• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA DINAS PARIWISATA DENGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PERMANDIAN AIR TERJUN BANTIMURUNG KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KERJASAMA DINAS PARIWISATA DENGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PERMANDIAN AIR TERJUN BANTIMURUNG KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KERJASAMA DINAS PARIWISATA DENGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PERMANDIAN AIR TERJUN BANTIMURUNG

KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

Disusun dan Diusulkan Oleh :

ALDIANSYAH F

Nomor Induk Mahasiswa: 10564 02334 15

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

i

KERJASAMA DINAS PARIWISATA DENGAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PERMANDIAN AIR TERJUN BANTIMURUNG

KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun Dan Diusulkan Oleh :

ALDIANSYAH F

Nomor Induk Mahasiswa: 10564 02334 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v ABSTRAK

Aldiansyah F. 2021. Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. (dibimbing oleh Muhlis Madani dan Hardianto Hawing).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian fenomonologi dimana data dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak delapan orang terdiri dari dinas pariwisata, Luwu Utara, Camat Bone-Bone, Masyarakat dan masyarakat sekitar kawasan objek wisata, dengan teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi serta analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan kerjasama spontan dalam kegiatan pembangunan pada sektor pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat melalui laporan kinerja sesuai dengan tuntutan dari pemerintah merupakan langkah dalam membangun kepercayaan dalam proses kerjasama. Kerjasama langsung dimana dinas pariwisata melakukan perumusan perencanaan pembangunan serta penyediaan anggaran dan masyarakat melakukan pengerjaan dengan senantiasa memberikan laporan terkait capaian dalam kegiatan pembangunan dikawasan air terjun Bantimurung. Kerjasama kontrak terkait air terjun tersebut didapat pemerintah dari masyarakat, yang kemudian oleh pemerintah merencanakan pembangunan infrastruktur dengan berkerjasama dengan masyarakat yang mengerjakan pemabangunan sarana dan prasarana di objek wisata air terjun Bantimurung. Faktor pendukung dapat dilihat dari dua hal yaitu atraksi wisata dimana objek wisata air terjun Bantimurung menyediakan beberapa kegiaatan wisata yang dapat memanjakan wisatawan dan komitmen dinas pariwisata dalam pengembangan objek wisata dengan membangun kerjasama antara pemerintah daerah bersama masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan untuk berkunjung dan faktor penghambat anggaran pengelolaan pariwisata yang bersumber dari APBD masih sangat minim dalam rangka pengembangan infrastruktur dari wisata air terjun Bantimurung yang berdampak kepada kurangnya sarana dan prasarana yang menjadi fasilitas penunjang bagi wisatawan yang ingin melakukan kegiatan wisata.

Kata Kunci : Kerjasama, Pengelolaan, Pariwisata.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.

Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Hardianto Hawing S.T.,MA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda Almarhum Firmansyah dan Ibunda Herlina yang sangat berjasa dalam membersarkan, merawat dan memberikan pendidikan sampai jenjang saat ini, yang tidak pernah bosan untuk

(8)

vii

mendoakan, menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril maupun materil. Dan tak lupa pula kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Luwu Utara yang telah banyak memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

6. Saudara(i)ku anak Ilmu Pemerintahan angkatan 2015 selaku sahabat seperjuangan dalam meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran, dukungan, motivasi dan selalu setia menemani saya dalam membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

(9)

viii

Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan doanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 26 Agustus 2021 Penulis,

Aldiansyah F

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian. ... 6

D. Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Konsep Kerjasama ... 10

C. Konsep Pariwisata ... 17

D. Konsep Pemerintah Daerah ... 22

E. Kerangka Pikir ... 26

F. Fokus Penelitian ... 28

G. Deskripsi Fokus Penelitian. ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian. ... 31

B. Jenis Dan Tipe Penelitian. ... 31

C. Sumber Data. ... 32

D. Informan Penelitian. ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 33

F. Teknik Analisis Data. ... 34

G. Keabsahan Data ... 36

(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38 B. Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam

Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara ... 47 C. Faktor pendukung dan penghambat Kerjasama Dinas Pariwisata

Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. ... 62 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi, pariwisata merupakan sektor yang ikut berperan penting dalam usaha peningkatan pendapatan. Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman budaya, sehingga perlu adanya peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan sektor yang dianggap menguntungkan dan sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu aset yang di gunakan sebagai sumber yang menghasilkan bagi Bangsa dan Negara.

Sektor pariwisata merupakan kegiatan yang tak pernah mati dan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, lebih dikhususkan untuk pemerintah daerah, objek wisata akan menjadi pemasukan bagi daerah itu sendiri. Dengan berkembanganya pariwisata, akan mendongkrak sektor yang lain, seperti: kunjungan wisatawan, ekonomi kreatif, membuka kesempatan kerja, mengurangi pengangguran. Sektor pariwisata tidak bisa berdiri sendiri, dan harus didukung oleh kegiatan-kegiatan penunjang lainnya, yaitu: promosi wisata, fasilitas yang ditawarkan, akses transportasi dan tempat penginapan.

(13)

Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai Negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar. pengembangan pariwisata dalam menunjang pendapatan asli daerah pada khususnya merupakan pengembangan yang berencana serta menyeluruh, sehingga dapat diperoleh maanfat yang optimal bagi pemerintah, masyarakat baik dari segi ekonomi sosial dan kultur. Perencanaan tersebut harus menginttegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik dan sosial suatu wilayah.

