9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerjasama
2.1.1. Pengertian Kerjasama
Menurut Widiastuti (2013), mengemukakan bahwa kerjasama merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama saling berinteraksi dalam kinerja membentuk suatu kolaborasi usaha pada setiap anggota kelompok sesuai peran masing-masing. Selanjutnya Tenner dan Detoro dalam Eddy Purnomo (2006), mengemukakan bahwa kooperatif atau kerjasama adalah sekelompok orang-orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
Sementara itu Ali Nugraha dkk (2005), mengatakan bahwa kerjasama merupakan pekerjaaan yang dilakukan oleh suatu kelompok sehingga terdapat hubungan erat antar tugas pekerjaan anggota kelompok lain. Menurut Hafsah (dalam Maryatun 2010), kerjasama sering juga disebut dengan istilah kemitraan, yang berarti suatu strategi kegiatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bekerjasama menyangkut unsur anggota kelompok, peran, tugas dan tujuan yang sama. Jadi bekerjasama merupakan suatu proses melakukan sesuatu
10
secara bersama-sama baik itu belajar maupun bermain yang sifatnya kebersamaan untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama dengan tujuan yang sama pula.
Kerjasama merupakan salah satu aspek dalam kemampuan sosial.
Adapun aspek dalam kerjasama dalam (Pusat Pendidikan AUD Lembaga Penelitian UNY, 2009) antara lain:
1. Membiasakan anak bergaul/berteman dengan teman sebayanya dalam melakukan tugas
2. Membiasakan anak untuk menghargai pendapat atau kemampuan orang lain
3. Menyadari bahwa kerjasama atau tolong menolong itu sangat penting dan menyenangkan
4. Mengembangkan rasa empati pada diri anak
Menurut Johnson, dkk (dalam Saputra 2005) bahwa pembelajaran kerjasama dapat didefinisikan sebagai sitem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur termasuk di dalam struktur adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif tanggungjawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
11
2.1.2. Manfaat Kerjasama Bagi Anak Usia Dini
Yudha M. Saputra, dkk (2005), mengatakan bahwa manfaat pembelajaran kerjasama adalah:
a) Mampu mengembangkan aspek moralitas dan interaksi sosial peserta didik karena melalui kerjasama anak memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan anak yang lain.
b) Mempersiapkan siswa untuk belajar bagaimana caranya mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi sendiri, baik guru, teman, bahan pelajaran ataupun sumber belajar yang lain,
c) Meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain dalam sebuah tim.
d) Membentuk pribadi yang terbuka dan menerima perbedaan yang terjadi, dan
e) Membiasakan anak untuk selalu aktifdan kreatif dalam mengembangkan analisisnya.
Oleh karena itu dengan adanya kerjasama antara anak yang satu dengan yang lain maka, hubungan keakraban dapat terjalin dengan baik.
Dengan kemampuan kerjasama yang baik pula anak dapat menikmati masa kecilnya hingga ia tumbuh menjadi orang dewasa yang mempunyai kemampuan adaptasi yang baik.
12 2.1.3. Tujuan Kerjasama Bagi Anak Usia Dini
Menurut Yudha (2005), tujuan kerjasama untuk anak usia dini yaitu:
a. Untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan baru agar dapat ikut berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan terus berkembang.
b. Membentuk kepribadian anak didik agar dapat mengembangkan kemampua berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.
c. Mengajak anak untuk membangun pengetahuan secara aktif karena dalam pembelajaran kerjasama (kooperatif), serta anak taman kanak- kanak tidak hanya menerima pengetahuan dari guru begitu saja tetapi siswa menyusun pengetahuan yangterus menerus sehingga menempatkan anak sebagai pihak aktif.
d. Dapat memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru dengan anak didik yang bertujuan untuk membangun suatu proses sosial yang akan membangun pengertian bersama.
Dari uraian yang dipaparkan oleh Yudha (2005) di atas mengenai tujuan kerjasama, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan kerjasama yaitu untuk mengajak anak agar dapat saling tolong-menolong, untuk menciptakan mental anak didik yang penuh rasa percaya diri agar dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, serta dapat
13
meningkatkan sosialisasi anak terhadap lingkungan. Kerjasama akan terbentuk apabila semua orang memiliki tujuan serupa tentang hal yang ingin dicapai. Menetapkan tujuan yang sama untuk semua orang tidak selalu mudah, karena hampir setiap orang terikat dalam suatu kelompok didasari oleh kepentingan sendiri yang ingin dicapai oleh keberhasilan kelompok.
2.1.4. Aspek / Indikator Kerjasama
Aspek / indikator kerjasama dalam capaian sosial anak dalam Peraturan Menteri Pendidikkan Nasional tentang Standar Pendidikkan Anak Usia Dini ( PERMENDIKNAS 58 tahun 2009 ):
Aspek Indikator
Kerjasama
Mau berbagi, menolong dan membantu teman
Menunjukkan antusiasme (berlomba) dalam melakukan permainan kompetitif secara positif
Mengendalikan perasaan
Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan
Menghargai orang lain (mau menerima kekalahan dan kemengan dalam suatu permainan)
Table 1.1. Aspek /indikator kerjasama
14 2.2. Permainan Estafet Air
2.2.1. Pengertian Permainan Estafet Air
Menurut Kadek Winaya (2014), Game Water Estafet atau estafet air ini adalah salah satu dari permainan modern yang menekankan pada kerjasama tim/kelompok. Peserta pada permainan ini diharuskan untuk memindahkan air dari satu tempat ke satu tempat yang lain atau dari ember yang berisi air ke botol plastik dengan jarak tertentu. Air tersebut dipindahkan dengan menggunakan gelas plastik.Karena permainan ini dibatasi oleh waktu, maka akan nampak ketegangan daripeserta.
Adapun alat yang digunakan dalam permainan estafet air ini yaitu:
a. Gelas plastik b. Botol air mineral c. Ember untuk wadah d. Spon
e. Baskom
Pemainan estafet air ini, pemain dibagi menjadi 2 kelompok setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Tempat/lapangan yang digunakan yaitu halaman sekolahyang cukup untuk pergerakankedua kelompok dalam bermain estafet air tersebut dan waktu/lamanya permainan berlangsung ±20 menit.
2.2.2. Manfaat Permainan Estafet Air
Menurut Kadek. (2014). Permainan Estafet air memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Kerja team/kelompok
15
b. Mengatur cara kerja yang efektif
c. Pembagian tugas/menempatkan personel dengan tepat d. Kekompakan antar anggota team/kelompok
Adapun manfaat lain dari permainan ini adalah 1) Dari Sisi Afeksi
a. Melatih anak untuk bekerja sama
b. Melatih anak untuk jujur dan memahami aturan 2) Dari Sisi Kognitif
a. Melatih anak untuk belajar memecahkan masalah b. Melatih motivasi anak
3) Dari Sisi Fsikomotorik
a. Membuat badan sehat dan bugar
b. Melatih mengkoordinasikan mata dan tangan c. mengghilangkan kejenuhan
2.2.3. Langkah-langkah/Cara Mermainan Estapet Air
Permainan estafet air ini sebenarnya tidak terlalu sulit bagi anak-anak.
Menurut Kadek (2014) hal yang harus diperhatiakan oleh anak dalam permainan estafet airantara lain:
16
1. Persiapkan, semua tim berbaris berbanjar (memanjang ke belakang).
Taruh ember tempat air di depan barisan dan botol air mineral di depan pemain paling belakang.
2. Peneliti menjelaskan cara bermain. Pemain paling depan mengambil air dengan gelas lalu memberikan kepada pemain di belakangnya, pemain paling belakang bertugas mengisikan air ke dalam botol.
Setelah pemain paling belakang memasukan air ke dalam botol, kemudian berlari menempati posisi semula kemudian memberikannya kembali kepada teman yang ada di depannya.
3. Peneliti memberi aba-aba agar semua tim memulai bersamaan.
4. Hentikan permainan setelah berlangsung dalam waktu tertentu atau setelah ada 1 tim yang berhasil memenuhi botol.
2.2.4. Penerapannya Dalam Pembelajaran
1) Dari jumlah 7 anak dibagi menjadi 2 kelompok tiap kelompok berjumlah 3 anak
2) Sebelum lomba bermain estafet air masing-masing kelompok anak barisan paling belakang memegang gelas plastik untuk diisi air kemudian diestafetkan ke temannya.
3) Peneliti memberi aba-aba bahwa permainan akan dimulai 4) Setelah menghitung 1,2,3 permainan dimulai
17
5) Guru dan Observer mengamati anak yang sedang melalukan kegiatan bermain estafet air
6) Peneliti mengevaluasi kemampuan anak dalam bekerjasama melalui permainan estafet air
7) Kelompok yang tercepat mengisi botol,maka kelompok tersebutlah pemenangnya.
2.3. Kajian Temuan yang Relevan
Bahasan hasil penelitian yang relevan yang penulis temukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ngatiningsih (2014), dengan judul “Meningkatkan Kerjasama Anak Melalui Pemainan Tradisional Gobak Sodor Di Kelompok B TK Pertiwi 3 Kalimati, Juwangi, Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014,” bahwaHasil penelitian ini adalah adanya peningkatan berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa kerjasama anak sebelum tindakan sampai dengan siklus ke II menunjukkan peningkatan. Sebelum tindakan 50% anak belum bisa bekerjasama, siklus I sebesar 69% anak sudah mulai bekerjasama, siklus II mencapai 78% anak sudah mampu bekerjasama dengan teman. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti peningkatan kerjasama dipengaruhi oleh motivasi dan reward.Melalui kegiatan permainan tradisional gobak sodor anak dapat bekerjasama dengan temannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lukidah (2013), dengan judul Upaya Mengembangkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Bentengan Pada
18
Anak Kelompok A TK Indriyasana 5 Gantiwarno Klaten Tahun Ajaran 2012/2013,” Dari analisis data menunjukkan bahwa pada Prasiklus diperoleh data 39.69%. Setelah dilakukan tindakan perbaikan melalui siklus I diperoleh hasil prosentase kemampuan kerjasama anak dalam 1 kelas sebesar 54.38% dan siklus II diperoleh hasil prosentase kemampuan kerjasama anak dalam 1 kelas sebesar 83.43% atau telah mengalami peningkatan sebesar 29.05%,dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan bentengan dapat mengembangkan kemampuan kerjasama anak.
2.4. Kerangka Berpikir
Perencanaan sumber belajar yang dilakukan oleh guru akan memberikanmanfaat apabila guru dapat menyiapkan dan memilih sumber belajar yangsesuai dengan karakteristik, minat dan tujuan pembelajaran anak yang hendak dicapai. Dalam hal ini bermain estafet airakan lebih menarik minat anak untukmeningkatkan kerjasama anak, karena anak bisa bermain tanpa rasa bosan sehinggatujuan dapat tercapai.
Pada gambar 2.1 dapat terlihat bagan kerangka berpikir yangmemperlihatkan tentang kondisi sebelum penelitian dilakukan, penelitianpada siklus I, dan penelitian pada siklus II, dimana tiap siklusnya sangatberhubungan antara kondisi awal, siklus I dan siklus II.
19
Berdasarkan bagan kerangka berpikir pada gambar 2.1 peneliti berasumsimelalui metode bermain estafet air dapat meningkatkan kerjasama anak di TK Dharma Wanita Salatiga kelompok A tahun ajaran 2014/2015.
Gambar 2.1. Tahap Penelitian (Arikunto 2008)
2.5. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
Melalui permainan estafet air dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak usia 4-5tahun di TK Dharma Wanita Salatiga.
Refleksi
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan dan Pengamatan
?
Siklus I
Pelaksanaan dan Pengamatan Refleksi
Siklus II