• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU MEDIA TEKA TEKI SILANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU MEDIA TEKA TEKI SILANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

269

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BERBANTU MEDIA TEKA – TEKI SILANG

Estherina Ratih Isnawang Wulan1) , Stefanus C. Relmasira2) Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga, 50711

E-mail : 1) 292013050@student.uksw.edu, 2) Stefanus.relmasira@staff.uksw.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media teka – teki silang, hasil belajar yang di maksud dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar atau dalam ranah kognif. Penelitian ini merupakan penlitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga yang berjumlah 22 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes, instrumen pengumpulan data menggunakan soal tes dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media teka – teki silang, Peningkatan ketuntasan hasil belajar terjadi secara bertahap di mana pada kondisi pra siklus presentase ketuntasan siswa (64%) dengan rata – rata nilai 72, pada siklus 1 presentase ketuntasan siswa (77%) dengan rata – rata nilai 77,05. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan presentase (91%) dan rata – rata nilai 81,36. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantu media teka – teki dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Kata kunci : Hasil Belajar IPS, Model pembelajaran PBL, Teka – Teki Silang.

(2)

270 PENDAHULUAN

Meningkatkan kualitas mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat di dalam pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan siswa, dapat dilakukan dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran harus ada interaksi yang aktif antara sumber belajar, guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Di dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa agar mereka dapat memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Proses pembelajaran harus terhindar dari dominasi guru yang cenderung menimbulkan sikap pasif terhadap siswa. Dalam pembelajaran siswa harus mempunyai aktivitas dan siswa harus terlibat secara langsung. Dengan siswa mempunyai banyak aktivitas, dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

Tidak hanya sekedar terlibat secara langsusng, tetapi siswa juga harus terlibat secara aktif dengan berbagai kegiatan, Hosnan (2014:9) menyatakan “Guru perlu mengupayakan agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving)”.

Keterlibatan siswa secara langsung, selain dengan cara memecahkan masalah, dapat juga pada saat mengunakan media pembelajaran, media pembelajaran dapat membantu siswa untuk lebih mudah untuk memahami materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. Dengan keterlibatan siswa secara langsung dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, akan menimbulkan keaktifaan bagi siswa dan pembelajaran dapat berpusat kepada siswa,sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan di kelas 4 SD N Mangunsari 07 Salatiga padapembelajaran Tema 7 semester II, dalam pembelajaran di kelas banyak aktivitasbelajar yang masih berpusat pada guru (teacher centered). Aktivitas guru masih terlihat sangat dominan

dibandingkan dengan aktivitas siswa, Siswa cenderung pasif,keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, ketika gurumengajukan pertanyaan kepada siswa, hanya sebagian siswa yang menjawab pertanyaan dariguru meskipun terkadang jawaban yang dilontarkan oleh siswa tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru, terkadang guru harus menunjuk beberapa siwa untuk menjawab pertanyaan.

Siswa masih kurang aktif dalamproses pembelajaranterbukti ketika guru meminta siswa untuk mengeksplor materi , siswa cenderung diam dan sibuk dengan dirinya sendiri,berbincang dengan teman - temannya. Selain itu siswa masih malas mengerjakan soal yang dianggap sulit karena wawasan mereka yang kurang, mereka hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

Selain itu guru juga belum dapat mengoptimalkan dan mengembangkan penggunaan media pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran IPS Kurikulum 2013,Guru masih mengutamakan penggunaan buku siswa dan buku guru yang sudah ada serta media pembelajaran yang sederhana seperti powerpoint sederhana. Guru sebenarnya sudah memakai berbagai variasi metode dan model pembelajaran, tetapi guru lebih sering menggunakan metode cermah, sehingga siswa kurang tertarik atau kurang minat dalam proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam pembelajarannya, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan dapat menjadikan siswa mampu untuk berfikir kritis, memecahkan masalah,berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat serta pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar khususnya pada pembelajaran IPS. Menurut Hamid (2013) Konten pendidikan IPS dalam kurikulum 2013 meliputi : a) Pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya, b)

(3)

271 Ketrampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inqury), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa; c) Nilai-nilai kejujuran, kerja keras; sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut; d) Sikap: rasa ingin tahu, manidri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab.

Salah satu solusi yang diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran yang berbasis masalah atau problem based learning (PBL). Menurut Majid dan Rochman (2014:154) “pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata”. Menurut Gunawan (2015:127) Problem Based Learning ( PBL) “merupakan pembelajaran yang penyampainnya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog”. Dengan pembelajaran yang menantang ini lah siswa dapat terlibat secara langsung,siswa juga aktif, siswa dapat berlatih berfikir kritis,berlatih menyelesaikan masalah, dan berlatih untuk mengemukakan pendapat. Dari beberapa pengertian diatas bahwa model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan.

Model Problem Based Learning membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa juga dapat belajar dan meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi serta berpikir kritis dan dapat terampil memecahkan masalah. Selain itu siswa juga belajar bagaimana bekerja sama, menyatakan pendapatnya dan menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.Terdapat lima langkah atau tahapan dalm proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah berikut ini : (tabel 1 terlampir )

Model Poblem Based Learning (PBL) dipadukan dengan media pembelajaran teka - teki silang agar dapat menarik perhatian siswa dan siswa dapat belajar sambil bermain. Menurut Rinaldi Munir (2005) Teka-teki silang merupakan

“suatu permainan dengan tempelate yang berbentuk segi empat yang terdiri dari kotak-kotak yang berwana hitam putih, serta dilengkapi 2 lajur, yaitu mendatar (kumpulan kotak yang berbentuk satu baris dan beberapa kolom) dan menurun (kumpulan kotak satu kolom dan beberapa baris”. Teka – Teki silang menawarkan sebuah tantangan yang dapat membuat anak untuk belajar tekun, teliti, berfikir kritis.

dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu.

Dengan dapat menyelesaikan permainan teka – teki silang siswa akan mendapatkan kepuasaan tersendiri.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Kurikulum 2013 dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) berbantu media teka – teki silang pada siswa kelas IV semester II SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga tahun ajaran 2016/2017.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di SD N Mangunsari 07 Salatiga, Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD N Mangunsari 07 semester II tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah 22 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah “penelitian yang dilakukan oleh pendidik/calon pendidik di dalam kelasnya sendiri secara kolaboratif/

partisipatif untuk memperbaiki kinerja pendidik menyangkut kualitas proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, baik dari aspek akademik maupun nonakademik, melalui tindakan reflektif dalam bentuk siklus (daur ulang)”. (Tampubolon,2014:19).

Model penelitian tindakan kelas yang peneliti gunakan adalah penelitian tindakan kelas menurut Kammis dan McTaggart model spiral. Dimana setiap

(4)

272 siklus dalam penelitian ini terdapat empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Namun antara komponen acting dan observing dijadikan sebagai sebuah kesatuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik tes melalui Instrumen butir soal ranah kognitif dan nontes melalui Instrumen berupa lembar observasi terhadap guru dan siswa.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalh terjadinya kenaikan presentase hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan siswa KKM ≥70 yang dicapai oleh 80% siswa. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data berupa nilai tes yang dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif berbentuk angka – angka yang diperoleh dari tes tertulis danj deskriptif kualitatif berupa kata – kata atau penjelasan yang diperoleh dari lembar observasi. Kemudian hasilnya dianalisis dengan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II, kemudian menyimpulkan berdasarkan deskripsi data.

HASIL DAN DISKUSI

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunkkan model Problem Based Learning berbantu media teka – teki silang (croosword puzzle) telah dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Kondisi awal siswa Berdasarkan observasi terlihat banyak siswa yang kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi pembelajaran, guru lebih dominan pada saat pembelajaran sedangkan siswanya pasif, sehingga didapati banyak siswa yang mendapat nilai kurang dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes semester I bahwa siswa yang memperoleh nilai yang kurang dari KKM ≥70 sebanyak 14 siswa dengan presentase 64% tidak tuntas dari keseluruhan siswa kelas IV. Sedangkan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan presentase 36% dari keseluruhan siswa

dengan nilai terendah 60, dan nilai tertinggi 80 dengan rata – rata 72.

Perbaikan dalam proses pembelajaran setelah diperoleh data pada pra siklus atau kondisi awal tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS maka dilanjutkan penelitian pada siklus I yang akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Dari pertemuan I dan II pada siklus I hasil belajar siswa yang mencapai diatas KKM ≥70, 17 siswa dengan presentase 77%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 5 siswa, dengan presentase 23% dengan nilai tertinggi 95, nilai terendah 65 dan rata – rata 77,05.

Pada Siklus II siswa yang mencapai diatas KKM ≥70 meningkat menjadi 20 siswa dengan presentase 91%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM ada 2 siswa, dengan presentase 9% dengan nilai tertinggi 95, nilai terendah 65 dan rata – rata nilai 81,36.

Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I, dan siklus II setelah dilakukan pengamatan saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut : (tabel 2 terlampir)

Hasil belajar pada mata pelajaran IPS diukur melalui tes. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning berbantu media teka – teki silang ada peningkatan. Pada siklus I rata – rata 77,05 dan presentase siswa ynag tuntas 77%. Dari hasil refleksi, hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan disiklus I yaitu mennyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, memberi ketegasan kepada siswa untuk mau bekerja sama dengan anggota kelompok, lebih mempersiapkan seluruh materi pembelajaran dan media pembelajaran, serta lebih memeprhatikan anak – anak yang kurang fokus, maka hasil tes belajar pada siklus II mengalami peningkatan dengan rata – rata nilai 81,36 dengan presentase ketuntasan 91%.