Mengkaji mengenai peran dalam sektor pariwisata tentunya sudah tidak asing lagi bagi kehidupan kita. Pemerintah memiliki peran yang sangat sentral dalam sebuah industri pariwisata untuk menunjang pendapatan asli daerah terutama dalam pengelolaan dan pengembangannya. Peran pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan insfratruktur (tidak hanya bentuk fisik), memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi anatara aparutur pemerintah dengan wisata, pengaturan dan promosi umum keluar negeri.

Melihat dinamika perkembangan ekonomi di Indonesia, khususnya setelah diterbitkannya UU No. 23 tahun 2014 tentang Otonomi Daerah

(14)

memberikan dampak yang cukup besar. Pemerintah daerah diberikan kuasa penuh untuk mengelola potensi ekonomi yang terdapat di wilayahnya untuk dapat digunakan sebagai modal pembangunan daerah agar tidak bergantung lagi pada pemerintah pusat. Konsekuensi ini mendorong pemerintah daerah untuk dapat mengelola secara maksimal sumber daya ekonomi yang terdapat di daerah terkait, tidak terkecuali termasuk didalamnya adalah pada sektor pariwisata. Komitmen pemerintah daerah untuk memajukan daerahnya secara otomatis mendorong stakeholder daerah, dalam hal ini pemerintah yang bekerja sama dengan swasta untuk bersama sama mengelola dan membangun berbagai potensi pariwisata di daerahnya.

Dalam era reformasi dan otonomi perlu kondisi dimana pemerintah, swasta dan masyarakat dapat melakukan suatu kegiatan yang aman, tertib sesuai dengan aturan. Pemerintah perlu melibatan swasta oleh untuk menjamin proses desentralisasi secara baik dan tanggung jawab, karena sebagia stakeholders yang menentukan suksesnya otonomi daerah, serta untu dapat mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Pengelolaan urusan publik yang telah dilakukan oleh masyarakat

khususnya dalam bidang pariwisata telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Sehingga dalam pengelolaan sebuah objek wisata peran swasta sangat dibutuhkan. Yang artinya sebuah pengelolaan urusan publik tidak hanya bisa dikembangkan dan dikelola oleh pihak Pemerintah, tetapi masyarakat juga dapat memberikan pelayanan publik untuk masyarakat sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan antara pihak Pemerintah dan pihak ketiga (swasta).

(15)

Undang-Undang Pemerintah Daerah telah mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pemerintah harus serta melibatkan masyarakat dan masyarakat dalam pembangunan daerah yang terbagi dalam beberapa kegiatan.

Kemunculan konsep kerjasama adalah hasil perkembangan dalam aspek penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini telah berlangsung. Kerjasama merupakan tindakan yang dianggap tepat ketika dibutuhkan komunikasi dan peran antar aktor yang saling berhubungan dan membuat keuntungan.

Salah satu potensi wisata di Luwu Utara yang banyak diminati adalah wisata air terjun Bantimurung, yang terletak di Desa Bantimurung Kecamatan Bone-bone Kabupaten Luwu Utara. Pemanfaatan keindahan alam di wilayah ini memunculkan banyak lingkungan alami yang jika di kelola dengan baik dapat dijadikan sumber pemasukan bagi daerah melalui kegiatan wisata. Objek wisata yang terus di kembangkan adalah air terjun Bantimurung. Wisata Air Terjun Bantimurung terletak di Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya. Penduduk lokal daerah luwu utara juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Wisata Air Terjun Bantimurung di luwu Utara Sulawesi Selatan bisa dibilang sebuah wisata air yang memiliki beberapa akan fasilitas dan pelayanan di antaranya sebagai berikut : Area Parkir, kendaraan Mushola, Kamar mandi / MCK, Penginapan dan masih banyak lainya.

Melalui peraturan bupati Luwu Utara No. 88 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Obyek Wisata

(16)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maka perlu ada peningkatan pendapatan melalui pengelolaan objek wisata. Beberapa program terlah di buat demi meningkatkan potensi parowisata yang ada di Luwu Utara salah satunya dengan menyediakan Tourism Information Centre (TIC) atau pusat informasi wisata.

Sementara dalam pengelolaannya sendiri berdasarkan hasil observasi penulis dilokasi dan didukung masukan dari wisatawan serta masyarakat bahwa objek wisata Bantimurung masih minim sarana dan prasarana seperti:

Transportasi darat akses menuju lokasi objek wisata berupa jalan pengerasan, tempat parkir sarana parkir di kawasan objek wisata belum optimal di karenakan hanya kendaraan roda dua yang bisa menempati areal parkir tersebut, dan mampu menampung sekitar 25-30 kendaraan roda dua , listrik Belum ada akses listrik di kawasan objek wisata bantimurung, AKSES komunikasi belum ada akses komunikasi di lokasi objek wisata berupa jaringan telekomunikasi karna jarak dari tower pemancar signal sangatlah jauh, Fasilitas kesehatan belum ada fasilitas kesehatan di kawasan objek wisata bantimurung, sistem keamanan dan penyelamatan belum ada sistem keamanan dan penyelamatan yang ada di kawasan objek wisata

Berdasarkan data di atas maka pengelolaan objek wisata Bantimurung perlu lebih giat lagi dicanangkan agar dapat mendukung program pemerintah Kabupaten Luwu Utara dalam meningkatkan kegiatan pariwisata. Selain itu mengoptimalkan peran masyarakat menjadi salah satu upaya yang harus dilakukan.

(17)

Dari uraian latar belakang masalah di atas penulis tertarik melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul “Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara” yang berfokus kepada peningkatan sarana dan prasarana di lokasi objek wisata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?

2. Apa faktor yang mempengaruhi Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan maksud dari di lakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk melihat Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Kerjasama Dinas Pariwisata Dengan Masyarakat Dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun

Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

(18)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis :

Untuk mahasiswa yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai Collaborative Governance dalam Pengelolaan sektor wisata di Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone sehingga dapat meningkatkan kualitas pariwisata

2. Manfaat Praktis :

a. Manfaat untuk pemerintah

Pemerintah dapat mengetahui permasalahan sektor wisata yang terjadi dan membangun kerjasama dengan masyarakat dalam rangka mengatasi segala permasalahan yang terkait pariwisata terkhusus wisata Bantimurung di Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.

b. Manfaat untuk masyarakat

Masyarakat dapat memberikan sumbansi pemikiran kepada pemerintah terkait kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pengelolaan sektor pariwisata dan masyarakat dapat melihat kinerja dari pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pariwisata dengan pendekatan kearifan local.

(19)

8

Mahsyar (2015). Kerjasama Pemerintah Dan Swasta Dalam Pengelolaan Asset Publik Di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Makassar menyerahkan pengelolaan PT aset publik ke masyarakat karena keterbatasan sumber daya seperti pengelolaan dana konstruksi dan pemeliharaan, fasilitas dan personel. Hak Pengelolaan Aset Publik Bidang Karebosi dilakukan oleh Walikota Makassar dengan masyarakat dengan menggunakan model contracting out dalam bentuk penggunaan bersama sistem melalui model BGS (Guna Bangun Serah). Dalam modus kerjasama ini, masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam kontrak. Hasil kerjasama tersebut berdampak positif bagi kedua belah pihak yaitu kepada pemerintah kota untuk menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tidak lagi dibebani biaya sebesar pengelolaan dan pemeliharaan tanah, ketersediaan ruang publik yang nyaman dan area hijau di pusat kota. Masyarakat mendapatkan pemanfaatan tanah dan bawah tanah di sekitar lapangan sebagai kawasan bisnis. Masyarakat mendapat manfaat dari ketersediaan public ruang sebagai sarana rekreasi, olah raga, dan berbagai acara lainnya.

Mia Fairuza. (2017). Kerjasama Antar Stakeholder dalam Pembangunan Inklusif Pada Sektor Wisata (Studi Kasus Wisata Pulau Merah di Kabupaten Banyuwangi). Dalam pembangunan Inklusif pada sektor wisata pulau merah di

(20)

kabupaten banyuwangi, bahwa telah terjadi koaborasi antar stakeholder Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, Perum Perhutani dan Masyarakat Lokal. Kerjasama yang terbentuk adalah dalam konteks Pengelolaan dan Pengembangan Wisata Pulau Merah. Adapaun kendalanya adalah terdapat konflik terkait pembagian hasil dari sektor wisata pulau merah yang menurut masyrakat kurang adil.

Rintan Mirza Diani dan Yoanes Kevin Gratianus Simbolon. (2017).

Analisis Penerapan Collaborative Governance dalam Pengelolaan Pariwisata Bencana Lava Tour. Dalam Pengelolaan Wisata Bencana Lava Tour, telah terjadi proses Koaborasi diantara berbagai stakeholder antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Travel Tour, dan masyarakat Lokal. Dalam proses kerjasama tidak terjadi kendala apapun, karena pembagian tugas sudah terstruktur dengan baik dan koordinasi pun juga dilakukan dengan baik dan lancar.

Giat Tri Sambodo dan Ulung Pribadi. (2016). Pelaksanaan Collaborative Governance di Desa Budaya Brosot, Galur, Kulonprogo, DI. Yogyakarta.

Dalam Pelaksanaan Collaborative Governance di Desa Budaya Brosot telah terjadi kerjasama antar berbagai aktor yang terlibat, diantaranya adalah Kepala Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Kerjasama tersebut seringkali tersebut pada saat forum Arisan dan Rapat. Kerjasama tersebut juga terbentuk melalu kepanitiaan pada saat perayaan event budaya seperti Merti Desa, 17an, Upacara Tradisi, Festival Desa Budaya, dan Festifal Bentara Upacara.

(21)

B. Konsep Kerjasama a. Pengertian Kerjasama

Menurut Ramses dan Bowo (Domai, 2011) kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi dengan cara dinamis dalam mencapai suatu tujuan bersama. Secara teoritis, istilah kerjasama dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas pelayanan. Kerjasama telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari ekonomi skala misalnya, telah membuktikan keuntungan tersebut, dimana pembelian dalam skala besar atau lebih “threshold points” akan lebih meguntungkan daripada skala kecil. Melalui kerjasama tersebut biaya overhead teratasi meskipun dalam skala kecil. Sharing dalam investasi misalnya, akan memberkan hasil yang memuaskan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana. Kerjasama juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan misalnyadalam pemberian atau pengadaan fasilitas, dimana masing-masing pihak tidak dapat membelinya sendiri. Dengan kerjasama, fasilitas pelayanan yang mahal harganya dapat dibeli dan dinikmati bersma seperti pusat rekreasi, pendidikan orang dewasa, transportasi, dan sebagainya.

Anjuwaningsih, (2006) kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama. Sesuai dengan kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud ditentukan oleh suatu pola yang disepakati secara bersama-sama.

(22)

Bungin, (2011) perorangan atau kelompok guna mencapai satu atau lebih tujuan bersama. Kerjasama pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua atau lebih yang saling menguntungkan. Kerjasama merupakan aktivitas bersama dua orang atau lebih yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. Bowo dan Andi dalam (Saldiatul, 2007) Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama.

Saling menguntungkan bukan berarti bahwa kedua pihak yang bekerjasaa tersebut harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama serta memperoleh keuntungan yang sama besar. Akan tetapi, kedua pihak memberi konstribusi atau peran yang ssuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga keuntungan ataupun kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing- masing.

Kaswan, (2013) di mana dua atau tiga entitas atau orang terlibat di dalam pertukaran yang saling menguntungkan sebagai pengganti berkompetisi.”

Dalam istilah sederhana, Kerjasama memadukan ciri-ciri koordinasi dengan berbagai sumber daya. Menurut Thomson dan Perry (Kurniaji, 2016) kooperasi sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman interaksi,

(23)

integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana Cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah, sedangkan Collaboration pada tingkat yang paling tinggi. Kerjasama memahamkan untuk menggambarkan sebagai bentuk interaksi sosial, atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dijumpai semua kelompok manusia (Setiadi, 2006).

Menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati (Sumarni, 2016) Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada waktu yang sama memiliki cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai sutu tujuann bersama.

Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama. Jika suatu unsur tersebut tidaka termuat dalam satu objek yang dikaji, dapat dianggap bahwa pada objek itu tidak terdapat kerjasama.

Unsur dua pihak selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling mempengaruhi sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama penting dilakukan. Apabila hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan yang dmaksud bukanlah suatu kerjasama. Suatu interaksi meskipun bersifat dinais, tidak selalu berarti kerjasama. Suatu interaksi yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses interaksi, juga bukan

(24)

suatu kerjsama. Kerjasama senatiasa meempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi yang seimbang, serasi dan selaras.

Zainuddin, (2009) satu pihak dengan orang atau pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dan adanya nama yang mengatur, makna kerjasama dalam hal ini adalah kerjasama dalam kontek organisasi, yaitu kerja antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (seluruh anggota)

b. Bentuk kerjasama

Rosen (Domai, 2011) kerjasama dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu bentuk perjanjian dan bentuk pengaturan. Bentuk-bentuk perjanjian (forms of agreement) : dibedakan atas:

1. Handshake agreements, adalah pengaturan kerjasama yang tidak didasarkan atas perjanjian tertulis;

2. Written agreement, yaitu pengaturan kerjasama yang didasarkan atas perjanjian tertulis.

Bentuk “handshake agreement” merupakan bentuk yang dominan melahirkan konflik dan kesalahpahaman (misunderstanding), sementara written agreement dibutuhkan guna melakukan program kontrak, kepemilikan

bersama, atau usaha membangun unit pelayanan bersama. Hal-hal yang harus disampaikan dalam perjanjian tertulis ini yaitu kondisi untuk melakukan kerjasama serta penarikan diri, sharing biaya, lokasi, pemeliharaan, skedul, operasi dan aturan kepemilikan sumberdaya bersama, kondisi sewa dan cara pemecahan konflik.

(25)

Disisi lain menurut Rosen (Domai, 2011) dalam pengaturan kerjasama (farms of cooperation Arrangements) terdiri atas beberapa bentuk yaitu : 1. Constantia, yaitu pengaturan kerjasama dalam berbagi sumberdaya , karena

sangat mahal apabila ditanggung sendiri-sendiri.

2. Joint Purchasing, yaitu cara kerjasama dalam melakukan pembelian barang agar dapat menghemat biaya karena skala pembelian lebih besar.

3. Equipment Sharing, yaitu penataan kerjasama dalam berbagi peralatan yang mahal, atau yang jarang digunakan.

4. Cooperative Construction, yaitu pengaturan kerjasama dalam membuat bangunan.

5. Joint Services, yaitu pengaturan kerjasama dalam pelayanan publik.

6. Contract Service, yaitu penataan kerjasama dimana kelompok yang satu mengontrak pihak yang lain guna memberikan pelayanan tertentu.

Bungin, (2011) mengemukakan beberapa bentuk kerjasama:

1. Gotong royong dan kerja bakti

Gotong royong yaitu sebuah proses kerjasama yang terjadi di pedesaan, dimana proses ini menghasilkan kegiatan saling tolong menolong, pertukaran tenaga dan barang maupun pertukaran emosional dalam bentuk timbal balik di antara mereka. Baik yang terjadi di sektor keluarga mupun di sektor produktif.

2. Bergaining

Bargaining adalah proses kerja sama dalam bentuk perjanjian pertukaran kepentingan, kekuasaan, barang-barang maupun jasa antara dua

(26)

organisasi atau lebih yang terjadi di bidang politik, budaya, ekonomi, hukum, maupun militer.

3. Co-optation

Co-optation adalah proses kerjasama yang terjadi diantara satu orang

dan kelompok yang terlibat dalam sebuah organisasi atau Negara dimana terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menciptakan stabilitas.

4. Coalition

Yaitu, beberapa organisasi yang memiliki tujuan yang sama kemudian melakukan kerjasama, untuk mencapai tujuan tersebut. Coalition umumnya tidak menyebabkan ketidakstabilan struktur dimasing-masing organisasi, karena coalition biasanya terjadi di unit program dan dukungan politis.

5. Joint-venture

Yaitu, beberapa organisasi perusahaan di bidang bisnis untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu.

Menurut Soekanto (2012), dari pandangan sosiologis, pelaksanaan kerja sama antar kelompok masyarakat dapat menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:

a. Bargaining yaitu kerja sama antara individu dan atau antar kelompok untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan dengan suatu keepakatan saling menukar barang, jasa, kekuasaan, atau jabatan tertentu.

b. Cooptation yaitu kerja sama dengan cara rela mengambil unsur-unsur baru dari pihak lain dalam organisasi untuk menjadi salah satu cara menghindari

(27)

terjadinya keguncangan stabilitas organisasi.

c. Coalition yaitu kerja sama antara dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang searah. Diantara organisasi yang berkoalisi memiliki batasan tertentu dalam kegiatan kerja sama sehingga identitas dari masing-masing organisasi yang berkoalisi tidak hilang.

Gillin dan Gillin, (Sofiyana, 2013) Dalam teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama diantaranya:

1. kerjasama spontan (spontaneous cooperation): kerjasama yang dilakukan sertamerta, dalam artian pelaksanaan kerjasama dilakukan antara dua orang atau lebih dimana pelaksanaannya dilakukan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.

2. kerjasama langsung (directed cooperation): kerjasama yang dilakukan atas perintah atasan atau penguasa. Pelaksanaan kerjasama langsung sebagai reaksi dari adanya perintah atasan melalui kebijakan ataupun keputusan untuk melakukan suatu kegiatan.

3. kerjasama kontrak (contractual cooperation: kerjasama atas dasar tertentu.

Pelaksanaan kerjasama kontrak dilaksanakan karena adanya perjanjian yang telah disepakati oleh beberapa pihak dalam melakukan kerjasama, baik itu perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis. Pelaksanaan kerjasama kontrak mewajibkan pihak yang bekerjasama harus melaksanakan kontrak yang telah disepakati sebelumnya.

4. kerjasama tradisional (traditional cooperation): kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. Pelaksanaan kerjsama tradisional dilaksanakan

(28)

dengan cara tradisional, bisa dilaksanakan dengan melakukan barter, gotongroyong dan kerjabakti.

C. Konsep Pariwisata

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali -kali, berputar-putar, dan lengkap, dan “wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian. Dengan demikian pengertian kata pariwisata dapat disimpulkan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Arismayanti (2010) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya.

Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.

Selanjutnya Burkart dan Medlik dalam (Dermawan, 2012) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

Sedangkan Yoeti (2008) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat

(29)

dalam penyediaan lapangan kerja peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektorsektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang kunjungi dalam jangka waktu sementara.

Sedangkan UU RI No. 9 tahun 1990 pasal 7 tentang kepariwisataan Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain dibidang tersebut.

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyatakan bahwa :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarikwisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

(30)

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi -segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengruhi oleh tingkah laku ekonomi.

Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomi) yang berupa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya; jasa masyarakat dan pemerintah (segi sosial/psikologis) antara lain prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya dan sebagainya; dan jasa alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya (Ngefanan, 2005).

Pendit dalam (Puspita, 2012) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut: Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan- pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program- program kebersihan atau kesehatan, proyek sarana budaya dan kelestarian lingkungan, dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan keuntungan

(31)

dan kesenangan baik bagi wisatawan dalam lingkungan wilayah yang bersangkutan, maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya.

Adapun yang menjadi manfaat Pariwisata adalah (Puspita, 2012):

1) Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara;

2) Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi masyarakat;

3) Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat;

4) Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, pendapatan daerah, dan devisa negara;

5) Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan 6) Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana

dan prasarana yang diperlukan;

Pembangunan pariwisata itu sendiri mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan banyak orang tanpa membedakan kelas sosial.

Oleh karena itu pengembangan pariwisata perlu memperhatikan kemungkinan kerja sama antar pihak-pihak terkait dalam hal ini masyarakat, pemerintah dan swasta yang diharapkan mampu mendukung kelanjutan pembangunan pariwisata di suatu daerah.

(32)

Menurut beberapa pakar seperti Cooper, Fletcherm Gilbertm Stepherd and Wanhill dalam (Sunaryo, 2013) menjelaskan bahwa kerangka pengembangan pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen utama sebagai berikut:

a. Obyek atau daya tarik (atractions), yang mencakup daya tarik alam, budaya, maupun buatan/ artificial, seperti event atau yang sering disebut sebagai minat khusus (special interest).

b. Aksesbilitas (accessibility), yang mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan moda transportasi lain.

c. Amenitas (amenity),yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi akomodasi, rumah makan (food and baverage), retail, toko cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, usat infirmasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.

d. Fasilitas pendukung (ancillary services) yaitu ketersediaan fasilitas pendukung yang digunakan oleh wisatawan, seperti bank, telekomunikasi, pos, rumah sakit, dan sebagainya.

e. Kelembagaan (institusions) yaitu terkait dengan keberadaan dan peran masing-masing unsure dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah (host).

Sebagai kesimpulan pariwisata merupakan perjalanan dengan tujuan untuk menghibur yang dilakukan diluar kegiatan sehari-hari yang dilakukan guna untuk memberikan keuntungan yang bersifat permanen ataupun

(33)

sementara. Tetapi apabila dilihat dari segi ko0nteks pariwisata bertujuan untuk menghibur dan juga mendidik.

D. Konsep Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah daerah ini merujuk pada otoritas administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah negara dimana negara Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang (Busrizalti, 2013).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah daerah adalah salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah ini merujuk pada otoritas yang administratif suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah negara yang dimana negara Indonesia

(34)

tersebut adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten serta daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, serta daerah kota mempunyai daerah yang diatur dengan undang-undang (Thoha, 2012).

Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menjadi dasar dari berbagai produk undang- undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai pemerintah daerah, Sunarno (2009). Tujuan pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal.

Tjandra (2009) Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi seluas-luasnya daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintah dan antarpemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah.

Pemerintahan apabila dibagi atau dipisahkan, maka terdapat perbedaan antara pemerintahan dalam arti luas dan pemerintahan dalam arti sempit.

(35)

Pemerintahan dalam arti sempit hanya meliputi lembaga yang mengurusi pelaksanaan roda pemerintahan (disebut eksekutif), sedangkan pemerintahan dalam arti yang luas selain eksekutif, termasuk lembaga yang membuat peraturan perundangundangan (disebut legislatif), dan yang melaksanakan peradilan (disebut yudikatif), (Syafie, 2005).

Sistem pemerintahan daerah ada beberapa teori yang mendasari tentang pembagian kekuasaan diantaranya teori pembagian kekuasaan secara horisontal dan teori pembagian kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan yang bersifat vertikal dalam arti perwujudan kekuasaan itu dibagikan secara verikal ke bawah. Pembagian kekuasaan secara vertikal berarti adanya pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan (Juanda, 2008).

Penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut (Abdullah, 2007):

a. Prinsip otonomi luas, Otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak, dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya. Daerah diberikan keleluasaan untuk menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu, dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri terutama dalam memberikan

(36)

pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.

b. Prinsip otonomi nyata, Prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing. Potensipotensi yang dimiliki daerah dapat dikembangkan deaerah untuk kesejahteraan masyarakat daerah.

c. Prinsip otonomi yang bertanggungjawab, Prinsip otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan pemberian otonomi yang pada dasarnya memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kehadiran pemerintahan dan keberadaan pemerintah adalah sesuatu yang menjadi keharusan bagi proses kewajiban dalam kehidupan masyarakat.

Sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat, sekecil apapun kelompoknya, bahkan sebagai individu sekalipun, membutuhkan pelayanan pemerintah. Oleh karena itu kehidupan sehari-hari erat hubungannya dengan fungsi-fungsi pemerintah di dalamnya. (Sarundajang, 2002).

Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitandengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yangtidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

(37)

Urusan pilihan adalah sebagai berikut (Munir, 2013):

1. Kelautan dan perikanan.

2. Pariwisata.

3. Pertanian.

4. Kehutanan.

5. Energi dan sumber daya mineral.

6. Perdagangan.

7. Perindustrian.

8. Transmigrasi.

Fadel (2005) Otonomi daearah adalah usaha memberikan kesempatan kepada daerah untuk memberdayakan potensi ekonomi, sosial, budaya, dan politik diwlayahnya.tujuannya adalah demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang tertib, maju, dan sejahtera, damai nyaman, wajar karena memperoleh kemudahan dalam segala hal dibidang pelayanan masyarakat, yang hasil akhirnya dapat beguna untuk percepatan pembangunan yang ada didaerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Secara keseluruhan yang menjadi kesimpulan dari pemerintah daerah adalah pelaksanaan pemerintahan pada tingkat daerah dengan menyerahkan segala urusan sepenuhnya kepada daerah sesuai dengan amanat UUD 1945.

Berlakunya atas otonomi daerah membuat pemerintah daerah bertanggung jawab dengan urusan pemerintahan termasuk industry pariwisata.

(38)

E. Kerangka Pikir

Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Keberhasilan pengelolaan Pariwisata yang dilakukan pemerintah dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. Dalam penelitian ini penulis berfokus pada 3 indikator bentuk-bentuk kerjasama menurut Gillin dan Gillin (Sofiyana, 2013). Untuk mempermudah memahami arah pembahasan dari penelitian ini, maka penulis memberikan uraian yang menjadi alur kerangka pikir dalam penelitian ini, yang dapat di ilustrasikan sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir

Kerjasama Dinas Pariwisata dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung

Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

Kerjasama

Gillin dan Gillin (Sofiyana, 2013)

1. Kerjasama Spontan 2. Kerjasama Langsung 3. Kerjasama Kontrak Faktor

Pendukung 1. Aktraksi

Wisata 2. Komitmen

Dinas Pariwisata

Faktor Penghambat 1. Minimnya

Anggaran 2. Sarana dan

Prasarana

Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

(39)

F. Fokus Penelitian

Berdasarkan bagan kerangka pikir yang telah di bangun maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Kerjasama Dinas Pariwisata dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara dan apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam kerjasama pengelolaan pariwisata.

G. Deskripsi Objek Penelitian

Berdasarkan yang menjadi fokus dari penelitian maka gambaran dari penelitian ini yaitu:

1. Kerjasama spontan yaitu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone- Bone Kabupaten Luwu Utara, dalam artian kerjasama yang terjalin tanpa adanya perintah dari siapapun.

2. Kerjasama langsung yaitu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara yang dilakukan berdasarkan perintah atasan.

3. Kerjasama kontrak yaitu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara yang dilakukan atas dasar tertentu. Pelaksanaan kerjasam atas dasar perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis. Dimana ada sanksi yang diterima ketika ada yang melanggar kontrak yang telah disepakati.

(40)

4. Faktor pendukung yaitu faktor yang mempermudah kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.

5. Faktor penghambat yaitu faktor yang menghambat kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam Pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

(41)

31

Adapun waktu dalam penelitian ini adalah dilakukan selama dua (2) Bulan setelah seminar proposal dan lokasi penelitian bertempat Desa Bantimurung Kecamatan Bone-Bone dengan judul penelitian kerjasama Dinas Pariwisata dengan masyarakat dalam pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang kerjasama Dinas Pariwisata dengan masyarakat dalam pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan fenomenologi karena terkait langsung dengan gejala-gejala yang muncul disekitar penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami makna dalam situasi tertentu, pendekatan ini menghendaki perilaku orang dengan maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”.

(42)

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian.

Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari penelitian ini terkait kerjasama Dinas Pariwisata dengan masyarakat dalam pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara yaitu:

(43)

Tabel 3.1 Informan No. Informan Inisial Jabatan 1. Drs. Yasir Taba, M.Kes,

Apt. YT Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Luwu Utara

2. Drs. Jahir

JH

Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Luwu Utara

3. Syahruddin SH Camat Bone-Bone

4. Fajar FJ Masyarakat

5. Andi Zul AZ Masyarakat

6. H. Rafiq RF Masyarakat

7. Mustakim MT Masyarakat

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan dengan kerjasama Dinas Pariwisata dengan masyarakat dalam pengelolaan Permandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.

(44)

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3).

Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

(45)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok- kelompok, dan pola-pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions)

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola- pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

(46)

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2014), Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

(47)

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(48)

38 1. Deskripsi Kabupaten Luwu Utara

Kabupaten Luwu Utara adalah merupakan salah satu kabupaten di bagian selatan yang berjarak krang lebih 420 km dari ibukota porvinsi Sulawesi Selatan terletak di antara 01° 53’019”-02° 55’ 36” Lintang Selatan (LS) dan 119°47’ 46”- 120° 37’ 44” Bujur Timur (BT) dengan batas-batas administrasi:

- Sebelah utara : berbataasan dengan sulawesi tengah

- Sebelah selatan:berbatasan dengan kabupaten Luwu dan Teluk Bone - Sebelah barat : berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat

- Sebelah timur : berbatasan dengan Luwu Timur

Ibu kota kabupaten Luwu Utara terletak di Masamba. kabupaten Luwu Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999 dengan ibukota Masamba merupakan pecahan dari kabupaten Luwu. Saat pembentukannya daerah ini memiliki luas 14.447,56 km2 dengan jumlah penduduk 442.472 jiwa. Dengan terbentuknya kabupaten Luwu Timur maka saat ini luas wilayahnya adalah 7.843,57 km2. Secara administrasi terdiri 12 kecamatan 169 desa dan 4 kelurahan. Penduduknya berjumlah 250.111 jiwa (2018) atau sekitar 50.022 Kepala Keluarga yang sebagian besar (80,93%) bermata pencaharian sebagai petani, namun kontribusi sektor ini terhadap PDRB kabupaten

(49)

Luwu Utara pada tahun 2003 hanya 33,31% atau sebanyak Rp.

4,06 triliun. Dan terdapat 8 sungai besar yang mengairi wilayah Luwu Utara . dan sungai terpanjang adala sungai Rongkong dengan panjang 108 Km Serta curah hujan beragam selama tahun 2010.

Tabel 4.1 Kecamatan di Luwu Utara

No. Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jumlah

Desa/Kel Luas

1 Seko Eno 12 2.109,19

2 Rampi Onondoa 6 1.565,65

3 Masamba Masamba 19 1.068,85

4 Limbong Limbong 7 686,50

5 Sabbang Marobo 20 525,08

6 Malangke Pattimang 14 350,00

7 Baebunta Salassa 21 295,25

8 Mappedeceng Kapidi 15 275,50

9 Sukamaju Sukamaju 25 255,48

10 Tana Lili Minna 10 155,1

11 Bone-bone Bone-bone 11 122,23

12 Malangke Barat Tolada 13 93,75

(Sumber: LuwuUtaraKab.BPS.go.id)

Diantara 12 kcamatan, kecamatan Seko merupakan kecamatan terluas dengan luas 2.109,19 atau 28,11% dari total wilayah kabupaten Luwu Utara. Sekaligus meruakan kecamatan yang paling terjauh dari ibu kota kabupaten Luwu Utara, yakni berjarak 198 Km. pada tahun 2012 di bentuk 1 kecamatan baru yang merupakan perpecahan dari kecamatan Bone-Bone berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor : 01 tahun 2012 tanggal 5 april 2012 dan peraturan bupati Luwu Utara Nomor 19

(50)

Tahun 2012 4 juni 2012 tentang pembentukan kecamatan Tana Lili dengan jumlah 10 desa.

2. Deskripsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Luwu Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 39 Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 1 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Luwu Utara, perlu menetapkan peraturan Bupati tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian tugas serta Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Luwu Utara.

1) Perumusan kebijakan teknis dibidang Kebudayaan dan Pariwisata.

2) Pelaksanaan kebijakan teknis bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dan pelayanan umum bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

4) Pelaksanaan administrasi bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

5) Pembinaan, pengoordinasian, pengelolaan, pengen-dalian dan pengawasan program dan kegiatan dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

6) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

7) Pelaksanaan fungsi kedinasan lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

(51)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kemajuan suatu Organisasi dalam menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya sangat ditentukan oleh kemajuan SDM yang dimilikinya.

Kualitas SDM sebagai penggerak roda organisasi merupakan faktor internal yang berpengaruh secara langsung terhadap lingkungan strategis.

Berikut Sumber daya Manusia yang dimiliki oleh Disbudpar. Daftar pegawai negeri sipil Dispudpar berdasarkan golongan ruang:

(52)

1. Golongan IV/c sebanyak : 1 Orang 2. Golongan IV/a sebanyak : 3 Orang 3. Golongan III/d sebanyak : 5 Orang 4. Golongan III/c sebanyak : 2 Orang 5. Golongan III/b sebanyak : 3 Orang 6. Golongan III/a sebanyak : 4 Orang 7. Golongan II/d sebanyak : 1 Orang 8. Golongan II/c sebanyak : 4 Orang 9. Golongan II/b sebanyak : 1 Orang

Anggaran merupakan salah satu faktor pendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kab. Luwu Utara dalam pelaksanaan program dan kegiatan, alokasi anggaran APBD Tahun 2020 Rp. 2.675.000.000,- (Dua Milyar Enam Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah). Awal Penggunaan anggaran melalui APBD disesuaikan dengan masa pembentukan Organisasi kelembagaan pemerintah daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Luwu Utara yang ditetapkan pembentukannya melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Luwu Utara.

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Disbudpar harus dilaksanakan secara terkoordinasi lintas bidang dan lintas sub secara terpadu (integritied), terukur (mesurable) dan dapat dipertanggungjawabkan

(53)

(accountable) dengan senantiasa memperhatikan hirarki struktural yang berlaku di dalam lingkungan Disbudpar. Tugas pokok dan fungsi yang dikemukakan diatas dapat digambarkan diatas melalui pelayanan yang dilaksanakan oleh Disbudpar adalah sebagai berikut :

a. Bidang Kebudayaan:

a) Menggali situs-situs di masing-masing daerah di Luwu Utara b) Membentuk Sanggar-Sanggar Seni

c) Menggali musik tradisional khususnya rekaman lagu-lagu daerah b. Bidang Pariwisata

a) Memperbaiki sarana di tempat-tempat wisata b) Menyediakan tempat sampah di daerah wisata

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata:

a. Tantangan

a) Tuntutan Masyarakat akan pentingnya pembenahan Kebudayaan dan Pariwisata yang semakin kuat keseluruh wilayah Kabupaten Luwu Utara.

b) Tuntutan masyarakat akan pentingnya pengembangan dan pembinaan potensi Kebudayaan dan Pariwisata yang ada di Luwu Utara.

c) Tuntutan masyarakat terhadap proses pengembangan kewisataan di wilayah Kabupaten Luwu Utara.

d) Tuntutan masyarakat mengenai penguatan nilai-nilai lokal budaya

(54)

dan adat-istiadat masyarakat Luwu Utara.

e) Terbatasnya anggaran yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan yang diperlukan.

f) Lemahnya koordinasi lintas sektoral dalam mendukung pembangunan pariwisata.

g) Belum menerapkan teknologi informasi yang utuh dalam pengelolaan data kepariwisataan dan kebudayaan.

b. Peluang

a) Undang-undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

b) Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

c) Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

3. Kawasan Objek Wisata Air Terjun Bantimurung

Air Terjun Bantimurung yang terletak di Desa Bantimurung yang merupakan salah satu Desa yang masuk dalam wilayah kerja Kantor Kecamatan Bone-Bone yang terdiri atas 12 Desa/Kelurahan yakni :

Tabel 4.2 Administratif Kecamatan Bone-Bone

No. Kelurahan/ Desa Luas

1 Bantimurung 24,00

2 Patoloan 23,71

3 Tamuku 21,24

4 Batangtongka 12,30

(55)

5 Pongko 11,20

6 Sadar 10,75

7 Sidomukti 10,50

8 Banyuurip 7,52

9 Bone-Bone 6,31

10 Muktisari 5,79

11 Sukaraya 4,95

12 UPT Bantimurung 2,79

(Sumber: Kantor Kecamatan Bone-Bone)

Gambar 4.2 Denah Desa Bantimurung

Desa Bantimurung dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat dalam waktu 35 menit dari ibukota kabupaten, dengan luas wilayah desa Bantimurung 24,00 km2 . Desa Bantimurung memiliki kondisi daerah datar dan pegunungan dengan ketinggian150- 300 di atas permukaan air laut. Di desa Bantimurung

Gambar

Tabel 3.1 Informan  No.  Informan  Inisial  Jabatan  1.  Drs. Yasir Taba, M.Kes,
Tabel 4.1 Kecamatan di Luwu Utara
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Tabel 4.2 Administratif Kecamatan Bone-Bone
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kare Kabupaten Madiun dengan judul “potensi obyek wisata air terjun dalam rangka pengembangan pariwisata di Kecamatan Kare Kabupaten

Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan pengelolaan Wisata Alam Air Terjun Wera Saluopa adalah strategi SO ( Str ength

ULI IRAWATI PANJAITAN: Analisis Potensi Dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun Teroh-Teroh Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Sumatera

(2) untuk menganalisis strategi pengembangan obyek wisata air terjun Teroh-teroh di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.. Pengambilan

Dalam melaksanakan zakat hasil bumi pertanian masyarakat di desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara tidak sepenuhnya menggunakan ketentuan zakat

Penelitian ini bertujuan 1) mengetahui sejauh mana implementasi masyarakat Islam di Desa Tingkara Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara, 2) mengetahui

Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan pengelolaan Wisata Alam Air Terjun Wera Saluopa adalah strategi SO

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran penyuluh kepada kelompok tani dalam hal pengelolaan budidaya Kakao di Desa Pengkendekan, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu