• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN STANDAR WISE SAFETY DANONE DI PT. SARI HUSADA UNIT I YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN STANDAR WISE SAFETY DANONE DI PT. SARI HUSADA UNIT I YOGYAKARTA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user LAPORAN KHUSUS

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA DENGAN STANDAR WISE SAFETY

DANONE DI PT. SARI HUSADA

UNIT I YOGYAKARTA

Estryastuti Nugraheni R0008107

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dengan Standar WISE Safety Danone di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta

Estryastuti Nugraheni, NIM : R.0008107, Tahun : 2011

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari ………….Tanggal ………. 20 …….

Pembimbing I Pembimbing II

Sumardiyono, SKM., M.Kes Seviana Rinawati, SKM NIP. 19650706 198803 1 002

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

(3)
(4)
(5)

commit to user ABSTRAK

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN STANDAR WISE SAFETY DANONE DI PT. SARI HUSADA UNIT I

YOGYAKARTA

Estryastuti Nugraheni1, Sumardiyono2, Seviana Rinawati3

Tujuan : Kegiatan industri sebagian besar memanfatkan tenaga kerja, disisi lain

di dalam industri terdapat unsafe condition dan unsafe action untuk itu

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan di PT. Sari Husada

Unit I Yogyakarta yaitu berdasarkan standar WISE safety Danone. Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui gambaran dari penerapan standar WISE safety

Danone di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

Metode : Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah tempat kerja terdapat potensi dan faktor bahaya yang sebagian besar disebabkan oleh perilaku tidak

aman. Perilaku tidak aman diubah menjadi safety behavior atau disebut BBS

(Behavior Based Safety) yang merupakan penerapan dari standar WISE safety

Danone yang terdiri dari 13 elemen.

Hasil : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

berdasarkan standar WISE safety Danone di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta.

Pengambilan data mengenai standar WISE safety Danone dilakukan melalui

observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada sumber yang berkompeten serta studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan

membandingkan dengan Standar WISE Safety Danone yang berlaku.

Simpulan : PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta telah menerapkan standar WISE

safety Danone, dengan menerapkan 13 elemen WISE sesuai dengan standar WISE

safety Danone yang berlaku secara internasional dalam group Danone. Saran yang

diberikan adalah supaya dalam penerapan WISE Safety Danone semakin

ditingkatkan dan diharapkan mencapai target world class.

Kata Kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, standar WISE Safety

Danone

1

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta

2

Magister Ilmu Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

3

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis melalui kekuatan, kesabaran, kesehatan dan cinta kasih dalam pelaksanaan magang di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja

Lapangan dengan judul “Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dengan Standar WISE Safety Danone di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta”.

Penulisan laporan ini dalam rangka tugas akhir serta sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Laporan ini disusun berdasarakn pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan praktek kerja lapangan dengan data dan informasi yang didapa dari karyawan, pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.

Atas terlaksananya kegiatan kerja praktek lapangan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkati penulis,

sehingga penulis dapat melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta dan menyelesaikan laporan ini.

2. Bapak Prof., Dr. dr. AA. Subiyanto, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS SpOk selaku Ketua Program Diploma III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja sekaligus Dosen.

4. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku pembimbing penulis yang telah

memberikan bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

5. Ibu Seviana Rinawati, SKM selaku pembimbing penulis yang telah

memberikan bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

6. Ibu Alloysia L. Bandaransari selaku HRD Manager PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan praktek kerja lapangan.

7. Bapak Soleh dan Mbak Yanti selaku HRD PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses praktek kerja lapangan.

8. Bapak M. Sukaelan selaku Health and Safety Manager PT. Sari Husada Unit I

Yoyakarta.

9. Bapak Amri Cahyono selaku Health and Safety Professional PT. Sari Husada

serta pembimbing penulis dalam Praktek Kerja Lapangan.

10. Bapak, ibu yang tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, kasih

(7)

commit to user

11. Kakak-kakak yang tersayang Mas Harry, Mas Iwan, Mbak Alvia, Mbak Dian

dan juga ponakan tercinta Daniel terimakasih atas support dan kasih sayangnya bagi penulis.

12. Mas Daimatus Pito Banugroho tersayang, terima kasih telah memberikan

kasih sayang, dukungan dan doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan praktek kerja lapangan dan laporan ini dengan penuh

semangat. I love You.

13. Keluarga besar Ciptowardoyo yang selalu memberikan dukungan, doa dan

kasih sayang kepada penulis.

14. Keluarga besar Prawirowiyoto yang selalu mendukung dan memberi kasih

sayang kepada penulis.

15. Sahabat-sahabat tercinta Priskila, Lafina, Meylinda dan Zahra terimakasih

atas persahabatan, pengalaman bersama penulis dan yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

16. Teman-teman gereja Tia, Cih, Desy, Rossy yang selalu memberi semangat

penulis.

17. Rekan-rekan mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2008 yang selalu kompak dan penuh semangat kebersamaan.

18. Keluarga besar Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan tentang K3 bagi penulis.

19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga bantuan dan perhatiannya mendapat rahmat cinta kasih dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis oleh semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dari semua pihak. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu untuk mencapai hasil yang baik penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi sempurnanya laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya untuk menambah wawasan dalam mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan dan demi kemajuan program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Maret 2011 Penulis,

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iv

(9)

commit to user

C.Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 47

D.Sumber Data ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Pelaksanaan ... 49

G.Analisa Data ... 49

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Hasil ... 50

B.Pembahasan ... 68

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 82

A.Simpulan ... 82

B.Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 46

Gambar 2. 13 Elemen WISE ... 53

Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Komite Keselamatan ... 57

Gambar 4. Puncak Gunung Es Insiden PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta

Tahun 2010 ... 63

Gambar 5. Grafik Insiden saat Bekerja ... 64

Gambar 6. Model Bradley ... 69

Gambar 7. Model Bradley yang telah dicapai PT. Sari Husada Unit I

(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang

Lampiran 2. Tabel Hasil Observasi dan Wawancara

Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Sari Husada Surat Ijin Magang

Lampiran 4. Safety Info

Lampiran 5. Safety & Environmment News (SEN) No. 22/XII/2010

Lampiran 6. Safety & Environmment News (SEN) No. 25/XII/2010

Lampiran 7. Form Audit Behaviour

Lampiran 8. Near Miss Card

Lampiran 9. Kebijakan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan

Lampiran 10. Cardinal Rules

Lampiran 11. Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja (LK3)

Lampiran 12. Sertifikat Requirements for a HACCP based Food Safety System

Lampiran 13. Sertifikat ISO 14001 : 2004

Lampiran 14. Sertifikat ISO 9001 : 2000

Lampiran 15. Sertifikat HALAL

Lampiran 16. Sertifikat Audit

Lampiran 17. Safety Performance Report 2011

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini sedang giat

melaksanakan pembangunan di segala bidang, satu diantaranya adalah

pembangunan di sektor industri sehingga muncul perusahaan-perusahaan di

beberapa daerah baik di kota besar maupun di kota kecil. Di era globalisasi

ini setiap proses kerja diikuti dengan adanya peningkatan K3 dan dunia

persaingan yang sangat pesat.

Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini, masyarakat

nasional dan internasional perlu memperhatikan seperti kualitas, manajemen

kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja.

Suatu industri senantiasa terdapat kegiatan-kegiatan teknik yang terlibat juga,

berbagai peralatan teknik dan sumber daya manusia, maka secara keseluruhan

beban tanggung jawab atas operasi perusahaan akan berada pada pimpinan

perusahaan. Penerapan SMK3 dapat menjamin keselamatan dan kesehatan

kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja. Setiap karyawan harus

berpartisipasi dalam setiap kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja, serta

bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan dirinya masing-masing di

lingkungan kerjanya, untuk mengetahui keselamatan kerja perusahaan dan

(13)

commit to user

alternatif yang tepat guna upaya pengendalian bahaya-bahaya potensial

tersebut, perusahaan perlu melakukan safety audit. Untuk menjalankan

perusahaan secara produktif dan efisien sangat tergantung pada manajemen

perusahaan tersebut. Manajemen K3 mengelola tenaga kerja sebagai sumber

daya manusia dan infrastruktur serta alat-alat produksi sebagai sumber daya

fisik perusahaan. Tenaga kerja yang sehat dan sarana kerja yang terpelihara

dengan baik merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung

produktivitas perusahaan. Di sisi lain, pelaksanaan sistem manajemen K3

merupakan tuntutan global untuk memenuhi standar-standar nasional maupun

internasional yang berlaku.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia

industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas

dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Makin

kompleknya peralatan yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang

mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan

apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin

(Dewi, 2009).

Kecelakaan kerja merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak

diharapkan atau diduga sama sekali yang terjadi di tempat kerja. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan

manusia (unsafe act) yaitu sebesar 96% dan kondisi berbahaya yang

(14)

commit to user

dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya

kecelakaan di tempat kerja. (Cooper,1999)

Kualitas pekerja mempunyai korelasi yang erat dengan kecelakaan kerja

sedangkan kecelakaan kerja erat kaitannya dengan produktivitas sehingga

program K3 sangat mempengaruhi program pengembangan sumber daya

manusia.

Lahirnya tatanan baru dalam masyarakat yang ditandai dengan

menguatnya tuntutan terhadap pelaksanaan norma K3 sebagai bagian dari

pelaksanaan hak asasi manusia berdasarkan nilai-nilai keadilan, keterbukaan

dan demokrasi maka pelaksanaan penerapan K3 mutlak harus dilaksanakan

secara fair dan seimbang di semua tempat kerja.

Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) tidak lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka

pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan

pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan

menerapakan sistem manajemen K3.

Guna mengetahui keefektifan penerapan SMK3 dan mengukur kinerja

pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan maka

diperlukan pelaksanaan audit SMK3. Selain itu melalui audit SMK3 akan

diketahui program K3 apakah telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3

yang telah ditetapkan pada suatu perusahaan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan di

(15)

commit to user

No.Per-05/MEN/1996 dan OHSAS 18001, juga menerapkan standar WISE

Safety Danone. Standar WISE Safety Danone berlaku di untuk semua group

Danone, yang fokus penerapannya diimplementasikan atas dasar perilaku atau

kebiasaan. Jika SMK3 auditornya PT. Sucofindo yang ditunjuk oleh

Depnakertrans RI, OHSAS auditornya SGS atau lembaga lain, sedangkan

untuk WISE safety Danone, auditornya Dupont dan Danone.

WISE safety Danone mengutamakan penerapan perilaku safety pada

semua karyawan, yang biasa disebut dengan Behavior Based Safety atau

disingkat BBS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dibuat rumusan masalah

sebagai berikut : “Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

berdasarkan standar WISE Safety Danone di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dalam standar WISE Safety Danone.

2. Untuk mengetahui aplikasi standar WISE Safety Danone yang diterapkan

(16)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dapat mengetahui, mengenal, dan menambah wawasan tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan di PT.

Sari Husada Unit I Yogyakarta yaitu Standar WISE safety Danone.

2. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Penelitian yang dilakukan dapat menambah wawasan kepustakaan tentang

standar WISE safety Danone yang diterapkan di PT. Sari Husada Unit I

Yogyakarta.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian dilakukan untuk mengenal lebih dalam penerapan standar

WISE safety Danone di PT. Sari Husada Unit I Yogyakarta, sehingga

manfaat penelitian bagi perusahaan yaitu dapat mengenalkan standar

WISE safety Danone dan menunjukkan kemampuan PT. Sari Husada

dalam meningkatkan dan menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja ke

(17)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Industri merupakan salah satu aktivitas manusia yang memberikan banyak

manfaat diantaranya yaitu menyerap tenaga kerja, menghasilkan

produk-produk yang dibutuhkan oleh manusia, dan sebagainya. Namun di sisi lain

proses produksi yang dijalankan dengan menggunakan teknologi dan bahan

kimia dapat membahayakan kehidupan. Apabila hal tersebut tidak dikelola

dengan baik, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan gangguan,

penurunan kualitas kehidupan sampai terjadinya bencana atau disaster.

Bencana industri ini secara garis besar memiliki dampak yang merugikan

pada industrial system seperti kerusakan yang mungkin terjadi pada mesin

atau peralatan dan bangunan, serta dampak terhadap orang di sekitar industri

seperti trauma, terluka hingga terbunuh. Selain itu bencana juga berdampak

pada lingkungan seperti kontaminasi udara, air dan tanah. Sejalan dengan hal

itu, permasalahan yang kemudian timbul dalam dunia industri juga

berkembang semakin kompleks khususnya mengenai masalah Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) para tenaga kerja di dunia industri yang secara

langsung memberi efek pada efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan.

(18)

commit to user

industri yang sangat penting untuk diperhatikan. Kesehatan dan keselamatan

pekerja merupakan hal terpenting dari setiap aktivitas industri. Manusia

merupakan titik sentral dalam setiap pelaksanaan kegiatan industri, mulai dari

pengadaan bahan baku, proses produksi, sampai dengan menghasilkan produk

yang siap pakai. Dapat dipastikan tanpa keterlibatan manusia proses produksi

tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, keselamatan dan kesehatan

pekerja sangat diperhitungkan demi mencapai produktivitas kerja yang

setinggi-tingginya.

1. Tempat Kerja

Menurut Permenaker No. Per-05/MEN/1996 menyatakan bahwa

tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat

kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur,

1993).

