• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran Menyimak di Sekolah Menengah Pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Pembelajaran Menyimak di Sekolah Menengah Pertama"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

706

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MENYIMAK

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Dewi Syafrina

1

, Taufik Dermawan

2

, Nita Widiati

3 1Pendidikan Bahasa Indonesia-Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2Pendidikan Bahasa Indonesia-Pascasarjana Universitas Negeri Malang

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Riwayat Artikel: Diterima: 31-3-2017 Disetujui: 20-5-2017

Abstract: This article aimed to describe the implementation of teaching listening in junior high school seen from the planning, implementation, and assessment. The type of this qualitative study was phenomenology. The findings showed that there were three aspects found from the implementation of teaching listening. First, teaching listening in SMP was carried out under two conditions: (1) planning and (2) without planning. Second, the implementation of teaching listening was done by the four techniques: (1) using videos and record and taking notes focused on the main points, (2) using videos and listing questions, (3) using videos and answering questions, and (4) reading aloud the text directly and answering question. Thirdly, the listening assessment was integrated into the other assessment skills, for example writing.

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menyimak dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian di SMP. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Hasil penelitian terbagi menjadi tiga aspek. Pertama, pembelajaran menyimak di SMP dilaksanakan dengan dua kondisi (1) dengan perencanaan dan (2) tanpa perencanaan. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menyimak dilaksanakan dengan empat teknik, yaitu (1) menggunakan video dan mencatat hal-hal pokok, (2) menggunakan video dan menyusun pertanyaan, (3) menggunakan video dan menjawab pertanyaan, dan (4) membacakan teks secara langsung dan menjawab pertanyaan.

Ketiga, penilaian pembelajaran menyimak diintegrasikan ke keterampilan lain, contohnya menulis. Kata kunci: implementation; learning; listening; pelaksanaan; pembelajaran; menyimak Alamat Korespondensi: Dewi Syafrina

Pendidikan Bahasa Indonesia

Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang

E-mail: dewirennaewii@gmail.com

Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling terintegrasi sehingga siswa diharapkan dapat menguasai semua keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, guru perlu memberikan porsi yang sama dalam mengajarkan setiap keterampilan berbahasa kepada siswa. Menurut Saifudin (2015:456), pada aspek keterampilan berbahasa, kemampuan menyimak perlu mendapat porsi yang lebih dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena banyak hal yang harus disimak para siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pada realisasinya, dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menyimak menjadi salah satu keterampilan berbahasa yang sering diabaikan oleh guru. Keterampilan menyimak dalam bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian dan kurang bernilai dalam keseluruhan proses belajar bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan (Iskandarwassid dan Sunendar, 2015:229; Vandergrift dan Goh, 2011:395). Padahal, keterampilan menyimak adalah keterampilan yang tidak kalah penting dibandingkan keterampilan berbahasa yang lain.

Keterampilan menyimak menuntut siswa untuk dapat menyerap informasi yang disampaikan secara lisan. Dalam hal ini, mata pelajaran bahasa Indonesia berperan penting dalam pencapaian keterampilan tersebut. Menyimak adalah proses psikomotorik dalammendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersepsi serta interpretasi untuk memperoleh informasi serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui bahasa lisan (Tarigan, 1997:28; Cameron, 2001:40; Brown, 2001:249; Sevik, 2012:11).

(2)

Menyimak memiliki dua tujuan, menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2015:230), yaitu persepsi dan resepsi. Pertama, persepsi adalah ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan. Kedua, resepsi adalah pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara. Kedua tujuan ini berhubungan dengan kompetensi dasar yang tercantum kurikulum untuk pembelajaran menyimak. Siswa dituntut untuk memahami dan menafsirkan teks yang diperdengarkan guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak, terdapat tiga hal penting yang harus dipersiapkan guru, yaitu persiapan pembelajaran menyimak, pelaksanaan pembelajaran menyimak, dan penilaian pembelajaran menyimak. Ketika mempersiapkan pembelajaran menyimak, guru mempertimbangkan media, metode, dan evaluasi yang akan digunakan. Media yang efektif digunakan guru dalam pembelajaran menyimak adalah video. Sabillah (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran menyimak di kelas yang bukan sekadar kegiatan guru berbicara kemudian siswa menyimak penjelasan guru. Terdapat tiga tahap dalam pembelajaran menyimak yaitu pramenyimak, menyimak, dan pascamenyimak (Lindsay dan Knight, 2010:49; Gijaklani dan Ahmadi, 2011:982). Pertama, tahap pramenyimak bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa pada topik yang akan mereka dengar dan mengaktifkan pengetahuan mereka. Kedua, tahap menyimak diisi dengan tugas dan menjawab pertanyaan, membuat catatan, menentukan rute perjalanan, mengisi titik-titik kosong, atau melakukan respon terhadap informasi yang didengar. Ketiga, tahap pascamenyimak bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terdapat informasi yang didengar serta memberikan penilaian dan umpan balik kepada siswa. Ketiga tahap pembelajaran ini menjadi kriteria pembelajaran menyimak yang ideal dalam penelitian ini.

Untuk mengukur ketercapaian pembelajaran menyimak, guru perlu mengadakan evaluasi. Menurut Supriyadi (2013:13), terdapat delapan teknik evaluasi yang dapat digunakan oleh guru, yaitu (1) menyebutkan/menuliskan kembali suatu informasi sederhana (fonem, nama sesuatu, jumlah, keadaan sesuatu, peristiwa, dan lain-lain), (2) menyebutkan/menuliskan kembali deskripsi atau uraian suatu peristiwa, benda, keadaan, sebab akibat, dan lain-lain, (3) menyebutkan/menuliskan kembali suatu hal (kelahiran, pengalaman kawan-kawan, dan lain-lain), (4) menyebutkan/menuliskan kembali suatu cerita, (5) menyimpulkan suatu percakapan, (6) menjawab suatu pertanyaan dari suatu soal (objektif, esai berstruktur, atau esai bebas), (7) menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari sebuah cerita, dan (8) memperbaiki ucapan-ucapan yang salah yang tidak sesuai dengan bahasa target.

Namun, terdapat kesenjangan antara tuntutan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pelaksanaan di sekolah. Keterampilan reseptif yang mendominasi adalah membaca sehingga kegiatan menyimak jarang dilaksanakan. Padahal, dalam Kurikulum 2013 yang telah direvisi (Kurikulum Nasional) pada mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat 15 kompetensi dasar yang menuntut guru untuk membelajarkan keterampilan menyimak kepada siswa kelas VII, seperti pada Kompetensi Dasar 3.11 “Mengidentifikasi informasi dalam fabel yang dibaca dan didengar. Dengan demikian, selain kegiatan membaca, keterampilan reseptif yang harus dikuasai siswa dan dibelajarkan guru adalah keterampilan menyimak. Berdasarkan tuntutan kurikulum tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran menyimak di Sekolah Menengah Pertama di Kota Malang.

METODE

Jenis penelitian ini adalah fenomenologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mengecek fenomena di lapangan mengenai pelaksanaan pembelajaran menyimak di sekolah. Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis, menurut Moleong (2007:8), yaitu (1) mengacu kepada kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara jelas, (2) memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu, dan (3) memulai dengan diam.

Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 14 dan SMP Negeri 4 Malang. Pemilihan kedua sekolah ini sebagai tempat penelitian berdasarkan kriteria (1) sudah menerapkan Kurikulum 2013 revisi (Kurikulum Nasional) dan (2) terdapat guru yang pernah atau sedang menerapkan pembelajaran menyimak dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data berupa kegiatan pembelajaran. Data penelitian diperoleh melalui tiga jenis instrumen, yaitu pedoman wawancara, pedoman pengamatan, dan pedoman studi dokumen. Wawancara dilakukan untuk menghimpun informasi secara langsung dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai pembelajaran menyimak yang terlaksana di kelas. Sementara itu, pengamatan dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran menyimak secara langsung yang kemudian didukung oleh studi dokumentasi.

Data penelitian ini dianalisis melalui tiga tahap analisis data menurut Miles dan Huberman (1994), yaitu (1) reduksi data, (2) pemaparan data, dan (3) verifikasi data. Selama proses analisis data, peneliti menghubungkan temuan data dengan teori pembelajaran menyimak.

