• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: HERMAWAN PRAJONO 1710550259 SKRIPSI DESAIN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI MANAJEMEN SENTRALISASI HOTSPOT BERBASIS BRIDGE CONTROL PROTOCOL (BCP) OVER SSTP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: HERMAWAN PRAJONO 1710550259 SKRIPSI DESAIN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI MANAJEMEN SENTRALISASI HOTSPOT BERBASIS BRIDGE CONTROL PROTOCOL (BCP) OVER SSTP"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI MANAJEMEN SENTRALISASI HOTSPOT BERBASIS BRIDGE CONTROL

PROTOCOL (BCP) OVER SSTP

SKRIPSI

Oleh:

HERMAWAN PRAJONO 1710550259

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK DAN DESAIN

UNIVERSITAS BUMIGORA MATARAM

2021

(2)

DESAIN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI MANAJEMEN SENTRALISASI HOTSPOT BERBASIS BRIDGE CONTROL

PROTOCOL (BCP) OVER SSTP

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Kebulatan Studi

Jenjang Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Komputer Pada Universitas Bumigora

Oleh:

HERMAWAN PRAJONO 1710550259

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK DAN DESAIN

UNIVERSITAS BUMIGORA MATARAM

2021

(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya atas rahmat, nikmat, kebahagiaan serta seluruh anugerah yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul “ DESAIN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI MANAJEMEN SENTRALISASI HOTSPOT BERBASIS BRIDGE CONTROL PROTOCOL (BCP) OVER SSTP” dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Jurusan Ilmu Komputer di Universitas Bumigora.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Anthony Anggrawan, MT., Ph.D. selaku Rektor Universitas Bumigora.

2. Ibu Ni Gusti Ayu Dasriani, M.Kom, selaku Wakil Rektor I Universitas Bumigora.

3. Bapak Ahmat Adil, S.Kom., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik dan Desain.

4. Ibu Lilik Widyawati, M.Kom, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer.

5. Bapak I Putu Hariyadi, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing dalam mengerjakan skripsi ini yang telah memberikan motivasi sebesar-besarnya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua Orang Tua dan saudara yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan, yang telah memberikan bantuan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat kepada kita semua. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sekiranya penulis mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi semua pihak.

(7)

ii

Mataram, 27 Agustus 2021

Penulis

(8)

iii

(9)

iv

IZIN PENGGUNAAN

Skripsi ini merupakan syarat kelulusan pada Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Bumigora, dengan ini penulis setuju jika skripsi ini digandakan (diduplikasi) baik sebagian maupun seluruhnya, ataupun dikembangkan untuk kepentingan akademis yang disetujui oleh pembimbing penulis, Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Teknik dan Kesehatan.

Untuk dimaklumi, bahwa menduplikasi, mempublikasikan atau menggunakan skripsi ini, maupun bagian-bagiannya dengan tujuan komersial / keuntungan finansial, tidak diizinkan tanpa adanya izin tertulis dari Universitas Bumigora. Jika hal ini dilanggar maka Universitas Bumigora akan memberikan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Penghargaan akademis terkait isi dari skripsi ini adalah pada penulis dan Universitas Bumigora. Permintaan izin untuk menduplikasi atau menggunakan materi dari skripsi ini baik sebagian maupun seluruhnya harus ditujukan pada:

Dekan Fakultas Teknik dan Kesehatan Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer

Universitas Bumigora

(10)

v

ABSTRAK

Pada saat ini, manajemen hotspot dapat dilakukan secara terpusat pada suatu jaringan komputer. Manajemen user yang sebelumnya harus dilakukan secara terpisah dapat digabungkan menjadi satu manajemen yang telah disentralisasikan.

Manajemen hotspot yang sudah tersentralisasikan dapat meningkatkan efektifitas dalam mengelola jaringan.

Namun manajemen hotspot yang sudah tersentralisasi masih diterapkan secara manual. Dimana manajemen konfigurasi belum maksimal dikarenakan manajemen sentralisasi hotspot yang seharusnya dapat dilakukan secara terpusat ternyata masih membutuhkan konfigurasi yang dilakukan secara terpisah dalam jendela Winbox yang berbeda dimana akan mengurangi efisiensi manajemen sentralisasi hotspot yang sudah ada dikarenakan rentan akan masalah seperti kemungkinan salah memasukkan perintah serta membutuhkan waktu yang lama.

Metode penelitian menggunakan Waterfall untuk pengembangan aplikasi manajemen sentralisasi hotspot BCP over SSTP dimana dari 5 (lima) tahapan yang ada hanya digunakan 3 (tiga) tahapan yaitu requirements anaylsis and definition, system and software design, dan implementation and unit testing. Hasil yang akan dicapai yaitu dengan mengembangkan aplikasi manajemen sentralisasi hotspot ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam memanajemen hotspot secara terpusat.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Desain dan implementasi aplikasi manajemen sentralisasi hotspot BCP over SSTP telah berhasil dibangun menggunakan web framework Code Igniter3 dan library RouterOSAPI dengan 7 (tujuh) fitur seperti login ke router, melihat log router, manajemen profil router, manajemen konfigurasi SSTP Server, manajemen konfigurasi SSTP Client, manajemen hotspot, dan manajemen user serta konfigurasi yang dilakukan melalui aplikasi lebih cepat dibandingkan dengan konfigurasi melalui CMD atau Winbox.

Kata Kunci : MikroTik, Hotspot, Sentralisasi, BCP, SSTP, API

(11)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... Error! Bookmark not defined. IZIN PENGGUNAAN ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I LATAR BELAKANG ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.4.1 Tujuan ... 4

1.4.2 Manfaat ... 4

1.5 Metodologi Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Jaringan Komputer ... 8

2.1.1 Jenis-Jenis Jaringan Komputer ... 8

2.1.2 Model Open System Interconnection ... 10

2.1.3 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) ... 11

2.2 Hotspot ... 12

2.3 Tunneling ... 12

(12)

vii

2.3.1 Secure Socket Tunneling Protocol ... 12

2.3.2 Bridge Control Protocol ... 13

2.4 Web Server ... 14

2.5 Codeigniter ... 14

2.6 Mikrotik RouterOS API ... 15

BAB III METODOLOGI ... 16

3.1 Tahap Analisa ... 16

3.1.1 Pengumpulan Data ... 16

3.1.2 Analisa Data ... 17

3.2 Tahap Desain ... 18

3.2.1 Rancangan Topologi Jaringan ... 18

3.2.2 Rancangan Pengalamatan IP ... 20

3.2.3 Rancangan Alur Kerja Sistem ... 21

3.2.4 Rancangan Desain Aplikasi ... 24

3.2.5 Kebutuhan Perangkat Keras Dan Perangkat Lunak ... 28

3.2.5.1 Kebutuhan Perangkat Keras... 28

3.2.5.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 29

3.3 Tahap Implementasi ... 29

3.3.1 Tahap Konfigurasi Dasar ... 29

3.3.2 Skenario Uji coba ... 31

3.3.3 Analisa Hasil Uji Coba... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Konfigurasi ... 32

4.1.1 Hasil Konfigurasi Dasar ... 32

4.1.1.1 Konfigurasi Dasar Pada Router R1 ... 32

(13)

viii

4.1.1.2 Konfigurasi Dasar Pada Router R2 ... 36

4.1.1.3 Konfigurasi Dasar Pada Router R3 ... 38

4.1.1.4 Konfigurasi Dasar Pada Router R4 ... 41

4.1.1.5 Konfigurasi Dasar Pada Router R5 ... 44

4.1.1.6 Konfigurasi Dasar Pada Router R6 ... 47

4.1.1.7 Tambahan Konfigurasi Dasar Pada Router R1 ... 49

4.2 Hasil Uji coba ... 50

4.2.1 Hasil Verifikasi Konfigurasi ... 50

4.2.1.1 Hasil Verifikasi Konfigurasi Pada Router R1... 50

4.2.1.2 Hasil Verifikasi Konfigurasi Pada Router R2... 54

4.2.1.3 Hasil Verifikasi Konfigurasi Pada Router R3... 56

4.2.1.4 Hasil Verifikasi Konfigurasi Pada Router R4... 57

4.2.1.5 Hasil Verifikasi Konfigurasi Pada Router R5... 59

4.2.1.6 Hasil Verifikasi Konfigurasi Pada Router R6... 60

4.2.2 Skenario Uji coba ... 62

4.2.2.1 Uji coba Pembuatan Sentralisasi Hotspot Melalui Aplikasi .... 62

4.2.2.2 Uji coba Pembuatan User Hotspot Melalui Aplikasi ... 88

4.2.2.3 Uji coba Koneksi User Hotspot ... 90

4.2.2.4 Uji coba Penambahan Titik Hotspot Baru Melalui Aplikasi ... 92

4.2.2.5 Uji coba Koneksi User Hotspot Pada Titik hotspot B ... 100

4.3 Analisa Hasil Uji Coba ... 102

BAB V PENUTUP ... 111

5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 111

DAFTAR REFERENSI ... 112

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahapan/Model Waterfall ... 5

Gambar 2.1 Local Area Network ... 8

Gambar 2.2 Metropolitan Area Network ... 9

Gambar 2.3 Wide Area Network ... 9

Gambar 2.4 Ilustrasi Tunneling... 12

Gambar 2.5 Ilustrasi SSTP ... 13

Gambar 2.6 Ilustrasi BCP ... 14

Gambar 2.7 RouterOS API Class ... 15

Gambar 3.1 Rancangan topologi ... 18

Gambar 3.2 Rancangan topologi jaringan BCP over SSTP ... 19

Gambar 3.3 Rancangan topologi jaringan virtualisasi ... 20

Gambar 3.4 DFD Konteks Aplikasi Manajemen Sentralisasi Hotspot ... 21

Gambar 3.5 DFD Level 1 Aplikasi Manajemen Sentralisasi Hotspot ... 22

Gambar 3.6 Flowchart Cara Kerja SSTP ... 23

Gambar 3.7 Flowchart Cara Kerja API di Aplikasi ... 24

Gambar 3.8 Sitemap Rancangan Desain Aplikasi ... 24

Gambar 3.9 Sitemap Halaman Auth ... 25

Gambar 3.10 Sitemap Halaman Dashboard ... 25

Gambar 3.11 Sitemap Halaman Routermanager ... 26

Gambar 3.12 Sitemap Halaman Viewhotspotmanager ... 26

Gambar 3.13 Sitemap Halaman Viewusermanager ... 27

Gambar 3.14 Sitemap Halaman Viewsstpserver ... 27

Gambar 3.15 Sitemap Halaman Viewsstpclient... 28

Gambar 4.1 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R1 ... 33

(15)

x

Gambar 4.2 Hasil Konfigurasi Pengelamatan IP di Router R1 ... 33

Gambar 4.3 Hasil Konfigurasi Firewall NAT di Router R1 ... 33

Gambar 4.4 Hasil Konfigurasi DNS R1 di Router R1 ... 34

Gambar 4.5 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R1 ... 34

Gambar 4.6 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R1 ... 35

Gambar 4.7 Hasil Konfigurasi System Clock di Router R1 ... 35

Gambar 4.8 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R2 ... 36

Gambar 4.9 Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP di Router R2 ... 36

Gambar 4.10 Hasil Konfigurasi DNS Server di Router R2 ... 37

Gambar 4.11 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R2 ... 37

Gambar 4.12 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R2 ... 38

Gambar 4.13 Hasil konfigurasi System Clock di Router R2 ... 38

Gambar 4.14 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R3 ... 39

Gambar 4.15 Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP di Router R3 ... 39

Gambar 4.16 Hasil Konfigurasi DNS Server di Router R3 ... 40

Gambar 4.17 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R3 ... 40

Gambar 4.18 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R3 ... 41

Gambar 4.19 Hasil Konfigurasi System Clock di Router R3 ... 41

Gambar 4.20 Hasil konfigurasi hostname di Router R4 ... 42

Gambar 4.21 Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP di Router R4 ... 42

Gambar 4.22 Hasil Konfigurasi DNS Server di Router R4 ... 42

Gambar 4.23 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R4 ... 43

Gambar 4.24 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R4 ... 43

Gambar 4.25 Hasil konfigurasi System Clock di Router R4 ... 44

Gambar 4.26 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R5 ... 44

(16)

xi

Gambar 4.27 Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP di Router R5 ... 44

Gambar 4.28 Hasil Konfigurasi DNS Server di Router R5 ... 45

Gambar 4.29 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R5 ... 45

Gambar 4.30 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R5 ... 46

Gambar 4.31 Hasil Konfigurasi System Clock di Router R5 ... 46

Gambar 4.32 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R6 ... 47

Gambar 4.33 Hasil Pengalamatan IP di Router R6 ... 47

Gambar 4.34 Hasil Konfigurasi DNS Server di Router R6 ... 48

Gambar 4.35 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R6 ... 48

Gambar 4.36 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R6 ... 49

Gambar 4.37 Hasil Konfigurasi System Clock di Router R6 ... 49

Gambar 4.38 Hasil Konfigurasi Custom Port untuk Router R4 ... 50

Gambar 4.39 Hasil Konfigurasi Custom Port untuk Router R6 ... 50

Gambar 4.40 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R1 ... 51

Gambar 4.41 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R1 ... 51

Gambar 4.42 Hasil Verifikasi Koneksi Internet di Router R1 ... 52

Gambar 4.43 Script Uji Koneksi API ke Router R4 ... 52

Gambar 4.44 Hasil Verifikasi Koneksi API ke Router R4 ... 53

Gambar 4.45 Script Uji Koneksi API ke Router R6 ... 53

Gambar 4.46 Hasil Verifikasi Koneksi API ke Router R6 ... 54

Gambar 4.47 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R2 ... 54

Gambar 4.48 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R2 ... 55

Gambar 4.49 Hasil Verifikasi Koneksi Internet di Router R2 ... 55

Gambar 4.50 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R3 ... 56

Gambar 4.51 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R3 ... 56

(17)

xii

Gambar 4.52 Hasil Verifikasi Koneksi Internet di Router R3 ... 57

Gambar 4.53 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R4 ... 57

Gambar 4.54 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R4 ... 58

Gambar 4.55 Hasil Verifikasi Koneksi Internet di Router R4 ... 58

Gambar 4.56 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R5 ... 59

Gambar 4.57 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R5 ... 59

Gambar 4.58 Hasil Verifikasi Koneksi Internet di Router R5 ... 60

Gambar 4.59 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R6 ... 60

Gambar 4.60 Hasil Verifikasi Pengalamatan IP di Router R6 ... 61

Gambar 4.61 Hasil Verifikasi Koneksi Internet di Router R6 ... 61

Gambar 4.62 Halaman Login ... 62

Gambar 4.63 Halaman Dashboard ... 63

Gambar 4.64 Halaman Routermanager ... 63

Gambar 4.65 Tambah Router R1 ... 64

Gambar 4.66 Tambah Router R4 ... 64

Gambar 4.67 Tambah Router R6 ... 65

Gambar 4.68 Hasil Penambahan Router Profile ... 65

Gambar 4.69 Halaman Viewsstpserver ... 66

Gambar 4.70 Panel Untuk Tambah Sertifikat ... 66

Gambar 4.71 Modal untuk Tambah Sertifikat hotspotCA ... 67

Gambar 4.72 Modal untuk Tambah Sertifikat hotspotServer ... 67

Gambar 4.73 Modal untuk Tambah Sertifikat hotspotClient ... 68

Gambar 4.74 Hasil Tambah Sertifikat ... 68

Gambar 4.75 Modal Sign Certificate hotspotCA ... 69

Gambar 4.76 Modal Sign Certificate hotspotServer ... 69

(18)

xiii

Gambar 4.77 Modal Sign Certificate hotspotClient ... 70

Gambar 4.78 Hasil Sign Certificate ... 70

Gambar 4.79 Modal Trust Certificate HotspotServer ... 70

Gambar 4.80 Modal Trust Certificate HotspotClient ... 71

Gambar 4.81 Hasil Trust Certificate ... 71

Gambar 4.82 Modal untuk Export Certificate... 71

Gambar 4.83 Modal untuk Export Certificate... 71

Gambar 4.84 Panel PPP Secret ... 72

Gambar 4.85 Modal Tambah PPP Secret ... 72

Gambar 4.86 Hasil Tambah PPP Secret ... 72

Gambar 4.87 Panel SSTP Server ... 73

Gambar 4.88 Modal untuk Membuat SSTP Server ... 73

Gambar 4.89 Hasil Membuat SSTP Server... 73

Gambar 4.90 Halaman Viewhotspotmanager ... 74

Gambar 4.91 Panel Bridge ... 74

Gambar 4.92 Modal Tambah Bridge ... 74

Gambar 4.93 Hasil Tambah Bridge ... 74

Gambar 4.94 Modal Set Bridge ... 75

Gambar 4.95 Hasil Set Bridge ... 75

Gambar 4.96 Panel Address Pool ... 75

Gambar 4.97 Modal Tambah Address Pool ... 75

Gambar 4.98 Hasil Tambah Address Pool ... 76

Gambar 4.99 Panel DHCP Network dan DHCP Server ... 76

Gambar 4.100 Modal Tambah DHCP Network ... 76

Gambar 4.101 Hasil Tambah DHCP Network ... 76

(19)

xiv

Gambar 4.102 Modal Tambah DHCP Server ... 77

Gambar 4.103 Hasil Tambah DHCP Server ... 77

Gambar 4.104 Panel Hotspot Profile ... 78

Gambar 4.105 Modal untuk Tambah Hotspot Profile ... 78

Gambar 4.106 Hasil Tambah Hotspot Profile ... 78

Gambar 4.107 Panel Hotspot Server ... 79

Gambar 4.108 Modal untuk Tambah Hotspot Server ... 79

Gambar 4.109 Lanjutan Modal untuk Tambah Hotspot Server ... 80

Gambar 4.110 Hasil Tambah Hotspot Server ... 80

Gambar 4.111 Modal untuk mengaktifkan Hotspot Server ... 80

Gambar 4.112 Hasil setelah mengaktifkan Hotspot Server ... 81

Gambar 4.113 Halaman Viewsstpclient ... 81

Gambar 4.114 Panel SSTP Client List di Router R4 ... 81

Gambar 4.115 Modal Import File untuk hotspotCA.crt ... 82

Gambar 4.116 Lanjutan Modal Import File untuk hotspotCA.key ... 82

Gambar 4.117 Hasil Import File di Router R4 ... 83

Gambar 4.118 Modal There Is Certificate Avaiable ... 83

Gambar 4.119 Modal Import File untuk hotspotClient.crt ... 84

Gambar 4.120 Modal Import File untuk hotspotClient.key ... 84

Gambar 4.121 Modal There is Certificate Avaiable ... 85

Gambar 4.122 Modal Create new Bridge ... 85

Gambar 4.123 Hasil Create new Bridge di Router R4 ... 86

Gambar 4.124 Modal SSTP Client Setup ... 86

Gambar 4.125 Modal SSTP Client Setup ... 87

Gambar 4.126 Hasil SSTP Client Setup di Router R4 ... 87

(20)

xv

Gambar 4.127 Panel SSTP Log ... 88

Gambar 4.128 Halaman Viewusermanager ... 88

Gambar 4.129 Modal Create New User untuk admin1 ... 89

Gambar 4.130 Modal Create New User untuk admin2 ... 89

Gambar 4.131 Modal Create New User untuk admin3 ... 89

Gambar 4.132 Hasil Create New User ... 90

Gambar 4.133 Login Client1 Menggunakan user admin1 ... 90

Gambar 4.134 Login Client1 Menggunakan user admin2 ... 91

Gambar 4.135 Login Client1 Menggunakan user admin3 ... 91

Gambar 4.136 Panel Active User untuk admin1 ... 92

Gambar 4.137 Panel Active User untuk admin2 ... 92

Gambar 4.138 Panel Active User untuk admin3 ... 92

Gambar 4.139 Modal Tambah PPP Secret untuk Router R6 ... 92

Gambar 4.140 Hasil Tambah PPP Secret ... 93

Gambar 4.141 Halaman Viewsstpclient ... 93

Gambar 4.142 Modal Import File untuk hotspotCA.crt ... 94

Gambar 4.143 Lanjutan Modal Import File untuk hotspotCA.key ... 94

Gambar 4.144 Hasil Import File di Router R6 ... 95

Gambar 4.145 Modal There Is Certificate Avaiable ... 95

Gambar 4.146 Modal Import File untuk hotspotClient.crt ... 96

Gambar 4.147 Lanjutan Modal Import File untuk hotspotClient.key ... 96

Gambar 4.148 Modal There is Certificate Avaiable ... 97

Gambar 4.149 Modal Create new Bridge ... 98

Gambar 4.150 Hasil Create new Bridge di Router R6 ... 98

Gambar 4.151 Modal SSTP Client Setup ... 99

(21)

xvi

Gambar 4.152 Lanjutan Modal SSTP Client Setup ... 99

Gambar 4.153 Hasil SSTP Client Setup di Router R6 ... 100

Gambar 4.154 Panel SSTP Log ... 100

Gambar 4.155 Login Client2 Menggunakan user admin1 ... 101

Gambar 4.156 Login Client2 Menggunakan user admin2 ... 101

Gambar 4.157 Login Client2 Menggunakan user admin3 ... 101

Gambar 4.158 Panel Active User untuk admin1 ... 102

Gambar 4.159 Panel Active User untuk admin2 ... 102

Gambar 4.160 Panel Active User untuk admin3 ... 102

(22)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model Referensi OSI ... 10 Tabel 3.1 Artikel Dari Penelitian Sebelumnya ... 16 Tabel 3.2 Pengalamatan IP ... 20 Tabel 3.3 Kebutuhan Perangkat Keras ... 28 Tabel 4.1 Jumlah Step konfigurasi SSTP Server di Router R1... 102 Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Waktu Konfigurasi SSTP Server di Router R1 .. 103 Tabel 4.3 Jumlah Step konfigurasi SSTP Client di Router R4 ... 104 Tabel 4.4 Hasil Perbandingan Waktu Konfigurasi SSTP Client di Router R4 ... 104 Tabel 4.5 Hasil Pembuatan User ... 106 Tabel 4.6 Hasil Koneksi User Hotspot di Client1 ... 107 Tabel 4.7 Jumlah Step konfigurasi SSTP Client di Router R6 ... 108 Tabel 4.8 Hasil Perbandingan Waktu Konfigurasi SSTP Client di Router R6 ... 108 Tabel 4.9 Hasil Koneksi User Hotspot di Client2 ... 110

(23)

1

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1

Latar Belakang

Salah satu fitur pemanfaatan jaringan komputer yang sering digunakan pada saat ini adalah Hotspot. Karena pemakaiannya mudah dan tidak memerlukan banyak biaya untuk media atau perangkatnya. Hotspot tidak lagi membutuhkan kabel terlalu banyak untuk dapat sharing data.

Sebab Hotspot mengandalkan media transmisi nirkabel atau tanpa kabel yang menggunakan sinyal(Stmik & Padang, 2013). Pada saat ini, manajemen hotspot dapat dilakukan secara terpusat pada suatu jaringan komputer. Manajemen user yang sebelumnya harus dilakukan secara terpisah dapat digabungkan menjadi satu manajemen yang telah disentralisasikan. Manajemen hotspot yang sudah tersentralisasikan dapat meningkatkan efektifitas dalam mengelola jaringan.

Terdapat penelitian sebelumnya yang sudah mengangkat topik sentralisasi manajemen hotspot yang mencakup tentang konfigurasi yang digunakan untuk merancang sentralisasi manajemen hotspot. I Putu Hariyadi (2017) telah melakukan penelitian terkait dengan Sentralisasi Manajemen Hotspot dengan menerapkan Transparent Bridge Tunnel EoIP over SSTP pada konfigurasi hotspot sehingga manajemen user hotspot yang aktif dapat dilakukan secara terpusat serta pembuatan titik hotspot baru dapat dilakukan dengan konfigurasi minimal sehingga lebih efektif dan efisien.

Penelitian sebelumnya hanya berfokus mengembangkan sentralisasi hotspot menggunakan metode transparent bridge tunnel EoIP over SSTP yang dikonfigurasi melalui Winbox dimana untuk melakukan konfigurasi harus membuka jendela Winbox yang berbeda. Dimana manajemen konfigurasi belum maksimal dikarenakan manajemen sentralisasi hotspot

(24)

2

yang seharusnya dapat dilakukan secara terpusat ternyata masih membutuhkan konfigurasi yang dilakukan secara terpisah dalam jendela Winbox yang berbeda. Hal ini akan menyebabkan munculnya masalah seiring dengan semakin bertambahnya titik hotspot baru, konfigurasi harus diketik manual berulang-ulang yang akan mengurangi efisiensi manajemen sentralisasi hotspot yang sudah ada dikarenakan rentan akan masalah seperti kemungkinan salah memasukkan perintah serta membutuhkan waktu yang lama.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti melihat dari saran yang telah ada. Yaitu mengembangkan aplikasi manajemen dan monitoring sentralisasi hotspot untuk meningkatkan efisiensi dalam melakukan proses manajemen. Peneliti tertarik untuk mengembangkan aplikasi manajemen sentralisasi hotspot dengan menggunakan metode yang berbeda, yaitu BCP over SSTP. Karena untuk sentralisasi hotspot dengan menggunakan BCP over SSTP lebih mudah dibandingkan dengan Transparent Bridge Tunnel EoIP over SSTP dikarenakan jumlah konfigurasinya yang lebih sedikit dan keamanan yang terdapat di SSTP sudah cukup aman tanpa harus menggunakan Tunneling EoIP.

Dengan dikembangkannya aplikasi manajemen sentralisasi hotspot berbasis Bridge Control Protocol (BCP) over SSTP ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam memanajemen sentralisasi hotspot dalam manajemen penambahan titik baru dan monitoring user yang terhubung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana desain dan implementasi aplikasi manajemen sentralisasi hotspot berbasis Bridge Control Protocol (BCP) over SSTP? ”

(25)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini untuk menjadi lebih terarah adalah sebagai berikut:

1. Rancangan ujicoba akan disimulasikan menggunakan virtualisasi VMWare Workstation 15 Pro. Terdapat 8 Virtual Machine (VM), 6 VM yang terinstall Mikrotik RouterOS v 6.48.3 dan 2 VM yang terinstall Linux Lubuntu v.18.04 x86 yang akan digunakan, rinciannya adalah sebagai berikut:

a. 1 VM sebagai server utama yang dijadikan sebagai SSTP Server untuk sentralisasi hotspot.

b. 3 VM sebagai router yang dijadikan switch/jalur.

c. 2 VM sebagai SSTP Client untuk dijadikan titik hotspot.

d. 2 VM sebagai Client yang akan mengakses hotspot.

2. Aplikasi akan dirancang dengan bahasa pemograman PHP dan framework yang digunakan adalah CodeIgniter 3.0 untuk kerangka halaman dan Bootstrap 3.0 untuk desain webnya.

3. Database yang akan digunakan adalah MySQL.

4. Fitur-fitur yang akan dikembangkan di dalam aplikasi adalah monitoring log router, manajemen profil router, manajemen SSTP Server, manajemen SSTP Client, manajemen hotspot, dan manajemen user hotspot.

5. Skenario ujicoba yang akan dilakukan terdiri dari 5 tahap. Tahapan pertama adalah pembuatan sentralisasi hotspot melalui aplikasi, pembuatan user hotspot melalui aplikasi, pengujian koneksi user hotspot, penambahan titik hotspot baru melalui aplikasi, dan pengujian koneksi user hotspot pada titik hotspot baru.

6. Parameter unjuk kerja yang dianalisis adalah perbandingan efisiensi jumlah step dan waktu konfigurasi antara CMD, Winbox, dan aplikasi.

(26)

4

1.4 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat yang diharapkan setelah diadakannya penelitian ini adalah:

1.4.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang aplikasi manajemen dan monitoring sentralisasi hotspot menggunakan metode Bridge Control Protocol (BCP) berbasis web dan membandingkan apakah konfigurasi yang dilakukan melalui aplikasi lebih cepat daripada konfigurasi secara manual?.

1.4.2 Manfaat

Manfaat yang dapat diterima dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitan ini memberikan wawasan baru tentang sentralisasi hotspot menggunakan metode Bridge Control Protocol (BCP) over SSTP dan mengetahui bagaimana cara membangun aplikasinya.

2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan metode sentralisasi hotspot yang sama atau berbeda maupun dijadikan sebagai referensi dalam mengambil topik penelitian yang berhubungan.

3. Bagi masyarakat, aplikasi yang telah dibuat diharapkan membantu meningkatkan efisiensi dalam membangun sebuah jaringan hotspot.

Dikarenakan konfigurasi yang sudah tersedia, tampilan grafis yang mudah digunakan dapat mengurangi human error pada saat memanajemen hotspot.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Waterfall. Menurut Sasminto (2017), Metode Waterfall adalah model pengembangan sistem informasi yang sistematik. Metode Waterfall adalah suatu proses pengembangan perangkat lunak berurutan, di mana setiap

(27)

kemajuan proses akan terus mengalir ke bawah seperti air terjun. Metode Waterfall memiliki tahapan proses yang menggambarkan keseluruhan pengembangan perangkat lunak yang terstruktur. Adapun tahapan dari metodologi Waterfall yakni, requirements anaylsis and definition, system and software design, implementation and unit testing, intergration and system testing, dan operation and maintenance. Ke-lima tahapan metode Waterfall tersebut, dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Tahapan/Model Waterfall

(Sumber: Sasmito, 2017:8)

Dari lima tahapan yang ada pada metodologi Waterfall penulis hanya menggunakan tiga tahapan pertama yakni requirements anaylsis and definition, system and software design, dan implementation and unit testing sebagai berikut:

1. Requirements anaylsis and definition

Dalam tahapan analisis ini pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, baik dengan melakukan pengumpulan data dari jurnal sebelumnya. Setelah melakukan pengumpulan data maka data tersebut selanjutnya akan dianalisa untuk mengetahui masalah yang ada.

(28)

6

2. System and software design

Tahap ini membuat rancangan topologi jaringan, rancangan pengelamatan IP, rancangan sistem, rancangan desain perangkat lunak, dan kebutuhan perangkat keras maupun perangkat lunak.

3. Implementation and unit testing

Setelah perangkat lunak telah dibangun, tahapan selanjutnya adalah mengujicobakan kemampuan sistem dengan mengadakan simulasi 5 tahap yang dimulai dari pembuatan sentralisasi hotspot, pembuatan user baru, pengujian koneksi user, penambahan titik hotspot baru, dan pengujian koneksi user pada titik hotspot baru.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menulis skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah berdasarkan latar belakang, batasan masalah dalam penelitian, tujuan dan manfaat yang didapat, metodologi penelitian yang digunakan serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini memuat tentang teori yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai landasan teori antara lain jaringan komputer, model OSI, TCP/IP, hotspot, tunneling, SSTP, BCP, Web Server, Codeigniter, dan MikroTik RouterOS API.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang tahapan-tahapan metodologi penelitian yang digunakan yaitu tahap pengumpulan data, analisa data, rancangan topologi jaringan, rancangan pengalamatan IP, rancangan alur kerja sistem, rancangan desain aplikasi, dan kebutuhan perangkat keras dan lunak.

(29)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang pembahasan hasil konfigurasi dasar, hasil skenario ujicoba serta analisa terhadap hasil ujicoba yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat tentang kesimpulan yang didapat setelah melakukan penelitian dan saran-saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

(30)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah interkoneksi antar dua komputer atau lebih yang saling terhubung dengan sebuah media transmisi yaitu menggunakan kabel atau tanpa kabel yang biasa disebut wireless. Arti dari interkoneksi ialah dua unit komputer yang saling berkoneksi, dikatakan berkoneksi jika keduannya saling bertukar data atau informasi, berbagi resource yang dimiliki, seperti file, printer, media penyimpanan. Dalam jaringan komputer, komputer dapat memberikan layanan atau meminta layanan. Komputer yang memberikan layanan/service dinamakan komputer server, sedangkan komputer yang meminta layanan dinamakan komputer client (Ontoseno et al., 2017).

2.1.1 Jenis-Jenis Jaringan Komputer

Klasifikasi jaringan komputer berdasarkan jangkauannya dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Ontoseno et al., 2017):

1. LAN ( Local Area Network )

Gambar 2.1 Local Area Network

(Sumber: https://community.fs.com)

(31)

Jaringan komputer yang jangkauan jaringannya hanya mencakup area yang kecil, seperti jaringan kantor, gedung, dalam rumah atau lebih kecil.

2. MAN ( Metropolitan Area Network )

Gambar 2.2 Metropolitan Area Network

(Sumber: https://community.fs.com)

Jaringan yang jangkauannya lebih besar dari LAN, cakupan area lebih luas dan dalam lingkungan yang lebih besar.

3. WAN ( Wide Area Network )

Gambar 2.3 Wide Area Network

(Sumber: https://community.fs.com)

(32)

10

Jaringan yang jangkauannya lebih besar dari MAN, biasanya digunakan untuk menghubungkan jaringan antar kota atau bahkan antar Negara.

2.1.2 Model Open System Interconnection

OSI model terdiri dari 7 layer. Dimana bagian atas dari layernya (layer 7,6,dan 5) difokuskan untuk bentuk pelayanan dari suatu aplikasi.

Sedangkan untuk layer bagian bawahnya (layer 4, 3, 2 dan 1) berorientasikan tentang aliran data dari ujung satu ke ujung yang lainnya(Sukaridhoto, 2014).

Tabel 2.1 Model Referensi OSI

Nama Layer Fungsi Contoh

Aplikasi (Layer 7)

Aplikasi yang saling berkomunikasi antar komputer.

Aplikasi layer mengacu pada pelayanan komunikasi pada suatu aplikasi.

Telnet, HTTP, FTP, WWW Browser,

NFS, SMTP,

SNMP

Presentasi (Layer 6)

Pada layer bertujuan untuk mendefinisikan format data, seperti ASCII text, binary, dan JPEG.

JPEG, ASCII, TIFF, GIF, MPEG, MIDI

Sesi (Layer 5) Sesi layer mendefinisikan bagaimana memulai, mengontrol dan mengakhiri suatu percakapan (biasa disebut session)

RPC, SQL, NFS, SCP

Transport (Layer 4)

Pada layer 4 ini bisa dipilih apakah menggunakan protokol yang mendukung error-recovery atau tidak. Melakukan multiplexing terhadap data yang

TCP, UDP, SPX

(33)

datang, mengurutkan data yang datang apabila datangnya tidak berurutan.

Network (Layer 3)

Layer ini mendefinisikan pengiriman data dari ujung ke ujung. Untuk melakukan pengiriman pada layer ini juga melakukan pengalamatan.

Mendefinisikan pengiriman jalur (routing).

IP, IPX, Appletalk DDP

Data Link (Layer 2)

Layer ini mengatur pengiriman data dari interface yang berbeda.

Semisal pengiriman data dari ethernet 802.3 menuju ke High- level Data Link Control (HDLC), pengiriman data WAN.

IEEE 802.2/802.3, HDLC, Frame relay, PPP, FDDI, ATM

Physical (Layer 1)

Layer ini mengatur tentang bentuk interface yang berbeda- beda dari sebuah media transmisi. Spesifikasi yang berbeda misal konektor, pin, penggunaan pin, arus listrik yang lewat, encoding, sumber cahaya, dll

EIA/TIA–232, V35, EIA/TIA-449,

V.24, RJ45,

Ethernet, NRZI, NRZ, b8ZS

2.1.3 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)

TCP/IP merupakan Protokol standar pada Jaringan Internet yang tidak tergantung pada jenis komputer yang digunakan. Dengan menggunakan TCP/IP akan memungkinkan berbagai komputer berinteraksi satu dengan lain tanpa mengalami masalah yang berarti (Farly et al., 2017).

(34)

12

2.2 Hotspot

Hotspot adalah suatu koneksi jaringan wireless yang tersedia dan siap pakai, dimana pengguna dengan perangkat WLAN yang compatible, dapat terhubung ke Internet atau private intranet. Hotspot, atau yang lebih dikenal sebagai Wi-Fi hotspot tersusun atas perangkat atau komponen WLAN, server, dan ISP bila terhubung ke Internet. (Kusuma, Widiasari, &

Wellem, 2012).

2.3 Tunneling

Tunneling adalah dasar dari VPN untuk membuat suatu Jaringan private melalui Jaringan internet. Tunneling juga merupakan enkapsulasi atau pembungkusan suatu Protokol ke dalam paket Protokol. Tunneling menyediakan suatu koneksi Point-To-Point logis sepanjang Jaringan IP yang bersifat connectionless. Proses transfer data dari satu Jaringan ke Jaringan lain memanfaatkan Jaringan internet secara terselubung (Tunneling). Ketika paket berjalan menuju ke node tujuan, paket ini melalui suatu jalur yang disebut tunnel(Farly et al., 2017).

Gambar 2.4 Ilustrasi Tunneling

(Sumber: https://www.vpnmentor.com)

2.3.1 Secure Socket Tunneling Protocol

Secure Socket Tunneling Protocol atau SSTP adalah tembusan protokol yang tersedia pada platform Microsoft. Protokol ini berbasis pada kombinasi kedua teknologi, SSL dan TCP. Teknologi SSL menjaminkan tingkat keamanan transportasi dan integritas lalu lintas. SSL pada server dikonfigurasikan sedemikian rupa sehingga hanya metode enkripsi

(35)

terkuatlah yang diaktifkan. Sejak sesi SSTP, dalam kenyataannya, sebuah sesi HTTPS, SSTP mungkin bisa digunakan melalui firewall atau ISP throttling. Di sisi lain, sejak SSTP beroperasi melalui TCP, dalam beberapa kasus akan dikendalikan IKEv2 atau protokol berbasis UDP lainnya.

Secara keseluruhan, SSTP adalah pilihan terbaik dan dapat membantu menyelesaikan masalah konektivitas ataupun masalah kecepatan yang dimiliki (Zamalia et al., 2018).

Gambar 2.5 Ilustrasi SSTP

(Sumber: https://www.wiki.mikrotik.com)

Protocol SSTP merupakan bentuk baru dari VPN tunnel yang memiliki fitur mengizinkan trafik dapat melewati firewall yang memblok trafik PPTP dan trafik L2TP/IPsec. SSTP menyediakan mekanisme untuk mengenkapsulasi trafik PPP over SSL channel dari protokol HTTPS.

Penggunaan PPP memungkinkan dukungan untuk metode autentikasi yang kuat dan handal seperti EAP-TLS(Azhar, 2017).

2.3.2 Bridge Control Protocol

Bridge Control Protocol (BCP) adalah sebuah protokol yang memungkinkan untuk meneruskan paket ethernet melalui link PPP atau metode tunneling VPN seperti PPTP, L2TP, dan EoIP(Gunawan & Agung, 2019).

(36)

14

Gambar 2.6 Ilustrasi BCP

(Sumber: https://www.wiki.mikrotik.com)

BCP merupakan bagian independen dari tunneling PPP, tidak terkait dengan alamat IP dari antarmuka PPP, bridging, dan routing dapat terjadi pada saat yang sama secara independen. BCP dapat digunakan tunnel VPN atau link WDS melalui jaringan nirkabel dan seolah-olah terhubung namun tidak ada kabel secara fisik yang tersambung(Septiardi & Prihanto, 2017).

2.4 Web Server

Web server adalah software yang menjadi tulang belakang dari world wide web (www) yang pertama kali tercipta sekitar tahun 1980an. Web server menunggu permintaan dari client yang menggunakan browser seperti Netscape Navigator, Internet Explorer, Mozilla Firefox, dan program browser lainnya. Jika ada permintaan dari browser, maka web server akan memproses permintaan itu kemudian memberikan hasil prosesnya berupa data yang diinginkan kembali ke browser(Nurmiati, 2012).

2.5 Codeigniter

CodeIgniter merupakan sebuah framework aplikasi yang akan dibangun berbasis web yang menggunakan konsep MVC (Model, View, Controller). Framework PHP ini dapat menjadi tools bagi seorang web developer untuk mengembangkan suatu situs dengan lebih mudah karena menyediakan resource yang lengkap(Setiawansyah et al., 2020).

(37)

Dalam situs resmi codeigniter, (Official Website CodeIgniter,2002) menyebutkan bahwa codeigniter merupakan framework PHP yang kuat dan sedikit bug. Codeigniter ini dibangun untuk para pengembang dengan bahasa pemrograman PHP yang membutuhkan alat untuk membuat web dengan fitur lengkap.

2.6 Mikrotik RouterOS API

Antarmuka pemrograman aplikasi API (Application Programming Interface) adalah sekumpulan perintah, fungsi, dan protocol yang dapat digunakan oleh programmer saat membangun perangkat lunak untuk sistem operasi tertentu. API memungkinkan programmer untuk menggunakan fungsi standar untuk berinteraksi dengan sistem operasi.

API dapat menjelaskan cara sebuah tugas (task) tertentu dilakukan. Dalam pemrograman procedural seperti bahasa C, aksi biasanya dilakukan dengan media pemanggilan fungsi. Karena itu, API biasanya menyertakan penjelasan dari fungsi/rutin yang disediakannya( John Willey, APIs For Dummies : 9).

MikroTik API PHP class merupakan sebuah class scripting PHP yang dirancang oleh pihak Developer MikroTik untuk menghubungkan antara PHP dengan MikroTik router. Melalui script PHP class ini PHP dapat berkerja untuk mengakses dan mengeksekusi berbagai perintah router MikroTik(I Kadek Juni Arta & Nyoman Bagus Suweta Nugraha, 2020).

Gambar 2.7 RouterOS API Class

(38)

16

BAB III METODOLOGI

Metodologi penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah Waterfall dimana pada penelitian ini hanya digunakan sampai 3 (tiga) tahapan saja yaitu requirements anaylsis and definition, system and software design, dan implementation and unit testing

3.1 Tahap Analisa

Tahap analisa terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu pengumpulan data dari jurnal sebelumnya dan analisa data yang telah didapat dari jurnal sebelumnya.

3.1.1 Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode studi literatur yaitu dengan mempelajari beberapa artikel ilmiah yang membahas tentang sentralisasi hotspot, penggunaan BCP sebagai tunneling, dan penggunaan API dalam mikrotik RouterOS. Selain itu penulis juga menggunakan data dan informasi dari berbagai sumber seperti internet, e-book, dan paper. Berdasarkan penelusuran yang diperoleh, terdapat beberapa artikel yang berkaitan dengan sentralisasi hotspot, penggunaan BCP sebagai tunneling, dan penggunaan API dalam mikrotik RouterOS

Tabel 3.1 Artikel Dari Penelitian Sebelumnya

No Penulis Tahun Judul Pembahasan

1. I Putu Hariyadi 2017 Sentralisasi Manajemen Hotspot dengan Menggunakan Transparent

Membuat konfigurasi sentralisasi hotspot dengan

menggunakan metode

transparent bridge tunnel EoIP (Ethernet over IP) over SSTP

(39)

Bridge Tunnel EoIP over SSTP

(Secure Socket Tunneling Protocol).

2. Vidi Dwi

Septiardi, Agus Prihato

2017 Membangun Jaringan Intranet Dengan

Melewatkan VLAN Diatas VPN

Menggunakan Metode PPTP BCP

Penggunaan metode PPTP (Point-to-Point Tunneling Protocol) BCP (Bridge Control Protocol) di dalam VLAN (Virtual Local Area

Network) untuk

menghubungkan antar segmen jaringan yang berbeda

3. Rakhmat Dwi Jayanto

2019 Rancang Bangun Sistem

Monitoring Jaringan Menggunakan Mikrotik Router OS

Membangun sistem yang dapat memonitoring jaringan dengan web menggunakan PHP API (Application Programming Interface)

3.1.2 Analisa Data

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan maka dapat diperoleh analisa sebagai berikut:

1. Sentralisasi hotspot dapat dilakukan dengan menerapkan metode tunneling pada router

2. Metode BCP yang diimplementasikan di dalam VLAN dapat membentuk satu jaringan untuk menghubungkan segmen jaringan yang berbeda.

3. PHP API dapat digunakan untuk membangun sistem yang dapat memonitoring jaringan melalui web.

(40)

18

Penelitian sebelumnya terkait sentralisasi hotspot sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun pada saat penerapan konfigurasi transparent bridge tunnel eoip over sstp masih menggunakan konfigurasi manual, dan untuk penelitian terkait metode BCP yang diimplementasikan pada VLAN tidak memiliki fitur hotspot, dan penelitian yang terkait pembangunan sistem monitoring hotspot menggunakan PHP API hanya dapat memanajemen satu hotspot saja. Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus untuk membangun aplikasi manajemen sentralisasi hotspot berbasis BCP over SSTP untuk dapat melakukan manajemen sentralisasi hotspot melalui web dengan menggunakan PHP API sebagai penghubung antar aplikasi dengan router.

3.2 Tahap Desain

Tahap desain terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu rancangan topologi jaringan, rancangan pengalamatan IP, rancangan alur kerja sistem, rancangan desain aplikasi, dan kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak.

3.2.1 Rancangan Topologi Jaringan

Gambar 3.1 Rancangan topologi

(41)

Pada gambar 3.1, terlihat untuk rancangan jaringan menggunakan 6 (enam) router dan 2 (dua) desktop untuk client.

Gambar 3.2 Rancangan topologi jaringan BCP over SSTP

Pada gambar 3.2, terlihat untuk rancangan jaringan BCP over SSTP akan menghubungkan antara router R1 dengan router R4 dan router R1 dengan router R6

(42)

20

Gambar 3.3 Rancangan topologi jaringan virtualisasi

Pada gambar 3.3, terlihat untuk rancangan jaringan virtualisasi menggunakan laptop sebagai host yang menggunakan VMWare Workstation 15 Pro dimana telah terdapat 8 virtual machine yang terdiri dari 6 Mikrotik Router dan 2 client lubuntu. Network adapter yang digunakan pada ether1 di router R1 adalah NAT untuk mendapatkan akses internet dan 7 (tujuh) Lan Segment untuk membagi jalur koneksi antar virtual machine.

3.2.2 Rancangan Pengalamatan IP

Rancangan pengalamatan IP pada rancangan topologi jaringan virtualisasi yang akan digunakan adalah menggunakan IP Address kelas C. Untuk keterangan dari pengalamatan IP dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Pengalamatan IP

No Perangkat Alamat IP Netmask Keterangan

1. Router R1

DHCP - ether1/NAT

192.168.59.1 255.255.255.252 ether2

192.168.159.1 255.255.255.0 bridgeHotspot

2. Router R2

192.168.59.2 255.255.255.252 ether1 192.168.59.5 255.255.255.252 ether2 192.168.59.13 255.255.255.252 ether3 3. Router R3 192.168.59.6 255.255.255.252 ether1

(43)

192.168.59.9 255.255.255.252 ether2 4. Router R4 192.168.59.10 255.255.255.252 ether1 5 Router R5 192.168.59.14 255.255.255.252 ether1 192.168.59.17 255.255.255.252 ether2 6. Router R6 192.168.59.18 255.255.255.252 ether1

7. Client 1 DHCP - -

8. Client 2 DHCP - -

3.2.3 Rancangan Alur Kerja Sistem

Gambar 3.4 DFD Konteks Aplikasi Manajemen Sentralisasi Hotspot

Terlihat dari gambar 3.4 merupakan rancangan data flow diagram untuk aplikasi manajemen sentralisasi hotspot yang akan dibuat dimana terdapat 3 entitas eksternal yaitu Admin, Router Server, dan Router Client yang akan mengirim dan menerima data atau informasi melalui proses yang akan berjalan di aplikasi. Data atau informasi yang akan dialirkan adalah Router Profile, SSTP Server, Hotspot, dan SSTP Client.

(44)

22

Gambar 3.5 DFD Level 1 Aplikasi Manajemen Sentralisasi Hotspot

Untuk dapat mengetahui alur proses yang berada di aplikasi, terlihat pada gambar 3.5, terdapat 4 proses yang masing-masing memiliki aliran data sesuai dengan kebutuhan. Proses yang terdapat di Routermanager menggambarkan proses manajemen profil router yang akan terhubung dengan database Routerprofile, proses yang terdapat di Viewsstpserver menggambarkan proses manajemen konfigurasi SSTP Server yang berada di router dimana informasi yang dibutuhkan untuk mengakses router diambil dari database Routerprofile, proses yang terdapat di Viewhotspotmanager menggambarkan proses manajemen hotspot yang berada di router dimana informasi yang dibutuhkan untuk mengakses router diambil dari database Routerprofile, dan proses terakhir yang terdapat di aplikasi adalah Viewsstpclient yang menggambarkan proses manajemen SSTP Client yang berada di router dimana informasi yang dibutuhkan untuk mengakses router diambil dari database Routerprofile.

(45)

Gambar 3.6 Flowchart Cara Kerja SSTP

Terlihat pada gambar 3.6 merupakan gambaran flowchart cara kerja SSTP untuk dapat saling terhubung dimana router Client harus terhubung terlebih dahulu dengan router Server sebelum lanjut ke proses Validasi Sertifikat SSL dimana pada proses ini sertifikat SSL yang berada di router Client akan dicocokan dengan sertifikat SSL yang berada di router Server.

Apabila hasil validasi diterima, maka jalur SSTP antar router Server dan router Client akan terbentuk, sedangkan apabila hasil validasi ditolak maka jalur SSTP tidak akan terbentuk yang dapat dilihat dari log router yang akan memberikan feedback error SSTP.

(46)

24

Gambar 3.7 Flowchart Cara Kerja API di Aplikasi

Terlihat pada gambar 3.7 merupakan gambaran flowchart cara kerja API dimana ketika perintah dari aplikasi dimasukkan, maka API akan mencoba login terlebih dahulu ke router tujuan untuk menguji apakah router dapat diakses. Apabila gagal, maka halaman akan diredirect kembali ke awal, sedangkan apabila berhasil, maka perintah akan dikirim ke router untuk diproses yang kemudian hasilnya akan ditampilkan ke halaman.

3.2.4 Rancangan Desain Aplikasi

Gambar 3.8 Sitemap Rancangan Desain Aplikasi

(47)

Terlihat pada gambar 3.8, rancangan desain aplikasi digambarkan menggunakan sitemap dimana terdapat 7 (tujuh) halaman yang dapat diakses, yaitu:

Gambar 3.9 Sitemap Halaman Auth

Pada halaman Auth yang terlihat pada gambar 3.9, akan digunakan fitur login dimana user akan memasukkan identitas router seperti hostname, username, dan password untuk dapat melihat apakah aplikasi dapat mengakses API pada .

Gambar 3.10 Sitemap Halaman Dashboard

Pada halaman Dashboard yang terlihat pada gambar 3.10, akan dapat diakses setelah melewati fitur login di halaman Auth. Terdapat beberapa fitur yang akan terlihat di halaman Dashboard seperti Panel Router yang digunakan untuk menampilkan jumlah router dan user yang tersedia, Panel SSTP Log yang digunakan untuk menampilkan status SSTP Client yang mencoba terhubung ke SSTP Server, dan Panel DHCP Log yang digunakan untuk menampilkan client yang terhubung melalui dhcp-server.

(48)

26

Gambar 3.11 Sitemap Halaman Routermanager

:Pada halaman yang terlihat pada gambar 3.11, akan dapat diakses setelah melewati fitur login di halaman Auth. Terdapat fitur yang akan terlihat di halaman Routermanager yaitu Table Router Profile List yang digunakan untuk memanajemen identitas router.

Gambar 3.12 Sitemap Halaman Viewhotspotmanager

:Pada halaman yang terlihat pada gambar 3.12, akan dapat diakses setelah melewati fitur login di halaman Auth. Terdapat beberapa fitur yang akan terlihat di halaman Viewhotspotmanager yaitu Table Hotspot Server List yang digunakan untuk memanajemen server hotspot, Table Hotspot Profile yang digunakan untuk memanajemen profil hotspot,

(49)

Table Bridge List yang digunakan untuk memanajemen bridge, Table Address Pool List yang digunakan untuk memanajemen IP Pool, dan Table DHCP Network & DHCP Server yang digunakan untuk memanajemen DHCP Server.

Gambar 3.13 Sitemap Halaman Viewusermanager

:Pada halaman yang terlihat pada gambar 3.13, akan dapat diakses setelah melewati fitur login di halaman Auth. Terdapat beberapa fitur yang akan terlihat di halaman Viewusermanager yaitu Table Active Users List yang digunakan untuk memanajemen user yang terhubung ke hotspot dan Table User List yang digunakan untuk memanajemen user hotspot.

Gambar 3.14 Sitemap Halaman Viewsstpserver

:Pada halaman yang terlihat pada gambar 3.14, akan dapat diakses setelah melewati fitur login di halaman Auth. Terdapat beberapa fitur yang akan terlihat di halaman Viewsstpserver yaitu Table SSTP Server List yang digunakan untuk memanajemen SSTP Server, Table Certificate List

(50)

28

yang digunakan untuk memanajemen sertifikat SSL, dan Table PPP List yang digunakan untuk memanajemen PPP Secret.

Gambar 3.15 Sitemap Halaman Viewsstpclient

:Pada halaman yang terlihat pada gambar 3.15, akan dapat diakses setelah melewati fitur login di halaman Auth. Terdapat fitur yang akan terlihat di halaman Viewsstpclient yaitu Table SSTP Client List yang digunakan untuk memanajemen SSTP Client.

3.2.5 Kebutuhan Perangkat Keras Dan Perangkat Lunak

Adapun kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan dalam skenario uji coba yang telah dibuat adalah sebagai berikut:

3.2.5.1 Kebutuhan Perangkat Keras

Satu unit laptop dengan spesifikasi yang terlihat pada tabel 3.

Tabel 3.3 Kebutuhan Perangkat Keras

Komponen

Processor Intel(R) Core(TM) i3-6006U CPU 2.00GHz

RAM 4GB

HDD 512GB

VGA Card Intel(R) HD Graphics 520, NVIDIA GeForce 920MX

Terdapat beberapa kebutuhan perangkat keras yang divirtualisasi pada sistem yang akan dibangun yaitu:

1. Perangkat keras untuk router R1:

a. Router CHR 6.48.3

(51)

b. Memory 128MB c. Hard Disk 64MB

2. Perangkat keras untuk router R2-R6:

a. Router CHR 6.48.3 b. Memory 128MB c. Hard Disk 64MB

3. Perangkat keras untuk client 1 dan client 2:

a. Lubuntu 18.04 b. Memory 512MB c. Hard Disk 8GB

3.2.5.2 Kebutuhan Perangkat Lunak

Adapun kebutuhan perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan sentralisasi manajemen hotspot sebagai berikut:

a. VMWare Workstation 15 untuk mensimulasikan jaringan uji coba yang sudah dibuat.

b. Sistem operasi MikroTik CHR-6.48.3 sebagai sistem operasi dari MikroTik RouterBoard.

c. Sistem operasi Lubuntu 18.04 sebagai sistem operasi yang digunakan oleh client.

d. Aplikasi XAMPP Control Panel v3.2.4 untuk menjalankan web server dan database di komputer.

e. Aplikasi Sublime Text 3 sebagai text editor yang akan digunakan untuk edit file php.

3.3 Tahap Implementasi

Pada tahapan ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu tahap konfigurasi dasar, skenario uji coba, dan analisa hasil uji coba

3.3.1 Tahap Konfigurasi Dasar

Pada tahap ini akan dilakukan konfigurasi dasar pada 6 (enam) router.

(52)

30

1. Tahap konfigurasi dasar pada router R1

Konfigurasi dasar pada router R1 meliputi pengaturan hostname, pengalamatan IP, konfigurasi Firewall NAT, konfigurasi DNS, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

2. Tahap konfigurasi dasar pada router R2

Konfigurasi dasar pada router R2 meliputi pengaturan hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

3. Tahap konfigurasi dasar pada router R3

Konfigurasi dasar pada router R3 meliputi pengaturan hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

4. Tahap konfigurasi dasar pada router R4

Konfigurasi dasar pada router R4 meliputi pengaturan hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

5. Tahap konfigurasi dasar pada router R5

Konfigurasi dasar pada router R5 meliputi pengaturan hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

6. Tahap konfigurasi dasar pada router R6

Konfigurasi dasar pada router R4 meliputi pengaturan hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

(53)

7. Tambahan konfigurasi dasar pada router R1

Tambahan konfigurasi dasar pada router R1 adalah konfigurasi Firewall NAT API untuk mengakses service port API di router R4 dan router R6.

3.3.2 Skenario Uji coba

Skenario uji coba dapat dilakukan setelah aplikasi dibangun. Adapun bebrapa skenario uji coba yang diujikan adalah sebagai berikut:

1. Uji coba membuat sentralisasi hotspot melalui aplikasi.

2. Membuat user hotspot melalui aplikasi.

3. Uji Coba koneksi user hotspot 4. Penambahan titik hotspot baru.

5. Uji coba koneksi user hotspot pada titik hotspot baru.

3.3.3 Analisa Hasil Uji Coba

Analisa hasil uji coba yang akan dilakukan setelah menjalankan skenario uji coba dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Analisa perbandingan efisiensi konfigurasi sentralisasi hotspot.

2. Analisa hasil pembuatan user hotspot.

3. Analisa hasil koneksi user hotspot.

4. Analisa perbandingan efisiensi penambahan titik hotspot baru.

5. Analisa hasil koneksi user hotspot di titik hotspot baru.

(54)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil dari konfigurasi yang dilakukan manual pada setiap perangkat, dan melakukan uji coba serta analisa terhadap hasil uji coba yang telah dilakukan.

4.1 Hasil Konfigurasi

Hasil konfigurasi yang telah dilakukan terdiri dari beberapa konfigurasi dasar di setiap router yang dilakukan secara manual sebelum melakukan skenario ujicoba.

4.1.1 Hasil Konfigurasi Dasar

Konfigurasi dasar dilakukan pada 6 (enam) router MikroTik yang terdiri dari 5 (lima) bagian kecuali router R1 yang memiliki 7 (tujuh) bagian meliputi konfigurasi hostname sebagai identitas dari router, pengalamatan IP pada interface, konfigurasi firewall NAT khusus untuk router R1 untuk mendapatkan akses internet melalui ether1 dengan metode action=masquarade, konfigurasi Domain Name System (DNS) untuk menghubungkan router ke internet melalui DNS Server, konfigurasi routing OSPF untuk mendistribusikan default route pada setiap router OSPF, dan konfigurasi NTP Client untuk mengsinkronisasi waktu dengan NTP Server. Untuk router R1 ditambahkan konfigurasi firewall NAT Applicaton Programing Interface (API) untuk membuka jalur API yang akan digunakan untuk mengakses router SSTP-Client melalui aplikasi.

4.1.1.1 Konfigurasi Dasar Pada Router R1

Konfigurasi dasar yang dilakukan pada router R1 meliputi konfigurasi hostname, pengalamatan IP, konfigurasi firewall Network Address Transation (NAT), konfigurasi DNS, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

(55)

a. Hasil Konfigurasi hostname

[admin@MikroTik] > system identity set name=R1

Konfigurasi hostname untuk memberikan identitas pada router.

Gambar 4.1 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R1

b. Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP

[admin@R1] > ip address add address=192.168.59.1/30 interface=ether2

[admin@R1] > ip address add address=192.168.14.1/30 interface=ether3

Pengalamatan IP dilakukan pada interface ethernet yaitu ether2 sebagai LAN port R1-R2 dan ether3 sebagai LAN port R1-Admin.

Gambar 4.2 Hasil Konfigurasi Pengelamatan IP di Router R1

Terlihat hasil dari konfigurasi pengalamatan IP sesuai dengan interface masing-masing. ether2 dengan IP Address 192.168.59.1/30 dan ether3 dengan IP Address 192.168.14.1/30. Khusus untuk ether1 sudah terdapat IP Address dinamis yang dibagikan melalui ISP.

c. Hasil Konfigurasi firewall NAT

[admin@R1] > ip firewall nat add chain=srcnat out- interface ether1 action=masquerade

Konfigurasi firewall NAT untuk mendapatkan akses internet dengan action=masquerade melalui ether1.

Gambar 4.3 Hasil Konfigurasi Firewall NAT di Router R1

(56)

34

d. Hasil Konfigurasi DNS

[admin@R1] > ip dns set allow-remote-requests=yes

Konfigurasi DNS pada router R1 dilakukan untuk menjadikan alamat IP yang berada di ether2 sebagai DNS Server.

Gambar 4.4 Hasil Konfigurasi DNS R1 di Router R1

Terlihat dari DNS yang sudah diatur, ether2 akan menjadi DNS Server yang akan medistribusikan internet melalui ether 1.

e. Hasil Konfigurasi Routing OSPF

[admin@R1] > routing ospf network add network=192.168.59.0/30 area=backbone

[admin@R1] > routing ospf instance set distribute- default=always-as-type-1 default

Konfigurasi routing OSPF menggunakan tipe backbone untuk mendistribusikan informasi routing antar network dimana router R1 menjadi rute utama.

Gambar 4.5 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R1

(57)

Terlihat pada routing ospf network yang terdaftar adalah 192.168.59.0/30 untuk routing router R1 dan R2 dimana area distribusinya adalah backbone.

f. Hasil Konfigurasi NTP Client

[admin@R1] > system ntp client set enabled=yes server- dns-name=0.id.pool.ntp.org,1.asia.pool.ntp.org

Konfigurasi NTP Client dengan NTP Server dilakukan untuk mengsikronkan jam sistem router dengan jam yang ada di NTP Server.

Gambar 4.6 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R1

[admin@R1] > system clock set time-zone autodetect=no time-zone-name=Asia.Makassar

Konfigurasi tambahan pada system clock diperlukan agar zona waktu sesuai dengan lokasi yang dibutuhkan yaitu Waktu Indonesia Tengah (WITA).

Gambar 4.7 Hasil Konfigurasi System Clock di Router R1

Terlihat dari hasil kedua konfigurasi, jam dan tanggal yang sudah sesuai dengan kebutuhan yaitu Asia/Makassar.

(58)

36

4.1.1.2 Konfigurasi Dasar Pada Router R2

Konfigurasi dasar yang dilakukan pada router R2 meliputi konfigurasi hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

a. Hasil Konfigurasi hostname

[admin@MikroTik] > system identity set name=R2

Konfigurasi hostname untuk memberikan identitas pada router.

Gambar 4.8 Hasil Konfigurasi Hostname di Router R2

b. Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP

[admin@R2] > ip address add address=192.168.59.2/30 interface ether1

[admin@R2] > ip address add address=192.168.59.5/30 interface ether2

[admin@R2] > ip address add address=192.168.59.13/30 interface ether3

Pengalamatan IP dilakukan pada interface ethernet yaitu ether1 sebagai LAN port R2-R1, ether2 sebagai LAN port R2-R3, dan ether3 sebagai LAN port R2-R5.

Gambar 4.9 Hasil Konfigurasi Pengalamatan IP di Router R2

Terlihat hasil dari konfigurasi pengalamatan IP sesuai dengan interface masing-masing. ether1 dengan IP Address 192.168.59.2/30, ether2 dengan IP Address 192.168.59.5/30, dan ether3 dengan IP Address 192.168.59.13/30.

c. Hasil Konfigurasi DNS Server

[admin@R2] > ip dns set servers=192.168.59.1

(59)

Konfigurasi DNS Server ditambahkan untuk router mendapatkan akses internet dari router R1.

Gambar 4.10 Hasil Konfigurasi DNS Server di Router R2

d. Hasil Konfigurasi Routing OSPF

[admin@R2] > routing ospf network add network add network=192.168.59.0/30 area=backbone

[admin@R2] > routing ospf network add network add network=192.168.59.4/30 area=backbone

[admin@R2] > routing ospf network add network add network=192.168.59.12/30 area=backbone

Konfigurasi routing OSPF menggunakan tipe backbone untuk mendistribusikan informasi routing antar network dimana router R1 menjadi rute utama.

Gambar 4.11 Hasil Konfigurasi Routing OSPF di Router R2

Terlihat pada routing ospf network yang terdaftar adalah 192.168.59.0/30 untuk routing router R1 dan R2, 192.168.59.4/30 untuk routing router R2 dan R3, dan 192.168.59.12/30 untuk routing router R2 dan R5 dimana area distribusinya adalah backbone.

(60)

38

e. Hasil Konfigurasi NTP Client

[admin@R2] > system ntp client set enabled=yes server- dns-name=0.id.pool.ntp.org,1.asia.pool.ntp.org

Konfigurasi NTP Client dengan NTP Server dilakukan untuk mengsikronkan jam sistem router dengan jam yang ada di NTP Server.

Gambar 4.12 Hasil Konfigurasi NTP Client di Router R2

[admin@R2] > system clock set time-zone autodetect=no time-zone-name=Asia.Makassar

Konfigurasi tambahan pada system clock diperlukan agar zona waktu sesuai dengan lokasi yang dibutuhkan yaitu Waktu Indonesia Tengah (WITA).

Gambar 4.13 Hasil konfigurasi System Clock di Router R2

Terlihat dari hasil kedua konfigurasi, jam dan tanggal yang sudah sesuai dengan kebutuhan yaitu Asia/Makassar.

4.1.1.3 Konfigurasi Dasar Pada Router R3

Konfigurasi dasar yang dilakukan pada router R3 meliputi konfigurasi hostname, pengalamatan IP, konfigurasi DNS Server, konfigurasi routing OSPF, dan konfigurasi NTP Client.

Referensi

Dokumen terkait