• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. membangun karakter bangsa. Namun kendala yang dihadapi UMKM masih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. membangun karakter bangsa. Namun kendala yang dihadapi UMKM masih"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

9

KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu

Perkembangan UMKM saat ini memberikan sarana penting dalam menekan angka pengangguran, menyediakan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan dan membangun karakter bangsa. Namun kendala yang dihadapi UMKM masih banyak dan salah satunya adalah dalam pengelolaan keuangan dalam usaha yang berdampak kepada lambatnya UMKM berkembang. Lambatnya UMKM berkembang diakibatkan oleh tingkat literasi keuangan yang rendah sehingga menyebabkan kesejahteraan UMKM atau masyarakat menurun.

Kemampuan literasi keuangan untuk mengelola dan merencanakan keuangan sangat diperlukan bagi pelaku UMKM agar mampu menentukan pilihan dan memanfaatkan produk serta layanan jasa keuangan sesuai kebutuhan, memiliki kemampuandalam melakukan perencanaan keuangan dengan lebih baik, dan terhindar dari aktivitas investasi pada instrument keuangan yang tidak jelas Maka dari itu, peranan fintech yang baik akan memengaruhi literasi keuangan suatu pelaku UMKM dimana layanan fintech memberikan kemudahan kepada UMKM yang sudah di awasi oleh OJK. Dengan memanfaatkan layanan fintech yang telah disediakan oleh pemerintah dengan keterampilan teknologi yang baik mampu mengakses lebih mudah bagi UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pembiayaan serta dapat meningkatkan literasi keuangan

Hal ini selaras dengan penelitian Wardhani et al (2020) tentang peran financial technology pada UMKM. Penelitian ini menggunakan

(2)

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini memberikan hasil dari peran penerapan dari financial technology dapat meningkatkan literasi keuangan dengan memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM dalam mengelola serta memahami keuangan mereka karena teknologi ini memberikan kemudahan dalam pembayaran secara digital yang secara otomatis memberikan pencatatan dalam pemasukan transaksi yang terjadi.

Penelitian Dinar et al (2020) mengenai inovasi financial technology dalam pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskripsi kualitatif.. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya inovasi financial technology berdampak positif pada perkembangan UMKM daerah Wajo, Gowa, Maros dan Luwu. Dampak tersebut berkontribusi dalam hal meningkatnya transaksi penjualan yang disebabkan oleh kemudahan-kemudahan yang diperoleh oleh konsumen dalam bertransaksi.

Penelitian Trimulalo (2020) mengungkapkan bahwa keadaan pandemi covid-19 membuat peran fintech sangat dibutuhkan oleh UMKM, bantuan ini berupa literasi keuangan bagi UMKM supaya mampu mengelola keuangan dengan baik. Selain itu, pada saat pandemi terdapat larangan bertemu dan bertatap muka secara langsung namun dengan perkembangan teknologi membantu memberi jalan dalam hal proses transaksi, yaitu bisa menggunakan fintech berupa pembayaran digital.

(3)

Penelitian Sugiarti et al (2019) mengenai peran fintech dalam meningkatkan literasi keuangan pada usaha mikro kecil menengah di Malang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan reduksi data kemudian penyajian data dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah bahwa dari keempat informan secara keseluruhan menerima baik dengan hadirnya fintech karena fintech dapat mempermudah transaksi. Fintech juga memberikan banyak manfaat bagi UMKM serta manfaat lebih dari UMKM. Namun dari semua peran fintech tersebut, para narasumber dalam penelitian ini tidak sepenuhnya mengetahui apa peran fintech karena kurangnya sosialisasi tentang fintech di UMKM. Pembicara mengatakan bahwa dalam pembiayaan modal usaha tetap memilih bank karena bank dipercaya dan ada lembaga hukum yang mengaturnya. Dari keempat pembicara tersebut, dampak setelah menggunakan fintech adalah positif atau banyak manfaat yang didapat setelah menerapkan fintech pada bisnisnya. Semakin efisien dan efektifnya kegiatan bisnis yang membuat fintech terapan dan perkembangan zaman menuntut para pelaku bisnis untuk menggunakan fintech. Dari sekian banyak kelebihan fintech, pasti ada kekurangannya, salah satunya ketika financial technology bermasalah harus diperbaiki dan membutuhkan waktu.

Tidak hanya itu, sumber daya manusia yang kurang menguasai fintech membuat para pebisnis harus memberikan wawasan tentang fintech.

Penelitian Hizkia et al (2021) mengenai analisis tingkat literasi keuangan pengguna fintech payment OVO pada UMKM di Kota Mojokerto.

(4)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deksriptif. Teknik analisis penelitian ini yaitu wawancara dengan hasil mempunyai tingkat literasi yaitu well literate karena mempunyai pengetahuan, keyakinan, fitur, manfaat, resiko, hak dan kewajiban, serta keterampilan dalam menggunakan fintech payment dalam mengelola transaksi keuangan dan dalam pengambilan keputusan untuk usahanya

Penelitian terdahulu telah meneliti tingkat literasi keuangan penggunaan fintech payment OVO, inovasi financial technology dalam pengembangan UMKM dan peran financial technology pada UMKM.

Penelitian ini lebih memfokuskan pada peran financial technology dalam meningkatkan literasi keuangan pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Novelty dalam penelitian ini adalah peneliti lebih memfokuskan peran fintech dalam meningkatkan literasi keuangan pada usaha mikro yang ada di Kabupaten Bangkalan. Dengan demikian, penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis peran fintech dalam meningkatkan literasi keuangan usaha kecil di Kabupaten Bangkalan.

B. Tinjauan Pustaka

1. Financial Technology (Fintech)

Financial Stability Board (2018) menjelaskan bahwa Financial Technology atau teknologi keuangan dapat didefiniskan sebagai inovasi teknologi dalam layanan keuangan yang inovasinya menghasilkan model-model dari konvensional menjadi moderat, apikasi, produk dengan efek material yang terkait dengan penyediaan layanan keuangan.

Industri teknologi keuangan (fintech) merupakan salah satu metode

(5)

layanan keuangan yang mulai bangkit di era digital seperti sekarang ini.

Pembayaran digital salah satu sector yang paling berkembang dalam industri fintech yang ada di Indonesia. Sehingga pemerintah dan masyarakat berharap pembayaran digital dapat mendongkrak jumlah masyarakat yang memiliki akses kepada layanan keuangan. Klasifikasi fintech ada beberapa macam yaitu:

a) Crowdfunding dan peer to peer lending. Purwadi (2017) mengungkapan bahwa Crowdfunding adalah teknik pendanaan unit usaha yang melibatkan manusia secara luas. Sedangkan Koinwork.com (2018) menjelaskan bahwa Peer to peer lending (P2P Lending) merupakan metode dalam pemberian pinjaman dana keada individu atau bisnis dan sebaliknya, seseroramg dapat mengajukan pinjaman kepada pemberi pinjaman yang mengubungkan antara pemberi pinjaman dengan peminjam atau investror secara online.

b) Market Aggregator, CNBC Indonesia, Roy Franendya (2018) menjelaskan bahwa market aggregator merupakan suatu aktivitas untuk mengumpulkan dan mengelola data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu pengambilan keputusan.

c) Risk and Invesment Management atau risiko dan investasi manajemen dalam teknologi keuangan yang digunakan sebagai alat perencaan dalam bentuk digital.

d) Payment, Settlement and Clearing, CNBC Indonesia, Roy Franedya (2018) menjelaskan bahwa payment, settlement and clearing sebagai salah satu sektor fintech dengan layanan sistem pembayaran

(6)

yang baik yang diselenggarakan oleh industry perbankan atau lemabaga Bank Indonesia.

Menurut Ike Nofalia (2019) berpendapat pada artikelnya bahwa financial technology memiliki kekuatan dan kelemahan yaitu sebagi berikut:

a. Kekuatan financial technology yang mempermudah layanan keuangan bagi pelaku usaha dan para konsumen, sebagai berikut:

1) Mudah saat melayani pembeli

Bagi pelaku usaha cukup terkoneksi dengan koneksi internet ke seluler sehingga dapat membuka segala jenis bantuan kepada pembeli. Sedangkan bagi pembeli, dengan teknologi finansial ini, mereka dapat memperoleh kemudahan saat menerima layanan finansial, seperti dengan membuka dan membayar sendiri transaksinya melalui smartphone atau komputer tablet melalui keuntungan yang kini semakin mudah.

2) Informasi cepat dan gampang

Dengan adanya financial technology mampu mendukung untuk memperoleh segala informasi secara cepat dan mudah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen

3) Keamanan yang terjamin

Teknologi finansial ini memiliki teknik keamanan baru dan melindungi data pembeli agar tetap aman, misalnya seperti data biometrik, tokenisasi, dan enkripsi.

(7)

4) Proses yang cepat

Proses bantuan keuangan yang sangat cepat dan menggunakan sistem dokumentasi keuangan, sistem pinjaman, atau verifikasi skor kredit sehingga sistem yang diterapkan lebih cepat dan efisien adalah salah satu yang paling dirasakan oleh konsumen karena dapat menghemat waktu.

5) Mudah diterima dalam 24 jam

Tingkat persetujuan yang diterima dengan meminjam dana melalui hadirnya financial technology lebih cepat, cara persetujuannya tinggal menunggu paling lama selama 24 jam. Peminjaman dana ini dapat meminjamkan dana untuk membuka usaha dan kebutuhan lainnya

6) Pelayanan yang efisien

Seperti halnya teknologi keuangan, pembeli dapat menikmati layanan keuangan yang lebih aman dan efisien. Dengan begitu bentuk aplikasi financial technology ini sangat mendukung dalam mengelola keuangan. Tidak hanya itu, aplikasi ini dilengkapi dengan informasi jadwal pembayaran debit. Dengan informasi tersebut kita dapat memperhatikan total dana yang akan dikeluarkan untuk tagihan tersebut. Kita juga bisa mengatur keseimbangan uang antara uang masuk dan uang keluar

7) Pemberitahuan pembayaran nominal

Sistem pembayaran tagihan melalui financial technology yang sangat tepat dan efisien. Karena setiap aktivitas pembayaran tagihan dilakukan seperti jadwal notifikasi pembayaran

(8)

b. Kelemahan financial technology dengan adanya suatu kemudahan pelayanan keuangan secara efektif dan efisien juga mempunyai sejumlah kelemahan, yaitu sebagai berikut:

1) Wajib terkoneksi dengan akses internet

Bagi pelaku usaha harus mempersiapkan fasilitas komputer, tablet atau smartphone yang sudah terkoneksi dengan internet. Layanan teknologi keuangan ini hanya dapat diakses melalui jaringan internet. Jika kita berada di lokasi yang belum memiliki layanna internet, kita tidak dapat membuka layanan keuangan dari finansial 2) Hanya mencapai pelaku usaha yang memakai intenet

Layanan financial technology belum dapat dinikmati oleh semua kalangan terutama bagi masyarakat yang belum memiliki akses internet

3) Rawan penipuan

Walaupun salah satu keunggulan layanan ini adalah memiliki tingkat keamanan yang tinggi, namun teknologi finansial ini masih rawan penipuan dengan menyampaikan kepada konsumen melalui keuntungan yang besar.

4) Biaya tinggi

Biaya bunga pinjaman yang ditawarkan lebih tinggi daripada biaya bunga keuangan tradisional. Hal ini dapat menjadi pertimbangan sebelum memilih jasa keuangan ini.

(9)

2. Peran Financial Technology (Fintech)

Fintech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding, mobile payments, dan jasa transfer uang menyebabkan revolusi dalam bisnis startup. Dengan crowdfunding, bisa memperoleh dana dari seluruh dunia dengan mudah, bahkan dari orang yang belum pernah ditemui sekalipun Fintech juga memungkinkan transfer uang secara global atau internasional. Jasa pembayaran seperti PayPal otomatis mengubah kurs mata uang, sehingga yang berada di Amerika bisa membeli barang dari Indonesia dengan mudahnya, Fintech juga memiliki peran penting dalam mengubah perilaku dan ekspektasi konsumen diantaranya:

a. dapat mengakses data dan informasi kapan saja dan dimana saja b. Menyamaratakan bisnis besar dan kecil sehingga cenderung untuk

memiliki ekspektasi tinggi meski terhadap bisnis kecil yang baru dibangun.

Secara global, industri Fintech terus berkembang dengan pesat.

Terbukti dari bermunculannya perusahaan startup di bidang ini serta besarnya investasi global di dalamnya.Khususnya di Indonesia, bisnis ini berkembang sangat pesat hingga menarik perhatian seluruh pebisnis di Indonesia.

Fintech selalu berinovasi, seperti mengembangkan produk yang fleksibel dan cara yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, permasalahan tersebut diantaranya kesulitan mendapatkan akses. Fintech juga membuat layanan keuangan

(10)

menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses, meningkatkan pengalaman pelanggan dan mempercepat penggunaan dan keterlibatan, membangun landasan termasuk verifikasi identitas secara digital agar lebih mudah, due diligence pelanggan yang kolaboratif, berbagi data, dan skema pembayaran yang dapat mengakselerasi sejumlah layanan keuangan. Pada tahun 2019 tingkat inklusi jateng sebesar 66,23% adanya peningkatan dari tahun survei OJK sebelumnya sebesar 12,33%. Dari hasil survei dan wawancara didapatkan peran Fintech terhadap terwujudnya inklusi keuangan UMKM sebagai berikut:

a. Fintech memberikan Kemudahan mengakses berbagai jenis layanan keuangan

b. Mampu menjangkau seluruh UMKM hingga daerah hingga yang terpencil

c. Fintech sudah membuka akses pembiayaan usaha yang lebih mudah dan cepat

d. Fintech berkontribusi besar bagi pemberdayaan UMKM dan ekonomi lokal

3. Literasi Keuangan

Manurung (2009:24) menjelaskan bahwa literasi keuangan merupakan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan yang efektif dengan semua sumber daya keuangan mereka. OJK berpendapat bahwa misi penting dalam program literasi keuangan yaitu

(11)

dilakukannya dengan tujuan masyarakat Indonesia dapat mengelola secara baik dan teliti sehingga perlu di adakannya edukasi dibidang keuangan. Hal ini dikarekanan untuk meminimalisirkan rendahnya pengetahuan tentang industri keuangan dan masyarakat tidak mudah tertipu pada produk-produk investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka oendek tanpa memikirkan dampaknya.

Otoritas Jasa Keuangan mendefinisikan inklusi keuangan sebagai akses ke berbagai lembaga keuangan, produk dan layanan dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat (Otoritas Jasa Keuangan, 2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016 terkait peningkatan literasi dan inklusi keuangan di bidang jasa keuangan bagi konsumen sehingga inklusi Keuangan memiliki tujuan sebagai berikut:

a Peningkatan akses pada masyarakat terhadap lembaga, produk dan layanan jasa keuangan pelaku usaha jasa keuangan

b Peningkatan pemakain produk atau layanan jasa keuangan yang telah sesuai berdasarkan kemampuan dan kebutuhan masyarakat

c Peningkatan ketersediaan produk atau layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

Keuangan inklusif adalah berbagai upaya untuk tidak memberikan semua hambatan harga atau non-harga untuk mengakses masyarakat dalam memanfaatkan jasa keuangan (Adriani & Wiksuana,

(12)

2018). Indikator yang dapat digunakan dalam pengukuran inklusi keuangan di suatu negara adalah dengan ketersediaan atau akses untuk mengukur kemampuan untuk menggunakan jasa keuangan formal dalam keadaan terjangkau harga dan fisik, gunakan untuk mengukur penggunaan sebenarnya produk dan layanan keuangan, kesejahteraan untuk mengukur dampak layanan pada tingkat kehidupan pengguna jasa, dan kualitas dalam mengukur apakah layanan dan produk keuangan telah memenuhi kebutuhan pelanggan.

4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) a Pengertian UMKM

Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang kemudian diperbarui menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang membahas mengenai pengertian dari UMKM dijelaskan sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagaian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

(13)

memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintahan ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomoi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur peraturan pemerintah ini.

b Kriteria UMKM

Undang -undang Nomor 20 tahun 2008 mengatur tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang kemudian diperbarui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang membahas mengenai kriteria usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan sebagaimana berikut:

a Usaha mikro memiliki modal usaha sampai paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b Usaha kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

(14)

c Usaha menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Referensi

Dokumen terkait

Wardani (2020) menjelaskan bahwa peran dari adanya pengimplementasian fintech dapat meningkatan literasi keuangan dengan memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM dalam

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel independen (Tingkat Pendidikan, Usia, Jenis Kelamin, Pendapatan, dan Jarak Domisili) maupun

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa joshi (助詞) adalah kata bantu atau partikel yang selalu menempati posisi setelah kata lain dan tidak memiliki makna leksikal

Daftar itu jelas hendak menekankan: (1) Kontinuitas umat Israel, (2) Pembangunan kembali (restorasi) kehidupan umat, dan (3) Dalam bingkai teologis yang luas, yaitu perjanjian,

Sebaliknya masyarakat yang mempunyai tingkat literasi keuangan yang tinggi akan mampu memilih dan memanfaatkan produk dan jasa keuangan, memiliki kemampuan dalam melakukan

Untuk itu dalam skripsi ini, penelitian ditujukan untuk mengetahui kendala yang dihadapi UMKM dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Masalah yang sering dihadapi oleh para pelaku UMKM salah satunya yaitu pengelolaan keuangan dan masih ada yang tidak menggunakan informasi akuntansi, namun sebenarnya

Hasil pelatihan dan pendampingan pembukuan bagi UMKM yaitu masih beberapa yang merasa kesulitan menyusun laporan keuangan namun pelaku UMKM tetap antusias dalam