• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Role Salience dan Work Family Conflict Pada Istri Yang Bekerja di Perusahaan "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Role Salience dan Work Family Conflict Pada Istri Yang Bekerja di Perusahaan "X" Kota Bandung."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara work family conflict dan role salience pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasional.

Alat ukur yang digunakan adalah work family conflict scales yang dibuat Greenhaus and Beutell’s (1985) dan terdiri dari 18 item. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur role salience adalah life role salience scales (LRSS) yang dibuat Ellen S. Amatea, E. Gail Cross, Jack E. Clark, Carol L. Bobby (2011) yang terdiri dari 33 item. Penghitungan validitas work family conflict scales dengan teknik analisis faktor dan penentuan item dengan skala dari Lisa Friedenberg, menunjukkan bahwa seluruh item diterima. Sedangkan penghitungan validitas life role salience scales dengan teknik analisis faktor dan penentuan item dengan skala dari Lisa Friedenberg, menunjukkan bahwa 33 item dterima dan 7 item ditolak. Penghitungan realibilitas work family conflict scales menggunakan metode analisis faktor skala Cronbach menunjukkan hasil 0.88 yang berarti alat ukut memiliki reliabilitas yang tinggi.sedangkan penghitungan realibilitas life role salience scales menggunakan metode analisis faktor skala Cronbach menunjukkan hasil 0.87 yang berarti alat ukut memiliki reliabilitas yang tinggi. Data yang diperoleh menggunakan uji korelasi Spearman dengan program SPSS 16.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, maka didapatkan koefisien korelasi untuk work family conflict dan role salience (work) adalah 0.484. hasil koefisien korelasi antara work family conflict dan role salience (family) adalah 0.265.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara work family conflict dan role salience (work dan family).

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study was conducted to determine the relationship between family conflict and work role salience on the wife who works in the "X" Company in Bandung. The selection of the sample used judgmental method and purposive sampling, and the samples in this study are 30 people. Plan that is used in this study is correlational research plan.

Survey tool that is used is the work family conflict scales that is made by Greenhaus and Beutell's (1985) and consists of 18 items. While the survey instrument used to measure the role salience is life role salience scales (LRSS) made by Ellen S. Amatea, E. Gail Cross, Jack E. Clark, Carol L. Bobby (2011) which consists of 33 items. Calculation of family work conflict scales validity with the technique of factor analysis and determination of the items on a scale from Lisa Friedenberg, indicates that all items are received. While the calculation of life role salience scales validity with the technique of factor analysis and determination of the items on a scale from Lisa Friedenberg, showed that 33 items are accepted and 7 items are rejected. Calculation reliabilities family work conflict scales uses Cronbach scale factor analysis method shows the results of 0.88, which means that devices has high reliabilities. While reliability calculations of reliabilities life role salience scales uses Cronbach scale factor analysis method shows the results of 0.87, which means that scale devices have high reliability. Data that is obtained by using the Spearman correlation test with SPSS 16.

Based on the statistical data, the correlation coefficient that is obtained for family conflict and work role salience (work) is 0,484. The result of correlation coefficients between family conflict and work role salience (family) is 0265.

The conclusion to be drawn from this research is not a significant relationship between family conflict and work role salience (work and family).

(3)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Lembar Judul ...i

Lembar Pengesahan ...ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian...iii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian...iv

Abstrak...v

Abstract...vi

Kata Pengantar...vii

Daftar isi...x

Daftar Tabel ...xviii

Daftar Bagan ...xxiv

Daftar Gambar...xxv

Daftar Lampiran ...xxvi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah ...1

1.2. Identifikasi Masalah ...8

1.3. Maksud dan Tujian Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ...8

1.3.2. Tujuan Penelitian ...9

1.4. Kegunaan Penelitan 1.4.1. Kegunaan Teoritis ...9

(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pikir ...10

1.6. Asumsi ...18

1.7. Hipotesis ...18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Work Family Conflict ...19

2.1.1. Pengertian Peran dan Konflik Peran...19

2.1.2. Definisi Work- Family Conflict...22

2.1.3. Work -Family Conflict Form...24

2.1.4. Sumber atau penyebab Work family conflict...27

2.1.5. Dimensi Work Family Conflict...35

2.1.6. Model Konseptual Konflik kerja keluarga...36

2.1.7. Dampak-dampak yang ditimbulkan konflik kerja keluarga...37

2.2. Role Salience ...41

2.2.1 Work and Family Role Salience...41

2.2.2. Faktor-Faktor Kontekstual yang Memengaruhi Role Salience...46

2.3 Tahap Perkembangan...48

2.3.1. Tahap Dewasa Awal sebagai Masa Transisi...48

2.3.2. Aspek-aspek Perkembangan Fisik...50

2.3.3. Tahap Dewasa Madya ...54

(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ...60

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian ...61

3.3.2. Definisi Operasional ...61

3.3.2.1. Definisi Work Family Conflict...61

3.3.2.2. Definisi Role Salience...62

3.4. Alat Ukur 3.4.1. Alat Ukur Work Family Conflict...64

3.4.2. Alat Ukur Role Salience ...66

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang 3.4.3.1. Data Pribadi ...68

3.4.3.2. Data Penunjang ...68

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.4.1. Validitas Alat Ukur Work Family Conflict...68

3.4.4.2. Validitas Alat Ukur Role Salience...70

3.4.4.3. Reliabilitas Alat Ukur Work Family Conflict...71

3.4.4.4. Reliabilitas Alat Ukur Role Salience...73

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1. Populasi Sasaran ...74

3.5.2. Karakteristik Populasi ...74

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ...74

3.6. Teknik Analasis Data ...75

(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Responden

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia...77 4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...78 4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict WorkInterfering With Family) dan Role Salience (Work)...79 4.2.2 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict WorkInterfering With Family) dan Role Salience (Work)...80 4.2.3 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Work)...81 4.2.4 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict FamilyInterfering With Work) dan Role Salience (Work)...82 4.2.5 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Family Interfering With Work) dan Role Salience (Work)...83 4.2.6 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict Family Interfering With Work) dan Role Salience (Work)...84 4.2.7 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict WorkInterfering With Family) dan Role Salience (Parental)...85 4.2.8 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict

WorkInterfering With Family) dan Role Salience (Parental)...86 4.2.9 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

(7)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

4.2.10 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Family Interfering With Work) dan Role Salience (Parental)...88 4.2.11 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Parental)...89 4.2.12 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Parental)...90 4.2.13 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Work

Interfering With Family) dan Role Salience (Marital)...91 4.2.14 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Marital)...92 4.2.15 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

Work Interfering With Family) dan Role Salience (Marital)...93 4.2.16 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Marital)...94 4.2.17 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Marital)...95 4.2.18 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Marital)...96 4.2.19 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Work

(8)

xv

Universitas Kristen Maranatha

4.2.21 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Home Care)...99 4.2.22 Hubungan Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Family Interfering with Work) Dan Role Salience (Home Care).100 4.2.23 Hubungan Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Family Interfering with Work) Dan Role Salience (Work)...101 4.2.24 Hubungan Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict Family Interfering with Work) Dan Role Salience (Home Care).102 4.2.25 Gambaran Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Work)...103 4.2.26 Gambaran Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict

(9)

xvi

Universitas Kristen Maranatha

4.2.32 Gambaran Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Parental)...110 4.2.33 Gambaran Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

Work Interfering With Family) dan Role Salience (Parental)...111 4.2.34 Gambaran Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Parental)...112 4.2.35 Gambaran Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Parental)...113 4.2.36 Gambaran Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

Family Interfering With Work) dan Role Salience (Parental)...114 4.2.37 Gambaran Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Work

Interfering With Family) dan Role Salience (Marital)...115 4.2.38 Gambaran Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Marital)...116 4.2.39 Gambaran Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict

Work Interfering With Family) dan Role Salience (Marital)...117 4.2.40 Gambaran Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict

(10)

xvii

Universitas Kristen Maranatha

4.2.43 Gambaran Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Work

Interfering With Family) dan Role Salience (Home Care)...121

4.2.44 Gambaran Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Home Care).122 4.2.45 Gambaran Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Home Care).123 4.2.46 Gambaran Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict Family Interfering with Work) Dan Role Salience (Home Care).124 4.2.47 Gambaran Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Family Interfering with Work) Dan Role Salience (Work)...125

4.2.48 Gambaran Antara Work Family Conflict (Behavior Based Conflict Family Interfering with Work) Dan Role Salience (Home Care).126 4.3. Pembahasan...127

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...153

5.2. Saran 5.2.1. Saran Teoritis...154

5.2.2. Saran Praktis...155

DAFTAR PUSTAKA ...156

(11)

xviii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel Alat Ukur Work-family Conflict ...64

Tabel Skor Item Work-family Conflict ...64

Tabel Kategori Skor Item Work-family Conflict...65

Tabel Alat Ukur Role Salience...66

Tabel Skor Item Role Salience...66

Tabel Kategori Skor Item Role Salience...67

Tabel Norma Lisa Friendenberg...69

Tabel Hasil Validitas Alat Ukur WFC...70

Tabel Hasil Validitas Alat Ukur Role Salience...71

Tabel Norma Reliabilitas Cronbach...72

Tabel Hasil Reliabilitas Alat Ukur WFC...73

Tabel Hasil Reliabilitas Alat Ukur Role Salience...73

Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Usia...77

Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...78

Tabel uji korelasi Rank Spearman Antara Work Family Conflict (Time Based Conflict WorkInterfering With Family) dan Role Salience (Work)...79

Tabel uji korelasi Rank Spearman Antara Work Family Conflict (Strain Based Conflict Work Interfering With Family) dan Role Salience (Work)...80

(12)

xix

Universitas Kristen Maranatha

(13)

xx

Universitas Kristen Maranatha

(14)

xxi

Universitas Kristen Maranatha

(15)

xxii

Universitas Kristen Maranatha

(16)

xxiii

Universitas Kristen Maranatha

(17)

xxiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(18)

xxv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

(19)

xxvi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Sejarah Perusahaan dan Profil “X” kota Bandung LAMPIRAN 2 Kisi-kisi Alat Ukur

LAMPIRAN 3 Kuesioner Penelitian LAMPRAN 4 Hasil Jawaban Data Primer

(20)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era modern ini, terjadi pergeseran dari rumah tangga tradisional ke rumah tangga modern. Dalam rumah tangga tradisional terdapat pembagian tugas yang jelas, yaitu suami bertugas mencari nafkah dengan bekerja, sedangkan istri berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga modern, baik suami maupun istri keduanya sama-sama bekerja. Dapat dilihat bahwa sekarang ini jumlah wanita bekerja semakin banyak ditemukan. Berdasarkan data BPS, jumlah pekerja di Indonesia yang bekerja lebih dari 48 jam per minggu semakin meningkat tiap tahun. Pada 2007, jumlah pekerja yang bekerja lebih dari 48 jam per minggu sebanyak 29.232.506 orang dengan perincian 20,5 juta orang di antaranya pria dan 8,7 juta adalah wanita. Kemudian pada 2009, jumlah pekerja yang bekerja di atas 48 jam per minggu meningkat menjadi 29.825.441 orang dengan perincian 20,3 juta adalah pekerja pria dan 9,4 juta pekerja wanita (http://suar.okezone.com/read/2010/03/08/283/310269/283/ jam-kerja-orang-indonesia-tak-kalah-panjang). Kondisi ini disebut juga dengan dual-career marriage (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 2), dimana pasangan suami istri yang mengembangkan karir mereka pada saat yang bersamaan dalam suatu pernikahan.

(21)

2

Universitas Kristen Maranatha

mengaktualisasikan dirinya, kebutuhan finansial, menjalin relasi-sosial, dan lain-lain (http://www.e-psikologi.com/epsi/ individual_detail.asp?id=115). Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat istri juga harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi yang dialami tersebut tentunya membuat istri tidak punya pilihan lain selain ikut mencari nafkah dengan bekerja di luar rumah, meskipun terdapat kemungkinan bahwa istri sendiri tidak menginginkan melakukan hal tersebut. Selain itu terdapat alasan lain yang membuat istri - istri tetap memilih untuk bekerja, dikarenakan adanya kebutuhan relasi sosial yang tinggi, dan istri mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan berelasi di tempat kerjanya. Bergaul dengan rekan-rekan di kantor, menjadi salah satu hal yang mendukung istri memenuhi kebutuhan berelasi tersebut.

(22)

3

Universitas Kristen Maranatha

memiliki kebutuhan aktualisasi diri melalui pekerjaan, setelah menikah biasanya mereka akan cenderung kembali bekerja setelah menikah dan mempunyai anak. Istri merasa bekerja adalah hal yang sangat bermanfaat selain untuk mendapakan penghasilan sendiri juga untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya, menyokong sense of self dan kebanggaan diri. (http://www.e-psikologi.com/epsi/ individual_detail.asp?id=115).

Selain itu, pada beberapa kasus, ada pula isteri yang lebih menyukai pekerjaannya dibanding perannya dalam keluarga. Istri merasa lebih rileks dan nyaman jika sedang bekerja daripada di rumah sendiri. Pada kasus seperti itu, tindakan istri yang memilih untuk bekerja dilandasi oleh alasan agar dapat pergi dan menghindar dari keluarga. Kasus ini memang dilandasi oleh persoalan psikologis yang lebih mendalam, baik terjadi di dalam diri orang yang bersangkutan maupun dalam hubungan antara anggota keluarga (http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=115).

Studi lain masih menyangkut kebahagiaan para istri bekerja, yang dilakukan oleh Walters dan McKenry (1985) menunjukkan, bahwa istri cenderung merasa bahagia selama para istri yang bekerja tersebut dapat mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis (seimbang). Jadi, adanya konflik peran yang dialami oleh istri yang bekerja, akan menghambat kepuasan dalam hidupnya.

(23)

4

Universitas Kristen Maranatha

lebih berarti. Sedangkan karyawati lain, untuk membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, karena jika hanya mengandalkan hasil dari pekerjaan suami masih belum cukup. Selain itu terdapat pula salasan lain yang mengatakan bahwa, dikarenakan memperoleh kebebasan finansial. Katanya, “Jujur, alasan kebebasan finansial juga menjadi alasan utama saya kenapa saya mencari uang sendiri. Setidaknya saya memiliki “uang privasi” yang terserah mau saya pakai buat apa juga tak akan ada orang lain yang akan melarang.”

Namun dibalik semua hal yang melatarbelakangi, ada konsekuensi yang diterima istri ketika menjalani dua peran sekaligus, yaitu peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga (sebagai istri, sebagai ibu dan pengurus rumah tangga). Saat istri berperan dalam pekerjaannya, tanggung jawab yang dimilikinya, yaitu melaksanakan tugas dalam pekerjaannya dengan baik, ikut berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan, meluangkan waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaannya atau ketika perusahaan mewajibkan karyawannya untuk bekerja lembur, dsb. Selain itu istri juga memiliki tanggung jawab dalam menjalankan perannya dalan kehidupan keluarga, baik sebagai istri, sebagai ibu maupun sebagai pengurus rumah tangga. Tanggung jawab istri, yaitu mengurus kebutuhan anak, suami dan keperluan rumah tangga, mengajari dan merawat anak, membereskan rumah, dsb.

(24)

5

Universitas Kristen Maranatha

kurangnya dukungan dari anggota-anggota keluarga (Greenhaus, 2002). Ketika istri disibukan dan fokus dengan urusan kantor akan terganggu ketika anak sering menelepon atau urusan pekerjaan rumah yang harus dibereskan, sehingga membuat konsentrasi istri terganggu ketika bekerja dan melakukan kesalahan. Ketika terdapat kebutuhan pemenuhan dalam keluarga, seperti mengurus anak, mengajarkan anak, membersihkan rumah, hal tersebut dapat menjadi gangguan bagi istri yang dapat meyebabkan menurunkan kinerja istri di perusahaan tempatnya bekerja. Contoh lainnya, ketika istri datang terlambat ke kantor dikarenakan harus mengantarkan anaknya terlebih dahulu ke sekolah, yang tentunya dapat menimbulkan konsekuensi baginya (misalnya, teguran dari atasan). Kondisi tersebut merupakan keadaan dimana kehidupan keluarga mengganggu pekerjaan. Hal tersebut dapat terjadi, ketika istri memiliki role salience pada perkerjaan, yaitu derajat keterlibatan istri secara psikologis dalam peran dan mengukur keterlibatan melalui derajat komitmen, partisipasi, dan nilai atau kepentingan yang dikaitkan dengan peran dalam keluarga.

(25)

6

Universitas Kristen Maranatha

melihat perkembangan-perkembangan yang dilalui anaknya akan tetapi istri tidak dapat melihat dan merasakan tahap-tahap emas perkembangan anaknya karena harus bekerja. Selain itu, dimungkinkan bagi keluarga yang berada taraf ekonomi yang kurang mengharuskan istri untuk mengurus keperluan rumah tangga, seperti memasak, menyuci dan sebagainya tanpa seorang pembantu rumah tangga, akan tetapi diwaktu yang sama istri harus bekerja yang menyebabkan kurang terurusnya urusan rumah tangga. Hal-hal tersebut menimbulkan konflik dimana urusan pekerjaan mengganggu kehidupan keluarga. Keadaan tersebut dapat terjadi ketika istri memiliki role salience pada pekerjaan.

Konflik antara peran pekerjaan dan keluarga relatife lebih tinggi dialami oleh wanita dibandingkan dengan pria dikarenakan, wanita menghabiskan lebih banyak waktu pada kondisi pekerjaan dan keluarga (Frone, Russell, & Cooper, 1992). Konflik Konflik antara peran pekerjaan dan keluarga lebih tinggi dialami wanita akan semakin jelas terlihat pada wanita ketika wanita tersebut menjadi penanggungjawab utama untuk urusan baik keluarga maupun pekerjaan.

(26)

7

Universitas Kristen Maranatha

Konflik dalam pekerjaan maupun keluarga merupakan bentuk konflik interrole, dimana tuntutan keluarga dan tuntutan dalam pekerjaan yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya akan membuat partisipasi seseorang dalam keluarga maupun perkerjaan menjadi lebih sulit dikarenakan partisipasi dalam peran yang lainnya.

Setelah dilakukan survey pada 8 orang karyawan yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung didapatkan hasil 100% karyawan (8 orang)

mengatakan bahwa kondisi ekonomi keluarga yang kurang menjadikan alasan mereka untuk turut bekerja demi membantu mencukupi kebutuhan keluarga. 100% karyawan (8 orang) merasakan bahwa pekerjaannya mempengaruhi kehidupan keluarganya (work-to-family conflict). Didapatkan pula, 62,5% karyawan (5 orang) merasakan permasalahan yang berhubungan dengan mengurus anak mereka, kurangnya waktu bersama anak, dan kurangnya komunikasi bersama dengan keluarga sementara itu 37,5% (3 orang) karyawan memiliki permasalahan pada persoalan rumah tangga yang menjadi tidak terurus.

Sebanyak 50% karyawan (4 orang) mengatakan bahwa peran sebagai istri adalah peran yang terpenting bagi dirinya. Hal tersebut berdampak ketika terdapat jam tambahan bekerja, karyawan di Perusahaan “X” menjadi merasa kehilangan

(27)

8

Universitas Kristen Maranatha

ketika bekerja karyawan di Perusahaan “X” akan merasakan khawatir terhadap

keadaan anaknya dirumah, karyawan di Perusahaan “X” merasa kurangnya waktu bersama dengan anak, baik untuk mengasuh, bermain, dan mendidik. Hal tersebut membuat S kurang dapat fokus dengan pekerjaannya dan terkadang melakukan beberapa kesalahan ketika bekerja, timbul rasa ingin cepat menyelesaikan pekerjaannya dan pulang ke rumah.

Berdasarkan perjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti seperti apakah hubungan antara role salience (work dan family) dengan work family conflict pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana hubungan antara role salience (work dan family) dan work-family conflict (arah) pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung.

1.3 Maksud & Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

(28)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara role salience (work dan family) dan work-family conflict (arah) pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritik

1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang psikologi, khususnya bidang psikologi industri dan oganisasi mengenai role salience dan work-family conflict pada pasangan suami isteri yang bekerja.

2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(29)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pikir

Pergeseran rumah tangga tradisional ke rumah tangga modern semakin banyak dialami oleh masyarakat saat ini, dimana tidak hanya suami yang bekerja, istri pun turut bekerja di luar rumah. Faktor-faktor yang menjadi alasan mengapa istri memilih untuk turut bekerja diantaranya adalah kebutuhan finansial, kebutuhan sosial-relasional, kebutuhan aktualisasi diri, dan lain-lain.

Istri yang bekerja akan menghayati peran-peran yang dia jalankan sehari-hari. Peran (role) merupakan perilaku-perilaku yang diasosiasikan dengan suatu posisi tertentu dan individu pada posisi tersebut diharapkan berperilaku sesuai posisi tertentu (Linon dalam Biddle & Thomas, 1966). Menurut Reitzes & Mutran (1994), peran (role) adalah usaha untuk menyediakan kerangka pemikiran bagi individu untuk mengembangkan rasa mengenai pemahaman makna dan tujuan dari sebuah lembaga.

Isri-istri yang bekerja tersebut otomatis memiliki peran ganda, yakni peran dalam pekerjaanya (work) dan peran dalam keluarganya (family). Peran di dalam keluarga terbagi lagi menjadi tiga sub peran, yaitu peran sebagai istri (marital), peran sebagai ibu (parental), dan peran sebagai pengurus rumah tangga (home care). Setiap istri yang bekerja akan menghayati peran terpenting pada dirinya apakah pada keluarga atau pekerjaan. Role salience adalah derajat keterlibatan individu secara psikologis dalam peran dan mengukur keterlibatan melalui derajat komitmen, partisipasi, dan nilai atau kepentingan yang dikaitkan dengan peran.

(30)

11

Universitas Kristen Maranatha

karena tuntutan waktu di satu peran yang bercampur aduk dengan keikut-sertaan peran lainnya, stres yang bermula dari satu peran yang spills over ke dalam peran lainnya akan mengurangi kualitas hidup dalam peran tersebut, dan perilaku yang efektif dan tepat pada satu peran, namun tidak efektif dan tidak tepat saat ditransfer pada peran lainnya. Dengan demikian ada 2 arah dalam work-family conflict, yaitu konflik pekerjaan terhadap keluarga dan konflik keluarga terhadap pekerjaan.

Konflik pekerjaan terhadap keluarga (work-to-family conflict) terjadi saat pengalaman dalam bekerja mempengaruhi kehidupan keluarga. Tekanan dalam lingkungan kerja (work-to-family conflict) yang dapat menimbulkan konflik pekerjaan-keluarga, antara lain tidak teraturnya atau tidak fleksibelnya jam kerja, overload pekerjaan, jam kerja yang panjang, perjalanan dinas yang banyak, konflik interpersonal di lingkungan kerja, transisi karir, konflik antar individu karyawan dan tidak adanya dukungan dari supervisor atau perusahaan.

(31)

12

Universitas Kristen Maranatha

tangga, seperti memasak, menyuci dan sebagainya tanpa seorang pembantu rumah tangga, kondisi tersebut akan dirasakan sangat merepotkan dan menyita banyak waktu bagi istri. Hal-hal tersebut dapat terjadi ketika istri memiliki role salience pada perkerjaannya.

Konflik keluarga terhadap pekerjaan (family-to-work conflict) terjadi saat pengalaman dalam keluarga mempengaruhi kehidupan kerja. Tekanan dalam lingkungan keluarga (family-to-work conflict) yang dapat menghasilkan konflik pekerjaan-keluarga, antara lain kehadiran anak yang paling kecil merasa bahwa tanggung jawab utamanya adalah bagi anak-anak, tanggung jawab sebagai anak yang tertua, konflik antar anggota keluarga dan tidak adanya dukungan dari anggota keluarga (Greenhaus, 2002). Ketika terdapat kebutuhan pemenuhan dalam keluarga, seperti mengurus anak, mengajarkan anak, membersihkan rumah, hal tersebut dapat menjadi gangguan bagi istri yang dapat meyebabkan menurunkan kinerja istri di perusahaan tempatnya bekerja dan dapat memilih untuk menyerahkan segala kebutuhan rumah tangga pada pembantu. Contoh lainnya, ketika istri harus datang terlambat ke kantor yang dapat menimbulkan konsekuensi baginya dikarenakan harus mengantarkan anaknya terlebih dahulu ke sekolah. Kondisi tersebut dapat dilihat pada istri yang memiliki role salience pada family.

(32)

13

Universitas Kristen Maranatha

rumah) melebihi kapasitas seseorang dalam menanganinya karena keterbatasan waktu dalam sehari untuk melakukan semua aktivitas yang cenderung tidak terbatas. Konflik peran ganda yang kedua adalah tumpang tindih (interference) yang artinya ada pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan, sementara kewajiban keluarga juga harus dilaksanakan dalam waktu yang sama. Ketika keluarga dengan suami dan istri bekerja, masalah yang mendasar adalah keterbatasan waktu untuk melakukan kewajiban baik terhadap pekerjaan maupun keluarga yang semakin kecil dibandingkan dengan keluarga yang suaminya saja bekerja. Kata yang sering digunakan untuk mengkategorikan permasalahan ini adalah ’penyeimbangan’ atau (balancing) (Kammeyer 1987). Oleh karena itu

proses manajemen sumberdaya keluarga terutama berkaitan dengan manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga (Puspitawati 1992, Winter & Puspitawati 1993).

Greenhaus dan Beutell dan Gutek et al. (dalam Schabracq, Winnubst, & Cooper, 2003) menggambarkan tiga tipe konflik yang berkaitan dengan dilema peran perempuan antara di rumah tangga dan pekerjaan, yaitu Time-Based Conflict, Strain Based Conflict, dan Behavior Based Conflict

(33)

14

Universitas Kristen Maranatha

tangga” merupakan salah satu kesulitan yang paling sering dihadapi oleh para ibu

bekerja. Istri harus dapat memainkan peran mereka sebaik mungkin baik di tempat kerja maupun di rumah. Mereka sadar, mereka harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana untuk anak-anak – serta menjadi istri yang baik bagi suami serta menjadi ibu ruman tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, mereka pun mempunyai komitmen dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan pada mereka hingga mereka harus menunjukkan prestasi kerja yang baik. Sementara itu, dari dalam diri mereka pun sudah ada keinginan ideal untuk berhasil melaksanakan kedua peran tersebut secara proporsional dan seimbang.

Kebersamaan bersama suami dalam suasana rileks, santai dan hangat merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan, untuk membina, mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi satu dengan yang lain. Tidak jarang, kurangnya waktu untuk keluarga, membuat seorang ibu merasa dirinya tidak bisa berbicara secara terbuka dengan suaminya, bertukar pikiran, mencurahkan pikiran dan perasaan, atau merasa suaminya tidak lagi bisa mengerti dirinya, dan akhirnya merasa asing dengan pasangan sendiri sehingga mulai mencari orang lain yang dianggap lebih bisa mengerti, dsb. Ini lah yang bisa membuka peluang terhadap perselingkuhan di tempat kerja.

(34)

15

Universitas Kristen Maranatha

dengan nyaman menemani anak menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Ketegangan peran ini bisa termasuk stress, tekanan darah meningkat, kecemasan, keadaan emosional, dan sakit kepala. Pekerjaan, bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi istri, seperti peraturan kerja yang kaku, pemimpin perusahaan yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau pun ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat istri menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itu lah yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami. Keadaan ini biasanya makin intens, kala situasi di rumah tidak mendukung – dalam arti, suami (terutama) dan anak-anak (yang sudah besar) kurang bisa bekerja sama untuk mau “gantian” melayani dan membantu sang ibu, atau sekedar meringankan

pekerjaan rumah tangga.

(35)

16

Universitas Kristen Maranatha

tangga. Masalah rumah tangga adalah kewajiban sepenuhnya seorang istri. Masalah yang kemudian timbul akibat bekerjanya sang istri, sepenuhnya merupakan kesalahan dari istri dan untuk itu ia harus bertanggung jawab menyelesaikannya sendiri. Keadaan tersebut, akan menjadi sumber tekanan yang berat bagi istri, sehingga ia pun akan sulit merasakan kepuasan dalam bekerja.

Selain itu pekerjaan di kantor yang dirasakan sangat berat, sedangkan suami di rumah kurang bisa “bekerja sama” untuk ikut menyelesaikan pekerjaan

(36)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.1. Bagan Kerangka Pikir Karakteristik Subjek :

- Memiliki suami yang juga bekerja.

- Memiliki min. 1 anak.

- Umur 20-60 tahun.

Istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung Role Salience Work Family Conflict Significant Tidak significant 4 peran :

1. Marital 2.Parental 3.Home care 4.Work

6 dimensi work family conflict: 1.Time-Based conflict work

interfering with family. 2.Strain Based conflict work

interfering with family. 3.Behavior Based conflict work

interfering with family. 4.Time-Based conflict family

interfering with work. 5.Strain Based conflict family

interfering with work. 6.Behavior Based conflict

(37)

18

Universitas Kristen Maranatha

1.6. Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikembangkan diatas, maka asumsi yang dapat ditarik sebagai berikut :

1. Terdapat tiga tipe konflik pada karyawan Perusahaan “X” kota Bandung antara peran di rumah tangga dan pekerjaan, yaitu Time-Based Conflict, Strain Based Conflict, dan Behavior Based Conflict.

2. Terdapat 2 arah dalam work-family conflict pada karyawan Perusahaan “X” kota Bandung, yaitu konflik pekerjaan terhadap keluarga (

work-to-family conflict) dan konflik keluarga terhadap pekerjaan (work-to-family-to-work conflict).

3. Karyawan Perusahaan “X” kota Bandung memiliki 4 peran, yaitu peran dalam pekerjaanya (work), peran sebagai istri (marital), peran sebagai ibu (parental), dan peran sebagai pengurus rumah tangga (home care).

1.7. Hipotesis

(38)

153

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan sata dengan rumus Rank Spearman (Program SPSS 16) peneliti menarik kesimpulan mengenai hubungan antara work family conflict dengan role salience (work dan family) pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung sebagai berikut :

1. Dalam korelasi antara work family conflict dengan role salience diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara work family conflict dengan role salience pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung.

2. Pada istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung, faktor yang secara signifikan mempengaruhi work family conflict istri adalah keberadaan anak yang masih kecil, ada atau tidak adanya dukungan suami atau keluarga, ada atau tidak adanya dukungan supervisor atau rekan kerja, dan ada atau tidak adanya pengasuh atau pembantu.

5.2 Saran

5.2.1. Saran Teoritis

(39)

154

Universitas Kristen Maranatha

intervening variabel, seperti adanya perbedaan budaya antara Indonesia (timur) dengan Amerika (barat) :

- Penduduk Indonesia akan lebih memungkinkan menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau pengasuh dalam merawat anak dan keperluan rumah tangga lainnya.

- Perbedaan budaya di timur dan barat juga terlihat dari adanya dukungan dari pihak keluarga (selain suami) contohnya, ibu dari istri yang bekerja di Perusahaan “X” kota Bandung juga turut

membantu untuk menjaga dan mengasuh anak. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi di budaya barat, dimana orangtua atau anggota keluarga lain tidak turut membantu pasangan suami istri yang bekerja dalam hal mengurus anak mereka.

2. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian secara khusus mengenai hubungan antara work family conflict dengan keberadaan anak yang masih kecil atau hubungan antara work family conflict dengan family dan social support.

5.2.2. Saran Praktis

(40)

155

Universitas Kristen Maranatha

(41)

156

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

______ 2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi tiga. Bandung: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha.

Ahmad, Aminah. 2007. Work-Family Conflict, Life-Cycle Stage, Social Support, and Coping Strategies among Women Employees. Malaysia: Universiti Putra Malaysia.

Amatea, Ellen S., E. Gail Cross, Jack E. Clark, Carol L. Bobby. 1986. Assessing the Work and Family Role Expectations of Career-Oriented Men and Women: TheLife Role Salience Scales. National Council on Family Relations.

Buonocore, Filomena Dan Russo Marcello. 2010. Reducing The Effects Of Work-Family Conflict On Job Satisfaction:The Kind Of Commitment Matters. Bologna: Alma Mater Studiorum Università.

Carlson, Dawn S. Dan K. Michele Kacmar. 2000.Work–Family Conflict In The Organization: Do Life Role Values Make A Difference?. Journal Of Management.

Frone. M. R.. M. Russell, and M. L. Cooper. 1992. “Antecedents and Outcomes of Work-Family Conflict: Testing a Model of The Work-Family Interface”. Journal of Applied Psychology, Vol. 77 No.1, pp. 65-75.

Gahan, Peter dan Lakmal Abeysekera. How do Couples Experience Work-Family Conflict? The Effect of Role Salience. Department of Management, Monash University.

Grandey, Alicia A., Bryanne L. Cordeiro and Ann C. Crouter. 2005. A Longitudinal and Multi-Source Test Of The Work–Family Conflict and Job Satisfaction Relationship. USA: Pennsylvania State University.

Grandey, Alicia A. and Russell Cropanzano. 1999. The Conservation of Resources Model Applied to Work–Family Conflict and Strain. Colorado: Colorado State University.

Hill, E. Jeffrey. 2005. Work-Family Facilitation And Conflict, Working Fathers And Mothers, Work-Family Stressors and Support. Journal Of Family Issues.

(42)

157

Universitas Kristen Maranatha

Korabik, Karen, Lero, Donna S & Whitehead, Denise L.2008.Handbook Of Work-Family Integration (edisi pertama).

Lathifah, Ifah. 2008. Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga Terhadap Turnover Intentions Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening.

Luk, Dora M. Dan Margaret A. Shaffer. 2005. Work And Family Domain Stressors And Support: Within- And Cross-Domain Influences On Work– Family Conflict. Journal Of Occupational And Organizational Psychology.

Makela, Liisa dan Vesa Suutari. 2011. Coping With Work-Family Conflicts in the Global Career Context. Finland : Department of Management, University of Vaasa.

Noor, Noraini M. 2010. Work and Family-Related Variables, Work-Family Conflict And Women's Well-Being: Some Observations. London: Mortimer House, 37-41 Mortimer Street.

Noor, Noraini M. 2004. Work-Family Conflict, Work and Family Role Salience, and Women’s Well-Being. Malaysia: Department of Psychology International Islamic University.

Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Schieman, Scott, Paul Glavin, dan Melissa A. Milkie. 2009. When Work Interferes With Life: Work- Nonwork Interference and The Influence Of Work-Related Demands and Resources. American Sociological Review. Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non-Parametrik, Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Gramedia.

Sikora, Patricia, Sarah Moore, Leon Grunberg, Dan Edward Greenberg. Work-Family Conflict: An Exploration Of Causal Relationships In A 10-Year, 4-Wave Panel Study. Boulder : University Of Colorado.

Voydanoff, Patricia. 1988. Work Role Characteristics, Family Structure Demands, and Work/Family Conflict. National Council on Family Relations.

(43)

158

Universitas Kristen Maranatha

Xu, Ling. 2009. View on Work-family Linkage and Work-family Conflict Model. China: College of Economics & Management, Qingdao University of Science and Technology.

(44)

159

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

_____ 2010. Jam Kerja Orang Indonesia Tak Kalah Panjang. (Online). (http://suar.okezone.com/read/2010/03/08/283/310269/283/jam-kerja-oran g-indonesia -tak-kalah-panjang, diakses 27 September 2011).

Christine W.S., Megawati Oktorina, Indah Mula. 2010. Pengaruh Konflik Pekerjaan Dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja Dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi Pada Dual Career Couple Di Jabodetabek). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.12, N O. 2, September 2010: 121-132. (Online). (http://puslit2.petra.ac .id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/18170/1805, di Akses 27 September 2011).

Freudiger, P. Wanita Bekerja. (Online). (http://www.e-psikologi.com/epsi /individu al_detail.asp?id=115, di akses tanggal 28 September 2011). Mufida, Alia. 2008. Hubungan Antara Wok-Family Conflict dengan

Psychological Well-Being Ibu yang Bekerja. Jakarta : Universitas Indonesia.

Magdalena, Helena. 2009. Hubungan Antara Wok-Family Conflict dengan Kepuasan Kerja Pada Polisi Wanita. Jakarta : Universitas Indonesia.

Rini, Jacinta F. 2002. Wanita Bekerja. (Online). (http://www.e-psikologi.com/epsi /individu al_detail.asp?id=115, di akses tanggal 28 September 2011). Walters., & McKenry. 1985. Wanita Bekerja. (Online).

Referensi

Dokumen terkait

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai bukti pemenuhan syarat Kursus Singkat Kepemiluan (Election Shortcourses) yang diselenggarakan oleh

Pada hari ini RABU tanggal EMPAT BELAS bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU DUA BELAS, kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan Kementerian Agama Kantor Wilayah Kementerian

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pembinaan guru SD Negeri 2 Selo UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester I tahun

1) Spesifikasi Alat-Alat Kedokteran Umum Peralatan PONED di Dokumen SBD Lampiran pada Nomor 4 sarnpai 12 menggunakan pecahan koma ( contoh 12,5. cm) apakah boleh

Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak adalah atas kehendak atau takdir

Salah satu mencegah penularan berbagai penyakit infeksi menular seksual (IMS) dan menjaga kesehatan reproduksi bagi calon akseptor atau akseptor KB, maka sudah selayaknya akseptor

Upaya yang telah dilakukan Puskesmas melalui Posyandu dalam meningkatkan pelayanan P4K terkait utilisasi fasilitas kesehatan harus dapat dipertahankan terutama pada

Keputusan ini diambil karena BlackBerry itu sendiri sedang mengalami kondisi ketidakpastian yang disebabkan dengan semakin ketatnya saingannya yaitu Android, iOS serta Windows