• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUSANAPESTAMALAMUNTUKREMAJADENGANSUMBERIDEUPACARABATOBO(RIAU)DALAMPAGELARANBUSANADENGANTEMAFOLKLORICNUSANTARA2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUSANAPESTAMALAMUNTUKREMAJADENGANSUMBERIDEUPACARABATOBO(RIAU)DALAMPAGELARANBUSANADENGANTEMAFOLKLORICNUSANTARA2011."

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PROYEK AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Ahli Madya D3 Program Studi Teknik Busana

Oleh :

NENI SULISTIAN 08514131027

PROGRAM STUDI TEKNIK BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)

iii

Oleh : Neni Sulistian

08514131027

Proyek Akhir ini bertujuan untuk dapat : 1) mencipta disain Busana Pesta Malam Untuk Remaja Dengan Sumber Ide Upacara Batobo ( Riau ), 2) menciptakan Busana Pesta Malam Untuk Remaja Dengan Sumber Ide Upacara Batobo ( Riau ), 3) menyelenggarakan Pagelaran Busana dengan tema “FOLKLORIC NUSANTARA” yang menampilkan busana dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau ).

Disain busana pesta malam pada Proyek Akhir ini mengambil sumber ide Upacara Batobo ( Riau ). Busana Pesta Malam Untuk Remaja Dengan Sumber Ide Upacara Batobo ( Riau ) merupakan salah satu busana yang mempunyai karakteristik, daya tarik tersendiri, dan unik. Pada Proyek Akhir ini mengambil ciri khusus yaitu busana asimetris yang terinspirasi busana petani dan keranjang yang dipakai untuk kesawah. Proses pembuatan busana Busana Pesta Malam ini meliputi tiga tahap yaitu : Tahap persiapan, yang terdiri dari proses penciptaan busana yaitu mengaji sumber ide melalui referensi dan media internet, sumber ide yang dipilih dalam pembuatan busana pesta malam adalah Upacara Batobo. Desain kemudian diwujudkan dalam design sketching, presentation drawing, pembuatan gambar kerja busana, pengambilan ukuran, pembuatan pola busana, perancangan bahan dan harga, dan penyusutan bahan. Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari peletakaan pola diatas bahan, pemotongan dan pemberian tanda pada jahitan, penjelujuran, passen I, perbaikan, penjahitan, passen II dan pemberian hiasan busana. Tahap evaluasi hasil meliputi pembahasan tentang masalah yang dihadapi pada proses pembuatan busana dan evaluasi hasil secara keseluruhan mengenai kesesuaian antara disain dan busana yang dihasilkan dengan tema pagelaran busana yaitu “FOLKLORICNUSANTARA”. Penyelenggaraan pagelaran busana, melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan yang terdiri dari pembentukan sususan panitia, penentuan tema, penentuan tujuan pelaksanaan, penentuan waktu dan tempat serta anggaran. Tahap pelaksanaan yaitu pagelaran busana. Busana tersebut diperagakan pada Pagelaran Busana dengan tema “FOLKLORICNUSANTARA” dengan sub tema busana “Secret Of Batobo” diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 2011 pukul 19.00 WIB- selesai di Hall Ajuna lantai 2 Jogja Expo Center ( JEC ) yang diikuti oleh 92 mahasisiwa Teknik Busana D3 Reguler, D3 Non Reguler, S1 Reguler, dan S1 Non Reguler dan rancangan penyusun dengan no urut 17. Tahap evaluasi meliputi penyelenggaran pagelaran busana, koordinator antar seksi serta hasil keseluruhan dari pagelaran yang dapat berjalan lancar.

Hasil Proyek Akhr ini berupa busana pesta bersiluet A yang terdiri dari gaun berlengan panjang dan rok fantasi. Bahan yang digunakan adalah untuk bahan gaun menggunakanzetta silk warna hijau kekuningan, untuk kerah, potongan di lengan, pada pinggang dan gelembung keranjang menggunakan songket Riau motif wajik yang berwarna kuning, karena warna songket Riau dominan warna kuning, merah, dan hijau. Sedangkan untuk rok fantasi menggunakan sifon sutra berwarna coklat kekuningan. Pada rok pas panggul depan dan belakang menggunakan hiasan payet pasir dan halon yang tidak beraturan. Pagelaran tersebut berjalan dengan lancar dan sukses terbukti dengan penjualan tiket yang sesuai dengan target, dan mendapat respon masyarakat yang khususnya para pemerhati mode.

(4)

iv

08514131027

His final project aims to : 1) Create Party Night Design for Adult with source of ideas Batobo Ceremony (Riau), Making Party Night Design for Adult with source of ideas Batobo Ceremony (Riau), 3) Held Folkloric Nusantara 2011 fashion show performing Party Night Dress which take ideas from Batobo Ceremony (Riau).

Party Night Design in this final project take source idea from batobo ceremony (Riau). It has a characteristic fashion, its own charm and uniqueness. The designs are created at this final project has a special characteristic in the form of asymmetrical design. The asymmetrical design is inspired from the farmers dress and basket used for the rice fields. The process of making clothing consists of three stages: The preparation phase, which consisted of clothing creation process (review the ideas from various media sources such as internet and various other references, the source of the selected idea are batobo ceremonies from Provence of Riau). The next step is creating works design, collection size, make the basic patterns, changing patterns, designing materials and calculate the price. Stage of implementation, including making patterns with the actual size, put the pattern on the material, cut the material, stitching material mark, baste, the first stage of the evaluation process, improved evaluation of the first stage, sewing, the evaluation process of the second stage. Stage of the evaluation includes a discussion of the overall problem encountered in the process of making clothing and evaluation of the overall results of the fit between designs with themes that are made. Organization of fashion shows held in three phases, the first stage of preparation involves determining formation of the committee structure, determining the theme, time, budget and layout stage performances. The second stage is the implementation of the performances. Folklorik Nusantara was taken as its theme, and as a sub-theme is "Secreet of Batobo". Performances held on May 29, 2011 held at the Jogja Expo Center Hall Arjuna second floor, followed by 92 participants. Fashion show held on May 29, 2011 at 19:00 pm taking place in Hall Arjuna second floor of Building Jogja Expo Center (JEC), this show was followed by 92 engineering students Clothing Regular D3, D3 Non-Regular, Regular S1, and S1 Non-Regular. In this show authors get a chance to show his work in the sequence of 17. The third stage involves the evaluation of all the fashion shows as well as the overall results.

The results of this final project is a party dress with the silhouette of A which consists of a long-sleeved dresses and skirts fantasy. The materials used are materials that use zetta silk dress with a yellowish green color, for the collar, cut in the arm, at waist and bubble basket using Riau socket with a yellow diamond motif. This color was chosen because the socket Riau dominant in yellow, red and green. As for the skirt fantasy use of silk chiffon with a yellowish brown color. In fitting skirt front and back of the pelvis using sand and ornate sequin irregular halon. Fashion show is running smoothly and successfully, it is evident from the number of ticket sales (according to the target), and get a good response from the community (especially from the observer of fashion).

(5)

v

(Q.S Al-Kausar : 1-3)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai ( dari suatu urusan ), tetaplah bekerja keras ( untuk urusan orang lain ). Dan hanya kepada Tuhan-Mu lah engkau berharap”

(Q.S Al-Insyirah : 6-8)

“Dan hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki, dan akan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”

(6)

vi

selalu diberikan untukku semangat dan kasih sayang yang tulus selalu menyertai langkah hidupku.

Sahabat-sahabatku

Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan semangat sahabat-sahabatku kepadaku selama ini, tidak akan kulupakan sampai akhir hayatku.

Teman-teman Teknik Busana D3 angkatan 2008 Terima kasih atas terjalinnya persahabatan kita selama ini

(7)

vii

dan hidayah Nya sehingga Proyek Akhir dengan judul “Busana Pesta Malam Untuk Remaja Dengan Sumber Ide Upacara Batobo ( Riau ) Dalam Pagelaran Busana Dengan Tema FOLKLORIC NUSANTARA” ini dapat terselesaikan dengan baik. Proyek Akhir ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya D3 Teknik Busana.

Keberhasilan pembuatan Proyek Akhir ini karena dukungan dan bimbingan dari pihak-pihak lain yang membantu dalam penyusunan Proyek Akhir, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M. A selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Moch. Bruri Triyono selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Dr. Sri Wening selaku Ketua Jurusan PTBB Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

(8)

viii

meluangkan waktu untuk menjadi sekretaris dalam Ujian Proyek Akhir.

7. Emy Budi Astuti, M. Pd. selaku penguji Proyek Akhir yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi Penguji dalam Ujian Proyek Akhir.

