PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN KEBIJAKAN MANAJEMEN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PT FEDERAL NITTAN INDUSTRIES
Wahyu Aji Pangestika, M. Sapruwan Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja dengan kebijakan manajemen sebagai variabel moderating. Hipotesis pertama menguji apakah pandemi covid-19 berpengaruh terhadap pemutusan hubungan kerja. Hipotesis kedua menguji apakah kebijakan manajemen memperkuat pengaruh pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Federal Nittan Industries yang berjumlah 449 karyawan. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jumlah sampel 82 responden. Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner). Metode analisis yang digunakan yaitu uji validitas, reliabilitas, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan moderating regresion analisis. Hasil analisis yang dilakukan menunjukan hipotesis pertama variabel pandemi covid-19 berpengaruh terhadap pemutusan hubungan kerja. Dan hipotesis kedua menunjukan kebijakan manajemen memperkuat pengaruh pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai signifikansi dibawah 0,05.
Kata kunci : Pandemi covid-19, kebijakan manajemen, pemutusan hubungan kerja.
Abstract
This study aims to examine the effect of the covid-19 pandemic on termination of employment with management policy as a moderating variable. The first hypothesis examines whether the COVID-19 pandemic has an effect on layoffs.
The second hypothesis examines whether management policies strengthen the effect of the COVID-19 pandemic on layoffs. This research is a quantitative research. The population in this study were all employees of PT Federal Nittan Industries, totaling 449 employees. Sampling using probability sampling technique with a sample size of 82 respondents. The data collection method in this study used a questionnaire (questionnaire). The analytical methods used are validity, reliability, classical assumption test, hypothesis testing, and moderating regression analysis. The results of the analysis carried out show the first hypothesis that the Covid-19 pandemic variable has an effect on termination of employment. And the second hypothesis shows that management policies strengthen the influence of the covid-19 pandemic on termination of employment.
This is evidenced by the t-count value is greater than t-table and the significance value is below 0.05.
Keywords: Covid-19 pandemic, management policies, termination of employment
PENDAHULUAN
Menurut Yuliana (2020), dunia di awal tahun 2020 dikejutkan dengan adanya virus baru, yaitu virus corona (Sars-Cov19), dimana penyakit tersebut dikenal dengan penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19). Kasus virus Covid-19 pertama dilaporkan pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China. Meski sampai saat ini asal virus Corona masih belum diketahui.
Virus Corona telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai salah satu bentuk penyakit yang menimbulkan keadaan darurat / pandemi kesehatan masyarakat.
Ketenagakerjaan ialah salah satu sektor yang terdampak wabah Corona. Dalam dunia industri, luasnya penyebaran virus covid-19 berdampak signifikan terhadap penurunan produksi. Seperti hal nya
yang terjadi pada PT Federal Nittan Industries, mengalami penurunan produksi dari bulan April 2020 sebanyak 1.500.000 pcs semakin menurun disetiap bulannya sampai bulan Desember 2020 sebanyak 150.000 pcs. Penurunan tersebut
menjadikan manajemen
mengeluarkan kebijakan-kebijakan perusahaan seperti pengurangan jam kerja, pengurangan kerja lembur, work from home, merumahkan pekerja tanpa dibayar, sampai pada akhirnya perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja.
Bersumber dari UU 13 Tahun 2013, pemutusan hubungan kerja diartikan sebagai berakhirnya suatu hubungan kerja dikarenakan peristiwa tertentu yang mengakibatkan pemutusan hak dan kewajiban antara pekerja / buruh dengan pengusaha. Menteri
Ketenagakerjaan, Ida Fauziah mengatakan hingga 20 April 2020 jumlah pekerja yang terdampak Covid 19 jsebanyak 2.084.593 jorang jdari jsektor jresmi dan jinformal yang mewakili 116.370 perusahaan.
Sebanyak 241.431 karyawan di- PHK. Bersumber dari UU No. 13 Tahun 2003, berikut alasan perusahaan melaksanakan pemutusan hubungan kerja:
1. Pekerja ataupun buruh melaksanakan kesalahan berat 2. Pekerja ataupun buruh diduga
melaksanakan tindak pidana 3. Pekerja ataupun buruh
melaksanakan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja.
4. Terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, ataupun perubahan kepemilikan perusahaan,
5. Perusahaan mengalami likuidasi 6. Perusahaan melakukan efisiensi
Diantara beberapa alasan pemutusan hubungan kerja yang terdaftar, alasan pemutusan hubungan kerja yang terjadi pada PT.
Federal Nittan Industries ialah perusahaan melakukan efisiensi karena terjadi penurunan produksi yang diakibatkan adanya pandemi covid-19. Menurut (WHO,2020) Pandemi merupakan penyebaran penyakit di seluruh dunia yang menyebabkan lumpuhnya aktivitas di berbagai negara. Dengan menurunnya produksi yang disebabkan oleh adanya pandemi covid-19 dan terjadi PHK maka perusahaan mengeluarkan kebijakan yang memperkuat terjadinya pemutusan hubungan kerja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yusuf Randi,2020) dengan penelitiannya tentang pandemi covid-19 sebagai alasan pemutusan hubungan kerja pekerja oleh perusahaan dikaitkan dengan undang-undang, hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengusaha menggunakan pandemi covid-19 sebagai alasan force majeure untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Selain force majeure, efisiensi juga menjadi alasan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Dan pemutusan hubungan kerja berimplikasi pada lahirnya kewajiban pengusaha untuk membayar hak-hak pekerja berdasarkan UU no.13 tahun 2003 pasal 164 (1).
LANDASAN TEORI
Bersumber dari UU No.13 Tahun 2003 pemutusan hubungan kerja merupakan penghentian hubungan kerja sebagai akibat dari peristiwa tertentu yang mengakibatkan pemutusan hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan pengusaha.
Selanjutnya menurut (Nikodemus Maringan, 2015) pemutusan hubungan kerja menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, karena dengan ketidakstabilan perekonomian menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja sepihak oleh perusahaan.
Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dijelaskan ketentuan-ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja.
Diantaranya mengenai faktor-faktor, penyebab terjadinya pemutusan
hubungan kerja yang dimuat dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a. Pasal 154 ayat (2) yang berbunyi pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali.
b. Pasal 154 ayat (3) yang berbunyi pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan.
c. Pasal 158 ayat (1) yang menyatakan pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh melakukan kesalahan berat. Pekerja/buruh melanggar peraturan perusahaan yang dimuat dalam PKB.
d. Pasal 164 yang menyatakan pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan melakukan efisiensi.
Dari uraian diatas yang bersumber dari UU No. 13 tahun 2003, maka dapat dirumuskan indikator-indikator pemutusan hubungan kerja sebagai berikut:
1. Pengunduran diri/resign 2. Pensiun
3. Melanggar Peraturan perusahaan 4. Efisiensi
5. Pergantian Sumber daya manusia
Menurut(WHO,2020) Pandemi merupakan penyebaran penyakit baru
ke seluruh dunia. Salah satu penyebab utama kematian penduduk ialah pandemi/wabah penyakit.
Sedangkan Menurut (Syafrida et all, 2020) Pandemi covid-19 telah menyebabkan sektor ekonomi negara dan masyarakat menjadi terpuruk.
Masyarakat yang paling terdampak pandemi covid-19 salah satunya adalah masyarakat yang bekerja pada sektor industri seperti pekerja/buruh.
Selain sektor industri, sistem usaha formal juga ikut terdampak. Menurut (Ozili dan Arun,2020) hampir semua sektor formal terdampak oleh pandemi covid-19, seperti industri perjalanan/travel, perhotelan, olahraga, acara, hiburan, dll.
Menurut (Moh Muslim,2020) salah satu dampak dari pandemi covid-19 yaitu banyaknya terjadi pemutusan hubungan kerja. Dilansir dari detik finance, perusahaan BUMN pun ikut melakukan pemutusan hubungan kerja, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan PHK 700 karyawannya. Dilansir dari CNBC Indonesia 6 November 2020, sejumlah 1800 pekerja pabrik sepatu di Cikupa Tangerang terkena PHK, adapun penyebabnya adalah perusahaan terkena dampak dari pandemi covid-19 dimana pesanan mengalami penurunan sehingga perusahaan mengalami kerugian.
Berdasarkan buku Analisis dampak pandemi covid-19 terhadap perluasan kesempatan kerja dan implikasinya yang dikeluarkan oleh tim Pusrennaker Barenbang Kemenaker 2020. Pandemi covid-19 mulai muncul pada awal 2020 memberikan dampak besar bagi dunia usaha / perusahaan. Dari (Bappenas, 2020) mencatat 86 persen perusahaan melaporkan penurunan
penjualan dan 73 persen perusahaan mengalami penurunan ketersediaan input/ krisis distribusi bahan. Data dari (BPS, 2020) secara umum 8 dari 10 perusahaan mengalami penurunan pendapatan. Adanya pandemi covid- 19 menuntut semua pekerja di perusahaan melakukan adaptasi terhadap mekanisme kerja. Menurut (Zantermans,2020) permasalahan hubungan kerja yang timbul ketika pandemi covid-19 yaitu tidak beroperasinya perusahaan secara sebagian maupun menyeluruh akibat PSBB yang berpengaruh terhadap turunnya daya beli, sehingga terjadi penurunan pendapatan perusahaan.
Dalam rangka pencegahan, pengendalian, dan memutus penyebaran covid-19, perusahaan menerapkan prokes di lingkungan kerja. Dalam survey (BPS,2020) 85,88 persen perusahaan mewajibkan pekerjanya menggunakan masker atau pelindung wajah. Selain itu, di masa pandemi pekerja juga dituntut dalam segi keterampilan. Menurut (Di Gropello et al. 2011) keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja dikelompokan menjadi 3 yaitu:
Keterampilan akademis yang diukur sesuai tes yang terstandardisasi
Keterampilan bernalar, berperilaku, berhitung.
Keterampilan yang berkaitan dengan profesi tertentu yang lebih spesifik.
Menurut (Akkermans et al.
2020) Kondisi pandemi seperti ini semakin menuntut kecakapan
keterampilan pekerja terutama berbasis teknologi untuk memenuhi permintaan tenaga kerja masa depan, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, perusahaan mengutamakan penerimaan pekerja yang mempunyai keterampilan yang lebih spesifik.
Berdasarkan uraian dari Tim Pusrennaker Barenbang Kemenaker 2020, diatas, maka dapat dirumuskan indikator-indikator pandemi covid-19 sebagai berikut:
1. Daya beli menurun 2. Penurunan pendapatan 3. Protokol jkesehatan.
4. Krisis distribusi jbahan
jproduksi.
5. Rekrutmen pekerja lebih jtepat
jsasaran/spesifik.
Menurut (Hasbullah, 2015) kebijakan merupakan istilah yang sering kali kita dengar dalam konteks pemerintahan atau berpolitik yang memiliki cakupan luas yang berarti mengurus masalah atau kepentingan umum. Menurut (Syaiful Syagala,2008) kebijakan diartikan sebagai kepintaran, kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi, dsb.
Menurut (Terry dan Leslie, 2010) manajemen merupakan prosedur yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk mencapai tujuan melalui SDM dan sumber daya lainnya. Menurut (Effendi, 2014) manajemen
merupakan proses untuk mewujudkan apa yang hendak dicapai oleh suatu organisasi, baik bisnis, organisasi sosial, pemerintahan dll.
Berdasarkan Buku Analisis dampak pandemi covid-19 terhadap perluasan kesempatan kerja dan implikasinya yang dikeluarkan oleh tim Pusrennaker Barenbang Kemenaker 2020. Perusahaan banyak yang merumahkan pekerja/buruh dengan jabatan pekerja/buruh kasar, operator/perakit mesin, tenaga administrasi. Hal ini terjadi disebabkan permintaan produk menurun sehingga berimplikasi pekerja yang berada di level/ jabatan tersebut. Menurut data dari (kemenaker, 2020) ada 1.058.284 pekerja formal yang dirumahkan.
Menurut (Spurk & Straub, 2020) terdapat tiga kebijakan fleksibilitas kerja yaitu bekerja dari rumah/work from home, jam kerja yang fleksibel, memanfaatkan teknologi sebagai cara untuk melakukan efisiensi sumber daya manusia. Sedangkan (BPS,2020) mengungkapkan beberapa kebijakan perusahaan atau manajemen diantaranya:
Pengurangan jam kerja, memberhentikan pekerja dalam waktu singkat, merumahkan pekerja tidak dibayar, dirumahkan dibayar sebagian, dirumahkan dibayar penuh.
