputusan bersama yang dibuat oleh pemegang hak dan dicapai melalui proses pengambilan keputusan adat yang dilakukan Masyarakat Adat atau masyarakat lokal/tempatan yang terdampak. Persetujuan harus diupayakan dan diberikan atau ditolak sesuai dengan dinamika politik-administrasi formal atau informal yang unik di setiap masyarakat. Masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan harus dapat

berpartisipasi melalui perwakilan yang mereka pilih sendiri, sambil tetap menjamin partisipasi kaum muda, wanita, lansia, dan penyandang disabilitas sebanyak mungkin. Secara khusus persetujuan adalah:

• Keputusan yang diberikan secara bebas yang dapat berupa “Ya”, “Tidak”, atau “Ya dengan syarat”, termasuk opsi mempertimbangkan kembali jika usulan kegiatan mengalami perubahan atau jika muncul informasi baru yang dianggap relevan dengan usulan kegiatan tersebut

• Keputusan bersama (cth., melalui konsensus atau mayoritas) yang ditentukan oleh masyarakat yang terdampak sesuai dengan kebiasaan dan tradisi mereka sendiri

• Pernyataan hak (untuk menentukan nasib sendiri, lahan, sumber daya dan wilayah, budaya)

• Diberikan atau ditolak dalam fase-fase, dalam periode waktu tertentu untuk tahap atau fase spesifik dalam kegiatan proyek. Ini bukanlah proses sekali waktu •

2.

HAK PENGGUNAAN LAHAN YANG SAH

Pemegang Sertifikat yang menjadi sasaran persyaratan ini, yang saat ini disertifikasi atau ingin disertifikasi setelah 1 Juni 2021 berdasarkan Standar Pertanian Berkelanjutan 2020 the Rainforest Alliance harus mematuhi kriteria inti 5.8.2 tentang hak penggunaan lahan yang sah tanpa pengecualian. Produsen memiliki hak sah dan sesuai hukum menggunakan lahan. Jika diminta, hak ini ditegaskan dengan bukti kepemilikan, penyewaan, atau dokumen legal lainnya atau dengan dokumentasi hak penggunaan tradisional atau adat. Jika masyarakat ada dan masyarakat lokal/tempatanl, mantan warga setempat, atau pemangku kepentingan lainnya mengajukan keberatan atas hak menggunakan lahan –

termasuk terkait dengan pelepasan di masa lalu, pindah paksa, atau tindakan ilegal – hak yang sah dapat diberikan jika resolusi konflik dan proses remediasi telah didokumentasikan, diterapkan, dan diterima oleh pihak yang terdampak, termasuk otoritas relevan dalam hal tindakan ilegal di masa lalu.

Kriteria inti ini selalu berlaku dan memastikan bahwa pengguna lahan yang besertifikat menghasilkan tanaman di lahan yang mereka miliki sesuai hukum atau dikhususkan untuk penggunaan produksi pertanian. Karena itu, kriteria ini mencegah konflik lahan di sebagian lahan yang menjadi bagian dalam ruang lingkup sertifikat kebun atau administrator

kelompok.

Untuk kebun besar dan kebun yang disertifikasi individual, penting diperhatikan bahwa jika sengketa melibatkan masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan, maka kebun besar dan kebun yang disertifikasi individual mengikuti proses PADIATAPA/FPIC sesuai dengan Lampiran ini untuk meraih resolusi dan remediasi konflik yang dibutuhkan.

(8)

3.

PENERAPAN

3.1 Proyek atau Kegiatan yang membutuhkan lingkup PADIATAPA/FPIC

PADIATAPA/FPIC dibutuhkan jika ada kegiatan berikut yang diusulkan dan berpotensi merugikan hak, lahan, sumber daya, wilayah, penghidupan, atau ketahanan pangan masyarakat adat atau masyarakat lokal/tempatan:

1. Proyek atau kegiatan akan mengubah lahan non-pertanian menjadi tempat budidaya pertanian.

2. Proyek atau kegiatan akan mengubah lahan budidaya petani kecil yang terutama digunakan untuk mencukupi kebutuhan sendiri atau konsumsi setempat menjadi lahan budidaya tanaman untuk perdagangan dan konsumsi masyarakat di luar kawasan lokal itu.

