• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

TAHUN 2016

DIREKTORAT P2 MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

DITJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT JAKARTA

(2)

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, presentase populasi anak dan remaja adalah sebanyak 46 % dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa anak dan remaja menempati porsi yang cukup besar dari keseluruhan penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 237 juta. Sehubungan dengan hal tersebut maka baik buruknya kualitas anak dan remaja Indonesia menentukan pula kualitas penerus bangsa ini. Dalam rangka mempersiapkan dan menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas baik tersebut perlu meningkatkan kesehatan tidak hanya fisik saja tapi juga kesehatan jiwa pada anak dan remaja.

Upaya kesehatan jiwa dilakukan untuk mempertahankan kesehatan individu sepanjang hayat sejak masa konsepsi sampai lansia, dilakukan sesuai tingkat tumbuh kembang dari bayi sampai lansia. Perkembangan individu dimulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5–3 tahun), anak - anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda ( 18 –35 tahun), dewasa tengah (35-65) tahun, dan tahap terakhir yaitu dewasa akhir (>65 tahun). Dalam tahapan perkembangan tersebut terdapat periode penting yaitu periode pra sekolah, masa pra sekolah disebut masa keemasan (Golden period), jendela kesempatan (window of opportunity), dan masa kritis ( critical period)

Pada rentang usia remaja, rentan terjadi beberapa masalah psikososial, identik dengan perilaku berisiko (risk-taking) dalam lingkungan yang berhubungan dengan (1) pencarian identitas diri, (2) mencari solusi masalah pribadi, (3) kemandirian dan harga diri, (4) situasi dan kondisi dalam rumah, (5) lingkungan sosial, (6) hak dan kewajiban yang dibebankan oleh orangtua serta berbagai hal lainnya yang dapat menjadi pemicu masalah kesehatan jiwa dan napza

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI pada tahun 2014, menunjukkan hasil penelitian di 128 kecamatan diperoleh angka kejadian bunuh diri di Indonesia sebesar 1,77 per 100.000 penduduk. Disisi lain, GSHS (2015) menemukan proporsi pada siswa/i SMP dan SMA yang mengalami masalah kesepian 39,9% remaja laki dan 52,9% remaja perempuan, 37,7% remaja laki-laki dan 46,8% remaja perempuan mengalami kecemasan dan 4,5% remaja laki-laki-laki-laki dan 6,5% remaja perempuan ingin bunuh diri.Fakta kekerasan sering kita dengar di media sosial, di lingkungan pendidikan sendiri dari data ICRW (2015) dinyatakan bahwa sekitar 75-84% siswa/i mengalami kekerasan di sekolah, 50% mengalami perundungan. Data dari Unicef tahun 2014, siswa usia 13-15 th melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman sebaya.Riskesdas (2007), prevalensi remaja yang mengalami masalahpsikososial sebanyak 8,7%, prevalensi merokok usia 15 – 19 tahun, minumanberalkohol dan satu di antara 11 remaja Indonesia berusia 15 – 24 tahun mengalami ketidakstabilan emosi yang juga ditemukan satu dari 7 siswa pada studi GSHS pada pelajar SMP usia 13 – 15 tahun di Depok.Penelitian di 3 sekolah menengah atas dan kejuruan (2015) didapatkan ada keterkaitan antara

problem emosional – problem perilaku – tekanan teman sebaya.Faktor risiko utama yang menjadi masalah emosional adalah perempuan yang lebih berisiko.Tidak semua yang terjaring di skrining adalah pelajar yang bermasalah.

Maka kondisi kondisi tersebut perlu segera diatasi dan dilakukan intervensi intervensi yang baik agar Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan Negara yang dilandasi oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang merata di Indonesia.

(3)

Satu atau lebih gangguan jiwa dan perilaku dialami oleh 25 % dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya .WHO ( report 2001) menemukan bahwa 24% pasien yang berobat ke pelayanan primer memiliki diagnosa gangguan jiwa antara lain depersi dan cemas, baik diagnosis tersendiri maupun komorbid dengan diagnosis fisik

Berdasarkan hasil riskesda tahun 2013 , data nasional untuk gangguan mental emosional (gejala depresi dan cemas) yang di deteksi pada penduduk usia lebih dari 15 tahun sebanyak 6% atau 14 juta jiwa. Sedangkan gangguan jiwa berat (psikotik) dialami 1,7/1000 atau lebih dari 400.000 jiwa dan 14,3% atau 57 ribu kasus dari ganguan psikotik tersebut pernah di pasung.

