UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA KEMBALI DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI I
MALANGJIWAN KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Guru Kependidikan Anak Usia Dini (PG – PAUD)
OLEH
YULITA WANITA MARIA SURYANINGSIH A53B111030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yati Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 715448 Surakarta 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email: ums@ums.ac.id
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama : Drs. M. Yahya, M. Si
NIP/NIK : 147
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa :
Nama : Yulita Wanita Maria Suryaningsih
NIM : A53B111030
Program Studi : S1 PAUD
Judul Skripsi : UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA
DENGAN GAMBAR SERI PADA ANAK KELOMPOK A
TK PERTIWI I MALANGJIWAN KEBONARUM
KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Naskah artikel tersebut, layak dan disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujui dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, ...
Pembimbing
Drs. M. Yahya, M. Si
PENGESAHAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR SERI
PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI I MALANGJIWAN KEBONARUM KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
YULITA WANITA MARIA SURYANINGSIH A53B111030
Telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi
Pada Tanggal : ... dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
1. Drs. M. Yahya, M. Si ( )
2. Drs. Sutan Syahrir Zabda, M. H ( ) 3. Ariyati Prasetyarini, M. Pd ( )
UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR SERI
PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI I MALANGJIWAN KEBONARUM KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014
Yulita Maria Wanita Suryaningsih, A53B111030, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Program Sarjana Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan Pendidikan AUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dengan gambar seri pada anak kelompok A TK Pertiwi I Malangjiwan Kebonarum Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Penyebab kemampuan berbahasa belum berkembang dengan baik karena anak masih tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan metode yang digunakan masih monoton dengan media yang kurang bervariasi menjadikan kemampuan berbahasa anak kurang dapat berkembang dengan baik Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Pertiwi I Malangjiwan dengan subjek penelitian anak kelompok A yang berjumlah 12 anak. Data mengenai kemampuan berbahasa anak diperoleh melalui lembar tabulasi skor perkembangan kemampuan berbahasa sedangkan data penerapan metode bercerita diperoleh melalui lembar hasil observasi penerapan metode bercerita. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis data komparatif yaitu dengan membandingkan hasil pencapaian anak dengan indikator yang ditargetkan. Dari analisis data menunjukkan bahwa pada Prasiklus diperoleh data kemampuan berbahasa rata-rata anak baru mencapai 40.63%, kemudian dilakukan tindakan siklus I dan meningkat menjadi 73.96%. pada siklus II kemampuan anak meningkat secara signifikan mencapai 92.02%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dengan gambar seri mampu mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok A TK Pertiwi I Malangjiwan Kebonarum Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.
A. PENDAHULUAN
Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan pra sekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke
arah perkembangan sikap, pengetahuan, kemampuan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Usia taman
kanak-kanak merupakan usia keemasan bagi anak, pada usia 0-6 tahun anak
mengalami masa peka untuk menerima suatu rangsangan/stimulus.
Kurikulum atau program kegiatan belajar yang dikembangkan disusun
berdasarkan karakteristik anak dan cara belajar anak. Dalam penyempurnaan
kurikulum yang telah mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (14) menjelaskan bahwa pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
siap dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Kepmendikbud Nomor:
0486/U/1992, Bab II Pasal 3 Ayat (1) menjelaskan bahwa pendidikan anak
usia dini yang bertujuan membantu meletakkan serta daya cipta untuk
pertumbuhan serta perkembangan anak didik selanjutnya.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan tentang perkembangan anak,
maka orang semakin menyadari pentingnya memberi stimulus sejak dini pada
anak-anak. Kemampuan yang harus dikembangkan antaran lain
perkembangan kemampuan berbahasa. Pengembangan berbahasa banyak
macamnya, misalnya: kemampuan berbahasa anak dalam bercerita,
kemampuan berbahasa anak dalam membaca, kemampuan berbahasa anak
dalam menerima bahasa atau mendengarkan cerita.