(3)

Gambar 1. Alur Analisis Data (modifikasi dari Miles dan Huberman, 1994:22)

Pengujian keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan dan hasil studi dokumentasi. Sementara itu triangulasi data dilakukan dengan cara menghubungkan temuan di lapangan dengan kajian teori.

HASIL

Hasil penelitian ini menjabarkan tiga indikator yang berhubungan dengan pembelajaran menyimak, yaitu (1) perencanaan pembelajaran menyimak, (2) pelaksanaan pembelajaran menyimak, dan (3) penilaian pembelajaran menyimak.

Perencanaan Pembelajaran Menyimak

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil studi dokumen ditemukan dua kondisi dalam pembelajaran menyimak, yaitu (1) pembelajaran dengan perencanaan dan (2) pembelajaran tanpa perencanaan. Kedua kondisi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Pembelajaran Menyimak dengan Perencanaan

Perencanaan pembelajaran menyimak dilihat dari adanya bentuk kegiatan menyimak di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru. Kegiatan menyimak yang dirancang guru terdapat pada tujuan pembelajaran dan kegiatan inti. Perencanaan menyimak yang dirancang oleh guru dapat dilihat pada Kompetensi Dasar 3.3, yaitu “Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar”. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, guru menjabarkan dua indikator sebagai berikut.

a. 3.3.1 Menjelaskan ciri umum tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar.

3.3.2 Menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/didengar.

(RR1b)

Berdasarkan indikator tersebut, terdapat dua tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan kegiatan menyimak, yaitu sebagai berikut.

b. 1) Setelah menjawab pertanyaan tentang isi teks cerita fantasi, peserta didik dapat menjelaskan ciri umum tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar dengan tepat

2) Setelah mengamati model-model teks teks cerita fantasi, peserta didik dapat menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/didengar dengan tepat.

(RR2b) Pembelajaran Menyimak tanpa Perencanaan

Kondisi kedua yang ditemukan berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi adalah tidak adanya perencanaan pembelajaran menyimak, sedangkan guru melaksanakan kegiatan menyimak di kelas. Oleh karena itu, pembelajaran menyimak yang dilaksanakan guru tersebut adalah pembelajaran tanpa perencanaan. Berikut kutipan hasil studi dokumentasi

(4)

a. 1) Peserta didik membaca dan memahami teks deskripsi yang dibagikan pendidik.

2) Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan isi (topik dan bagian-bagian) dan menjawab pertanyaan bacaan pada teks deskripsi tersebut.

(RA1b) Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa guru melaksanakan pembelajaran dengan mengaplikasikan empat teknik pembelajaran. Penjabaran empat teknik tersebut sebagai berikut.

Pembelajaran Menyimak Berbantuan Video dan Mencatat Bagian-bagian Pokok

Pada variasi pembelajaran ini guru menayangkan video di kelas dan meminta siswa menyimak informasi yang terdapat dalam video tersebut. Selama siswa menyimak, siswa mencatat bagian-bagian pokok berdasarkan informasi dalam video. Bagian-bagian pokok yang telah dicatat menjadi dasar pengembangan tulisan bagi siswa sekaligus penentuan topik bagi siswa dalam menciptakan teks tertulis. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara di bawah ini.

b. Saya menayangkan teks video yang berhubungan dengan teks eksplanasi. Kemudian siswa diminta untuk mencatat hal-hal pokok yang diperoleh dari video tersebut. Melalui catatan dari hasil simakan tersebut, siswa menulis teks eksplanasi.

(FL1a) Pembelajaran Menyimak Berbantuan Video dan Menjawab Pertanyaan

Pada variasi pembelajaran menyimak ini guru menayangkan video di kelas dan meminta siswa menyimak informasi yang terdapat dalam video tersebut. Sebelumnya guru telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa berdasarkan video yang disimak. Setelah menyimak video, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai pengukur kemampuan menyimak siswa. Temuan ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

c. Saya menayangkan video sebagai pengenalan teks cerita fantasi kepada siswa di awal pembelajaran. Video tersebut saya jadikan stimulus agar siswa tertarik dengan pembelajaran cerita fantasi. Melalui video itu siswa mengenal struktur teks cerita fantasi.