8. Seluruh Dosen dan staf jurusan PTBB yang telah memberikan bantuan selama ini.

9. Bunda dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikain laporan Proyek Akhir ini disusun. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan Proyek Akhir ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya bagi para pembaca pada umumnya

Yogyakarta, Oktober 2011

(9)

ix

PENGESAHAN……….. ii

ABSTRAK……….. iii

ABSRTACTS……….. iv

MOTTO……….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR GAMBAR……….. xi

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Batasan Istilah ……….. 5

C. Rumusan Masalah ……… 6

D. Tujuan ……….. 7

E. Manfaat ……….... 7

BAB II. KAJIAN TEORI……….. 9

A. SUMBER IDE ……….. 9

1. Pengertian Sumber Ide ………... 9

2. Filosofi Folkloric ……… 11

3. Sumber Ide Upacara Batabo (Riau) ……… 14

4. Trend Fashion 2011 ……… 18

B. DISAIN ...……….. 22

1. Unsur dan Prinsip Disain …..………... 22

2. Disain Busana ……….………. 46

3. Disain Hiasan Busana ……….. 52

4. Disain Pelengkap Busana ……… 55

C. BUSANA PESTA ……… 56

1. Pengertian Busana Pesta ……….. 56

2. Penggolongan Busana Pesta ……… 57

3. Karakteristik Busana Pesta ……….. 60

4. Pola Busana ………..……… 68

(10)

x

A. PROSES PEMBUATAN BUSANA ………. 102

1. Persiapan ……….. 102

a. Pembuatan Gambar Kerja Busana, Gambar Kerja Hiasan Busana dan Gambar Kerja Pelengkap …... 102

b. Pengambilan Ukuran ………... 111

c. Pembuatan Pola Busana ……….. 112

d. Perancangan Bahan dan Harga ……… 147

2. Pelaksanaan ……….. 156

a. Peletakan Pola pada Bahan ………. 157

b. Pemotongan dan Pemberian Kampuh ………. 157

c. Penjelujuran dan Penyambungan ……… 158

d. Evaluasi Passen I ………. 161

e. Passen II ……….. 163

3. Evaluasi Hasil ……….. 164

B. GELAR BUSANA …………...……… 167

1. Persiapan ………..……… 167

a. Membentuk Panitia Pagelaran Busana ……… 167

b. Menentukan Tema ………..……… 169

c. Menentukan Tujuan Pelaksanaan ……… 170

d. Menentukan Waktu dan Tempat Penyelenggaraan ….. 171

e. Penentuan Anggaran ……… 171

2. Pelaksanaan ………..……… 176

3. Evaluasi Hasil ………..… 182

C. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 185

1. Penciptaan Disain Busana Pesta Untuk Remaja Dengan Sumber Upacara Batabo (Riau) ……….. 185

2. Proses Pembuatan Busana Pesta Malam Untuk Remaja Dengan Sumber Ide Upacara Batabo (Riau) ………….. 187

3. Gelar Busana ……….. 189

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN……… 191

A. KESIMPULAN ……… 191

B. SARAN ……… 193

DAFTAR PUSTAKA……….. 196

(11)

xi

Gambar 2. Kegiatan Batobo di Riau ………... 16

Gambar 3. Kegiatan Batobo di Riau ………... 17

Gambar 4. Kegiatan Batobo di Riau ………... 17

Gambar 5. Trend Mode 2011 ……….. 19

Gambar 6. Warna Primer ……… 35

Gambar 7. Warna Sekunder ……… 36

Gambar 8. Warna Tersier ……… 36

Gambar 9. Bagan Penggolongan Tekstur ……… 38

Gambar 10. Songket Riau Motif Wajik ……… 66

Gambar 11. Motif Tepi Kain Pada Kain Songket ……… 66

Gambar 12. Design Sketching………... 90

Gambar 13. Presentation DrawingTampak Depan ……….. 91

Gambar 14 Presentation DrawingTampak Belakang ………. 92

Gambar 15. Gambar Kerja Gaun Bagian Depan ………... 104

Gambar 16. Gambar Kerja Gaun Bagian Belakang ……….. 105

Gambar 17. Gambar Kerja Lengan ………... 106

Gambar 18. Gambar Kerja Rok Fantasi Bagian Depan ……… 107

Gambar 19. Gambar Kerja Rok Fantasi Bagian Belakang ………... 108

Gambar 20. Gambar Kerja Hiasan Busana Payet Pasir dan Halon ……... 109

Gambar 21. Gambar Kerja Pelengkap Busana ………. 110

Gambar 22. Pola Dasar Badan Sistem Praktis Skala 1 : 6 ……….... 113

Gambar 23. Pola Dasar Rok Sistem Praktis Skala 1 : 6 ……… 115

Gambar 24. Pola Pengembangan Rok Sesuai Disain Skala 1 : 6 ……….. 117

Gambar 25. Mengubah Pola Gaun Bagian Depan Skala 1 : 6 ………….. 119

Gambar 26. Mengubah Pola Gaun Bagian Belakang Skala 1 : 6 ………. 120

Gambar 27. Pola Dasar Lengan Sistem Praktis Skala 1 : 6 ……….. 121

Gambar 28. Pola Lengan Panjang Skala 1 : 6 ………... 122

Gambar 29. Mengubah Pola Lengan Skala 1 : 6 ………... 123

Gambar 30. Mengubah Pola Lengan Skala 1 : 6 ………... 124

Gambar 31. Mengubah Pola Lengan Skala 1:6 ……… 124

Gambar 32. Pecah Pola Lengan Skala 1 : 6 ……….. 125

Gambar 33. Mengubah Pola LenganLiningSkala 1 : 6 ………... 124

Gambar 34. Pecah Pola LenganLiningSkala 1 : 6 ………... 126

Gambar 35. Mengubah Pola Kerah Fantasi ½ Tegak Bagian Kanan Skala 1 : 6 ……….. 127

Gambar 36. Mengubah Pola Kerah Fantasi ½ Tegak Bagian Kiri Skala 1 : 6 ……….. 128

Gambar 37. Pola Rok Kerut Untuk Sifon Sutra Skala 1 : 6 ……….. 129

Gambar 38. Pola Rok Kerut Untuk Tulle Halus Skala 1 :6 ………. 130

Gambar 39. Pola Paspoille Skala 1 : 6 ……….. 131

(12)

xii

Gambar 46. Pecah Pola Lengan Skala 1:6 ……… 136

Gambar 47. Pola Paspoille Skala 1:6 ……… 137

Gambar 48. Pola Pas Panggul Rok Bagian Depan Skala 1 : 6 …………. 137

Gambar 49. Pola Pas Panggul Rok Bagian Belakang Skala 1 : 6 ………. 137

Gambar 50. Pecah Pola Gaun Bagian Depan Skala 1 : 6 ……….. 138

Gambar 51. Pecah Pola Gaun Bagian Belakang Skala 1 : 6 ………. 139

Gambar 52. Pecah Pola Lengan Skala 1 : 6 ……….. 140

Gambar 53. Pola Pas Panggul Pada Rok Bagian Depan Skala 1 : 6 ……. 140

Gambar 54. Pola Pas Panggul Pada Rok Bagian Belakang Skala 1 : 6 … 141 Gambar 55. Pecah Pola Kerah Fantasi ½ Tegak Bagian Kanan Dan Kiri Skala 1:6 ……… 141

Gambar 56. Pola Ban Pinggang Rok Skala 1 : 6 ……….. 141

Gambar 57. Pola Untuk Membuat Gelembung Keranjang Skala 1 : 6 …. 142 Gambar 58. Pola Potongan Pada Lengan Skala 1 : 6 ……… 142

Gambar 59. PolaInterfacingKerah Bagian Kanan Dan Kiri Skala 1 : 6 ……… 143

Gambar 60. PolaInterfacingBan Pinggang Pada Rok Skala 1 : 6 ……... 143

Gambar 61. Pola Interfacing Pas Panggul Pada Rok Bagian Depan Skala 1 : 6 ……….. 143

Gambar 62. Pola Interfacing Pas Panggul Pada Rok Bagian Belakang Skala 1 : 6 ……….. 144

Gambar 63. Pecah PolaInterfacingBagian Badan Dan Lapisan Skala 1 : 6 ……… 144

Gambar 64. Pola Interfacing Lapisan Gaun Pada Bagian Belakang Skala 1 : 6………... 145

Gambar 65. Pecah PolaInterfacingKerah Bagian Kanan Dan Kiri Skala 1 : 6 ……… 145

Gambar 66. PolaInterfacingPaspoille Skala 1 : 6 ………... 146

Gambar 67. PolaInterfacingPotongan Pada Lengan Skala 1 : 6 ………. 146

Gambar 68. Rancangan Bahan Gaun Skala 1 : 6 ……….. 149

Gambar 69. Rancangan Bahan Gaun Skala 1 : 6 ……….. 150

Gambar 70. Rancangan Bahan Songket Skala 1 : 6 ……….. 151

Gambar 71. Rancangan Bahan Rok Kerut Skala 1 : 6 ……….. 152

Gambar 72. Rancangan Bahan Rok Kerut Skala 1 : 6 ……….. 153

Gambar 73. Rancangan BahanInterfacingKain Pasir Skala 1 : 6 ……... 154

Gambar 74. Rancangan BahanInterfacingM33 Skala 1 : 6 ……… 155

(13)

xiii

(14)

xiv

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kata busana diambil dari bahasa Sansekerta “bhusana” namun dalam bahasa Indonesia terjadi pergeseran arti menjadi padanan pakaian. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dan busana ini merupakan busana pokok, pelengkap ( milineris dan aksesoris ), dan tata rias. Sedangkan pakaian merupakan merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh. Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan makan dan tempat tinggal, hal ini sudah dirasakan manusia sejak jaman dahulu dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradapan manusia.

(16)

menyampaikan pesan atauimage kepada orang yang melihat. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan hal-hal dalam berbusana, sehingga diperoleh busana yang serasi, indah, dan menarik.

Salah satu contohnya adalah busana pesta malam, busana yang diminati oleh wanita, khususnya remaja. Busana pesta malam adalah busana yang berbeda dengan busana lainnya. Selain memiliki banyak keistimewaan dan keunikkan pembuatannya juga sedikit rumit dari busana yang lainnya. Mulai dari pola, pemotongan kain, pemilihan bahan, dan tekstur kain, dan lain lain. Busana pesta juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris yang membuat busana tersebut menjadi terlihat indah dan anggun. Busana pesta memiliki dua jenis kategori yaitu busana pesta malam cocktail dress dan busana pesta malamevening dress. Busana pesta malamcocktail dressadalah busana pesta yang pemilihan bahannya cenderung ringan, melangsai, dan lembut, didominasikan warna-warna cerah yang berwarna-warni. Dalam busana cocktail tidak akan terlihat adanya potongan busana yang mencapai atau menyentuh lantai, melainkan potongan mini sertasimple. Sedangkan busana pesta malam evening dress adalah busana pesta malam hari yang memakai bahan-bahan yang berkualitas tinggi lengkap dengan hiasan dan aksesorisnya yang menjadikan busana tersebut menjadi mewah. Pada kesempatan ini penulis membuat busana pesta malamevening dress.

(17)

terinspirasi dari kekayaan budaya dan tradisi Indonesia diantaranya keanekaragaman budaya Indonesia. Tema tersebut dipilih dengan tujuan untuk mendekatkan mahasiswa dan masyarakat umum dengan budaya dan tradisi yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia terutama kebudayaan yang kurang diangkat dalam duniafashion.

Membuat suatu karya busana, penuangan ide yang kreatif sangat diperlukan untuk menciptakan suatu disain busana. Ide dapat diambil dari berbagai hal yang ada disekeliling kita. Misalnya dari peristiwa yang terjadi, dari bentuk-bentuk alami, dari model busana yang ada dan kemudian dikembangkan ke model lain, juga dapat dari keanekaragaman busana dari berbagai daerah yang kemudian dikembangkan menjadi model yang lebih atraktif.

(18)

menambah wawasan dan jenis pakaian yang pantas untuk busana pesta malam bagi kalangan remaja.

Sesuai dengan trend mode 2011 dan ketentuan penciptaan Proyek Akhir serta tema yang diangkat, penyusun mendesain busana pesta untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo dengan ciri siluet asimetris dari baju petani dan keranjang. Maksud siluet asimetris dari baju petani adalah baju yang tidak beraturan dan saling bertabrakan, misalnya seorang petani yang disawah mengenakan kemeja pada bagian luar tanpa dikancingkan dan didalam masih menggunakan kaos. Dan kadang pula petani perempuan mengenakan jarit dan didalamnya mengenakan celana, jarit tersebut ditarik di atas dan diikat dengan selendang sehingga memudahkan pekerjaannya. Kemeja yang digunakan petani biasanya panjang, dalam keadaan bekerja, lengan kemeja dilipat ke atas, kadang lipatan lengan dan panjang lengan setelah dilipat tidak sama. Keranjang didapat dari keranjang yang sering dipakai untuk menggangkut hasil tani, ada juga yang menyebut keranjang ini tenggok.

(19)

“FOLKLORIC NUSANTARA” yang diselenggarakan pada hari minggu 29 Mei 2011 di Hall Arjuna lantai 2 Jogja Expo Center ( JEC ). Tema umum ini dibuat lebih difokuskan dari kain seluruh nusantara.

B. Batasan Istilah

Agar penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis membatasi pengertian-pengertian dari judul diatas.

1. Busana Pesta Malam

Busana pesta malam adalah busana yang dapat dipakai pada kesempatan pesta dari waktu matahari terbenam sampai waktu berangkat tidur, baik yang bersifat resmi atau tidak resmi dengan memakai hiasan, pelengkap, dan yang istimewa sehingga memiliki kesan mewah.

2. Remaja

Merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja berada pada rentang usia 13-19 tahun.

3. Sumber Ide Upacara Batobo ( Riau )

(20)

Batobo berasal dari daerah Riau. Batobo adalah sebutan untuk gotong-royong. Batobo dilakukan untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian pekerjaan akan lebih cepat selesai dan lebih mudah.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo adalah busana yang dikenakan remaja usia 13 tahun sampai 19 tahun yang akan beranjak dewasa untuk kesempatan pesta malam menggunakan sumber ide yaitu Upacara Batobo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mencipta disain busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau )?

2. Bagaimana membuat busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau )?

(21)

D. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulis Tugas Akhir ini adalah :

1. Dapat mencipta disain busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau ).

2. Dapat membuat busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau ).

3. Dapat menyelenggarakan pagelaran busana dengan tema “FOLKLORIC NUSANTARA” menampilkan busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau ) dalam suatu bentuk pagelaran busana yang diadakan oleh mahasiswa Teknik Busana.

E. Manfaat

1. Bagi Penyusun

a. Dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan busana pesta malam untuk remaja.

b. Dapat mengasah dan menerapkan kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang dimiliki kedalam karya nyata.

(22)

2. Bagi Program Studi

a. Untuk menambah informasi tentang busana yang dapat dijadikan inspirasi dalam mencipta disain.

b. Melahirkan disaigner-disaigner yang handal sehingga mampu bersaing di dunia luar.

c. Mensosialisasikan karya cipta mahasiswa Program Studi Teknik Busana Universitas Negeri Yogyakarta kepada masyarakat dan dunia industri busana.

3. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh wawasan tentang berbagai macam busana.

b. Memperoleh informasi bahwa mahasiswa Teknik Busana Fakultas

(23)

9 A. SUMBER IDE

1. Pengertian Sumber Ide

“Sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang untuk menciptakan disain baru” ( Sri Widarwati, 1996 : 58 ). Untuk mengembangkan mode busana perlu adanya sumber ide. Sumber ide dapat diambil dari benda-benda yang ada disekeliling kita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menciptakan kreasi baru dalam menciptakan busana.

“Sumber ide merupakan langkah awal yang harus diperhatikan membuat sebuah disain. Sumber ide juga diartikan sesuatu atau sumber yang dapat merangsang lahirnya suatu kreasi” ( Widjiningsih, 2000 ). Dalam membuat hasil karya dengan pedoman pada sumber ide yang sudah ada berarti mengambil unsur yang terdapat pada sumber acuan untuk menciptakan kreasi baru.

a. Macam-Macam Sumber Ide

(24)

1. Sumber ide busana penduduk dunia termasuk pakaian-pakaian adat disuatu wilayah didunia, contoh pakaian yang dijadikan sumber ide misalnya Ceongsam ( Cina ), Kebaya ( Jawa ), Kimono ( Jepang ). 2. Sumber ide dari peristiwa-peristiwa penting nasional maupun

internasional misalnya pakaian Olimpiade, SEA Games, PON, hari Kartini, dll.

3. Sumber ide dari benda-benda alam, misalnya bentuk dan warna pada flora dan fauna, bentuk bintang, bulan sabit, matahari, dll. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang untuk menciptakan disain ide baru sehingga dapat merangsang lahirnya suatu kreasi. Dalam busana pesta malam untuk remaja dengan sumber ide Upacara Batobo ( Riau ) mengambil sumber ide dari benda-benda alam, misalnya bentuk dan warna flora dan fauna, bentuk binatang, bulan sabit, matahari, dll.

b. Cara Pengambilan Sumber Ide

Macam-macam sumber ide tersebut tidak harus mengambil secara keseluruhan, malinkan dapat mengambil bagian-bagian tertentu yang dianggap menarik untuk dijadikan sumber ide. Menurut Chodiyah dan Wisri A Mamdy ( 1998 ) pengambilan sumber ide adalah :

1. Ciri khusus dari sumber ide, misalnya baju kimono dimana ciri khususnya terletak pada lengan dan krah.

2. Warna dari sumber ide, misalnya warna bunga kamboja yang berwarna putih dan kuning.

3. Bentuk luar atau siluet dari sumber ide, misalnya bentuk burung merak.

4. Tekstur dari sumber ide, misalnya pakaian wanita Bangkok bahan yang digunakan dari bahan sutra.

(25)

detail-ditail dari suatu ide yang akan dipakai. Suatu kreasi tidak terpancang dari syarat-syarat tertentu yang baku, hanya saja sumber ide yang diambil jelas terlihat pada disain dan pembuatan busana sehingga orang yang melihat disain kita akan menggali sumber ide tersebut. “Setiap orang akan mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap suatu sumber ide, tergantung dimana segi penglihatannya. Oleh karena itu, dengan sumber ide yang sama akan menghasilkan karya yang berbeda” ( Sri Widarwati, 1995 : 58 ).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa cara pengambilan sumber ide itu dapat mengambil bagian-bagian tertentu yang dianggap penting yang menjadi ciri khas dan menarik untuk dijadikan sumber ide dan hendaknya terlebih dahulu mengetahui detail-ditail dari suatu ide yang akan dipakai.

2. FilosofiFolkloric

Folklore menurut Alan Dundes adalah “Folk” berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. “Lore” adalah tradisi. Menurut pendapat umum Folklore adalah kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan diwariskan turun temurun secara tradisional, disertai garak isyarat atau alat bantu pengikat. ( www.Google.com, Foklore.htm )

(26)

masyarakat pada kelompok tertentu, maka setiap kelompok masyarakat tertentu mempunyai tradisi yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi yang turun kan nenk moyang masing-masing.

James Dananjaya ( seorang ahli Folklor ) menyebutkan sembilan ciriFolklore( www.google.com, Folklore.htm ), yaitu sebagai berikut : a. Penyebaran dan pewarisannya bisa dilakukan secara lisan, disebarkan

melalui tutur kata atau dari mulut kemulut. Contonya : mitos.

b. Folklore bersifat tradisional, terkait dalam bentuk aturan yang berlaku. Contohnya : Pakaian Tradisional.

c. Folklore bersifat anonym, karena nama penciptanya tidak diketahui. Contohnya : Permainan Rakyat.

d. Folklore memiliki pola tertentu, sering menggunakan kata-kata klise, Contohnya : seperti untuk menggambarkan kecantikan seseorang dikatakan “wajahnya seperti bulan empat belas hari”, “menurut Empunya cerita” atau “Sohibuil Hikayat” dan untuk meutup cerita “Demikianlah konon berbahagia”,dan lain-lain.

e. Folkore memiliki fungsi dalam kehidupan bersama suatu masyarakat, seperti penghibur, alat pendidikan, protes social dan sebuah proyeksi dari keinginan yang terpendam.

Contohnya : Teater Rakyat.

f. Folklore adalah milik bersama dari masyarakat tertentu Contoh : adat istiadat dan Upacara adat.

Jan Harold Brunvand, seorang ahli Folklor Amerika Serikat, membagiFolklorke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu Folklorlisan, sebagian lisan, dan bukan lisan ( www.Google.com, Sentra-Edukasi.com ).

1) FolklorLisan

Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental ( mentifact ) yang meliputi sebagai berikut:

a. Bahasa rakyat seperti logat bahasa ( dialek ), slang, bahasa tabu, otomatis.

b. Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran. c. Pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki. d. Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair.

(27)

a) Mite (myth)

Adalah cerita prosa rakyat yang mengandung konsepsi tentang dongeng suci mengenai kehidupan para dewa dan makhluk halus pada sebuah kebudayaan suatu masyarakat. Contohnya : Nyi Roro Kidul, Ramayana, dan lain-lain.

b) Legenda (legend)

Merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap sebagai suatu kejadian yang benar-benar pernah terjadi. Contohnya : legenda Wali Songo, Ande-ande Lumut, dan lain-lain.

c) Dongeng (folktale)

f. Nyanyian rakyat dianggap sebagai salah satu bentuk ( genre ) Folklore yang terdiri dari teks dan lagu beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu dan mempunyai banyak varian. Contoh : Nina Bobo, Rambate rata, dan lain-lain.

2) Folklorsebagian Lisan

Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial ( sosiofact ), meliputi sebagai berikut:

a. Kepercayaan dan takhayul.

b. Permainan dan hiburan rakyat setempat.

c. Teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk.

d. Tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng.

e. Adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan.

f. Upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten.

g. Pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat. 3) FolklorBukan Lisan

Folklorini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut: a. Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa,

Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;

b. Seni kerajinan tangan tradisional, c. Pakaian tradisional;

d. Obat-obatan rakyat;

e. Alat-alat musik tradisional;

f. Peralatan dan senjata yang khas tradisional; g. Makanan dan minuman khas daerah.

(28)

3. Sumber ide Upacara Batobo ( Riau )

Untuk mengembangkan suatu rancangan busana perlu adanya sumber ide. Dimana sumber ide itu diperlukan untuk merancang lahirnya suatu kreasi yang baru.

Sumber ide yang yang dapat diambil penulis adalah bentuk dari sebagian yang dikenakan oleh Upacara Batobo di Riau yang telah dimodifikasi untuk saat ini. Karena bertema “FOLKLORIC NUSANTARA” yang berari mengeksplor ciri khusus dari pakaian daerah maupun yang terkandung didalam nusantara Indonesia. Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa keetnikan suatu daerah harus dilestarikan, karena itu merupakan warisan bangsa.

(29)

disain sumber ide menjadi disain busana yang seutuhnya dengan sedikit perubahan tetapi tidak meninggalkan ciri khususnya.

Batobo budaya yang berasal dari daerah di Riau. Batobo adalah Sebutan untuk gotong royong. Batobo dilakukan untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian akan lebih cepat selesai dan lebih mudah. Batobo di dirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap anggota. Kebanyakan kelompok batobo melakukan kegiatan secara bergiliran untuk setiap anggota kelompok batobo, misalnya hari ini Si A mendapat giliran, maka kelompok harus mengerjakan sawah atau ladang si A pada hari ini. dan besok adalah giliran Si B. Jika pada saat gilirannya, seorang anggota kelompok Batobo bebas untuk menentukan pekerjaan apa yang harus dilakukan kelompoknya, tetapi masih dalam kesanggupan anggota-anggotanya.

(30)

Home > CASCISCUS > THE LOUNGE > Batobo, Budaya Gotong Royong, Ciri Khas Bangsa Indonesia ).

Gambar 1.Kegiatan batobo di Riau ( www.Google.com, Home > CASCISCUS > THE LOUNGE > Batobo, Budaya Gotong Royong, Ciri

Khas Bangsa Indonesia ).

Gambar 2.Kegiatan batobo di Riau ( www.Google.com, Home > CASCISCUS > THE LOUNGE > Batobo, Budaya Gotong Royong, Ciri

(31)

Gambar 3.Kegiatan batobo di Riau ( www.Google.com, Home > CASCISCUS > THE LOUNGE > Batobo, Budaya Gotong Royong, Ciri

Khas Bangsa Indonesia ).

Gambar 4.Kegiatan batobo di Riau ( www.Google.com, Home > CASCISCUS > THE LOUNGE > Batobo, Budaya Gotong Royong, Ciri

Khas Bangsa Indonesia ).

(32)

Berdasarkan uraian diatas, sumber ide yang menarik pada Upacara Batobo dan dikembangkan pada busana adalah Pakaian petani dikembangkan menjadi siluet asimetris dan keranjang yang didapat dari keranjang yang sering dipakai untuk menggangkut hasil tani, ada juga yang menyebut keranjang ini tenggok.

4. Trend fashion 2011

(33)
[image:33.595.258.403.111.295.2]

Gambar 5.Trend Mode 2011 ( www.google.com,Sumber : http://www.lintasberita.com/go/1079979)

1) Technatura

Tema ini mengacu pada keseimbangan antara alam dan teknologi, menampilkan sesuatu yang inovatif, ergonomis, serta casual dan elegan. Didominasikan warna-warna light, seperti warna pastel, hijau muda, ungu, dan beige ( warna kuning air ). Gaya busana lebih elegan, klasik, rapi dan tidak banyak detail. Mungkin ada detail yang sedikit rumit, tapi diusahakan bisa dipakai senyaman mungkin. Misalnya, akan hadir busana muslim ber-kapuchon yang bisa menjadi pengganti kerudung, atau palet warna netral monokrom dengan sedikit aksen warna terang.

Pada tema Technatura ini lima unsur hadir dalam Organic Form yang menginspirasi bentuk menyerupai struktur natural seperti tulang dan struktur tanaman micro. SementaraNeo-Livinghadir sederhana dalam apresiasi spiritual pada alam, Mimicry, Outpost, juga Light Lines tampil dengan garis natural dan sederhana.

2) Wonderlush

(34)

motif dan warna gradasi, serta gaya simple dengan aksen dan siluet baru.

Eksplorasi alam tersebut melahirkan unsur Infinite Discovery yang hadir dari koneksi alam yang tidak terjamah. Ancient Luxury menghadirkan kemewahan ragam bentuk dan warna budaya. Subterranean Luminosity mengangkat kekayaan makhluk–makhluk yang mengeluarkan cahaya dan warna yang indah. Nature Glam menghadirkan kemewahan alam, sementara untuk Secret Garden mengeksplorasi dunia flora yang variatif, eksotis, dan inspiratif.

3) Reply

‘Memainkan kembali’, unsur ini mengakomodasi mereka yang lebih suka bermain warna. Banyak permainan tekstur dan warna yang terang dan kuat, dimana dua atau tiga warna saling kontras. Sesuatu yang serius ditampilkan lebih fun dan setiap produk punya karakter yang menggambarkan emosi, ikon, atau simbol. Meski banyak unsur ‘permainan’, gaya dibuat simple. Misalnya gaya busana tumpuk dengan satu warna, potongan kaos yang diberi sentuhan batik, patchwork atau sisa bahan, atau gaun simple dengan aksen ruffle di bahu.

Sifat customized dan lebih personal, mengikuti hasrat diri. Dengan unsur emoticons dalam kesan ceria dan santai, Simplicity lebih mengutamakan fungsi dan menghindari detail. Gaya hidup kaum pecinta travelling juga dihadirkan dalam unsur City Wanderer yang inspirasinya datang dari budaya mobile. Ada juga unsur Recraft yang mendaur ulang barang usang menjadi barang yang kembali berguna, sementara Play Me menghadirkan sisi personal dengan sentuhan pribadi, detail–detail yang begitu mewakili diri.

4) Hullabaloo

Secara harfiah bisa diartikan keonaran atau kebisingan. Pada rancangan busana, unsur ini muncul lewat distorasi bentuk yang tidak beraturan, namun tetap menghasilkan keindahan. Gaya busana lebih berani dan ekspresif, misalnya efek motif yang seperti ditarik, kerah yang di twist, anyaman yang terlihat rusak, motif tenun yang nampak salah, efek warna seperti berkarat, logam yang menghitam atau kulit yang sudah terkelupas. Secara garis besar, hollabaloo menampilkan gaya klasik denganpatternyang baru.

(35)

memadukan unsur timur dan barat, penuh dengan bentuk dan pola Eksotik. ( www.google.com, home : © 2003-2011 KapanLagi.com. Ragam Tema 'Back To Nature' Untuk Tren Fashion 2011).

Berdasarkan uraian diatas, paduan trend produk industri kreatif di Indonesia yang melakukan peninjauan di pusat mode Hong Kong adalah Technatura yang mengacu pada keseimbangan alam dan teknologi yang menampilkan sesuatu yang inovatif, casual dan elegan. Contohnya akan hadir busana muslim ber-kapuchon yang bisa menjadi pengganti kerudung, dan lain-lain. Wonderlush sumber inspirasinya adalah alam, inspirasi alam ini akan menghasilkan bentuk-bentuk baru, contohnya tekstur kain yang menyerupai kulit reptile, dan lain-lain. Reply yang mengakomodasi yang lebih suka bermain warna, misalnya kaos yang diberi sentuhan batik, dan lain-lain. Hollabaloo, unsur ini muncul lewat distorasi bentuk tidak beraturan namun menghasilkan keindahan, contohnya anyaman yang dibuat terlihat rusak, dan lain-lain.

(36)

B. DISAIN

“Disain adalah suatu rancangan gambar yang nantinya dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang berupa susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur” ( Widjiningsih, 1982:1 ). Sedangkan menurut Sri Widarwati ( 2000:2 ) “disain adalah suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda, dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna dan tekstur”, sedangkan menurut S. Sawitri (1994:18) “disain adalah gabungan unsur-unsur ( garis, bentuk, warna dan ukuran ) yang disusun menurut prinsip-prinsip dan menghasilkan benda atau karya yang indah dan menarik”.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa disain adalah hasil karya dari sebuah proses kreatif yang dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, dan tekstur.

1. Unsur dan Prinsip Disain

Unsur-unsur disain busana atau elemen-elemen disain menurut Sri Widarwati ( 1993 : 7 ) yaitu “segala sesuatu yang disusun untuk mendapatkan disain agar dalam pemilihan suatu model busana tercapai keserasian, keselarasan, dan keharmonisan dalam disain”. Ada beberapa unsur disain yang harus diketahui yaitu :

a. Unsur-unsur Disain 1. Garis

(37)

digunakan untuk megungkapkan emosi dan perasaan seseorang”. Menurut Widjiningsih ( 1982 : 3 ) “garis adalah unsur yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan emosi”. Sedangkan menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 350 ) “garis adalah himpunan atau kumpulan titik-titik yang ditarik dari titik satu dengan titik yang lain, sesuai dengan arah dan tujuannya”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa garis merupakan ungkapan emosi seseorang yang berupa gerakan dari satu titik ke titik yang lain yang mempunyai arah dan tujuan. Dalam disain busana garis mempunyai fungsi sebagai berikut : a) Membatasi bentuk strukturnya ( siluet ).

b) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model, contoh garis empire, garis princess, longtorso, youke ( pass ).

c) Menentukan periode suatu busana ( siluet, periode empire, periode princess ).

d) Memberi arah dan pergerakannya.

Menurut Sri Widarwati ( 1993 : 7 ) penerapan garis pada busana yang dirancang adalah :

1) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model yaitu pada garis potongan yang terdapat pada potongan baju bagian muka. 2) Memberi arah dan pergerakan yaitu pada potongan rok. 3) Membatasi bentuk strukturnya berupa siluet.

Garis dapat dibedakan menjadi dua macam menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 35 ) :

a) Garis lurus

(38)

b) Garis melengkung

Dapat dibedakan menjadi sedikit melengkung, garis melengkung biasa, garis melengkung sehingga merupakan setengah lingkaran.

Sifat-sifat garis menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 36 ) :

1) Garis lurus memberi kesan kaku, kuat, tegas, dan gagah.

2) Garis melengkung memberikan kesan lembut, indah, dan feminine.

3) Garis vertikal memberikan kesan melangsingkan, meninggikan, stabil, dan sifat agung.

4) Garis horizontal memberikan kesan melebarkan, memendekkan, tenang, dan tentram.

5) Garis diagonal memberikan lincah, gembira dan muda. Garis diagonal yang mengarah horizontal memberikan kesan menggemukan dan garis diagonal yang mengarah vertikal memberikan kesan melangsingkan.

Penerapan garis dapat ditemui pada busana dalam berbagai bentuk garis leher. Garis leher terdapat bermacam-macam seperti garis leher bulat, V ( segitiga ), garis leher persegi, garis leher U, garis leher bentuk hati, garis leher bateau, garis leher off shoulder, garis leher sabrina, garis leher décolleté, garis leher kamisol, garis leher streples, garis leher cowl. Bentuk hiasan busana seperti lipit-lipit, lajur garis juga diterapkan dalam potongan busana seperti garis princess, empire, dll. Sedangkan macam-macam siluet pada busana yaitu H, A, I, Y, S.

(39)

1) Garis pias

Untuk melebarkan rok bagian bawah. 2) Garis klok ( Klok dari bahasa Belanda )

Untuk membuat rok mengembang, dapat di beri tambahan-tambahan terbuka. Bila terpisah, tambahan-tambahan ini di jahit ke garis pias. Lembaran rok memanjang di sebut godet, dapat bersatu dengan pias, digunting atau terpisah.

3) Garis plooi / lipit

Lipatan-lipatan untuk melebarkan rok. Lipit ini ada bermacam-macam bentuk, tergantung jatihnya lipit. Lipit pipih, lipit hadap, dua lipit pipih berhadapan, lipit sungkup, du lipit berlawanan arah, lipit bebas, lipitan-lipitan yang jatuhnya bebas. Setiap lipit menyebabkan bahan terlipat di bagian dalam yang disebut dalam lipit. Lebar lipit = ½ dalam lipit. Jarak lipit yaitu jarak dari bagian lipitan yang satu ke lipitan yang lain.

4) Garis kerut-kerut

Garis ini pada disain tampak sebagai garis-garis panjang dan pendek silih berganti dan berbentuk seperti koma-koma dari garis dimana kerutan itu dibuat.

Garis-garis yang sering tampak pada badan bagian atas antara lain ( Porrie Muliawan, 2003 : 36 ):

a) Garis Lipit Kup Umum

Garis-garis ini umumnya terlihat pada tepi garis badan atas yang menuju kearah puncak payudara. Garis ini adalah jahitan di bagian dalam yang merupakan satu lipit dijahit dari lebar sampai meruncing untuk membentuk ruangan tempat payudara yang berbentuk gunung kecil.

b) Garis Hias atau Potongan

Pada disain badan atas sering tampak potongan atau jahitan untuk dapat menyembunyikan ruang payudara. Karena lipit kup asli pola dasar ditutup. Inilah bagian pecah model yang tersulit. Garis hias potongan ini dibagi menjadi tiga bagian : 1) Garis pas

Garis pas bahu, potongan dekat bahu. Garis pas dada, bagian badan depan selebar dada. Garis Plastron, bagian di tengah muka, bentuk seperti tadah liur untuk bayi.

2) Garis Hias (Princess)

(40)

3) Garis HiasEmpire

Dengan garis potongan ini daya seorang wanita lebih menonjol. Garis potongan melintang di bawah payudara seperti pada kutang kecil yang disebut B.H. (Buste Houlder ) atau penahan payudara. Dengan demikan, payudara terangkat dan otot-otot yang kendur tidak tampak.

Pada zaman perbudakan, kedua potongan garis hias ini tidak boleh dipakai pada disain busana di luar kerajaan.

2. Arah

“Setiap garis mempunyai arah atau tujuan, yaitu mendatar ( horizontal ), tegak lurus ( vertikal ), dan miring ( diagonal ). Masing-masing arah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sipemakai” ( Sri Widarwati, 1993 : 8 ). Arah mendatar ( horizontal ) memberikan kesan tenang, tentram, pasif, dan menggambarkan sifat berhenti, arah tegak lurus ( vertikal ) memberikan kesan angkuh, stabil, kokoh, kewibawaan, dan menggambarkan kekuatan serta melambangkan keluhuran. “Arah garis kekiri dan kekanan ( diagonal ) memberikan kesan lincah dan gembira, serta melukiskan pergerakan, perpindahan, dan dinamis” ( Widjiningsih, 1982 : 4 ).

Arah menurut Sri Widarwati ( 1993 : 8 ) dibagi menjadi :

a. Garis lurus mempunyai sifat kaku, kokoh, dan keras, tetapi arah garis yang berbeda-bedakan memberikan kesan berbeda pula contohnya :

1. Garis lurus mendatar ( horizontal ) memberikan perasaan tenang, melebarkan, dan memendekkan obyek.

2. Garis lurus miring memberikan kesan lebih dinamis dan lincah.

(41)

4. Garis miring mengarah vertikal memberi kesan melangsingkan.

b. Garis lengkung mempunyai sifat memberi suasana riang, luwes, lembut dan lebihfeminine.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa arah adalah unsur disain yang dapat memberikan pengaruh pada kesan yang berbeda terhadap si pengamat.

3. Bentuk

“Dalam suatu disain khususnya disain busana akan didasarkan pada beberapa bentuk yang biasanya bentuk geometris atau lainnya sebagai variasi padafigureseseorang atau pada busana” ( Arifah A Riyanto, 2003 : 38 ). “Bentuk adalah suatu bidang yang terjadi apabila kita menarik suatu garis dan menghubungi sendiri permulaannya” ( Widjiningsih, 1982 : 4 ). Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 36 ) betuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Betuk geometris

Bentuk-bentuk yang dibuat dengan garis-garis atau menggunakan alat-alat ukur. Bentuk-bentuk yang dibuat garis lurus, misalnya persegi, persegi panjang, trapezium dan lain-lain.

b. Bentuk bebas

Bentuk alam, misalnya bentuk bunga, titik air mata, pohon, dan lain-lain.

(42)

Unsur ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Bentuk dua dimensi adalah bidang datar yang dibatasi dua garis dan hanya bisa dilihat dari satu arah, sedangkan bentuk tiga dimensi adalah bentuk yang memiliki ruang dan bisa dilihat dari tiga sisi. “Bentuk-bentuk dalam busana antara lain bentuk krah, bentuk lengan, bentuk rok, bentuk saku, pelengkap busana dan motif” ( Sri Widarwati,1993 : 10 ).

Bentuk rok berdasarkan disainnya dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

a. Rok suai

Rok dengan bentuk paling sederhana tanpa ada pengembangan pola.

b. Rok pias

Rok yang terdiri dari beberapa pias biasanya rok pias terdiri dari pias 4, 6, 8, 10 dan seterusnya.

c. Rok A line

Rok yang memiliki bentuk menyerupai huruf A yaitu meramping pada bagian pinggang dan melebar pada bagian bawah.

d. Rok draperi

Rok yang terdapat draperi. Biasanya draperi terletak diatas pinggang, draperri bisa didapat dengan cara pecah pola atau cara mendraping.

e. Rok kerut

Rok yang terdapat kerutan. f. Rok lipit

Rok lipit terdapat dua macam, rok lipit hadap dan rok lipit searah.

g. Rok balon

Rok yang terdapat gelembung besar menyerupai balon. h. Rok balut

Rok yang hanya dibalut saja. i. Rok bertingkat

Rok yang mempunyai tingkat. j. Rok susun

(43)

Berdasarkan bentuk disainnya lengan ada berbagai macam bentuk, yaitu :

a. Lengan suai / licin

Lengan yang pas tanpa ada kerutan pada bahu. b. Lengan puff

Lengan yang mengembang pada bagian atas dan bagian bawah dan pendek.

c. Lengan dolman

Lengan yang mempunyai lengan agak kedalam dan longgar. d. Lengan balon

Lengan yang bagian tengah mengembang menyerupai balon. e. Lengan peasant

Lengan panjang tiga perempat, penuh dengan kerut pada bagian atas dan bawah.

f. Lengan lonceng

Lengan yang bagian bawahnya mengembang sehingga menyerupai lonceng.

g. Lengan bishop

Lengan licin pada bagian pangkal lengan dan bagian ujung menggembung, panjang lengan sampai pergelangan tangan serta dilengkapi dengan manset.

h. Lengan slit

Lengan yang pada belahan pertengahanlengan memakai sehelai ban sempit pada garis bawah lengan.

i. Lengan cape

Lengan yang berbentuk setengah lingkaran, dipasang tanpa kerut pada bagian kerah.

j. Lengan kimono

Lengan yang digunting setali dengan bagian bajunya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa bentuk adalah perwujudan nyata suatu benda yang dapat dilihat atau dirasakan dan memiliki dimensi.

4. Ukuran

(44)

mengatur ukuran unsur yang digunakan dengan baik ( Widjiningsih, 1982 : 4 ).

Ukuran adalah suatu yang diterapkan pada garis dan bentuk yang dapat mempengaruhi hasil suatu disain ( Arifah A. Riyanto, 2003 ).

Ukuran merupakan suatu unsur yang harus diperhitungkan dalam disain. Garis dan bentuk mempunyai ukuran yang berbeda, karena ukuran panjang atau pendeknya garis dan besar atau kecilnya bentuk menjadi berbeda ( Sri Widarwati, 1993 : 10 ).

Menurut Sri Widarwati ( 1993 : 10 ) pada suatu busana ukuran dapat digunakan untuk menentukan besar kecil atau panjang pendek suatu rok yaitu :

a. Mini : rok yang panjangnya 10-15 cm diatas lutut. b. Kini : rok yang panjangnya sampai dilutut.

c. Midi : rok yang panjangnya 10-15 cm dibawah lutut. d. Maxi : rok yang panjangnya sampai pergelangan mata kaki. e. Longdress : rok yang panjangnya sampai ke lantai.

Menurut pendapat Djati Pratiwi ( 2001 : 60 ) ukuran panjang pendek rok dapat dibedakan menjadi beberapa ukuran yaitu :

a. Rok micro : rok yang panjangnya sampai pangkal paha. b. Rok mini : rok yang panjangnya sampai pertengahan paha. c. Rok kini : rok yang panjangnya sampai batas lutut.

d. Rok midi : rok yang panjangnya sampaipertengahan betis. e. Rok maxi : rok yang mempunyai bentuk panjang sampai mata

kaki.

(45)

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa ukuran unsur disain yang bertujuan untuk menentukan panjang atau pendeknya garis dan besar atau kecilnya bentuk, sehingga merupakan suatu kesatuan yang seimbang, serasi dan harmonis.

5. Nilai gelap terang (value)

“Nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang menunjukkan apakah warna mengandung hitam atau putih” ( Sri Widarwati :1993 : 10 ). Benda dapat dilihat oleh mata kita dengan adanya cahaya. Cahaya yang mengenai suatu benda tidak ditangkap sepenuhnya oleh mata. Warna hitam cenderung menyerap cahaya, warna putih memantulkan cahaya, sedangkan warna-warna logam cenderung memantulkan seluruh cahaya sehingga bisa membuat mata silau. Benda saat menangkap cahaya ada bagian yang paling terang dan ada bagian bagian yang gelap, ada bagian yang antara gelap dan terang, sehingga timbul nada gelap dan terang pada permukaan. “Nilai gelap terang menyangkut bermacam-macam tingkatan atau jumlah gelap terang yang terdapat pada suatu disain” ( Widjiningsih, 1982 : 5 ).

(46)

menambahkan warna hitam ke dalam warna normal akan mendapatkan sifat warna yang lebih gelap.

Penerapan nilai gelap terang dalam suatu busana terletak pada pemilihan warna bahan, antara warna bahan utama, bahan hiasan, dan bahan kombinasi lainnya.

Jadi berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang menunjukkan tingkatan warna yang gelap ( mengandung warna hitam ) sampai warna paling terang ( mengandung warna putih ).

6. Warna

Warna menjadi bagian dari pribadi manusia dimana terdapat pada lingkungan masyarakat dan budaya tertentu, yang mempunyai apresiasi nilai-nilai estetika tertentu. Warna dapat menunjukkan identitas pribadi bukan suatu bangsa. Oleh sebab itu, pemilihan warna dalam busana mempunyai berbagai aspek yang harus diperhatikan, sehingga tidak dapat dijadikan generalisasi bahwa busana yang cocok bagi seseorang, cocok pula bagi orang lain.

(47)

yang baik, tetapi apabila pemilihan warna tidak tepat, maka akan nampak tidak serasi atau kontras” ( Sri Widarwati, 1993 : 12 ). Ada berbagai macam kombinasi warna, yaitu :

a. Kombinasi warnaanalogus

Yaitu perpaduan dua warna yang letaknya berdekatan didalam lingkaran warna, contohnya kuning dengan hijau, biru dengan merah.

b. Kombinasi warnamonokrornatic

Yaitu perpaduan dari satu warna tetapi beda tingkatan, misalnya biru tua dengan biru muda.

c. Kombinasi warna komplemen

Terdiri dari dua warna yang letaknya berseberangan di dalam lingkaran warna, misalnya biru dengan jingga, ungu dengan kuning, hijau dengan merah.

d. Kombinasi warna segitiga terdiri dari tiga warna yang jaraknya sama di dalam lingkaran warna, misalnya biru, kuning, dan merah.

Menurut Prang penggolongan warna dibagi menjadi lima, yaitu : a. Warna primer

Adalah warna-warna yang tidak dapat dihasilkan dari campuran warna-warna lain. Warna primer adalah merah, biru, dan kuning.

b. Warna sekunder

Adalah warna yang dihasilkan dari pencampuran antara warna primer, pencampuran ini menghasilkan warna ungu, hijau, dan jingga.

c. Warna antara (intermedient)

Ungu biru, hijau jingga, merah ungu, jingga kuning hijau. d. Warna tersier

Adalah campuran warna-warna sekunder. Yaitu biru kehijauan, ungu kebiruan, ungu kemerahan, hijau kekuninggan, jingga kebiruan.

e. Warna kwarter.

Menurut Arifah Ariyanto ( 2003 ), warna dapat dibedakan menjadi :

a. Warna dingin

(48)

b. Warna panas

Yaitu warna yang mengandung unsur merah dan kuning ( merah, merah jingga, dan kuning ), warna panas mempunyai sifat mendorong.

Menurut Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri ( 1986 : 61 ) warna busana sesuai dengan kesempatannya dapat dibedakan menjadi :

a) Hitam : warna hitam adalah lambing dari kehidmatan dan kedukaan. Dalam peristiwa penting seperti wisuda sarjana, busana untuk jamuan remi dan juga dalam peristiwa seperti melayat sering diguanakan warna hitam.

b) Putih : warna putih adalah bercahaya, lembut dan menyenangkan. Oleh karena itu, seriing dipakai untuk busana pengantin, dokter, dan anak sekolahan.

c) Merah : warna ini merupakan warna yang memberi suasana gembira dan meriah sehingga warna sering dihubungkan dengan busana dalam suasana yang menggembirakan, misalnya untuk busana pesta.

d) Abu-abu : warna abu-abu adalah lembut, baik untuk latar belakang segala warna. Melambangkan ketenangan dan kerendahan hati, baik dipakai waktu siang hari.

e) Kuning : kuning merupakan warna yang bercahaya dan menarik. Melambangkan keagungan kehidupan, namun juga sering diasosiasikan kecemburuan, baik digunakan untuk suasana gembira.

f) Biru : mempunyai sifat dingin, pasif, dan tenang. Warna ini melambangkan ketenangan, pengorbanan, dan harapan. Disenangi oleh orang-orang yang berjiwa mantab dan dewasa. Maka warna biru sering dipilih sebagai busana kerja dimana memerlukan ketenangan.

g) Hijau : warna hijau mempunyai sifat hampir sama dengan biru. h) Violet : mempunyai sifat dingin, tetapi mengesankan. Sering

dihubungkan dengan kesetiaan, sehingga sering digunakan sebagai busana dalam suansana duka.

(49)

Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral ( WWW.GOOGLE.COM, Theme: Blix by Sebastian Schmieg . Blog pada WordPress.com ).

a) Warna primer

Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer.

Gambar 6.Warna primer ( WWW.GOOGLE.COM, Theme: Blix by Sebastian Schmieg . Blog pada WordPress.com ). b) Warna sekunder

Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

Gambar 7.Warna sekunder ( WWW.GOOGLE.COM, Theme: Blix by Sebastian Schmieg . Blog pada WordPress.com ). c) Warna tersier

(50)

Gambar 8.Warna tersier ( WWW.GOOGLE.COM, Theme: Blix by Sebastian Schmieg . Blog pada WordPress.com ). d) Warna netral

Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa warna adalah sesuatu yang dapat menimbulkan rasa keindahan dan kemenarikan pada suatu disain busana. Agar suatu kombinasi warna dapat harmonis maka warna-warna dalam kombinasi tersebut harus saling bergantung dengan yang lain. Jika dalam memilih warna busana tidak sesuai dengan warna kulit akan menimbulkan ketidakserasian dan warna juga dapat memberikan kesan tidak indah pada tubuh si pemakai. Dalam busana pesta warna yang digunakan sebaiknya menggunakan warna-warna yang cerah seperti merah, kuning, biru, hijau, dan violet.

7. Tekstur

(51)

antara lain kaku, kasar, lembut, halus, tebal, tipis, dan transparan ( tembus terang )”, ( Sri Widarwati, 1993 : 14 ).

Macam-macam tekstur menurut Arifah A. Riyanto ( 2003 : 47 ) adalah :

a) Tekstur kaku

Tekstur kaku dapat menyembunyikan atau menutupi bentuk badan seseorang tetapi akan membuat seseorang kelihatan gemuk.

b) Tekstur kasar dan halus

Tekstur kasar memberikan kesan lebih gemuk pada sipemakai, sedangkan tekstur halus tidak mempengaruhi ukuran badan asal bahan tidak mengkilap.

c) Tekstur lemas

Tekstur lemas sesuai dengan model kerutan draperri dan dapat memberikan efek yang luwes.

d) Tekstur tembus terang

Tekstur tembus terang tidak bisa menutupi betuk badan yang kurang sempurna.

e) Tekstur mengkilap dan kusam

(52)

Gambar 9.Bagan Penggolongan Tekstur ( Sumber : Prapti Karomah dan Sicilia S, 1986 : 53 )

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa tekstur adalah sifat permukaan dari garis, bidang, maupun bentuk suatu benda yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan. Cara menenun benang-benang dan benang tenun yang menentukan sifat permukaan bahan tekstil tersebut. Seperti bahan yang permukaannya berkilau memberikan kesan pemakai tampak lebih gemuk, dan sebaliknya, bahan yang kusam akan membuat pemakai terlihat lebih kecil.

Tekstur

Diraba Dilihat

Tebal

Tipis

Halus

Kaku

Berbulu Kusam Berkilau

Bermotif

Tembus terang

(53)

Dalam pembuatan busana pesta pemilihan tekstur bahan tidak terlalu dibatasi sesuai dengan selera pemakainya.

b. Prinsip-prinsip Disain

“Prinsip-prinsip disain adalah satu hokum kombinasi yakni bagaimana unsur-unsur itu dissun dan dikombinasikan untuk menghasilkan efek tertentu” ( Chodiyah, 1981 : 27 ). Menurut Sri Widarwati ( 1993 : 15 ) “prinsip disain adalah suatu cara untuk menyusun unsur-unsur sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek tertentu”. Prinsip disain menurut Widjiningsih ( 1986 : 9 ) adalah “merupakan suatu cara penggunaan dan pengkombinasian unsur-unsur disain menurut prosedur-prosedur tertentu”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa prinsip disain adalah cara untuk menyusun, menggunakan dan mengkombinasikan unsur-unsur disain sehingga dapat menghasilkan efek-efek tertentu. Untuk menghasilkan sebuah karya busana yang harmonis, indah, serasi, dan bagus diperlukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip disain. Menurut Sri Widarwati ( 1993 : 15 - 21 ) adalah sebagai berikut :

1. Keselarasan atau Harmoni

(54)

serta ide-ide” ( Widjingsih, 1992 : 10 ). “Keselarasan adalah kesatuan dari macam-macam unsur disain walaupun berbeda tetapi membuat tiap-tiap itu kelihatan menyatu” ( Sri Widarwati, 1993 : 15 ).

Suatu obyek dikatakan selaras atau harmoni apabila dalam obyek tersebut adanya kesinambungan antara unsur-unsur, ide, tema, misalnya dalam sebuah busana yang memiliki tema flora maka akan tercetus ide tentang penggunaan warna-warna natural atau alam seperti hijau pada daun, kuning pada bunga matahari, tidak mungkin warna metalik. Penerapan warna alam sebuah disain busana harus mempunyai ketertarikan atau kesinambungan, jangan sampai menggunakan warna yang banyak dan saling kontras sehingga memberi kesan terlalu ramai. Menurut Sri Widarwati ( 1993 : 15 – 17 ). Keselarasan dalam suatu disain dapat tercapai dengan beberapa cara, yaitu :

a. Keselarasan Dalam Garis dan Bentuk

Keselarasan dalam garis dan bentuk pada busana, misalnya bentuk kerah bulat dan bentuk saku membulat pada sudutnya. b. Keselarasan Dalam Tekstur

Tekstur yang kasar dapat dikombinasikan dengan tekstur yang halus. Pengkombinasian tekstur dalam model busana harrus serasi sehingga busana lebih menarik.

c. Keselarasan dalam warna

Keselarasan dalam warna akan dicapai dengan tidak menggunakan terlalu banyak warna. Pedoman yang lebih dari tiga warna bahkan dua sudah cukup.

(55)

kecenderungan sama sehingga tercipta suatu disain yang padu / menyatu. Disain yang baik adalah disain menyelaraskan unsur-unsur disain yairu selaras antara garis, bentuk, tekstur, dan warna sehingga tercipta disain yang harmonis. Keharmonisan ini menyebabkan bagian-bagian busana tampak saling berkaitan dan enak dilihat, tidak terpisah-pisah.

2. Perbandingan atau Proporsi

Perbandingan digunakan untuk menampakkan lebih besar atau lebih kecil dan memberikan kesan adanya hubungan satu dengan yang lain, yaitu pakaian dan pemakainya. “Perbandingan yang kurang sesuai dalam berbusana akan kelihatan kurang menyenangkan” ( Sri Widarwati, 1993 : 7 ). “Proporsi adalah cara untuk menempatkan unsur-unsur atau bagian-bagian busana yang berkaitan dengan jarak, ukuran, jumlah, tingkatan atau pada suatu model busana” ( Arifah A. Riyanto, 2003 : 52 ).

Menurut Widjingsih ( 1993 : 17 ), untuk memperoleh proporsi yang baik haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Harus mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya memperoleh susunan yang menyenangkan. b. Harus dapat membuat perubahan dalam perubahan rupa sesuai

dengan yang diinginkan supaya memperoleh ukuran dan bentuk yang baik.

c. Supaya dipertimbangkan apakah ukuran itu dapat dikelompokkan bersama-sama dengan baik.

(56)

dalam suatu susunan disain busana yang menimbulkan suatu keselarasan yang menyenangkan dan memberikan kesan adanya hubungan antara pakaian dan pemakainya.

3. Keseimbangan atauBalance

Keseimbangan adalah pengaturan unsur-unsur pada busana secara baik sehingga Nampak serasi pada sipemakai. “Asas ini digunakan untuk memberikan perasaan tenang dan kestabilan” ( Sri Widarwati, 1993 : 17 ). Pengaruh ini dapat dicapai dengan mengelompokkan bentuk warna yang dapat menimbulkan perhatian yang sama pada kiri dan kanan dari titik tengah pusat ( pusat ). “Keseimbangan diperguanakan untuk memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan” ( Widjingsih, 1982 : 15 ).

Dua macam untuk memperoleh keseimbangan yaitu asimetris dan simetris ( Sri Widarwati, 1993 : 17 ) :

1. Keseimabangan Simetris

Jika unsur-unsur bagian kiri dan bagian kanan suatu disain sama jaraknya dari pusat.

2. Keseimbangan Asimetris

Jika unsur-unsur bagian kiri dan bagian kanan suatu disain tidak sama jaraknya dari pusat melainkan dengan diimbangi oleh suatu unsur lain.

(57)

4. Irama

“Irama merupakan pergerakan yang dapat mengalihkan pandangan mata dari satu bagian kebagian lain” ( Sri Widarwati, 1993 : 17 ). “Irama adalah suatu keteraturan dengan sendirinya merupakan suatu yang acak atau monoton dan statis” ( Enny Zuhni Khayati, 1997 : 3 )

“Irama pada suatu disain busana keteraturan dengan sendirinya merupakan suatu pergerakan teratur dari suatu bagian ke bagian lainnya” ( Arifah A. Riyanto, 2003 : 57 ). “Dalam seni irama dapat diartikan sebagai suatu bentuk pergerakan dalam disain berirama” ( Widjiningsih, 1986 : 17 ).

Pendapat diatas dapat diketahui bahwa irama adalah suatu bentuk pergerakan yang teratur dan dapat mengalihkan pandangan mata dari satu bagian ke bagian lainnya baik secara acak atau monoton dan statis.

Menurut Sri Widarwati ( 1993 : 17 ), ada empat cara untuk menghasilkan irama dalam busana adalah sebagai berikut :

a. Pengulangan (Repetition)

(58)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa penggulangan dapat menciptakan irama pada suatu disain yang membawa pandangan mata dari suatu bagian ke bagian yang lainnya.

b. Pertentangan atau Kontras

“Pertentangan atau kontras merupakan kombinasi dari unsur-unsur yang tidak mempunyai persamaan atau pertentangan” ( Widjingsih, 1982 : 10 ). “Pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar pada lipit-lipit atau garis hias merupakan contoh pertentangan” ( Sri Widarwati, 2000 : 17 ). Menurut Chodijah & Wisri A. Mamdy ( 1982 : 57 ) “pertentangan atau kontras adalah pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar pada lipit-lipit atau garis luar”. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan pertentangan atau kontras adalah pertemuan unsur-unsur yang bertentangan yang menghasilkan irama.

c. Gradasi (Gradation) Peralihan Ukuran

“Gradasi adalah penggulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya” ( Sri Widarwati, 2000 : 17 ). “Penggulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya akan menghasilkan irama yang disebut peralihan ukuran ( gradation )” ( Chodiyah & Wisri A. Mamdy, 1982 : 56 ). Menurut Arifah A. Riyanto ( 2003 : 60 ) “peralihan ukuran adalah rangkaian yang berdekatan atau berdampingan serupa, yang sama bentuk atau jaraknya, berubah secara bertahap dari ukuran atau jarak dan sempit menjadi besar dalam suatu unit atau melebar”.

Berdasarkan pendapat diatas gradasi yaitu rangkaian yang berdekatan atau berdampingan yang serupa, yang bentuk atau jaraknya berubah secara bertahap dari ukuran atau jarak yang sempit kecil menjadi besar dalam satu unit sehingga menghasilkan irama.

d. Radiasi (Radiation)

(59)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa radiasi adalah garis yang memancar dari pusat perhatian ke semua arah yang menghasilkan suatu irama.

5. Pusat Perhatian

“Disain busana harus mempunyai satu bagian yang lebih menarik dari bagian yang lainnya, ini dinamakan pusat perhatian” ( Arifah A. Riyanto, 2003 : 66 ). “Pusat perhatian adalah bagian dari busana yang dibuat lebih menarik sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian yang lain” ( Sri Widarwati, 1993 : 21 ). “Untuk menciptakan pusat perhatian pada suatu susunan busana ada dua cara yang harus dimengerti, yaitu penggunaan warna, garis, bentuk, dan ukuran yang kontras serta pemberian hiasan” ( Arifah A. Riyanto, 2003 : 66 ). Pusat perhatian dapat berupa lipit, renda warna yang mencolok, atau kancing yang mencolok baik bentuk maupun warnanya.

(60)

2. Disain Busana

a. Pengertian Disain Busana

“Disain busana adalah suatu rancangan atau gambaran suatu objek atau benda yang dibuat berdasarkan susunan garis, bentuk, warna dan tekstur. Disain ini meliputi disain struktur yang berupa siluet dan tekstur hiasan yang hanya untuk memperindah” ( Sri Widarwati, 1993 : 3 ). “Disain busana merupakan suatu rancangan atau gambaran dibidang busana yang kemungkinan orang mewujudkan bendanya. Disain busana mencakup unsur-unsur silhouette atau garis luar pakaian, bahan, warna, dekorasi dan pelengkap yang menyertai” ( Z.D. Enna Tamini, 1982 : 25 ).

Menurut Widjiningsih ( 1982 : 1 ), “disain busana adalah suatu rancangan gambar yang nantinya dilaksanakkan dengan tujuan tertentu yang berupa susunan dari garis, bentuk, siluet ( silhouette ), ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan menjadi busana”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa disain busana adalah suatu rancangan gambar dibidang busana yang berupa susunan garis, bentuk, warna dan tekstur.

b. Penggolongan Disain

(61)

1) Disain Fungsional

Disain fungsional yaitu disain yang memperhatikan tentang manfaat dan penampilan busana yang dipakai seseorang. Hal ini dapat dilhat dari keseluruhan busana misalnya busana untuk tidur, busana sekolah, dan busana kerja. Sedangkan contoh pada bagian busana misalnya saku, kerah, lubang kancing, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam membuat busana perlu dipikirkan secara keseluruhan dari fungsi busana tersebut dan bagian-bagiannya. 2) Disain Struktural

Yang dimaksud disain struktural pada busana adalah suatu susunan garis, bentuk yang dipadukan menjadi suatu rancangan model busana yang dapat berbentuk menjadi macam-macam siluet ( A, I, H, T, Y, V, X, O, S, danBustie).

3) Disain Dekoratif

Yang dimaksud disain dekoratif adalah suatu disain yang dibuat untuk memperindah disain struktur baik hiasan saja atau yang mempunyai fungsi ganda. Disain dekoratif lebih dekat hubungannya dengan pengaruh visual atau penampilannya. Jadi apabila hiasan itu tidak dihilangkan tidak akan mempengaruhi struktur disain busananya, seperti peletakan renda pada bagian dada, lipit jarum, hiasan dengan berbagai teknik menghias ( menyulam, terawang, bordir, aplikasi, dan lain-lain ), bisban, krah, quilting. Selain yang bersifat dekorasi saja, ada pula yang berfungsi ganda, bersifat dekoratif dan fungsional, misalnya kancing, smok, keretan dengan elastik atau benang karet, saku dan manset.

Menurut Arifah A. Riyanto (2003:71) terdapat tiga macam penggolongan desain yaitu :

1) Desain struktur

Desain struktur ialah suatu susunan garis, bentuk yang dipadukan menjadi suatu rancangan model busana yang dapat berbentuk menjadi berbagai siluet.

2) Desain Hiasan

Desain Hiasan yaitu suatu desain yang dibuat untuk memperindah desain struktur baik sebagai hiasan saja maupun mempunyai fungsi ganda. Selain yang bersifat hiasan saja, ada pula yang bersifat ganda, ialah bersifat hiasan dan bersifat fungsional, misalnya kancing smok, kerutan dengan elastis atau benang karet, saku, manset.

3) Desain fungsional

(62)

perlu dipikirkan secara keseluruhan dari fungsi busana tersebut dan bagian-bagiannya.

c. Teknik Penyajian Gambar

“Penyajian gambar model busana dapat digambar lengkap dengan proporsi tubuh, dapat pula tidak, dengan penyajian gambar lengkap yang terdiri dari model bagian muka, belakang diberi warna atau corak sesuai bahan yang direncanakan beserta contoh bahannya” ( Arifah A. Riyanto, 2003 : 4 ).

Menurut Sri Widarwati ( 1993 ), dalam menggambar atau membuat sketsa-sketsa untuk menciptakan disain busana ada beberapa teknik penyajian gambar yaitu :

1. Design Sketching

Maksud dari design sketching atau menggambar sketsa adalah mengembangkan ide-ide dengan menerapkan pada kertas secepat mungkin menjadi disain yang sesungguhnya. Dala

Gambar

Gambar 5. Trend Mode 2011 ( www.google.com, Sumber :
Gambar 11. Motif Tepi Kain Pada Kain Songket.
Gambar 12. Design Sketching
Gambar 14. Presentation Drawing Tampak Belakang
+7

Referensi

Dokumen terkait

penyelenggaraan pagelaran busana untuk menampilkan busana pesta malam dengan sumber ide busana tari Soya-soya ini, meliputi tiga tahap yaitu (1) persiapan yang meliputi

Tahapan pembuatan karya pada penciptaan busana pesta malam muslimah dengan sumber ide ornamen arabesque ini antara lain persiapan bahan (meliputi pengadaan bahan),

Proyek Akhir ini bertujuan untuk dapat : 1) membuat desain busana pesta malam wanita dengan sumber ide Aci Tabuh Rah Pengangon, 2) membuat busana pesta malam dengan

Teknologi penyelesaian kampuh yang akan digunakan dalam pembuatan busana pesta malam untuk wanita remaja dengan sumber ide Malam Mappacci yaitu penyelesaian kampuh terbuka

Proyek Akhir yang berjudul “Busana Pesta Malam dengan Sumber Ide Rumah Gadang Dalam Pagelaran Busana New Light Heritage ” ini mempunyai tujuan, yaitu dapat:

Pembuatan proyek akhir ini mempunyai tujuan, yaitu : 1) Mencipta desain busana pesta malam dengan sumber ide Busana Lambung Sasak Lombok, 2) Membuat busana

Pelaksanaan Proyek Akhir ini bertujuan untuk 1) mencipta disain busana pesta malam dengan sumber ide Atap Rumah Tongkonan, 2) membuat busana pesta malam dengan sumber ide

PROSES MENGHIAS BUSANA Hiasan yang digunakan pada busana pesta malam untuk emaja dengan sumber ide Panglima Burung Kalimantan ada dua macam yakni benang nilon berukuran 6 cm yang di