D AM P AK TR AN S AKS I E - COMME RCE TE RH AD AP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
DI KOTA MAKASSAR
(STUDI PADA KPP PRATAMA MAKASSAR BARAT)
SKRIPSI
Oleh
NURUL AFIAH MUSTAKIM NIM 105711114916
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERSEMBAHAN
MOTTO HIDUP
“Be yourself, love yourself, self reminder”
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis persembahkankan keharibaan Allah Rabbul Alamin, yang senantiasa mencurahkan dan melimpahkan rahmat dan kasih sayang serta memberi hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam yang merupakan rahmat Lil Alamin yang mengantar manusia menuju kepada peradaban yang Islami. Semoga perjalanan hidup umat menjadi jalan keselamatan dunia akhirat.
Syukur Alhamdulillah, skripsi yang telah rampung berjudul “Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada Kpp Pratama Makassar Barat).” Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu memerlukan bimbingan dan masukan untuk lebih melengkapinya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Alhamdulillah terutama penulis mengucapkan syukur telah diberikan rahmat kesehatan dan kesempatan oleh ALLAH Subhanawata’ala untuk menyelesaikan Skripsi ini, dan tak lupa untuk bersholawat kepada baginda Rasulullah Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam, yang telah membawa kita dari alam jahiliyyah menuju alam yang terang benderang ini, Masyaa ALLAH..
Dan Teristimewa dan tersayang penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibu Kamaria dan Bapak Mustakim yang senantiasa memberi dukungan matertil dan non materil lahir dan bathin, harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan yang
terspesial yang insyaa Allah selalu ada dalam membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang telah merangkap menjadi saudara, teman, sahabat, sekaligus ibu kost penulis Halimah Achmad Makin, dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dan dukungan moril dan materil hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Asdar, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan yang paling dikagumi oleh kalangan mahasiswsa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah
5. Bapak Dr. H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.
6. Bapak Faidhul Adziem, SE., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
7. Segenap Staf Dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
8. Terima kasih kepada Kantor Pelayanan Pajak Makassar Barat, khususnya Bidang Pajak Pertambahan Nilai yang telah membantu penulis dalam memperoleh penelitian
9. Terima kasih kepada seluruh keluarga saya yang selalu mendoakan dan mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Terima kasih kepada teman kelas sekaligus sahabt saya, Ayuni, Ayu Indah Lestari, Siti Halima, Dewi Purnama Sari, dan A. Sri Wulandari yang telah memberi semangat dan dukungan selama ini dan ada disaat suka maupun duka.
11. Teman-teman seperjuangan 2016 terkhusus EP16 D dan teman-teman yang lain yang tidak sempat saya sebutkan namanya, terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi.
Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya almamater biru universitas muhammadiyah makassar .
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 10 Oktober 2020 Penulis,
Nurul Afiah Mustakim
ABSTRAK
Nurul Afiah Mustakim. Tahun 2020. Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP Makassar Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Dr.
H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si dan Faidhul Adzim, SE., M.Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak transaksi e- commerce jenis barang terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di area Kota Makassar yang merupakan salah satu sumber pendapatan bagi negara dan pembangunan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder, serta metode analisis berupa deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan PPN dari wajib pajak yang melakukan transaksi e-commerce di area Kota Makassar pada tahun 2015 adalah sebesar Rp.99 milyar, tahun 2016 meningkat 2% menjadi Rp.101 milyar dari tahun sebelumnya. Lalu penerimaan pada tahun 2017 sebesar Rp.118 milyar atau meningkat 17% dari tahun sebelumnya, serta pada tahun 2018 sebesar Rp.145 milyar, yang berarti meningkat juga 23% dari tahun sebelumnya.
Namun pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 14% dengan nilai penerimaan sebesar Rp.125 milyar.
Kata Kunci: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), E-commerce
ABSTRACT
Nurul Afiah Mustakim. 2020. The Impact of E-Commerce Transactions on Value Added Tax Revenues in Makassar City (Study at KPP Makassar Barat).
Thesis. Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Dr. H.
Muhammad Ikram Idrus, M.Si and Faidhul Adzim, SE., M.Si
The purpose of this study was to determine the impact of e-commerce transactions on types of goods on Value Added Tax (PPN) revenues in the Makassar City area, which is one of the sources of income for the state and development. This type of research is descriptive by collecting secondary data, and the method of analysis is descriptive quantitative.
The results showed that VAT receipts from taxpayers who conducted e- commerce transactions in the Makassar City area in 2015 amounted to Rp. 99 billion, in 2016 it increased 2% to Rp. 101 billion from the previous year. Then revenues in 2017 amounted to Rp. 118 billion or an increase of 17% from the previous year, and in 2018 amounted to Rp. 145 billion, which means an increase of 23% from the previous year. However, in 2019 it decreased by 14% with a total revenue of IDR 125 billion.
Keywords: Value Added Tax (VAT), E-commerce
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iiI HALAMAN PENGESAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8
1. Pengertian E-Commerce ... 8
2. Pengertian Pajak ... 15
B. Penelitian Terdahulu... 20
C. Kerangka Konsep ... 24
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Lokasi Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional Variabel ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Teknik Analisis Data ... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 29
B. Pembahasan Transaksi E-Commerce dan Penerimaan PPN ... 33
C. Hasil Analisis Transaksi Barang E-Commerce dan Penerimaan PPN ... 44
V. PENUTUP ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Aktivitas E-Commerce 33
4.2 Data Realisasi Penerimaan PPN Secara Umum 36 4.3 Data Penerimaan PPN dari Transaksi Barang
E-Commerce 37
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Konsep 25
4.1 Nilai Transaksi E-Commerce tahun 2015-2019 35
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Digitalisasi telah merasuk dihampir seluruh aspek kehidupan manusia.
Salah satunya adalah penggunaan internet (interconnecting) yang menjadi hal terpenting untuk menunjang kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan perekonomian. Hampir semua kegiatan perekonomian di seluruh dunia pada saat ini sudah ditunjang oleh penggunaan internet.
