• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Penyimpanan Dengan Berbagai Bahan Penstabil Terhadap Kualitas Mayonnaise

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Lama Penyimpanan Dengan Berbagai Bahan Penstabil Terhadap Kualitas Mayonnaise"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

52

Pengaruh Lama Penyimpanan Dengan Berbagai Bahan Penstabil

Terhadap Kualitas

Mayonnaise

Putri Rizkyyani, Asmaul Khusna, Mustofa Hilmi, Muhammad Habbib Khirzin,

Dyah Triasih*

Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, Politeknik Negeri Banyuwangi JL. Raya Jember-Banyuwangi KM 13, Banyuwangi, Jawa Timur, (0333) 636780

*Email korespondensi: triasihdyah@gmail.com

(Diterima 13-08-2019; disetujui 27-12-2019)

ABSTRAK

Mayonnaise adalah salah satu produk peternakan berupa emulsi semi solid dari percampuran minyak nabati, kuning telur, asam, serta yang ditambahkan bumbu-bumbu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai bahan penstabil (CMC, gum arab, dan xanthan gum) terhadap lama penyimpanan selama 8 hari. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial. Perlakuan yang diberikan adalah Perlakuan S0 (tanpa bahan penstabil), S1 (CMC 1%), S2 (Gum arab 1%), dan S3 (Xanthan gum 1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai bahan penstabil dan lama penyimpanan mayonnaise pada sifat fisik menunjukkan hasil nyata (P<0,05) pada penyimpanan dan tidak terjadi interaksi namun pada sifat kimia menunjukkan hasil (pH, FFA, kadar air) nyata (P<0,05) pada berbagai jenis bahan penstabil dan penyimpanan serta tidak terjadi interkasi pada pH dan FFA namun terjadi interaksi pada parameter kadar air. Disimpulkan bahwa ada interaksi antara penambahan bahan penstabil dan lama simpan terhadap kadar air mayonnaise, bahan penstabil memberikan berpengaruh nyata terhadap pH dan FFA, sedangkan lama simpan berpengaruh nyata terhadap rendemen, pH, dan FFA.

Kata kunci: CMC, gum arab, lama penyimpanan, mayonnaise, xanthan gum

ABSTRACT

Mayonnaise is a livestock product in the form of semi-solid emulsion from a mixture of vegetable oil, egg yolks, acids, and spices added. This study aims to determine the effect of the use of various stabilizers (CMC, Arabic gum, and xanthan gum) on storage time for 8 days. This research uses a factorial randomized block design (RCBD). The treatments given were S0 treatments (without stabilizers), S1 (CMC 1%), S2 (Arabic gum 1%), and S3 (Xanthan gum 1%). The results showed that the addition of various stabilizers and the length of storage of mayonnaise on physical properties showed real results (P <0.05) in storage and no interaction occurred but the chemical properties showed significant results (pH, FFA, water content) (P <0 , 05) on various types of stabilizers and storage as well as interactions on water content parameters. It was concluded that there was an interaction between the addition of stabilizers and storage time with the moisture content of mayonnaise. The stabilizer has a significant effect on pH and FFA, while the storage time has a significant effect on yield, pH, and FFA.

Keywords: arab gum, CMC, mayonnaise, storage, xanthan gum

PENDAHULUAN

Telur merupakan salah satu bahan pangan fungsional yang bernilai gizi tinggi, lezat, dan diminati banyak kalangan. Kandungan gizi pada telur ayam terdiri dari air 72,8-75,6%, protein 12,8-13,4%, dan lemak 10,5-11,8%. Telur tersusun dari kulit telur, albumin, dan kuning telur (Sudaryani, 2003). Kuning telur digunakan dalam pembuatan mayonnaise karena kandungan lemak yang paling tinggi. Mayonnaise merupakan makanan yang

dibuat berdasarkan salah satu sifat-sifat fungsional dari telur, yaitu menggunakan kuning telur sebagai daya emulsinya (o/w) (Muchtadi et al., 2010). Upaya dalam mempertahankan aroma dan tekstur dapat ditambahkan beberapa jenis asam seperti asam malat atau sitrat (Chukwu & Sadiq, 2008). Emulsi adalah sistem yang tidak stabil sehingga dibutuhkan dua hal yang dapat membentuk emulsi stabil yaitu penggunaan alat mekanis untuk mendispersikan sistem dan penggunaan bahan

Terakreditasi

Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti Keputusan No: 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018

DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jitro.v7i1.8381 http://ojs.uho.ac.id/index.php/peternakan-tropis

(2)

53 pengemulsi atau penstabil untuk mempertahankan sistem tetap terdispersi (Bergenstahl & Claesson, 1990). Pengemulsi yang kurang baik dan tidak seimbang dapat menyebabkan emulsi yang diperoleh menjadi tidak stabil (Jaya et al., 2013).

Beberapa jenis penstabil yang sering digunakan adalah CMC, gum arab, dan xanthan gum. CMC memiliki sifat biodegradable, tidak memiliki warna, tidak berbau, tidak beracun, ber-bentuk butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam larutan organik, stabil pada rentang pH 3-10 dan mengendap pada pH kurang dari 3 (Silsia, 2018). Penyimpanan pada suhu kamar atau suhu ruang tidak dapat menjamin kualitas fisik dan kimia suatu produk pangan. Hal ini disebakan karena bakteri patogen dan jamur mudah tumbuh pada penyimpanan suhu ruang. Semakin lama penyimpanan yang dilakukan pada suhu ruang maka akan menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bahan penstabil (CMC, gum arab, dan xanthan gum) dengan lama penyimpan-an selama 8 hari terhadap kualitas fisik dpenyimpan-an kualitas kimia.

MATERI DAN METODE Materi Penelitian

Bahan utama penelitian yaitu kuning telur ayam ras yang didapatkan dari peternakan ayam petelur di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Bahan utama lainnya seperti minyak kedelai, cuka, cmc, gum arab, dan xanthan gum didapatkan dari toko Sokomedical yang didapat secara online, sedangkan untuk bahan-bahan keperluan pengujian didapatkan dari

Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, Politeknik Negeri Banyuwangi. Peralatan yang disiapkan pada pembuatan mayonnaise dan pengujian kualitas fisiko kimia (pH, FFA, kadar air, dan rendemen) adalah handblender, baskom, pH meter, timbangan, sendok, pisau, showcase, cawan, dan buret.

Desain penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama bahan penstabil yaitu CMC, gum arab, dan xanthan gum dengan persentase penambahan masing-masing 1%, faktor

kedua lama penyimpanan yaitu selama 2, 4, 6, dan 8 hari pada suhu ruang 27-30⁰C.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan proses pencucian telur ayam ras utuh untuk menghilangkan kontaminan yang ada pada kerabang, kemudian dilanjutkan dengan proses sortasi dengan bentuk, kehalusan, ketebalan, keutuhan, dan kebersihan kerabang yang baik yang akan digunakan pada penelitian. Proses selanjutnya adalah dengan pemecahan telur untuk memisahkan bagian kuning dan putih telur, yang akan digunakan pada penelitian ini hanya bagian kuning telur. Proses pencucian, sortasi, pemecahan dan pemisahan kuning, serta putih telur dilakukan secara manual.

Menurut Huang et al. (2016) mayonnaise dibuat dengan 1,3 g gula, 0,67 g garam, 4 ml cuka, 40 ml minyak kedelai, dan 10 g kuning telur. Prosedur pembuatan mayonnaise dimulai dengan mencampurkan kuning telur, gula, garam, cmc, gum xanthan, dan gum arab dengan menggunakan mixer berkecepatan tinggi selama 3-4 menit, kemudian dilanjutkan dengan menambahkan minyak kedelai tetes demi tetes. Sebagai langkah terakhir, cuka ditambahkan hingga tercampur. Pengujian kualitas fisikokimia yang dilakukan antara lain: pengujian pH, FFA, kadar air, dan rendemen.

Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis variansi berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Apabila hasil analisis data menunjukkan rata-rata perlakuan berbeda maka dilanjutkan dengan uji beda antar mean yaitu Duncan Multiple Range Test (DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik (Rendemen) Mayonnaise

Penambahan berbagai jenis bahan penstabil pada mayonnaise hanya berpengaruh pada penyimpanan dan tidak ada interaksi antara penyimpanan serta bahan penstabil. Hasil rataan dari uji rendemen disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rataan uji rendemen

Stabilizer Penyimpanan Rataan

2 Hari 4 Hari 6 Hari 8 Hari

S0 0,98 ± 0,003 0,97 ± 0,001 0,96 ± 0,006 0,94 ± 0,013 0,96 ± 0,016 S1 0,98 ± 0,005 0,97 ± 0,004 0,96 ± 0,003 0,95 ± 0,015 0,96 ± 0,012 S2 0,98 ± 0,003 0,97 ± 0,002 0,96 ± 0,004 0,94 ± 0,004 0,96 ± 0,013 S3 0,98 ± 0,004 0,97 ± 0,005 0,96 ± 0,006 0,95 ± 0,009 0,96 ± 0,011 Rataan 0,98 ± 0,004a 0,97 ± 0,004b 0,96 ± 0,004c 0,95 ± 0,011d

Keterangan : S0 (tanpa stabilizer), S1 (CMC 1%), S2 (gum arab 1%), S3 (xanthan gum 1%) Superskrip berbeda pada baris sama menunjukan berpengaruh nyata (P<0,05)

(3)

54 Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi dari perlakuan bahan penstabil dan lama penyimpanan tidak ada pengaruh nyata (P>0,05) terhadap rendemen mayonnaise. Sedangkan perlakuan penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap mayonnaise. Semakin lama dilakukan penyimpan-an maka nilai rendemen semakin menurun. Triyono (2010), menyatakan bahwa semakin rendah perbedaan pH baik pada pH asam atau basa yang menjauhi titik isoelektriknya dapat mempengaruhi derajat keasaman yang mengakibatkan kelarutan protein akan semakin meningkat. Kelarutan protein yang meningkat menyebabkan rendemen yang di peroleh semakin besar. Pada mayonnaise penelitian ini denaturasi masih dikategorikan rendah sehingga rendemen yang dihasilkan tidak berbeda jauh atau hanya dalam jumlah yang sedikit. Asam yang ditambahkan mengakibatkan penambahan ion H+ akan menetralkan protein dan tercapainya pH isoelektrik. Penurunan nilai rendemen mayonnaise juga dapat dikarenakan terjadi penguapan dari air bebas menuju udara (Triyono, 2010). Hal ini didukung oleh Winarno (2002), bahwa air bebas merupakan komponen dari suatu bahan yang dapat menguap karena lemahnya ikatan hidrogen yang lemah dari air bebas itu sendiri.Suhu didalam ruangan yang digunakan tidak menentu dan tidak dapat dipastikan. Selain itu kadar pH juga dapat mempengaruhi rendemen mayonnaise karena pada suasana asam protein mudah rusak atau terjadi denaturasi sehingga kandungan air yang berikatan dengan protein menguap di udara bebas.

Sifat Kimia (pH, FFA, Kadar Air) Mayonnaise

Sifat kimia yang diuji meliputi pH, FFA (Free Fatty Acid), dan kadar air. Hasil dari pengujian kimia dapat dilihat pada Tabel 2.

pH

Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi (P>0,05) antara lama penyimpanan dan berbagai jenis bahan penstabil terhadap pH mayonnaise. Bahan penstabil xanthan gum memiliki nilai pH paling tinggi yaitu 4,14 dibandingkan perlakuan lain, hal ini dikarenakan pH dari xanthan gum itu sendiri cenderung lebih tinggi dibanding bahan penstabil lainnya. pH xanthan gum mendekati netral yaitu kisaran 7, karena xanthan gum dihasilkan dari bakteri (X. Campetris) yang dapat hidup optimum pada pH netral (7,00) (Mudoi et al., 2013). Sesuai dengan penelitian Ramadhan et al. (2015), bahwa pH

xanthan gum cenderung netral yakni berkisar 6,95 dan penelitian Ramadhan et al. (2015), penambahan xanthan gum menga-kibatkan nilai pH netral pada produk kulit buah naga daging merah hal ini disebabkan karena pH dari xanthan gum yang netral yaitu pada kisaran angka 6,95 atau mendekati angka 7.

Xanthan gum merupakan bahan penstabil yang mempunyai sifat stabil pada konsentrasi rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai pH pada mayonnaise. pH asam pada mayonnaise disebabkan dengan adanya penambahan asam cuka yang berkisar 2,4 ml yang mempengaruhi pH akhir produk mayonnaise. Muhammad et al. (2016), bahwa asam asetat dikenal sebagai pengawet makanan dengan cara menurunkan pH bahan pangan (pengasaman).

Penstabil jenis CMC dan gum arab sama-sama memiliki pH rendah yang optimum. CMC memiliki pH sekitar 6-8. Penggunaan CMC terlalu rendah laurtan menjadi tidak homogen karena terbentuk endapan (Nur et al., 2016). Gum arab memiliki kestabilan yang baik pada pH 3-5, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Imeson (1999), bahwa gum arab dapat stabil dalam larutan asam dengan pH alami gum ini berkisar 3,9-4,9 yang berasal dari residu asam glukoronik. Selain itu kestabilan gum arab juga dapat tidak signifikan apabila dipengaruhi suhu yang tidak teratur dan waktu pelarutan yang terlalu lama sehingga struktur kimia berubah.

Lama penyimpanan mayonnaise berpe-ngaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar pH. Penyimpanan 0 sampai 4 hari berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kenaikan kadar pH, sedangkan penyimpanan 6 sampai 8 hari nyata (P<0,05) terhadap penurunan kadar pH. Naik turunnya pH selama penyimpanan mayonnaise dapat dipeng-aruhi oleh tingkat pertumbuhan mikroorganisme dan juga oksidasi dari minyak kedelai yang digunakan. Menurut Purnomo (1997), bahwa kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada pH 6-8 dan pH 2-10 yang biasanya bersifat merusak. Pertumbuhan bakteri selalu diikuti dengan kegiatan enzimatis, sehingga akan merubah kualitas kimia dari bahan pangan. Faktor yang menyebabkan minyak kedelai teroksidasi yaitu suhu, cahaya, kelembapan, dan lama penyimpanan. Menurut DeMan (1999), setiap peningkatan suhu 10°C kecepatan oksidasi meningkat dua kali lipat.

(4)

55 Tabel 2 Rataan uji pH, FFA, dan kadar air

Variabel Stabilizer Penyimpanan Rataan

0 Hari 2 Hari 4 Hari 6 Hari 8 Hari

S0 4,08±0,043 4,12±0,040 4,15±0,011 3,99±0,064 4,04±0,065 4,08±0,073 pH S1 4,18±0,037 4,09±0,081 4,15±0,032 4,09±0,020 4,12±0,025 4,13±0,054 S2 4,09±0,070 4,14±0,035 4,14±0,062 4,07±0,055 4,06±0,146 4,10±0,078 S3 4,15±0,040 4,16±0,043 4,15±0,055 4,13±0,037 4,13±0,020 4,14±0,037 Rataan 4,12±0,063ab 4,13±0,053ab 4,15±0,039a 4,07±0,065c 4,19±0,080bc S0 0,015±0,001 0,017±0,006 0,019±0,001 0,020±0,001 0,021±0,001 0,0185±0,002 FFA S1 0,012±0,001 0,0150±0,002 0,015±0,001 0,017±0,001 0,080±0,002 0,0154±0,002 S2 0,011±0,001 0,0160±0,001 0,010±0,001 0,018±0,001 0,019±0,001 0,0161±0,003 S3 0,012±0,001 0,157±0,001 0,017±0,001 0,017±0,001 0,018±0,001 0,0160±0,003 Rataan 0,013±0,002a 0,016±0,001c 0,017±0,002b 0,018±0,002ab 0,019±0,002a S0 18,17 ± 0,10a 16,63 ± 0,10cde 16,37 ± 0,15a 17,72 ± 0,31a 17,69 ± 0,90a 17,31±0,80a

Kadar Air S1 16,65 ± 0,27cde 15,40 ± 0,20f 15,31 ± 0,21f 16,52 ± 0,25de 15,96 ± 1,06ef 15,97±0,72b

S2 17,43 ± 0,14ab 15,57 ± 0,53f 16,88 ± 0,13bcd 16,61 ± 0,30cde 17,04 ± 0,37abcd 16,70±0,71ab

S3 17,36 ± 0,19abc 16,79 ± 0,100bcd 16,65 ± 0,23cde 16,70 ± 0,72cde 16,63 ± 0,031cde 16,82±0,31c

Rataan 17,40±0,580a 16,09 ± 0,70b 16,30±0,65ab 16,89 ± 0,55c 16,83±0,86bc

(5)

56

FFA (Free Fatty Acid)

Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi (P>0,05) dari lama penyimpanan dengan berbagai bahan penstabil terhadap nilai FFA mayonnaise. Naik turunnya FFA ditinjau dari lama penyimpanan dipengaruhi adanya kerusakan lemak yang berdasarkan oksidasi lemak, pengaruh enzim lipase, dan reaksi hidrolisis lemak. Kecepatan oksidasi lemak tergantung tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanan mayonnaise akan terpapar oksigen lebih banyak melalui celah wadah yang digunakan sehingga tekanan oksigen meningkat yang menyebabkan laju oksidasi asam lemak juga meningkat. Sesuai dengan Winarno (2004), bahwa oksidasi lemak oleh oksigen terjadi spontan jika bahan dengan kandungan lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan laju oksidasi tergantung tipe lemak dan kondisi penyimpnan. Hal ini berdampak meningkatnya laju oksidasi maka asam lemak pada sampel mayonnaise yang akan mengalami penurunan. Menurut DeMan (1999), setiap peningkatan suhu 10°C kecepatan oksidasi meningkat dua kali lipat. Menurunnya nilai FFA dipengaruhi oleh reaksi hidrolisis. Semakin tinggi kandungan air dalam mayonnaise maka semakin tinggi nilai FFA yang terbentuk karena reaksi hidrolisis berlangsung sangat cepat. Pada sampel dengan nilai tertinggi yaitu S0 (CMC 1%) yang

memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Semakin tinggi kadar air maka oksidasi minyak akan semakin tinggi (Rantawi, 2017). Menurut DeMan (1989), bahwa sebagai pengental, CMC mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel. Hal ini memungkinkan air dalam bahan tidak bisa menguap karena terikat oleh komponen CMC dalam mayonnaise sehingga kadar air pada bahan menjadi tinggi.

Lama penyimpanan 0 sampi 8 hari nyata (P<0,05) meningkatkan nilai FFA dari mayonnaise. Peningkatan kadar asam lemak bebas pada hari berikutnya dikarena suhu penyimpanan tidak tetap akibat ketidak stabilan arus listrik selain itu mayonnaise seharusnya disimpan dalam bahan berbentuk kaca atau stainless stell untuk menghindari proses terhidrolisis lebih lanjut. Menurut Fachry et al. (2013), faktor penyebab hidrolisi yakni kandungan selulosa bahan, pH, waktu, suhu, tekanan, dan konsentrasi asam.

Kadar Air

Interaksi antara perlakuan lama penyimpan-an dpenyimpan-an jenis bahpenyimpan-an penstabil berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air. Jenis bahan penstabil dan lama penyimpanan berjalan selaras dan menimbulkan interaksi. Estimasi grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva kadar air Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

sampel S3 (Xanthan gum 1%) memiliki kandungan air yang lebih stabil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini karena xanthan gum

memiliki sifat terdispersi secara sempurna dalam air, peningkatan konsentrasi akan membuat bahan lebih kental. Viskositas erat kaitannya dengan kadar air, semakin tinggi kadar air maka viskositas 13.5 14 14.5 15 15.5 16 16.5 17 17.5 18 18.5

0 Hari 2 Hari 4 Hari 6 Hari 8 Hari

(6)

57 akan semakin rendah. Bahan penstabil golongan gum ini juga menyebabkan viskositas tinggi karena terjadi pembentukan ikatan rantai polimer polisakarida antar molekul secara lebih kompleks (Rowe et al., 2009). Penurunan kadar air dikarenakan xanthan gum merupakan polisa-karida yang memiliki gugus polar sehingga air dapat membentuk ikatan hydrogen dengan gugus hidroksil (-OH), selain itu kemampuan xanthan gum yang dapat mengikat air hingga 32.300±1100 g H2O/100 gram solid (Cui, 2000). bahwa xanthan gum merupakan jenis polisakarida yang memiliki gugus polar sehingga air dapat membentuk ikatan hydrogen dengan gugus hidrogen selain itu kemampuan xanthan gum mengikat air cukup tinggi. Viskositas mayonnaise dipasaran 3346,6667 cp (Al-Bachir & Zeinou, 2006). Konsentrasi xanthan gum berpengaruh pada viskositas, hal ini disebabkan adanya proses hidrasi yang berlanjut oleh polimer xanthan gum selama penyimpanan (Zatz et al., 1996). Mayonnaise dengan perlakuan xanthan gum pada penyimpanan 6 hari mengalami kenaikan yang dapat dikarena kan oleh suhu dan kelembapan sehingga air bebas dari udara di lingkungan sekitar masuk kedalam mayonnaise. Menurut Soeparno (1994), bahwa kerusakan dapat dipercepat oleh kenaikan suhu, kelembaban, dan ketersediaan oksigen.

Kadar air juga berperan dalam proses oksidasi dan hidrolisis minyak yang akhirnya menyebabkan ketengikan. Selain itu suasana asam atau pH mayonnaise juga dapat berpengaruh pada kadar air karena pada konsisi asam protein akan mudah terdenaturasi dan menyebabkan ikatan dengan air semakin lemah sehingga air dapat menguap pada udara bebas. Hal ini sejalan dengan Ophart (2003), yang mengatakan bahwa denaturasi protein terjadi karena adanya asam. Menurut BSN (1998), standart mutu kadar air pada mayonnaise maksimal 30%. Pada penelitian ini kadar air kisaran angka 15,31% sampai 18,17%. Hal ini masih sesuai dengan standar SNI yaitu 30% sehingga mayonnaise penelitian ini masih memenuhi standar untuk layak konsumsi.

KESIMPULAN

Terjadi interaksi antara penambahan bahan penstabil dan lama simpan terhadap kadar air mayonnaise. Secara mandiri bahan penstabil berpengaruh nyata terhadap pH dan FFA, sedangkan lama simpan berpengaruh nyata terhadap rendemen, pH, dan FFA.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bachir, M. & R. Zeinou. 2006. Effect of gamma irradiation on some characteristics of shel eggs and mayonnaise prepared from irradiation eggs. Journal of Food Safety. 26(4): 348-360.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. Standar Mutu Mayonaise. SNI 01-4473-118. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta Bergenstahl, B, A. & P.M. Claesson. 1990. Surface

Forces In Emulsions. In: Food Emulsions. 2nd Edition. Marcel Dekker, Inc., New York.

Cui, S.W. 2000. Polysaccharide Gums from Agricultural Products: Processing, Structures, and Functionality. CRC Press. Florida, USA.

Chukwu, O. & Y. Sadiq. 2008. Storage stability of groundnut oil and soya oilbased mayonnaise. Journal of Food Technology. 6(5):17-220.

DeMan. 1999. Principle of Food Chemistry.Connecticut: The Avi Publishing Co., Inc., Westport.

Fachry, A.R., P. Astuti, & T.G. Puspitasari. 2013. Penambahan bioetanol dari limbah tongkol jagung dengan variasi konsentrasi asam klorida dan waktu fermentasi. Jurnal Teknik Kimia.19 (1): 60-69.

Huang, L., T. Wang, Z. Han, Y. Meng, & X. Lu. 2016. Effect Of Egg Yolk Freezing On Properties Of Mayonnaise. Food Hydocolloids 56:311-317.

Imeson. 1999. Thickening and Gelling Agents for Food. An Aspen Publisher, Inc. Glasgow.

Jaya, F., D. Amertaningtyas, & H.Tistiana. 2013. Evaluasi mutu organoleptik mayonnaise dengan bahan dasar minyak nabati dan kuning telur ayam buras. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 8(1):30-34.

Muchtadi, T. 2010. Ilmu Pengetahuan Pangan. AlfaBeta. Bandung.

Mudoi P, P. Bharali P, & B.L. Komwa. 2013. Study on the effect of pH, temperature and aeration on the cellular growth and xanthan production by xanthomonas campentries using waste residual molasses. Bioprocess and Biotechniques 3(2):1-6.

(7)

58 Muhammad, L.A., R. Hartanto, & E. Nurhartadi,

Edhi N. 2016. Pengaruh penggunaan asam asetat dan edible coating ekstrak bawang putih terhadap kualitas fillet ikan nila merah (Oreochormis nilticus) selama penyimpanan suhu dingin. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 9(1):24-33.

Nur, R., Thamrin, & M.Z. Muzakkar. 2016. Sintesis dan karakterisasi CMC (Carboxy-methyl Cellulose) yang dihasilkan dari selulosa jerami padi. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan 1(3):222-231.

Ophart, C.E. 2003. Virtual Chembook. Elmhurst College. Illinois.

Purnomo, H. 1997. Pengaruh subtitusi tepung dan tepung kedelai terhadap kualitas bakso. Agrivita. 20 (3):138-141.

Ramadhan, K., W. Atmaka, & E. Widowati. 2015. Kajian pengaruh variasi penambahan xanthan gum terhadap sifat fisik dan kimia serta organoleptik fruit leather kulit buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 8(2):115-122.

Rantawi, A.B., A. Mahfud, & E.R. Situmorang. 2017. Korelasi antara kadar air pada kernel mutu kadar asam lemak bebas produk palm kernel oil yang dihasilkan (studi kasus pada PT. XYZ). Industrial Engineering Journal 6(1):36-42.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey, & S.C. Owen. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th Edition. Pharmaceutical Press. London. Silsia, D., Z. Efendi, & F. Timotius. 2018.

Karakterisasi karbosimetil selulosa (CMC) dari pelepah kelapa sawit. Jurnal Agroindustri 8(1):53-61.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triyono, A. 2010. Mempelajari pengaruh penam-bahan beberapa asam pada proses isolasi protein terhadap tepung protein isolat kacang hijau (Paseolus radiantus L.). Prosiding seminar Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang, 4-5- Agustus 2010. Hlm C-10.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Zatz, J.L., G.P. Khusla, Gels & H.A. Lieberman. 1996. Pharmaceutical Dosage Forms Disperse System.CRC Press. New York.

Gambar

Tabel 1. Hasil rataan uji rendemen
Tabel  2  menunjukkan  bahwa  tidak  ada  interaksi  (P&gt;0,05) dari lama  penyimpanan  dengan  berbagai  bahan  penstabil  terhadap  nilai  FFA  mayonnaise

Referensi

Dokumen terkait

Adapun uraian proses pembuatan kitosan dari kitin dengan proses deasetilasi adalah sebagai berikut : Pertama-tama kitin dalam bentuk serbuk 100 mesh dari supplier ditampung pada

Proses pengumpulan sampah sampai pembuangan akhir dimulai dari pengumpulan sampah dari sumber-sumber sampah seperti dari rumah tangga, pasar, toko, kantor, dan tempat-tempat

Hasil pengukuran viskositas mikroemulsi selama 8 minggu de- ngan menggunakan viskometer Brookfield pada suhu kamar (27°C ) menunjukkan bahwa sediaan mikro- emulsi formula A, B dan

Hubungan rata-rata penurunan edema terhadap waktu setelah perlakuan Pada kelompok perlakuan dengan variasi dosis ekstrak etanolik kulit terong belanda memiliki

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi garam berpengaruh nyata terhadap kadar HCN dan penilaian sensori secara deskriptif dan hedonik

Oleh kerana hanya satu fantom yang digunakan bagi setiap parameter dedahan, ketebalan dan ketumpatan tisu yang adalah tetap arus tiub yang digunakan sepanjang pemeriksaan adalah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan kemampuan penggunaan imbuhan peN-, pe-, peN-an, -an, ke-, ke-an dalam kalimat efektif siswa kelas VII Sekolah