(RL1a)

Dari pernyataan di atas, ditemukan bahwa teknik yang digunakan guru adalah penggunaan video untuk pengenalan konsep cerita fantasi. Hal ini juga terlihat pada RPP yang disusun oleh guru. Pada kegiatan inti dijelaskan bahwa guru menggunakan video seperti kutipan berikut ini.

d. 1) Peserta didik mencermati tayangan video cerita fantasi

2) Peserta didik bertanya jawab tentang tayangan video cerita fantasi

(RL1b) Pembelajaran Menyimak Berbantuan Video dan Menyusun Pertanyaan

Pada variasi pembelajaran menyimak ini guru menayangkan video di kelas dan meminta siswa menyimak informasi yang terdapat dalam video tersebut. Setelah menyimak video, guru menginstruksikan siswa untuk menulis pertanyaan yang berkaitan dengan informasi di video. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditukarkan dengan teman sebangku, kemudian dijawab. Pertanyaan itu bertujuan untuk menguji keterampilan menyimak siswa yang menulis pertanyaan dan yang menjawab pertanyaan. Berikut kutipan wawancara mengerti variasi pembelajaran ini.

e. Saya juga pernah meminta siswa menyimak teks, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan berdasarkan hasil simakan, lalu antarsiswa bertukar soal dan menjawab soal yang didapatkannya

(RL2a) Pembelajaran Menyimak dengan Pembacaan Teks secara Langsung dan Menjawab Pertanyaan

Pada variasi pembelajaran menyimak ini guru membacakan teks secara langsung di depan kelas dan meminta siswa menyimak dengan seksama. Setelah itu, guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Temuan ini dapat dilihat pada hasil wawancara berikut.

(5)

f. Saya hanya membacakan teks deskripisi, siswa menyimak, kemudian siswa menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang saya bacakan.

(AL1a)

Berdasarkan hasil temuan pelaksanaan menyimak tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat empat jenis teknik penyajian teks yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak, yaitu: (1) penggunaan video dan mencatat hal-hal pokok, (2) penggunaan video dan menjawab pertanyaan, (3) penggunaan video dan menyusun pertanyaan, dan (4) dengan pembacaan teks secara langsung oleh guru dan menjawab pertanyaan.

Penilaian Pembelajaran Menyimak

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa guru tidak melakukan penilaian keterampilan menyimak secara khusus. Penilaian menyimak dialihkan pada penilaian keterampilan lain seperti menulis. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

g. Penilaian menyimak siswa saya lihat dari hasil menulis siswa karena menyimak yang saya lakukan di kelas adalah stimulus bagia siswa untuk mengembang-kan teks eksplanasi. Jadi saya tidak mengadakan hasil tes simakan siswa secara khusus karena hasil simakan mereka adalah tulisan.

(FN3a)

Selain itu, pada kegiatan menyimak yang bertujuan sebagai stimulus siswa dalam mempelajari teks tidak ditemukan penilaian menyimak. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

h. Tidak, karena inti dari pembelajaran-nya adalah mengetahui struktur teks cerita fantasi melalui membaca. Menyimak hanya saya jadikan pemancing awal saja karena biasanya jika langsung dihadapkan dengan teks, siswa malas mempelajari teks tersebut. Jadi, tidak ada evaluasi khusus menyimak.

(RN1a)

Pada hasil wawancara selanjutnya, penilaian keterampilan menyimak siswa disamakan dengan keterampilan membaca siswa oleh guru. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

i. Tidak. Evaluasi menyimak saya samakan dengan evaluasi membaca karena sama-sama reseptif. Dulu di KTSP ada.

(AN1a)

Berdasarkan tiga temuan penilaian pembelajaran menyimak tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru tidak melakukan penilaian khusus terhadap keterampilan menyimak siswa. Penilaian pembelajaran menyimak yang dilakukan guru terdapat dalam wujud keterampilan lain seperti menulis. Hasil temuan mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian keterampilan menyimak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Temuan Pembelajaran Menyimak di Sekolah Menengah Pertama

No Indikator Paparan Hasil

1. Perencanaan Pembelajaran Menyimak 1) pembelajaran menyimak dengan perencanaan 2) pembelajaran menyimak tanpa perencanaan 2. Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak 1) penggunaan video dan mencatat hal-hal pokok

2) penggunaan video dan menjawab pertanyaan 3) penggunaan video dan menyusun pertanyaan

4) pembacaan teks secara langsung oleh guru dan menjawab pertanyaan 3. Penilaian Pembelajaran Menyimak 1) tidak melakukan penilaian khusus untuk mengukur keterampilan

menyimak

2) penilaian menyimak melalui kegiatan menulis PEMBAHASAN

Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat tiga aspek penting dalam pembelajaran, yaitu (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran. Penjabaran ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut.

(6)

Perencanaan Pembelajaran Menyimak

Pembelajaran menyimak yang terjadi di lapangan dilaksanakan dengan dua kondisi, yaitu (1) pembelajaran dengan perencanaan dan (2) pembelajaran tanpa perencanaan. Menurut Jones (1998:89), rancangan pembelajaran adalah salah satu faktor yang memengaruhi efektif atau tidaknya suatu pengajaran. Brown (2011:149) menambahkan bahwa pembelajaran adalah sekumpulan kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum disertai dengan penilaian, dan persiapan pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, persiapan pembelajaran berupa RPP yang dirancang sebelum mengajar sangat penting untuk dipedomani selama pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran menyimak tanpa perencanaan terjadi karena pembelajaran keterampilan menyimak tersebut tidak menjadi prioritas dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Terdapat anggapan bahwa Kurikulum 2013 tidak lagi menuntut kompetensi perketerampilan berbahasa sehingga keterampilan reseptif yang lebih sering dirancang dalam RPP adalah pembelajaran keterampilan membaca dibandingkan dengan keterampilan menyimak. Oleh karena itu, sulit ditemukan perencanaan pembelajaran menyimak dalam RPP yang disusun oleh guru. Hal ini berdampak pada kegiatan menyimak yang diadakan di kelas tanpa terrencana. Pembelajaran tanpa perencanaan membuat tujuan pembelajaran menjadi tidak terarah. Seperti yang dijelaskan Boyd, dkk (2006:180) bahwa “teachers who enter teaching without full preparation—as emergency hires or alternative route candidates—were less effective than fullyprepared beginning teachers working with similar students.”

Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak

Pelaksanaan pembelajaran menyimak di lapangan belum maksimal dilakukan karena tidak ada perencanaan yang matang. Hal ini juga berdampak pada tahap-tahap pembelajaran menyimak yang tidak dilaksanakan oleh guru di kelas. Seperti yang tercantum pada Permendiknas No. 41 Tahun 2007 disebutkan pelaksanaan pembelajaran adalah implementasi dari RPP. Dengan kata lain, aktivitas yang tersusun dalam RPP harus terlihat saat guru mengajar di dalam kelas.

Pada hasil temuan, guru tidak melaksanakan pramenyimak, padahal pramenyimak merupakan tahap awal dari kegiatan menyimak. Menurut Karakas (dalam Gijaklani dan Ahmadi, 2011:982), terdapat tiga tahap dalam pembelajaran menyimak yaitu pramenyimak, menyimak, dan pascamenyimak. Tahap pramenyimak bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa pada topik yang akan mereka dengar dan mengaktifkan pengetahuan mereka. Tidak adanya kegiatan pramenyimak ini dikarenakan guru berpendapat bahwa keagitan menyimak tidak terlalu ditekankan pada pembelajaran. Guru lebih memfokuskan pembelajaran pada kegiatan membaca.

Pada kegiatan pramenyimak guru memperkenalkan konteks yang akan disimak siswa sehingga siswa memiliki pengetahuan awal tentang bahan simakan. Tahap pramenyimak adalah tahap pembentukan skemata siswa. Richards (dalam Ghazali, 2010:174) menyatakan bahwa skemata memungkinkan individu untuk membuat dugaan dan penafsiran tentang kejadian-kejadian yang seringkali terjadi dalam situasi yang sudah dikenal dengan baik oleh individu.

Philips (dalam Ghazali, 2010:186) menambahkan bahwa pada tahap pramenyimak, siswa mendengarkan pengantar singkat tentang teks yang akan didengarkannya, misalnya siswa diberitahu tentang judul teks, kalimat pertama dari teks atau beberapa kutipan frase dari teks. Kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan kira-kira isi dari teks, kira-kira kosakata yang digunakan dalam teks, strukturnya, dan cara pengorganisasian teks sehingga dengan cara ini dapat membuat siswa mengaktifkan pengetahuan latar belakang, skemata atau skrip yang dimilikinya. Pada pelaksanaan menyimak, guru menggunakan dua teknik penyajian teks, yaitu (1) dengan menggunakan video sebagai media penunjang dan (2) pembacaan teks secara langsung.

