• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN POSYANDU TERHADAP PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN BALITA PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI DESA SELAT KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN POSYANDU TERHADAP PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN BALITA PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI DESA SELAT KABUPATEN BULELENG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN POSYANDU TERHADAP PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN BALITA PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN

BARU DI DESA SELAT KABUPATEN BULELENG

The Utilization Of Posyandu On Toddler Development Stimulation During The New Normal Adaptation In Selat Village Buleleng Regency

Putu Irma Pratiwi1, Anjar Tri Astuti2, Hesteria Friska Armynia Subratha3, Ni Nyoman Ayu Desy Sekarini4

1234Universitas Pendidikan Ganesha (irma.pratiwi@undiksha.ac.id , 081805367567)

ABSTRAK

Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) telah ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sebagai bencana nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 menimbulkan dampak yang luas bagi perekonomian dan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan resiko gangguan pelayanan kesehatan termasuk pada pelayanan kesehatan balita, yang berpotensi meningkatkan kesakitan dan kematian.Adaptasi kehidupan baru merupakan suatu kondisi dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan berdampingan dengan COVID-19.

Pelayanan posyandu pada balita terdiri dari pemantauan pertumbuhan, perkembangan, pemberian stimulasi, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan serta kapsul vitamin A. untuk mengetahui pemanfaatan posyandu terhadap pemberian stimulasi balita dimasa adaptasi kebiasaan baru .Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional.

Teknik Analisa data menggunakan analisis dengan Chi Square (x2) dengan tingkat kemaknaanp<0,05. Dari hasil uji statistic menggunakan analisis Chi Square diperoleh nila P=

0,02 lebih kecil dari tingkat kemaknaan P=0,05 maka terdapat hubungan antara pemanfaatan posyandu terhadap pemberian stimulasi pada bali di masa adaptasia kebiasaan baru pemanfaatan posyandu berpengaruh terhadap pemberian stimulasi pada balita.

Kata Kunci: Posyandu, Stimulasi, Balita, Adaptasi Kebiasaan Baru

ABSTRACT

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) has been declared a pandemic by the World Health Organization (WHO) and as a national disaster by the Government of the Republic of Indonesia. The government's efforts to break the chain of the spread of COVID-19 have had a wide impact on the economy and health. This can pose a risk of disruption of health services, including health services for children under five, which has the potential to increase morbidity and mortality. New life adaptation is a condition where people can carry out activities side by side with COVID-19. Posyandu services for toddlers consist of monitoring growth, development, giving stimulation, giving basic and advanced immunizations and vitamin A capsules. The data analysis technique used analysis with Chi Square (x2) with a significance level of p <0.05.From the results of statistical tests using Chi Square analysis, the value of P = 0.02 is smaller than the level of significance P = 0.05, so there is a relationship between the use of posyandu and the provision of stimulation to Bali during the adaptation period of new normals. the use of posyandu has an effect on giving stimulation in toddlers.

Keywords: Posyandu, Stimulation, Toddler, Adaptation to New Normals.

(2)

PENDAHULUAN

Corona Virus Desease 2019 (COVID- 19) telah ditetapkan sebagai pandemic oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sebagai bencana nasional oleh Pemerintal Republik Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017;

Cucinotta and Vanelli, 2020; Kotlar et al., 2021). Berbagai. upaya dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 (Muhaidat et al., 2020; United Nations Children’s Fund, 2020). Upaya yang dilakukan pemerintah menimbulkan dampak yang luas bagi perekonomian dan pelayanan kesehatan termasuk pada pelayanan kesehatan balita, yang berpotensi meningkatkan kesakitan dan kematian (Kementrian Kesehatan RI, 2020; United Nations Children’s Fund, 2020).

Balita merupakan usia penting dalam menentukan kualitas masa depan bangsa.

Periode pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, keterampilan sosial,emosi termasuk perkembangan kepribadian pada masa balita berlangsung dengan sangat pesat. Perkembangan pada anak perlu dipantau secara rutin untuk mendeteksi adanya masalah atau gangguan pertumbuhan pada anak, sehingga pemberian stimulasi pertumbuhan dapat diberikan sesuai dengan usia anak untuk mencegah dan mengobati gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak

(Soetjiningsih, 2015).

Stimulasi merupakan hal yang sangat penting bagi tumbuh kembang balita dimana diberikan perangsangan terhadap penglihatan, bicara, pendengaran dan perabaan. Balita yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan memiliki perkembangan yang cepat dibandingkan dengan yang tidak mendapat stimulasi.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif jika diberikan sesuai dengan umur dan tahap perkembangan Anak yang tidak pernah diberikan stimulasi jaringan otaknya akan menurun, sehingga dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang (Syofiah, Machmud and Yantri, 2019).

Pos Pelayanan Terpadu atau sering disebut posyandu, merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, terdiri dari pemantauan pertumbuhan, perkembangan, pemberian stimulasi, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan serta kapsul vitamin A (Kementerian kesehatan RI, 2013; Putra, 2020). Sehingga perlu diambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan kebutuhan dan tetap memastikan kelangsungan pelayanan kesehatan esensial pada balita tetap berjalan di masa pandemic (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Hasil studi pendahuluan yang

(3)

dilakukan di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, dilakukan wawancara kepada bidan desa selat dan didapatkan hasil bahwa selama pandemi COVID-19 ini jumlah kunjungan posyandu mengalami penurunan. Pada tahun 2020 jumlah kunjungan balita ke posyandu sebesar 537 balita dari total 655 balita yang ada di desa selat. Penurunan jumlah kunjungan ini disebabkan karena ibu balita merasa takut untuk membawa anaknya ke Posyandu dimasa pandemic COVID-19 ini.

Terdapat dua orang balita yang mengalami gangguan perkembangan.

Pada masa adaptasi kebiasaan baru 19,2% Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan Posyandu (Putra, 2020).

Pelayanan kesehatan dasar terkait kesehatan anak yang terganggu pada awal masa pandemi COVID-19 diharapkan dapat kembali berjalan dengan optimal pada masa adaptasi kebiasaan baru dengan menggunakan protokol kesehatan (Wayan et al., 2020).

Penelitian dari syofiah tahun 2019 mengenai Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita di Puskesmas Kota Padang Tahun 2018, didapatkan hasil bahwa kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang belum dilaksanakan secara maksimal [8]. Penelitian yang dilakukan oleh saputri mengenai hubungan stimulasi

orang tua dengan perkembangan balita usia 12-36 bulan, dapat disimpulkan ada hubungan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan balita 12-36 bulan (Saputri, Rustam and Sari, no date).

Penelitian dari Upoyo pada tahun 2020 mengenai upaya peningkatan kemampuan stimulasi tumbuh kembang melalui pelatihan kader posyandu balita mengatakan bahwa semua kader posyandu yang mengikuti pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan mengenai stimulasi tumbuh kembang (Upoyo et al., 2020). Hasil penelitian dari Sofiani pada tahun 2017 mengatakan bahwa stimulasi yang harus dilakukan oleh orang tua sebagian besar pada aspek bahasa dan personal sosial. Orang tua diharapkan melakukan stimulasi setiap hari sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

(Sofiani, Fitria Primi Astuti and Salafas, 2017).

Stimulasi sesuai dengan tahap perkembangan sangat penting untuk balita.

Pemberian stimulasi yang tepat akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas (Lutfiya, Irwanto and Purnomo, 2019; Sari and Haryanti, 2019). Pada masa pandemic COVID-19 menyebabkan terganggunya layanan kesehatan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan posyandu terhadap pemberian stimulasi balita dimasa adaptasi kebiasaan baru.

(4)

METODE

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua yang balitanya di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng yang berjumlah 682 orang. Penelitian ini menggunakan teknik concecutive sampling. Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel adalah Lemeshow untuk populasi yang diketahui, sehingga jumlah sampel penelitian adalah 85 responden.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng pada bulan April 2021. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan instrument berupa kuesioner yang diisi secara langsung oleh responden.

Kuesioner yang berisi tiga buah kriteria pertanyaan. Kuesioner kriteria pertanyaan pertama memuat pertanyaan mengenai karakteristik responden penelitian, kuesioner kriteria kedua berisi pertanyaan mengenai gambaran pemanfaatan posyandu oleh responden dalam masa adaptasi kebiasaan baru, kriteria pertanyaan ketiga pada kuesioner ini telah menggunakan acuan yang bakuyaitu Buku Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Teknik pengumpulan data pada tahap pelaksanaan akan dilakukan pengumpulan

data penelitian selama tiga hari pada tiga posyandu yang terdapat di Desa Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

Pemilihan posyandu akan dilakukan secara random. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada orang tua balita yang mengantar anaknya ke posyandu. Setelah anak selesai mendapatkan pelayanan di posyandu, orang tua akan diminta untuk mengisi kuesioner penelitian yang telah disiapkan.

Sebelum pengisian kuesioner ada kriteria inklusi yang harus dipenuhi untuk menjadi responden pada penelitian ini, antara lain: orang tua yang datang ke posyandu, bersedia menjadi responden penelitian, memiliki buku KIA, memiliki anak yang berusia antara 29 hari sampai 5 tahun, bisa membaca dan menulis. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah: orang tua balita yang buta huruf, tidak kooperatif saat penelitian, orang tua yang sedang sakit, dan memiliki anak yang menderita kecacatan.

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat.

Analisis dengan Chi Square (x2) dengan tingkat kemaknaan p<0,05 untuk melihat ada tidaknya hubungan antara pemanfaatan Posyandu dengan pemberian stimulasi pada balita di masa adaptasi kebiasaan baru.

HASIL

Analisis Univariat

Penelitian ini menggunakan 85 responden

(5)

yaitu orang tua yang memiliki balita di Desa Selat Kabupaten Buleleng. Karakteristik responden penelitian penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Pada tabel 1. data karakteristik responden pada bagian umur, didapatkan hasil bahwa mayoritas orang tua yang membawa anaknya ke posyandu berumur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 52 orang (61,17%). Data jenis kelamin didapatkan hasil bahwa sebagian besar yang mengantar balita adalah wanita atau ibunya yaitu sebanyak 79 orang (92,94%).

Berdasarkan Pendidikan terakhir, mayoritas responden berada pada Pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 51 orang (61%). Dari segi pekerjaan, sebagian besar responden adalah petani yaitu sebanyak 61 orang (71, 76 %). Pada

kategori usia anak, paling banyak berada pada balita dengan usia 12-18 bulan yaitu 19 orang (22,35%). Seluruh responden memiliki buku KIA 85 orang (100%) dan total pendapatan atau gaji responden dalam sebulan paling banyak berada pada kisaran kurang dari dua juta rupiah yaitu sebanyak 52 orang (61,18%).

Gambar pemanfaatan posyandu pada masa adaptasi kebiasaan baru, dapat dilihat pada tabel 2.

Pada tabel 2. distribusi pemanfaatan posyandi pada masa adaptasi baru menggambarkan bahwa mayoritas responden membawa anaknya untuk ke posyandu sebanyak 10 kali dalam satu tahun yaitu sebanyak 42 orang (49,41%).

(6)

Semua responden 85 (100%) mengatakan balitanya mendapatkan pelayanan berupa pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala pada saat posyandu.

Sebanyak 49 orang (57,64%) mengatakan bahwa tidak dilakukan pengukuran perkembangan dan mayoritas responden 54 orang (63,55%) mengatakan bahwa tidak dilakukan stimulasi pada balita selama posyandu. Sebagian besar responden 63 orang (74,12%) mengatakan mendapatkan vitamin A di posyandu dan 63 orang (74,12%) mengatakan mendapatkan obat cacing di posyandu. Mayoritas responden 74 orang (87,06%) mengatakan mendapatkan informasi Kesehatan setiap berkunjung ke posyandu dan sebagian besar responden 52 orang (61,18%) mengatakan pernah mendapatkan imunisasi di posyandu.

Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan posyandu pada masa adaptasi kebiasaan baru, dapat dilihat pada tabel 3.

Berdasarkan tabel 4.3 dari 85 orang responden mayoritas responden 72 orang (81,17%) dalam pemanfaatan posyandu berada pada katagori baik.

Distribusi responden berdasarkan pemberian stimulasi perkembangan pada

balita, dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan tabel 4.4 dari 85 orang responden mayoritas responden 66 orang (77,65%) memberikan stimulasi kepada balitanya.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas, yakni variabel pemanfaatan posyandu dan pemberian stimulasi terhadap balita. Analisis yang digunakan dalam bivariat analisis adalah dengan Chi Square (x2) dengan tingkat kemaknaan p<0,05 untuk melihat ada

tidaknya hubungan antara

pemanfaatanPosyandu dengan pemberian stimulasi pada balita di masa adaptasi kebiasaanbaru. Analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.

Berdasarkan tabel 5. menunjukan bahwa orang tua yang pemanfaatan posyandunya baik dan memberikan stimulasi kepada balitanya pada masa adaptasi kebiasaan baru sebanyak 63 orang (74,12%) dan orang tua dengan

(7)

pemanfaatan posyandu yang kurang dan tidak memberikan stimulasi pada balitanya dimasa adaptasi kebiasaan baru sebanyak 15 orang (17,65%).

Dari hasil uji statistic menggunakan analisis Chi Square diperoleh nila P= 0,02 lebih kecil dari tingkat kemaknaan P=0,05 maka terdapat hubungan antara pemanfaatan posyandu terhadap pemberian stimulasi pada bali di masa adaptasi kebiasaan baru.

PEMBAHASAN

Adaptasi kehidupan baru merupakan suatu kondisi dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan berdampingan dengan COVID-19 (Putra, 2020). Pada masa adaptasi kebiasaan baru 19,2% Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan Posyandu.

Hari buka dan pelayanan Posyandu mengikuti kebijakan daerah penyebaran COVID- 19 di masing-masing desa (Putra, 2020).

Adaptasi kebiasaan baru dibuat menyesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan anak. Pelayanan kesehatan dasar seperti asuhan neonatal esensial, imunisasi, pemenuhan nutrisi lengkap seimbang, suplementasi sesuai kebutuhan, deteksi intervensi dini tumbu kembang dan pemberian stimulasi sesuai usia anak, serta berbagai program terkait kesehatan anak yang terganggu pada awal masa pandemic COVID-19 diharapkan dapat kembali

berjalan dengan optimal pada masa

adaptasi kebiasaan baru

denganmenggunakan protocol kesehatan (Wayan et al., 2020).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh saputri mengenai hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan balita usia 12-36 bulan, dapat disimpulkan ada hubungan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan balita 12-36 bulan (Saputri, Rustam and Sari, no date).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Upoyo pada tahun 2020 mengenai upaya peningkatan kemampuan stimulasi tumbuh kembang melalui pelatihan kader posyandu balita mengatakan bahwa semua kader posyandu yang mengikuti pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan mengenai stimulasi tumbuh kembang (Upoyo et al., 2020).

Tumbuh kembang optimal dengan stimulasi perkembangan pada balita yang merupakan penelititan dari Anggrek pada tahun 2017 yang juga mendukung hasil penelitian ini mengatakan bahwa stimulasi yang harus dilakukan oleh orang tua Sebagian besar pada aspek Bahasa dan personal sosial. Orang tua diharapkan melakukan stimulasi setiap hari sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kader posyandu diharapkan selalu memberikan penyuluhan terkait stimulasi sesuai tahapan

(8)

perkembangan dan melapor kepada Puskesmas jika menemukan keterlambatan perkembangan pada balita diwilayah kerja Posyandunya (Sofiani, Fitria Primi Astuti and Salafas, 2017).

Stimulasi sesuai dengan tahap perkembangan sangat penting untuk balita.

Pemberian stimulasi yang tepat akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas (Lutfiya, Irwanto and Purnomo, 2019; Sari and Haryanti, 2019).

KESIMPULAN

Hubungan antara pemanfaatan Posyandu dengan pemberian stimulasi balita dimasa adaptasi kebiasaan baru berdasarkan hasil uji statistic menggunakan analisis Chi Square diperoleh nila P= 0,02 lebih kecil dari tingkat kemaknaan P=0,05 maka terdapat hubungan antara pemanfaatan posyandu terhadap pemberian stimulasi pada bali di masa adaptasia kebiasaan baru, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan posyandu berpengaruh terhadap pemberian stimulasi pada balita.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini didukung oleh Universitas Pendidikan Ganesha.

DAFTAR PUSTAKA

Cucinotta, D. and Vanelli, M. (2020)

‘WHO declares COVID-19 a pandemic’, Acta Biomedica, 91(1),

pp. 157–160. doi:

10.23750/abm.v91i1.9397.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) Situasi Balita.

Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kemenkes RI.

Kementerian kesehatan RI (2013) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.65 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.

Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI (2020)

‘Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19’, Kementrian Kesehatan RI, pp. 1–30.

Kotlar, B. et al. (2021) The impact of the COVID-19 pandemic on maternal and perinatal health: a scoping review, Reproductive Health.

BioMed Central. doi:

10.1186/s12978-021-01070-6.

Lutfiya, I., Irwanto and Purnomo, W.

(2019) ‘Identification validity early detection of child development using Indonesian mch handbook’, Indian Journal of Public Health Research and Development, 10(8), pp. 1819–

1824. doi: 10.5958/0976- 5506.2019.02113.2.

Muhaidat, N. et al. (2020) ‘Pregnancy during COVID-19 outbreak: The impact of lockdown in a middle- income country on antenatal healthcare and wellbeing’, International Journal of Women’s Health, 12, pp. 1065–1073. doi:

10.2147/IJWH.S280342.

Putra, R. S. (2020) ‘Bagaimana Menjalankan Posyandu dalam Adaptasi Kebiasaan Baru’, pp. 1–21.

Saputri, L. A., Rustam, Y. and Sari, D. S.

(no date) ‘Hubungan stimulasi orangtua dengan perkembangan balita usia 12-36 bulan’, pp. 383–391.

Sari, T. P. and Haryanti, R. S. (2019) ‘The Effect of Stimulation, Detection, and Early Intervention Development Training Based on Group Dynamics on Motivation and Skill among Cadre’, Journal of Maternal and Child Health, 4(5), pp. 341–347. doi:

10.26911/thejmch.2019.04.05.08.

(9)

Soetjiningsih (2015) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sofiani, I., Fitria Primi Astuti and Salafas, E. (2017) ‘TUMBUH KEMBANG OPTIMAL DENGAN STIMULASI

PERKEMBANGAN PADA

BALITA’, pp. 63–67.

Syofiah, P. N., Machmud, R. and Yantri, E.

(2019) ‘Analisis Intervensi Pelaksanaan Dini Program Deteksi Balita dan di Tumbuh Kembang ( SDIDTK ) Puskesmas Kota Padang Tahun 2018’, 8(4), pp. 151–156.

United Nations Children’s Fund (2020)

‘COVID-19 and Children in Indonesia: An agenda for action to address socio-economic challenges’, Unicef, (May).

Upoyo, A. S. et al. (2020) ‘Upaya peningkatan kemampuan stimulasi tumbuh kembang melalui pelatihan kader posyandu balita’, 1(1), pp. 33–

43.

Wayan, N. et al. (2020) ‘Hubungan Pemanfaatan Buku KIA dengan Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi

Dini Pertumbuhan dan

Perkembangan Balita di Adaptasi Tatanan Kehidupan Baru’, 5(2).

Referensi

Dokumen terkait

Sentuhan mata : Gejala yang teruk boleh termasuk yang berikut: kesakitan atau kerengsaan.. berair kemerahan Kesan Kesihatan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan upaya rehabilitas bagi penyalah guna narkotika

Karenanya pesantren harus memberikan perhatian yang lebih intens kepada para santrinya tentang urgensi pengembangan ekonomi syariah yang memberi keadilan dalam

selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Dosen Pembimbing dan Dosen Pembimbing Akademik yang dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga dan

Ketiga, Rationalization (rasionalisasi) yaitu Fraud yang terjadi karena adanya pola pikir atau rasionalisasi dari pelaku yang menganggap bahwa tindakan Fraud tersebut

Pada metode uji pemutih kulit secara in vivo ada kesulitan untuk menginduksi hiperpigmentasi pada kulit punggung marmut, hal ini mungkin terjadi karena energi lampu

Di samping itu, hasil kajian juga menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap pendidikan bapa dengan tahap perkembangan psikososial responden,

Ketika berkumpul bersama dengan teman komplek, perasaan yang di rasakan dari keenam subjek adalah merasa bahagia karena bisa senang-senang dan mengkonsumsi minuman