Tidak sedikit masalah kesehatan jiwa tersebut dialami oleh usia produktif, bahkan sejak usia remaja. Berdasarkan data riskesdas 2103 di temukan bahwa semakin lanjut usia semakin tinggi gangguan mental emosional yang di deteksi, selain itu pada masa kehamilan dan pasca kehamilan sering terjadi masalah kejiwaaan seperti depresi. Beban yang di timbulkan akibat masalah kesehatan jiwa cukup besar. Selaian masalah kesehatan jiwa, gangguan penggunaan napza merupakan penyakit dari organ otak dan bersifat kronis kambuhan. Sebagaimana sifatnya, kekambuhan bukanlah semata-mata kurangnya niat untuk sembuh, melainkan karena interaksi berbagai faktor dalam diri seseorang yang meliputi aspek biologis, psikologis dan sosialnya. Secara biologis, terjadi perubahan fungsi dan struktur otak dari seseorang dengan ketergantungan Napza yang dapat mempersulit proses perubahan perilaku itu sendiri. Tidak jarang diperlukan beberapa kali terapi rehabilitasi bagi penderita untuk dapat pulih atau mempertahankan kepulihannya.

Prevalensi penyalahgunaan Narkoba diperkirakan sebanyak 3,8 juta - 4,1 juta orang atau sekitar 2,1% - 2,25% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkoba di tahun -2014 (Laporan survey BNN bersama Puslitkes Ul tahun 2014)

Undang-undang nomor 35 tahun 20019 tentang narkotika, khususnya pasal 55 menyebutkan tentang kewajiban lapor diri bagi pecandu pada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit dan / atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang di tunjuk pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan / atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Secara lebih rinci pelaksanaan wajib lapor diri pecandu narkotika dituangkan pada peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor.

Sesuai dengan pasal 2 dari PP Nomor 25 tahun 2011, pengaturan wajib lapor pecandu narkotika bertujuan untuk :

1. Memenuhi hak pecandu narkotika dalam mendapatkan pengobatan dan / atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi social

2. Mengikutisertakan orang tua, wali, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan tanggung jawab terhadap pecandu narkotika yang ada di bawah pengawasan dan bimbingannya.

3. Memberikan bahan informasi bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan di bidang pencegahan dan pemberatasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

(4)

Kementerian kesehatan RI, khususnya subdit P2 Masalah Penyalahgunaan Napza telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 50 tahun 2015 tentang Petunjuk teknis pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika dan rehabilitasi medis yang merupakan acuan bagi Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) dalam menyelenggarakan proses wajib lapor dan rehabilitasi medis bagi pecandu penyalahguna Napza termasuk mereka yang dalam proses hukum. Selain hal diatas, juknis ini juga mengatur persyaratan pengusulan penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), besaran pembiayaan rehabilitasi medis yang disediakan oleh Kemenkes, mekanismepembiayaan rehabilitasi melalui klaim, utilisasi dana klaim, serta sistem pelaporan wajib lapor dan rehabilitasi medis.

B. STRUKTUR ORGANISASI

Semula Direktorat Bina Kesehatan Jiwa berada pada unit eselon 1 Ditjen BUK , setelah terbitnya Permenkes No 64 tahun 2015 tentang struktur organisasi tata laksana kerja, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa berpindah pada Unit Eselon 1 Ditjen P2P menjadi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza.

SOTK DIREKTORAT P2M KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

DIREKTORAT

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN JIWA DAN

NAPZA

SUBBAGIAN TATA USAHA

SUBDIREKTORAT MASALAH KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA

SUBDIREKTORAT MASALAH KESEHATAN JIWA DEWASA DAN LANJUT USIA

SUBDIREKTORAT MASALAH PENYALAH-GUNAAN NAPZA SEKSI KESEHATAN JIWA ANAK SEKSI KESEHATAN JIWA REMAJA SEKSI KESEHATAN JIWA DEWASA SEKSI MASALAH PENYALAH-GUNAAN NAPZA DI MASYARAKAT SEKSI KESEHATAN JIWA LANJUT USIA

SEKSI MASALAH

PENYALAH-GUNAAN NAPZA DI INSTITUSI

Berdasarkan gambar di atas, SOTK Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza terdiri dari 1 (satu) Direktur, 3 (tiga) subdirektorat dengan 2 (dua) kepala seksi.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT P2 MASALAH KESEHATAN

JIWA DAN NAPZA

Berdasarkan permenkes No 64 tahun 2015 tentang struktur organisasi tata laksana kerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza berada pada unit Eselon I Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ( Ditjen P2P) dengan tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi sebagai berikut :

(5)

Tugas Pokok Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza:

Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Fungsi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza

1. Perumusan kebijakan di bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Anak, Remaja, Dewasa, Usia lanjut dan NAPZA;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Anak, Remaja, Dewasa, Usia lanjut dan NAPZA; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pencegahan dan

Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Anak, Remaja, Dewasa, Usia lanjut dan NAPZA;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Anak, Remaja, Dewasa, Usia lanjut dan NAPZA;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Anak, Remaja, Dewasa, Usia lanjut dan NAPZA; 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah

Kesehatan Jiwa dan NAPZA;

D. TUJUAN

Meningkatnya kesehatan jiwa dan penurunnya penyalahguna napza

E. SASARAN

Meningkatkan mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa dan nazpa

F. TARGET INDIKATOR 2016

1. Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) pecandu narkotika yang aktif dengan target sebanyak 30%

2. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dengan target sebanyak 130 kab/kota

3. Persentase RS Umum Rujukan Regional yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa/psikiatri dengan target sebanyak 30 %

G. ANGGARAN 2016

Anggaran 2016 sebesar Rp 28.600.000.000,- dengan rincian sebagai berikut : Belanja Barang sebesar Rp.100.000.000,-

(6)

H. KEGIATAN 2016

NO KEGIATAN SUBDIT P2M KESWA DEWASA

DAN LANSIA

ALOKASI

051 PENYUSUNAN PETA STRATEGIS BEBAS PASUNG 2015-2020

Rp153.050.000

052 PENYUSUNAN MODUL RESILIENSI MENTAL PADA ANTE NATAL CARE BAGI IBU HAMIL

Rp183.150.000

053 PENYUSUNAN PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DEMENSIA

Rp158.850.000

054 PENYUSUNAN MATERI KIE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ALZHEIMER

Rp226.850.000

055 PENYUSUNAN MODUL KESWA BAGI KADER KOMUNITAS

Rp146.280.000

056 PENYUSUNAN INSTUMEN KESENJANGAN PENGOBATAN GANGGUAN JIWA DI

MASYARAKAT

Rp417.350.000

051 PENINGKATAN KETERAMPILAN KESWA BAGI PETUGAS KESEHATAN DI

PUSKESMAS

Rp1.352.600.000

052 PENINGKATAN KETERAMPILAN KESWA BAGI NAKES DI KKP

Rp373.350.000

051 ADVOKASI DAN SOSIALISASI KESWA BAGI PEMANGKU KEPENTINGAN DI LAPAS

RUTAN

Rp250.150.000

052 ADVOKASI DAN SOSIALISASI

PENINGKATAN KESWA BAGI PEREMPUAN DAN IBU HAMIL

Rp411.750.000

053 ADVOKASI DAN SOSIALISASI KESWA BAGI PEMANGKU KEPENTINGAN TENAGA KERJA MIGRAN

Rp219.050.000

054 LOKAKARYA PENILAIAN KEBUTUHAN KESWA BAGI PEREMPUAN

Rp208.250.000

055 LOKAKARYA UNTUK PERENCANAAN TINDAK LANJUT PROGRAM BEBAS PASUNG

(7)

056 EVALUASI PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN DAMPAK PSIKOSOSIAL DAN KESWA AKIBAT BENCANA

Rp325.150.000

057 ADVOKASI DAN SOSIALISASI

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ALZHEIMER

Rp413.100.000

058 LOKAKARYA HARI ALZHEIMER SEDUNIA Rp177.175.000

059 PEMETAAN DATA KASUS ALZHEIMER DI MASYARAKAT

Rp359.200.000

060 ADVOKASI DAN SOSIALISASI PEDOMAN MPKP DASAR

Rp299.860.000

061 ADVOKASI DAN SOSIALISASI PEDOMAN MPKP LANJUTAN

Rp299.860.000

062 ADVOKASI DAN SOSIALISASI REHABILITASI PSIKOSOSIAL

Rp299.860.000

063 KOORDINASI LP/LS TERKAIT TPPO Rp65.150.000

064 LOKAKARYA KESEHATAN JIWA BAGI PETUGAS PROMKES

Rp296.650.000

065 PERTEMUAN KOORDINASI TPKJM Rp322.500.000

066 ADVOKASI DAN SOSIALISASI KEBIJAKAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Rp418.200.000

067 KOORDINASI MITRA PEDULI KESEHATAN JIWA

Rp276.200.000 068 LAYANAN KESWA BERGERAK (MMHS)

PADA HARI-HARI BESAR KESEHATAN

Rp251.000.000

069 EVALUASI PROGRAM BEBAS PASUNG Rp531.050.000

070 ADVOKASI PENANGGULANGAN PEMASUNGAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

Rp944.600.000

(8)

NO KEGIATAN SUBDIT P2M KESWA ANAK DAN REMAJA

ALOKASI

051 PENYUSUNAN MUDOL POLA ASUH YANG MENDUKUNG TUMBUH KEMBANG ANAK

Rp232.100.000

052 PENYUSUNAN MODUL DAMPAK

PSIKOLOGIS KEKERASAN PADA ANAK

Rp215.175.000

053 PENYUSUNAN JUKLAK PEMBIAYAAN PENANGANANN DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN

Rp133.650.000

054 PENYUSUNAN PEDOMAN PENGENDALIAN DAMPAK DISABILITAS PADA ANAK

BEREBUTUHAN KHUSUS

Rp182.300.000

055 PENYUSUNAN ROADMAP KESWA ANAK DAN REMAJA

Rp150.050.000

056 PENYUSUNAN MATERI MEDIA KIE KESWA ANAK DAN REMAJA

Rp197.100.000

057 PENYUSUNAN ALGORITMA HOTLINE SERVICE KESWA KE DALAM SPGDT

Rp182.300.000

051 PENINGKATAN KESWA REMAJA MELALUI KETERAMPILAN SOSIAL PADA PRAMUKA SAKA BHAKTI HUSADA SEJABODETABEK

Rp135.925.000

051 ADVOKASI DAN SOSIALISASI PROGRAM POLA ASUH YANG MENDUKUNG TUMBUH KEMBANG ANAK

Rp434.700.000

052 ADVOKASI DAN SOSIALISASI PRGRAM PENCEGAHAN BUNUH DIRI PADA REMAJA

Rp419.700.000

053 PEMETAAN DATA KASUS PERCOBAAN DAN BUNUH DIRI DI MASYARAKAT

Rp703.360.000

054 LOKAKARYA DALAM HARI PENCEGAHAN BUNUH DIRI SEDUNIA

Rp113.475.000

055 PELAYANAN KESWA PENCEGAHAN DN PENANGGULANGAN PADA KELOMPOK BERESIKO DAN HARI KESEHATAN (MMHS)

(9)

056 KOORDINASI LP/LS PENCEGAHAN BUNUH DIRI PADA ANAK DAN REMAJA

Rp60.300.000

057 ADVOKASI DAN SOSIALISASI PROGRAM PENANGANAN DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ANAK KORBAN KEKERASAN

Rp434.700.000

058 KOORDINASI LP/LS PENANGANAN DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ANAK KORBAN KEKERASAN

Rp60.300.000

059 ADVOKASI PENINGKATAN KESWA REMAJA MELALUI KETERAMPILAN SOSIAL PADA PEMANGKU KEBIJAKAN

Rp96.800.000

060 PENGEMBANGAN MODEL KESWA REMAJA MELALUI KETERAMPILAN SOSIAL PADA PRAMUKA SAKA BHAKTI HUSADA

SEJABODETABEK

Rp92.925.000

061 ADVOKASI DAN SOSIALISASI PROGRAM PENANGANAN DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ANAK KORBAN KEKERASAN

Rp208.400.000

062 LOKAKARYA DALAM RANGKA HARI AUTIS SEDUNIA

Rp183.775.000

063 PEMETAAN DATA ANAK DENGAN AUTIS Rp339.700.000

064 PEMBIAYAN PROGRAM PENANGANAN DAMPAK PSIKOLOGIS PADA ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN DAN PELAKU KEKERASAN

Rp696.200.000

(10)

NO KEGIATAN P2M NAPZA ALOKASI

051 PENYUSUNAN RENCANA AKSI

PENCEGAHAN PENGENDALIAN MASALAH NAPZA

Rp234.250.000

052 PENYUSUNAN MATERI KIE PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA

Rp174.650.000

053 PENYUSUNAN MODUL PEMBERDAYAAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

Rp217.850.000

051 PENINGKATAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DALAM RANGKA

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA BERBASIS SEKOLAH BAGI PELATIH

Rp278.975.000

052 PENINGKATAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DALAM RANGKA

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA BAGI ANAK JALANAN

Rp278.975.000

053 PENINGKATAN KETERAMPILAN SKRINING MENGGUNAKAN ASSIST DAN

KETERAMPILAN INTERVENSI SINGKAT BAGI PELATIH

Rp275.375.000

054 PELATIHAN ASESMEN WAJIB LAPOR Rp956.680.000

051 ADVOKASI DAN SOSIALISASI DAMPAK BURUK ALKOHOL DI MASYARAKAT

Rp251.775.000

052 KOORDINASI PROGRAM REHABILITASI MEDIS PECANDU NARKOTIKA

Rp178.675.000

053 LOKAKARYA DALAM RANGKA HARI ANTI NARKOBA (HANI)

Rp260.825.000

054 PERTEMUAN KOORDINASI DENGAN

ORGANISASI MASYARAKAT PEDULI NAPZA

Rp91.775.000

055 SUPERVISI PROGRAM TERAPI DAN REHABILITASI NAPZA

Rp106.995.000

056 SKRINING DAMPAK BURUK ALKOHOL PADA PENGEMUDI ANGKUTAN LEBARAN

Rp282.350.000

058 UJI COBA PENGGUNAAN INSTRUMEN ASSIST DAN INTERVENSI SINGKAT

(11)

059 PROGRAM WAJIB LAPOR DAN REHABILITASI DALAM RANGKA

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUNA PENGGUNAAN NAPZA

Rp6.015.960.000

TOTAL Rp9.741.485.000

NO KEGIATAN TATA USAHA ALOKASI

051 EVALUASI PROGRAM - ANGGARAN DAN INDIKATOR Rp93.700.000 052 KUNKER-RAKONTEK-RAKERKES-BINWIL-MONEV TERPADU Rp355.232.000 053 PENINGKATAN SDM KESWA Rp463.108.000

054 DISEMINASI DAN INFORMASI HKJS Rp338.400.000

055 PERTEMUAN LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESWA DAN NAPZA

Rp213.000.000

056 MONITORING DAN BIMBINGAN TEKNIS PROGRAM PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN MASALAH KESWA DAN NAPZA

Rp397.800.000

051 PROGRAM DAN ANGGARAN KESWA Rp198.400.000

052 BARANG CETAKAN Rp150.000.000

053 SAK DAN SIMAK BMN Rp234.825.000

054 LAKIP Rp89.450.000

055 PENATALAKSANAAN ARSIP Rp47.800.000

051 LAYANAN PERKANTORAN Rp763.090.000

007 Peralatan dan Mesin Rp100.000.000

penyusunan RPP DN PPDGJ KESWA Rp414.290.000

TOTAL Rp3.859.095.000

Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza

Dr.dr.Fidiansjah,SpKJ,MPH NIP. 196306271988121002

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pendidikan formal dan non formal, pendidik (1) harus terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu melakukan interaksi dengan siswa dalam mendiskusikan materi pembelajaran, (2)

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengeta- hui perbedaan pengaruh antara metode FGD dengan metode SIG terhadap peningkatan pengetahuan siswa kelas XI di SMK Hidayah Semarang

Berdasarkan hasil penelitian Nanopartikel Fe dapat dibuat dari pasir besi menggunakan ekstrak kulit bawang merah, ditunjukan dengan adanya perubahan warna dari

Tujuan penelitian ini mengamati dan menganalisis 4 faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat yaitu: modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak

Mengubah Ketentuan dalam Bab III Lampiran I Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Kementerian Kesehatan

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.64 tahun 2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Penelitian dan

ke tabel data pemakain Tombol tambah yang memasukan data alkes [ √ ] diterima [ ] ditolak Klik “Tambah” Pemakaian alat medis bertambah otomatis Pemakaian alat

Dari hasil pembahasan diatas penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1.Sistem Informasi Penerbitan Surat OJT (On the Job Training) pada Program Studi Ilmu Komunikasi