Bercerita atau dongeng merupakan media belajar yang sangat baik
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Dongeng yang diceritakan
dengan baik dapat memberikan inspirasi suatu tindakan, membantu
memperluas wawasan dan mengembangkan daya imajinasi anak. Dengan
memahami dunia mereka, dan memberikan pengetahuan pada anak
bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat luas yang berada di sekitar
mereka. Maka secara tidak langsung mendongeng atau bercerita merupakan
salah satu metode yang bisa membuat anak-anak mengerti hal-hal baik dan
hal-hal buruk (Kartono, 1985)
Bercerita merupakan salah satu pembelajaran yang bisa diterapkan
dalam pembelajaran dalam pembelajaran bahasa di Taman Kanak-Kanak,
siswa akan memiliki bahan yang lebih banyak untuk dapat bercerita atau
menceritakan kembali. Melalui bercerita anak-anak akan lebih bersemangat
mengikuti pembelajaran bahasa dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa anak terutama di Taman Kanak-Kanak.
Kemampuan berbahasa anak di TK Pertiwi Malangjiwan masih
rendah al ini dapat diketahui pada saat guru mengadakan kegiatan
bercakap-cakap hanya 4 anak atau 33% dari 12 anak kelompok A yang berani
menjawab, sedangkan 8 anak atau 67% hanya diam saja ketika ditanya
maupun diajak bicara guru.
Pengertian Kemampuan adalah kecakapan, kesanggupan, kekuatan
kita untuk berusaha dengan diri kita sendiri (Depdiknas, 2001: 707),
sedangkan menurut Poerwadarminta (1944: 628) Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan suatu tindakan atau
kegiatan. Chaplin (1997) mendefinisikan Kemampuan sebagai tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Robbins (2000) menjelaskan
bahwa kemampuan bisa berupa kesanggupan bawaan sejak lahir, atau
merupakan hasil latihan atau praktek.
Bahasa adalah mencakup segala sarana komunikasi dengan
menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada
orang lain. Sedangkan menurut (Soemiarti, Padmonodewo, 2003) Bahasa
adalah ucapan, pikiran dan perasaan seseorang yang teratur dan digunakan
sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat. Dengan kata lain bahasa
adalah ucapan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada
Kemampuan berbahasa adalah suatu cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi serta memanfaatkan
komponen system pembelajaran untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran. Kemampuan berbahasa yang merupakan bagian dari 5
pengembangan yang ada program kegiatan belajar mengajar di Taman
Kanak-Kanak yang termasuk ruang lingkup kemampuan dasar (Dieni
Nurbiana, 2006: 5)
Berdasarkan matrik Taman Kanak-Kanak (dalam Jumini, 2008)
indikator kemampuan berbahasa dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Mendengarkan dan menceritakan kembali secara urut, Bercerita
tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan bahasa yang
jelas, Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya, kami dan mereka
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman
belajar bagi anak yang membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita
yang dibawakan guru terus menarik dan mengandung perhatian anak dan
tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK, maka meereka dapat
memahami isi cerita itu dengan penuh perhatian dan dengan mudah dapat
menangkap isi cerita (Moslichatoen, 1999).
Menurut prof. Dr Tampubolon, (1991:50), mengemukakan bahwa
bercerita kepada anak memainkan permainan penting bukan saja dalam
menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam
mengembangkan bahasa dan fikiran anak. Dengan demikian, fungsi
kegiatan bercerita bagi anak 4-6 tahun adalah membantu perkembangan
bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan
baik untuk membantu kemampuan bercerita,dengan menambah
pembendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih
merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya. Rangkaian
kemampuan mendengar , berbicara, membaca, menulis, dan menyimak
adalah sesuai dengan tahap perkembangan anak, karena tiap anak berbeda
B. METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Pertiwi Malang jiwan
Kebonarum Klaten yang beralamat di desa Malangjiwan kecamatan
Kebonarum kabupaten Klaten provinsi Jawa Tengah. Peneliti memilih tempat
ini karena peneliti sendiri merupakan guru di TK ini sehingga peneliti dengan
mudah dan leluasa dalam mencari dan mengumpulkan data-data yang
diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2013/2014 selama 3 bulan yaitu bulan November 2013 – Januari 2014
Penelitian ini merupakan penelitian berbasis kolaboratif, teman
sejawat dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal
melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif. Sehingga dimungkinkan
adanya tindakan berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak dalam bercerita isi gambar seri.
Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah yang ditempuh
dalam penelitian ini yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengamatan, dan tahap refleksi. Sedangkan data penelitian yang dikumpulkan
berupa data kualitatif yaitu informasi tentang kemampuan berbahasa dan
informasi tentang penggunaan metode bercerita.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
dokumentasi dan catatan lapangan.instrumen penelitian menggunakan lembar
observasi perkembangan kemampuan berbahasa dan pedoman observasi
penerapan metode bercerita. Validasi data menggunakan teknik triangulasi
data. Teknik analisis data menggunakan teknik komparatif dan teknik analisis
kritis
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti
dibantu kolaborator menyusun rencana bidang pengembangan (RBP)
yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran,
metode bercerita, dan mempersiapkan alat evaluasi yang akan
digunakan. Peneliti dan kolaborator telah sepakat bahwa peneliti
sebagai pelaksana dan kolaborator sebagai observernya. Selain itu
juga telah ditentukan hari dan tanggal pelaksananaan siklus I. Siklus
bahwa siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pertemuan 1
dilakukan pada hari Selasa, 7 Januari 2014 dan kamis, 9 Januari
2014.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan 1 siklus I dilaksanakan pada hari selasa, 7 Januari
2014 dengan tahapan yaitu pendahuluan: Sebelum melaksanakan
kegiatan guru meminta anak-anak untuk berbaris di halaman,
kemudian masuk ke dalam kelas, berdoa dengan dipimpin salah satu
anak, mengucapkan salam, baru dilanjutkan dengan bernyanyi. Guru
menyampaikan tujuan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Dan
kemudian guru memberikan apersepsi mengenai materi yang akan
dipelajari dan membentuk anak secara klasikal dengan duduk di atas
tikar yang telah disiapkan. Kegiatan Inti: Guru menyebutkan judul
cerita yang akan dibawakan terlebih dahulu, kemudian guru
memperkenalkan nama-nama tokoh yang ada dalam cerita. Guru
mulai bercerita dengan judul “Ke Puskesamas” dengan alasan
supaya anak tidak takut diajak berobat ke puskesmas. Guru
mempersilahkan anak bercerita dengan gambar seri yang telah
disediakan guru. Penutup: Guru mengadakan tanya jawab tentang
nama tokoh dan isi cerita yang disampaikan, kemudian guru
memberikan kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan,
guru mengajari anak bernyanyi “Jika Pulang Sekolah”, guru
menutup pembelajaran dengan berdoa sebelum pulang dan
mengucapkan salam.
Pertemuan 2 siklus II, dilaksanakan pada hari Kamis, 9
Januari 2014. Pembelajaran ini berlangsung selama + 60 menit yaitu
Malangjiwan dengan tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan Inti dan
penutup. Pendahuluan: Sebelum memulai kegiatan guru meminta
anak-anak untuk berbaris di halaman, kemudian masuk ke dalam
kelas, berdoa dengan dipimpin salah satu anak, dan dilanjutkan
dengan mengucapkan salam, guru kemudian mengajak anak untuk
bernyanyi. Guru menyampaikan tujuan mengenai kegiatan yang
akan dilakukan. Dan kemudian guru memberikan apersepsi
mengenai materi yang akan dipelajari dan membentuk anak secara
klasikal dengan duduk di atas tikar yang telah disiapkan. Kegiatan
Inti: Guru menyebutkan judul cerita yang akan dibawakan terlebih
dahulu, kemudian guru memperkenalkan nama-nama tokoh yang ada
dalam cerita. Guru mulai bercerita dengan judul “Akibat Bolos
Sekolah” dengan alasan supaya anak mau makan dengan makanan 4
sehat 5 sempurna. Guru mempersilahkan anak bercerita dengan
gambar seri yang telah disediakan guru. Penutup: Guru mengadakan
tanya jawab tentang nama tokoh dan isi cerita yang disampaikan,
guru memberikan kesimpulan, bernyanyi “Jika Pulang Sekolah”,
pembelajaran ditutup dengan berdoa sebelum pulang dan mengucap
salam.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan secara menyeluruh
pada saat proses pembelajaran berlangsung dari awal hingga akhir.
