• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL MUI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BIKA AMBON AHUN DIKOTA MEDAN OLEH JULPIAN HARAHAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL MUI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BIKA AMBON AHUN DIKOTA MEDAN OLEH JULPIAN HARAHAP"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL MUI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BIKA AMBON

AHUN DIKOTA MEDAN

OLEH

JULPIAN HARAHAP 130521037

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Julpian Harahap

NIM : 130521037

Program Studi : S1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul : Pengaruh Atribut Produk dan Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun Di Kota Medan

Medan, November 2017 Penulis,

Julpian Harahap 130521037

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Julpian Harahap

NIM : 130521037

Program Studi : S1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul : Pengaruh Atribut Produk dan Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun Di Kota Medan

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS Dra. Friska Sipayung, M.Si NIP. 19539519 198403 1 001 NIP. 19620117 198603 2 002

Pembimbing

Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM NIP. 19741012 200003 2 003

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Julpian Harahap

NIM : 130521037

Program Studi : S1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul : Pengaruh Atribut Produk dan Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun Di Kota Medan

Tanggal: Januari 2018 Wakil Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si NIP. 19591013 198601 2 003

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : Julpian Harahap

NIM : 130521037

Program Studi : S1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul : Pengaruh Atribut Produk dan Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun Di Kota Medan

Tanggal: Januari 2018 Wakil Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si NIP. 19591013 198601 2 003

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Atribut Produk dan Label halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun Di Kota Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, November 2017

Julpian Harahap 130521037

(7)

ABSTRAK

PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL MUI

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BIKA AMBON AHUN DI KOTA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Merek, Kemasan, Pemberian Label, Layanan Pelengkap, Jaminan dan Label MUI terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Merek (W1), Kemasan (W2), Pemberian Label (W3), Layanan Pelengkap (W4), Jaminan dan Label MUI (W5). Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Muslim kota Medan yang merupakan konsumen produk Bika Ambon Ahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik Non Probability Sampling dengan cara Sampling Purposive dan diperoleh 83 orang responden dengan karakteristik sudah pernah membeli bika ambon Ahun minimal dua kali. Hasil penelitian ini berdasarkan uji t menunjukkan bahwa Merek berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap Keputusan Pembelian bika ambon Ahun, Kemasan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian ambon Ahun, Layanan Pelengkap berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun, Jaminan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian ambon Ahun dan Label Halal MUI berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian ambon Ahun. Berdasarkan uji t variable Label Halal MUI (X5) memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap Keputusan Pembelian ambon Ahun di kota Medan, sehingga dapat dilihat bahwa Label Halal MUI merupakan faktor penentu yang dominan dalam mengambil Keputusan Pembelian bika ambon Ahun dengan thitung sebesar 11,580 pada α = 5% sehingga hipotesis kelima dalam penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya. Dan berdasarkan Ajusted R Square sebesar 0,874 berarti 87,4% faktor-faktor Keputusan Pembelian Konsumen dapat dijelaskan oleh Merek, Kemasan, Layanan Pelengkap, Jaminan dan Label Halal MUI.

Kata Kunci: Merek, Kemasan, Pemberian Label, Layanan Pelengkap, Jaminan Keputusan Pembelian

(8)

ABSTRACT

PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN LABEL HALAL MUI

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BIKA AMBON AHUN DI KOTA MEDAN

This stud aims to determine and analyze the influence of Brand, Packaging, Labeling, Supplementary Services, Guarantees and Label MUI against Bika Ambon Ahun Purchase Decision in Medan City. The variables used in this research are Brand (W1), Packaging (W2), Labeling (W3), Complementary Service (W4), Guarantees and MUI Label (W5). This research is kind of associative research, with data collecting technique that is questioner, interview and documentation. The population in this study is the Muslim community of Medan city which is the consumer of Bika Ambon Ahun product. Sampling using Non Probability Sampling technique by Sampling Purposive and obtained 83 respondents with the characteristics have been bought bika ambon Ahun at least twice. The result of this study based on t test shows that Brand has positive and significant influence on Purchasing Decision of Ahun bona ambon, Packaging positively and significantly influence to Ahun's Ahun Purchase Decision, Supplementary Service has positively and insignificant effect on Ahun Ambon Purchase Decision, Positive and significant to Ahun's Purchase Decision and Halal MUI Label effect positively and significantly to Ahun's Purchase Decision.

Based on the t test variable Halal MUI Label (X5) has the most dominant influence on Ahun's Ahun Purchase Decision in Medan city, so it can be seen that Halal Label MUI is the dominant determinant factor in taking Decision of Bina Ambong Ahun with tcount of 11,580 at α = 5% so the fifth hypothesis in this study can be proved true. And based on Ajusted R Square of 0.874 means 87.4%

of Consumer Purchase Decision Decisions can be explained by Brand, Packaging, Supplementary Service, Guarantees and Halal Label MUI.

Keywords: Brand, Packaging, Labeling, Supplementary Service, Warranty, buying decision

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas segala nikmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Dan Label Halal Mui terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun Di Kota Medan” .

Peneliti menyadari bahwa banyak kesulitan dan kekurangan yang peneliti hadapi dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini juga, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E. M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA dan Bapak Dr. Amlys Syaputra Silalahi M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr.Beby Karina F. Sembiring, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku dosen pembaca dan penilai 1 yang telah meluangkan waktunya dan memberi masukan terhadap skripsi ini.

(10)

5. Ibu Dr. riska Sipayung, M.Si selaku dosen pembaca dan penilai 2 yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Saya ucapkan terimakasi banyak yang tak terhingga dan tak terbalas sepanjang hayat Kepada Ayahanda Hasanuddin Harahap Sebagai Ilustratorku dan ibunda tercinta Nisro Siregar yang telah memberikanku semangat hidup sehinggah menguatkan diri untuk melanjutkan perkuliahan ini hingga selesai (huboto do ayah uma lojamunyu pasikolahon au nasarjanaon sampe marudan marlasniari manjalahi balanjo ku nakulliaon “onma hadiahku namenek tuhamu”) Serta adek ku Apandi Hasim Harahap.SP. Rahima Handayani Harahap. Irham Pauji Harahap dan Irma Sari Harahap

7. Kepada teman-teman saya yang telah banyak membantu serta seluruh teman- teman stambuk 2013 Ekonomi Manajemen yang juga memberikan semangat, doa dan dukungannya kepada peneliti.

Akhir kata, peneliti berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, November 2017 Penulis,

Julpian Harahap 130521037

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Pemasaran ... 11

2.1.2 Pengertian Produk... 12

2.1.3 Atribut Produk ... 13

2.2 Label Halal... 14

2.2.1 Label ... 14

2.2.2 Halal... 16

2.2.3 Label Halal... 17

2.3 Keputusan Pembeli ... 19

2.3.1 Perilaku Konsumen... 19

2.3.2 Kepercayaan Konsumen ... 21

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen ... 21

2.3.4 Pengambilan Keputusan Membeli ... 25

2.4 Label Halal LPPOM MUI ... 26

2.4.1 Jaminan Halal dari Produsen ... 26

2.4.2 Prosedur Sertifikasi Halal ... 28

2.5 Penelitian Terdahulu... 29

2.6 Kerangka Konseptual (Pemikiran) ... 30

2.6.1 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian ... 30

2.6.2 Pengaruh Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian ... 32

2.7 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 35

3.3 Batasan Operasional ... 35

(12)

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 36

3.4.1 Definisi Operasional ... 36

3.5 Skala Pengukuran Variabel... 37

3.6 Populasi dan Sampel... 38

3.6.1 Populasi ... 38

3.6.2 Sampel... 38

3.7 Jenis Data... 40

3.7.1 Data Primer ... 40

3.7.2 Data Sekunder... 40

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas... 41

3.9.1 Uji Validitas ... 41

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 43

3.10 Uji Asumsi Klasik... 44

3.11 Teknik Analisis Data ... 45

3.11.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 45

3.11.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 46

3.12 Uji Hipotesis ... 47

3.12.1 Uji Serempak (Uji F) ... 47

3.12.2 Uji Parsial (Uji t)... 48

3.12.3 Koefisien Determinan (R²)... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian... 49

4.1.1 Metode Analisis Statistik Deskriptif... 49

4.2 Analisis Statistik Deskriptif Responden ... 49

4.2.1 Umur dan Jenis Kelamin... 49

4.2.2 Crosstab Pekerjaan dan Frekuensi Pembelian .. 50

4.2.3 Analisis Statistik Deskriptif Variabel ... 51

4.2.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Merek ... 51

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 57

4.4 Uji Asumsi Klasik... 60

4.5 Koefisien Determinasi (R2)... 67

4.6 Uji Hipotesis ... 67

4.6.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (X1) ... 69

4.6.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (X2) ... 69

4.6.3 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga(X3)... 69

4.6.4 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat(X4) ... 70

4.6.5 Hasil Pengujian Hipotesis Kelima(X5)... 70

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian... 71

4.7.1 Pengaruh Merek Terhadap Keputusan Pembelian... 72

4.7.2 Pengaruh Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian... 72

4.7.3 Pengaruh Layanan Pelengkap Terhadap Keputusan Pembelian... 73

(13)

4.7.4 Pengaruh Jaminan Terhadap Keputusan

Pembelian... 74

4.7.5 Pengaruh Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian... 75

4.7.6 Pengaruh Merek, Kemasan, Layanan Pelengkap, Jaminan dan Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA... 80

LAMPIRAN... 81

(14)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Agama yang Dianut

Tahun 2010 ... 3

2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 37

3.2 Instrumen Skala Likert ... 38

3.3 Hasil Pengujian Validitas ... 42

3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 43

4.1 Crosstab Umur... 49

4.2 Crosstab Pekerjaan dan Frekuensi Pembelian ... 50

4.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Merek ... 51

4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kemasan ... 52

4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Layanan Pelengkap ... 53

4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Jaminan ... 54

4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Label Halal ... 55

4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian ... 56

4.9 Hasil Regresi Linear Berganda ... 58

4.10 Analisis Statistik ... 62

4.11 Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas... 64

4.12 Hasil Uji Multikolinearitas ... 65

4.13 Koefisien Determinasi (R2) ... 66

4.14 Hubungan antar Variabel ... 67

4.15 Hasil Uji t ... 68

4.16 Hasil Uji F ... 71

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Label Halal Tanpa Ada Nama Lembaga yang Menjaminnya ... 5

1.2 Label halal resmi MUI ... 6

2.1 Label halal resmi MUI ... 18

2.2 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 26

2.3 Kerangka Konseptual (Pemikiran) ... 33

4.1 Histogram Pada Uji Normalitas ... 60

4.2 Normal P-Plot Pada Uji Normalitas ... 61

4.3 Grafik Heteroskedastisitas ... 63

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 81

2 Hasil Pengujian Validitas ... 84

3 Hasil Uji Reliabilitas ... 84

4 Crosstab Umur... 84

5 Crosstab Pekerjaan dan Frekuensi Pembelian ... 85

6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Merek ... 85

7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kemasan ... 85

8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Layanan Pelengkap 86 9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Jaminan ... 86

10. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Label Halal ... 86

11. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian 86 12. Histogram Pada Uji Normalitas ... 87

13. Normal P-Plot Pada Uji Normalitas ... 87

14. Analisis Statistik ... 88

15. Grafik Heteroskedastisitas ... 88

16. Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas... 88

17. Hasil Uji Multikolinearitas ... 89

18. Hasil Regresi Linear Berganda ... 89

19 Koefisien Determinasi (R2) ... 89

20. Hasil Uji t ... 90

21. Hasil Uji F ... 90

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan dan pergeseran zaman memang tidak bisa dielakkan oleh siapapun. Mereka yang enggan mengikutinya dipastikan akan tertinggal dan tersisihkan dari persaingan. Tuntutan ini pun berlaku bagi tren bisnis hingga sistem perekonomian di muka bumi ini. Para pelaku bisnis perlu terus menyesuaikan cara mereka menjalankan bisnisnya.

Ekonomi dan Islam juga tidak bisa dipisahkan dimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad S.A.W yang membawa ajaran islam juga merupak saudagar / pelaku bisnis, namun beliau juga mengajarkan kita bagaimana berdagang dengan jujur, menghindari ribah dan tidak menjual yang haram sebagai mana dalam ilmu Fiqih dan kaidah ilmu Syari’ah lainnya.

Mengenai halal dan haram adalah dua kata yang sangat berbeda dalam Islam dimana halal adalah kewajiban yang harus dipenuhi sedangkan haram adalah kewajiban yang harus ditinggalkan. Berkaitan dengan makanan minuman dan pakaian ummat Islam wajib mengkonsumsi yang halal dan apabila makanan dan minumannya yang haram maka wajib meninggalkannya.

Melihat kondisi diatas Indonesia merupakan pasar yang potensial dan menggairahkan bagi produk-produk untuk solusi pelengkap/kebutuhan sehari-hari.

Kita melihat iklannya yang ditayangkan di layar kaca setiap hari, atau yang tercetak diberbagai media massa. Mulai dari obat-obatan, makanan, dan kosmetik, kondisi ini tentu saja terkait dengan kebutuhan penduduk Indonesia yang mayorita

(18)

kondisi ini tentu saja terkait dengan kebutuhan penduduk Indonesia yang mayoritas ummat muslim. Hal tersebut tentu saja merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi perusahaan-perusahaan makanan yang berkembang di seluruh Indonesia. Sehingga muncullah perusahaan-perusahaan makanan dari berbagai lokal. Oleh karena banyaknya jumlah perusahaan makanan yang ada di Indonesia maka syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan dengan menciptakan dan mempertahankan pelanggan.

Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan tersebut harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan produk yang diinginkan konsumen dengan kualitas yang pantas. Dengan demikian setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat bergantung pada perilaku konsumennya. Melalui pemahaman perilaku konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya serta tidak kalah pentingnya adalah memberikan kepuasan secara lebih baik kepada konsumennya.

Menurut Kotler (2008:28) pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran sebagai subyek pengambilan keputusan merupakan serangkaian tindak terpogram untuk memastikan bahwa

(19)

semua operasi pemasaran dapat terorganisasi dan sesuai dengan sasaran.

Di Indonesia yang 90% penduduknya muslim seharusnya bisa menjaga nilai-nilai agama termasuk dalam hal mengkonsumsi makanan, dewasa ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi apakah telah membawa kita lupa akan nilai-nilai agama yang harus dijaga, sebagai umat yang beragama tentu saja hal ini tetap menjadi dasar bagi umatnya dalam berperilaku. Sejalan dengan ajaran Islam, umat Islam menghendaki agar produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan kesucianya. Menurut ajaran Islam, mengkonsumsi yang halal, suci dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya wajib.

Tabel 1.1

Berdasarkan tabel di atas, jelas tampak bahwa penduduk Indonesia sebahagian besar penduduknya beragama Islam. Komunitas muslim di seluruh dunia terutama Negara Indonesia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus (konsumsi produk halal) mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur dalam ajaran Islam yang disebut dengan

(20)

Syariat. Dalam ajaran Syariat tidak diperkenankan bagi kaum muslim untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran syariat Islam. Dengan adanya aturan yang tegas ini, makapara pemasar (produk halal) memiliki kesempatan untuk mengincar pasar konsumen khusus dari kaum Muslimin dengan label halal.

Melihat kasus-kasus besar yang berkaitan dengan kehalalan produk pangan telah terjadi di Indonesia dan telah merugikan banyak pihak, serta menimbulkan keresahan masyarakat. Kasus pertama terjadi pada tahun 1988, yaitu adanya isu lemak babi pada banyak produk pangan, sedangkan kasus kedua adalah haramnya MSG Ajinomoto yang sebelumnya telah dinyatakan halal, ini terjadi pada tahun 2000.

Heboh yang melanda Indonesia akibat masalah keharaman penyedap masakan Ajinomoto menyadarkan kepada kita betapa besar dampak yang ditimbulkan. Dari segi materi kerugian yang diderita oleh PT. Ajinomoto Indonesia dapat mencapai puluhan milyaran rupiah, apalagi jika tuntutan YLKI, konsumen dan para pedagang eceran dipenuhi, tentu kerugian materi ini akan lebih besar pula.Tentu saja konsekuensi semua produsen pangan harus memenuhi ketentuan memproduksi dan mengedarkan bahan pangan halal, kecuali untuk konsumen non-muslim. Karena mengingat sebagian besar penduduk Indonesiaadalah muslim, maka sangat wajar apabila diharuskan semua bahan pangan yang diproduksi dan diedarkan di Indonesia adalah makanan dan minuman yang halal, kecuali makanan dan minuman yang ditujukan non muslim.

(21)

Makanan yang tidak halal berarti didalam proses pembuatannya menggunakan zat-zat yang diharamkan secara Islam. Bagi umat Islam yang menyadari hal tersebut akan menciptakan perasaan tidak tenang dan keraguan saat memakannya. Label halal yang terdapat pada kemasan produk, akan mempermudah konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk. Di Indonesia penggunaan label halal sangatlah mudah ditentukan, pada produk makanan umumnya. Suatu produk yang tidak jelas bahan bakunya dan cara pengolahannya dapat saja “ditempeli” tulisan halal (dengan tulisan arab), maka seolah-olah produk tersebut telah halal dikonsumsi. Berikut label halal yang sering digunakan produsen untuk memberikan informasi kehalalan produknya.

Gambar 1.1.

Label Halal tanpa ada nama lembaga yang menjaminnya

Konsumen yang kurang memiliki pengetahuan tentang label halal akan beranggapan bahwa label diatas yang tercantum dalam produk yang dibelinya adalah label halal yang sah. Padahal penentuan halal pada suatu produk, tidak bisa hanya asal tempel, harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan syari’at Islam yang melibatkan pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik agama maupun ilmu-ilmu lain yang mendukung.

Belajar dari kasus-kasus yang terjadi seperti pada tahun 1988 tersebut, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) berusaha berperan untuk menenteramkan

(22)

umat Islam dalam masalah kehalalan produk dengan cara mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI). Lembaga ini dibentuk untuk membantu Majelis Ulama Indonesia dalam menentukan kebijakan, merumuskan ketentuan-ketentuan, rekomendasi, dan bimbingan yang menyangkut pangan, obat-obatan dan kosmetik sesuai dengan ajaran Islam.

Dengan kata lain LPPOM MUI didirikan agar dapat memberikan rasa tentram pada umat tentang produk yang dikonsumsinya. Lembaga inilah yang sebenarnya berwenang memberi sertifikat halal kepada perusahaan yang akan mencantumkan label halal. Berikut label halal resmi dari MUI.

Gambar 1.2 Label halal resmi MUI

Berbagai pendapat tentang produk halal, semakin memperkuat indikasi semangat bersyari’at Islam. Menurut hasil polling yang diselenggarakan oleh situs indohalal.com, Yayasan Halalan Thoyyiban dan LPOM MUI akhir tahun 2002,77,6% responden menjadikan jaminan kehalalan sebagai pertimbangan pertama dalam berbelanja produk (makanan, minuman, obat dan kosmetik).

Mereka (93,9%) setuju bila pada setiap kemasan produk bersertifikat halal, wajib dicantumkan label dan nomor bersertifikat halal.

Sebagaimana dikemukakan uraian di atas, masalah kehalalan produk yang akan dikonsumsi merupakan persoalan yang sangat besar, sehingga apa yang akan

(23)

dikonsumsi itu benar-benar halal dan tidak tercampur sedikitpun dengan barang haram. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti, sertifikat halal sebagai bukti penetapan fatwa halal bagi suatu produk yang dikeluarkan oleh MUI dan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan keberadaanya (Departemen Agama 2013: 14).

Peraturan Pemerintah dan Fatwa MUI sangat diperlukan untuk mengambil jalan tengah, serta menenteramkan jiwa umat muslim, dengan diterbitkanya peraturan tentang jaminan produk halal ini akan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat bahwa setiap produk yang bertanda label halal resmi dari MUI dijamin halal sesuai syari’at Islam dan hukum positif, sehingga masyarakat tidak perlu ragu dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan produk halal dengan rasa aman, karena dilindungi oleh hukum. Untuk mengetahui hal tersebut, konsumen harus lebih mengetahui tentang label halal yang terdapat dalam produk tersebut.

Bisnis yang bergerak dalam usaha pangan di kota Medan saat ini jumlahnya cukup banyak, salah satunya adalah bisnis bika ambon. Bika ambon adalah salah satu makanan khas kota Medan yang cukup fenomenal. Mulai diproduksi secara massal dan diperdagangkan sekitar tahun 1980-an. Jalan Mojopahit Medan yang sejak lama populer merupakan pusatnya jajanan oleh-oleh (buah tangan) bika ambon khas Medan. Penduduk Medan yang bepergian ke daerah lain dan ingin membawa oleh-oleh yang khas, biasanya akan datang ke lokasi ini membeli bika ambon. Begitu juga halnya para pendatang, ketika akan pulang ke daerahnya tidak lupa membawa bika ambon sebagai buah tangan

(24)

istimewa dari Medan.

Bika ambon Ahun Medan menciptakan sebuah nuansa islami pada produk- produknya, variasi produk bika ambon juga mempunyai berbagai rasa, sehingga mampu menarik perhatian pelanggan muslim maupun non muslim. Penggunaan bahan baku sudah mendapat sertifikat kehalalan dari MUI merupakan keunggulan produknya.

Maka dengan adanya label halal MUI pada produk bika ambon ahun tersebut membawa pengaruh dalam menarik minat beli konsumen muslim khusunya dikota medan.

Keputusan membeli ada pada diri konsumen. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli produk dan merek tertentu.

Diantaranya adalah ia akan membeli produk yang sesuai kebutuhannya, seleranya, dan daya belinya. Konsumen tentu akan memilih produk yang bermutu lebih baik dengan harga yang lebih murah.

Konsumen memutuskan membeli suatu produk dapat dilihat dari segi situasi ekonomi, kepribadian dan konsep diri, motivasi, persepsi, pembelajaran, kepercayaan dan sikap. Ketika konsumen akan bertindak sesuai dengan keinginannya, maka keputusan konsumen terhadap pembelian suatu produk akan semakin kuat. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu memberikan perilaku yang mungkin muncul dalam pembelian suatu produk.

Melihat kenyataan yang terjadi sekarang, banyak persaingan antar pengusaha dalam melabelkan makanan atau produk mereka yang halal untuk dikonsumsi masyarakat luas dan hal tersebut dapat mempengaruhi minat beli

(25)

konsumen dalam membeli suatu produk. Dari hal ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Atribut Produk dan Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon AHUN di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui :

1. Apakah Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan ?

2. Apakah Kemasan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan ?

3. Apakah Layanan Pelengkap berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan ?

4. Apakah Jaminan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan ?

5. Apakah label halal MUI berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan ?

6. Apakah Merek, Kemasan, Pemberian Label, Layanan Pelengkap, Garansi dan Label Halal Mui secara bersama-sama berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Merek terhadap Keputusan

(26)

Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kemasan terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Layanan Pelengkap terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Jaminan terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh label halal MUI terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis secara bersama-sama pengaruh Merek, Kemasan, Pemberian Label, Layanan Pelengkap, Jaminan dan Label MUI terhadap Keputusan Pembelian Bika Ambon Ahun di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha melabelisasikan produknya dengan label halal MUI di masa yang akan datang.

2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi semua pihak yang berminat terhadap bidang manajemen pemasaran terutama yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang manajemen pemasaran, yaitu yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran, khususnya pengaruh atribut produk dan label halal MUI terhadap keputusan pembelian konsumen.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (2009 :5) menyatakan bahwa pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.

Menurut Djaslim (2007:1) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Bagi suatu perusahaan, aktivitas pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting, karena menurut Kotler (2009 :17), aktivitas pemasaran diarahkan untuk menciptakan pertukaran yang memungkinkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Selain itu aktivitas pemasaran dilakukan untuk pencapaian tujuan perusahaan yang sesuai dengan harapan.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran mencakup keseluruhan aktivitas yang dikelola perusahaan dalam rangka menciptakan produk yang tepat dan kemudian memastikan produk tersebut sampai ke tangan konsumen dengan urutan proses atau langkah-langkah yang telah dirancang agar memudahkan perusahaan dalam pencapaian tujuan.

(28)

2.1.2 Pengertian Produk

Kotler (2008: 231) mendefenisikan bahwa produk adalah suatu sifat yang kompleks dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestasi perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Batasan produk adalah suatu yang dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa suatu benda ( object ), rasa ( service ), kegiatan ( acting ), orang ( person ), tempat ( place ), organisasi dan gagasan dimana suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.

Definisi lain tentang produk menurut Swasta dan Sukotjo (2008:18) menyatakan bahwa suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestasi perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dari definisi tentang produk diatas pada dasarnya semua pendapat memberi suatu makna yaitu produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia, baik yang dapat diraba atau nyata maupun tidak dapat diraba atau jasa atau layanan. Batasan produk adalah suatu yang dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan

Nurudin (2007:192) mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat bagi konsumen, oleh karena itu mutu atau kualitas produk sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan atau produsen dalam rangka memenuhi satisfaction customer.

(29)

2.1.3 Atribut Produk

Kotler (2008: 152) menyatakan bahwa atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

Definisi produk menurut Stanton (2007:119) sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata didalamnya sudah tercakup warna, kemasan, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik, serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai suatu yang bisa memuaskan keinginannya. Fandy Tjiptono (2008:213) atribut produk meliputi:

1. Merek, merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut produk lain yang diharapkan dapat memberikan identitas dan differensiasi terhadap produk lainnya.

2. Kemasan, merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk.

3. Pemberian label (labeling) merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjualan, sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau bisa merupakan etiket ( tanda pengenal) yang dicantumkan dalam produk.

4. Layanan Pelengkap ( suplementari service ) dapat diklasifikasikan: informasi, konsultasi, ordering, hospiteli, caretaking, billing, pembayaran.

5. Jaminan (garansi) yaitu janji yang merupakan kewajiban produsen atas produk pada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila

(30)

produk ternyata tidak berfungsi sebagaimana yang dijanjikan.

Dengan adanya atribut yang melekat pada suatu produk yang digunakan konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan dan keinginan. Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.

2.2 Label Halal

2.2.1 Label

Labeling berkaitan erat dengan pemasaran. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual.

Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan artikel (tanda pengenal) yang menempel atau melekat pada produk. Secara garis besar terdapat tiga macam label (Wahyu 2013: 16), yaitu:

1. Brand Label, yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan.

2. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi obyektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.

3. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka, atau kata.

1. Identifies (mengidentifikasi): label dapat menerangkan mengenai produk.

(31)

2. Grade (nilai kelas): label dapat menunjukkan nilai kelas dari produk. Produk usaha peach kalengan diberi nilai A, B, dan C menunjukkan tingkat mutu.

3. Describe (memberikan keterangan), label menunjukkan keterangan mengenai siapa produsen dari produk dimana produk dibuat, kapan produk dibuat, apa komposisi dari produk dan bagaimana cara penggunaan produk secara aman.

4. Promote (mempromosikan): label mempromosikan produk lewat gambar dan warna yang menarik.

Adapun sejumlah keterangan yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apakah produk yang dibeli mengandung unsur-unsur yang diharamkan atau membahayakan bagi kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Keterangan bahan tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang tidak digunakan sebagai bahan utamayang ditambahkan dalam proses teknologi produksi. Kebanyakan produsen tidak merinci jenis bahan-bahan tambahan yang digunakan.

Biasanya digunakan istilah-istilah umum kelompok seperti stabilizer (jenis bahan seperti bubuk pati dan dextrin dan lainya yang dapat menstabilkan dan mengentalkan makanan dengan suhu kelembaban yang lebih tinggi), pewarna, flavor, enzim (senyawa protein yang digunakan untuk hydrolysis atau sintetis bahan-bahan organik yang digunakan untuk bahan makanan), antoi foaming, gelling agent, atau hanya menyantumkan kode Internasional untuk bahan tambahan makanan padahal, bahan-bahan tersebut rawan haram.

2. Komposisi dan nilai gizi

Secara umum informasi gizi yang diberikan adalah kadar air, kadar protein,

(32)

kadar lemak, vitamin dan mineral.

3. Batas kedaluwarsa

Sebuah produk harus dilengkapi dengan tanggal kedaluwarsa yang menyatakan umur pemkaian dan kelayakan pemakaian atau penggunaan produk. Menurut PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pasal 27 Ayat 2 berbunyi: “Baik digunakan sebelum tanggal sesuai dengan jenis dandaya tahan produk yang bersangkutan”. Sedangkan Ayat 3 berbunyi

“Dalam hal produk pangan yang kedaluwarsa lebih dari tiga bulan dibolehkan hanya mencantumkan bulan dan tahun kedaluwarsa saja”.

4. Keterangan legalitas

Keterangan legalitas memberikan informasi bahwa produk telah tedaftar dibadan pengawasan obat dan makanan (Badan POM), berupa kode nomor registrasi. Kode MD dan SP adalah untuk makanan lokal dan ML untuk makanan impor. Namun masih banyak produk yang berlabel halal, akan tetapi tidak terdaftar sebagai produk yang telah disertifikasi halal, hal ini khususnya produk yang berkode SP atau tidak berkode sama sekali.

2.2.2 Halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan “tidak terikat”.Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya.

Serifikat halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada

(33)

kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Adapun yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam (Burhanuddin, 2011: 140) yaitu:

1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran,- kotoran dan sebagainya.

3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam.

4. Semua tempat penyimpanan, tenpat penjualan, pengolahan, tempat pengolahan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat Islam.

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

2.2.3 Label Halal

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang label halal dan iklan pangan menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.

Setiap orang yang memproduksi pangan yang dikemas dalam wilayah Indonesia untuk diperdangankan wajib mencantumkan label di dalam, dan atau di kemasan pangan. Label dimaksud tidak mudah lepas dari kemasan pangan yang mudah di lihat dan dibaca.

(34)

Gambar 2.1 Label halal resmi MUI

Menurut peraturan Pemerintah Pasal 10 Nomor 69, setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdangankan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

Sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mencantumkan label halal.

Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap konsumen, serta meningkatkan daya saing produk dalam negeri dalam rangka meningkatkan pendapatan Nasional. Tiga sasaran utama yang ingin dicapai adalah:

1. Menguntungkan konsumen dengan memberikan perlindungan dan kepastian hukum.

2. Menguntungkan produsen dengan peningkatan daya saing dan omsetproduksi dalam penjualan.

3. Menguntungkan pemerintah dengan mendapatkan tambahan pemasukan terhadap kas Negara.

(35)

Keputusan Menteri Pertanian dalam Undang-Undang Pangan tentang Label Pasal 30 Ayat 2 berbunyi : Label sebagaimana yang dimaksud Ayat 1 sekurang-kurangnya mengenai beberapa hal yang terkandung:

1. Nama produk

2. Daftar bahan yang digunakan 3. Berat bersih atau isi bersih

4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia

5. Keterangan tentang halal

6. Tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa.

Khusus mengenai Pasal 30 Ayat 2 e dalam penjelasan Undang-Undang pangan disebutkan bahwa keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Namun pencantumanya pada label pangan baru merupakan kewajiban apabila setiap orang yang memproduksi pangan dan atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan menyatakan bahwa pangan yang bersangkutan adalah halal bagi umat Islam. Hal yang sama juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Keterangan halal tersebut dimaksudkan agar masyarakat (umat Islam) terhindar dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal (haram).

2.3 Keputusan Pembeli

2.3.1 Perilaku Konsumen

Menurut Sumarwan (2011:1) dalam bukunya “Perilaku Konsumen Teori

(36)

dan Penerapannya dalam Pemasaran”, terdapat beberapa kunci yang kita dapatkan dari kata konsumen.

1. Pelanggan, pemakai, pengguna, pembeli, pengambil keputusan.

2. Barang, jasa, merek, harga, kemasan, kualitas, kredit, took, layanan purna jual.

3. Menawar, mencari informasi, membandingkan merek.

4. Persepsi, preferensi, sikap, loyalitas, kepuasan, motivasi, gaya hidup. Menurut Sutisna (2003: 48) Perilaku konsumen dalam pembelianya dapat

dikelompokkan menjadi empat tipe perilaku antara lain:

1. Konsumen yang melakukan pembelianya dengan pembuatan keputusan (timbul kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi merek, serta memutuskan pembelian) dan dalam pembelianya memerlukan keterlibatan tinggi. Dua interaksi ini menghasilkan tipe perilaku pembelian yang kompleks (complex decision making).

2. Perilaku konsumen yang melakukan pembelian terhadap satu tahap tertentu secara berulang-ulang dan konsumen mempunyai keterlibatan tinggi dalam proses pembelianya. Perilaku konsumen seperti ini menghasilkan tipe perilaku konsumen yang loyal terhadap merek (brandloyalty).

3. Perilaku konsumen yang melakukan pembelianya dengan pembuatan keputusan dan pada proses pembelianya konsumen merasa kurang terlibat.

Perilaku pembelian seperti ini menghasilkan tipe perilaku konsumen (limited decision making).

4. Perilaku konsumen yang dalam pembelian atas suatu merek produk berdasarkan kebiasaan dan pada saat melakukan pembelian konsumen merasa

(37)

kurang terlibat. Perilaku seperti ini menghasilkan perilaku konsumen tipe (inertia). Inertia merupakan perilaku konsumen yang berulang kali dilakukan, tetapi sebenarnya konsumen ini tidak loyal karena mudah mengubah pilihan mereknya jika ada stimulus yang menarik, misalkan orang akan mengubah pilihan mereknya jika merek lain melakukan potongan harga atau memberikan kupon belanja.

2.3.2 Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan konsumen (consumer beliefs) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek, atribut, dan manfaatnya.Obyek dapat berupa produk, orang perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan atau sikap. Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh obyek. Terdapat dua jenis atribut, pertama atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk, yang kedua atribut ekstrinsik segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama merek, kemasan, dan label. Akhirnya, manfaat (benefit) adalah hasil positif yang diberikan kepada konsumen (Mowen & Minor, 2002: 312)

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen

Keputusan pembelian dari konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting. Faktor-faktor ini sangat penting untuk diketahui bagi pemasar agar dapat menentukan strategi yang akan diterapkan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Kotler (dalam Zuliana, 2012: 22) bahwa perilaku pembelian konsumen

(38)

dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Masing- masing dari faktor-faktor tersebut memiliki sub faktor yang menjadi elemen pembentuknya. Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas.

Tabel 2.1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

Budaya Sosial Pribadi Psikologi

1. Budaya 1. Kelompok 1. Umur dan 1. Motivasi

2. Sub budaya acuan tahap siklus 2. Persepsi

3. Kelas social 2. Keluarga hidup 3. Pengetahuan

3. Peran dan pekerjaan 4. Keyakinan PEMBELI

Status 2. Keadaan dan sikap

ekonomi

3. Gaya hidup

4. Kepribadian

dan konsep

diri

1. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang sangat luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen, mencakup budaya, sub budaya, dan kelas social konsumen. Budaya adalah suatu nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku dari keluarga dan institusi lainnya. Setiap perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang berlaku pada suatu daerah tertentu, untuk itu perusahaan harus tahu produknya itu dipasarkan pada suatu daerah yang berkebudayaan seperti apa dan bagaimana (conditional). Sub-budaya adalah kelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub budaya meliputi nasionalis, agama, kelompok ras dan wilayah geografis. Bagian pemasaran harus merancang produk dan program pemasaran yang

(39)

disesuaikan dengan kebutuhan mereka (konsumen).

Kelas sosial adalah divisi atau bagian-bagian masyarakat yang relative permanen dan teratur dengan para anggotanya yang mengikuti nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, misalnya pendapatan, tetapi ditentukan sebagai suatu kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kekayaan.

2. Faktor Sosial

Selain faktor-faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen. Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau tingkah laku seseorang, Seperti teman,saudara, tetangga dan rekan kerja. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku pembelian.

Sedangkan peran status seseorang yang berpartisipasi diberbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang sering kali memilih produk yang menunjukkan status mereka dalam masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup, pekerjaaan, keadaan ekonomi dan gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Usia berhubungan erat

(40)

dengan perilaku dan selera seseorang, dengan bertambahnya usia seseorang diikuti pula dengan berubahnya selera terhadap produk begitu juga dengan faktor pekerjaan dan keadaan ekonomi. Pilihan produk sangat dipengaruhioleh keadaan ekonomi seseorang. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang,memposisikan kembali dan mengubah harga produk.

Gaya hidup adalah polahidup seesorang di dunia yang diwujudkan dalam aktivitas, interes dan opininya yang menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkunganya. Sedangkan kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan disekitarnya.

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi pilihan pembelian terdiri dari empat faktor, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak, dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang, sedangkan persepsi adalah proses yang digunakan seseorang dalam memilih, mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak, bagaimana seseorang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu.

Dalam perilaku konsumen yang dipengaruhi faktor budaya, sosial,pribadi dan

(41)

psikologis dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelian suatu produk khususnya dalam pengambilan keputusan. Para pembeli dipengaruhi oleh empat faktor tersebut, meskipun pengaruhnya pada setiap konsumen berbeda- beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen ini akan dapat menghasilkan petunjuk bagaimana meraih dan melayani konsumen secara lebih efektif dan efisien.

2.3.4 Pengambilan Keputusan Membeli

Semenjak tahun 1970-an dan sampai awal tahun 1990-an, para peneliti memandang konsumen sebagai pengambil keputusan. Dari perspektif ini, pembelian merupakan hasil dimana konsumen merasa mengalami masalah dan kemudian memulai proes rasional menyelesaikan masalah tersebut. Perspektif pengambilan keputusan (decision-making perspective) menggambarkan seseorang consumers sedang melakukan serangkaian langkah-langkah tertentu pada saat melakukan pembelian (Mowen & Minor, 2002 : 11). Dari perspektif ini, pembelian merupakan hasil dimana konsumen merasa mengalami masalah dan kemudian memulai proes rasional menyelesaikan masalah tersebut.

Proses pengambilan keputusan yang luas terjadi untuk kepentingan khusus konsumen atau kepentingan yang membutuhkan keterlibatan tinggi. Tingkat keterlibatan tinggi merupakan karakteristik konsumen. Konsumen dikatakan memilih tingkat keterlibatan tinggi jika dalam membeli suatu produk/jasa, mereka meluangkan cukup banyak waktu, perhatian dan usaha untuk membandingkan berbagai merek dan lokasi penjualan (Tjiptono dalam Wahyu, 2013: 25) Konsumen dikatakan memilih tingkat keterlibatan tinggi jika dalam membeli

(42)

suatu produk/jasa, mereka meluangkan cukup banyak waktu, perhatian dan usaha untuk membandingkan berbagai merek dan lokasi penjualan (Tjiptono dalam Wahyu, 2013: 25). Semenjak tahun 1970-an dan sampai awal tahun 1990-an, para peneliti memandang konsumen sebagai pengambil keputusan. Dari perspektif ini, pembelian merupakan hasil dimana konsumen merasa mengalami masalah dan kemudian memulai proes rasional menyelesaikan masalah tersebut Proses pengambilan keputusan yang luas terjadi untuk kepentingan khusus konsumen atau kepentingan yang membutuhkan keterlibatan tinggi..

Pengenalan Masalah (Generik)

Pencarian Informasi (Internal, eksternal)

Evaluasi Alternatif (Attribut, aturan keputusan, kompleks, banyak alternatif)

Keputusan Pembelian (Pembelian)

Purnabeli

(Ketidakcocokan, evaluasi Gambar 2.2

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

(43)

2.4 Label Halal LPPOM MUI

2.4.1 Jaminan Halal dari Produsen

Masa berlaku Sertifikat Halal adalah 2 (dua) tahun, sehingga untukmenjaga konsistensi produksi selama berlakunya sertifikat, LPPOM MUI memberikan ketentuan bagi perusahaan sebagai berikut:

1. Sebelum produsen mengajukan sertifikat halal terlebih dahulu harus mempersiapkan Sistem Jaminan Halal. Penjelasan rinci tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk kepada Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI.

2. Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang atau tim Auditor HalalInte rnal (AHI) yang bertanggung jawab dalam menjamin pelaksanaan produksi halal.

3. Berkewajiban menandatangani kesediaan untuk diinpesksi secaramendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI.

4. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal.

Dari jutaan produsen makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk lainya baru sebagian kecil pelaku usaha yang menerapkan sistem jaminan produksi halal dan menggunakan tanda halal. Peraturan Pemerintah tentang jaminan produk halal ini memberikan kebebasan bagi produsen untuk menerapkan sistem jaminan produksi halal atau tidak.

Tetapi bagi produsen yang menerapkan sistem jaminan produksi halal dan mengedarkan produk makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk lainnya

(44)

yang digunakan oleh orang Islam wajib diperiksa oleh lembaga pemeriksa halal dan mendapat sertifikat halal dari MUI yang dikukuhkan oleh Menteri serta mencantumkan tanda halal resmi dari pemerintah. Dari jutaan produsen makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk lainya baru sebagian kecil pelaku usaha yang menerapkan sistem jaminan produksi halal dan menggunakan tanda halal

Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat sertifikat halal, MUI menetapkan dan menekankan bahwa jika sewaktu-waktu ternyata diketahui produk tersebut mengandung unsur-unsur barang haram, MUI berhak mencabut sertifikat halal produk bersangkutan.

2.4.2 Prosedur Sertifikasi Halal

Menurut Departemen Agama (2003: 74) kelemahan utama progam labelisasi halal dan sertifikasi halal selama ini adalah lemahnya sosialisasi baik pada lingkungan pemerintah, produsen atau pengusaha dan masyarakat sehingga menghambat progam tersebut. Demi kelancaran proses sertifikasi dan labelisasi halal, maka penulis menjabarkan alur proses pelaksanaan sertifikasi dan labelisasi halal melewati beberapa prosedurantara lain:

1. Setiap produsen yang mengajukan sertifikat halal bagi produknya, harus mengisi formulir yang telah disediakan dengan melampirkan

a. Spesifikasi dan sertifikasi halal bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta bagan alur proses produksi.

b. Sertifikat halal atau surat keterangan halal dari MUI daerah (produk lokal) atau sertifikat halal dari lembaga Islam yang telah diakui oleh MUI (produk impor) untuk bahan yang berasal dari hewan dan turunanya.

(45)

c. Sistem jaminan halal yang diuraikan dalam panduan halal beserta prosedur baku pelaksanaanya.

2. Tim auditor LPPOM MUI melakukan pemerikasaan atau audit kelokasi produsen setelah formulir beserta lampiran-lampiranya dikembalikan ke LP POM MUI dan diperiksa kelengkapanya.

3. Hasil pemeriksaan atau audit dan hasil labolatorium dievaluasi dalamrapat tenaga ahli LPPOM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan,maka dibuat laporan hasil audit untuk diajukan kepada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalanya.

4. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.

5. Sertifikat halal dikeluarkan oleh majelis ulama Indonesia setelah ditetapkan status kehalalanya oleh Komisi Fatwa MUI.

6. Perusahaan yang produknya telah mendapat sertifikat halal, harus mengangkat auditor halal internal sebagai bagian dari sistem jaminan halal.

Jika kemudian ada perubahan dalam penggunaan bahan baku,bahan tambahan atau bahan penolong pada proses produksinya, auditor halal internal diwajibkan segera melaporkan untuk mendapat “ketidak beratan penggunaanya”. Bila ada perusahaan yang terkait denganproduk halal hasil dikonsultasikan dengan LP POM MUI oleh auditorhalal internal.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dan telah diteliti oleh beberapa peneliti yaitu :

(46)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

N0 Judul Peneliti / Metode

Hasil Penelitian Tahun Analisis

1. Pengaruh Labelisasi Zuliana Analisis Dapat diambil simpulan Halal Terhadap Ropiqoh Statistik bahwa Labelisasi halal Keputusan (2012) Deskriptif berpengaruh positif

Konsumen Membeli terhadap keputusan

Produk Mie Instant konsumen membeli produk

Indofood mie instan indofood.

2. Analisis faktor-faktor Lovidya Regresi Linier Tingkat kesadaran terhadap yang Mempengaruhi Helmi Berganda kesehatan (healty

Keinginan untuk

(2012)

consciounness) memiliki

Membeli Produk hubungan positif yang kuat

Makanan Organik dengan keinginan untuk

yang Berlabel Halal membeli produk organic

berlabel halal.

3. Pengaruh Label Wahyu Budi Desain Label halal yang terdapat Halal terhadap Utami eksplanatif pada kemasan produk

Keputusan Membeli (2013) kosmetik wardah memiliki

(Survei pada hubungan yang signifikan

Pembeli Produk terhadap keputusan

Kosmetik Wardah di membeli. Ditunjukkan

Outlet Wardah Griya dengan nilai 0,666 > r tabel

Muslim Yogyakarta (0,207).

4 Analisis Pengaruh Dwi Adi Hasil Penelitian

Label Halal Pranoto, menunjukkan label jaminan

Terhadap Jumeri, mutu pada produk olahan

Keputusan Muhammad pangan nabati dan hewani

Pembelian Produk Affan Fajar yang meliputi label halal

Bakpia di Kota Falah memiliki pengaruh signifikan

Yogyakarta (2014) terhadap keputusan

pembelian konsumen, sehingga produsen dapat mempertimbangkan pencantuman label

5. Pengaruh Atribut Vivi Regresi Hasil analisis menunjukkan Produk Dan Label Rahmawati Berganda bahwa: 1) atribut produk

Halal Sebagai (2015) berpengaruh secara

Variabel Moderating langsung signifikan terhadap

Terhadap keputusan pembelian. 2)

Keputusan label halal dapat

Pembelian Produk memperkuat hubungan

Kosmetik Wardah langsung antara pengaruh

DiKota Semarang atribut produk terhadap

keputusan pembelian.

Adjusted R Square sebesar 77,6%.

(47)

2.6 Kerangka Konseptual (Pemikiran)

2.6.1 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli. Atribut yang melekat pada suatu produk digunakan oleh konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk yang digunakan untuk memutuskan dalam melakukan pembelian. Dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka perusahaan dapat menentukan strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.

Keberadaan merek memiliki sifat yang khas pada suatu produk, sifat yang khas inilah yang membedakan produk yang satu dengan yang lainnya. Merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol, atau lambang, desain, warna, atau kombinasi atribut produk lain yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.

Seiring berkembangnya waktu, kegunaan dari kemasan semakin berkembang. Kegunaan kemasan sebagai pelindung dan pembungkus suatu produk berubah menajadi posisi penting dalam memasarkan suatu produk. Selain sebagai pengemas produk, kemasan juga merupakan penampilan pertama dari citra pemasaran suatu produk. Kemasan harus menyampaikan informasi atau pesan yang jelas dan singkat untuk meraih perhatian konsumen dan tertarik dalam memutuskan pembelian.

Unsur lain yang terdapat di atribut produk yang berpengaruh terhadap

(48)

keputusan pembelian adalah layanan pelengkap. Layanan pelengkap berguna bagi konsumen dalam memutuskan pembelian. Dengan adanya layanan pelengkap, konsumen dapat mengetahui informasi dari suatu produknya sehingga konsumen tidak hanya membeli produk yang dapat memenuhi kebutuhannya saja, tetapi juga membeli produk yang menawarkan atribut produk yang terbaik salah satunya layanan pelengkap.

Begitu juga dengan jaminan yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, jamin merupakan salah satu faktor yang bisa berguna bagi konsumen dalam keputusan pembelian, dengan adanya jaminan konsumen tidak meragukan lagi terhadap suatu produk tersebut yang akan dibelinya.

2.6.2 Pengaruh Label Halal MUI Terhadap Keputusan Pembelian

Masalah kehalalan produk yang akan dikonsumsi merupakan persoalan yang sangat besar, sehingga apa yang akan dikonsumsi itu benar-benar halal dan tidak tercampur sedikitpun dengan barang haram. Sertifikat halal sebagai bukti penetapan fatwa halal bagi suatu produk yang dikeluarkan oleh MUI dan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan keberadaanya (Departemen Agama 2013: 14). Maka dengan adanya sertifikat halal yang dikeluarkan MUI, dengan itu toko tersebut bisa mencantumkan Label halal MUI dalam kemasan produknya.

Dengan adanya Label Halal MUI memberikan pengaruh keputusan pembelian pada suatu produk.

Sikap yang dikembangkan terhadap suatu produk akan disesuaikan dengan kebutuhan ekspresi dan aktualisasi dirinya. Konsumen memiliki sikap dalam memutuskan pembelian bergantung pada kemampuan produk mengekspresikan

Gambar

Tabel 2.2  Penelitian Terdahulu
Tabel 4.1  Crosstab Umur  Umur  %  Total  15-25  25-35  35-45  45-55  >55  Jenis  Pria  7  14  6  2  2  37,35  31  Kelamin  Wanita  22  18  10  2  0  62,65  52  Total  29  32  16  4  1  100  83  Sumber: Lampiran 4
Gambar  4.1  dapat  dilihat  bahwa  residualdata  berdistribusi  normal,  hal  tersebutditunjukkan  oleh  distribusi  data  yang  berbentuk  loncengdan  tidak  menceng ke kiri atau ke kanan
Tabel 4.10  Analisis Statistik
+6

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh label halal dan harga produk terhadap keputusan

menunjukan bahwa penggunaan label halal, iklan , asosiasi merek dan celebrity endroser secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada

b) Nilai koefisien label halal sebesar 0,268 menyatakan jika label halal meningkat 1% maka keputusan pembelian meningkat 0,268%. Sebaliknya, jika label halal menurun 1%

Tugas Akhir ini diberi judul “Pengaruh Label Halal, Iklan Televisi, dan Celebrity Endorser terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah pada Wanita di

Sesuai hasil dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh label halal dan gaya hidup terhadap keputusan pembelian produk kosmetik wardah diperoleh bahwa

ABSTRAK' Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Lokasi, Harga dan Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Wardah Malang. Jenis penelitian ini adalah

Bauran Pemasaran Syariah dan Label Halal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi dari

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian yang telah dilakukan, mengenai pengaruh label halal, citra merek dan harga terhadap keputusan pembelian produk kosmetik