Penerapan model Problem Based Learning berbantu media teka – teki silang berdampak pada situasi kelas dan siswa.

perubahan kondisi siswa antara lain, siswa aktif, berani menyatakan pendapatnya, siswa belajar berfikir kritis pada saat

(5)

273 memecahkan masalah menggunakan media teka – teki silang, siswa belajar bekerja sama dengan anggota kelompok, siswa lebih fokus terhadap pembelajaran, selain itu siswa berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan suasana seperti pembawa acara di televisi sehingga siswa merasa senang dan tidak merasa malu atau takut serta pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Pada saat berdiskusi terjadi interaksi antar dua atau lebih individu yang terlibat, siswa saling tukar menukar pemikiran dan pendapat,belajar bertanggung jawab daalm kelompok.

Kondisi kelas cenderung lebih aktif,menyenangkan, ramai dalam arti karna diskusi kelompok.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapakan model pembelajaran problem based learning berbantuan media teka – teki silang. Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Salatiga pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 mengalami peningkatan. Hal ini terbukti hasil belajar siswa dari tiap siklus mengalami peningkatan banyak siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar pada Pra Siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan hasil belajar. Pada saat Pra Siklus ke siklus I presentase siwa yang hasil belajarnya tuntas adalah 64% menjadi 77%

kemudian siklus I ke siklus II 77% menjadi 91%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas jumlahnya menurun. Saat Pra Siklus 36%

belum tuntas, pada kegiatan siklus I menurun menjadi 23%, kemudian siklus I ke siklus II semakin menurun siklus I yaitu 23% menjadi menurun menjadi 9%.

Peneliti memberi beberap saran diantaranya bagi Bagi guru yang ingin menerapkan model pembelajaran problem based learning berbantuan media teka – teki silang dalam menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari siswa, dan sebelum menerapkan guru harus benar – benar paham akan langkah – langkah model yang digunakan sehingga dalam penerapannya bisa berjalan dengan baik.jangna ragu untuk menrapakn model pembelajaran problem based learning berbantuan media teka – teki siulang dalam

pembelajaran IPS kurikulum 2013 karena terbukti meningkatkan hasil belajar siswa.

saran bagi siswa diharapkan kedepannya dalam menyampaikan pendapatnya lebih berani dan percaya diri jangan takut salah untuk menyampaikan pendapat dan meningkatkan kerjasama dalam berkelompok maupun berdiskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, R. (2014). Pengembangan Kompetensi Guru IPS. Bandung:

Alfabeta.

M.Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam pembelajaran Abad 21. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Pengertian Croosword Puzzle.

http://fatkhan.web.id/2016/12/24/m odel-pembelajaran-crossword- puzzel-teka-teki-silang/.diakses 20 Februari 2017

Rochman, A. M. (2014). Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tampubolon, S. (2014). Peneiltian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.

(6)

274

A. Lampiran 1 (Tabel 1 langkah – langkah model problem based learning )

Sintaks

Problem Based Learning

Aktivitas Guru Tahap 1

Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.

Tahap 2

mengorganisasi peserta didik untuk belajar.

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap 3 Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok.

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model

Tahap 5

Menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan

B. Lampiran 2 (Tabel perbandingan hasil belajar IPS siswa Pra siklus, Siklus I dan siklus II) No Nilai

KKM 70

Pra Siklus Siklus I Siklus II Keterangan Jumlah

siswa

(%) Jumlah siswa

(%) Jumlah siswa

(%)

1 ≥70 14 64% 17 77% 20 91% Tuntas

2 ˂ 70

8 36% 5 23% 2 9% Tidak

Tuntas

Jumlah 22 100% 22 100% 44 100%

Rerata 71,87 77,05 81,36

Maksimum 80 95 95

Minimum 60 65 65

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di Desa Sapobonto, dilakukan dengan tiga proses tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Riyanto (2008) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku menyusui adalah dukungan tenaga kesehatan, sehingga

Gambar 2: pencemaran Air (Sumber: www. Megapolitan.harianterbit.com) Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup atau zat lain ke dalam air yang menyebabkan kualitas air menurun

Prijodarminto (1994: 249) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dan faktor

Matahari merupakan sebuah bola besar yang terdiri dari bahan gas panas yang menjadi sumber energi yang sangat besar.. Ketersediaan air

• Secara nasional, ketersediaan sumber EBT tersebar dan untuk beberapa jenis energi misalnya panas bumi dan air skala besar terletak pada daerah yang konsumsi energinya masih rendah.

Dari sumber yang sama, struktur pendapatan dari usaha pertanian dalam periode 2004–2013 dapat disampaikan sebagai berikut: (1) kontribusi pendapatan terbesar adalah dari

1. Mengenalkan mahasiswa/mahasiswi pada dunia kerja yang sesungguhnya. Mengaplikasikan, menerapkan dan membandingkan pengetahuan akademis yang telah didapatkan selama