Observasi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dibantu guru
kelompok A dengan menggunakan pedoman observasi kemampuan
berbahasa anak yang kemudian ditabulasikan dan dicatat dalam
lembar tabulasi skor butir amatan perkembangan kemampuan
berbahasa anak Dari tabulasi skor ini dapat diketahui anak yang
sudah masuk kategoi sudah mencapai baru 8 anak, sedangkan untuk
kemampauan berbahasa anak rata-rata dalam 1 kelas siklus I
mengalami kenaikan walaupun masih belum memenuhi target akhir
yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dengan
kolaborator diperoleh pada pelaksanaan siklus I yaitu: alokasi waktu
sudah sesuai dengan alokasi waktu yang ada di RPB, media yang
digunakan pada siklus I terlalu kecil sehingga kurang menarik
perhatian anak, meningkatnya jumlah anak yang ingin bercerita
dengan menggunakan gambar seri, anak-anak mulai mau bercerita
dengan gambar seri walaupun masih menggunakan kata-kata
sederhana, kemampuan berbahasa rata-rata anak dalam 1 kelas telah
mencapai 73.96%, guru masih kurang memberikan motivasi pada
anak yang tidak mau bercerita dengan menggunakan gambar seri.
Untuk itu perlu diadakan kegiatan perbaikan melalui siklus II
agar kemampuan anak dapat mencapai indikator kinerja yang telah
ditentukah yaitu sebesar 80%
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan kolaborator telah sepakat bahwa peneliti sebagai
pelaksana dan kolaborator sebagai observernya. Selain itu juga telah
ditentukan bahwa siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu
pertemuan 1 dilakukan pada hari Senin, 13 Januari 2014 dan
pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Januari 2014.
Penelitian dilakukan di kelompok A menggunakan metode bercerita
dengan gambar seri.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan 1 siklus II dilaksanakan hari Senin, 13 Januari
2014. Pembelajaran dilakukan selama + 60 menit dimulai dari pukl
07.30 s/d pukul 08.30 dan bertempat di ruang kelas A TK Pertiwi
Malangjiwan. Adapun pembelajaran pada pertemuan 1 siklus II
melaksanakan kegiatan guru meminta anak-anak untuk berbaris di
halaman, kemudian masuk ke dalam kelas, berdoa dengan dipimpin
salah satu anak, mengucapkan salam, baru dilanjutkan dengan
bernyanyi. Guru menyampaikan tujuan mengenai kegiatan yang
akan dilakukan. Dan kemudian guru memberikan apersepsi
mengenai materi yang akan dipelajari dan membentuk anak secara
klasikal dengan duduk di atas tikar yang telah disiapkan. Kegiatan
Inti: Guru menyebutkan judul cerita yang akan dibawakan terlebih
dahulu, kemudian guru memperkenalkan nama-nama tokoh yang ada
dalam cerita. Guru mulai bercerita dengan judul “Naik Becak”
dengan alasan supaya mengenal alat transportasi sederhana yang ada
di sekitar lingkungan anak. Guru memberikan kesempatan pada anak
untuk tampil ke depan dan bercerita dengan gambar seri sesuai
kemampuan anak. Pada waktu anak bercerita guru melakukan
pengamatan dan memberikan motivasi pada anak. Penutup: Guru
mengadakan reward dengan melakukan tanya jawab tentang nama
tokoh dan isi cerita yang disampaikan, kemudian guru memberikan
kesimpulan, guru mengajari anak bernyanyi “Jika Pulang Sekolah”,
dan terakhir guru menutup pembelajaran dengan berdoa sebelum
pulang dan mengucapkan salam.
Pertemuan 2 siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 15
Januari 2014. Pembelajaran ini berlangsung selama + 60 menit yaitu
dari jam 07.30-8.30 dan bertempat di ruang kelas A TK Pertiwi
Malangjiwan Kebonarum Klaten. Adapun langkah-langkah
pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II ini sama dengan
pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
c. Observasi
Dari observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung dengan mencatat perkembangan kemampuan setiap
mencapai 92.02%. Hal ini disebabkan pembelajaran di siklus II lebih
menarik karena guru menggunakan gambar seri yang terbuat dari
papan kecil sehingga anak-anak sangat antusias mengikuti
pembelajaran. Selain itu guru juga memberikan kesempatan pada
anak untuk bercerita dengan menggunakan gambar seri tersebut.
Melalui metode bercerita dengan gambar seri dan banyak
memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba menceritakannya
kembali dengan melihat gambar seri yang disediakan, maka
kemampuan berbahasa anak meningkat secara signifikan.
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dengan
kolaborator diperoleh pada pelaksanaan siklus II yaitu media yang
digunakan pada siklus II lebih variatif yaitu menggunakan berbagai
gambar seri dengan bentuk dan warna yang sangat menarik,
meningkatnya jumlah anak yang ingin bercerita dengan
menggunakan gambar seri dan sudah banyak anak yang mampu
bercerita secara runtut, anak-anak lebih aktif bercerita hal ini dapat
dilihat setelah usai kegiatan anak-anak masih sering bermain dengan
gambar seri yang ada diloker, kemampuan berbahasa rata-rata dalam
1 kelas telah mencapai 92.02%, anak-anak lebih banyak mendapat
kesempatan untuk bercerita dengan menggunakan gambar seri.
3. Perbandingan dan peningkatan pembelajaran siklus I dan siklus II
Kemampuan berbahasa anak dari sebelum diadakannya tindakan
siklus I masih belum berkembang dengan baik, tetapi setelah diadakan
tindakan perbaikan melalui tindakan siklus I yaitu melalui metode
bercerita dengan gambar seri maka kemampuan berbahasa anak mulai
mengalami peningkatan yaitu mencapai 73.96%, walaupun belum
memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini disebabkan
guru masih belum memberikan motivasi pada anak yang tidak mau maju
ke depan, gambar seri yang digunakan masih terlalu kecil sehingga
siklus II kemampuan berbahasa anak meningkat secara signifikan yaitu
rata-rata kemampuan berbahasa anak dalam 1 kelas telah mencapai
92.02%.
D. SIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita dilakukan melalui dua
siklus. Pada siklus I rata-rata kemampuan berbahasa anak mencapai 73.96%,
dan mengalami kenaikan yang signifikan setelah dilakukan tindakan
perbaikan melalui tindakan siklus II dengan hasil rata-rata kemampuan anak
mencapai 92.02%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
dirumuskan terbukti kebenarannya bahwa melalui metode bercerita dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A TK Pertiwi
Malangjiwam, Kebonarum, Klaten Tahun ajaran 2013/2014. Perkembangan
kemampuan berbahasa anak dapat berkembang dengan baik menggunakan
metode bercerita dengan gambar seri apabila guru terus memberikan motivasi
pada anak, gambar seri yang digunakan dengan ukuran besar dan diberi
warna yang menarik. banak lebih meningkat setelah diterapkannya media
bubur kertas dalam pembelajaran di TK Pertiwi Beku Kecamatan
Karanganom Kabupatan Klaten mengalami. Hal ini dapat dari hasil
prosentase pencapaian kemampuan berbahasa anak yang terus meningkat.
Hasil Prasiklus mencapai 40.63%, siklus I mencapai 73.96% dan siklus II
DAFTAR PUSTAKA
Chalpin, J.P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi 5. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Dhieni Nurbiana, 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Kartono, Kartini, 1985. Mengenal Dunia Anak. Jakarta: CV. Rajawali
Moslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Aneka Cipta
Poerwadarminta, 1944. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Robbins, SP. 2000. Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Prenhalindo
Soemiarti, Padmonodewo, 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud