BUPATI ROKAN HILIR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR
NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
IZIN USAHA PERIKANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang
:
a.BT'PATI ROKAN
HILIR,
bahwa
usaha
yang
bergerak
dibidang
perikanankhususnya pemanfaatan sumber
daya
alam
KomoditiHasil
Perikanandi
Wilayah Kabupaten Rokan Hi1ir, telahmenunjukkan peningkatan yang signifikan;
bahwa
untuk
membinausaha dibidang
Perikanan sertauntuk
menjaga
kelestarian
sumber
daya
hasil-hasilperikanan,
maka perlu
dilakukan
pengendalian
danpengawasan
yang efektif
dibidang
usaha
Perikananmelalui Perizinan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada
huruf
a
dan
huruf
b
diatas,
perlu
membentuk Peraturan Daerah tentanglzin
Usaha Perikanan;C
Mengingat
:
1.
Pasal
18
ayat
(6)
Undang-Undang
Dasar
Republik IndonesiaTahun
1945;Undang-Undang Nomor
8
Tahun
1981
tentang
Kitab Undang-UndangHukum
Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia
Tahun
1981 Nomor
76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);Undang-undang
Nomor
53 Tahun
1999
tentangPembentukan Kabupaten
Pelalawan,Kabupaten
RokanHulu,
Kabupaten RokanHilir,
Kabupaten Siak, KabupatenKarimun,
Kabupaten
Natuna,
Kabupaten
.KuantanSingingi
dan
Kota Batam
(Lembaran NegaraRI
Tahun 1999 Nomor 181, Tambahankmbaran
NegaraRI
Nomor3902), sebagaimana
telah
beberapakali
diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor
34
Tahun 2008
tentangPembentukan Kabupaten
Peialawan,Kabupaten
RokanHulu,
Kabupaten RokanHilir,
Kabupaten Siak, KabupatenKarimun,
Kabupaten
Natuna,
Kabupaten
KuantanSingingi
dan
Kota Batam
(Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2008
Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4880);Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
1
18,
Tambahan
l.embaran Negara Republik
IndonesiaNomor 4433); sebagaimana telah
diubah
dengan Undang-Undang 54 Tahun 2009 tentang Perikananb
0 4
3
5.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2OO4
tentangPemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
RepublikIndonesia
Tahun 2004 Nomor
125,Tambahan l.embaranNegara
Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimanatelah
beberapa
kali
diubah terakhir
dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan KeduaAtas
Undang Undang Nomor
32
Tahun 2004
tentangPemerintahan
Daerah
(kmbaran
Negara
RepublikIndonesia
Tahun 2008
Nomor59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);6.
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2OO4
tentangPemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara'
RepublikIndonesia
Tahun 2004 Nomor l25,Tambahan kmbaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimanatelah
beberapakali
diubah terakhir
dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas
Undang Undang Nomor
32
Tahun 2004
tentangPemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
RepublikIndonesia
Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);7.
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
20i1
tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan(kmbaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2Ol1
Nomor
82,Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia Nomor52341;
8.
Peraturan Pemerintah Nomor
66
Tahun 2001
tentangRetribusi Daerah
(kmbaran
NegaraRepublik
IndonesiaTahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4139);9.
Peraturan Pemerintah Nomor
54
Tahun 2002
tentangUsaha
Perikanan (Lembaran NegaraRepublik
IndonesiaTahun 2002
Nomor 100, Tambahan
l€mbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4230);1O. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang
Tarif
atas
Jenis
Penerimaan Negarabukan
Pajak yang berlakupada
Departemen Kelautan
dan
Perikanan
(l.embaranNegara
Republik
Indonesia
Tahun
2OO2
Nomorl 18,Tambahan l,embaran Negara
Republik
Indonesia Nomor 4241):1 1.
Peraturan Pemerintah Nomor
38
Tahun 2007
tentangPembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsidan
Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota
(kmbaran
NegaraRepublik
lndonesiaTahun 2007
Nomor
82,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);12.
Peraturan Menteri Kelautan
dan
Perikanan Nomor
02Tahun 2011 tentang
Jalur
PenangkapanIkan dan
AlatBantu
Penangkapan
Ikan di
Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia13.
Keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor Kep. 10/MEN/2003 tentang Perizinan Usaha Penangkapan吼
鮮
乱
Ntttn龍
疵 計
t=識
認
d棚
略盟漕璽ま
贈
:贔
瀦 塾
雌
DEWANPERWAKILiflillli「
:11ユ
mTENROKANHILIR
Dan
BUttIII:ililiIR
h∝
叩hn:PERATUШ
Dtュ
TⅣ
珈 G ИN“ m PERI蜘
畑 .mENTUAN UMUM
Pasal lν霊
:貯
鵬寂
:織
肥χ
祓
、
d denrn:
2 Peme五ntah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara peme五ntahan daerah
3 Bupad adalah Bupati Rokan Hilir
4 Dinas Kelautan dan Penkanan adalah Dinas Kelautal■
dan Perikanan
Kabupaten Rokan Hilir
a Penanょ apan km addtt ke」
alЪ
塁蛍
Iぶ
翼
ettFattTc胸
鷲
:霧
yang tldak dalaln kcadaan dibudidI:よllliny』
ξ
rtII:lgg:i:iLI『niundangan yang berlaku, termasuk
艦出
laL mendn」
nkaL mengra選
暑
塩
nJ職
臨 ∬薦萄糧
7:i霧
:F軍
靴
i盤
織肌肥乱ぷ
ttts躍
1躍
ム
駆晰 盤
蹴
dW躍
:器
鮮
:露
鮎
l欝
憾
I
蹴翼
la・mendn」
nhL mengo
8¨ Peng。
lahan lkan adalah kegiaIIl a盟
,lξ
£
Ff指
』
Ic:]f螺
旨
Lrt:離Im瑞
甘 魅」
:r mmttun懇
9 Pengangkutan lkan adalah ke」
atan untuk melakukan pengumpulan dan
議
s識
£
寵燎
In。肝撃
rtta猥
爛
'撚
10. Pemasaran Ikan adalah kegiatan
untuk
melakukan penjualan ikan.1 1.
Ikan
adalah segalajenis
organisme yang seluruhatau
sebagiandari
siklushidupnya berada didalam lingkungan perairan.
12. Orang adalah subyek
hukum,
baik orang perorangan maupun korporasi.13.
Pelaku Usaha
Perikanan
adalah
orang
perorangan,
korporasi
dan perusahaan perikanan yarlg melakukan usaha perikanan.14. Korporasi adalah
kumpulan
orangdan/atau
kekayaan yang terorganisasibaik
merupakan
badan
hukum
maupun
bukan
badan
hukum
yangmeliputi
Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer
(CV),
Perseroanlainnya, Badan Usaha
Milik
Negaraatau
Daerah dengan nama"dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun,bentuk
usaha tetap sertabentuk badan usaha lainnya.
15. Perusahaan Perikanan
adalah
perusahaanyang didirikan khusus untuk
melakukan usaha perikanan,
baik
yang berbentuk BadanHukum,
bukanBadan Hukum maupun perusahaan perora-ngan.
16. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan.
17. Pembudidaya
Ikan
adalah
orangyang mata
pencahariannya melakukan Pembudidayaan ikan.18.
Nelayan
Kecil
adalah orang
yang mata
pencahariannya
melakukan penangkapanikan untuk
memenuhi kebutuhanhidup
sehari-hari.19.
Pembudidaya
Ikan
Kecil
adalah orang
yang mata
pencahariannyamelakukan pembudidayaan
ikan untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupsehari-harinya.
20.
Pengolah
Ikan
adalah orang
yang
mata
pencahariannya
melakukan pengolahan ikan.21. Kapal Perikanan adalah
kapal atau
perahuatau alat
apung lainnya yangdigunakan
untuk
penangkapanikan,
mendukung
operasi penangkapanikan,
pembudidayaan ikan,pengangkutanikan,
pengolahanikan,
pelatihanperikanan dan penelitian
/
eksplorasi perikanan.22.Kapal
PenangkapIkan
adalah kapal yang
secarakhusus
dipergunakanuntuk
menangkapikan
termasuk menampung, menyimpan, mendinginkanatau mengawetkan.
23.
Kapal
PengangkutIkan
adalah kapal yang
secarakhusus
dipergunakanuntuk
mengangkutikan
termasuk memuat,
menyimpan, mendinginkanatau mengawetkan.
24. Perluasan
Usaha
PenangkapanIkan
adalah
penambahanjumlah
kapalperikanan
dan/atau
kegiatan usaha, penangkapan
ikan
yang
belumtercantum dalam SIUP.
25. Perluasan Usaha Budidaya Ikan adalah areal lahan
dan/atau
penambahanjenis kegiatan usaha budidaya ikan yang belum tercantum dalam SIUP.
26.
Surat
Izin
Usaha Perikanan,yang selanjutnya disebut
SIUP,adalah
Izintertulis
yang
harus
dimiliki
pelaku usaha perikanan
untuk
melakukanusaha perikanan
dengan menggunakan saranaproduksi
yang tercantum dalamizin
tersebut, yangdikeluarkan
oleh Pemerintah Kabupaten RokanHilir,
Pemerintah Propinsi atau Pemerintah.27.
Surat
Izin
PenangkapanIkan,
yang selanjutnyadisebut SIpl, adalah
izintertulis yang
harusdimiliki
oleh
setiap
kapal
perikanan
berbenderaindonesia
untuk
melakukan kegiatan
penangkapan
ikan
dirvilavahperairan
Kabupaten RokanHilir
dan
sekitarnyayang
merupakan bagian yangtidak
terpisahkan dari Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP).28.
Surat lzin
Kapal Pengangkutlkan,
yang seianjutnya disebut SIKpl, adalahIzin tertulis yang harus
dimiliki
oleh
setiapkapal perikanan
berbenderaindonesia
untuk
melakukan kegiatan
pengangkutan
ikan
diwilayahperairan
Kabupaten RokanHiiir
dan
sekitarnyayang
merupakan bagian yangtidak
terpisahkan dari Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP).29.
Rekomendasi
adalah
Surat
Keterangan
yang
diberikan
oleh
Bupatiterhadap usaha
penangkapanikan atau
usaha budidaya
ikan
pada air
tawar/payau
dan
perairan
umum yang
tidak
menggunakan
modaldan/atau
tenaga asing serta berlokasi diwilayah Kabupaten Rokan Hilir.BAB
II
MAI(ST'D DAN
TUJUAI
Pasal 2Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah
ini
adalah
sebagaidasar
dalam pemberian Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) agar terciptatertib
administrasi, pengawasan dan pengendalian usaha perikanan.Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah
ini
adalah :a. mengatur dan membina usaha perikanan;
b. mengawasi dan mengendalikan pemberian Surat lzin Usaha Perikanan'
c. meningkatkan pelayanan kepada pelaku usaha perikanan; dan
d. menciptakan
iklim
usaha perikanan yang kondusif;BAB
III
JENIS
USNIA
PERII(ANAN Pasal 4Usaha perikanan
terdiri
atas :a. usaha penangkapan ikan;
b.usaha pembudidayaan
ikan
/
kerang;
c. usaha pengumpulan ikan;
d. usaha pengangkutan ikan;
e. usaha pengumpulan dan pengangkutan ikan;
f.
usaha pengolahan ikan; dang. usaha pemasaran ikan.
Pasel 5
Usaha pembudidayaan
ikan
sebagaimanadimaksud daiam
Pasal4
huruf
bterdiri
atas :a. pembudidayaan ikan air tawar;
b. pembudidayaan ikan
air
payau;c. pembudidayaan ikan air
laut;
dan(2)
Pasal 6
Usaha Perikanan diwilayah Kabupaten Rokan
Hilir
hanya boleh dilakukanoleh
perorangan Warga NegaraRepublik
Indonesiaatau
Badan
HukumIndonesia termasuk Koperasi.
Pengecualian
dari
Pasal6
ayat(i)
diatas,diatur
dengan ketentuan lain ciariMenteri Kelautan
dan
Perikanan
serta
menyangkut kewajiban
NegaraRepublik Indonesia berdasarkan ketentuan Persetujuan Internasional atau
Hukum.
BAB
tV
KETENTUAN PERIZINAIT
Baglan pertama
Surat
lzin
UsahaPerikanan
(SIUP| Pasal 7Setiap
pelaku
usaha
perikanan
yang
melakukan
usaha
perikanandan/atau
menggunakan kapal perikanan wajibmemiliki
SIUP.Usaha perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah usaha yang
tidak
menggunakan fasilitas (modal dan tenaga) asing.(3) Usaha
penangkapandan
pengangkutanikan
yang
wajib
memilki
SIUP adalah:a.
usaha
penangkapanikan
yang
menggunakankapal sampai 10
GrossTonage (GT)
dan/atau
menggunakanmesin berkekuatan 10-30
Daya Kuda (DK)b. usaha penangkapan
ikan
yang menggunakankapal 5-10
Gross Tonage (GT)dan/atau
menggunakan mesin berkekuatan 1O-25 Daya Kuda (DK)serta
memiliki
Cool Box.c.
Khusus
untuk
alat tangkap statis (bubu tiang)
tidak
diterbitkan
SIUP baru.Usaha pembudidayaan ikan yang wajib memilki SIUP adalah :
a. kegiatan pembudidayaan
ikan
air
payau yang dilakukan diatas
lahan yang memiliki luas minimal 4 (empat) Ha.b.
kegiatan
pembudidayaanikan
air
tawar yang dilakukan diatas
lahanyang
memiliki
luas minimal 2 Ha.c. kegiatan budidaya
laut
yangdilakukan
minimal
1unit
(4kotak
ukuran3
x
3
x
3
m2)untuk
budidayakerapu, kerang
hijau
(kemudikapal)
,rumput laut,
teripang, dan abalone minimal 0,5 HaUsaha pengolahan
hasil perikanan minimal
menggunakantempat
usaha seluas 3x
4m atau
12 m2 denganmemiliki
produksi hasil olahan minimal10
Kglhari.
Usaha pemasaran
hasil perikanan minimal
menggunakantempat
usaha seluas 3x
4 m atau
12 m2 denganmemiliki
volumeikan
yang dipasarkan dalam setiaphari minimal
100 Kg.SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati. Pasal 8
Pelaku
usaha
perikanan
yang
melakukan
usaha
perikanan
dengan menggunakan kapal perikanan yangberukuran
lebihdari
10 GTdan/atau
bermesin dengan kekuatan diatas
30
DK,
maka
SIUPditerbitkan
oleh Pemerintah Propinsi Riau atau Pemerintah.(4) (2)
(5)
(6)
(2)
Sebelum SIUPditerbitkan, pelaku
usaha perikananwajib terlebih
dahulumendapat rekomendasi
dari
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan. Baglan KeduaSurat
Izln
Penangkapanlkan
(SIPI) Paeal 9(1)
Setiap orangyang memiliki
dan/atau
mengoperasikankapal
penangkapikan
yang
dipergunakan
untuk
melakukan penangkapan
ikan
s,ajibmemiliki SIPI.
(2)
Setiapkapal
perikanan yang dipergunakanuntuk
menangkap ikar.r wajib dilengkapi dengan SIPI.(3)
Dalam
SIPI dicantumkan
jumlah
kapal
serta
jenis alat
penangkapankhusus
untuk
alat tangkap bubu tiang harus dicantumkantitik
koordrnat.(4)
Untuk alat
tangkap
statis
(bubu
tiang)jarak
baris
(atas-bau'ah) partaipertama dengan
kedua
1.500m
begitu
seterusnya danjarak
kesampingkiri
atau kanan
50 m,jumlah bubu
tiangdalam
1 (satu)partai
maksimal 60 (enam puluh) kantong dan tidak mengganggualur
pelayaran(5) SIPI sebagimana
dimaksud pada ayat
(1)dan
ayat
(2)dikeluarkan
olehBupati atau Pejabat yang
ditunjuk.
Baglan
Ketiga
Surat
Izln
Kapal Pengangkutlkan
(SIKPII Pasal 1O(1)
Setiap orang yangmemiliki
dan/atau
mengoperasikankapal
pengangkutikan, wajib memiliki SIKPL
(2) Setiap kapal perikanan yang dipergunakan
untuk
mengangkutikan,
wajibdilengkapi SIKPL
(3)
SIKPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan
ayat (21,dikeluarkan
olehBupati atau Pejabat yang
ditunjuk.
Bagian Keempat
Surat
Izln
Kapal Pengumpul PengangkutIkan
(SIXPPII Pasal 11(1)
Setiap orang yangmemiliki
dan/atau
mengoperasikankapal
pengumpul, pengangkut ikan, wajib memiliki SIKPPI.(2)
Setiap
kapal
perikanan
yang
dipergunakan
untuk
mengumpul
dan mengangkut ikan, wajib dilengkapi SIKPPI.(3)
SIKPPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan
ayat (2), dikeluarkan olehBupati atau Pejabat yang
ditunjuk
BABV
TATA CARA MEMPEROLEH
SI['P,
SIPI, SIKPI DAN SIKPPI Pasal 12(1)
Untuk
memperolehSIUP,
SIPI, SIKPI
dan
SIKPPIyang
bersangkutanmengajukan
permohonantertulis
kepada
Bupati
melalui Kantor
Dinas Perikanan dan Kelautan dengan mengisiformulir
yang telah disediakan. a. setiap pengurusanSurat Izin
PenangkapanIkan
(SIPI) dikenakan bia-vab. besarnya biaya
yang dikenakan dalam pengujian
Kapal Tangkap Ikansebesar Rp. 100.000,-/ kapal.
(2)
Syarat-syarat memperoleh SIUP, SIPI dan SIKPI :a. usaha penangkapan
Ikan
:1)
foto copy KTP pemilik usahadan/atau
penanggung jawab usaha;2)
foto copy Surat-surat Kapal;3)
pas Photo 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar; dan4)
foto copy NPWP.b. usaha pembudidayaan
Ikan
:1)
foto copy Akte Pendirian Perusahaan;2)
pas photo 3 x 4 cm sebanyak2lembar;
3)
rencana kegiatan usaha pembudidayaan ikan;4)
surat keterangan dariLurah/
Desa;5)
bukti
Kepemilikan/penguasaanlahan
pembudidayaan (bagi Tambakdan Kolam);
6)
rekomendasi lokasi usaha dari pejabat yang berwenang;7)
rekomendasi
kajian
anaiisa
lingkungan
dari
Kantor
LingkunganHidup dan Dinas Kehutanan (bagi perusahaan);
8)
surat
pernyataan
tidak
akan
menimbulkan
pencemaran
(bagiperusahaan);
9)
surat
pernyataantidak
akan menggunakan obat-obatanatau
bahan biologis yang berbahaya (bagi perusahaan); dan10) foto copy KTP Pemilik usaha
dan/atau
penanggung jawab usaha;c. usaha pengangkutan
Ikan
:1)
foto copy KTP pemilik usahadan/atau
penanggungjawab usaha;2\
foto copy surat-surat kapal; dan3)
pas photo 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar. d. usaha pengolahanIkan
:1)
foto copy Akte Pendirian Perusahaan;2)
foto copy Surat
Izin
Tempat Usaha
(SITU)dan Surat
lzin
U sahaPerdagangan (SIUP);
3)
rencana kegiatan pengolahan ikan;4)
urat
Keterangan dari Lurah/Desa;5)
rekomendasi
kajian
analisa lingkungan
dari
Kantor
LingkunganHidup dan Dinas Kehutanan;
6)
surat
pemyataan
tidak
akan
menimbulkan
pencemaran
(bagi perusahaan);7)
surat
pemyataantidak
akan menggunakan obat-obatanatau
bahan biologis yang berbahaya (bagi perusahaan);8)
foto copy
KTPpemilik usaha
dan/atau
penanggungjawab
usaha;dal
9)
pas photo 3 x 4 cm sebanyak 2lembar.e. usaha Pemasaran Hasil Perikanan :
1)
foto copy KTP pemilik usahadan/atau
Penanggung jawab usaha;2)
foto copy Akte Pendirian Perusahaan (bagi perusahaan);3)
foto copy Surat Izin Tempat Usaha (SITU); dan4)
pas photo 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar.f.
