SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2006 - 2009
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Dody Yoga Prasetyo Santoro
NPM : 0713015017 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2006 - 2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Dody Yoga Prasetyo Santoro
NPM : 0713015017 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Kinerja Profitabilitas Pada
Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2006 – 2009”, dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Ec. Rahman A. Suawidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Para dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Kedua orangtua, Ibunda Jatemi dan Ayahanda Santoso yang telah memberikan doa, kasih sayang, nasihat, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
8. Tresilia Dwitamara, S.psi, seseorang yang spesial di hati penulis, beserta keluarga besar yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan motivasi yang tiada hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dan menyusun skripsi dengan baik.
9. Teman-temanku khusunya angkatan 2007 kelas sore yang telah memberikan doa, dukungan, saran dan kritiknya selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan di alam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juni 2011
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ...……… 1
1.2. Rumusan Masalah ……… 7
1.3. Tujuan Penelitian ……… 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Kajian Teori ... 21
2.2.1. Pengertian Bank ... 21
2.2.2. Perbankan Syariah ... 22
2.2.2.1. Pengertian Perbankan Syariah ... 22
2.2.2.2. Pengertian Unit Usaha Syariah ... 22
2.2.5. Analisis Rasio Keuangan ...33
2.2.5.1. Aspek Permodalan ...……. 34
2.2.5.2. Aspek Kualitas Aset ...………. 35
2.2.5.3. Aspek Pendapatan ...………….. 37
2.2.5.4. Aspek Likuiditas ...………. 38
2.3. Kerangka Pikir ………... 39
2.4. Hipotesis ……… 40
BAB III METODE PENELITIAN... 41
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...……… 41
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 43
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...……… 46
3.3.1. Jenis Data ...……… 46
3.3.2. Sumber Data ...………... 46
3.3.3. Metode Pengumpulan Data ...……… 46
3.4. Uji Kualitas Data ...………... 47
3.4.1. Uji Normalitas ………... 47
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...……….. 48
3.5.1. Uji Asumsi Klasik ...………. 48
4.1.1. Deskripsi Bank Syariah ..……… 53
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ...… 54
4.1.3. Sejarah Singkat PT. Bank Mega Syariah, Tbk ...……. 57
4.1.4. Sejarah Singkat PT. Bank Bank Syariah Mandiri, Tbk ... 58
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 61
4.3. Analisis Penelitian …...………... 63
4.3.1. Statistik Deskriptif .…...……… 64
4.3.2. Uji Uji Asumsi Klasik ...……… 65
4.3.2.1. Uji Normalitas .………...… 65
4.3.2.2. Uji Multikolinieritas ..……… 66
4.3.2.3. Uji Autokorelasi ...……… 67
4.3.3.4. Uji Heterokedastisitas ……… 67
4.3.3. Pengujian Secara Parsial ….………...……… 68
4.3.4. Pengujian Secara Simultan ……… 71
4.3.5. Uji Koefisien Determinasi .……… 73
4.3.6. Regresi Linier Berganda ... 74
4.4. Pembahasan ……… 76
4.4.1. Implikasi Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 83
5.1. Kesimpulan ……… 83
5.2. Saran ………. 84
Tabel 2.1 : Rekapitulasi Penelitian Terdahulu ... 18
Tabel 3.1 : Tahun Beroperasi Enam Bank Umum Syariah Di Indonesia ... 44
Tabel 4.1 : Data Rasio Keuangan ... 62
Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif ... 64
Tabel 4.3 : Uji Multikolinieritas ... 66
Tabel 4.4 : Uji Autokorelasi ... 67
Tabel 4.5 : Regresi X1 (CAR) – Y (ROA) ... 69
Tabel 4.6 : Regresi X2 (NPL) – Y (ROA) ... 70
Tabel 4.7 : Regresi X3 (LDR) – Y (ROA) ... 70
Tabel 4.8 : Uji t ... 71
Tabel 4.9 : Uji F ... 73
Tabel 4.10 : Uji Koefisien Determinasi ... 74
Lampiran I : Rekapitulasi Data Keuangan Lampiran II : Perhitungan Rasio
UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2006 - 2009
Oleh:
Dody Yoga Prasetyo Santoro
ABTSRAK
Tingkat profitabilitas ini diukur dengan menggunakan rasio keuangan Return On Asset (ROA) karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu juga, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2009). Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur profitabilitas diantaranya adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap kinerja profitabilits Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2006 – 2009.
Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) (X1) berpengaruh negatif
terhadap variabel ROA (Return on Assets) sebesar 0.038, yang berarti tiap peningkatan nilai rasio CAR akan berbanding terbalik dengan nilai rasio ROA. NPL (Non Performing Loan) (X2) berpengaruh positif terhadap variabel ROA
(Return on Assets) sebesar 1,361, yang berarti tiap peningkatan nilai rasio NPL akan berbanding lurus dengan nilai rasio ROA. Dan Loan to Deposit Ratio (LDR) (X3) berpengaruh negatif terhadap variabel ROA (Return on Assets) sebesar
0.004, yang berarti tiap peningkatan nilai rasio LDR akan berbanding terbalik dengan nilai rasio ROA. Kesemuanya didapatkan nilai konstan sebesar 1,690, jika rasio variabel independen juga konstan.
Kata Kunci: Kinerja Profitabilitas, ROA (Return On Asset), CAR (Capital
BANKS IN INDONESIA PERIOD
By:
Dody Yoga Prasetyo Santoro
ABSTRAK
Level of profitability is measured by using financial ratios Return on Assets (ROA) because ROA is more focused on the company's ability to obtain earnings in the company's overall operations. In addition, in determining the soundness of a bank, Bank Indonesia is more concerned with assessment of ROA than ROE because Bank Indonesia prefers the value of a bank's profitability as measured by assets with funds mainly from public funds deposits so that the ROA is more representative measure of banking profitability levels (Dendawijaya, 2009). The variables used to measure the profitability of which is the CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (non performing loans), and LDR (Loan to Deposit Ratio).
Goals to be achieved from this study is to investigate and prove empirically the influence of the variable CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (non performing loans), and LDR (Loan to Deposit Ratio) on the performance profitability Sharia Banks in Indonesia the period 2006 to 2009.
Variable CAR (Capital Adequacy Ratio) (X1) negatively affects the
variables ROA (Return on Assets) for 0038, which means that each increase in the value of the CAR will be inversely proportional to the ratio value of ROA. NPL (Non Performing Loans) (X2) positive influence on the variable ROA (Return on Assets) of 1.361, which means that each increase in the NPL ratio will be directly proportional to the ratio value of ROA. And Loan to Deposit Ratio (LDR) (X3)
negatively affects the variables ROA (Return on Assets) for 0004, which means that each increase in the value of LDR will be inversely proportional to the ratio of ROA. All of them obtained a constant value of 1.690, if the ratio is independent variable also constant.
Keywords: Profitability performance, ROA (Return On Asset), CAR (Capital
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan yang hendak dicapai dari program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah adalah meningkatkan kualitas hidup atau kesejahteraan masyarakat Indonesia. Meningkatnya pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan perekonomian, dapat dijadikan salah satu tolak ukur meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat suatu negara. Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan kelaziman dan tuntutan kehidupan disamping juga ada dimensi ibadah. Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara cukup dan sederhana, memenuhi kebutuhan keluarga, memenuhi kebutuhan jangka panjang, menyediakan kebutuhan keluarga yang ditingalkan, dan memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah SWT (Sumarti, 2007: 1).
2
menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien. Sehingga perbankan memiliki peranan yang strategis dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan nasional, yaitu dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup orang banyak.
Berdasarkan pembagian hasil usaha dan pembayaran bunga, bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank (Rindawati, 2007: 1), yaitu: 1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah.
Perbedaan yang pokok antara bank dengan sistem konvensional dengan bank yang menerapkan sistem syariah adalah dalam hal pemungutan bunga atau riba yang merupakan sumber keuntungan terbesar bagi bank konvensional. Karena dari sudut pandang agama Islam, aktivitas keuangan dan perbankan adalah suatu sarana bagi masyarakat dalam menerapkan ajaran Al-Quran yaitu prinsip At-Ta’awun (saling membantu dan bekerja sama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan) oleh sebab itulah pengambilan bunga (riba) diharamkan (Rahmawati, 2008: 17). Sebagai gantinya diterapkanlah sistem bagi hasil dalam pemberian pinjaman pada bank syariah.
3
syariah. Maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan tersebut dijadikan sebagai dasar pendirian bank syariah di Indonesia, sehingga lahirlah bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (PT. BMI).
Pada tahun 1998, Undang-Undang No. 7 tahun 1992 disempurnakan menjadi Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan. Dengan dasar undang-undang ini, bank syariah menjadi lebih kuat karena mendapat kesempatan yang sama untuk bersaing dengan bank konvensional lainnya. Baru-baru ini juga telah dikeluarkan Peraturan Undang-Undang No.21 tahun 2008 pada tanggal 16 Juli 2008 tentang perbankan syariah untuk memberikan jalan untuk memunculkan bank syariah baru baik dari bank umum maupun yang murni dari bank syariah serta memunculkan persaingan antar bank syariah dan bank konvensional.
4
perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang tinggi adalah dua faktor yang dinilai membuat bank syariah bertahan dari serangan krisis global, di samping itu juga ada strategi “bertahan” dari serangan krisis dan strategi “keluar menyerang” untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir ancaman.
Salah satu solusinya adalah dengan cara meningkatkan kinerja keuangan, karena dengan demikian dapat menjaga kepercayaan para nasabah agar tetap setia menggunakan jasanya dan dapat memikat nasabah baru yang ingin menyimpan uangnya di bank. Sedangkan prinsip utama yang harus dikembangkan bank syariah dalam meningkatkan kinerja keuangannya yaitu kemampuan bank syariah memberikan bagi hasil yang optimal kepada nasabahnya. Karena dengan sistem bagi hasil ini sangat memungkinkan bagi nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah dengan melakukan pemeriksaan terhadap jumlah bagi hasil yang diperoleh. Apabila jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diperoleh nasabah, begitu pula sebaliknya (Rindawati, 2007: 4 ).
5
November 2009 nilai aset perbankan syariah sudah mencapai Rp 61,35 triliun (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/06/22282721).
Aset perbankan syariah pada tahun 2010 tumbuh mencapai Rp100,26 triliun. Pertumbuhan itu menjadi tanda awal dari era pengembangan perbankan syariah di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya Siregar, di Jakarta, “Aset yang telah tembus Rp100 triliun ini awal pengembangan perbankan syariah yang telah memiliki enam juta nasabah dan sekitar 20 ribu tenaga kerja”. Total aset tersebut terdiri dari aset bank umum syariah dan unit usaha syariah sebesar Rp97,52 triliun. Lalu Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar Rp2,74 triliun. Pada 2011, industri perbankan syariah juga diperkirakan tumbuh antara 45 – 55 persen tergantung pada kondisi perekonomian nasional (http://zonaekis.com/pertumbuhan-perbankan-syariah-nasional-2010#more-2301).
6
ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan berupa profitabilitas yang dicapai.
Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitas yang tinggi dan mampu membagikan dividen dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh kepercayaan kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya pun juga sangat tipis, hal ini mempengaruhi profitabilitas bagi bank yang bersangkutan karena para pemilik dana ini sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkannya ke bank lain.
7
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2009:119). Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur profitabilitas diantaranya adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
Berdasarkan latar belakang yang disajikan di atas, penting untuk mengadakan penelitian tentang kinerja finansial dari bank syariah yang ditinjau dari profitabilitas, karena dengan pencapaiannya diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas deposan serta investor terhadap bank syariah. Hal ini diharapkan dapat mengevaluasi kinerja profitabilitas bank syariah selama empat tahun terakhir. Judul yang diambil adalah “Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Kinerja Profitabilitas
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2006 – 2009”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh positif terhadap
8
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap kinerja profitabilits Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2006 – 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
Hal penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat dirasakan atau diterapkan setelah terungkapkannya hasil penelitian. Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis:
a. Sebagai penerapan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah.
b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi civitas akademis dengan memberikan pengetahuan tentang menganalisis kinerja keuangan bank syariah untuk mengetahui tingkat kesehatan bank tersebut.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Pengelola Bank
9
mengembangkan produk perbankan, agar dapat lebih menarik nasabah.
b. Bagi Investor
Sebagai informasi untuk meningkatkan kepercayaan dan pertimbangan masyarakat / investor terhadap bank syariah.
c. Bagi Akademis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini hasil penelaahan penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Tujuannya adalah sebagai pembuka wacana kepada penulis dan
sekaligus sebagai pijakan (framework) dalam melakukan penelitian ini,
sehingga memiliki kejelasan arah penelitian:
1. Sebatiningrum (2006)
Judul:
“Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Jakarta”.
Perumusan Masalah:
1. Adakah pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), likuiditas (LDR), dan efisiensi operasional (BOPO) secara bersama-sama terhadap
profitabilitas?
2. Adakah pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas?
3. Adakah pengaruh antara likuiditas (LDR) terhadap profitabilitas?
4. Adakah pengaruh antara efisiensi operasional (BOPO) terhadap
Kesimpulan:
1. Profitabilitas ke 22 bank di tahun 2004 dalam hal ini indikatornya
adalah ROA selalu berfluktuasi di tiap triwulan. ROA yang naik turun
dapat disebabkan karena meningkatnya kredit bermasalah, penurunan
kualitas kredit yang terjadi pada sektor industri dan tingginya biaya
operasional yang ditanggung oleh bank.
2. Secara simultan diperoleh adanya pengaruh yang signifikan antara
besarnya CAR, LDR dan BOPO terhadap profitabilitas. Sedangkan
secara parsial CAR, LDR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, dimana CAR dan LDR berpengaruh positif, sedangkan
BOPO mempunyai pengaruh yang negatif. Sedangkan secara simultan
diperoleh adanya pengaruh yang signifikan antara besarnya CAR, LDR
dan BOPO terhadap profitabilitas.
2. Gozali (2007)
Judul:
“Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit
Ratio) BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan NPL (Non Performing Loan) terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Januari: 2004 – Oktober: 2006)”.
Perumusan Masalah:
1. Bagaimana pengaruh CAR terhadap profitabilitas (ROE) Bank Syariah
Mandiri?
2. Bagaimana pengaruh FDR terhadap profitabilitas (ROE) Bank Syariah
3. Bagaimana pengaruh BOPO (Rasio Biaya Operasional) terhadap
profitabilitas (ROE) Bank Syariah Mandiri?
4. Bagaimana pengaruh NPL terhadap profitabilitas (ROE) Bank Syariah
Mandiri?
5. Bagaimana pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPL terhadap
profitabilitas (ROE) Bank Syariah Mandiri secara bersama-sama
Kesimpulan:
1. Dilihat dari R-squared sebesar 0,765 yang berarti bahwa 76,5%
profitabilitas mampu dijelaskan oleh variable independen yang
digunakan dalam model (CAR, FDR, BOPO, NPL) dan sisanya
sebesar 23,5% dijelaskan oleh variable lain diluar model yang
digunakan.
2. Dari pengujian F statistik dengan menggunakan α = 5% diperoleh
F-tabel sebesar 2,71 sementara diperoleh F-statistik sebesar 23,6 yang
berarti F-statistik > F-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen.
3. Dilihat dari masing-masing variabel maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Variabel CAR berhubungan negatif dan signifikan dengan
demikian variabel tersebut tidak sesuai hipotesis, disebabkan
adanya resiko yang besar sehingga CAR dapat berpengaruh
b. Variabel FDR berhubungan positif dan signifikan, hal ini
dikarenakan bila semakin besar dana yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan maka dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas.
c. Variabel BOPO berhubungan positif dan signifikan hal ini
disebabkan dengan adanya penambahan cabang baru dan promosi
dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas periode
Januari:2004-Oktober:2006 yang dilakukan oleh bank Syariah Mandiri.
d. Variabel NPL berhubungan negatif dan signifikan dikarenakan
semakin rendah tingkat kredit macet suatu bank maka semakin baik
bank tersebut. NPL menerangkan tingkat pengembalian
pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan dari suatu bank.
3. Indrawan (2009)
Judul:
“Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR)
Dan BOPO Terhadap Retrun On Asset (ROA) Periode 2006-2008 (Studi
pada Bank Syariah Mandiri)”.
Perumusan Masalah:
1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap Return On Equity (ROE) secara simultan pada
Bank Syariah Mandiri tersebut?
2. Diantara kedua variable tersebut yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan to Deposit Ratio (LDR) variable mana yang paling dominan
Kesimpulan:
1. Dari pengujian F statistik dengan menggunakan α = 5% diperoleh
fhitung sebesar 3,120 lebih besar dari nilai F-tabel sebesar 2,86 yang
berarti F-statistik > F-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen.
2. Berdasarkan hasil SPSS secara parsial, yang paling dominan
pengaruhnya terhadap ROA adalah CAR. Hal ini dilihat dari tingkat
signifikansi yang menyatakan bahwa tingkat signifikansi CAR lebih
besar dari tingkat signifikansi BOPO. Variabel CAR berhubungan
positif dengan nilai t-hitung sebesar 2,652 lebih besar dari nilai t-tabel
sebesar 2,030, yang terbukti dan signifikan, hal ini dikarenakan bila
semakin besar dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan maka
dapat mempengaruhi tingkat ROA.
4. Prastyaningtyas (2010)
Judul:
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada
Bank Umum Go Public Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008)”.
Perumusan Masalah:
1. Bagaimanakah variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM dan Pangsa
kredit secara parsial dapat mempengaruhi profitabilitas perbankan agar
2. Bagaimanakah variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM, dan Pangsa
kredit secara simultan dapat mempengaruhi profitabilitas perbankan
agar tingkat profitabilitas bank dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
Kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat disimpulkan
bahwa:
a. Variabel CAR berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas bank. Sehingga H1 yang menyatakan bahwa rasio
CAR berpengaruh positif terhadap ROA bank dapat diterima.
b. Variabel NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas bank. Sehingga H2 yang menyatakan bahwa rasio
NPL berpengaruh negatif terhadap ROA bank dapat diterima.
c. Variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap
profitabilitas bank. Sehingga H3 yang menyatakan bahwa rasio
BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA bank dapat diterima.
d. Variabel LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
profitabilitas bank. Sehingga H4 yang menyatakan bahwa rasio
LDR berpengaruh positif terhadap ROA bank tidak dapat diterima.
e. Variabel NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas bank. Sehingga H5 yang menyatakan bahwa rasio
f. Pangsa kredit berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas
bank. Sehingga H6 yang menyatakan bahwa rasio pangsa kredit
berpengaruh positif terhadap ROA bank dapat diterima.
2. Hasil pengujian hipotesis secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa
nilai F hitung sebesar 47.494 dengan probabilitas 0,000. Dengan
signifikansi sebesar 0,000, maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi profitabilitas bank atau dapat dikatakan bahwa CAR,
NPL, BOPO, LDR, NIM, dan Pangsa Kredit mempunyai pengaruh
terhadap ROA bank.
3. Hasil uji koefisien determinasi , besarnya nilai adjusted R2 dalam
model regresi sebesar 0,779. Hal ini menunjukkan bahwa besar
pengaruh variabel independent yaitu CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM,
dan Pangsa Kredit terhadap variabel dependent (ROA) yang dapat
diterangkan oleh model persamaan ini sebesar 77,9% sedangkan
sisanya sebesar 22,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa CAR,
NPL, BOPO, LDR, NIM, dan Pangsa Kredit semakin kuat
pengaruhnya dalam menjelaskan variabel terikat (ROA).
5. Mubarok (2010)
Judul:
“Pengaruh Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To
Perumusan Masalah:
“Apakah Non Permorming Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Loan To Deposit Ratio (LDR), berpengaruh terhadap Profitabilitas di sector perbankan yang go public?”.
Kesimpulan:
1. Diketahui bahwa non performing loan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank-bank yang go public. 2. Diketahui bahwa capital adequacy ratio mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas bank-bank yang go public.
3. Diketahui bahwa loan to deposit ratio tidak mempunyai pengaruh yang
Tabel 2.1 : Rekapitulasi Penelitian Terdahulu
JUDUL PENULIS TUJUAN METODE SUBYEK HASIL
Pengaruh Capital
Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio) BOPO (Biaya
JUDUL PENULIS TUJUAN METODE SUBYEK HASIL 2008 (Studi pada Bank Syariah Mandiri)
Indrawan Mengukur pengaruh
CAR, LDR, dan Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-positif, NPL dan BOPO berpengaruh signifikan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Eefek Indonesia
JUDUL PENULIS TUJUAN METODE SUBYEK HASIL
Pengaruh Variabel CAR (Capital
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Pengertian Bank
Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Menurut Howard D. Crosse dan George H. Hempel (Marcella,
2009: 9) bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha
manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank
dalam rangka melayai kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh
keuntunganbagi pemilik bank.
F.E Perry mendefinisikan bank sebagai suatu badan usaha yang
transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari
nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan
cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau menanamkan
kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran
2.2.2. Perbankan Syariah
2.2.2.1. Pengertian Perbankan Syariah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah menjelaskan definisi dari perbankan syariah, yaitu
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
2.2.2.2. Pengertian Unit Usaha Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, unit usaha syariah adalah unit kerja dari
kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu
bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.
2.2.2.3. Pengertian Bank Syariah
Ahmad Ibrahim (1997), dalam Wahyudi (2005: 23) menyatakan
bahwa bank syari’ah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya
Prinsip utama yang diikuti bank Islam adalah: pelarangan riba,
melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan keuntungan
yang sah dan memberikan zakat.
Antonio dan Perwataatmadja (1997: 1) dalam Rindawati (2007: 15)
membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan
Hadits. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah
Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat secara Islam.
2.2.2.4. Prinsip Dasar Bank Syariah
Dalam menjalankan fungsi dan perannya bank syari’ah secara garis besar, sistem operasional bank syari’ah ditentukan aqad yang terdiri dari lima dasar aqad. Bersumber dari lima dasar aqad inilah dapat
ditemukan produkproduk lembaga keuangan bank syari’ah . Kelima konsep tersebut adalah (Antonio, 2005: 85):
a. Prinsip pinjaman murni (al-wadiah)
dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2005:
85).
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk bank giro. Dalam wadiah dhamanah pihak
yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Berbeda
dengan wadiah amanah yang pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang menitipi (Bank Indonesia, 2007: 50).
b. Prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil
adalah:
1) Al-Musyarakah: akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio,
2005: 91).
2) Al-Mudharabah: akad kerjasama usaha antara pihak pertama
(shahibul maal) yang menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut (Marcella, 2009: 15).
c. Prinsip jual beli (at-tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual
beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan
pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
keuntungan (margin) (Rindawati, 2007: 18). Penerapannya yaitu:
1) Al-Murabahah: transaksi jual beli dengan bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga
beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah
pihak harus menyetujui harga jual dan jangka waktu
pembayaran (Bank Indonesia, 2007: 38).
2) Salam: transaksi jual-beli ketika barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh
sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai.bank bertindak
sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas
transaksi ini mirip jual-beli ijon, namun dalam transaksi ini
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
3) Istishna’: akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa
pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui
karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi
teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual
kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut
istishna paralel (Rindawati, 2007: 19).
d. Prinsip sewa (al-ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri (Antonio, 2005: 117). Al-ijarah
terbagi kepada dua jenis:
1) Ijarah: sewa murni.
2) ijarah al muntahiya bit tamlik: sejenis perpaduan antara kontrak
jual-beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri
dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa (Antonio, 2005:
e. Prinsip jasa (al-ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank (Rindawati, 2007: 20). Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini antara lain:
1) Al-Wakalah: Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukaan L/C, inkaso, dan tranfer uang (Bank Indonesia, 2007:
49).
2) Al-Kafalah: Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (Antonio, 2005: 123).
3) Al-Hawalah: Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya atau pada bank
konvensional disebut anjak piutang (Antonio, 2005: 126).
4) Ar-Rahn: Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai (Antonio, 2005: 128)
5) Al-Qardh: Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu
usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana
zakat, infaq dan shadaqah (Antonio, 2005: 131).
2.2.3. Perbedaan Bank konvensional dengan Bank Syariah
Adapun perbedaan diantara bank konvensional dan bank syariah
sebagai berikut :
a.Bank Syariah
1) Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah
titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam.
2) Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan
harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam.
3) Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun
pengelola bank pada posisi yang sangat penting dan menempatkan
sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara
nasabah dan bank.
4) Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip
keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara
Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha
5) Prinsip bagi hasil:
a)Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.
b)Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
c)Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
d)Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.
e)Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan.
Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian
akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
(www.syariahmandiri.co.id).
b.Bank Konvensional
Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan)
adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi,
sedang kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh
spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga
pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak
kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga
yang rendah (biaya murah). Dengan demikian terhadap ketiga
kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit
diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai
Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham,
Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai
keinginan yang bertolak belakang. Sistem bunga pada bank konvensional
adalah sebagai berikut :
1) Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank.
2) Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan
pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank.
3) Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan
berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.
4) Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk
agama Islam.
5) Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk
agama Islam.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau
rugi.(www.syariahmandiri.co.id)
2.2.4. Pengertian Kinerja Keuangan dan Laporan Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi
yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu
secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan
mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang
tercermin dalam laporan keuangan (Rahmawati, 2008: 37).
Kinerja keuangan berguna untuk menilai kondisi keuangan bank.
Kondisi keuangan bank dapat dicerminkan dari tingkat permodalan,
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas bank yang bersangkutan
(Rahmawati, 2008: 37).
Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan
disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal
dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha
yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi
manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.
Laporan keuangan menurut Siamat dalam Prastyaningtyas,
(2010:23) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam rangka peningkatan
transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun
dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang tediri
dari:
A. Laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu
bank dalam kurun waktu satu tahun. Laporan Keuangan Tahunan
standar akuntansi keuangan yang berlaku dan wajib diaudit oleh
Akuntan publik. Laporan Keuangan Tahunan adalah:
1. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha
yang merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal
pada suatu tanggal tertentu.
2. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan
beban dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu.
3. Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari
satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi
laba komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada
pemilik.
4. laporan arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan
pengeluaran kas baik yang berasal dari aktivitas operasional,
investasi, dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu
periode tertentu.
B. Laporan keuangan publikasi triwulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan
standar akuntansi keuangan yang berlaku dan dipublikasikan setiap
triwulan (Prastyaningtyas, 2010:23).
C. Laporan keuangan publikasi bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan
laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank
D. Laporan keuangan konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan dari suatu
grup perusahaan yang disajikan sebagai satu kesatuan ekonomi
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:4.1). Bank yang merupakan bagian
dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki anak perusahan, wajib
menyusun laporan keuangan konsolodasi berdasarkan pernyataan
standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan
laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Tujuan laporan keuangan, menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:3),
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2.2.5. Analisis Rasio Keuangan
Analisi rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara
individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir,
2002:64). Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam
laporan keuangan, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini
tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan
terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2002:64).
Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat
menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan
menggunakan perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas
suatu bank. Perhitungan rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank,
akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya
operasional suatu bank, yang dilihat dari posisi keuangannya dalam neraca
dan laba rugi. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank terutama dalam
menilai profitabilitasnya (Kasmir, 2008:104).
2.2.5.1 Aspek Pemodalan
Yang dinilai dalam aspek ini adalah permodalan yang ada
didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequaty Ratio)
yang telah ditetapkan BI. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko (Dendawijaya, 2009:144).
Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Modal terdiri dari modal inti dan
setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut.
Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling
berisiko diberi bobot 100%. ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko
yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. ATMR
merupakan penjumlahan dari ATMR aktiva neraca dan ATMR rekening
administratif.
Perhitungan rasio CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia
adalah sebagai berikut:
Rasio CAR = Modal Sendiri X 100% ...(Dendawijaya, 2009: 144) ATMR
2.2.5.2 Aspek Kualitas Asset
Assets digunakan sebagai rasio kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif adalah semua harta yang ditanamkan bank dengan maksud
untuk mencapai atau memperoleh penghasilan seperti kredit yang
diberikan, penanaman pada bank dalam bentuk tabungan, deposito dan
giro, penanaman dalam surat berharga, penyertaan pada perusahaan, dan
lain-lain.
Menurut (Kuncoro, 2002:226), Aktiva yang produktif merupakan
penempatan dana oleh bank dalam asset yang menghasilkan pendapatan
untuk menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari aktiva
inilah bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan
pengumpulan dan penyaluran dana. Dari pengertian aktiva produktif
yang dapat menghasilkan pendapatan dan dapat menutupi biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh bank.
Penilaian terhadap rasio kualitas aktiva produktif yang dimiliki
bank didasarkan pada dua rasio yaitu:
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif. Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah jumlah
aktiva produktif yang kolektibilitasnya tidak lancar, dan jumlah yang
diperhitungkan adalah 50% dari dari aktiva produktif yang tergolong
kurang lancar ditambah 75% aktiva produktif yang tergolong
diragukan ditambah 100% aktiva produktif yang tergolong macet.
(Cara penilaian kolektibilitas atau kualitas dari masing-masing kredit
yang diberikan diatur dalam SE BI No. 23/12/BPPP Tanggal 28
Februari 1991).
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh
bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib
dibentuk oleh bank. Berdasarkan SK Direksi BI No 31/148/KEP/DIR
tanggal 12 November 1999 tentang pembentukan PPAP, bank wajib
membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus
guna menutup risiko kemungkinan kerugian.
Aspek ini bertujuan untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki
oleh bank. Penilaian asset harus dengan Peraturan oleh Bank Indonesia
dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan
produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat
dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank
Indonesia.
Rasio yang digunakan untuk menilai kualitas asset sebuah bank
digunakan metode Non Performing Loan (NPL) dan perhitungannya adalah:
Rasio NPL = 100%
kredit Total
bermasalah Kredit
... (Martono, 2002:45)
2.2.5.3 Aspek Pendapatan (Earning/Profit)
Pengertian kinerja dalam sebuah organisasi adalah capaian atau
jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja). Sedangkan
profitabilitas adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan
untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada
tingkat yang dapat diterima (http://id.wikipedia.org/wiki/Profitablitas).
Dan dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
profitabilitas adalah mengenai suatu nilai yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan
berupa laba pada tingkat yang dapat diterima. Rasio untuk mengukur
kinerja profitabilitas perusahaan adalah Rasio Profitabilitas berupa
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu
(Mamduh, 2005: 78). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang tinggi. ROA
yang tinggi berarti kinerja profitabilitas juga tinggi, maka bisa dikatakan
bahwa perusahaan sukses dalam menghasilkan laba. Begitu pula
sebaliknya, ROA yang rendah berarti kinerja profitabilitas perusahaan
juga rendah, dan perusahaan kurang sukses dalam memperoleh laba yang
berarti mengalami penurunan tingkat laba (Vesadianti, 2010: 40). Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ROA = Total Aktiva100% Bersih
Laba
... (Dendawijaya, 2009:146)
2.2.5.4 Aspek Likuiditas
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan
dapat membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua
permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum rasio ini
merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar.
Yang dianalisis dalam rasio ini adalah:
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti giro,
Rasio likuiditas menurut Fred Weston dalam Kasmir (2008: 129)
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Suatu
bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan
tanpa terjadi penangguhan (Rindawati, 2007: 35).
Rasio likuiditas yang dipakai dalam penelitian ini adalah Loan to
Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada
para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat
likuiditasnya (Marcella, 2009: 35). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio LDR = Dana yang diterima 100% diberikan
yang Kredit
(Dendawijaya, 2009:147)
2.3. Kerangka Pikir
Dari uraian diatas tentang pengaruh variabel CAMEL terhadap kinerja
profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia, dapat dibuat suatu
gambar 2.1 teknik analisis data yang digunakan adalah metode statistik
analisis regresi linier barganda.
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir
Analisis Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan
berdasarkan definisi yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut :
Bahwa diduga variabel CAR, NPL dan LDR berpengaruh positif terhadap kinerja
profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia. NPL (Non Performing
Loan) (X2)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
(X3)
Kinerja Profitabilitas
(ROA) (Y) CAR (Capital Adequacy
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau kontstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2009:
126). Penelitian ini menggunakan kinerja profitabilitas bank syariah sebagai
variabel dependen / varabel terikat (Y) dengan menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai rasionya, sedangkan variabel independen / variabel
bebasnya adalah CAR (Capital Adequacy Ratio) (X1), NPL (Non Performing Loan) (X2), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) (X3). Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diawali
dengan menghitung variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Definisi operasional dari setiap variabel adalah:
1. Variabel Independen
Variabel yang menjadi penyebab atau munculnya hubungan sebab-akibat
terhadap variabel Y yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. CAR (Capital Adequacy Ratio) (X1)
Capital Adequeency Ratio (CAR) yaitu perbandingan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Ratio (ATMR) yang
42
Rasio CAR = Modal Sendiri X 100% ...(Dendawijaya, 2009: 144) ATMR
b. Non Performing Loan (NPL) (X2)
Untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Penilaian
asset harus dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan
memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan
dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan
aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan.Rasio
yang digunakan untuk menilai kualitas asset sebuah bank digunakan
metode Non Performing Loan (NPL) dan perhitungannya adalah:
Rasio NPL = 100%
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan
kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi
tingkat likuiditasnya (Marcella, 2009: 35). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio LDR = Kredit yang Diberikan x 100% Dana yang Diterima
43
2. Variabel Dependen
Kinerja Profitabilitas (Y)
Pengertian kinerja dalam sebuah organisasi adalah capaian atau
jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan (http://id.wikipedia.org/). Sedangkan profitabilitas adalah
suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh
mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat
diterima (http://id.wikipedia.org/ ). Dan dari kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kinerja profitabilitas adalah mengenai suatu nilai
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan berupa laba pada tingkat yang dapat
diterima. Rasio untuk mengukur kinerja profitabilitas perusahaan adalah
Rasio Profitabilitas berupa Return On Assets (ROA) atau juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment).
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu
(Mamduh, 2005: 78). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang tinggi. ROA yang tinggi berarti kinerja profitabilitas juga tinggi, maka bisa dikatakan
bahwa perusahaan sukses dalam menghasilkan laba. Begitu pula
sebaliknya, ROA yang rendah berarti kinerja profitabilitas perusahaan
44
berarti mengalami penurunan tingkat laba (Vesadianti, 2010: 40). Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% ... (Dendawijaya, 2009:146) Total Aktiva
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Populasi
Menurut Sumarsono (2004:44) populasi adalah kelompok subjek
atau objek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu
yang berbeda dengan kelompok subjek atau objek yang lain, dan
kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian. Pada
penelitian ini populasinya adalah seluruh Bank Umum Syariah yang
terdapat dalam direktori Bank Indonesia. Jumlah Bank Umum Syariah
pada tahun 2011 terdapat 11 bank, yaitu:
Tabel 3.1 : Tahun Beroperasi Sebelas Bank Umum Syariah Di Indonesia
No Nama Bank Tahun Beroperasi
1 PT. Bank Syariah Muamalat 1992
2 PT. Bank Syariah Mandiri 1999
3 PT. Bank Syariah Mega Indonesia 2004
4 PT. Bank Syariah BRI 2008
45
b. Sampel
Untuk keperluan pengambilan data pada penelitian ini, maka akan
diambil sebagian dari populasi tersebut dan selanjutnya disebut sebagai
sampel. Sampel yang baik adalah sampel yang anggota-anggotanya
mencerminkan sifat-sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada populasi
(Winarsunu, 2002: 11). Oleh karena itu sampel yang diambil dari
populasi harus benar-benar representatif.
Teknik sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan
atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Hadi, 2004:186). Kriteria pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan Bank Umum Syariah yang terdaftar Direktori Perbankan
di Bank Indonesia sekurang-kurangnya telah beroperasi selama 5
tahun sampai dengan tahun 2010.
2. Perusahaan Bank Umum Syariah yang masih aktif menjalankan
aktivitas perbankannya mulai tahun 2006 hingga tahun 2009.
3. Perusahaan yang tanggal penerbitan laporan keuangannya dari tahun
46
Sesuai dengan kriteria yang disebutkan, maka sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Muamalat, PT.
Bank Syariah Mandiri PT, dan Bank Syariah Mega Indonesia.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya dan bukan diusahakan sendiri oleh penulis atau peneliti
(Sulistyoningsih, 2006: 36). Data tersebut berupa laporan keuangan
publikasi bank yang diperoleh dari internet.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan publikasi perbankan syariah yaitu PT. Bank Syariah Muamalat,
PT. Bank Syariah Mandiri PT, dan Bank Syariah Mega Indonesia periode
tahun 2006 hingga tahun 2009 yang diperoleh dari masing-masing website
bank tersebut dan dari website Bank Indonesia.
3.3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara metode dokumentasi.
Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan
informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi laporan dan atau
berbagai artikel dari majalah, koran atau jurnal yang berkaitan dengan topik
47
sekunder. Selanjutnya peneliti mencatat dan mengkopi data sekunder
berupa Laporan Keuangan Publikasi Bank periode 2006-2009. Data
sekunder diperoleh dari internet yang kemudian diolah sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran noemal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilihat dengan berbagai metode
adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shaphiro Wilk
(Sumarsono, 2004 : 40).
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah
ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji
normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika
signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan atau
distribusi tidak normal, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi
perbedaan yang signifikan atau distribusi adalah normal
48
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan
perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain,
yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Tetapi
uji ini juga terdapat kelemahan yaitu bahwa jika kesimpulan kita
memberikan hasil yang tidak normal, maka kita tidak bisa menentukan
transformasi seperti apa yang harus kita gunakan untuk normalisasi
(http://www.konsultanstatistik.com/).
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Uji Asumsi Klasik
Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses
uji regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian
asumsi klasik menggunakan langkah kerja yang sama dengan uji regresi.
Dalam uji asumsi klasik pada penelitian ini terdapat tiga asumsi dasar
yaitu uji autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.
a. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi, sedangkan model regresi yang
baik adalah bebas dari autokorelasi (Santoso, 2000:216).
Deteksi adanya autokorelasi menurut Santoso (2000:219) adalah:
49
- Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
- Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
b. Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
dependent dinyatakan sebagai kombinasi linier dengan variabel
dependent lainnya (Prasetyo, tt: 28).
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable) (Santoso, 2000:203). Model regresi berganda yang baik adalah model
regresi yang variabel-variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang
tinggi atau bebas dari multikolinieritas (Sulistyoningsih, 2006: 38).
Deteksi adanya multikolinieritas menurut Santoso (2000:206) adalah:
- Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1.
- Mempunyai nilai TOLERANCE mendekati angka 1.
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menurut Santoso (2000: 208) bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji rank spearman
50
Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:
- Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
- Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas
3.5.2. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang
mempelajaripola hubungan antara dua atau lebih variabel. Pada kenyataan
sehari-hari sering dijumpai sebuah kejadian dipengaruhi oleh lebih dari
satu variabel, oleh karenanya dikembangkanlah analisis regresi linier
berganda dengan model:
Y = a + β1X1 + β2X2+ β3X3 + εi...(Anonim, 2010: L-21)
Keterangan:
Y = ROA(Return On Assets)
a = Konstanta
X1 = CAR (Capital Adequacy Ratio) X2 = NPL (Non Performing Loan)
X3 = LDR(Loan to Deposit Ratio)
β1... β3 = Koefisien regresi variabel X1 sampai dengan X3
51
3.5.3. Uji Hipotesis
Prosedur pengujian yang dilakukan untuk masing-masing hipotesis
adalah sebagai berikut:
a. Uji F
Untuk Pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel bebas
bersama terhadap variabel terikat, digunakan uji F dengan prosedur
sebagai beikut (Anonim, 2010: L-22):
1. Penentuan Hipotesis Statistik.
H0 : β1 = β2 = β3 = 0 X1, X2 , X3 secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap Y
H0 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 X1, X2 , X3 secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Y
2. Tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k), di mana n
adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah variabel.
3. F hitung sebesar = R 2
/ (k-1)
(1-R2) / (n-k)
Keterangan:
F = nilai F hasil perhitungan
R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
4. Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi F
- Ho diterima jika Fhit < Ftab