Internet dimanfaatkan sebagai media komunikasi dan sharing data. E- commerce (electronic commerce) bisa dikatakan sebagai perdagangan melalui media electronik di internet secara online (Nimda, 2012). Menurut Shiao et. al., (2020), e-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa, atau transmisi dana atau data, melalui jaringan elektronik, terutama internet. Transaksi bisnis ini bisa terjadi sebagai bisnis-ke-bisnis, bisnis-ke- konsumen, konsumen-ke-konsumen atau konsumen-ke-bisnis. Istilah e- commerce dan e-bisnis sering digunakan secara bergantian. Istilah e-tail juga kadang digunakan dalam referensi untuk proses transaksi belanja online.
Menurut Adeogroup (2020), lebih dari 60% orang di seluruh dunia menggunakan internet untuk membeli barang, memilih layanan, dan mendapatkan barang, E-commerce telah merevolusi seluruh pengalaman berbelanja. Hal ini memungkinkan orang untuk membeli barang-barang melalui berbagai kemudahan dengan cara mengklik melalui jari. Sekarang menjadi mudah untuk membeli apa saja dari mana saja dan kapan saja melalui sistem operasi online E-commerce. E-commerce tidak saja memberikan manfaat bagi pelanggan dan konsumen saja, juga bagi
pengecer. Melalui E-commerce, individu / perusahaan sekarang dapat memperluas bisnisnya di seluruh dunia yang secara fisik tidak mungkin dan memerlukan banyak investasi.
E-commerce telah mengubah kehidupan orang-orang dan terus memukau orang dengan banyak keberuntungan yang ditawarkannya yakni dalam hal kenyamanan, kemudahan, menghemat waktu, dan banyak manfaat lainnya bagi pelanggan dan konsumen. Desain situs web E- commerce yang dirancang dengan baik, dapat membuat pengalaman berharga bagi pengunjung online dan memaksanya untuk kembali lagi untuk membeli produk / layanan itu (Adeogroup, 2020).
Penggunaan e-commerce merupakan syarat bagi sebuah organisasi/
perusahaan agar dapat bersaing secara global yang menuntut kreatifitas karena menjamurnya kompetitor dan kompleksitas dunia bisnis serta meningkatnya pelanggan. Jadi merupakan suatu keharusan dalam dunia usaha yang menurut tulisan Maryama (2013) terdapat setidaknya 6 dampak e-commerce, yaitu meingkatkan efisiensi, penghematan biaya, memperbaiki kontrol terhadap barang, memperbaiki rantai distribusi (supply chain), membantu perusahaan menjaga hubungan yang lebih baik terhadap pelanggan dan pemasok (supplier).
Menurut Indonesian E-Commerce Association (2016) dalam tulisan Asima (2017), bahwa maraknya perdagangan secara elektronik menimbulkan dampak langsung kepada pola belanja di mall atau tempat perbelanjaan konvensional lainnya, yang menyebabkan pergeseran tren cara berbelanja.
Hal ini sangat tercermin dalam kegiatan perdagangan atau jual beli. Tren penggunaan internet dalam perdagangan atau proses bisnis terutama
dilakukan untuk mencapai manfaat-manfaat tertentu, salah satunya untuk memperluas pasar, karena jika menggunakan internet, seluruh target pasar dapat terjangkau dengan mudah karena akses yang sangat luas sehingga pangsa pasar dalam perdagangan dapat meningkat dan semakin memberi keuntungan. Selain itu, transaksi e-commerce memiliki rekaman transaksi yang akurat sehingga sehingga jika dikaitkan dengan faktor pajak maka transaksi e-commerce menjadi bagian dari penerimaan/pendapatan yang efektif dan penting bagi negara untuk pembangunan.
Menurut Sitorus dan Yeni (2017), perkembangan bisnis e-commerce di Indonesia sangat melesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Menurut hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (IDEA), Google Indonesia dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa bisnis e- commerce di Indonesia tahun 2013 nilai pasarnya mencapai US$ 8 miliar (Rp 94,5 Triliun) dan pada Tahun 2016 diperkirakan akan naik menjadi tiga kali lipat sebesar US$ 25 miliar (Rp 295 Triliun).
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, jumlah pelaku e-commerce adalah sebanyak kurang lebih 1600 e-commerce, dan hanya 1000 yang baru teridentifkasi dan 600 belum teridentifikasi. Dari 1000 pelaku e-commerce tersebut, hanya 620 yang sudah memiliki NPWP. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi menyebutkan nilai transaksi e-commerce tahun 2014 sebesar US$12 miliar (Rp. 150 Triliun). Perkiraan tersebut didasari pada seiring meningkatnya jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30% dari total jumlah penduduk di Indonesia (Sitorus dan Yeni, 2017).
Sementara berdasarkan hasil survei pengguna digital Indonesia yang diambil dari We Are Social & Hootsuite’s Digital in 2017 Report, bahwa total populasi adalah sebesar 256,4 juta dan pengguna internet mencapai 132,7 juta serta pengguna aktif media sosial sebesar 130 juta. Dalam tahun 2017 disebutkan bahwa pemanfaatan internet di bidang ekonomi sebesar 45%
untuk transaksi jual online, 45% untuk mengunjungi online retail, 40% untuk membeli barang online. Semakin meningkatnya pengguna internet yang diprediksi mencapai 270 juta populasi pada musim mendatang, popularitas sosial media dan penetrasi telepon seluler yang bisa menjadi peranti akses internet, maka diperkirakan transaksi e-commerce akan semakin melonjak ditahun- tahun berikutnya (Yustika, 2018).
Data lain juga ditunjukkan oleh Google Temasek pada 2019, yaitu bahwa fenomena ini juga dirasakan Indonesia yang memiliki nilai transaksi digital yang terbesar di Asia Tenggara yaitu US $21 miliar pada 2019. Lebih menarik lagi, pada 2025 Indonesia diperkirakan akan memiliki jumlah transaksi e-commerce US $82 miliar. Di sisi lain, pesaing terdekat Indonesia adalah Vietnam dengan jumlah transaksi hanya US $23 miliar pada 2025 (Selano, 2020).
Untuk itu, Selano (2020) mengatakan bahwa perlu ada ketegasan kembali dari Pemerintah, agar semua kalangan pelaku bisnis online yang skala besar maupun kecil dapat melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak.
