• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWA PUTU PURWA SAMATRA (NIP ) GRACIA MELIANA TANOYO (NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEWA PUTU PURWA SAMATRA (NIP ) GRACIA MELIANA TANOYO (NIM"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

PERBEDAAN LATENSI

BRAINSTEM AUDITORY EVOKED POTENTIAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

DENGAN KADAR GULA DARAH TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL

DEWA PUTU PURWA SAMATRA (NIP 19550321 198303 1 004) GRACIA MELIANA TANOYO (NIM 1114068202)

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang sering dijumpai, dan dapat menyebabkan disabilitas pada organ-organ lain seperti otot, retina, ginjal, pembuluh darah (besar ataupun kecil), serta sistem saraf. Penyakit ini dengan cepat menjadi epidemi baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Terkait dengan sistem saraf, banyak literatur membahas mengenai komplikasi DM pada sistem saraf tepi sedangkan komplikasi DM pada sistem saraf pusat (SSP) lebih jarang diteliti.

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa diabetes dapat menyebabkan neuropati pada SSP.

Ada 4 tipe DM yang berbeda, yaitu diabetes melitus tipe 1, tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain yang disebabkan defek genetik spesifik (ADA, 2013). Prevalensi DM telah mencapai proporsi epidemik. Pada Januari 2011, National Diabetic factsheet menyatakan ada sekitar 246 juta penderita diabetes di seluruh dunia sepanjang tahun 2010, dengan prevalensi 11.3% berusia antara 20-65 tahun. Di India saja, penderita diabetes diperkirakan meningkat dari 40.6 juta pada tahun 2006 menjadi 79.4 juta pada tahun 2030. (Agarwal, dkk.,2013). Estimasi terakhir dari International Diabetic Federation (IDF) terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes pada tahun 2013.

Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 592 juta orang (Aslam dkk.,2014). Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif hingga mengalami komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Proporsi DM di Indonesia hasil Riskerdas 2013

(3)

sebesar 6.9%. Jika estimasi jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas pada tahun 2013 adalah 176.689.336, maka diperkirakan jumlah absolutnya adalah sekitar 12 juta orang (Infodatin, 2014).

Hiperglikemia akibat DM yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan komplikasi ke berbagai sistem tubuh. Salah satu komplikasi dari DM pada sistem saraf adalah neuropati (Infodatin, 2014). Neuropati diabetik didapatkan pada hampir setengah populasi penderita DM, dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas lebih tinggi Kontrol gula darah yang buruk (dicerminkan melalui kadar HbA1C dalam darah), durasi menderita DM, dan faktor risiko kardiovaskular lain, seperti merokok, serta hipertensi, juga berpotensi meningkatkan risiko neuropati diabetik (Aslam dkk, 2014).

Komplikasi neuropati akibat diabetes dapat mengganggu fungsi saraf tepi maupun saraf pusat, namun manifestasi perifer lebih sering dibahas pada literatur dibandingkan efek pada sistem saraf pusat (Huang, dkk.,2010). Neuropati diabetik sentral adalah suatu konsep yang baru dan dapat dideteksi dengan metode yang sederhana dan non invasif, yaitu dengan Evoked Potential (EP). Salah satunya adalah dengan menggunakan Brainstem Auditory Evoked Potentials (BAEP)dan Visual Evoked Potential(VEP).

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kelainan fungsi dari nervus akustikus hingga ke batang otak atas, yang dapat terdeteksi pada stadium dini. Lesi pada level ini akan menyebabkan perubahan pada amplitudo dan latensi pada gelombang BAEP (Takkar dkk., 2013). Amplitudo seringkali tidak terlalu diperhitungkan, karena variabilitasnya sangat tinggi (Abdulkadiroglu, dkk., 1999).

Pemeriksaan BAEP/VEP standar terdiri dari tujuh gelombang, lima gelombang pertama dari 7 gelombang tersebut digunakan pada praktik klinis rutin karena

(4)

konsistensinya (Shatdal,dkk., 2013). Gelombang 1 berasal dari bagian perifer nervus kranialis VIII (nervus auditori) dekat nukleus koklea. Gelombang 2 berasal dari nukleus koklea, gelombang 3 dari nukleus oliva superior, gelombang 4 dari lemniskus lateral dan gelombang 5 dari kolikulus inferior di mesensefalon (Siddiqi, dkk., 2013).

Neuropati diabetik sentral yang mengenai jalur auditori di batang otak dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Banyak penderita tidak menyadari bahwa ia mengalami gangguan pendengaran karena proses perjalanan penyakit yang lama dan perlahan. Oleh karena itu, klinisi perlu memonitor fungsi pendengaran pada penderita DM, sebagai tambahan dari pemeriksaan rutin lain pada DM, agar intervensi bisa segera diberikan bila perlu (Siddiqi, dkk.,2013).

Beberapa penelitian mengenai abnormalitas BAEP/VEP pada penderita DM telah dilakukan di berbagai tempat di seluruh dunia, namun hasilnya bervariasi (Gupta dkk., 2013). Penelitian oleh Zhang, dkk. (2005) menemukan bahwa latensi gelombang BAEP, yaitu gelombang III dan V serta interpeak latency (IPL) I-III dan III-V didapatkan memanjang pada penderita DM dibandingkan dengan individu sehat (Li, dkk., 2013).

Pada penelitian oleh Abo-Elfetoh dkk.(2015), pasien dengan kontrol gula darah buruk memiliki pemanjangan latensi absolut yang signifikan dari gelombang I dengan diikuti pemanjangan latensi gelombang III dan V, juga IPL III-V dibandingkan dengan kelompok kontrol (individu sehat), yang dapat menunjukkan adanya keterlibatan baik jalur auditori perifer maupun sentral terkait dengan kontrol gula darah, seperti sudah dilaporkan juga oleh penelitian lain (Bayazit dkk., 2000). Temuan dalam penelitian ini juga konsisten dengan penelitian lain yang menggunakan BAEP/VEP (Dolu, dkk., 2003;

Toth, dkk., 2003), yaitu menemukan pemanjangan latensi gelombang III dan V. Namun,

(5)

ada penelitian (Leon-Morales, dkk., 2005; Talebi, dkk., 2008) yang melaporkan bahwa tidak ada korelasi antara kadar HbA1C dan hasil BAEP/VEP. Pemanjangan IPL I-III pada kelompok diabetes sebagian konsisten dengan temuan oleh Huang dkk. (2010), tapi pada penelitian tersebut tidak ditemukan pemanjangan IPL I-V yang bermakna (Abo- Elfetoh, dkk., 2015). Data terkait pengaruh kadar HbA1c terhadap fungsi pendengaran pada penderita DM masih merupakan kontroversi. Beberapa penelitian bahkan tidak menunjukkan bahwa buruknya kontrol gula darah mempunyai efek negatif terhadap fungsi pendengaran (Dabrowsky, 2014). Selain itu, belum banyak data didapat mengenai abnormalitas BAEP/VEP pada DM di Indonesia, akibat penelitian yang masih sedikit.

Upaya pengendalian diabetes menjadi tujuan yang sangat penting dalam mengendalikan dampak komplikasi DM bagi penderita, keluarganya, dan pemerintah (Infodatin, 2014). Saat ini, sebagian besar klinisi menggunakan rekomendasi dari American Diabetes Association (ADA) dan organisasi lain, yang mendefinisikan target

konsentrasi HbA1C sebagai sasaran kontrol gula darah optimal. Konsensus PERKENI 2015 merekomendasikan sasaran utama terapi DM adalah nilai HbA1c <7%.

Hingga saat ini, berbagai penelitian yang melakukan pemeriksaan BAEP pada penderita DM menggunakan kelompok kontrol individu yang sehat (Abdulkadiroglu,dkk.,1999; Dolu,dkk., 2003; Toth, dkk., 2003; Talebi, dkk., 2008;

Gupta,dkk., 2010; Huang, dkk.,2010; Mahallik, dkk., 2014; Abo-Elfetoh,dkk., 2016), sehingga tidak diketahui berapa proporsi dan bagaimana karakteristik penderita DM yang memiliki hasil BAEP/VEP normal. Sejauh pengetahuan peneliti, di Bali belum ada yang mengerjakan penelitian mengenai pengaruh kontrol kadar gula darah terhadap

(6)

neuropati diabetik sentral pada sistem auditori penderita DM dengan menggunakan pemeriksaan non invasif namun obyektif, yaitu Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP), sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan latensi brainstem auditory evoked potential (BAEP)dan visual evoked potential(VEP) pada penderita DM dengan kadar

gula darah terkontrol dan tidak terkontrol?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan latensi brainstem auditory evoked potential (BAEP)dan visual evoked potential(VEP) pada penderita DM

dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengetahui proporsi dan karakteristik penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol

1.3.2.2 Mengetahui perbedaan latensi brainstem auditory evoked potential (BAEP) pada penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol, berdasarkan kelompok lama menderita DM, dan ada tidaknya hipertensi, dislipidemia, dan konsumsi rokok.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat ilmiah

Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan data mengenai proporsi dan karakteristik latensi BAEP pada penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol. Adanya perbedaan latensi BAEP tersebut dapat dipakai sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian di masa yang akan datang. Perbedaan latensi BAEP yang bermakna penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol akan mendukung teori yang mengatakan bahwa pada penderita DM dapat terjadi neuropati diabetik sentral, terutama pada jalur auditori.

1.4.2 Manfaat praktis

Dengan mengetahui adanya perbedaan latensi BAEP pada penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol, diharapkan dilakukan deteksi dini, kontrol gula darah yang lebih baik, dan penatalaksanaan yang komprehensif terhadap keluhan gangguan pendengaran pada penderita DM sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan memperbaiki kualitas hidup penderita.

(8)

BAB II

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kerangka Berpikir

Kontrol gula darah yang buruk pada penderita DM (HbA1C  7%) menyebabkan aktivasi jalur poliol intrasel (meningkatkan kadar sorbitol) yang mengakibatkan stres osmotik dan akumulasi AGE di substansia alba. Selain itu, kadar mioinositol juga menurun akibat stres osmotik, menurunkan enzim Na K ATPase yang diperlukan dalam konduksi rangsang saraf. Akumulasi AGE juga menyebabkan glikasi non enzimatik pada mielin, menyebabkan mielin lebih rentan terhadap makrofag, lalu melepaskan protease, yang lebih lanjut berperan dalam demielinisasi. Selain itu, AGE intrasel berinteraksi dengan protein matriks, menyebabkan gangguan struktur dan fungsi neuron dan neuroglia. Peningkatan kadar AGE intrasel juga menyebabkan glikasi protein sitoskeletal, menyebabkan atropi aksonal. Selain itu, kondisi hiperglikemia menyebabkan perubahan pada dinamika dan fungsi mitokondria, menyebabkan akumulasi ROS, stres oksidatif, dan gangguan transport aksonal pada SSP, yang mengakibatkan degenerasi aksonal. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi neuropati diabetik sentral pada jalur audiotori adalah dengan pemeriksaan brainstem auditory evoked potential (BAEP), dimana akan ditemukan latensi gelombang

yang abnormal. Dalam kondisi kontrol gula darah baik (HbA1C < 7%), kondisi hiperglikemi kronis dapat dihindari sehingga proses yang merunut ke arah komplikasi berupa neuropati DM, khususnya di jalur auditori sentral, dapat dicegah.

(9)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Diabetes Melitus

Hiperaktivitas jalur poliol intrasel

Gangguan dinamika dan fungsi mitokondria

Sorbitol  Akumulasi

ROS

Kontrol gula darah baik (HbA1C <7%)

Kontrol gula darah buruk (HbA1C7%)

Neuropati dan angiopati jalur auditori sentral (-)

Latensi BAEP abnormal Neuropati diabetik sentral pada

sistem auditori

Stres oksidatif 

Gangguan transport aksonal pada

SSP Mioinositol 

enzim Na-K-ATPase  Konduksi rangsang saraf

Akumulasi AGE di substansia alba

(intrasel)

Glikasi protein sitoskeletal

Interaksi dengan protein matriks

Glikasi non enzimatik pada mielin

Atropi akson

Gangguan fungsi dan struktur neuron

dan neuroglia

demielinisasi

(10)

2.2 Konsep Penelitian

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep Keterangan :

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: terdapat perbedaan latensi brainstem auditory evoked potential dan visual evoked potensial pada penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol.

Latensi brainstem auditory evoked

potential (BAEP/VEP)

Kadar gula darah tidak terkontrol 1. Riwayat paparan

obat ototoksik (amikacin, streptomicin) 2. Keturunan

gangguan pendengaran 3. Riwayat pekerjaan

terpapar bising 4. kelainan anatomi

atau tumor pada daerah telinga, hidung dan tenggorokan 5. Paparan trauma

ledakan bom, dentuman atau letusan senjata api 6. Konsumsi alkohol 7. Infeksi HIV 8. Penyakit Ginjal

kronik 9. Stroke

10.Multipel sklerosis 11. DM gestasional

Penderita DM

Variabel yang dikendalikan pada tahap analisis statistik Variabel yang dikendalikan pada tahap rancangan penelitian

Kadar gula darah

terkontrol

1.Lama

menderita DM 2.Hipertensi 3.Merokok 4.Dislipidemia

Variabel yang diteliti

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian potong lintang untuk mengetahui apakah ada perbedaan latensi brainstem auditory evoked potential (BAEP) dan VEP pada penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol.

Subyek penelitian ini diambil secara consequtive sampling. Secara lebih jelas dapat digambarkan lewat diagram berikut:

\

Gambar 4.1 Bagan Kerangka Penelitian 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Poliklinik Diabetes di RSUP Sanglah, mulai bulan April 2016 sampai dengan Juni 2016.

Kadar gula darah terkontrol (HbA1C < 7%)

Kadar gula darah tidak terkontrol (HbA1C  7%) Penderita DM

Pengukuran Latensi BAEP/VEP (gelombang III, V dan IPL I-III, III-V,

I-V)

Diukur pada 1 titik waktu Pengukuran Latensi

BAEP/VEP (gelombang III, V dan IPL I-III, III-V,

I-V)

(12)

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup bidang neurologi khususnya subdivisi sistem saraf tepi.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi target

Populasi target penelitian ini adalah semua penderita DM.

3.4.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol baik maupun tidak, yang menjalani perawatan di poliklinik diabetes dan poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar selama bulan April 2016 sampai dengan Juni 2016.

3.4.3 Kriteria sampel

Semua penderita DM yang memenuhi kriteria eligibilitas dimasukkan sampai jumlah sampel penelitian terpenuhi.

3.4.3.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol (HbA1C<7%) ataupun tidak terkontrol (HbA1C7%)

2. Umur antara 40-65 tahun

3. Penderita komposmentis, dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS) dan bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan (informed consent)

(13)

3.4.3.2Kriteria eksklusi

1. Penderita dengan lama menderita DM lebih dari 10 tahun

2. Penderita sedang menderita radang akut pada telinga, hidung, dan tenggorokan 1. Penderita pernah menderita infeksi telinga tengah menahun atau penyakit telinga

lain yang menyebabkan gangguan pendengaran secara menetap

2. Riwayat menggunakan obat-obatan yang bersifat ototoksik dalam waktu lebih dari 3 bulan secara terus menerus

3. Riwayat gangguan pendengaran usia muda pada orangtua yang bersifat menurun 4. Ada kelainan anatomi atau tumor pada daerah telinga, hidung dan tenggorokan 5. Riwayat paparan bising pada pekerjaan

6. Pernah terpapar trauma ledakan bom, dentuman atau letusan senjata api 7. Riwayat stroke sebelumnya

8. Penderita dengan riwayat infeksi HIV 9. Penderita dengan riwayat gagal ginjal kronis

10. Penderita dengan riwayat menderita penyakit multipel sklerosis 3.4.4 Besar sampel

Besar sampel (n) ditetapkan berdasarkan rumus untuk penelitian analitik dengan skala pengukuran komparatif numerik tidak berpasangan (Colton, 1974, cit. Dahlan, 2009) :

n1 = n2 = 2 (Z+Z) S)2

 : kesalahan tipe I ditetapkan 5% sehingga Z = 1,96

 : kesalahan tipe II, ditetapkan 10% sehingga Z = 1,28 (X1-X2)2

(14)

S : Simpang baku gabungan

X1-X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Simpang baku dari kelompok yang dibandingkan berdasarkan penelitian Huang, dkk.

(2010) yang membandingkan perbedaan hasil BAEP pada penderita DM dengan individu normal, adalah 0,18 (kelompok non DM) dan 0,23 (kelompok DM). Simpang baku gabungan (dari perhitungan) didapatkan: 0,04265. Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1-X2): 0,15. Sehingga didapatkan n1=n2= 39,79. Sehingga jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 40 orang dan sampel keseluruhan berjumlah 80 orang.

3.4.5 Teknik pengambilan sampel

Sampel pada penelitian ini diambil secara consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria eligibilitas dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: DM dengan kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol 2. Variabel tergantung: latensi brainstem auditory evoked potential (BAEP) 3. Variabel kendali: jenis kelamin, lama menderita DM, hipertensi, dislipidemia,

rokok.

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Definisi DM adalah ditegakkan berdasarkan pemeriksaan glukosa darah puasa

> 126 mg/dL atau GD2JPP  200 mg/dL atau penderita dengan gejala hiperglikemia klasik atau krisis hiperglikemia, GDA  200 mg/dL atau HbA1C

 6.5% (PERKENI, 2015). Data diperoleh dari rekam medis pasien. Menurut

(15)

PERKENI 2015, DM tipe 1 adalah penderita terdiagnosis DM akibat kerusakan sel Beta yang menjurus pada defisiensi insulin absolut, akibat autoimun atau idiopatik. DM tipe 2 adalah penderita terdiagnosis DM dengan dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif hingga dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin (PERKENI, 2015). Data diperoleh dari rekam medis pasien.

2. DM gestasional adalah penderita terdiagnosis DM saat kehamilan trimester kedua atau ketiga (ADA, 2013). Data diperoleh dari rekam medis pasien.

3. Kadar gula darah tidak terkontrol dinilai berdasarkan HbA1C, yaitu bentuk glikolisasi dari hemoglobin yang dapat digunakan sebagai indikator dari toleransi glukosa dan regulasi glukosa pada penderita DM dan dikatakan tidak terkontrol bila HbA1C > 7%. Data didapat dari catatan medis pasien, yaitu hasil pemeriksaan HbA1C dalam < 3 bulan terakhir dari saat pengambilan data. Data berskala nominal (PERKENI, 2015).

4. Latensi brainstem auditory evoked potential (BAEP) adalah jarak (dalam satuan milidetik) dari titik nol hingga ke puncak gelombang ke atas, dari puncak pertama hingga kelima. Latensi BAEP yang diukur adalah peak latensi gelombang III atau gelombang V, dan atau pemanjangan interpeak latency (IPL) I-III atau III-V, atau I-V (American Clinical Neurophysiology

Society, 2008). Data yang disajikan berskala numerik. Pemeriksaan akan dilakukan di poliklinik EMG RSUP Sanglah, dengan verifikasi hasil pemeriksaan BAEP akan dilakukan oleh dr. P.P. spesialis saraf konsultan.

(16)

5. Usia adalah usia penderita pada saat dilakukan wawancara sesuai dengan yang tercatat pada Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dalam penelitian ini usia dibatasi pada periode dewasa menengah yaitu antara usia dewasa muda dengan usia tua (40-65 tahun) sesuai dengan pembagian usia berdasarkan teori Erik Erikson.

Usia > 65 tahun tidak dimasukkan karena kelompok usia ini mengalami peningkatan insiden presbikusis (gangguan pendengaran tipe sensorineural) yang bermakna (Soepardi, dkk., 2007)

6. Lama menderita DM adalah waktu dalam hitungan tahun sejak penderita didiagnosis menderita DM yang diketahui dari wawancara kepada pasien, keluarga, dan rekam medis penderita. Dalam penelitian ini, dibatasi lama menderita DM  10 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kurang dari 5 tahun dan 5-10 tahun (Siddiqi, dkk., 2013; Takkar, dkk., 2013)

7. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan maupun penurunan lipid dalam plasma. Data disajikan dalam bentuk skala nominal dikotomi, yaitu dislipidemia dan tidak dislipidemia Dislipidemia bila terdapat kelainan lipid yang utama yaitu kadar kolesterol total > 200 mg/dL dan/ atau kolesterol LDL > 130 mg/dL dan/atau kadar HDL

< 35 mg/dL dan/ atau trigliserida > 200 mg/dL (PERKENI, 2015).

8. Hipertensi adalah penderita DM dengan tekanan darah sistolik  140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik  90 mmHg sesuai dengan kriteria JNC VIII (James, dkk., 2013) yang didapatkan melalui dua kali pengukuran tekanan darah pada posisi berbaring menggunakan tensimeter raksa merk Riester.

Dalam penelitian ini tidak dibedakan apakah hipertensi terkontrol atau tidak

(17)

terkontrol. Data berskala nominal dikotomi, yaitu hipertensi dan tidak hipertensi.

9. Penderita menggunakan obat-obatan ototoksik (amikasin, streptomisin) dalam 3 bulan terakhir.

10. Keturunan adalah riwayat gangguan pendengaran usia muda pada orangtua sampel. Dalam penelitian ini terbatas pada hasil anamnesis adanya riwayat gangguan pendengaran usia muda yang bersifat menurun pada orang tua sampel

11. Riwayat terpapar bising adalah penderita yang bekerja pada lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB lebih dari 8 jam per hari, misalnya pekerjaan yang berkaitan dengan mesin pesawat terbang, mesin pemotong rumput, gergaji mesin, bengkel kendaraan motor, diskotik, selama 5 tahun atau lebih, serta riwayat terpapar trauma ledakan bom, dentuman atau letusan senjata api satu kali dalam hidupnya (Soepardi, dkk., 2007).

12. Stroke adalah adanya riwayat klinis defisit neurologi maupun hasil pemeriksaan klinis neurologis yang terjadi mendadak yang ditandai oleh kelemahan atau kelumpuhan, kesemutan atau rasa tebal, gangguan berbicara, gangguan tajam penglihatan atau penglihatan ganda, yang bertahan lebih dari 24 jam, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak (Warlow dkk, 2007).

13. Riwayat peminum alkohol adalah individu yang mempunyai kebiasaan minum alkohol > 1 gelas per hari untuk perempuan, dan > 2 gelas per hari untuk laki-

(18)

laki secara reguler selama lebih dari 1 tahun terakhir (Van Horn, dkk., 2010).

Data diperoleh dari wawancara dan catatan rekam medis pasien.

14. Penderita HIV/AIDS adalah penderita dengan gejala klinis infeksi HIV/AIDS dan hasil pemeriksaan serologis HIV menunjukkan hasil positif. Data diperoleh dari wawancara, pemeriksaan penunjang, dan catatan medis.

15. Penyakit ginjal kronis (PGK) didefinisikan sebagai penderita yang sudah terdiagnosis gagal ginjal kronis (GGK) atau terduga GGK; mengalami abnormalitas struktural atau fungsional ginjal yang menetap dalam 3 bulan dan dimanifestasikan oleh kerusakan ginjal yang terdeteksi sebagai GFR dibawah 60 ml/menit/1,73m2 (Milner, 2003). Data diperoleh dari wawancara, pemeriksaan penunjang, dan catatan medis.

16. Merokok adalah riwayat merokok lebih dari satu tahun secara teratur yang diperoleh melalui anamnesis. Jumlah rokok yang dikonsumsi  10 batang/hari (Husten, 2009). Variabel dikelompokkan menjadi ya/tidak, menggunakan skala dikotomi

17. Multipel sklerosis adalah penyakit inflamasi termediasi imun yang menyerang mielin dan akson dengan derajat bervariasi dan menyebabkan disabilitas fisik yang signifikan, ditandai dengan episode simptomatik yang muncul secara terpisah berselang beberapa bulan atau tahun dan melibatkan lokasi anatomi yang berbeda Diagnosis berdasarkan kriteria McDonald 2010 (Luzio, dkk., 2016). Data diperoleh dari catatan rekam medis pasien.

(19)

3.7 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data berupa formulir pengumpulan data yang memuat tentang karakteristik sampel, pemeriksaan tanda vital, telinga luar, pemeriksaan garputala, dan hasil laboratorium

a. Karakteristik penderita didapatkan dari catatan medik.

b. Pemeriksaan telinga luar dengan otoskop dan fungsi pendengaran dengan garpu tala 256Hz

c. Pemeriksaan BAEP dengan mesin EMG/EP Keypoint Dantec, produksi Denmark tahun 2015. Gelombang BAEP direkam dengan headphone; tipe stimulus suara klik, dengan durasi 0.1 milidetik, frekuensi stimulus 10 Hz, averaging 2000, dan

intensitas stimulus 90 dB. Elektrode aktif ditempatkan di kulit kepala (Cz) di verteks; elektrode reference ditempatkan di os mastoid di sisi yang diperiksa, sedangkan elektrode ground ditempatkan di garis tengah dahi (FPz). Nilai normal ditetapkan berdasarkan standar mesin yang digunakan dalam satuan milidetik, yaitu nilai mean ditambah simpang baku dengan hasil peak latensi normal gelombang I: 2 milidetik; gelombang III: 4,28 milidetik; gelombang V: 6,2 milidetik.

d. Pemeriksaan kontrol gula darah yang digunakan adalah kadar HbA1c dalam 3 bulan terakhir. Kadar HbA1c diperiksa memakai metode Turbidimetri, alat automatic autoanalyzer (Cobas Integra 400 Plus analyzer dari Roche).

3.7 Prosedur Penelitian

Penderita DM yang dirawat di poliklinik Neurologi dan poliklinik Diabetes RSUP Sanglah dan memenuhi kriteria eligibilitas diambil sebagai sampel secara consecutive

(20)

sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis kemudian dilakukan

pemeriksaan telinga luar, fungsi pendengaran dengan garputala 256 Hz, dan pemeriksaan BAEP.

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian Populasi target : penderita DM tipe 2 Populasi terjangkau: penderita DM tipe 2 di

poliklinik diabetes RSUP Sanglah

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

sampel

Penilaian kendali kadar gula darah (HbA1C)

HbA1C < 7% HbA1C  7%

Pemeriksaan latensi BAEP gelombang III, V, IPL I-III, III-V, I-V

Analisis data Populasi target : penderita DM Populasi terjangkau: penderita DM di

poliklinik diabetes RSUP Sanglah

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Laporan Hasil Penelitian

Pemeriksaan latensi BAEP gelombang III, V, IPL I-III, III-V, I-V

(21)

3.9 Analisis Data

Analisis dan penyajian data yang digunakan adalah sebagai berikut:

Data yang didapat dikumpulkan kemudian dilakukan analisis statistik dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows. Langkah-langkah analisis sebagai berikut:

1. Variabel lama menderita DM, riwayat hipertensi, dislipidemia, merokok, akan ditampilkan dalam bentuk data deskriptif

2. Analisis bivariat untuk uji hipotesis variabel bebas dan variabel tergantung berskala numerik adalah dengan uji t tidak berpasangan (bila data berdistribusi normal). Bila data numerik yang didapatkan kemudian ternyata tidak berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji non paramaterik dengan uji Mann-Whitney.

Tingkat kemaknaan dengan p dan interval kepercayaan (IK) 95%.

(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

No Nama J.K Usia (thn)

HbA1 c (%)

Roko k

Dislipid emia

Hiper tensi

Durasi mend erita DM

Peke rjaan

Pendidikan Obat DM

VEP kiri O1

VEP kiri O2

VEP kana n O1

VEP kan an O2

1 Farida h

P 43 8.8 tidak tidak tidak <5

tahun pega wai swast a

akademi/di ploma/PT

insulin 139.

0

136.0 121.0 125.

0

2 dw gd

santo sa

L 46 6.8 tidak tidak tidak <5

tahun pega wai swast a

akademi/di ploma/PT

obat oral

147.

0

143.0 147.0 149.

0

3 ketut pandi a

L 56 5.2 tidak ya ya <5

tahun wiras wast a

tamat SD obat oral

144.

0

142.0 162.0 161.

0

4 la yani konisi

L 49 10.6 tidak ya tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 172.

0

150.0 128.0 142.

0

5 ni waya n

sepan

P 52 5.3 tidak ya ya <5

tahun petan i/bur uh

tidak sekolah

insulin 129.

0

130.0 144.0 143.

0

6 Wyn

sariad a musti ka

L 65 7.6 tidak tidak ya 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 107.

0

109.0 163.0 159.

0

7 wyn

renda

L 63 10.2 ya ya tidak <5

tahun lain- lain

tamat SMA insulin +OAD

170.

0

133.0 132.0 147.

0

8 emy

soang

P 61 6.4 tidak tidak ya 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

obat oral

118.

0

114.0 120.0 118.

0

9 supia ni

P 62 6.9 tidak ya tidak <5

tahun lain- lain

tamat smp insulin 121.

0

115.0 120.0 117.

0

10 ign dudi adipu tra

L 43 10.4 tidak tidak ya 5 - 10

tahun wiras wast a

akademi/di ploma/PT

insulin 151.

0

148.0 224.0 222.

0

11 i nenga h suban

L 62 5.9 tidak tidak tidak <5

tahun

PNS tamat SMA obat oral

146.

0

132.0 92.2 88.5

(23)

di

12 endan

g setyo wati

P 63 8.2 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin +OAD

133.

0

130.0 133.0 140.

0

13 fathol hadi

L 50 6.5 tidak ya tidak <5

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

obat oral

140.

0

131.0 145.0 143.

0

14 wyn paria wan

L 55 10.8 tidak ya tidak 5 - 10

tahun pega wai swast a

tamat SMA insulin 161.

0

152.0 154.0 156.

0

15 ketut sukert a

L 50 8.3 tidak ya tidak <5

tahun pega wai swast a

akademi/di ploma/PT

obat oral

129.

0

126.0 132.0 133.

0

16 md

biraw an

L 58 7.9 tidak tidak tidak <5

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 141.

0

135.0 150.0 158.

0

17 ketut nuasi h

P 56 6.3 tidak tidak tidak <5

tahun wiras wast a

tidak sekolah

obat oral

134.

0

135.0 183.0 178.

0

18 surya ni

P 58 6.5 tidak ya ya <5

tahun lain- lain

tamat SMA obat oral

123.

0

122.0 133.0 126.

0

19 ni ketut suami ni

P 44 8.4 tidak ya tidak <5

tahun lain- lain

tamat smp insulin 131.

0

125.0 115.0 108.

0

20 i.a nym oka asmia ni

P 55 9.1 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun wiras wast a

tamat SD insulin 162.

0

161.0 146.0 151.

0

21 riyant o

L 55 7.4 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun wiras wast a

tamat smp insulin 128.

0

129.0 131.0 136.

0

22 ni kt rumti ni

P 53 5.8 tidak tidak ya 5 - 10

tahun lain- lain

tamat SMA obat oral

121.

0

122.0 124.0 122 7.0

23 nym yudan a

L 52 12.4 ya tidak ya 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 147.

0

150.0 143.0 145.

0

(24)

24 i gst agung rai adi

L 64 10.4 tidak ya ya <5

tahun lain- lain

tamat SD insulin 141.

0

133.0 128.0 129.

0

25 ketut arma na

L 56 9.3 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun pega wai swast a

tamat SMA insulin 106.

0

109.0 128.0 130.

0

26 ni ketut sujiati

P 58 6.9 tidak ya tidak <5

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

obat oral

118.

0

119.0 117.0 123.

0

27 ni waya n yunia sih

P 48 6.3 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 131.

0

130.0 124.0 124.

0

28 luluk pilih astuti m

P 40 7.4 tidak ya tidak 5 - 10

tahun lain- lain

tamat SD insulin 123.

0

119.0 127.0 125.

0

29 daeng abdul majid

L 50 6.5 tidak tidak tidak <5

tahun pega wai swast a

tamat SMA obat oral

144.

0

136.0 199.0 196.

0

30 abdul gafur

L 58 4.8 ya tidak tidak 5 - 10

tahun wiras wast a

tamat SD obat oral

154.

0

150.0 143.0 143.

0

31 i gst ngura h saput ra

L 55 6.4 ya ya tidak <5

tahun wiras wast a

tamat SMA obat oral

122.

0

115.0 121.0 119.

0

32 i gede widan a

L 51 6.9 tidak tidak ya <5

tahun wiras wast a

tamat SMA insulin 126.

0

124.0 131.0 129.

0

33 putu sukari ni

P 46 12.4 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun wiras wast a

tidak sekolah

insulin 136.

0

132.0 129.0 129.

0

34 kadek sugiar tini

P 52 8.8 tidak tidak tidak <5

tahun wiras wast a

tamat SMA insulin +OAD

125.

0

122.0 126.0 132.

0

35 made puja dewat a

L 52 7.2 tidak ya tidak <5

tahun wiras wast a

akademi/di ploma/PT

obat oral

146.

0

127.0 159.0 152.

0

(25)

36 endan g yektia sih

P 56 7.3 tidak ya tidak <5

tahun wiras wast a

tamat SD insulin 129.

0

125.0 136.0 135.

0

37 waya n seram an

L 51 7.2 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 154.

0

156.0 161.0 155.

0

38 i made sudas tra

L 53 6.8 tidak tidak ya <5

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 131.

0

133.0 123.0 126.

0

39 hariya nto

L 49 7.5 ya ya tidak 5 - 10

tahun wiras wast a

tamat SMA insulin 214.

0

206.0 198.0 175.

0

40 waya n

topen

L 61 5.9 tidak tidak tidak <5

tahun lain- lain

tidak sekolah

obat oral

167.

0

168.0 175.0 178.

0

41 gusti ketut rai

L 63 5.0 tidak tidak ya 5 - 10

tahun lain- lain

tamat SD obat oral

156.

0

152.0 151.0 155.

0

42 made wena

L 60 8.1 tidak ya ya 5 - 10

tahun

PNS tamat SMA insulin 151.

0

198.0 157.0 153.

0

43 I B A Suard anaya

L 65 7.7 tidak ya tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

obat oral

126.

0

118.0 117.0 117.

0

44 A A Anom Astini

P 59 10.4 tidak tidak tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin +OAD

132.

0

134.0 129.0 132.

0

45 I Neng ah Suma diyasa

L 45 6.8 ya Ya ya <5

tahun wiras wast a

tamat SMA obat oral

199.

0

194.0 188.0 190.

0

46 Neng ah Sutab a

L 55 7.6 tidak Tidak tidak <5

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin

47 ni made mulai ati

P 54 10.0 tidak ya ya 5 - 10

tahun lain- lain

tamat SMA insulin 134.

0

136.0 131.0 131.

0

(26)

48 I Waya n

Narda

L 51 8.0 tidak ya tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 142.

0

134.0 127.0 123.

0

49 Ketut Murti

P 46 5.4 tidak ya tidak <5

tahun wiras wast a

tidak sekolah

insulin 160.

0

114.0 148.0 121.

0

50 Agung Budia rto

L 50 6.7 tidak ya ya <5

tahun wiras wast a

tamat SMA obat oral

173.

0

186.0 191.0 134.

0

51 Ni Kadek Surya ti

P 40 9.1 tidak tidak tidak <5

tahun lain- lain

tamat SMA insulin 130.

0

128.0 127.0 132.

0

52 Made

Sura

L 56 5.0 tidak tidak tidak <5

tahun petan i/bur uh

tamat SD insulin 139.

0

128.0 211.0 198.

0

53 Ni Luh Oka Ward ani

P 59 6.5 tidak ya tidak <5

tahun lain- lain

akademi/di ploma/PT

insulin 182.

0

133.0 178.0 111.

0

54 Sringa h

P 54 6.7 tidak ya tidak <5

tahun lain- lain

tamat SD obat oral

201.

0

200.0 92.2 92.2

55 AA

Bagus Wiraj aya

L 59 11.0 tidak ya tidak <5

tahun pega wai swast a

akademi/di ploma/PT

insulin 118.

0

120.0 117.0 115.

0

56 didik supriy adi

L 46 8.9 tidak ya tidak <5

tahun pega wai swast a

akademi/di ploma/PT

obat oral

148.

0

142.0 134.0 117.

0

57 I Made Suart ana

L 48 11.7 tidak ya tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 204.

0

194.0 132.0 130.

0

58 Gst Ngrh Jayan tara

L 52 7.3 tidak ya tidak 5 - 10

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 196.

0

122.0 120.0 129.

0

59 Gst Kt Sadia

L 63 6.7 tidak tidak tidak <5

tahun petan i/bur uh

tidak sekolah

obat oral

126.

0

130.0 112.0 111.

0

(27)

60 Jero Ratna wati

P 54 6.2 tidak ya ya <5

tahun Wiras wast a

tamat smp obat oral

117.

0

119.0 122.0 121.

0

61 IB Putu Ward ana

L 62 5.6 tidak tidak tidak <5

tahun pega wai swast a

tamat SD obat oral

129.

0

123.0 130.0 128.

0

62 Gede Made Wetri

L 63 7.3 ya ya tidak <5

tahun petan i/bur uh

tidak sekolah

insulin +OAD

122.

0

120.0 137.0 142.

0

63 Victor Tony Himb er

L 59 5.8 tidak tidak ya 5 - 10

tahun lain- lain

tamat SMA insulin 141.

0

131.0 147.0 147.

0

64 I A Ketut Romik a

P 40 8.2 tidak tidak ya <5

tahun pega wai swast a

tamat SMA insulin 134.

0

139.0 139.0 142.

0

65 I Gst Made Sudiar sa

L 55 4.9 tidak tidak tidak <5

tahun pega wai swast a

akademi/di ploma/PT

insulin 128.

0

120.0 118.0 118.

0

66 Hadi Wido do

L 48 9.6 tidak Ya tidak 5 - 10

tahun pega wai swast a

tamat SMA insulin 153.

0

150.0 143.0 145.

0

67 I Putu Wisna wa

L 50 6.3 tidak tidak tidak <5

tahun

PNS akademi/di ploma/PT

insulin 143.

0

148.0 125.0 133.

0

68 I Ketut Wesp a

L 57 6.6 tidak tidak ya <5

tahun wiras wast a

akademi/di ploma/PT

insulin 148.

0

135.0 136.0 139.

0

69 Ali Burha n

L 61 6.2 tidak ya ya 5 - 10

tahun wiras wast a

tamat SMA insulin 91.0 92.2 93.4 92.2

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadiroglu, Z., Kaya, A., Gonen, S., Ilhan, N. 1999. Brainstem Auditory Evoked Potentials in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Turkish Journal of Endocrinology and Metabolism; 1:29-32.

Abo-Elfetoh, N.M., Mohamed, E.S., Tag, L.M., El-Baz, M.A., Elden, M.A.E. 2015.

Auditory Dysfunction in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus with Poor versus Good Glycemic Control. Egyptian Journal of Otolaryngology; 31:162–169

Agarwal, N., Deshpande, V.K., Biswas, D.A., Babbar, R., 2013. Auditory and Neurological Correlation in Auditory and Peripheral Neuropathy in Type II Diabetes Mellitus. International Journal of Physiology; 1(2):71-76.

Alberti, P.W. 2001. The Anatomy and Physiology of The Ear and Hearing. In Occupational Exposure to Noise: Evaluation, Prevention, and Control. Dortmund, Germany: World Health Organization.

American Diabetes Association. 2013. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care; 36(1):S67-S74.

American Clinical Neurophysiology Society. 2008. Guideline 9C: Guidelines on Short- Latency Auditory Evoked Potentials: Recommended Standards for Short-Latency Auditory Evoked Potentials. Available at: http://www.wcns.org.pdf.Guideline 9C Antenor-Dorsey, J.A.V., Shimony, J.S., Hershey, T. 2014. Diffusion Tensor Imaging of the Brain in Type 1 Diabetes. EMJ Diabet; 2:42-47.

Aslam, A., Singh, J., Rajbhandari, S. 2014. Pathogenesis of painful diabetic neuropathy.

Pain Research and Treatment. p.1-7.

Brainbridge, K. 2009. Diabetes and Hearing Impairment: An Epidemiological Perspective. Available at: http://www.asha.org/aud/articles/diabetes-hearing- impairment.

Brainbridge, K.E., Cheng, Y.J., Cowie, C.C., 2010. Potential Mediators of Diabetes- Related Hearing Impairment in the U.S. Population. Diabetes Care Journal; 33(4):811- 816.

Brownlee M. 2005. The Pathobiology of Diabetic Complications: A Unifying Mechanism. Diabetes; 54:1615-1625.

Dabrowski, M. 2014. Disorders of Hearing in Diabetes Mellitus. Diapedia 7105378814 rev. no. 8. Available from: http://dx.doi.org/10.14496/dia.7105378814.8

(29)

Dahlan, M.S. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Desphande, A.D., Harris-Hayes, M., Schootman, M. 2008. Epidemiology of diabetes and diabetes-related complication. Physical Therapy; 88(11):1254-1264.

Dolu, H., Ulas, U.H., Bolu,E., Ozkardes, A., Odabasi,Z., Ozata, M., Vural, O. 2003.

Evaluation of central neuropathy in type II diabetes mellitus by multimodal evoked potentials. Acta Neurol Belg;103:206–211.

Duus, P. 2005. Topical Diagnosis in Neurology. Anatomy Physiology Signs Symptoms.

4th ed. New Tork: Thieme.

Esteves, M.C.B.N., Dell’Aringa, A.H.B.D., Arruda, G.V., Dell’Aringa, A.R., Nardi, J.C.

2009. Brainstem Evoked Response Audiometry in Normal Hearing Subjects. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology; 75(3):420-425.

Giacco F., Brownlee, M. 2010. Oxidative Stress and Diabetic Complications.

Circulation Research; 106:1058-1070.

Goldstein, D.E.,Little R.R., Lorenz, R.A., Malone.J.I., Nathan.D., Peterson, C.M., Sacks, D.B. 2004. Tests of Glycemia in Diabetes. Diabetes Care; 27: 7.

Gupta, R., Aslam, M., Hasan, S.A., Siddiqi, S.S. 2010. Type-2 Diabetes Mellitus and Auditory Brainstem Responses-a Hospital Based Study. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism; 14(1):9-11.

Gupta, S., Baweja, P., Mittal, S., Kumar, A., Singh, K.D., Sharma, R. 2013. Brainstem Auditory Evoked Potential Abnormalities in Type 2 Diabetes Mellitus. North American Journal of Medical Sciences; 5(1):60-65.

Huang, C.H., Lu, C.H., Chang, H.W., Tsai, N.W., Chang, W.N. 2010. Brainstem Auditory Evoked Potentials Study in Patients with Diabetes Mellitus. Acta Neurologica Taiwan; 19(1):33-40.

Husten C.G. 2009. How Should We Define Lighht or Intermittent Smoking? Does It Matter? Nicotine & Tobacco Research; 11(2): 111-121.

Infodatin. 2014. Kementerian Kesehatan RI. Available from:

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/puspadatin/infodatin/infodatin- diabetes.pdf.

James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Himmelfarb, C.D., Handler, J., Lackland, D.T., LeFevre, M.L., MacKenzie, T.D., Ogedegbe, O., Smith, S.C., Svetkey,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Printer Nir Kabel dengan Amplitude Shift Keying merupakan salah satu solusi pengganti kabel atau infrared link yang menghubungkan piranti yang satu dengan piranti

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik.. Universitas

In terms of surface roughness, the outer surface of the PVDF hollow fiber membranes were compared using various roughness parameters such as the mean

Berdasarkan karakteristiknya, art fashion dapat di buat dengan cara mengadopsi dari suatu bentuk, seperti pembuatan art fashion yang terinspirasi dari bentuk bouquet

Pengirim akan membayar atau memberikan penggantian kepada DHL atas semua biaya, biaya tambahan, bea, dan pajak Kiriman yang terutang untuk jasa-jasa yang diberikan oleh DHL atau

Yang dimaksud dengan “pengawasan oleh DPRD bersifat kebijakan” adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh DPRD terhadap kebijakan pemerintahan daerah bersifat terbatas

Informasi keuangan di atas disusun berdasarkan laporan keuangan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2015 dan 31 Maret 2014 yang tidak diaudit.

In our research, we used point data of convenience living facilities developed by address geocoding of digital telephone directory and point data of future