3. Proyek atau kegiatan akan mengubah lahan merumput ternak tradisional menjadi penggunaan lahan pertanian lain yang menghilangkan atau mengurangi kegiatan merumput ternak itu.

4. Proyek atau kegiatan akan menguras air dalam jumlah besar dari lokasi sehingga mengurangi ketersediaan air bagi masyarakat sekitar atau yang berada di hilir. 5. Proyek atau kegiatan akan menghilangkan atau mengurangi akses warga atau

masyarakat lokal/tempatan ke ekosistem alami atau kawasan lain yang digunakan untuk berburu, menangkap ikan, atau mengambil tumbuhan atau bagian tumbuhan untuk dijadikan makanan, serat, bahan bakar, obat, atau produk lainnya.

6. Proyek atau kegiatan berlangsung di atau dekat kawasan yang digunakan oleh masyarakat lokal/tempatan untuk kegiatan budaya atau keagamaan tradisional atau digolongkan ke dalam AVC tipe 5 dan/atau 6 sesuai definisi AVC dalam Standar the Rainforest Alliance saat ini.

3.2 Operasi yang tidak mengusulkan proyek, kegiatan, maupun perluasan

ruang lingkup sertifikat baru

Operasi besertifikat yang memiliki sertifikat Rainforest Alliance yang masih berlaku pada 1 Juni 2020 dan tidak berencana memulai proyek atau kegiatan, yang berlaku untuk lingkup PIC yang ditemukenali di Bagian 3.1, atau perluasan ruang lingkup setelah 1 Juni 2020, dianggap telah mematuhi kriteria inti 5.8.1 dalam Standar the Rainforest Alliance 2020, yang berarti telah mematuhi kriteria inti 4.20 dalam Standar Pertanian Berkelanjutan the Rainforest Alliance 2017.

Jika operasi baru mengupayakan sertifikasi sejak 1 Juni 2017 dan seterusnya, tidak

berencana memulai proyek atau kegiatan yang berlaku untuk Lingkup FPIC seperti yang ditemukenali di Bagian 3.1, maka Kriteria Inti 5.8.1 tentang FPIC tidak berlaku.

3.3 Operasi yang mengusulkan proyek atau kegiatan baru

Untuk semua operasi yang berencana memulai proyek atau kegiatan yang berlaku untuk Lingkup PADIATAPA/FPIC seperti yang ditemukenali di Bagian 3.1, maka harus menerapkan Langkah 1 dari Bagian 4 (mengadakan PADIATAPA/FPIC):

1. Sebagai hasil Langkah 1 ini: jika usulan proyek atau kegiatan tidak mengurangi hak masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan, maka pemohon dianggap mematuhi kriteria inti 5.8.1.

2. Sebagai hasil dari Langkah 1 ini jika usulan proyek atau kegiatan mengurangi hak penggunaan lahan atau sumber daya atau kepentingan bersama masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan (termasuk HCV 5 atau 6), maka pemohon

hanya dianggap mematuhi kriteria inti 5.8.1, jika langkah 2 - 6 di Bagian 4 (melaksanakan FPIC) telah dilakukan.

(9)

4.

MENGADAKAN PROSES PADIATAPA/FPIC

Proses Persetujuan Bebas, Di awal, dan Atas Dasar Informasi (PADIATAPA/FPIC) yang mematuhi kriteria inti 5.8.1 dan skenario yang berlaku sesuai paparan di atas, harus mengikuti enam langkah yang diringkas di bawah ini.

Untuk informasi lebih rinci tentang cara melakukan proses PADIATAPA/FPIC, maka dapat memeriksa dokumen panduan teknis yang disebutkan di bagian Referensi.

GAMBAR 1:LANGKAH-LANGKAH UNTUK PROSES PERSETUJUAN BEBAS,DI AWAL, DAN ATAS DASAR INFORMASI

4.1 Langkah 1

Lingkup

a) Temukenali masyarakat adat dan masyarakat lokal dengan potensi kepentingan pada lahan atau sumber daya yang diusulkan untuk dikembangkan, dialokasikan, dimanfaatkan, atau terdampak akibat usulan kegiatan, proyek, atau perluasan. b) Temukenali hak atau klaim masyarakat tersebut atas lahan atau sumber daya (cth.,

hak atas air, titik akses air, atau hak berburu atau mengambil produk hutan) yang berada di dalam atau bersebelahan dengan lokasi atau kawasan usulan kegiatan, proyek, atau perluasan.

c) Temukenali apakah usulan kegiatan, proyek, atau perluasan itu akan mengurangi hak, klaim, atau kepentingan yang ditemukenali di Langkah 1 - b. Ini kasusnya dalam situasi, termasuk namun tidak terbatas pada, yang berikut ini:

i. Lahan yang saat ini digunakan oleh masyarakat, atau anggota masyarakat, untuk kegiatan pertanian subsisten utama tidak akan tersedia lagi bagi warga tersebut untuk kegiatan tersebut. Misalnya, jika bedengan kebun petani kecil yang ditanami tanaman pokok untuk kebutuhan pangan keluarga atau konsumsi lokal diusulkan diubah menjadi pertanian

perkebunan, atau jika lahan merumput ternak tradisional diusulkan ditutup untuk produksi ternak intensif dan tidak tersedia lagi untuk lahan merumput ternak tradisional tersebut.

ii. Masyarakat, atau anggota masyarakat, tidak dapat lagi mengakses, atau aksesnya berkurang, ke sumber daya alami yang digunakan untuk konsumsi atau subsisten lokal. Misalnya, jika:

- Akses ke sungai atau badan air lainnya untuk air minum, mencuci, atau sumber air ternak masyarakat tersebut akan hilang atau berkurang

- Akses ke tempat berburu atau menangkap ikan tradisional akan hilang atau berkurang

- Akses ke, atau hak mengambil, tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti kayu bakar, tanaman obat, atau buah hilang atau berkurang - Alokasi sumber daya sesuai undang-undang atau adat, seperti izin

mengambil air dari sungai setempat, akan berubah sehingga mengurangi alokasi atau penggunaan sumber daya tersebut oleh masyarakat tersebut

iii. Lokasi, sumber daya, habitat, dan bentang alam yang memiliki arti penting budaya, arkeologis, atau sejarah secara nasional atau global, dan/atau memiliki arti penting ekologi, ekonomi, atau keagamaan/sakral bagi budaya

Peruanglingk upan

Perencanaan , riset & pengkajian

(10)

tradisional masyarakat lokal atau masyarakat adat, yang diketahui lewat dialog masyarakat lokal atau masyarakat adat tersebut.

4.2 Langkah 2

Perencanaan, riset, dan pengkajian

a) Mengadakan pemetaan partisipatif atas penggunaan lahan dan sumber daya alam.

b) Mengkaji potensi dampaknya (positif maupun negatif) yang ditimbulkan proyek. c) Melibatkan pihak independen untuk mendukung proses pemetaan dan pengkajian.

Masyarakat memiliki hak memilih pihak independen yang dapat mendukung mereka dalam proses PADIATAPA/FPIC. Pihak independen tersebut dapat termasuk LSM setempat. Pihak independen juga harus dilibatkan dalam proses PADIATAPA/FPIC agar bertindak sebagai verifikator netral atas kepatuhan pada langkah-langkah dan perjanjian proses PADIATAPA/FPIC.

4.3 Langkah 3

Konsultasi

a) Mendefinisikan ulang dan merevisi proyek, jika perlu, untuk menangani potensi dampak terkait dengan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan. b) Menyediakan kepada perwakilan masyarakat paparan kegiatan, manfaat, dan

dampak proyek, dengan penyajian yang dapat diakses dan sesuai dengan tingkat pendidikan perwakilan masyarakat itu dan konteks budaya.

c) Mengizinkan masyarakat berkonsultasi secara internal berkaitan dengan keputusan menerima/menolak usulan proyek itu.

d) Konsultasikan jika masyarakat masih akan mempertimbangkan proyek (keputusan SETOP / LANJUT).