Melihat fakta tersebut, oleh Selano (2020) dikatakan bahwa upaya Pemerintah Indonesia untuk mengejar pajak e-commerce menjadi sangat masuk akal karena potensi penerimaan pajaknya sangat besar. Potensi pajak
digital ini juga dapat membantu pemerintah dalam merealisasikan target penerimaan pajak. Pemerintah tentu membutuhkan strategi yang lebih efektif agar dapat mencapai target penerimaan yang selama 10 tahun terakhir selalu meleset. Ditjen Pajak (DJP) tentu membutuhkan strategi yang tepat untuk memaksimalkan penerimaan pajak e-commerce (Selano, 2020).
Selano (2020) menegaskan bahwa diperlukan upaya mengoptimalkan penerimaan pajak dengan implementasi perpajakan e-commerce untuk pertumbuhan nasional, atau disingkat Retargeting (reoptimizing tax revenue with goal-oriented e-commerce taxation implementation for national growth).
Retargeting menurut Selano (2020) merupakan kerangka kerja untuk menjawab berbagai tantangan agar pemungutan pajak perusahaan e- commerce menjadi lebih efektif dan efisien. Komponen retargeting itu terdiri atas kebijakan hukum, infrastruktur digital, dan sumber daya manusia. Ketiga komponen itu menurut Selano (2020) merupakan kriteria yang harus dipenuhi untuk menggali penerimaan pajak e-commerce. Istilah retargeting memiliki tujuan mencapai target realisasi penerimaan pajak yang kian meningkat dengan mengkaji ulang beberapa aspek penerapan kebijakan perpajakan e-commerce.
Selano (2020) kembali mengatakan pula bahwa kebijakan yang berkaitan dengan pemungutan pajak e-commerce sebenarnya telah disusun dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 210 Tahun 2018 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik (e-commerce). Potensi perpajakan yang muncul dari transaksi online dapat dari jenis pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Pajak atas transaksi e-commerce bertujuan untuk menerapkan
keadilan bagi semua wajib pajak konvensional maupun e-commerce. Adanya peningkatan transaksi e-commerce maka sewajarnya sebanding dengan peningkatan pajak dari PPN dan PPh (Leonardo dan Tjen, 2020).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sendiri merupakan pajak Tidak Langsung yaitu beban pajaknya dapat dialihkan kepada pembeli atau konsumen barang atau jasa dan menjadi tanggung jawab bagi penjual (Sukardji, 2009:4). PPN yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dipungut oleh PKP yang bertindak sebagai penjual (Gunadi, 2002:2). Besar tarif PPN yang dikenakan pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi (Direktorat Jenderal Pajak, 2011:334).
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan analisis terhadap penerapan pajak atas transaksi e-commerce diantaranya penelitian oleh Anggia Yustika Sari (2018), Anita Sari (2019), Riris Rotua Sitorus dan Yeny Kopong (2017), Ririn Puspita Sari (2018), Cut Inayatul Maulida dan Adnan (2017), Ni Putu Milan Novita Handayani dan Naniek Noviari (2016), Lodang Prananta Widya Sasana (2019) yang menunjukkan terdapat potensi perpajakan yang berasal dari intensifikasi terhadap adanya transaksi e- commerce.
Melihat kondisi dan fenomena membludaknya bisnis e-commerce ini serta pentingnya penarikan PPN dari e-commerce ini, maka hal ini bisa menjadi alasan dan menarik untuk mengkajinya melalui judul penelitian skripsi yaitu:
Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP Pratama Makassar Barat).
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP Pratama Makassar Barat) ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari adanya transaksi e-commerce jenis barang terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Kota Makassar yang merupakan salah satu sumber pendapatan bagi Negara dan pembangunan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang hendak Peneliti Selanjutnya meneliti permasalahan sejenis.
2. Bagi Praktisi
Penelititan ini diharapkan dapat melaksanakan peraturan terkait dengan kebijakan dan pelaksanaan perutkaran informasi untuk tujuan pajak serta diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi dalam hal mendalami kebijakan dan pelaksanaan pertukaran informasi untuk tujuan pajak serta menjadi bahan bacaan dalam ilmu perpajakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. E-Commerce
a. Pengertian E-Commerce
E-commerce awalnya diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Business Ensyclopedia, istilah E-commerce, juga dikenal sebagai perdagangan elektronik atau perdagangan internet, mengacu pada pembelian dan penjualan barang atau jasa menggunakan internet, dan transfer uang dan data untuk melakukan transaksi ini. E-commerce sering digunakan untuk merujuk pada penjualan produk fisik secara online, tetapi juga dapat menggambarkan segala jenis transaksi komersial yang difasilitasi melalui internet. Sedangkan e-bisnis mengacu pada semua aspek operasi bisnis online, e-commerce merujuk secara khusus pada transaksi barang dan jasa.
Perdagangan secara elektronik atau e-commerce (kadang- kadang ditulis sebagai e-commerce) yang menurut Bloomenthal (2019), adalah model bisnis yang memungkinkan perusahaan dan individu membeli dan menjual barang melalui internet. E-commerce beroperasi di keempat segmen pasar utama berikut: Bisnis ke bisnis;
Bisnis ke konsumen; Konsumen ke konsumen; dan Konsumen ke bisnis.
Hampir semua produk dan layanan yang diinginkan dapat tersedia melalui transaksi e-commerce, termasuk buku, musik, tiket pesawat, dan layanan keuangan seperti investasi saham dan perbankan online.
E-commerce mengacu pada ritel online dan belanja online serta transaksi elektronik. E-Commerce telah sangat meningkat popularitasnya selama beberapa dekade terakhir, dan dengan cara, itu menggantikan penjualan dan pembelian secara tradisional.
Jadi, e-commerce memungkinkan untuk membeli dan menjual produk dalam skala global, dua puluh empat jam sehari tanpa menimbulkan biaya overhead seperti yang terjadi dalam menjalankan toko sekitar secara langsung. Juga merupakan bauran pemasaran terbaik dan tingkat konversi terbaik, namun usaha e-niaga juga harus memiliki kehadiran fisik; ini lebih dikenal sebagai toko klik.
Jadi, e-commerce merupakan bagian dari e-business dengan cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekadar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e- commerce juga memerlukan teknologi basisdata atau pangkalan data (databases), surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini.
b. Komponen E-Commerce
Pada praktiknya, di dalam e-commerce terdapat beberapa komponen standar yang mendukung proses operasionalnya, yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Maxmanroe.com diantaranya adalah:
1) Produk
E-commerce mendukung penjualan berbagai jenis produk, mulai dari produk fisik hingga produk digital.
a) Produk digital: ebook, membership, software, musik, dan lain- lain
b) Produk fisik: buku, pakaian, gadget, makanan, elektronik, alat rumah tangga, dan lain-lain.
2) Tempat Menjual Produk
Kegiatan e-commerce dilakukan di internet, maka dibutuhkan domain dan hosting untuk membuat website sebagai media pemasaran (baca: pengertian pemasaran).
3) Cara Menerima Pesanan
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meneriman pesanan.
Diantaranya adalah dengan memanfaatkan email, telepon, SMS, Chatting, dan lain-lain.
4) Metode Pembayaran
Beberapa metode pembayaran e-commerce pada umumnya menggunakan transfer via ATM, kartu kredit, COD, e-payment 5) Metode Pengiriman
Cara pengiriman barang e-commerce di Indonesia biasanya menggunakan jasa pengiriman barang (JNE, TIKI, Pos Indonesia,
dan lain-lain). Namun, ada juga yang menggunakan jasa antar dari Ojek Online.
6) Customer Service
Layanan pelanggan merupakan komponen yang sangat penting dalam operasional e-commerce. Aktivitas ini umumnya dilakukan melalui email, formulir online, FAQ, telepon, chatting, dan sosial media.
c. Manfaat E-Commerce
Menurut (Suyanto, 2003) manfaat e-commerce terbagi menjadi 3, yaitu :
1) Bagi organisasi pemilik e-commerce
a) Memperluas market place hingga kepasar nasional dan internasional.
b) E-Commerce menurunkan biaya pembuatan, pemprosesan, pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.
c) E-Commerce mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk dan jasa.
2) Bagi konsumen
a) E-Commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi.
b) E-Commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor.
c) E-Commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat.
d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.
3) Bagi masyarakat
a) E-Commerce memungkinkan orang untuk bekerja didalam rumah dan tidak harus keluar rumah untuk berbelanja. Ini berakibat menurunkan arus kepadatan lalu lintas dijalan serta mengurangi polusi udara.
b) E-Commerce memungkinkan orang di Negara-negara dunia ketiga dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa e- commerce.
Sedang kekurangan dari e-commerce menurut Šarić (2018) adalah : 1. Tidak adanya jaminan kualitas produk.
2. Loyalitas pelanggan menjadi masalah yang lebih besar karena ada interaksi langsung antara pelanggan dan perusahaan.
3. Ketidakmampuan untuk mengalami produk sebelumnya menyebabkan lebih banyak putus hubungan dan checkout.
4. Siapa pun dapat memulai bisnis online, yang terkadang mengarah ke situs penipuan dan pengelabuan.
5. Peretas menargetkan toko web lebih sering daripada yang dipikirkan.
6. Kegagalan mekanis bisa berakibat hukum.
d. Jenis-Jenis Transaksi E-Commerce
Berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 62 Tahun 2013, ada 4 jenis ransaksi Online yang akan masuk dalam perhitungan Pajak adalah sebagai berikut :
1) Online Marketplace
Online Marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa toko internet sebagai Online Marketplace Merchant untuk menjual barang dan/atau jasa. Dalam model transaksi ini, ada imbalan, dalam bentuk rent fee atau registration fee, atas jasa penyediaan tempat dan/atau waktu memajang iklan barang dan/atau jasa dan melakukan penjualan di toko internet melalui mall internet. Jumlah penjual banyak dengan karakterisktik penjualan toko permanen. Sistem penawaran, pemesanan, pembayaran dilakukan secara online, tetapi sistem pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline. Selain itu, ada sejumlah uang yang dibayarkan oleh Online Marketplace Merchant ke penyelenggara Online Marketplace sebagai komisi atas jasa perantara pembayaran atas penjualan barang dan/atau jasa. Contoh dari Online Marketplace adalah Bukalapak, Tokopedia, Shopee (Yustika, 2018).
2) Classified Ads
Classified Ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu untuk memajang iklan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pengiklan melalui situs yang disediakan oleh Penyelenggaran Classified Ads. Jumlah penjual banyak dengan
karakterisktik penjual adalah penjual insidentil dimana penjual hanya menjual barang dagangannya pada kesempatan atau pada waktu-waktu tertentu. Sistem penawaran dilakukan secara online (di pasarkan pada web tersebut), sedangkan sistem pemesanan, sistem pembayaran dan sistem pengiriman bisa dilakukan secara offline (di luar web tersebut atau langsung pada orang yang di promosikan). Kemudian pengiklan membayar sejumlah uang sebagai transaction fee kepada penyelenggara Classified Ads yang merupakan objek PPh dan PPN. Contoh dari Classified Ads adalah kaskus, tokobagus, berniaga.com, OLX.com
3) Daily Deals
Daily deals merupakan kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa situs Daily Deals sebagai tempat Daily Deals Merchant menjual barang dan/atau jasa kepada pembeli dengan menggunakan voucher sebagai sarana pembayaran. Jumlah penjual banyak dengan karakterisktik penjualan toko hanya pada promo-promo sesaat. Sistem penawaran, pemesanan dilakukan secara online sedangkan untuk sistem pembayaran dan sistem pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline dalam artian pembayaran dapat dilakukanlangsung pada saat pembayaran ataupun melalui web tersebut serta pengiriman diket bisa langsung dikirim kepada web tersebut atau di ambil langsung pada toko yang bersangkutan. Contoh dari Daily Deals adalah groupon disdus, traveloka, tiket.com, pegipegi, barang yang di jual seperti voucher ticket hotel, pesawat, dan makanan.