Pertama, pembelajaran menyimak dengan bantuan media video. Menurut Anderson (dalam Munadi, 2008:128),

pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan mengenal gerak. Media video dapat membantu pelaksanaan pembelajaran menyimak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Long (dalam Ghazali, 2010:178) yang menyatakan bahwa presentasi visual yang menggambarkan para tokoh dalam teks, hubungan antartokoh dan situasi budaya dapat menjadi aktivator skemata siswa.

Penggunaan media dalam pembelajaran menyimak juga didukung oleh pendapat Umar (2013:130) yang menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat, metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah. Dalam pembelajaran menyimak terdapat dua jenis media yang dapat digunakan, yaitu media audio dan media audiovisual. Penetapan jenis media yang digunakan dalam pembelajaran menyimak disesuaikan dengan jenis teks dan tujuan pembelajaran.

Penggunaan video dalam pembelajaran menyimak disesuaikan dengan jenis teks yang disimak siswa. Dalam temuan ini pembelajaran menyimak diterapkan guru dalam pembelajaran teks cerita fantasi. Guru menggunakan video cerita fantasi sebagai stimulus bagi siswa untuk mempelajari teks tersebut. Hal ini didukung oleh Sudjana (2002:2) yang mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

(7)

Teks cerita fantasi tergolong teks dinamis. Menurut Brown dan Yule (dalam Ghazali, 2010:192), sebuah teks dinamis mendeskripsikan sebuah insiden atau menceritakan sebuah kisah dan menggunakan bahasa secara dinamis. Oleh karena itu, penggunaan video dalam pembelajaran teks cerita fantasi dapat membantu siswa dalam memahami teks. Hal ini sejalan dengan pendapat Ghazali (2010:192) yang menyatakan bahwa teks dinamis tergolong teks yang sulit dipahami. Oleh sebab itu, penunjang visual dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menyimak.

Kedua, pembelajaran menyimak dengan pembacaan teks secara langsung. Jika fasilitas tidak cukup memadai bagi guru

dalam menggunakan video pada pelaksanaan pembelajaran menyimak, guru juga dapat membacakan teks secara langsung atau disebut juga dengan teknik membaca nyaring. Menurut Tarigan (1979:24) keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring yaitu (1) mempergunakan ucapan yang tepat, (2) mempergunakan frase yang tepat, dan (3) mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami. Untuk melakukan membaca nyaring, guru dituntut untuk memenuhi ketepatan mata yang tinggi serta pandangan memelihara kontak mata dengan para pendengar. Guru juga harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi pendengar. Membaca nyaring adalah suatu pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan (Dawson dalam Tarigan 1983:23). Gruber (dalam Tarigan 1983:125) juga menjelaskan manfaat membaca nyaring untuk anak-anak yaitu (1) memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif, (2) mengekspos siswa untuk memperkaya kosakata, (3) memberi informasi baru, (4) mengenalkan kepada siswa aliran sastra yang berbeda-beda, dan (5) memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya.

Berdasarkan dua teknik penyajian teks yang digunakan guru tersebut, terdapat tiga variasi aktivitas siswa setelah menyimak yang ditemukan dalam penelitian. Ketiga variasi aktivitas tersebut, meliputi (1) mencatat hal-hal pokok, (2) menjawab pertanyaan, dan (3) menyusun pertanyaan. Tiga aktivitas tersebut termasuk dalam 12 reaksi terhadap teks menyimak yang dipaparkan oleh Ghazali (2010:150). Menurut Ghazali (2010:150), siswa dapat diminta untuk memberikan 12 macam reaksi terhadap teks lisan berupa tugas menyimak. Kedua belas tugas menyimak tersebut, yaitu (1) membuat ringkasan, (2) menjawab pertanyaan, (3) menyimak secara selektif untuk mendapatkan informasi tertentu, (4) membuat gambar berdasarkan deskripsi dalam teks lisan, (5) membuat dramatisasi, (6) melaporkan secara lisan tentang pokok-pokok utama dari teks lisan, (7) membuat garis besar, (8) mengisi bagan, (9) mengulangi bahasa yang digunakan dalam teks lisan, (10) mengajukan pertanyaan, (11) membuat dialog, dan (12) membuat teks lisan yang mirip dengan teks lisan yang disimak.

