PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana Dinas Pariwisata berkolaborasi dengan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. Apa saja faktor yang mempengaruhi kerjasama antara dinas pariwisata dan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerjasama langsung merupakan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara yang dilakukan atas perintah atasan. Kerjasama kontrak merupakan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara yang dilakukan atas dasar tertentu. Faktor pendukung merupakan faktor yang memudahkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.
Faktor penghambat merupakan faktor yang menghambat kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. Faktor yang melatarbelakangi kerjasama Dinas Pariwisata dan Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Perumahan Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kerjasama
Menurut Ramses dan Bowo (Domai, 2011), kolaborasi pada hakikatnya menunjukkan adanya dua pihak atau lebih yang saling berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi dikenal sebagai cara efektif untuk mendapatkan manfaat dari skala ekonomi. Misalnya, manfaat tersebut telah terbukti, dimana pembelian dalam skala besar atau pada lebih banyak “titik ambang batas” akan lebih menguntungkan dibandingkan dalam skala kecil. Kolaborasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, namun semua kegiatan ditujukan untuk mencapai tujuan bersama.
Kerjasama adalah suatu kegiatan bersama antara dua orang atau lebih, yang dilakukan secara terpadu, diarahkan pada suatu maksud atau tujuan tertentu. Kolaborasi pada hakikatnya menunjukkan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Konsep Pariwisata
10 Tahun 2009 tentang Pariwisata, Bab I Pasal 1; Pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan diri atau mengetahui keunikan objek wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan diri atau mempelajari keunikan tempat wisata yang dikunjunginya untuk jangka waktu sementara. Oleh karena itu, produk wisata adalah sekumpulan jasa berbeda yang saling berhubungan, yaitu jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang berbeda (dari sudut pandang ekonomi) dalam bentuk transportasi, akomodasi, jasa makan dan minum, jasa wisata, dan lain-lain; pelayanan masyarakat dan pemerintah (aspek sosial/psikologis) meliputi prasarana utilitas publik, amenitas, perhotelan, adat istiadat, seni dan budaya, dan lain-lain; dan jasa alam meliputi pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan lain-lain. (Ngefanan, 2005).
Benda atau daya tarik yang meliputi daya tarik alam, budaya, dan buatan, misalnya acara atau yang sering disebut dengan kepentingan khusus. Terakhir, pariwisata adalah perjalanan dengan tujuan hiburan yang dilakukan di luar kegiatan sehari-hari untuk memberikan manfaat tetap atau tetap.
Konsep Pemerintah Daerah
Tjandra (2009) Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan otonomi daerah harus memperhatikan hubungan antar struktur pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keberagaman daerah. Pemerintah dalam arti sempit hanya mencakup lembaga-lembaga yang mengurusi penyelenggaraan pemerintahan (disebut cabang eksekutif), sedangkan pemerintah dalam arti luas selain eksekutif mencakup lembaga-lembaga yang membuat peraturan perundang-undangan (disebut cabang legislatif), dan pihak-pihak yang menjalankan fungsi pemerintahan. keluar keadilan (disebut peradilan), (Syafie, 2005).
Dalam sistem pemerintahan daerah, terdapat beberapa teori distribusi kekuasaan yang mendasarinya, antara lain teori distribusi kekuasaan horizontal dan teori distribusi kekuasaan vertikal. Distribusi kekuasaan bersifat vertikal dalam arti ekspresi kekuasaan didistribusikan secara vertikal ke bawah. Penyelenggaraan otonomi daerah memerlukan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab secara proporsional dan adil, jauh dari praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan keseimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah.
Asas otonomi luas, otonomi luas adalah pemimpin daerah diberi tugas, wewenang, hak dan kewajiban untuk mengurus urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat, sehingga isi otonomi yang dimiliki daerah banyak variasinya. dan tipe. Daerah diberikan kebebasan untuk menjalankan urusan pemerintahan yang dilimpahkan guna mewujudkan tujuan pembentukan daerah dan tujuan terjaminnya otonomi daerah itu sendiri, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Asas otonomi yang sebenarnya Asas otonomi yang sejati adalah tugas, wewenang dan kewajiban mengatur urusan negara yang sebenarnya sudah ada dan mempunyai kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.
Asas otonomi yang bertanggung jawab: Asas otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam pelaksanaannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan pemberian otonomi yang menjadi dasar pemberdayaan daerah, termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Urusan Pemerintahan sebaiknya dibagi menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Pemberlakuan otonomi daerah menjadikan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap urusan pemerintahan, termasuk industri pariwisata.
Kerangka Pikir
Fokus Penelitian
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung tentang kerjasama Dinas Pariwisata dengan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. Wisata Air Terjun Bantimurung di Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu objek wisata alam yang mempunyai panorama alam sehingga dapat menambah daya tarik wisata. Air Terjun Bantimurung mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga menjadi salah satu tempat wisata populer di Luwu utara.
Hasil wawancara dengan informan, kegiatan pengembangan Kawasan Wisata Air Terjun Bantimurung sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dinas Pariwisata Kabupaten Luwu Utara. Hal ini menjamin kebersihan dan keindahan kawasan objek wisata Air Terjun Bantimurung selalu terjaga. Berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan mengenai kerjasama langsung dalam rangka pengelolaan kolam air terjun Bantimurung di Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.
Objek wisata air terjun Bantimurung awalnya ditemukan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Hasil wawancara dengan informan mengenai pengembangan objek wisata air terjun Bantimurung melalui kerjasama dinas pariwisata dengan masyarakat menghasilkan kunjungan wisatawan dari berbagai daerah. Pemandian Air Terjun Bantimurung sendiri merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Hasil wawancara dengan informan mengenai objek wisata air terjun Bantimurung menarik bagi wisatawan. Dari hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa keindahan alam kawasan pemandian di air terjun Bantimurung menarik untuk difoto wisatawan. Penyelenggaraan pengelolaan pariwisata di Kabupaten Luwu Utara masih menghadapi beberapa kendala seperti yang terjadi pada kawasan Air Terjun Bantimurung.
Deskripsi Fokus Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis Dan Tipe Penelitian
Jenis dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai kerjasama Dinas Pariwisata dengan masyarakat dalam pengelolaan Pemandian Air Terjun Bantimurung adalah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian untuk menjawab suatu permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang relevan, yang dilakukan secara wajar dan wajar sesuai dengan kondisi obyektif di lapangan. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan fenomenologi karena berkaitan langsung dengan gejala-gejala yang timbul disekitar penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mencoba memahami makna dalam situasi tertentu, pendekatan ini memerlukan perilaku masyarakat dengan tujuan “fakta” atau “penemuan”. penyebab" ".
Sumber Data
Informan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung (dengan berkomunikasi secara langsung) kepada responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara serta untuk meningkatkan keakuratan dan kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan dokumentasi lapangan serta dapat digunakan sebagai bahan untuk memeriksa keabsahan data.
Teknik Analisis Data
Pada tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan tentang berbagai hal, termasuk kegiatan dan proses, sehingga peneliti dapat menemukan tema, kelompok, dan pola data. Komponen kedua yaitu penyajian data, menyangkut langkah-langkah pengorganisasian data, yaitu menjalin (kelompok) data dengan (kelompok) data yang lain agar semua data yang dianalisis benar-benar terlibat dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif adalah data normal. Terdapat sudut pandang yang berbeda-beda dan terkesan tumpang tindih, sehingga penyajian data (data view) secara umum diyakini sangat berguna dalam proses analisis. Pada komponen terakhir, penarikan dan verifikasi kesimpulan, peneliti menerapkan prinsip dasar induktif dengan mempertimbangkan pola data yang ada dan/atau kecenderungan penyajian data yang telah dibuat.
Keabsahan Data
Laporan kegiatan penyelesaian pembangunan infrastruktur menjadi tanggung jawab masyarakat yang merupakan mitra pemerintah dalam pengelolaan wisata air terjun Bantimurung. Hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembangunan infrastruktur di kawasan air terjun Bantimurung, kegiatan pelaporan dilakukan secara bertahap. Pembangunan infrastruktur tanpa pengelolaan oleh pemerintah menjadi permasalahan tersendiri dalam pengelolaan wisata air terjun Bantimurung.
Proses kerjasama pengelolaan air terjun Bantimurung tidak lepas dari proses komunikasi yang dilakukan pihak dinas pariwisata dan masyarakat. Dari hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai sarana dan prasarana yang masih sangat kurang di kawasan objek wisata air terjun Bantimurung menjadi masukan bagi pihak dinas pariwisata untuk menyusun rencana pembangunan air terjun Bantimurung. infrastruktur yang dibutuhkan termasuk masyarakat. Untuk membuat daya tarik wisata air terjun Bantimurung diperlukan informasi bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
Jika Air Terjun Bantimurung sendiri sama dengan tempat wisata alam pada umumnya, maka cukup ditambah dengan fasilitas yang menyertainya. Hasil wawancara dengan informan menunjukkan adanya pertukaran informasi antara dinas pariwisata dan pihak pariwisata mengenai pengelolaan kawasan air terjun Bantimurung dalam pembangunan sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil observasi lapangan penulis dalam suatu kerjasama kontrak mengenai pengelolaan Kawasan Pemandian Air Terjun Bantimurung di Kotapraja Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara dengan melibatkan unsur pemerintah daerah dan masyarakat.
Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Pemandian Air Terjun Bantimurung tidak lepas dari upaya pengelolaan yang dilakukan Dinas Pariwisata Kabupaten Luwu Utara dengan melibatkan masyarakat. Proses kerjasama antara pemerintah Kabupaten Luwu Utara dalam hal ini Dinas Pariwisata dan masyarakat dalam pengelolaan objek wisata air terjun Bantimurung dapat berjalan dengan baik dengan adanya beberapa faktor yang mendukung proses kerjasama tersebut. Objek wisata alam pemandian air terjun Bantimurung yang berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Masamba Kabupaten Luwu Utara ini menawarkan keindahan alam karena berada di dalam kawasan hutan dan jauh dari keramaian.
Air Terjun Bantimurung memang menjadi salah satu destinasi wisata yang terus kami kembangkan. Dari hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bone-Bone sangat serius dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Bantimurung, dimana pada tahun mendatang objek wisata ini akan dimasukkan dalam anggaran untuk perbaikan pengelolaannya. . Hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa tidak adanya retribusi kegiatan wisata air terjun Bantimurung menjadi salah satu penyebab kurang memadainya sarana dan prasarana di objek wisata ini.
Berdasarkan hasil observasi lapangan mengenai faktor penghambat pengelolaan pemandian di Air Terjun Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara terlihat adanya kekurangan anggaran dan kurangnya sarana dan prasarana.