4) Online Retail
Online Retail adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang dilakukan secara langsung oleh penyelenggara Online Retail kepada pembeli di situs Online Retail. Jumlah penjual hanya satu yaitu yang memiliki web tersebut dengan karakterisktik penjualan toko permanen karena toko tersebut merupakan toko milik sendiri. Sistem penawaran dilakukan secara online, sedangkan sistem pemesanan, sistem pembayaran dan sistem pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline dalam artian pembayaran dapat dilakukanlangsung pada saat pembayaran ataupun melalui web tersebut serta pengiriman diket bisa langsung dikirim kepada web tersebut atau di ambil langsung pada toko yang bersangkutan. Contoh dari Online Retail adalah blibli.com, bhinneka.com, lazada.com. Amazon (Yustika, 2018).
2. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Resmi (2016), pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.
Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan untuk tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, misalnya memelihara kesejahteraan umum. Menurut Waluyo (2016) pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama (Yustika, 2018).
b. Ciri-Ciri Pajak
Berdasarkan Undang Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007, pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pajak merupakan kontribusi wajib warga negara 2) Pajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara 3) Warga negara tidak mendapat imbalan langsung 4) Berdasarkan undahng-undang
c. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut (Resmi, 2016) terdiri atas : 1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak
seperti pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
2) Fungsi regulasi (mengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Berdasarkan penjelasan fungsi pajak, dapat disimpulkan bahwa pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan dan untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah.
d. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya (Resmi, 2016).
1) Menurut Golongannya
a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Contoh : Pajak Penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn).
2) Menurut Sifatnya
a) Pajak subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.
b) Pajak objektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) dan tempat tinggal
3) Menurut lembaga Pemungutnya
a) Pajak negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan).
b) Pajak Daerah, pajaak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat 1 (pajak provinsi), maupun pajak tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing.
Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Reklame, Pajak Parkir, Pajak Restoran, Pajak Hiburan.
e. Pajak Terhadap Transasksi E-Commerce
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan transformasi model dan strategi bisnis yang perlu
ditegaskan aspek perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi perdagangan barang dan/atau jasa melalui sistem elektronik, yang selanjutnya disebut e-commerce sama dengan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, tetapi berbeda dalam hal cara atau alat yang digunakan. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya.
f. Pajak Pertambahan Nilai
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi (Resmi, 2016). Dalam Dirjen Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didefinisikan sebagai pajak yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean.
g. Objek PPN
1) Penyerahan /impor/pemanfaatan/ekspor terhadap BKP /JKP/BKP tidak berwujud.
2) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya diigunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
3) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjual belikan sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan menurut ketentuan dapat dikreditkan.
h. Subjek Pajak
1) Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa 2) Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
i. Tarif Pengenaan Pajak 1) Tarif PPN adalah 10%.
Dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah pabean/impor BKP/penyerahan JKP di dalam daerah pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
2) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya pertimbangan perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan penerimaan pajak yang besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan.
3) Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah langkah penting dalam penelitian. Langkah ini meliputi identifikasi, lokasi dan analisis dari dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis.
Dokumen ini dapat meliputi jurnal, hasil penelitian skripsi, dan laporan penelitian lainnya yang mirip atau relevan dan dijadikan referensi untuk penelitian ini untuk melihat persamaan ataupun perbedaannya.
Beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai berikut.
1. Penelitian Anggia Yustika Sari, 2018 mengenai Analisis Terhadap Penerapan Pajak Atas Transaksi E-Commerce. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pajak terhadap transaksi e-commerce wajib di kenakan kepada para pedagang online mengingat peraturan perpajakan sudah jelas adanya dan pendapatan tertinggi negara di dapatkan dari sektor perpajakan. Namun para pelaku bisnis e-commerce yang belum maksimal, sosialisasi yang belum dilakukan secara menyeluruh dan transaksi e-commerce yang sulit di deteksi wujud usahanya yang mendatangkan masalah tersendiri, yaitu sulitnya pemerintah menetapkan peraturan pajak yang jelas dan adil.
2. Penelitian Anita Sari, 2019 mengenai Aspek Hukum Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Transaksi Perdagangan Eleketronik (E-Commerce) Di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah yaitu PMK Nomor
210/PMK/010/2018 Tentang Perlakuan Perpajakan Atas Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce) belum maksimal dalam menyikapi perdagangan elektronik (E-Commerce) yang terjadi di Indonesia terutama pada aturan yang menerapkan pengenaan pajak transaksi elektronik.
3. Penelitian Riris Rotua Sitorus dan Yeny Kopong, 2017 mengenai Pengaruh E-Commerce Terhadap Jumlah Pajak Yang Disetor Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening. Hasil penelitian membuktikan bahwa e-commerce dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pajak yang disetor. E-commerce berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. E-commerce berpengaruh signifikan terhadap jumlah pajak yang disetor melalui perantara kepatuhan wajib pajak.
4. Penelitian Ririn Puspita Sari, 2018 mengenai Kebijakan perpajakan atas transaksi e-commerce. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa terdapat beberapa kondisi dimana transaksi e-commerce akan sulit dikenakan pajaknya. Sehingga Direktorat Jenderal Pajak memberlakukan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-662/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce sebagai kebijakan untuk mengotimalkan penerimaan negara atas Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) terhadap transaksi e-commerce.
5. Penelitian Cut Inayatul Maulida dan Adnan, 2017 mengenai Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Pada Kpp Pratama Banda
Aceh. Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016. Self Assessment System tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.
Pemeriksaan Pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.
Penagihan Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.
6. Penelitian Ni Putu Milan Novita Handayani dan Naniek Noviari, 2016 mengenai Pengaruh Persepsi Manajemen Atas Keunggulan Penerapan E- Billing Dan E-Spt Pajak Pertambahan Nilai Pada Kepatuhan Perpajakan.
Hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-billing berpengaruh positif pada kepatuhan perpajakan, artinya apabila persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-billing baik, maka akan meningkatkan kepatuhan perpajakan Pengusaha Kena Pajak Badan.
Variabel persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-SPT PPN berpengaruh positif pada kepatuhan perpajakan, artinya apabila persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-SPT PPN baik, maka akan meningkatkan kepatuhan perpajakan Pengusaha Kena Pajak Badan.
7. Penelitian Lodang Prananta Widya Sasana, 2019 mengenai Analisis Penerapan Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi E- Commerce Pada Direktorat Jenderal Pajak. Hasil penelitian ini Indonesia masih dimungkinkan melakukan pengenaan PPN atas transaksi e-
commerce berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan terutama UU No.42 tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM.
C. Kerangka Konsep
Konsep penelitian skripsi ini adalah menyajikan kaitan secara teoritis antara praktik e-commerce dan jenis pajak yang melingkunginya yakni perspektif pajak pertambahan nilai (PPN) yang berasal dari transaksi daring (online), yang tentu saja sangat relevan dengan situasi terkini.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan transformasi model dan strategi bisnis yang perlu ditegaskan aspek perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi perdagangan barang dan/atau jasa melalui sistem elektronik, yang selanjutnya disebut e-commerce sama dengan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, tetapi berbeda dalam hal cara/mekanisme atau alat yang digunakan. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, katakanlah itu cara konvensional.
Berdasar itu, pertumbuhan perdagangan yang berbentuk e-commerce / online ini sekaligus tentu dapat memberi dampak pada sektor pajak khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Transaksi elektornik berpengaruh kepada pengakuan saat dan tempat terutang PPN karena transaksi yang dilakukan penjual dan pembeli tidak dapat bertemu secara langsung.
Pengenaan PPN ditujukan bagi orang pribadi maupun badan usaha yang membeli memproduksi Barang Kena Pajak (BKP), mengimpor,
memperdagangkan BKP dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya.
Dalam transaksi e-commerce, pengenaan pajaknya adalah kepada konsumen yang berkewajiban untuk membayar PPN. karena pada dasarnya transaksi e-commerce tidak ada perbedaan dengan transaksi konvensional hanya yang membedakan adalah mekanisme perdagangannya. Sehingga diperlukan adanya penyesuaian kepada beberapa pihak serta kerja sama untuk menerapkan PPN.
PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ditanggung.
Oleh karenanya, penelitian ini mengkaji keterkaitan dan dampak dari hasil transaksi e-commerce terhadap pengenaan pajak berupa PPN, yaitu secara skematik digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1
E-commerce
Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di sini adalah Deskriptif. Menurut Hayati (2019), penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan suatu situasi, subjek, perilaku, atau fenomena. Ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana terkait dengan pertanyaan atau masalah penelitian tertentu.
Penelitian deskriptif di sini adalah dalam format studi kasus yang ditetapkan sebagai metode pengumpulan data dan bersifat konklusif. Metode studi kasus adalah kajian mendalam tentang suatu fenomena, yang memungkinkan peneliti terlibat maupun tidak terlibat interaksi dengan subyek yang diteliti.
Studi kasus menurut Hayati (2019) adalah tidak digunakan untuk menentukan sebab dan akibat karena tidak memiliki kapasitas untuk membuat prediksi yang akurat karena mungkin ada bias pada bagian peneliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian yang ditetapkan adalah pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Makassar Barat, Sulawesi Selatan.
2. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 2 bulan dimulai dari bulan agustus sampai bulan september tahun 2020
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan 2 variabel, yakni variabel e-commerce yang jika terjadi transaksi secara elektronis antara penjual dan pembeli maka
terjadi dampak atau pengenaan pajak atas transaksi tersebut dalam bentuk PPN..
Kedua variabel secara operasional didefinisikan sebagai berikut :
1. Electronic Commerce (e-commerce) adalah kegiatan yang meliputi semua aktifitas internal perusahaan melalui internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa dan informasi, menjual produk perusahaan, kepada pembeli perorangan maupun kelompok.
Kegiatan dalam e-commerce antara lain meliputi transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan Pajak Tidak Langsung yang beban pajaknya dapat dialihkan kepada pembeli atau konsumen barang atau jasa dan menjadi tanggung jawab bagi penjual (Sukardji, 2009:4).
PPN yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dipungut oleh PKP yang bertindak sebagai penjual (Gunadi, 2002:2). Besar tarif PPN yang dikenakan pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi (Direktorat Jenderal Pajak, 2011:334).
Kedua variabel ini akan dilihat dari aktifitas transaksi yang dihubungkan dengan penarikan pajak, dalam hal ini PPN.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan untuk penelitian skripsi ini adalah data sekunder, yakni data yang telah terekam atau tersedia pada Kantor KPP Makassar Barat berupa data elektronik dan dokumen tertulis ataupun yang telah dipublikasi.
Data yang dimaksudkan di sini adalah hasil transaksi online selama periode 2015 – 2019 antara pembeli dan penjual dan pengenaan PPN dari hasil transaksi yang dapat berasal pembelian barang dalam wilayah kerja KPP Makassar Barat.
Selain itu, dilakukan wawancara terhadap pimpinan ataupun staf yang berwenang pada KPP Makassar Barat untuk mendapatkan data seperti proses transaksi online, mekanisme pengenaan pajak elektronik, besaran pengenaan pajak menurut jenis barang, transfer atau pertukaran data dan dana secara elektornik, dan lain-lain sesuai kondisi kebutuhan data di lapangan.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data secara dekriptif didukung oleh data kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
1. Jumlah transaksi dari pembelian barang dari pihak penjual / perusahaan.
2. Nilai seluruh transaksi e-commerce jenis barang yang menghasilkan PPN sesuai Peraturan/Perundang-undangan Pajak RI.
3. Penerimaan PPN selanjutnya dihitung secara persentase yang terjadi menurut periode dan sekaligus akan dapat dilihat perkembangannya.
Menggunakan rumus perhitungan persentase kenaikan.