Tata cara memperoleh SIUP, SIPI, SIKPI dan/atau
SIKPPI,akan
diatur
Pasal 13
(1)
Permohonan pemberian SIUP,SIPI, SIKPIdan/atau
SIKPPI,ditolak
apabilayang bersangkutan
tidak
memenuhi salahsatu
persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
(2)
Penolakan atas pemberian SIUP, SIPI , SIKPIdan/atau
SIKPPI, dikeluarkanpaling
lama
7
(tujuh)
hari
kerja
sejak diterimanya
permohonan, yangdisertai dengan alasan -alasan penolakan.
(3)
Dalamhal
permohonandisetujui, maka paling lama
7
(tujuh)
hari
kerjasejak
diterimanya
permohonan,
Bupati atau
Pejabat
yang
ditunjuk
mengeluarkan SIUP, SIPI, SIKPIdan/atau
SIKPPI.(4)
Rekomendasisementara sambil menunggu terbitnya
SIUP,SiPI,
SIKPIdan/atau
SIKPPI diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.Pasal 14
(1) SIUP
yang
dikeluarkan hanya
berlaku
untuk
1
(satu)
jenis
usaha perikanan.(2)
SIPI, SIKPIatau
SIKPPIyang dikeluarkan hanya berlaku
untuk
1(satu) kapal perikanan.BAB
VI
JANGKA WAKTU BERLAKUTYA SIT'P, SIPI SIKPI DAT{ SIKPPI
Pasal 15
(i)
Jangka
waktu
berlakunya
SIUPadalah selama
5
(lima)
tahun
selama usaha tersebut tetap berjalan dengan ketentuantidak dilakukan
perluasan tempat danjenis
usaha, sebagaimana yang tercantum dalam SIUP.(2)
SIPI,
SIKPI
dan
SIKPPI
berlaku
selama
1
(satu)
tahun dan clapat
diperpanjang
untuk
1 (satu)tahun berikutnya,
dengan ketentuan kapaltersebut
masih
dipergunakan
untuk
usaha perikanan
oleh
pengusaha perikanan.Pasal 16
(1)
Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian, terhadap SIUP,SIPI,
SIKPI
dan
atau
SIKPPI
wajib
dilakukan
pendaftaran
ulang (heregistrasi) setiap 1 (satu)tahun
sekali.(2) Pendaftaran
ulang
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)
dikenakanpungutan dan harus
diajukan
selambat-lambatnya 1 (satu)bulan
sebelumjatuh
tempo.Pasal 17
Pemegang
izin wajib
memberitahukandan
mengembalikan SIUP, SIPI, SIKPIatau SIKPPI kepada Bupati, apabila :
a. menghentikan usahanya;
b. menutup kegiatan usahanya; dan c. dicabut izin u sahanya.
BAB
\III
PERIUASAN TEMPAT DAIY JENIS USAIIA
Pasal 18
(1) Pelaku
usaha
perikanan
yang
telah
memiliki
SIUP
dapat
melakukanperluasan tempat
dan/atau jenis
usaha dengan ketentuan terlebih dahulu memperbaharui/mengganti SIUP yangdimiliki.
(2)
Pelaku usaha perikanan yang telah memiiiki SIUP dari Gubernur Riau atauPemerintah
dapat melakukan perluasan tempat dan/atau
jenis
usaha, setelah mendapat rekomendasi dari Bupati.Pasal 19
Syarat- syarat
dan tata cara
pemberian rekomendasidiatur
lebih
lanjut
olehBupati.
