• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN MADU HUTAN DI DESA HIAY KECAMATAN WETAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN MADU HUTAN DI DESA HIAY KECAMATAN WETAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN MADU HUTAN DI DESA HIAY KECAMATAN WETAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

FOREST HONEY DEVELOPMENT STRATEGY IN HIAY VILLAGE, WETAR DISTRICT, SOUTHWEST MALUKU REGENCY

Semuel F Rupilu1,2), August E Pattiselanno3), Eddy Ch Papilaya 1,3)

1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Agribisnis, Universitas Pattimura

2) Dinas PUTR Kabupaten Maluku Barat Daya

3) Program Studi Penyuluhan Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas Pattimura

Email: semuelrupilusf74@gmail.com pattiselannoaugust@gmail.com eddy.papilaya@faperta.unpatti.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi pengembangan madu hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar Kabupaten Maluku Barat Daya. Populasi dalam penelitian ini yaitu pemburu madu hutan dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan total produksi madu dalam 1 tahun di desa Hiay pada 31 responden adalah 3.360 Liter dimana rata – rata produksi per responden dalam 1 tahun adalah 108,39 Liter.

Dari sektor pertanian madu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 16.26 persen. Mengacu pada Matriks IFAS dan Matriks EFAS serta penentuan grand strategi, diperoleh peta posisi kekuatan pengembangan madu hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar berada pada kuadran I, yaitu kondisi yang sangat baik untuk pengembangan madu hutan dimana kekuatan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus terapkan dalam kondisi ini adalah dengan strategi kekuatan manfaat madu sebagai obat herbal dengan memaksimalkan peluang meningkatnya kebutuhan Madu.

Kata kunci: Madu hutan; strategi pengembangan; SWOT Abstract

This study aims to design a strategy for developing forest honey in Hiay Village, Wetar District Southwest Maluku Regency. The population in this study is forest honey hunters with a sample of 31 people. The analysis used is a SWOT analysis. The results showed that the total honey production in a year in Hiay village for 31 respondents was 3,360 liters, whereas the average honey production per respondent was 108.39 liters. Forest honey contributed 16.26 percent of income in the agriculture sector. Referring to the IFAS matrix, EFAS matrix, and the determination of grand strategy, forest honey development strength in Hiay Village, Wetar District has located in the first quadrant that provides a better condition for forest honey development to take advantage of opportunities. The strategy that should apply in this condition is the honey strength as herbal medicine strategy by maximizing the opportunity to increase the need for Honey.

Keywords: Forest honey; development strategy; SWOT

(2)

Pendahuluan

Indonesia adalah negara tropis dan merupakan salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, berdasarkan Data Direktorat Jenderal Planologi dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2019, Luas Lahan Hutan Seluruh Daratan Indonesia adalah 94,1 Juta Hektare, dan memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, diantara jenis fauna yang sangat potensial untuk dimanfaatkan adalah madu.

Angka konsumsi madu di Indonesia mencapai 3.600- 4.000 ton per tahun sedangkan produksi madu Indonesia pada tahun 2019 berkisar antara 1.000 – 1.500 ton per tahun (Sumber data : Asosiasi Perlebahan Indonesia /API, 2020) yang berarti tingginya konsumsi madu oleh masyarakat Indonesia namun terdapat kekurangan produksi madu lokal dan masih menginpor 70 % madu untuk kebutuhan dalam negeri Sebahagian besar produksi madu Indonesia berasal dari alam atau madu hutan. Bahkan Azis, dkk (2021) menegaskan bahwa, sarang lebah juga menjadi potensi untuk diolah sebagai produk makanan.

Madu Hutan merupakan jenis madu yang dihasilkan dari jenis lebah Apis Dorsata atau lebah raksasa yang hidup liar di kawasan hutan. Sarang lebah yang berwarna hitam, bias hidup berdampingan dengan koloni lainnya dimana dalam satu pohon bisa terdapat 5 – 10 Koloni lebah Apis Dorsata. Lebah Apis Dorsata hanya dapat berkembang biak di kawasan hutan tropis dan subtropis. Di Indonesia Lebah Madu ini tersebar di beberapa hutan di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat (Pusat Pengembangan Apiary Pramuka, 2003).

Propinsi Maluku juga merupakan salah satu daerah di indonesia sebagai penghasil madu hutan yaitu pada Pulau Seram, Pulau Buru, Pulau Yamdena dan Pulau Wetar serta beberapa pulau kecil lainnya seperti Pulau Romang, Pulau Moa dan Pulau Sermatang. Jenis lebah madu yang ada di hutan – hutan di propinsi maluku adalah jenis lebah Apis Dorsata (Lamerkabel, 2010).

Pada umumnya, masyarakat hanya mengetahui madu sebagai produk dari hasil perlebahan. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui produk turunan yang

(3)

dihasilkan oleh lebah, diantaranya adalah royal jelly, pollen, propolis, bee venom, lilin lebah. Besarnya kebutuhan madu yang belum terpenuhi, disebabkan karena adanya kecenderungan penurunan jumlah produksi madu dalam negeri, serta beragamnya produk turunan madu menjadi alasan bahwa madu memiliki prospektif untuk dikembangkan sebagai komoditas agribisnis Indonesia.

Kecamatan Wetar adalah Salah satu Kecamatan di Maluku Barat Barat Daya terletak di pulau wetar, yang memiliki beragam tanaman hasil pertanian seperti kelapa, mangga, jagung, dan jenis tanaman lainnya, Hutan di Kecamatan Wetar juga memiliki hasil hutan yang berpotensi sebagai kekayaan alam yang dapat menjadi sumber kemakmuran bagi masyarakt antara lain, Pohon Kayu Merbabu, Pohon Kayu Kenari, Pohon Kayu Linggua, Pohon Kusambi, Pohon Asam jawa, Pohon Jambu Air dimana tanaman tersebut menghasilkan pollen dan nektar sebagai sumber pakan lebah madu. Ketersediaan pakan merupakan salah satu syarat produksi lebah madu hutan . Kecamatan Wetar memiliki potensi madu hutan yang diproduksi oleh lebah madu hutan Apis Dorsata (Lamerkabel, 2010).

Desa Hiay merupakan salah Desa di Kecamatan Wetar yang berada di Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Mata Pencaharian Penduduk Desa Hiay adalah sebagai petani dan pada musim tertentu penduduk Desa Hiay melakukan perburuan madu hutan yang diproduksi oleh lebah hutan Apis Dorsata di masing – masing petuanan. Perburuan Madu dilakukan di hutan dimana sarang lebah terdapat di atas pohon yang besar dan tinggi, pada Pohon yang terdapat sarang lebah hutan jenis lebah Apis Dorsata, pemburu madu mengambilnya dengan cara dipanjat dengan menggunakan peralatan sederhana dan tradisionil yakni , parang, tali , ember dan pengasapan (Rumput Kering dan Sabut Kelapa), Sarang Lebah tersebut kemudian diolah menjadi Madu.

Produk Madu yang dihasilkan dari berburu madu alam masih terbatas, menurut Hadisusilo dan Kuntadi (2014). Jenis lebah yang banyak terdapat di hutan alam adalah lebah Apis dorsata. Beberapa hasil penelitian menunjukan pentingnya strategi terhadap pengembangan lebah madu sesuai dengan situasi dan kondisi masing – masing lokasi hutan madu, antara lain melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga ekonomi yang mampu menunjang upaya mempertahankan dan

(4)

mengupayakan peningkatan produksi madu yang diburu di hutan alam (Mikael, dkk 2015; Hadisusilo dan Kuntadi, 2014; Bahtiar, 2014, Arianto , dkk 2014).

Untuk melestarikan keberadaan Lebah madu hutan dan meningkatkan minat beli konsumen terhadap hasil madu hutan yang masih murni dan asli (Tidak dicampur bahan pengawet) dari Masyarakat Desa Hiay maka diperlukan suatu strategi pengembangan yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar Pemburu madu dapat bersaing dalam penjualan produk madu, sehingga dapat meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendesain strategi pengembangan madu hutan Di Desa Hiay.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Hiay, Kecamatan Wetar Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling), dengan pertimbangan bahwa produksi madu di Desa Hiay merupakan salah satu usaha tradisionil dan sebagai potensi pendapatan masyarakat Desa Hiay,

Gambar 1. Lokasi Desa Hiay

Jumlah Kepala Keluarga Di Desa Hiay adalah 91 KK, dengan Jumlah penduduk 352 Orang terdiri dari Laki – Laki 130 Orang dan Perempuan 122 Orang (BPS Kecamatan Wetar 2020). Di Desa Hiay Semua Kepala Keluarga adalah Pemburu Madu dengan jumlah 91 Orang, Jumlah Sampel Penelitian ditentukan secara sengaja sebesar 31 Orang.

(5)

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa cara meliputi : observasi, wawancara dengan menggunakan kuisioner, dan Forum Group Disusion (FGD). Analisis dalam penelitian ini menggunakan Analisis SWOT (Rangkuti, 2009), yaitu suatu metode untuk mengkaji suatu permasalahan dengan mengananlisis dari segi Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang dan Ancaman.

Kontribusi Madu Terhadap Pendapatan Pemburu Madu

Sumber Nafkah rumah tangga petani di wilayah yang sebahagian besar laut sangatlah beragam atau bervariasi. Pemanfaatan semberdaya alam masih menjadi pilihan bagi sebahagian masyarakat yang kemudian menjadi ketergantungan terhadap sumber daya alam. Pemanfaatan lahan merupakan pilihan masyarakat karena sudah menjadi budaya masyarakat dan sudah turun temurun dari orang tua terdahulu.

Sebahagian Komoditas yang diusahakan adalah tanaman perkebunan karena sudah menjadi warisan dari nenek moyang dan telah menjadi budaya masyarakat petani, sama halnya petani di Desa Hiay.

Usaha pertanian menjadi sumber nafkah utama petani di Desa Hiay, namun karena usaha pertanian sangat rentan terhadap gagal panen akibat berbagai faktor, maka dari itu petani memiliki alternatif lain sebagai sumber nafkah rumah tangga, yaitu sektor perikanan sedangkan sektor jasa belum memberikan kontribusi bagi penerimaan petani di Desa Hiay. Sektor perikanan juga sendiri merupakan warisan, mengingat sebahagian besar wilayah di Maluku merupakan wilayah pesisir yang tidak terlepas dari sektor perikanan.

Tabel 1 Menggambarkan sumber – sumber nafkah rumah tangga petani di Desa Hiay. Sektor pertanian sangat berkontribusi besar terhadap penerimaan rumah tangga petani dan lebih kecil disumbangkan oleh sektor perikanan. Ini menandakan bahwa sektor pertanian mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga dan petani memilih alternatif lain sebagi pilihan sumber nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya seperti biaya pendidikan anak dan biaya lainnya. Tabel 1 menunjukan bahwa pemburu madu hutan, memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan rumah tangga (16,26 persen) yang bersumber dari sektor pertanian.

Sedangkan untuk semua sektor, maka pemburu madu berkontribusi sebesar 14,68

(6)

persen. Bahkan pemburu madu, menjadi penyumbang terbesar kedua dari sektor pertanian maupun dari semua sub sektor terhadap penerimaan rumah tangga, sesuai denga hasil penelitian Ahmad (2016) dan Aulia (2013). Oleh karena itu, perlu dirancang strategi pengembangan usaha usaha lebah madu ini sehingga menjadi pendapatan rumah tangga yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Hiay.

Tabel 1. Sektor penerimaan rumah tangga dan pemanfaatannya

Sektor Penerimaan (Rp/Bulan)

Kontribusi (%)

Arah Pemanfaatan

Perikanan

Ikan 6.000.000 9.75 Pangan , Rumah Tangga dan Sekolah Sub Total 6.000.000 9.75

Pertanian Tanaman Perkebunan

42.138.000 68.48 Pangan , Rumah Tangga dan Sekolah

Tanaman Pangan

1.705.000 2.77 Pangan , Rumah Tangga dan Sekolah Pangan , Rumah Tangga dan Sekolah

Tanaman Holtikultura

2.657.000 4.32 Pangan , Rumah Tangga dan Sekolah

Hasil Hutan (madu)

9.032.256 14.68 Pangan , Rumah Tangga dan Sekolah

Sub Total 55.532.256 90.25

Total 61.532.256 100

Hasil Tabel 1 ternyata sejalan dengan hasil penelitian Sopamena (2019) bahwa, komoditas perkebunan masih memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan rumahtangga. Namun, ternyata juga hasil berburu madu hutan menempati posisi kedua dalam berkontribusi terhadap pendapatan rumahtangga. Hal ini disebabkan proses berburu madu masih dilaukan secara tradisional, sehingga kehilangan hasil masih cukup besar. Selain bahwa berburu madu merupakan kegiatah musiman sesuai dengan situasi dan kondisi iklim.

(7)

Strategi Pengembangan Madu

Madu hutan sebagai hasil hutan yang memiliki berbagai manfaat telah dikonsumsi secara pribadi oleh masyarakat Desa Hiay sejak dulu kala sebagai obat herbal dan pemanis alami non olahan. Di era modern ini madu hutan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga dikomersilkan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat desa pada umumnya dan masyaakat Desa Hiay secara khusus. Madu Hutan oleh masyarakat Desa Hiay tidak di budidaya atau dlakukan ternak madu tetapi diburu, dicari dan diambil sarang lebah madu hutan untuk perah dan hasil perahan menghasilkan cairan madu hutan. Kenyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Hadisusilo dan Kuntadi (2014) dan Papilaya (2010). Lebah Madu hutan yang diburu oleh masyarakat desa Hiay adalah Lebah Madu Hutan Apis Dorsata.

Sebanyak tiga puluh satu (31) informan pemburu madu hutan Desa Hiay telah saya wawancarai dengan latar belakang dan usia yang variatif. Perburuan Madu Hutan menjadi pekerjaan tambahan setelah pekerjaan utama ketigapuluh satu informan yang didominasi petani. Perburuan madu menjadi mata pencaharian tambahan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Madu diperoleh dari Hutan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, cuaca dan iklim yang berpengaruh besar terhadap ketersediaan dan mutu madu hutan, dalam proses pengambilan madu tidak dapat dilaksanakan setiap waktu karena lokasi yang jauh didalam hutan dan dibarengi dengan ketrampilan yang baik .

Madu yang telah diambil sarangnya diperah ditempat pengambilan diisi didalam jirigen lima liter kemudian dibawah pulang, sebahagian besar madu dijual dan sebahagian lagi dikonsumsi, perbandingan antara madu yang dijual dan dikonsumsi adalah 99 persen madu dijual dan 1 persen madu dikonsumsi sebagai obat herbal. Madu yang dijual dituang dalam kemasan botol aqua 600 ml kemudian dijual kepada pembeli. Mindset atau pola pikir pemburu madu hutan di Desa Hiay adalah mereka beranggapan bahwa Brand atau Merk tidak memiliki pengaruh besar dalam penjualan sehingga Madu di jual dalam kemasan botol aqua.

Pengembangan Madu Hutan di Desa Hiay dilakukan secara tradisional yakni dari mulut ke mulut danditawarkan ke kerabat dan kenalan. Pengembangan dengan

(8)

memanfaatkan media sosial belum dilakukan secara baik karena keterbatasan sarana dan prasaran telekomunikasi. Untuk melaksanakan pengembangan madu hutan di Desa Hiay maka perlu dilakukan sebuah design pengembangan dengan menggunakan Analisa SWOT untuk menentukan Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang dan Ancaman.

Identifikasi Faktor Internal

Identifikasi terhadap factor Internal dan Eksternal dalam pengembangan madu hutan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan IFAS, Faktor Startegis Kekuatan (S) mempunyai nilai Skor 2.32 dan Faktor Strategis kelemahan mempunyai nilai skor 1.00 ini berarti strategi pengembangan madu hutan di Desa Hiay mempunyai Kekuatan Lebih Baik dari Kelemahan – kelemahan yang ada. Berdasarkan EFAS, Faktor Startegis Peluang (O) memiliki nilai skor 2.18 dan Faktor Strategis Ancaman (T) memiliki Nilai skor 1.41. Artinya, startegi Peluang pengembangan yang potensi mengingat ancamannya lebih kecil nilainya dari peluang.

Berdasarkan matriks nilai IFAS dan EFAS, nilai skor pada masing – masing faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

- Faktor Kekuatan : 2.32 - Faktor Kelemahan : 1.00 - Faktor Peluang : 1.18 - Faktor Ancaman : 1.41

Tabel 2. Faktor Internal /IFAS (Internal Faktor Analisis Summary)

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Strength (Kekuatan)

1 Kemampuan Berburu & Mengolah 0.12 5 0.60

2 Sumber Pendapatan 0.08 5 0.40

3 Madu Hutan adalah Produk Alami dan Murni

0.12 5 0.60

4 Madu Hutan Sebagai Obat Herbal 0.08 5 0.40

5 Letak Desa Yang Strategis 0.08 4 0.32

Jumlah 0.48 2.32

Weakness (Kelemahan)

6 Pengetahuan Tentang Madu Yang Terbatas

0.12 2.5 0.30

7 Belum ada Kelembagaan 0.12 1 0.12

8 Belum Menggunakan Merk 0.10 2.5 0.25

9 Pengemasan Belum Steril 0.10 1 0.10

10 Lokasi Perburuan yang semakin Jauh 008 2.9 0.23

Jumlah 0.51 1.00

Total 1.00 3.32

(9)

Tabel 2 (lanjutan)

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Oportunity (Peluang)

1 Diminati oleh banyak Kalangan 0.14 5 0.68

2 Akses Pemasaran Makin Luas 0.14 4 0.55

3 Meningkatnya Kebutuhan Madu 0.14 4 0.55

4 Mudahnya Media Promosi 0.14 3 0.41

Jumlah 0.55 2.18

Weakness (Kelemahan)

5 Persaingan Madu Dari Desa Lain 0.14 2 0.27 6 Adanya Madu Oplosan/Tidak Murni 0.09 5 0.45 7 Tingkat Kepercayan Terhadap Madu

Asli Rendah

0.14 3 0.41

8 Penebangan Pohon dan Kebakaran Hutan

0.09 3 0.27

Jumlah 0.45 1.41

Total 1.00 3.59

Berdasarkan Matriks IFAS dan Matriks EFAS Strategi Pengembangan Madu Hutan DI Desa Hiay Kecamatan Wetar Kabupaten Maluku Barat Daya Propinsi Maluku seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Matrik SWOT

IFAS

STERNGTH (S) WEAKNESS (W)

EFAS

OPORTUNITY (O)

STRATEGI (SO) STARTEGI (WO)

= 2.32+ 2.18 = 1.00 +2.18

= 4.50 = 3.18

THREATS (T)

STRATEGI (ST) STARETGI (WT)

= 2.32+ 1.41 = 1.00+ 1.41

= 3.73 = 2.41

Penentuan grand strategi dilakukan menggunakan perhitungan skoring untuk faktor internal dan eksternal, kemudian skor tersebut dimasukan kedalam matriks grand strategi atau kuadran SWOT. Perhitungan penentuan strategi yang digunakan sebagai berikut :

(

Skor Kekuatan – Skor Kelemahan ; Skor Peluang – Skor Ancaman

)

2 2

Penentuan kuadran SWOT ( 2.32 - 1.00 ; 2.18 - 1.4 ) = Kuadran SWOT 0,66 ; 0.38 2 2

(10)

Berdasarkan hasil penentuan kuadaran SWOT tersebut di atas, matriks grand strategi pengembangan madu di Desa Hiay Kecamatan Wetar adalah seperti gambar 1 berikut :

Gambar 2. Kuadran Analisis SWOT

Mengacu pada Matriks IFAS dan Matriks EFAS serta penentuan grand strategi, diperoleh peta posisi Kekuatan Pengembangan Madu Hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar berada pada kuadran I, Kuadran I merupakan kondisi yang sangat baik untuk Pengembangan Madu Hutan dimana kekuatan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus terapkan dalam kondisi ini adalah dengan startegi Kekuatan Manfaat Madu sebagai Obat Herbal dengan memaksimalkan peluang menigkatnya kebutuhan Madu.

Alternatif Strategi

Starategi pengembangan madu hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi . Penentuan alternatif strategiyang sesuai bagi pengembangan adalah dengan cara membuat matriks SWOT berdasarkan

O S

T

W

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,1-

0,2- 0,3- 0,4- 0,5- 0,6-

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

-0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 - 0,1

IV III

II I

(11)

faktor – faktor startegi internal (keuatan - kelemahan) dan faktor – faktor strategi eksternal (Peluang- Ancaman).

Tabel 4. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Madu Hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar

IFAS (INTERNAL

FAKTORS)

EFAS

(EKSTERNAL FAKTORS)

STRENGTH (S) (KEKUATAN)

WEAKNESS (W) (KELEMAHAN) - Kemampuan Berburu dan

Mengolah

- Sumber Pendapatan

- Madu hutan adalah Produk alami dan asli

- Madu hutan sebagai obat herbal

- Harga Relatif Terjangkau - Letak Desa Dekat Dengan

Kota Kecamatan

- Pengetahuan Tentang Madu Yang Terbatas

- Belum ada kelembagaan - Belum menggunakan merk - Pengemasan belum sterill - Lokasi Perburuan yang

semakin jauh

OPPORTUNITIES (O)

(PELUANG) STRATEGI S-O STARTEGI –WO

- Diminati oleh banyak kalangan

- Akses Pemasaran Luas - Meningkatnya

Kebutuhan Madu - Mudahnya Media

Promosi

- Mempertahankan mutu dan keaslian serta meningkatkan produksi madu

- Memadukan Olahan Herbal lainnya sebagai pelengkap obat herbal yang komplit - Memanfaatkan Media Sosial

untuk promosi

- Pelaksanaan Bimbingan Teknis Teknologi Pengeloaan Madu Hutan dan produk turunan dari lebah madu hutan (apis dorsata) - Penggunaan teknologi dalam

produksi

- Menggunakan Merk / Label dan kemasan yang sterill

- Pembentukan Kelembagan pengelolaan madu di Desa TREATS (T)

( ANCAMAN) STRATEGI S-T STRATEGI W-T

- Persaingan Madu dari Desa Lain

- Adanya Madu Oplosan - Tingkat kepercayaan

terhadap madu asli rendah

- Penebangan Pohon dan Kebakaran Hutan

- Menggunakan Merk dan Kemasan dalam penjualan - Meyakinkan konsumen

tentang keaslian dan kemurnian madu baik dengan praktek langsung maupun lewat media sosial

- Pembuatan Peraturan Desa tentang perizinan dan larangan penebangan pohon dan pembakaran hutan untuk kelastarian alam dan habitat lebah madu hutan

- Menetapkan kawasan perburuan Madu Hutan sebagai kawasan agrowisata

- Melaksanakan Reboisasi khususnya Pohon sebagai sumber pakan lebah madu hutan yakni pohon Kusambi dan Pohon Kayuputih

- Desain Kemasan yang baik untuk menarik Daya Beli Konsumen

(12)

Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam strategi pengembangan madu hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internalsehingga dihasilkan rumusan strategi pengembangan madu hutan seperti pada tabel 4.

Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis pembahasan di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1). Total Produksi Madu dalam 1 tahun di desa Hiay pada 31 responden sumber penelitian adalah 3.360 Liter dimana rata – rata produksi per responden dalam 1 tahun adalah 108,39 Liter. Dari Sektor Pertanian Madu memberikan Kontribusi Pendapatan yang cukup besar setelah Tanaman Perkebunan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat Desa Hiay yaitu sebesar 16.26 dan dari Semua Sektor Penerimaan Rumah Tangga dan Pemanfaatannya sebesar 14,68 persen. (2). Mengacu pada Matriks IFAS dan Matriks EFAS serta penentuan grand strategi, diperoleh peta posisi Kekuatan Pengembangan Madu Hutan di Desa Hiay Kecamatan Wetar berada pada kuadran I, Kuadran I merupakan kondisi yang sangat baik untuk Pengembangan Madu Hutan dimana kekuatan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus terapkan dalam kondisi ini adalah dengan startegi Kekuatan Manfaat Madu sebagai Obat Herbal dengan memaksimalkan peluang menigkatnya kebutuhan Madu.

Daftar Pustaka

Ahmad Manusawwir.2016. “Analisis Pendapataan Masyrakat dari Budidaya Lebah Madu Trigona di Desa Timnusu Kecamatan Liliriaja Kabupaten Sopeng”.

Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Arianto Rachmam I, Toknok B. 2014. “Kearifan Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Hutan Di desa Rano Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala”. Jurnal Warta Rimba. Vol. 2(2) : 84-91.

(13)

Asosiasi Perlebahan Indonesia /API, 2020. Data Produksi Madu di Indonesia Tahun 2019.

Aulia Nurul Hikmah, 2013. “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Madu di kecamatan Camba Kabupaten Maros”. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Moch Qitfirul Azis, Syarif Imam Hidayat, Indra Tjahaja Amir. 2021. Strategi Pemasaran Produk Makanan Yang Berbasis Ulat Jati, Belalang, Dan Sarang Lebah (Edible Insects). Jurnal Agrilan. Vol 9 (3): 267-284.

Hadisusilo S, dan Kuntadi. 2014 . Faktor Penyebab kegagalan Panen Madu Hutan Di Taman Nasional Danau Sentarum Pada Musim Panen Tahun 2009-2012.

JMHI. KALBAR.

Jan edmon Papilaya, 2010. “Analisis Finansial Usaha Lebah Madu (Study Kasus di Pusat Perlebahan Halmahera Desa Liaino, Provinsi Maluku Utara)”. Skripsi.

Unsrat.

Lamerkabel J.S.A., 2010). “Cara Pemeliharaan, Pengelolaan dan Pengemasan Madu Lebah Hutan (Apis dorsata)”. Makalah disampaikan pada Acara Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan Pulau Wetar, Romang, Leti, Moa dan Lakor. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten MBD, Kisar.

Mikael, Hardiansyah, dan G Iskandar. 2015. “Kearifan Lokal Masyarakat Desa Tunggul Boyok DalamPengelolaan Madu Alam Di Kecematan Bonti Kabupaten Sanggau”. Jurnal Leastari 3 (1): 80-87

Pusat Pengembangan Apiary Pramuka, 2003. Lebah Madu, Cara Beternak dan Pemanfaatan. Jakarta : Penebar Swadaya

Sopamena, Junianita F., 2019. Resiliensi Nafkah Rumahtangga (Kasus Di Pulau Wetar Kabupaten Maluku Barat Daya. Jurnal Habitat 11(2): 79-87.

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi Ketahanan Galur dan Varietas Kedelai (Glycine max L. Merrill) Berdasarkan Karakter Morfologi Polong sebagai Pengendali Hama Pengisap Polong (Riptortus

Kajian ini dibuat bertujuan untuk mengesan kecenderungan keusahawanan di kalangan pesara tentera yang mengikuti program keusahawanan anjuran Jabatan Hal-Ehwal

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun yakni kepada Bapak Muttaqien selaku ketua dan Bapak Djoko dan

Komunitas Palembang berkebun berusaha tidak hanya mereka saja yang melakukan aktivitas peduli lingkungan tetapi berusaha memobilisasi massa untuk ikut serta menghijaukan

Berdasarkan analisis data maka peneliti menyimpulkan bahwasannya ada pengaruh antara status ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 1 Jombang

Model pengembangan heritage tourism ini merupakan suatu rancangan dalam mengembangkan industri pariwisata dengan memanfaatkan segala elemen yang terdapat di Kota

Pemodelan fluktuasi muka air tanah pada lahan rawa pasang surut tipe B/C dilakukan di blok tersier, yaitu pada petak lahan di antara dua saluran tersier yang sejajar seperti

Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu maka disarankan agar pembinaan dan pelatihan pengelolaan keuangan desa