Dan Menurut CEO GreatDay HR, Gordon Enns yang dimuat oleh Robit Mikrojul Huda dalam berita Kumparan 9 Juli 2020. Di masa pandemi perusahaan mengalami masalah produksi yang tidak seimbang dengan tidak memungkinkan melakukan penyimpanan bahan baku seperti saat produksi normal, dengan
permasalahan seperti ini maka Gordon Enns mengambil kebijakan pada perusahaannya untuk melakukan efisiensi biaya produksi, dengan tidak melakukan penyimpanan bahan baku dan membeli bahan baku sesuai dengan produksi. Berdasarkan uraian diatas yang bersumber dari Tim Pusrennaker Barenbang Kemenaker 2020. Maka dapat dirumuskan indikator-indikator kebijakan manajemen sebagai berikut:
a. Pengurangan jam kerja
b. Merumahkan pekerja tidak dibayar
c. Work from home d. Efisiensi biaya produksi e. Efisiensi sumber daya manusia METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Bersumber dari (Mulyanto dan Wulandari, 2010:23) penelitian kuantitatif adalah suatu teknik penelitian objektif yang menekankan pada pengujian ide dengan angka dan menilai data menggunakan prosedur statistik.
Model pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PT Federeal Nittan
Industries sebanyak 449 karyawan, dengan sample sejumlah 82 karyawan. Metode analisi yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji hipotesis, moderating regresion analisys.
Menurut (Ghozali,2013) Moderating regresion analisys merupakan himpunan bagian dari regresi linier berganda dimana persamaan regresi mencakup elemen interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Teknik analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak interaksi antara variabel pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja dan variabel kebijakan manajemen sebagai variabel pemoderasi.
Model persamaan regresi moderating sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2M1 + b3X1M1 + e Dimana:
Y : Pemutusan Hubungan Kerja a : Konstanta
b1-b3 : koefisien regresi X1 : Pandemi covid-19 M1 : kebijakan manajemen
X1M1 : Interaksi antara Pandemi Covid-19 dengan kebijakan
manajemen e = Error
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (Column Corrected Item-Total Correlation) dengan r tabel (lihat
tabel r), dimana jika item pernyataan memiliki nilai rhitung > rtabel maka dinyatakan valid. Untuk mempermudah, beberapa ahli mengemukakan bahwa pernyataan ini valid jika nilai korelasi (kolom korelasi item-total terkorelasi) > 0,3.
(Mulyanto dan Wulandari, 2017:125) Tabel 4.1
Hasil uji validitas pandemi covid-19
Tabel 4.2
Hasil uji validitas kebijakan manajemen
Tabel 4.3
Hasil uji validitas pemutusan hubungan kerja
Hasil perhitungan uji validitas variabel pandemi covid-19, kebijakan manajemen, pemutusan hubungan kerja memiliki nilai rhitung > rtabel 0,2172. Hal ini menunjukan bahwa variabel pandemi covid-19, kebijakan manajemen, pemutusan hubungan kerja dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji Reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha > 0,6. (Mulyanto dan Wulandari 2017:126).
Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas
Berdasarkan uji reliabilitas diatas, diketahui bahwa semua variabel dinyatakan reliabel karena telah melewati batas koefisien reliabilitas (0,6) sehingga untuk melanjutkan item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dan dinyatakan bahwa instrumen penelitian ini telah teruji reliabilitasnya.
Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas menentukan apakah variabel perancu atau residual dalam
model regresi variabel berdistribusi normal. Uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)bisa digunakan untuk menentukan tingkat signifikansi data berdistribusi normal atau tidak. (Ghozali, 2013:158).
Tabel 4.5
Hasil uji normalitas variabel X terhadap Y
Dari hasil uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov- Smirnov didapatkan hasil signifikansi dari uji normalitas diatas sebesar 0,613 > dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa uji normalitas diatas berdistribusi normal.
Tabel 4.6
Hasil uji normalitas variabel X Terhadap Y dengan M sebagai
pemoderasi
Dari hasil uji normalitas menggunakan metode Kologorov- Smirnov didapatkan hasil signifikansi dari uji normalitas diatas sebesar 0,647 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa uji normalitas diatas berdistribusi normal.
Tabel 4.7
Hasil uji Multikolinearitas
Diketahui dari nilai tolerance dari ketiga variabel independen lebih besar dari 0,10. Dan nilai VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.8
Hasil uji heteroskedastisitas
Diketahui dari nilai signifikansi variabel pandemi covid-19 dan variabel kebijakan manajemen > 0,05 ,maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Hipotesis I
Pengujian hipotesis I yang diajukan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh X1 terhadap Y disajikan dalam beberapa uji sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil uji koefisien determinasi (R2)
Berdasarkan uji koefisien determinasi diatas angka adjusted R square sebesar 0,796. Hal ini berarti 79,6% variabel Y (PHK) dapat dijelaskan oleh variabel X (pandemi covid-9) sedangkan sisanya 20,5%
dijelaskan oleh faktor lain.
Tabel 4.10 Hasil uji t regresi I
Persamaan regresi yang diperoleh Y= 3,848 + 0,853X1 + e
Berdasarkan hasil uji t regresi I menunjukan koefisien regresi X sebesar 0,853 , t hitung X sebesar 17,800 > ttabel 1,99006 dengan tingkat sign 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan Ha diterima h0 ditolak yang memiliki arti variabel pandemi covid-19 berpengaruh terhadap PHK.
Uji Hipotesis II
Pengujian hipotesis II dengan pandemi covid-19 sebagai variabel independen (X) dan PHK sebagai variabel dependen (Y) serta kebijakan manajemen (M) sebagai variabel moderating disajikan dalam beberapa uji sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil uji koefisien determinasi (R2)
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diatas, angka adjusted R square sebesar 0,853. Hal ini berarti 85,3% variabel Y (PHK) dapat dijelaskan oleh variabel X, sedangkan sisanya 14,7 % dijelaskan oleh faktor lain.
Tabel 4.12 Hasil uji t regresi II
Berdasarkan hasil uji t regresi II menunjukan:
- Variabel pandemi covid-19 (X) mempunyai t hitung 5,890 >
ttabel 1,99006 dengan nilai sig 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti berpengaruh signifikan.
- Variabel kebijakan manajemen (M) mempunyai t hitung 4,258 >
ttabel 1,99006 dengan nilai sig 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima yang berarti berpengaruh signifikan.
- Variabel interaksi antara pandemi covid-19 dan kebijakan manajemen mempunyai nilai t hitung 2,826 > 1,99006 dengan nilai sig 0,006 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bermoderasi.
Moderation Regresion Analisis Tabel 4.13
Hasil uji moderating regression analisis
Berdasarkan hasil uji moderating regresion analisis diatas, perhitungan variabel bebas dapat disusun dalam model berikut:
Y = -9,115 + 1,297X1 + 0,843M + 0,033XM + e
Yang dapat diartikan sebagai berikut:
- Nilai konstant sebesar a = - 0,9115, artinya bahwa jika X1 dan X2 tidak ada maka Y akan bernilai negatif.
- Nilai koefisien regresi X sebesar b1 = 1,297 menunjukan bahwa X berpengaruh terhadap Y dengan arah positif.
- Nilai koefisien regresi M sebesar b2 = 0,843 menunjukan bahwa M berpengaruh terhadap Y dengan arah positif.
- Nilai koefisien interaksi XM sebesar b3 = 0,33 menunjukan bahwa interaksi XM bermoderasi terhadap Y dengan arah positif.
Pembahasan
Pengaruh pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja
Hasil penelitian ini berarti menerima hipotesis pertama yaitu pandemi covid-19 berpengaruh terhadap pemutusan hubungan kerja.
Hasil temuan ini mendukung penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Retno Karunia Putri, et all yang berjudul “Efek pandemi covid-19, dampak lonjakan angka PHK terhadap penurunan perekonomian di Indonesia. Yang dipublish Jurnal Bismak Volume 1 No.1 bulan Maret 2020. Yang menyatakan pandemi covid- 19 berdampak pada pemutusan hubungan kerja, banyak perusahaan terkenal yang memberlakukan penutupan usaha dan PHK seperti Traveloka, KFC, STOQO.
Pengaruh pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja dengan kebijakan manajemen sebagai variabel moderating
Hasil penelitian ini berarti menerima hipotesis kedua yaitu kebijakan manajemen
bermoderate atau
memperkuat pengaruh pandemi covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yusuf Randi yang berjudul “Pandemi Corona sebagai alasan pemutusan hubungan kerja pekerja oleh perusahaan dikaitkan dengan Undang-Undang
Ketenagakerjaan”. Yang dipublish Jurnal Yurispruden Volume 3 No. 2 Bulan Juni 2020 hal. 119-136. Dimana didalam penelitian terdahulu tersebut disebutkan kebijakan-kebijakan yan boleh diambil oleh perusahaan sesuai dengan SE Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi SE-
907/MENPHIPPHI/X/2004 sehingga pandemi covid-19 berdampak pada pemutusan hubungan kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pemutusan hubungan kerja dengan kebijakan manajemen
sebagai variabel moderating pada PT Federal Nittan Industries. Maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pandemi covid-19 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemutusan hubungan kerja.
2. Kebijakan manajemen dinyatakan bermoderate atau memperkuat pengaruh pandemi covid- 19 terhadap pemutusan hubungan kerja.
Saran
Penelitian yang telah dilakukan memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi pemilik usaha, dimasa pandemi agar
sebisa mungkin
meminimalisir
pemutusan hubungan kerja. Ada beberapa strategi yang bisa ditempuh perusahaan dalam menghindari PHK, seperti mengurangi upah dan fasilitas pekerja level atas seperti manajer dan direktur.
2. Dari pihak perusahaan bisa memberikan pensiun bagi karyawan yang sudah memenuhi syarat untuk pensiun.
3. Bagi pekerja harus bisa menjaga kesehatan agar terhindar dari covid-19,
agar perusahaan masih bisa beroperasi secara terus menerus.
4. Bagi peneliti selanjutnya, masih ada beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi phk, namun belum bisa dimasukan oleh peneliti, oleh karena itu disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menambah variabel lain yang juga merupakan beberapa faktor penentu dalam PHK, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian tentang ilmu manajemen.
Daftar Pustaka
CNBCindonesia.com/news/2020110 6123109-4-199790/gawat- pabrik-sepatu-tangerang-phk- masal-1800-karyawan.
Effendi, Usman. (2014). Asas Manajemen. Jakarta: Rajawali pers.
https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-
5230271/garuda-indonesia- putus-kontrak-700-karyawan.
Maringan, Nikodemus. (2015).
Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja Secara Sepihak Oleh Perusahaan Menurut Undang- Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Jurnal Ilmu Hukum Legal
Opinion, Edisi 3, Volume 3 No.3.
Moh. Muslim. (2020). PHK Pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Manajemen Bisnis. Vol.
23 No.3.
Mulyanto. Wulandari. (2010).
Metodologi Penelitian.
Semarang: CV. Agung Semarang. Hlm 23.
Putri, Retno Karunia. Rahmawati Indah Sari et all. (2020). Efek Pandemi Covid-19:Dampak Lonjakan Angka PHK Terhadap Penurunan Perekonomian di Indonesia.
Jurnal Bismak, Volume 1 No 1, Maret 2020.
Randi, Yusuf. (2020). Pandemi Corona Sebagai Alasan Pemutusan Hubungan Kerja Pekerja Oleh Perusahaan Dikaitkan dengan Undang- Undang Ketenagakerjaan.
Jurnal Yurispruden, Volume 3 No.2 , Juni 2020, hal 119-136.
R. Terry, George, Leslie W.Rue.
(2010). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Syafrida. Safrizal. Reni Suryani.
(2020). Pemutusan Hubungan Kerja Masa Pandemi Covid-19 Perusahaan Terancam dapat Dipailitkan. Jurnal of Law, Vol 3, Issue 1, Agustus 2020.
Tim Pusrennaker Barenbang. (2020).
Analisis dampak pandemi covid-19 terhadap perluasan kesempatan kerja dan implikasinya. Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
World Health Organization. (2020).
Archived:WHO timeline- Covid-19. Website.
Yuliana. (2020). Corona Virus Disease (Covid-19). Sebuah Tinjauan Literatur, Wellness and Healthy Magazine, Volume 2, No.1.