Rumus : Persentase Kenaikan (%) = (akhir – awal) x 100%
awal
4. Mendeskripsikan hasil analisis termasuk persoalan transaksi elektronik dan masalah penarikan PPN yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Makassar Barat
Sejak tahun 2002, secara bertahap KPP telah mengalami modernisasi sistem dan struktur organisasi menuju sebuah instansi yang berorientasi pada fungsi. Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengalami modernisasi ini merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Kemudian di tahun yang sama, dibentuklah dua KPP Wajib Pajak Besar atau yang dikenal juga sebagai LTO (Large Tax Office). Satu tahun setelahnya yaitu pada tahun 2003, dibentuklah sebanyak sepuluh KPP khusus.
DJP kemudian membentuk KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office) di tahun 2004 . Selanjutnya, dua tahun kemudian KPP Modern yang lebih dikenal dengan KPP Pratama atau STO (Small Tax Office) mulai dibuka untuk melayani Wajib Pajak. KPP Pratama mulai terbentuk pada tahun 2006 hingga tahun 2008. KPP Pratama ini merupakan KPP terbanyak yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, KPP Pratama juga menangani Wajib Pajak yang terbanyak.
2. Visi dan Misi
Visi
Menjadi Mitra Tepercaya Pembangunan Bangsa untuk Menghimpun Penerimaan Negara melalui Penyelenggaraan Administrasi Perpajakan yang Efisien, Efektif, Berintegritas, dan Berkeadilan dalam rangka mendukung Visi Kementerian Keuangan: "Menjadi Pengelola Keuangan
Negara untuk Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkeadilan".
Misi
a. Merumuskan regulasi perpajakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia;
b. Meningkatkan kepatuhan pajak melalui pelayanan berkualitas dan terstandardisasi, edukasi dan pengawasan yang efektif, serta penegakan hukum yang adil; dan
c. Mengembangkan proses bisnis inti berbasis digital didukung budaya organisasi yang adaptif dan kolaboratif serta aparatur pajak yang berintegritas, profesional, dan bermotivasi.
3. Tugas KPP Pratama
Tugas pokok KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang:
a. Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
c. Dan Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
d. Serta Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Fungsi KPP Pratama
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Berfungsi sebagai pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, serta pendataan objek dan subjek pajak.
b. Berfungsi sebagai penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat, pemberitahuan dan penerimaan surat lainnya.
d. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
e. Pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak, pelaksanaan ekstensifikasi.
f. Pengurangan sanksi pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak, pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan, pembetulan ketetapan pajak, dan pelaksanaan administrasi kantor.
5. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.206.2/PMK.01/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP, berikut ini struktur KPP Pratama:
a. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal. Bagian ini bertugas untuk melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pengelolaan kinerja pegawai, dan sebagainya.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang bertugas untuk melakukan pengumpulan, pencairan, pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, dan masih banyak lainnya.
c. Seksi Pelayanan, yang bertugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, dan sejenisnya.
d. Selanjutnya ada Seksi Penagihan, yang bertugas untuk melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, dan urusan piutang lainnya.
e. Seksi Pemeriksaan yang bertugas untuk melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, bertugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.
Tugas lainnya adalah pembentukan basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, dan masih banyak lagi.
g. Selain itu ada Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1. Tugasnya adalah melakukan proses penyelesaian permohonan wajib pajak. Tugas lainnya adalah melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak dan usulan pengurangan PBB.
h. Dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, IV, yang masing-masing memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Dan penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam melakukan intensifikasi dan himbauan kepada wajib pajak.
B. Pembahasan Transaksi E-Commerce dan Penerimaan PPN 1. Jumlah Transaksi Pembelian Barang E-Commerce
Bisnis e-commerce di Indonesia telah memasuki tahapan baru kemajuan teknologi dalam bidang perdagangan e-commerce bukan hanya tumbuh sangat pesat di Indonesia, namun juga ekosistem yang menyertainya akan meningkat pesat. Semakin mudah dan nyamannya konsumen melakukan transaksi jual beli melalui e-commerce (electronic commerce atau perdagangan elektronik), membuat transaksi perdagangan konvensional turun secara signifikan.
Tabel 4.1
Aktivitas E-Commerce di Indonesia Tahun 2015 s.d 2019
Jenis
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 Mencari Produk/Jasa secara
online 18% 31% 48% 45% 93%
Mengunjungi online retail 16% 26% 46% 45% 90%
Membeli barang online 11% 27% 41% 40% 86%
Membeli online menggunakan
laptop/desktop 16% 24% 34% 31% 37%
Membeli online menggunakan
gadget 9% 20% 33% 31% 76%
Sumber: We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2015 s.d 2019
Berdasarkan We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2019 Report, pengguna internet di Indonesia per Januari 2020 telah mencapai 175,4 juta orang. Berdasarkan survey aktivitas e-commerce di Indonesia yang juga di ambil dari We Are Social & Hootsuite’s Digital in 2019 Report, menyebutkan bahwa pemanfaatan internet di bidang ekonomi sebesar 93% untuk transaksi jual online, 90% untuk mengunjungi online retail, 86% untuk membeli barang online, 37% untuk membeli online menggunakan laptop/desktop dan 76% untuk membeli online menggunakan gadget.
Data Pertumbuhan Nilai Transaksi e-commerce di Indonesia menunjukkan pada tahun 2015 sebesar Rp. 42,5 triliun (Katadata, 2020).
Nilai tersebut terus merangkak naik menjadi Rp. 69,8 triliun pada tahun 2016, Rp. 108,3 triliun pada tahun 2017, dan pada tahun 2018 menjadi Rp. 144 triliun.
Menurut Surat Edaran No. 63 Tahun 2013, pajak yang terutang melalui transaksi konvensional dan pajak yang terutang melalui transaksi e-commerce telah dipungut sesuai aturan yang berlaku. Sehingga pedagang yang berjualan secara konvensional ataupun melalui e- commerce sama-sama telah melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Selain itu, konsumen yang berbelanja melalui pedagang konvensional ataupun e-commerce juga dikenakan pajak yang sama. Tidak ada perbedaan tarif pajak yang dikenakan atas transaksi melalui e-commerce dengan transaksi melalui cara konvensional.
2. Nilai Transaksi Barang E-Commerce yang Menghasilkan PPN
Bisnis online di Indonesia berkembang dengan sangat pesat dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Masyarakat Indonesia pada umumnya lebih memilih melakukan sistem berbelanja dengan memanfaatkan internet/website.
Gambar 4.1
Nilai Transaksi Perusahaan E-Commerce Tahun 2015 s.d 2019
Sumber: Katadata tahun 2015 s.d 2019
Menjalankan usaha di internet dipercaya akan lebih mudah dan membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingan melakukan usaha secara konvensional, mulai dari menjual barang hingga jasa mereka tawarkan di internet. Proses transaksi yang dilakukan di penjualan online
Rp- Rp2,000,000,000 Rp4,000,000,000 Rp6,000,000,000 Rp8,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp12,000,000,000
2015 2016 2017 2018 2019
Shopee Bukalapak Tokopedia
tergolong sederhana. Biaya operasional yang dikeluarkan lebih rendah dari pedagang konvensional pada umumnya. Pedagang tidak perlu menyewa bangunan dan cukup memasarkan barang dagangannya atau jasa melalui internet.
Berikut data realisasi PPN secara umum yang telah diambil dari KPP Makassar Barat, 25% dari penerimaan PPN adalah nilai transaksi e- commerce yang terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP Pratama Makassar Barat.
Tabel 4.2
Data Realisasi Penerimaan PPN Secara Umum (25% adalah penerimaan PPN dari transaksi barang e-commerce) Tahun 2015 s.d 2019
Tahun Penerimaan PPN
Jumlah Wajib Pajak (WP) 2015 Rp. 398.474.128.839 2.096 2016 Rp. 406.771.988.281 2.149 2017 Rp. 474.177.556.077 2.040 2018 Rp. 581.534.883.942 2.079 2019 Rp. 501.612.242.807 2.059 Sumber: KPP Pratama Makassar Barat tahun 2015 s.d 2019
Pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam mengadakan pengawasan serta penanganan terhadap penerimaan pajak di bidang e- commerce memerlukan langkah yang tepat di dalam penerapannya. Hal tersebut karena pada subjek dan objek pajak adalah pihak-pihak yang
terlibat di dalam dunia maya yang secara fisik sulit untuk ditemukan.
Kegiatan e-commerce sendiri merupakan kegiatan perdagangan yang menggunakan jaringan elektronik.
Para pelakunya tidak dapat diindentifikasi langsung secara fisik, karena kegiatannya yang berada di dunia maya. Terlihat bahwasanya masih perlu adanya pengawasan serta penanganan yang dilakukan dalam aspek penerimaan pajak di bidang e-commerce. Permasalahan yang terjadi adalah terletak pada siapa subjek dan apa objek pajak yang melekat pada transaksi ini.
Tabel 4.3
Data Penerimaan PPN Berdasarkan Nilai Transaksi Barang E-Commerce Tahun 2015 s.d 2019
Tahun Penerimaan PPN Jumlah Wajib Pajak (Penjual/Perusahaan) 2015 Rp 99.618.532.210 524
2016 Rp 101.692.997.070 537 2017 Rp 118.544.389.019 510 2018 Rp 145.383.720.986 519 2019 Rp 125.403.060.702 514 Sumber: KPP Pratama Makassar Barat Tahun 2015 s.d 2019
3. Prosedur Penerimaan Pajak
a. Penerimaan pajak merupakan sumber utama atau tulang punggung penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri serta
membangkitkan kembali kepercayaan diri bangsa Indonesia. Hal ini selaras dengan misi yang diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku otoritas pajak untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak guna menunjang kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Penerimaan pajak dilaksanakan oleh seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) dengan cara menyusun estimetis penerimaan Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan Ekonomi dan Keuangan.
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk secara umum di Seksi PDI. Yang dimaksud dengan dokumen dalam SOP ini adalah surat, laporan, formulir, kartu, daftar, dan buku yang digunakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
1) Kepala Seksi PDI menerima dokumen masuk yang telah didisposisi Kepala KPP, memberikan disposisi, menugaskan untuk menatausahakan atau untuk memproses dokumen masuk, dan meneruskan dokumen masuk tersebut kepada Pelaksana Seksi PDI. Dalam hal telah terdapat SOP untuk memroses dokumen masuk tersebut, maka Kepala Seksi menindaklanjutinya sesuai dengan SOP terkait.
2) Dokumen untuk disimpan kemudian ditatausahakan, sedangkan untuk dokumen yang akan diproses ditindaklanjuti sesuai dengan penugasan Kepala Seksi PDI. Dalam hal atas dokumen masuk tersebut harus dibuatkan respon/balasan/tindak lanjut, Pelaksana Seksi PDI melakukan penghimpunan bahan,
membuat konsep dokumen keluar, dan meneruskan konsep dokumen tersebut ke Kepala Seksi PDI.
3) Kepala Seksi PDI meneliti dan mengotorisasi konsep dokumen keluar serta meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani dokumen keluar.
5) Dokumen yang telah ditandatangani, diterima, dicatat datanya, serta diberi cap, nomor, dan tanggal oleh Sekretaris Kepala KPP, kemudian diteruskan ke Pelaksana Seksi PDI.
6) Pelaksana Seksi PDI menerima, menginput/mencatat data dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari dokumen masuk maupun arsip dari dokumen keluar, meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta meneruskan dokumen keluar yang siap dikirim ke Sub bag Umum dengan manggunakan buku eskpedisi.
7) Penyampaian dokumen keluar kepada Pihak Eksternal oleh Sub bagian Umum.
8) Proses Selesai.
Rencana Penerimaan Pajak Prosedur berdasarkan potensi pajak, perkembangan Ekonomi dan Keuangan yang meliputi proses kompilasi rencana penerimaan pajak dari masing-masing Seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan mempertimbangkan potensi Wajib Pajak, penerimaan pajak dan perkembangan ekonomi menjadi rencana penerimaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan dalam penelitian ini adalah KPP Pratama Makassar Barat, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV dan menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi menjadi Rencana Penerimaan Kantor.
b. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Penerimaan Pajak yang telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk mengkompilasi rencana penerimaan pajak.
c. Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan mengotorisasi Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak, konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Rencana Penerimaaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak dan konsep Nota Dinas Pengantar, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
f. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.
g. Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor