• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Kerja Pada Guru Honorer Di Kecamatan Pabedilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Kerja Pada Guru Honorer Di Kecamatan Pabedilan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI KERJA PADA GURU HONORER DI KECAMATAN PABEDILAN

THE RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND WORK MOTIVATION OF HONORARY TEACHER IN PABEDILAN SUB-

DISTRICT

Ahmad Reza Ramadhani1, Santi Esterlita Purnamasari2 Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Ahmadrezaramadhani8@gmail.com 081359949717

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala motivasi kerja dan skala dukungan sosial. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi product moment, hasilnya menunjukan koefisien korelasi sebesar (rxy) = 0,535 dengan p = 0,000 (p < 0,050). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan, sehingga hipotesisis di terima.

Kata Kunci: dukungan sosial, motivasi kerja, guru honorer

Abstract

This research aimed to determine the relationship between social support and work motivation for honorary teachers in Pabedilan District. The subjects taken in this research were 40 people. Work motivation scale and social support scale were applied as the research method. The data were analysed using the product moment correlation test, the results showed a correlation coefficient of (rxy) = 0,535 with p = 0.000 (p <0.050). The result showed that there is a positive relationship between social support and work motivation for honorary teachers in Pabedilan District so that the hypothesis was accepted.

Keywords: social support, work motivation, honorary teachers

PENDAHULUAN

Kebutuhan tenaga kependidikan yang sangat tinggi membuat pengangkatan sebagai guru honorer menjadi jalan tengahnya. Guru honorer hadir untuk membantu kurangnya tenanga guru tetap. Dari data yang peneliti peroleh di Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kab. Cirebon, tenaga guru honorer di Kabupaten Cirebon mencapai 3.511 orang, angka tersebut dinilai masih kurang memadai mengingat banyaknya jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Cirebon, sehingga dalam memenuhi kebutuhan guru, Dinas Pendidikan Kab. Cirebon mengangkat Guru Honorer sebagai sebuah solusi. Guru honorer memiliki sistem penggajian yang berbeda dengan guru PNS, akan tetapi memilik tanggungjawab dan pekerjaan yang sama dengan guru PNS.

Sebagai tenaga pendidik guru honorer memiliki tanggung jawab untuk dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu agar dapat mencerdaskan bangsa sebagaimana amanat dalam Undang-

(2)

Undang Dasar 1945. Ironinya, guru honorer dan guru PNS memiliki jumlah pendapatan yang sangat berbeda jauh, nominal gaji yang diperoleh guru honorer tergantung dari kebijakan sekolah yang diatur oleh petunjuk teknis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berkisar antara Rp20.000 sampai dengan Rp25.000 per jam. Hal tersebut membuat sebagian guru honorer memutuskan untuk memiliki pekerjaan sampingan seperti berjualan online, menjadi guru les privat, guru mengaji dan sebagainya. Dalam kondisi tersebut, guru honorer dituntut agar dapat berkontribusi dalam menyiapkan dan membangun sumber daya manusia dengan memberikan kinerja yang maksimal. Steers dan Porter (1991) berpendapat bahwa tinggi rendahnya kinerja berkaitan erat dengan sistem pemberian kompensasi (gaji) yang diterapkan oleh lembaga/organisasi. Maka dari itu dibutuhkan motivasi kerja yang tinggi agar guru honorer tetap dapat bekerja secara maksimal ditengah keterbatasan yang dihadapi.

Menurut Indy dan Handoyo (2013) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Motivasi menurut Hasibuan (dalam Dewi, 2015) berasal dari kata motif, yang mempunyai arti suatu perangsang keinganan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Rahmawati (2013) menjelaskan motivasi merupakan suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.

Motivasi kerja sangat penting dimiliki oleh sesorang individu dalam bekerja, karena motivasi kerja dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja seseorang. Maka, motivasi kerja sangat dibutuhkan oleh seorang individu dalam bekerja, tidak terkecuali pekerjaan sebagai guru honorer.

Seperti halnya di kecamatan Pabedilan kabupaten Cirebon, masih banyak sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga kerja kependidikan, sehingga mengangkat guru honorer sebagai jalan tengahnya. Peneliti melakukan wawancara di SDN 2 Pasuruan, yang beralamatkan di Jalan Nasional Desa Pasuruan Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dari hasil wawancara tersebut peneliti mendapatkan data guru sebanyak 15 orang yang berada di sekolah tersebut, dengan rincian 7 orang berstatus sebagai guru honorer dan 8 orang berstatus PNS. Hal tersebut menunjukan bahwa peran guru honorer sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Maret 2022 kepada salah satu kepala sekolah yang berada di Kecamatan Pabedilan mengatakan bahwa terkadang guru honorer tidak bersemangat untuk mengajar, sering keluar kelas pada jam mengajar dan sering terlambat, hal tersebut dikarenakan jarak antara lokasi ke sekolah tempat mengajar cukup jauh selain itu dikarenakan tunjangan yang diberikan biasanya tidak sesuai. Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa guru honorer yang bekerja tidak

(3)

sesuai dengan jobdesk yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan kurang adanya tanggung jawab dari guru tersebut. Kemudian wakil kepala bidang kurikulum, menyampaikan berdasarkan hasil supervisi pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah, guru-guru honorer masih menggunakan model pembelajaran dengan sistem lama, seperti guru memberikan tugas mencatat kepada siswa dan guru menjelaskan secara ceramah di dalam kelas menunjukan tidak ada nya inovasi dalam hal model pembelajaran yang dilakukan guru honorer. Hal tersebut menggambarkan kurang adanya keinginan guru honorer untuk berkembang dan berprestasi, guru belum terpacu untuk bekerja lebih baik karena masih melakukan hal-hal monoton, sedangkan model pembelajaran saat ini sudah banyak berkembang. Padahal profesi sebagai seorang guru lebih sedikit tingkat resiko kerjanya dibandingkan dengan pekerja Konstruksi.

Namun, berdasarkan hasil supervisi pembelajaran yang dilakukan terlihat tidak adanya kemauan guru untuk memperbaiki metode pembelajaran, padahal saat ini fasilitas pelatihan sudah banyak ditawarkan secara gratis, program pemerintan yang bertajuk “Guru Belajar dan Guru Berbagi”

pun masih digalakan. Selanjutnya, wakil kepala sekolah bidang kurikulum pun menyampaikan, bentuk penghargaan yang diberikan kepala sekolah kepada guru-guru dalam bentuk lisan, jika penghargaan dalam bentuk bonus pihak sekolah tidak memiliki cukup dana untuk memberikannya.

Dilihat dari aspek motivasi kerja yang dikemukakan oleh Anoraga (2009) yaitu 1) adanya kedisiplinan dari karyawan, peneliti menemukan bahwa tidak adanya kedisiplinan guru dalam melakukan pekerjaanya. 2) imajinasi yang tinggi dan daya kombinasi, peneliti menenumukan bahwa guru honorer tidak teliti dalam membuat hasil kerja yang membuat kualitas kerja menurun. 3) kepercayaan diri, peneliti menemukan bahwa guru honorer tidak percaya diri dalam mengembil keputusan dan biasanya tidak bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. 4) daya tahan terhadap tekanan, peneliti menilai guru honorer sering merasa stress karena mendapat tekanan dari lingkungan. 5) tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan peneliti menemukan bahwa guru honorer sering terlambat dan meninggalkan kelas Ketika jam mengajar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa guru honorer di Kecamatan Pabedilan memiliki motivasi kerja yang rendah.

Idealnya guru honorer harus disiplin dalam menjalankan tugasnya, guru honorer harus mempuyai imajinasi dalam membuat metode pembelajaran agar membentuk kualitas kerja yang baik. Guru honerer juga harus mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang dengan melakukan inovasi dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas pelatihan gratis yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu guru honorer hendaknya memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan dirinya dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil sehingga dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik. Idealnya guru harus

(4)

mempunyai daya tahan terhadap tekanan sehingga dapat mengelola stresnya dengan baik. Guru honorer diharuskan bertanggung jawab dengan datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas ketika jam mengajar berlangsung, serta meningkatkan profesionalitas dan kemampuannya dalam dunia pendidikan. Selanjutnya guru honorer harus mengikuti peraturan atau ketentuan yang berlaku di sekolah, mengikuti berbagai kegiatan baik melalui pendidikan formal atau non formal, seperti seminar, lokakarya, maupun mengikuti program pendidikan dan meningkatkan motivasi kerja. Amstrong (dalam Purba & Harjo, 2013) menekankan bahwa motivasi kerja sangat erat hubungannya dengan kinerja seseorang. Maka dari itu seorang guru harus mempunyai profesionalisme dan motivasi yang tinggi agar dapat meningkatkan kinerjanya.

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Herzbreg (dalam Widia, 2014) yang pertama ada faktor motivasional yang terdiri dari prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, tanggung jawab, kemajuan dan kemungkinan berkembang. Faktor motivasional ini muncul dari dalam diri sendiri. Guru yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinkan menggunakan kreatifitas dan inovasinya.

Adapun faktor yang kedua menurut Herzbreg (dalam Widia, 2014) adalah faktor hygiene mencakup antara lain : a) hubungan interpersonal, hubungan interpersonal sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Dengan kata lain, komunikasi merupakan dasar bagi pengembangan hubungan hubungan interpersonal. Hubungan ini baik antara pekerja dengan sesama pekerja, bawahan, atau atasannya yang berhubungan dengan pekerjaannya. b). Gaji, gaji diartikan sebagai pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan administrasi atau yang mempunyai jenjang jabatan, yang pada umumnya dibayarkan secara tetap per bulan. Setiap karyawan tentu mengharapkan adanya kenaikan gaji secara berkala untuk setiap gaji yang mereka terima. c). Pengawasan, Swastha (2008) pengawasan merupakan fungsi yang menjalin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil yang baik seperti yang dinginkan kesediaan pengawas mampu mendelegasikan dukungan, wewenang, keadilan dan semua tentang pengetahuan dalam pekerjaan terhadap karyawannya. d). Kebijakan organisasi dan administrasi, Nugroho (2003) kebijakan berasal dari kata policy. Dapat disimpulkan bahwa faktor hygiene merupakan faktor ekstrinsik motivasi yang berasal dari lingkungan eksternal seorang individu, meliputi hubungan dengan rekan kerja, hubungan dengan atasan, gaji, pengawasan serta kebijakan organisasi dan administrasi. Maka dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi faktor ekstrinsik motivasi seseorang. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa karyawan belum mendapatkan dukungan sosial dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada dukungan sosial.

Dukungan sosial menurut Cohen dan Syme (1985) adalah sumber-sumber yang didapati individu dari orang lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan individu yang bersangkutan.

(5)

Smet (1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Selain itu Katz dan Kahn (2000) berpendapat, dukungan sosial adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu.

Sarafino dan Smith (2011) mengemukakan empat aspek dukungan sosial, yaitu pertama, aspek dukungan emosional bentuk dari dukungan inii berupa menyampaikan rasa empati, rasa keperdulian, rasa perhatian menyampaikan hal positif dan dorongan kearah individu agar lebih percaya diri. Kedua, aspek dukungan persahabatan dukungan ini mengacu pada ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktunya dengan individu. Dengan seperti itu individu akan merasa orang lain ikut merasakan apa yang ia rasakan. Ketiga, aspek dukungan nyata atau instrumental yang merupakan bentuk dukungan yang memberikan bantuan secara langsung baik berupa finansial ataupun bantuan dalam mengerjakan tugas tugas tertentu. Keempat, aspek dukungan informasi yang berupa saran, arahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

Dukungan sosial yang yang diberikan oleh keluarga, pasangan, rekan kerja, atasan dan lingkungan dapat meningkatkan motivasi kerja, yang merupakan penentu penting dalam dedikasi dan komitmen sebuah organisasi. Kemudian Siregar dan Hardjo (2013) mengungkapkan bahwa perhatian pribadi terhadap seorang pekerja dapat mempengaruhi motivasi kerja serta aktivitasnya secara positif. Artinya seseorang yang mendapatkan dukungan sosial dengan baik dalam hal pekerjaan maka sesorang tersebut akan semakin percaya diri dan termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik terhadap pekerjaannya.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang menyatakan bahwa dukungan sosial berkaitan erat dengan motivasi kerja sesorang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadita (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial pasangan dengan motivasi kerja pada karyawati.

Seperti halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosa (2020) yang menunjukan bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial terhadap variabel motivasi. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Harjo (2013) menjelaskan bahwa ada hubungan yang erat dan signifikan antara dukungan sosial terhadap motivasi kerja karyawan ODHA, penelitian dari Kumsiati dan Setiawan (2022) menunjukan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap motivasi kerja petugas lapas, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tanbakoobei dan Vantankhan (2014) penelitian yang dilakukan di negara Iran menunjukan bahwa adanya hubungan yang sangat singnifikan antara dukungan sosial dan variabel motivasi.

(6)

Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Matta Lourder dkk. (2014) yang dilakukan di Portugal menunjukan bahwa ada hubungan yang kuat antara variabel motivasi dan variabel dukungan sosial, semakin tinggi dukungan sosial yang didapatkan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi seseorang. Meskipun sudah banyak penelitian tentang dukungan sosial dan motivasi kerja yang telah dilakukan sebelumnya, namun penelitian ini penting untuk dilakukan karena pada dasarnya guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan yang muaranya akan menciptakan kualitas sumber daya manusia. semakin baik kualitas pendidikan maka akan semakin baik pula sumber daya manusianya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon.

METODE

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi kerja sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan sosial. Metode pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atau subjek berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiono 2016). Jumlah subjek penelitian ditetapkan sebanyak 40 subjek. Karakteristik subjek dari penelitian ini yaitu guru honorer di Kecamatan Pabedilan yang berusia 25-40 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur psikologi berupa skala Likert. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi kerja dan skala dukungan sosial. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Peneliti menggunakan teknik tersebut karena ingin mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi kerja. Data akan dianalisis dengan menggunakan aplikasi software analisis statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subjek yang digunakan pada penelitian ini yaitu guru honorer di Kecamatan Pabedilan dan berusia 25 sampai 40 tahun. Dari kriteria subjek tersebut, didapatkan responden sebanyak 40 orang. Data demografi responden dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Data Demografi Responden (N = 40)

No Deskripsi Subjek Keterangan Jumlah Persentase

1 Jenis Kelamin Laki-laki 18 45 %

Perempuan 22 55 %

2 Usia 25-32 tahun 28 70 %

33-40 tahun 12 30 %

3 Pendidikan

Terakhir SMA 1 2,5 %

(7)

S1 38 95 %

S2 1 2,5 %

4 Masa Kerja Masa kerja ≤ 1 tahun 5 12,5 %

1 tahun < Masa kerja ≤ 5 tahun 28 70 % Masa kerja > 5 tahun 7 17,5 %

5 Tempat Mengajar SD/MI 16 40 %

SMP/MTS 19 47,5 %

SMA/SMK/MA 5 12,5 %

Berdasarkan tabel 1, responden terdiri dari 18 laki-laki (45%) dan 22 perempuan (55%).

Usia responden terentang antara 25-32 tahun (n = 28; 70%) dan 33-40 tahun (n = 12; 30%).

Berdasarkan pendidikan terakhir, mulai dari SMA (n = 1; 2,5%), S1 (n = 38; 95%), dan S2 (n = 1; 2,5%). Berdasarkan masa kerjanya, terentang mulai dari kurang dari satu tahun hingga lebih dari 5 tahun, yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu satu ≤ 1 tahun (n = 5; 12,5%), lebih dari 1-5 tahun (n = 28; 70%), dan lebih dari 5 tahun (n = 7; 17,5%). Berdasarkan tempat mengajar terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu SD/MI (n = 16; 40%), SMP/MTS (n = 19; 47,5%), dan SMA/SMK/MA (n = 5; 12,5%).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan. Hasil analisis korelasi product moment menunjukkan koefisien korelasi sebesar (𝑟𝑥�) = 0,535 dengan signifikansi 0,000 (p <

0,050). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan. Semakin tinggi dukungan sosial maka motivasi kerja cenderung tinggi. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka motivasi kerja cenderung rendah. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.

Dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang di sekitar terhadap guru honorer akan membuat guru honorer dapat menghadapi setiap permasalahan yang dihadapinya, hal ini akan berdampak pada semangat guru honorer dalam mencapai tujuannya. Semangat yang ada dalam diri guru honorer akan berdampak pada motivasi kerja yang dimilikinya, guru honorer akan semangat dalam menjalankan pekerjaannya apabila ia mendapatkan dukungan sosial yang baik dari lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian Rahmadita (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi kerja. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rossa (2020) juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial terhadap variabel motivasi.

Pada penelitian yang dilakukan Siregar dan Harjo (2013) dijelaskan bahwa ada hubungan yang erat dan signifikan antara dukungan sosial terhadap motivasi kerja.

Hipotesis yang diterima dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja. Ditinjau dari nilai

(8)

koefisien determinasi atau (�2) sebesar 0,286, variabel dukungan sosial memberikan kontribusi sebesar 28,6% terhadap motivasi kerja pada subjek, sementara 71,4% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil uji analisis tambahan didapatkan bahwa aspek dari variabel dukungan sosial yang paling berkorelasi dengan motivasi kerja adalah aspek dukungan emosional dengan koefisien korelasi 0,493.

Aspek pertama dari dukungan sosial adalah dukungan emosional, yaitu penyampaian empati, rasa keperdulian, rasa perhatian, menyampaikan hal-hal positif, dan dorongan ke arah individu untuk menjadikan lebih percaya diri. Ketika guru honorer mendapatkan dukungan emosional yang tinggi baik dari lingkungan kerja maupun lingkungan sosialnya maka guru honorer tersebut akan termotivasi untuk mengajar dengan baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Danish dan Usman (2010) yang menunjukkan bahwa penghargaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja. Berdasarkan hasil analisis korelasi, aspek dukungan emosional merupakan aspek diurutan pertama yang berkorelasi dengan variabel motivasi kerja, dengan koefisien korelasi sebesar 0,493.

Aspek kedua dari dukungan sosial adalah dukungan persahabatan, yaitu ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu dengannya, sehingga individu akan merasa bahwa orang lain juga merasakan apa yang ia rasakan. Dukungan persahabatan dapat mengurangi stres dan menambah motivasi kerja guru honorer. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Yohanes (2010) yang menyatakan adanya hubungan positif antara persahabatan di tempat kerja dengan motivasi kerja. Berdasarkan hasil analisis korelasi, aspek dukungan persahabatan merupakan aspek diurutan kedua yang berkorelasi dengan variabel motivasi kerja, dengan koefisien korelasi sebesar 0,467.

Aspek ketiga dari dukungan sosial adalah dukungan nyata atau instrumental. Dukungan nyata atau instrumental yaitu bentuk dukungan yang berupa bantuan langsung, misalnya bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Ketika guru honorer berada dalam posisi kesulitan dalam hal materi lalu ia mendapatkan kompensasi dari atasanya, guru honorer merasa atasan menilai kontribusinya dan peduli terhadap kesejahteraannya, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja pada guru honorer. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rufaidah dkk. (2017) yang mengatakan adanya hubungan dan pengaruh yang jelas antara kompensasi finansial dengan motivasi kerja. Berdasarkan hasil analisis korelasi, aspek dukungan nyata atau instrumental merupakan aspek keempat yang berkorelasi dengan variabel motivasi kerja, dengan koefisien korelasi sebesar 0,059.

Aspek keempat dari dukungan sosial adalah dukungan informasi, yaitu bentuk dukungan yang bersifat informasi, dapat berupa saran, arahan, dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan. Ketika guru honorer kekurangan informasi tentang suatu pekerjaaan

(9)

maka akan mengurangi motivasi kerja yang dimiliki oleh guru. Hal tersebut didukung dengan penelitian dari Pakpahan, Lumintang, dan Susanto (2006) yang menyatakan bahwa ketersediaan informasi berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja. Berdasarkan hasil analisis korelasi, aspek dukungan informasi merupakan aspek diurutan ketiga yang paling berkorelasi dengan variabel motivasi kerja, dengan koefisien korelasi sebesar 0,396.

Berdasarkan hasil analisis kategorisasi skala motivasi kerja menunjukkan bahwa subjek yang berada dalam kategori tinggi sebesar 52,5% (21 subjek), kategori sedang sebesar 47,5%

(19 subjek), dan kategori rendah sebesar 0% (0 subjek). Dari hasil kategorisasi menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki motivasi kerja dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil analisis kategorisasi skala dukungan sosial menunjukkan bahwa subjek yang memiliki dukungan sosial dalam kategori tinggi sebesar 42,5% (17 subjek), kategori sedang sebesar 57,5% (23 subjek), dan kategori rendah sebesar 0% (0 subjek). Dari hasil kategorisasi menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki dukungan sosial dalam kategori sedang.

Dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian ini sudah merasakan dukungan sosial dan menunjukkan motivasi kerja yang baik, oleh karena itu subjek perlu meningkatkan persepsi positif dan merasakan dukungan sosial yang ia peroleh, sehingga lebih nyaman dalam bekerja dan dapat meningkatkan motivasi subjek dalam bekerja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka motivasi kerja cenderung tinggi.

Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka motivasi kerja cenderung rendah. Motivasi kerja tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan sosial melainkan masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhinya.

Hambatan dalam penelitian ini adalah sulitnya mencari dan mendapatkan referensi jurnal maupun buku untuk referensi pustaka. Sehingga untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan referensi pustaka karena penambahan referensi pustaka dapat memperkuat teori- teori yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, penelitian ini hanya mengungkap satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Sehingga bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat mengungkap variabel lain yang mempengaruhi motivasi kerja.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan motivasi kerja pada guru honorer di Kecamatan Pabedilan dengan nilai koefisien korelasi sebesar (𝑟𝑥�) = 0,535 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,050).

(10)

Semakin tinggi nilai dukungan sosial maka motivasi kerja cenderung tinggi. Begitupun sebaliknya ketika seseorang memiliki dukungan sosial yang rendah maka perilaku motivasi kerja cenderung rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (2014). Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Cohen, S. & Syme, L. S. (1985). Social support and health. London: Routhledge.

Danish, R. Q. & Usman, A. (2010). Impact of reward and recognition on job satisfaction and motivation: An empirical study from pakistan. International Journal of Business and Management, 5(2), 159-167.

Dewi, T. A. (2015). Pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA Se-Kota Malang. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1). 24-35.

Indy H. & Handoyo S. (2013). Hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja pada karyawan Bank BTPN Madiun.. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 2(2).

Katz, D. & Kahn, R. L. (2000). The social psychology of organizations. New York: Wiley.

Kumsiati & Setiawan. (2022). Pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi kerja petugas pemasyarakatan (Studi kasus petugas lembaga pemasyarakatan kelas IIA Tangerang).

Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9(1), 115-124.

Mata, L, D, M. & Montiero, V & Pexioto, F. (2012). Attitudes towards mathematics: Effects of individual, motivational, and social support factors. Child Development Research, 2(3), 2-10. doi:10.1155/2012/876028.

Nugroho, (2003). Kebijakan publik formulasi, implementasi dan evaluasi. Jakarta: PT Elek Media Kompotindo.

Phakpahan, T. H., Lumintang, E. W. R. & Susanto, D. (2006). Hubungan motivasi kerja dengan perilaku nelayan pada usaha perikanan tangkap. Jurnal Penyuluhan. 2(1).

Rahmadita, I. (2013). Hubungan antara konflik peran ganda dan dukungan sosial pasangan dengan motivasi kerja di rumah sakit Abdul Rivai-Berau. e-Journal Psikologi. 1(1), 58- 68.

Rahmawati, D. (2013). Pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan PT Fajar Berlian Tulungagung. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, 1(1), 2-16.

Rahmawati, Neviyarni & Firman. (2013). Hubungan motivasi kerja dan dukungan sosial Kepala Sekolah dengan pelaksanaan tugas guru BK di SMPI Kab. Kerinci. Jurnal Konselor, 3(3).

Rosa, N. N. (2020). Hubungan dukungan sosial terhadap motivasi belajar daring mahasiswa pada masa pandemi Covid-19. Jurnal Of Education And Teaching, 1(2).

Rufaidah, F. R. & Hutami, N. H. (2017). Pengaruh kompensasi finansial dan non finansial terhadap motivasi keria dan kineria karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis. 42(1).

Sarafino, E. P. & Smith, T.W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial interactions (7th ed.). United States of America: John Wiley & Sons Inc.

(11)

Siregar & Harjo. (2013). Hubungan kecemasan kematian dan dukungan sosial terhadap motivasi kerja karyawan ODHA (orang dengan HIV-AIDS). Jurnal Magister Psikologi UMA Analtika, 5 (1).

Siregar, S. (2016). Statistika deskriptif untuk penelitian dilengkapi perhitungan manual dan aplikasi SPSS Versi 17. PT Raja Grafindo Persada.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Steers & Porter. (1991). Motivation and work behavior (5th Ed.). USA: McGraw - Hill Book Co.

Swastha. (2008). Menejemen pemasaran modern (2rd ed). Yogyakarta: Penerbit Liberty- Yogyakarta.

Widia, L. (2014). Hubungan pengetahuan, motivasi dan status kepegawaian bidan dengan penerapan partograf di Kabupaten Sragen. Jurnal Delima Harapan, 2(1), 45-50.

Yohanes, B. (2010). Hubungan antara persahabatan di tempat kerja dan motivasi kerja.

(Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Sanata Darma: Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Merancang promosi debut album “First” band Popradio melalui media.

Praktik Mura&gt;bah}ah bil Waka&gt;lah pada pembiayaan Mitra Amanah Syariah di BPRS Magetan menurut hukum Islam akadnya fasid, karena ada sebagian rukun yang tidak

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC yang dikombinasikan dengan an-organik menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap bobot polong hampa

Teknik analisis data untuk penelitian ini, penulis menggunanakan analisis statistik inferensia. Analisis statistik inferensia digunakan untuk mengetahui apakah ada

Keempat, skripsi Rohmi Maulidah skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perhitungan Bagi Hasil (Mudharabah) Takaful Investasi (Studi Lapangan Di

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive Royalti-Free Right )

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) peran PMO pada pasien TB paru di di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo sebagian besar adalah berperan, (2) keberhasilan pengobatan TB

Intensitas cahaya yang lebih besar ketika mengenai permukaan film BST, memberi energi foton yang lebih besar pula, besarnya cukup untuk elektron bereksitasi dari