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan

(19)

commit to user

dan lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

produksi. Keselamatan kerja sebagai salah satu unsur perlindungan tenaga

kerja yang bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para

tenaga kerja, orang lain yang berada di tempat kerja dan menjamin agar

sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan efisien serta

menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting

dalam meningkatkan produksi dan produktivitas, sebagaimana

diterangkan dalam Undang-undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja. Sehingga Keselamatan Kerja merupakan sarana

utama untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan

sejahtera bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat

menimbulkan kerugian yang berupa luka atau cidera, cacat atau kematian,

kerugian harta benda, dan kerusakan peralatan atau mesin dan lingkungan

kerja secara luas, serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju

peningkatan produktivitas (Tarwaka, 2008).

Tujuan keselamatan kerja :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya, dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien

(20)

commit to user

Syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada pasal 3 ayat 1

Undang-undang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.

d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

e. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.

f. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar

radiasi, kebisingan dan getaran.

g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

h. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

i. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.

j. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

k. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

l. Menerapkan ergonomi di tempat kerja.

m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.

n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakukan dan penyimpanan barang.

(21)

commit to user

q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Disamping syarat-syarat seperti tersebut di atas, juga ditetapkan

syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,

pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk

teknis dan aparat produksi yang mengadung dan dapat menimbulkan

bahaya kecelakaan (Tarwaka, 2008).

3. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental

maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap

penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan

oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap

penyakit-penyakit umum (Sumamur, 1996).

Kesehatan Kerja (Occupational Health) sebagai suatu aspek atau

unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan

pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2008).

4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara filosofi K3 didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran untuk

(22)

commit to user

diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta

hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur dan

sejahtera. Secara keilmuan K3 didefinisikan sebagai ilmu dan

penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan

terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap

pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan dari sudut ilmu hukum, K3

didefinisikan sebagai suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja

dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan

yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat

dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2008).

5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

a. Definisi Manajemen

Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas

prencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengukuran dan tindak

lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diterapkan dengan

menggunakan manusia dan sumber daya manusia yang ada.

b. Definisi Sistem Manajemen

Sistem Manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan

saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan dengan menggunakan manusia dengan sumber daya yang

ada.

(23)

commit to user

Manajemen K3 merupakan suatu ilmu perilaku yang mencakup

aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan

kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan

keputusan dan organisasi. (Bennet Silalahi dan Rumondang B.

Silalahi, 1995)

d. Definisi SMK3

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan

yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,

pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

K3 dalam rangka pengambilan risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

(Permenaker No. Per-05/MEN/1996). Secara garis besar definisi

SMK3 yaitu suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang berdasarkan Permenaker No. Per-05/MEN/1996.

e. Tujuan penerapan SMK3

Tujuan penerapan SMK3 adalah untuk menciptakan suatu sistem

K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,

kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka :

1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri

(24)

commit to user

2) Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, memelihara dan

meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan

meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta

kenikmatan bekerja (Suardi, 2005).

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

memiliki pedoman dalam pelaksanaannya yang merupakan siklus

berkesinambungan dengan peningkatan yang berkelanjutan.

f. Manfaat Penerapan SMK3

Manfaat utama diambil dari implementasi SMK3 secara garis

besar adalah sebagai berikut :

1) Perlindungan tenaga kerja.

2) Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan Undang-undang.

3) Mengurangi biaya

4) Membuat Sistem Manajemen yang efektif.

5) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

6) Penurunan kecelakaan dan kerugian akibat kecelakaan.

7) Peningkatan perhatian manajemen puncak.

g. Penerapan SMK3

Di dalam pasal 87 ayat 1 Undang-undang No.13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa setiap perusahaan wajib

(25)

commit to user

manajemen perusahaan. Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan

Sistem Manajemen K3 diatur di dalam Permenaker RI. No.

Per-05/MEN/1966 tentang Sistem Manajemen K3. Pada pasal 3 ayat 1 dan

2 dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga

kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi

bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan

produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti

peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat

kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.

Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 seperti

yang tertuang dalam pasal 4 Permenaker RI. No.Per.05/MEN/1996

beserta pedoman penerapan pada Lampiran I, maka organisasi

perusahaan diwajibkan untuk melaksanakan lima ketentuan pokok

yaitu :

1) Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap

penerapan Sistem Manajemen K3.

a) Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan

ditandatangani oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi

dan tujuan perusahaan komitmen dan tekad melaksanakan K3,

kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan

perusahaan secara menyeluruh. Di dalam membuat kebijakan

K3 harus dikonsultasikan dengan perwakilan pekerja dan

(26)

commit to user

pelanggan, dan kontraktor. Kebijakan perusahaan harus selalu

ditinjau ulang atau direview untuk peningkatan kinerja K3.

b) Adanya komitmen dari puncak pimpinan (Top Manajemen)

terhadap K3 dengan menyediakan sumber daya yang memadai

yang diwujudkan dalam bentuk :

(1) Penempatan organisasi K3 pada posisi strategis.

(2) Penyediaan anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana

pendukung lainnya dalam bidang K3.

(3) Menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang

dan kewajiban secara jelas dalam menangani K3.

(4) Perencanaan K3 yang terkoordinasi.

(5) Penilaian kinerja dan tindak lanjut K3.

c) Adanya tinjauan awal (initial review) kondisi K3 di

perusahaan yang dilakukan dengan cara :

(1)Identifikasi kondisi yang ada, selanjutnya dibandingkan

dengan ketentuan yang berlaku (Pedoman Sistem

Manajemen K3) sebagai bentuk pemenuhan terhadap

peraturan perundangan.

(2)Identifikasi sumber bahaya di tempat kerja.

(3)Penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan

standar K3.

(4)Meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan,

(27)

commit to user

(5)Meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya.

(6)Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang

disediakan.

2) Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan, dan sasaran

penerapan Sistem Manajemen K3

a) Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko.

b) Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan

persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3.

c) Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan

dalam bidang K3 yang mencakup kriteria kebijakan sebagai

berikut :

(1)Dapat diukur

(2)Satuan atau indikator pengukuran

(3)Sasaran pencapaian

(4)Jangka waktu pencapaian.

d) Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur.

e) Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang

sedang berlangsung.

3) Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan

kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk

(28)

commit to user

pengurus harus menunjuk personil-personil yang mempunyai

kualifikasi dengan kriteria :

a) Adanya jaminan kemampuan

(1)Sumber daya berupa manusia, sarana dan dana. Penyediaan

sumber daya tersebut, harus dibuat prosedur untuk

memantau manfaat yang didapat dan biaya yang

dikeluarkan.

(2)Sistem Manajemen K3 harus terintegrasi dengan sistem

manajemen perusahaan secara komprehensif.

(3)Pendelegasian tanggung jawab dan tanggung gugat secara

tegas sesuai penugasan masing-masing.

(4)Komitmen K3 dibangun berdasarkan hasil konsultasi

dengan tenaga kerja dan pihak-pihak lain yang terkait,

sehingga semua pihak merasa ikut berpartisipasi di

dalamnya.

(5)Kesadaran semua pihak untuk mendukung tujuan dan

sasaran Sistem Manajemen K3 yang telah ditetapkan untuk

meningkatkan kinerja pencapaian K3 di tempat kerja.

(6)Pelatihan harus diselenggarakan untuk meningkatkan

kompetensi kerja di dalam penerapan Sistem Manajemen

K3.

(29)

commit to user

(1)Komunikasi antara manajemen dengan tenaga kerja dan

pihak-pihak terkait.

(2)Pelaporan sistem manajemen K3 di tempat kerja.

(3)Pendokumentasian sistem dan pengendalian dokumen.

(4)Pencatatan dan manajemen informasi.

c) Adanya manajemen risiko dan manajemen tanggap darurat,

yang meliputi :

(1)Identifikasi sumber bahaya

(2)Penilaian terhadap risiko

(3)Tindakan pengendalian risiko dengan mengikuti hirarki

pengendalian risiko yang dimulai sejak tahap perancangan

dan perekayasaan.

(4)Prosedur menghadapi insiden, keadaan tanggap darurat dan

pemulihan keadaan darurat.

4) Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang mencakup

hal-hal sebagai berikut :

a) Adanya inspeksi, pengujian, dan pemantauan yang berkaitan

dengan tujuan dan sasaran K3 di tempat kerja.

b) Adanya audit sistem manajemen K3 secara berkala untuk

mengetahui efektivitas penerapan sistem manajemen K3.

c) Tindakan pencegahan dan perbaikan secara sistematik dan

(30)

commit to user

5) Meninjau ulang secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan

Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan

meningkatkan kinerja K3 yang meliputi :

a) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3.

b) Tujuan, sasaran dan kinerja K3.

c) Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.

d) Evaluasi efektif penerapan Sistem Manajemen K3 dan

kebutuhan untuk mengubahnya yang disesuaikan dengan

adanya :

(1)Perubahan Peraturan Perundangan.

(2)Tuntutan pihak-pihak terkait dan tuntutan pasar

(3)Perubahan produk, kegiatan dan perubahan struktur

organisasi perusahaan.

(4)Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(5)Pengalaman kecelakaan dan insiden di tempat kerja.

(6)Pelaporan serta feedback dari tenaga kerja.

Secara formal, ketentuan-ketentuan pokok tentang penerapan

Sistem Manajemen K3 di suatu perusahaan, seperti tersebut di atas

harus dibuktikan secara nyata melalui pencapaian sertifikasi audit.

Dengan dilaksanakannya audit, maka akan dapat diketahui apakah

penerapan Sistem Manajemen K3 telah berfungsi dan dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku di

(31)

commit to user

Sesuai yang tertuang di dalam pasal 5 ayat 1 Permenaker RI

No.Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3 dinyatakan

bahwa untuk pembuktian penerapan sistem manajemen K3

perusahaan dapat melakukan audit melalui badan audit yang ditunjuk

oleh Menteri yaitu Menteri Tenaga Kerja. Dengan demikian untuk

efektifitas pencapaian audit Sistem Manajemen K3 di suatu

perusahaan, audit harus dilakukan oleh badan audit Sistem

Manajemen K3 di suatu perusahaan, audit harus dilakukan oleh badan

audit independen atau eksternal audit. Selanjutnya, pada pasal 5 ayat 2

dinyatakan bahwa audit Sistem Manajemen K3 meliputi 12 (dua

belas) unsur atau elemen audit yaitu :

1) Komitmen pembangunan dan pemeliharaan

2) Strategi pendokumentasian

3) Peninjauan ulang desain dan kontrak

4) Pengendalian dokumen

5) Pembelian

6) Keamanan bekerja berdasarkan SMK3

7) Standar pemantauan

8) Pelaporan dan perbaikan kekurangan

9) Pengelolaan material dan pemindahannya

10)Pengumpulan dan penggunaan data

11)Pemerikasaan sistem manajemen K3

(32)

commit to user

6. OHSAS 18001 : 2007

OHSAS 18001 merupakan standar sistem internasional tentang

keselamatan dan kesehatan kerja. OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai

organisasi yang berkeinginan untuk :

a. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk

mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa

karyawan atau pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.

b. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan

sebuah SMK3.

c. Melakukan sertifikasi atau melakukan penilaian sendiri.

Perbedaan OHSAS 18001 dan Permenaker 05/MEN/1996 adalah

Permenaker 05/MEN/1996 memiliki pembagian jumlah atau jenis elemen

untuk jenis perusahaan tergantung pada besar kecil perusahaan yang

bersangkutan. Sedang persyaratan untuk OHSAS 18001 berlaku untuk

semua jenis organisasi tanpa memperhatikan besar kecilnya perusahaan

itu. (Suardi, 2005)

a. OHSAS 18001 terdiri dari 18 elemen, yaitu sebagai berikut :

1) 4. 1 Persyaratan Umum

Organisasi harus membuat, mendokumentasikan, memelihara dan

(33)

commit to user

dengan persyaratan standar OHSAS ini dan menetapkan

bagaimana memenuhi persyaratan-persyaratan ini. Organisasi

harus menentukan dan mendokumentasikan ruang lingkup SMK3.

2) 4. 2 Kebijakan K3

Manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui

kebijakan K3 dan memastikan bahwa di dalam ruang lingkup dari

sistem manajemen K3.

3) 4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan

penetapan pengendalian yang diperlukan.

4) 4.3.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan lain.

Organisasi harus membuat, menerangkan dan memelihara suatu

prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan

perundangan dan persyaratan K3 lainnya yang diaplikasikan untuk

K3.

5) 4.3.3 Tujuan dan Program

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara tujuan

dan sasaran K3 yang terdokumentasi, pada setiap fungsi dan

tingkat yang relevan di dalam organisasi.

6) 4.3.4 Programer Manajemen K3

7) 4.4.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung jawab, Akuntabilitas, dan

(34)

commit to user

Manajemen puncak harus menjadi penanggung jawab tertinggi

untuk sistem manajemen K3. Organisasi harus menunjuk seorang

anggota manajemen puncak dengan tanggung jawab khusus, diluar

tanggung jawabnya dan menetapkan peran-peran dan wewenang

8) 4.4.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian

Organisasi harus memastikan bahwa setiap orang dalam

pengendaliannya yang melakukan tugas-tugas yang mempunyai

dampak pada K3 harus kompeten sesuai dengan tingkat

pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman dan menyimpan

catatan-catatannya.

9) 4.4.3 Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi

10)4.4.4 Dokumentasi

11)4.4.5 Pengendalian Dokumen

Dokumen-dokumen yang disyaratkan untuk sistem manajemen K3

dan standar OHSAS ini harus terkendalikan.

12)4.4.6 Pengendalian Operasional

Organisasi harus mengidentifikasi operasi-operasi dan

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang

teridentifikasi dimana kendali pengukuran perlu dilakukan untuk

mengendalikan risiko-risiko K3.

13)4.4.7 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur:

(35)

commit to user

b) Untuk menanggapi keadaan darurat.

Organisasi harus menanggapi keadaan darurat aktual dan

mencegah atau mengurangi akibat-akibat penyimpangan terkait

dengan dampak-dampak K3.

14)4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk memantau mengukur kinerja K3 secara teratur.

15)4.5.2 Evaluasi Kesesuaian

Konsisten dengan komitmen organisasi untuk kepatuhan,

organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara

prosedur untuk secara periodik mengevaluasi kepatuhannya pada

peraturan perundangan yang relevan.

16)4.5.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan

dan Pencegahan

Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur

untuk mencatat, menyelidiki dan menganalisis insiden-insiden.

17)4.5.4 Pengendalian Catatan

Organisasi harus membuat dan memelihara catatan sesuai

keperluan untuk memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan

sistem manajemen K3 organisasi dan standar OHSAS ini, serta

hasil-hasil yang dicapai.

(36)

commit to user

Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur

untuk pelaksanaan audit sistem manajemen K3 secara berkala.

7. Sistem WISE Safety Danone

WISE Safety Danone merupakan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang diterapkan di seluruh perusahaan yang bernaung di

dalam Danone Group.

a. 5 prinsip WISE Safety Danone

1) Zero accidents bisa dicapai, semua kecelakaan bisa dicegah.

2) Merubah perilaku (sikap) sangat penting karena perilaku tidak

aman berdampak utama (96%) pada penyebab kejadian.

3) Keterlibatan aktif dan kerjasama setiap orang merupakan

komponen fundamental dalam budaya selamat.

4) Manajemen bertanggung jawab atas keselamatan.

5) Good safety merupakan good performance.

WISE Audit adalah penilaian pada budaya health and safety (sehat

dan selamat) di suatu perusahaan. Penilaian ini memberikan informasi

tentang performa keselamatan, kekuatan, kelemahan, dan

pengembangan apa yang masih harus diupayakan.

b. Elemen-elemen penting dalam WISE ada 13 elemen yaitu sebagai

berikut :

1) 3.1 Komitmen Manajemen yang Kuat

Untuk mencapai hasil terbaik bagi organisasi secara

(37)

commit to user

adalah sama pentingnya dengan biaya, produktivitas, tingkat

kualitas dan jasa. Tanpa komitmen jelas, tidak ada perbaikan

keselamatan. Komitmen ini harus ada dari tingkat atas hingga

tingkat bawah (pelaksana) pada semua level.

Peran top manajemen adalah sebagai berikut :

a) Menjadikan safety sebagai nilai individual (pribadi), dan

sebagai nilai bisnis atau corporate.

b) Menyediakan semua sumber keperluan, waktu, uang dan

tenaga kerja, untuk melakukan safety program. Komitmen ini

harus teguh bahkan di saat sumber tersebut terbatas.

c) Menyediakan perencanaan keuangan untuk proyek perbaikan

tentang safety.

d) Mengalokasikan waktu pelatihan safety bagi management dan

karyawan produksi.

e) Memastikan bahwa semua safety action plan dilaksanakan dan

organisasi keselamatan (safety Organization) berjalan efisien.

2) 3.2 Kebijakan dan Prinsip Keselamatan

Prinsipnya untuk mengembangkan safety, kebijakan safety

harus dibangun dan diterapkan setiap hari oleh semua anggota

“work force” (penanggung jawab kerja) baik manager ataupun

supervisor. Top manajemen harus membangun kebijakan

(38)

commit to user

semua keputusan pada safety. Tanpa kebijakan demikian, safety

akan terjauhkan ketika perhatian bisnis meninggi.

Safety police (Kebijakan Keselamatan) harus mencakup bahwa :

a) Semua kecelakaan bisa dicegah.

b) Manajemen bertanggung jawab terhadap keselamatan tempat

kerja.

c) Safety adalah kondisi kerja bagi semua karyawan.

d) Kebijakan safety adalah prioritas dalam keputusan.

e) Safety sangat pentingnya dengan kualitas, performa kerja,

tingkat layanan dan lain-lain.

3) 3.3 Standar Safety Tinggi

Prinsipnya adalah leadership (kepemimpinan) harus menerima

atau mengakui bahwa standar kerja yang ada dalam kegiatan

operasional akan menentukan tingkat kecelakaan yang terjadi.

Standar kerja diatur oleh proses formal dan informal. Proses formal

seperti aturan, prosedur dan lain-lain harus ditulis, harus beralasan

untuk diterima, diketahui, diikuti dan didukung atau dijalankan.

Keputusan pada standar harus dijalankan, bahkan sampai pada

keadaan dimana kepatuhan menjadi diri karyawan atau

terkondisikan. Proses informal juga penting, seperti contoh diri

keteladanan dan tidak toleransi terhadap kerusakan atau

(39)

commit to user

Isi standar : praktek kerja resmi (formal) berdasar penilaian

risiko pekerjaan

a) Aktivitas berisiko tinggi yaitu aktivitas yang memiliki risiko

kecelakaan tinggi seperti material beracun dan berbahaya,

pembersihan dan perawatan mesin, dan bekerja pada

ketinggian, bekerja pada scaffold (tangga bergantung) dan

bekerja pada tangga.

b) Praktek kerja resmi (formal) dimanfaatkan juga untuk pelatihan

karyawan, audit keselamatan (safety audit).

c) Standar tinggi diperuntukkan bagi perawatan struktur

bangunan, perawatan lantai dan tangga, perawatan daya listrik,

panas lingkungan dan sistem udara.

d) Standar tinggi juga diperuntukkan bagi organisasi atau tatanan

penyimpanan material dan housekeeping, pengiriman

(shipping) dan kegiatan penerimaan, produksi, limbah dan

pembuangannya.

4) 3.4 Tantangan pada Perencanaan dan Tujuan Keselamatan

Prinsipnya adalah memanage safety, seperti memanage aspek

usaha lain, mencakup penyusunan tujuan dan sasaran. Tujuan

(goal), menuntun pada seluruh arah program, sasaran (objective),

menjabarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai

(40)

commit to user

memotivasi performa atau kinerja, merencanakan dan

mengarahkan perbaikan, dan mengevaluasi kemajuan (progress).

Goal dan objective harus disampaikan sampai tingkat bawah

organisasi :

a) Objective harus ada untuk setiap bagian di perusahaan.

b) Semua manajemen harus memiliki sasaran safety secara

individual, pada PDR mereka.

c) Objective harus SMART (Spesific = khusus atau spesifik,

Measurable = terukur, Achievable = bisa dijangkau,

Reasonable = beralasan, Time = waktu)

5) 3.5 Sokongan terhadap Keselamatan Pribadi (Dukungan dari Safety

Professional)

Misi personel safety adalah :

a) Memberi fasilitas pada semua upaya safety, secara sering

mengaudit praktek kerja di lapangan dan menganalisa hasilnya.

b) Memberi saran pada manajemen tentang masalah safety dan

menjabarkan legal dan peraturan corporate.

c) Mengkonsultasikan melalui jalur organisasi, tentang naiknya

kesadaran pada semua perilaku keselamatan dan menjaga

komitmen manajemen.

Pekerjaan ini tidak termasuk tentang pelaksanaan safety atau

penerapan peraturan atau kebijakan, yang mana ini adalah bagian

(41)

commit to user

a) Jumlah tenaga profesional safety berdasarkan jumlah

karyawan, dan jumlah fasilitas.

b) Tenaga profesional safety memiliki standar tinggi pelatihan

dalam manajemen safety, pencegahan atas kejadian, investigasi

kejadian, ergonomis, material berbahaya, dan memiliki

pelatihan khusus tentang higienitas industri, kesehatan kerja,

dan bidang lain yang diperlukan untuk mengungkap risiko dan

bahaya.

Tenaga profesional safety dikenal sebagai penasehat bagi

manajemen.

6) 3.6 Safety sebagai Tanggung Jawab Line Management

Prinsipnya anggota line management bertanggung jawab

terhadap keselamatan orang yang melapor kepada mereka.

Keselamatan merupakan bagian performa manajerial.

Line manajemen :

a) Mengetahui banyak tentang prosedur kerja aman untuk

aktivitas di departemennya.

b) Memberi kontribusi terhadap pembangunan standar dan aturan.

c) Menjalankan aturan safety dan standar.

d) Menjadwalkan aktivitas safety.

e) Berpartisipasi dalam audit (diskusi keselamatan), investigasi

(42)

commit to user

f) Mencari daerah kerja berkait dengan bahaya keselamatan.

Memeriksa peralatan yang berisiko dan memeriksa kendali

keselamatan.

g) Memotivasi pegawai.

h) Menjamin bahwa karyawan dilatih prosedur kerja dan perilaku

aman.

i) Mengobservasi perilaku karyawan, mengkoreksi perilaku dan

kondisi tidak aman.

Line manajement harus walk the talk yang berarti menjalankan

hasil pembicaraan.

a) Mengikuti aturan safety departemen tentang kondisi aman,

praktek kerja (dirinya menjadi contoh).

b) Menghindari penggunaan jalur pintas yang belum terbukti atau

menghindari sistem safety yang by pass atau tidak diindahkan.

c) Mempertunjukkan pentingnya keselamatan dengan

menghentikan produksi sampai risiko bahaya dihilangkan atau

dikorelsi.

Line manajement bertanggung jawab dan tidak boleh melepas

tanggung jawab atas keselamatan sumber daya manusia atau orang

lain.

7) 3.7 Organisasi Safety Terpadu

Prinsipnya adalah setiap tempat kerja harus menyediakan

(43)

commit to user

terbawah. Organisasi keselamatan menjamin bahwa semua

permasalahan safety memiliki jalur untuk diangkat ke manajemen

dan bahwa semua keputusan memiliki cara untuk dilaksanakan di

lapangan, dengan keterlibatan nyata karyawan.

Safety Steering Committee harus ada dalam semua organisasi.

Perannya adalah untuk :

a) Pencetus dan memimpin aktivitas keselamatan di tempat kerja.

b) Memvalidasi rekomendasi dan menata prioritas.

c) Mampu melancarkan komunikasi pada area yang berbeda.

Komite bertemu secara teratur dengan agenda formal, dan

notulen dikomunikasikan ke semua orang terkait.

Anggota Safety Steering Committee adalah :

a) Senior manager, harus menjadi ketua panitia (komite).

b) Kelompok karyawan dan atau perwakilannya.

c) Tenaga safety berkualitas, menyediakan kecakapan tentang

safety dan dikonsultasikan teknis, dan sebagai sekretaris panitia

(komite).

d) Departemen-departemen utama dan perwakilan yang

mendukung misalnya maintenance

Sub-komite (sub-panitia) dibuat bila perlu :

a) Anggota managemen juga anggota tim managemen setempat

(44)

commit to user

b) Perwakilan departemen merupakan anggota utama dalam

komite (panitia) departemen.

c) Kelompok kerja dibuat, pada saat mana proyek tertentu atau

aktivitas khusus diperlukan, seperti standar, investigasi

kejadian dan lain-lain.

Keterlibatan karyawan adalah utama yakni :

a) Karyawan memahami dan menerima tanggung jawab untuk

bekerja dengan aman dan mematuhi aturan keselamatan dan

prosedur kerja aman.

b) Karyawan berpartisipasi dalam program keselamatan dengan

partisipasi dalam komite keselamatan.

c) Karyawan menerima pelatihan keselamatan sebagai tugas

khusus atau pekerjaan.

d) Karyawan dengan suka rela membantu proses investigasi

kejadian.

e) Karyawan dengan aktif mengidentifikasi risiko (bahaya) dan

perilaku tidak aman, juga melaporkan risiko (bahaya) kepada

atasan mereka (supervisor).

f) Karyawan melaporkan semua kecelakaan dan hal-hal yang

nyaris celaka.

8) 3.8 Motivasi Progresif

Prinsipnya adalah motivasi berkaitan dengan pengakuan usaha

(45)

commit to user

berkaitan dengan kedisiplinan untuk menjamin kesesuaian dengan

standar. Metode motivasi terbaik adalah dengan mendapatkan

keterlibatan karyawan dalam upaya safety.

Pengakuan yang berkaitan dengan motivasi dapat berupa :

a) Sistem hadiah (reward) merupakan pengakuan yang baik.

b) Sistem hadiah tidak dirancang untuk menghalangi pelaporan

kecelakaan.

c) Sistem hadiah harus mencakup saran perbaikan keselamatan

yang terukur dan harus mempromosikan tim kerja.

Sistem hadiah harus :

a) Menjalankan kebijakan keselamatan.

b) Mendorong perilaku dan sikap aman, yang merupakan dampak

dari praktek kerja aman dan mapan.

c) Mendorong pelaporan semua kejadian.

d) Mendorong keterlibatan karyawan dalam komite, pertemuan,

dan pemberian saran perbaikan.

e) Menjalankan program safety di daerah tertentu seperti material

berbahaya, kesehatan kerja, ergonomis, perlindungan

pendengaran, dermatitis dan lain-lain.

f) Mencakup bahaya dan risiko sesaat.

(46)

commit to user

a) Menyelenggarakan program pelatihan berkaitan kedisiplinan,

ditujukan pada perilaku tidak aman dan pelanggaran aturan dan

kebijakan keselamatan.

b) Menyelenggarakan program resmi menindaklanjuti peringatan

lisan, peringatan tertulis, dan teriminasi.

c) Masukan dokumentasi resmi dalam file karyawan.

9) 3.9 Komunikasi Efektif

Komunikasi merupakan hal penting. Komunikasi tingkat tinggi

memfasilitasi program efektif. Managemen senior atau yang

berpengalaman memainkan peranan penting dalam pembangunan

pesan, seluruh jalur organisasi menyampaikan pesan dan menjamin

bahwa pesan tersebut dipahami. Untuk kelengkapan, komunikasi

harus mengalir dalam 3 arah : dari managemen ke karyawan, dari

karyawan kembali ke managemen dan secara menyamping

melintasi jaringan fungsional.

Sistem formal guna mengkomunikasikan keselamatan (safety)

a) Melaksanakan safety sebagai tanggung jawab managemen

adalah dengan cara memasukkan review performa safety dalam

pertemuan staff dan pertemuan bisnis.

b) Selain kecelakaan khusus atau pelaporan kejadian, adanya

trend atau perhatian yang mencolok harus dijadikan bahan

(47)

commit to user

c) Pertemuan bulanan staff departemen, yang dengan

berkelompok membahas, performa safety departemen, risiko

dan bahaya, program safety baru.

d) Sistem formal ditujukan untuk secara regular menyampaikan

statistik performa keselamatan bagi tiap departemen,

menyampaikan statistik (angka) kumulatif kepada senior dan

eksekutif managemen.

e) Selain berkait dengan perhitungan kecelakaan aktual, statistik

harus dibuat atas dasar satuan produksi atau jam kerja.

f) Statistik harus mengidentifikasikan performa versus tujuan

(goal), mengidentifikasi trend dan adanya faktor komparatif

yang mencolok.

Komunikasi informal sehari-hari dapat dilakukan dengan cara :

a) Para manager lapis depan harus memanfaatkan interaksi

keseharian dengan karyawan untuk membicarakan safety.

b) Senior manager harus membahas trend atau kecenderungan dan

isu keselamatan (safety) bersama anggota staff dikaitkan pada

keadaan sehari-hari.

Komunikasi jaringan kerja :

a) Topik-topik keselamatan dibahas oleh kelompok ahli.

b) Ide-ide dan peluang memiliki pengaruh pada jalur validasi dan

(48)

commit to user

10)3.10 Pengembangan dan Pelatihan Keselamatan yang

Berkelanjutan

Pelatihan keselamatan (safety) dan berkesinambungan adalah

penting bagi semua karyawan. Perhatian khusus harus diberikan

kepada karyawan baru, karyawan yang baru pindah dari tempat

kerja lain, karyawan yang telah pindah dari area lain ke tempat

kerja yang sama, supervisi (pengawasan), karyawan kontraktor

atau pemborong, dan kedatangan peralatan baru. Melalui pelatihan

yang berkesinambungan, manajemen bisa menyampaikan

informasi, keterampilan terkini dan mendorong serta melaksanakan

perilaku positif terhadap safety.

Rencana pelatihan formal :

a) Fungsi pelatihan ditetapkan oleh ahli HR managemen guna

dokumentasi dan penjadwalan.

b) Rencana pelatihan harus mencakup :

(1) Training keselamatan seperti yang dipersyaratkan oleh kode

hukum.

(2) Orientasi safety karyawan baru.

(3) Pelatihan kepemimpinan safety bagi senior managemen.

(4) Pelatihan kepemimpinan safety bagi supervisor.

(5) Pelatihan safety bagi karyawan.

(6) Pelatihan safety berkait dengan ergonomi.

(49)

commit to user

Kebutuhan pelatihan direview berkesinambungan dan

disesuaikan dengan perubahan di operasional, disesuaikan dengan

adanya risiko dan bahaya baru. Harus ada pertanggungjawaban

khusus guna mengevaluasi perubahan kebutuhan pelatihan safety,

perencanaa, penyelenggaraan perogram pelatihan, pembuatan dan

penjagaan sistem pendokumentasian pelatihan.

11)3. 11 Laporan dan Investigasi Kejadian dan Kecelakaan

Tujuan utama investigasi kejadian dan kecelakaan adalah untuk

mencegah kecelakaan serupa terjadi kembali. Dengan melakukan

investigasi manajemen bisa menentukan penyebab kecelakaan dan

selanjutnya menunjukkan komitmen mereka. Dengan melibatkan

karyawan, karyawan akan meningkatkan kesadarannya terhadap

risiko dan menjamin bahwa mereka mengikuti rekomendasi dan

mereka akan tetap mendapat informasi tentang tindakan perbaikan.

Tanggung jawab terhadap investigasi :

a) Managemen menggunakan kepemimpinannya dalam

investigasi kejadian, dibantu oleh tenaga profesional safety.

Investigasi seperti menginterview saksi, menginterview

karyawan yang terluka, mencatat pekerjaan yang dilakukan di

lokasi saat kejadian, faktor tempat dan kondisi.

b) Senior managemen mereview semua laporan investigasi

(50)

commit to user

c) Line management harus dilatih oleh ahli safety dalam hal

teknik investigasi kejadian, mencari kasus utama, kasus

sekunder, akar penyebab kejadian atau hal ini juga dilatihkan

kepada anggota komite atau panitia.

Investigasi kejadian dibuat menjadi resmi dengan suatu formulir

yang mencakup :

a) Uraian singkat tentang kondisi yang ada.

b) Analisa penyebab, tidak hanya penyebab utama tetapi juga akar

penyebab, termasuk penyebab oleh perilaku.

c) Rekomendasi tindakan perbaikan dengan jadwal atau agenda

yang ditugaskan pada orang atau pegawai tertentu.

d) Daftar anggota staff.

Proses dalam menginvestigasi kejadian :

a) Menyusun tim investigasi yan dipimpin oleh line management

dan mencakup karyawan dan tenaga spesialis atau ahli.

b) Mengumpulkan informasi seperti interview, observasi dan

sebagainya.

c) Mengisi formulir dengan analisis penyebab dan

rekomendasinya dan menyampaikan kepada staff departemen

yang sesuai.

d) Mengkomunikasikan hasilnya secara luas.

(51)

commit to user

f) Formulir laporan investigasi direview oleh tenaga profensional

safety guna kepentingan kelengkapan, perbaikan, penilaian, dan

rekomendasi.

g) Investigasi melaporkan tentang kejadian-kejadian yang

melibatkan luka serius atau kerusakan nyata dan dikopikan

untuk senior managemen untuk mendapatkan perhatian dan

informasi atau komentar mereka.

12)3.12 Audit dan Evaluasi Ulang yang Efektif

Audit dan evaluasi ulang merupakan bagian penting untuk

menjaga dan memperbaiki performa keselamatan. Audit lapangan

dan diskusi yang memfokuskan pada orang-orang yang sedang

bekerja bisa mencegah kejadian (insiden) dengan menyiagakan

pekerja dan manager terhadap kebiasaan kerja tidak aman atau

perilaku yang tidak aman sebelum hal ini menimbulkan celaka.

Proses audit lengkap terdiri dari diskusi keselamatan, sistem audit,

dan inspeksi perlengkapan dan fasilitas.

Line manager bertanggung jawab atas penyusunan jadwal audit

reguler dan diskusi keselamatan. Tenaga safety memberi

pengarahan pada manajemen dan menganalisa hasil audit. Senior

manajemen berpartisipasi dalam audit dan mereview hasilnya dan

safety steering committee.

Audit perilaku safety adalah satu dari metode efisien untuk

(52)

commit to user

penggunaan audit keselamatan perilaku. Jika metode ini secara

reguler diterapkan oleh para manager, perilaku aman akan terjadi

dan berhasil dan masing-masing individu akan menerapkan standar

keselamatan dengan hati-hati. Kebiasaan yang patut dicontoh

kemudian akan menjadi bagian dari budaya perusahaan. Agar

berhasil, penerapan aturan dasar berikut direkomendasikan :

a) Audit keselamatan perilaku tidak boleh memakan waktu lebih

dari 10 menit. Audit ini tidak boleh digabungkan dengan isu

lain seperti kualitas atau lingkungan.

b) Audit keselamatan perilaku paling baik dilakukan oleh sebuah

tim yang dipimpin oleh seseorang yang memiliki kewenangan.

c) Audit keselamatan perilaku harus diikuti laporan tertulis

singkat, dengan copy ditujukan kepada coordinator

keselamatan dan manager departemen yang sedang diaudit.

d) Perencanaan terpusat adalah penting untuk menjamin

keberhasilan. Coordinator keselamatan bertanggung jawab atas

kegiatan monitor performa dari audit keselamatan perilaku.

e) Identitas orang yang ditanyai atau diminta keterangan selama

audit tidak disebutkan dalam laporan.

f) Idealnya, semua karyawan harus memiliki minimum dua

ceramah keselamatan per tahun yang dipandu oleh supervisor

langsung mereka.

(53)

commit to user

Kontraktor yang bekerja untuk Danone harus menerapkan

standar keselamatan kerja yang sama sebagaimana yang terapkan

oleh Danone.

Tanggung jawab :

a) Kriteria keselamatan harus menjadi bagian dari kontrak yang

ditandatangani oleh Danone dan kontraktor.

b) Pimpinan atau pemilik perusahaan kontraktor bertanggung

jawab atas keselamatan kontraktor yang bekerja di Danone.

c) Kontraktor melaporkan segala bentuk insiden ke Danone.

Kriteria untuk dapat ikut ambil bagian yaitu :

a) Karyawan kontrak ditraining dasar-dasar keselamatan kerja.

b) Kontraktor yakin bahwa karyawan kontrak memenuhi syarat

untuk bekerja secara aman.

c) Ada sebuah pertemuan sebelum kontrak untuk mendiskusikan

persyaratan keselamatan.

d) Karyawan kontrak diberikan informasi terhadap berbagai

macam bahaya seperti api, ledakan, dan produk-produk kimia.

e) Data kecelakaan kontraktor dikumpulkan, dikelompokkan dan

dilaporkan ke Danone.

f) Ada sebuah proses induksi kontraktor yang efektif yang

(54)

commit to user

dari tanggal training, materi, bukti bahwa peserta mengerti

training).

g) Kesesuaian audit dikaitkan dengan keamanan kontraktor.

h) Adanya pertemuan reguler untuk mengevaluasi implementasi

program safety.

i) Kontraktor menulis program safety yang secara berkala

dievaluasi oleh manajemen kontraktor.

j) Pertemuan reguler dengan kontraktor untuk mendiskusikan

kecenderungan keselamatan dan aksi. Kontraktor yang bekerja

dalam jangka waktu yang panjang juga terlibat dalam audit,

menganalisis mengapa perilaku tersebut dilakukan, selanjutnya

mengaplikasikan hasil penelitian yang berhubungan dengan perilaku

sebagai dasar untuk memperbaiki perilaku tidak aman tersebut.

Penyusunan program K3 perusahaan dengan label BBS harus didasarkan

atas penelitian perilaku tenaga kerjanya yang diaplikasikan di tempat

kerja. Program BBS yang baik terdiri dari penetapan tujuan yang spesifik,

(55)

commit to user

berdasarkan pengkajian, pengumpulan data, kesimpulan atas data yang

telah terkumpul, umpan balik atas hasil observasi dan telaah ulang.

Pada tahun 1930 Heinrich melaporkan bahwa 90% kecelakaan kerja

termasuk kejadian fatal, major and minor injuries disebabkan oleh

perilaku tidak aman tenaga kerja, selanjutnya pendapat ini dikonfirmasi

oleh Dupont Company tahun 1956. Penelitian yang dilakukan oleh

Dupont Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan

oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition. Unsafe

behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti

bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin,

menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi tenaga kerjaan pada

kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan yang tidak standar,

bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi

terganggu (Miner,1994).

Dari berbagai kajian penelitian luar negeri di atas jelas terlihat bahwa

yang melatarbekangi munculnya pendekatan BBS (Behavior Based

Safety) adalah adanya kesimpulan bahwa penyebab utama kejadian

kecelakaan kerja adalah faktor perilaku tenaga kerja (unsafe behavior).

Ada tujuh kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program

behavioral safety yaitu :

a. Melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan.

b. Memusatkan perhatian pada perilaku unsafe yang spesifik.

(56)

commit to user

d. Proses pembuatan keputusan berdasarkan data.

e. Melibatkan intervensi secara sistematis dan observasional.

f. Menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja.

g. Membutuhkan dukungan dari manager.

Hasil yang diharapkan dari penerapan BBS adalah sebagai berikut :

a. Angka kecelakaan kerja yang rendah.

b. Meningkatnya jumlah safety behavior.

c. Menurunnya accident cost.

d. Program tetap bertahan dalam waktu lama.

e. Penerimaan sistem oleh semua pihak.

f. Generalisasi behavior safety pada sistem lain (contoh : sistem

manajemen).

g. Follow up yang cepat dan reguler.

h. Peningkatan laporan tentang kecelakaan kerja yang terjadi.

(57)

commit to user

(58)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran  ........................................................
Tabel Hasil Observasi dan Wawancara
Gambar 1.  Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 13 Elemen WISE Sumber : Data Sekunder PT. Sari Husada, 2009 commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar merupakan hasil penilaian yang dicapai oleh seorang siswa untuk mengetahui sejauhmana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan yang sudah diterima oleh

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Dukungan Sosial Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Mahasiswa Yang Menjalankan MLM.. Skripsi

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2014 penulis menemukan beberapa permasalahan mendasar yang menyebabkan rendahnya partisipasi

Apabila dilihat dari pola perubahan komposisi kimia logam zirkonium maupun uranium dioksida yang terbentuk terlihat bahwa proses sinter pada temperatur 1300 °C

Sanggahan secara tertulis paling lambat disampaikan pada hari Senin tanggal 29 April 2013 pada jam kerja.. Sanggahan disertai bukti- bukti terjadinya penyimpangan

C : Kapasitas yaitu arus lalu lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (industri, distribusi arus dan komposisi lalu lintas dan

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dan temuan penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap terbentuknya kepuasan kerja,

Sehingga penelitian ini mencoba meneliti kembali dengan menghubungkan masing-masing variabel struktur kepemilikan yaitu insider ownership,institusional ownership dan variabel