BAB
VIII
USATIA PERIKANAIT YANG
TIDAI(
DTWA^'IBISNMEMILIKI
SIT'PPasal 2O
(1)
Usaha penangkapandan/atau
pembudidayaanikan
yangdilakukan
oleh nelayan kecildan/atau
pembudidayaikan
kecil,tidak
diwajibkan memilikiSIUP.
(2)
Usaha
penangkapan
ikan
yang
dilakukan
oleh
nelayan
dengan menggunakankapal tidak
bermotoratau kapal
bermotorluar atau
kapalbermotor dalam berukuran
tidak
lebih
dari
5
(lima) GT
(Gross Tonage)dan/atau
mesinnya berkekuatantidak
lebihdari
15 DK (Daya Kuda), tidak diwajibkan memiliki SIUP.(3)
Usaha pembudidayaan ikan yang tidak diwajibkan memiliki SIUPyaitu
:a. Kegiatan pembudidayaan
ikan
di air
payau yangdilakukan
oleh petaniikan
denganlahan
tidak
lebih
dari
4
(empat)Ha, dan
menggunakan cara-cara tradisional;b.
Kegiatan
pembudidayaan
ikan air
tawar yang
dilakukan
olehpembudidaya
ikan
dikolam
air
tenang
denganareal lahan
tidak
lebihdari 0,5 (setengah) Ha, dan menggunakan cara-cara tradisional;
c.
Kegiatan pembudidayaan
dilaut
yang
dilakukan
oleh
pembudidaya dengan luasantidak
lebih dari 0,5 Hauntuk
budidaya kerang.Pasal 21
(1)
Pelaku usaha perikanan, nelayan, dan pembudidayaikan
skala kecil tidak diwajibkanmemiliki
SIUP, setiaptahun
wajib melaporkan usahanya dalambentuk laporan pada Dinas Perikanan dan Kelautan.
(2)
Tanda kegiatan pencatatan kegiatan perikanan berkedudukan
sederajatdengan SIUP.
(3) Terhadap
usaha perikanan
sebagaimanadimaksud dalam
pasal2l
akan diberi tanda pengenal sendiri, yang ditetapkan kemudian oleh Bupati.BAB IX
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA PUNGUTAN
Pasa1 22
Prlnsip
dan
sasaran
dalam
penetapan
struktur dan
besarnya
pungutandidasarkan pada
tujuan
untuk
menutup biaya
penyelenggaraan pemberian SIUP, SIPI, SIKPI dan SIKPPI sertauntuk
pendanaan pembangunan perikanandan pelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. BAB
X
PT'NGUTAN PERII(ANN{
Pasal 23 (1) Setiap pemberian SIUP dikenakan pungutan.
(2)
Struktur
tarif
pungutan
SIUP digolongkan berdasarkan
pengusahaanperikanan dan hasil perikanan.
(3)
Struktur
tarif
pungutan
pengusahaanperikanan didasarkan
atas jenis,ukuran, dan jumlah kapal,
serta
jenis
alat
penangkap
ikan
vang digunakan.(4) Struktur tarif
pungutan hasil perikanan didasarkanatasjenis, ukuran
danjumlah
kapal,
jenis alat
penangkapikan
yang
dipergunakan,
wilayahpenangkapan dan
jumlah
hasil produksi kapal serta harga patokan ikan.Pazal24
(1)
Setiap pemberian SIPI, SIKPI atau SIKPPI dikenakan pungutan.(2)
Besarnya
biaya
SIPI, SIKPI
atau
SIKPPIditetapkan
berdasarkanjenis
kegiatan usaha.Pasal 25
Pungutan Perikanan
dan pungutan
Pengusahaan Perikanantidak
dikenakanbagi:
a.
usaha
Pembudidayaanikan
yangdilakukan ditambak atau dikolam
diatastanah yang
menurut
peraturan
perundang-undangantelah
menjadi
hak tertentu dari yang bersangkutan; danb.
bagi
para
nelayan
kecil dan/atau
pembudidaya
ikan
kecil
yang
hasilusahanya hanya
sekedarmemenuhi kebutuhan
hidup
sehari-hari
tidak dikenakan pungutan apapun.Pasal 26
(1)
PembayaranPungutan
Perikanandilakukan
di
kantor
Dinas
perikanandan Kelautan Kabupaten Rokan
hilir
atau kepada Petugas yangditunjuk.