4.4 Langkah 4

Perundingan

a) Memfasilitasi akses ke penasihat hukum bagi masyarakat, jika perlu. Penasihat hukum dan akses ke pihak independen harus disediakan bagi masyarakat di seluruh proses PADIATAPA/FPIC, terutama sekali di fase perundingan.

b) Jika masyarakat menyetujui proyek, maka rundingkan ketentuan persetujuan itu untuk kelanjutannya, termasuk ketetapan seperti tetap dapat mengakses lahan dan sumber daya yang terdampak itu; kompensasi yang adil dan setara atas hilangnya penggunaan lahan dan sumber daya, ganti rugi sepadan atas kehilangan tersebut; dan/atau porsi yang adil dalam manfaat proyek.

(11)

4.5 Langkah 5

Perjanjian

a) Konsultasikan dengan perwakilan masyarakat apakah mereka mau terikat dalam perjanjian (keputusan SETOP / LANJUT).

b) Tuntaskan perjanjian dan dapatkan persetujuan dari otoritas setempat, jika perlu.

4.6 Langkah 6

Pelaksanaan

a) Laksanakan perjanjian itu, termasuk bentuk kompensasi, bagi manfaat, dan/atau akses yang berlanjut hasil kesepakatan bersama (jika sesuai).

b) Laksanakan rencana pemantauan partisipatif dan penyelesaian konflik, termasuk mekanisme bagi masyarakat dan warganya untuk mengajukan pengaduan dan mendapat kepastian pengaduan diperhatikan dan diselesaikan.

REFERENSI

• Forest Stewardship Council. (2012). Panduan FSC untuk pelaksanaan hak atas persetujuan bebas, di awal, dan atas dasar informasi (PADIATAPA/FPIC) (Versi 1). Dapat diakses di: https://ic.fsc.org/download.fsc-fpic-guidelines-version-1.a-1243.pdf • Food and Agriculture Organization of the United Nations. (2016). Persetujuan Bebas, Di

awal, dan Atas Dasar Informasi Hak masyarakat adat dan praktik yang baik bagi masyarakat lokal/tempatan- Petunjuk bagi Praktisi Proyek. Dapat diakses di: http://www.fao.org/3/I6190E/i6190e.pdf

• Food and Agriculture Organization of the United Nations. (2014). Menghormati persetujuan bebas, di awal, dan atas dasar informasi: panduan praktis bagi pemerintah, perusahaan, LSM, masyarakat adat dan masyarakat lokal/tempatan berkaitan dengan akuisisi lahan. Dapat diakses di: http://www.fao.org/3/a-i3496e.pdf • Accountability Framework initiative. (2019). The Accountability Framework (versi 1.0).

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan siswa tipe Climber mampu memenuhi semua indikator berpikir reflektif yang ditunjukkan dengan mampu mengumpulkan informasi dari soal dan menghubungkannya

Jika terjadi kesalahan dalam pengerjaan pesanan pelanggan dan pesanan tersebut telah sampai kepada pelanggan, maka pelanggan akan menginformasikan terkait nomor

Dari hasil penelitian dapat diketahui menunjukkan karakterristik pedagang lama Pasar Babat yang tidak mau menempati Pasar Baru Babat, sebagian besar pedagang lama Pasar Babat

Metode angket adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk memperoleh informasi dalam arti laporan tentang

Stimuli atau profil produk atau disebut juga produk hipotetik adalah kombinasi dari taraf atribut yang satu dengan taraf atribut lainnya. Dalam penelitian ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pasteurisasi yang berbeda tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap warna, bau dan rasa susu kambing yang dihasilkan akan

Agenda Clustering Requirement untuk clustering Tipe data dalam cluster analysis Interval-scale variable Binary variable Nominal variable Ordinal variable Ratio-scaled

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pengadilan Agama Gunung Sugih dari faktor internal dan faktor eksternal tersebut merupakan penghambat dalam penetapan eksekusi