Penilaian Pembelajaran Menyimak

Penilaian pembelajaran menyimak yang dilakukan oleh guru adalah dengan cara pengintegrasian keterampilan berbahasa. Dalam menilai keterampilan menyimak siswa, guru mengalihkan pada keterampilan menulis. Siswa menulis berdasarkan hal-hal pokok yang telah dicatat dari teks yang disimak. Berdasarkan hal-hal-hal-hal pokok tersebut, siswa menulis teks sehingga penilaian menyimak dilihat dari hasil menulis siswa.

Pengintegrasian keterampilan berbahasa dapat menjadi salah satu alternatif dalam menilai keterampilan menyimak siswa. Menurut Supriyadi (2013:13), terdapat delapan teknik evaluasi yang dapat digunakan oleh guru dalam penilaian pembelajaran menyimak, yaitu (1) menyebutkan/menuliskan kembali suatu informasi sederhana (fonem, nama sesuatu, jumlah, keadaan sesuatu, peristiwa, dan lain-lain), (2) menyebutkan/menuliskan kembali deskripsi atau uraian suatu peristiwa, benda, keadaan, sebab akibat, dan lain-lain, (3) menyebutkan/menuliskan kembali suatu hal (kelahiran, pengalaman kawan-kawan, dan lain-lain), (4) menyebutkan/menuliskan kembali suatu cerita, (5) menyimpulkan suatu percakapan, (6) menjawab suatu pertanyaan dari suatu soal (objektif, esai berstruktur, atau esai bebas), (7) menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari sebuah cerita, dan (8) memperbaiki ucapan-ucapan yang salah yang tidak sesuai dengan bahasa target. Anderson dan Lynch (dalam Ghazali, 2010:192) menambahkan bahwa dalam memberikan nilai bagi latihan-latihan menyimak, guru perlu mengingat tiga aspek menyimak, yaitu (1) jenis input, (2) bantuan yang didapatkan siswa dari konteks, dan (3) jenis tugas yang dilakukan.

Pengintegrasian keterampilan berbahasa adalah salah satu fakta yang ada di lapangan mengenai penilaian keterampilan menyimak. Fakta lain ditemukan bahwa guru belum melakukan penilaian keterampilan menyimak secara khusus. Hal ini dikarenakan memang tidak adanya perencanaan yang matang dari awal mengenai pembelajaran menyimak. Oleh karena itu, kondisi tersebut berdampak pada pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Sementara itu, penilaian keterampilan menyimak adalah bagian penting dari pembelajaran menyimak. Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 disebutkan bahwa penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

SIMPULANDANSARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang telah dipaparkan, terdapat tiga hal yang dapat disimpulkan. Pertama, perencanaan pembelajaran menyimak sangat menentukan terlaksananya pembelajaran menyimak yang efektif. Melalui perencanaan tersebut, guru mempertimbangkan media penunjang yang akan digunakan untuk melatih keterampilan menyimak siswa serta merancang latihan-latihan menyimak siswa. Kedua, dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak, guru menggunakan dua teknik penyampaian teks lisan, yaitu (1) dengan menggunakan video dan (2) dengan pembacaan teks secara langsung.

(8)

Umpan balik yang digunakan guru untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap hasil menyimak ada tiga jenis, yaitu (1) mencatat hal-hal pokok, (2) menjawab pertanyaan, dan (3) menyusun pertanyaan. Namun, sebelum pelaksanaan menyimak, guru tidak melaksanakan tahap pramenyimak untuk membentuk skemata siswa. Ketiga, penilaian pembelajaran menyimak yang dilakukan oleh guru belum secara khusus mengukur keterampilan menyimak karena tidak adanya perencanaan pembelajaran dari awal. Selain itu, guru melakukan penilaian pembelajaran menyimak dengan integrasi keterampilan.

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut disarankan kepada guru bahasa Indonesia untuk mempertimbangkan tiga hal dalam pembelajaran menyimak. Pertama, pembelajaran menyimak dirancang dalam perencanaan yang matang, mulai dari penentuan media penunjang, jenis kegiatan untuk melatih keterampilan menyimak, dan menentukan jenis evaluasi yang cocok. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menyimak didahului dengan kegiatan pramenyimak agar skemata siswa terbentuk sebelum menyimak dan dapat mempermudah siswa dalam melatih kemampuan menyimaknya. Ketiga, keterampilan menyimak seharusnya dievaluasi dengan alat yang dapat mengukur keterampilan menyimak secara khusus sehingga guru dapat melihat ketercapaian siswa dalam menguasai keterampilan menyimaknya masing-masing.

DAFTARRUJUKAN

Boyd, D., Grossman, P., Lankford, H., Loeb, S. & Wyckoff, J. 2006. How changes in entry requirements alter the teacher workforce and affect student achievement. Education Finance and Policy, 1:178—216.

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principle an Interactive Approach to Language Pedagogy. San Francisco: Longman. Cameron, L. 2001. Teaching Languages to Young Learners. Cambridge: Cambridge University Press.

Ghazali, A.S. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama.

Gijaklani, A.P. & Ahmadi, M. R. 2011. A Study of Factors Affecting EFL Learners' English Listening Comprehension and the Strategies for Improvement. Journal of Language Teaching and Research, 2 (5):977—988.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2015. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jones, J. 1998. Lesson Planning: Towards Purposeful Learning and Effective Teaching. Encuentro. 10:89—98.

Lindsay, C. & Knight, P. 2006. Learning and Teaching English: A Cours for Teachers. New York: Oxford University Press. Miles, M.B. & Huberman, A. Michael. 1994. Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook, 2ndEdition. London: SAGE

Publications.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Sabillah, F. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Anak Melalui Media Animasi Audio Visual di Kelas V

SD Negeri Cipete Selatan 04 Pagi Jakarta Selatan Tahun 2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FIP UNY.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Saifudin, M.F. 2015. Menumbuhkan Keterampilan Bahasa Indonesia melalui Pembelajaran Interaksi di Sekolah Dasar. Prosiding Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada 30—31 Oktober 2015.

Sudjana, N. & Akhmad R. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Supriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.

Tarigan, H. G. 1983. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1997. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Vandergrift, L. & Goh, C. 2011. Teaching and Testing Listening Comprehension (disunting oleh Michael H. Long dan Catherine J. Doughty). United Kingdom: A John Wiley & Sons, Ltd, Publication.

Gambar

Gambar 1. Alur Analisis Data (modifikasi dari Miles dan Huberman, 1994:22)
Tabel 1. Hasil Temuan Pembelajaran Menyimak di Sekolah Menengah Pertama

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memfokuskan pembahasan tugas akhir ini, maka pembahasan masalah dirumuskan pada hal sebagai berikut : Mambahas tentang pendektisian kualitas udara yang

Halaman Gambar 3.1 Batas gradasi pasir dalam daerah gradasi ……… 22 Gambar 3.2 Batas gradasi agregat kasar ukuran butir maksimum 20mm … 23 Gambar 5.1 Grafik perkembangan

Pemberian subsidi kepada nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan di Kabupaten Pidie Jaya sudah sesuai kebutuhan dengan peningk.atkan hasil produksi berkisar antara 150 - 300%...

McNeill (Brown, 1980: 22) menyatakan bahwa LAD terdiri dari: (a) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain, (b) kecakapan mengorganisasi satuan

Selain itu banyaknya anggapan bahwa anak yang mengalami obesitas adalah anak yang sehat, lucu dan menggemaskan semakin menambah resiko peningkatan angka kejadian

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan, dapat disimpulkan bahwa ketiga tahapan tersebut dalam model akhir pembelajaran e-learning berbasis web akan semakin

Berdasarkan analisis variabel keyakinan pasien (bi) dan analisis variabel evaluasi (ei) dapat dijelaskan bahwa keyakinan pasien (bi) dan evaluasi pasien (ei) mengenai

Grafik fluktuasi nilai parameter fisika-kimia pada stasiun berdasarkan waktu pengamatan ditampilkan pada Gambar 6... Grafik nilai parameter fisika-kimia