(2)
Hasil Pungutan sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1) disetorkan ke kasDaerah.
(3) Untuk
kepentingan peningkatan pelayanan dan upaya dinas, kepada DinasPerikanan
dan Kelautan
KabupatenRokan
Hilir
diberikan upah
pungutsebesar
5 %
(lima
persen)
dari jumlah
yang diterima,
sebagaimanaPas,al2T
(1) Tata cara pemungutan, pembayaran dan penagihan pungutan akan
diatur
Iebihlanjut
oleh Bupati.(2)
Petugas pemungut dan penagih pungutan akanditunjuk
oleh Bupati. BABXI
BERAICIIRITYA
S[I'P,
SIPI, SIKPI DAN SII(PPIPasal 28 (1) SIUP dapat berakhir, apabila :
a. jangka
waktu
berlakunya habis dantidak
diperpanjang ;b. pengusaha perikanan
jatuh
pailit;c. pengusaha perikanan menghentikan usahanya; dan d. dicabut oleh pemberi izin.
(2)
SIPI, SIKPI dan SIKPPI berakhir apabila :a. jangka waktu berlakunya habis dan
tidak
diperpanjang ;b.
diserahkan
kembali kepada pemberi
izin
sebelumjangka
',r'aktunya berakhir; danc. dicabut oleh pemberi izin.
BAB
XII
KEWA"IIBN{ DAN LARANGAN Pasal 29
(1)
Setiap pemegang izin wajib :a. melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam SIUP dan SIPI;
b.
memohon persetujuan
Bupati
atau
Pejabat
1,angditunjuk
apabila memindah tangankan SIUP-nya;c. menyampaikan
laporan kegiatan usaha setiap
6
(enam)bulan
sekalitermasuk data produksi kepada Dinas Kelautan dan Perikanan ;
d. mendaratkan
ikan
hasil
tangkapandipelabuhan
perikananyang
telahditetapkan;
e.
memiliki surat
laik
operasikapal perikanan
dari
pengawas perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan;f.
untuk
usaha bubu tiang wajib
mencabut/membongkarbubu
tiangnyaapabila
melakukan penggantian,
tidak
diusahakan
lagi,
dan
ataudiperlukan oleh
pemerintahuntuk
mencabuttunggul-tunggul (cu
tau) yang berada didepan atau di belakang garis tiang bubunya dengan biaya sendiri; dang.
melakukan tambat/berlabuh perahu/kapal
ditempat
yang
telahditentukan.
(2) Setiap orang wajib.:
a. melestarikan plasma
nuftah
yangberkaitan
dengan sumber daya ikan;dan
b.
memenuhi
dan
menerapkan persyaratankelayakan
pengolahan ikan,sistem
jaminan mutu,
dan keamanan hasil perikanan. Pasal 3OSetiap pemegang izin dilarang :
a.
melakukan penangkapan
ikan
dan/atau
pembudidayaan
ikan
denganmenggunakan
bahan kimia, bahan
biologi,bahan
peledak,alat dan/atau
cara
(teganganlistrik/setrum), dan/atau
bangunan yang dapat merugikandan/atau
membahayakan
kelestarian
sumber daya
ikan
dan/atau
Iingkungannya;b.
meiakukan perbuatan
yang
mengakibatkan pencemaran
dan/atau
kerusakan sumber daya
ikan dan/atau
lingkungannya;c. membudidayakan
ikan
yang dapat membahayakan sumber dayaikan
danlingkungan serta kesehatan manusia;
d. membudidayakan
ikan hasil
rekayasa genetika yang dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan dan kesehatan manusia;e. merusak Plasma nuftah yang berkaitan dengan sumber daya ikan;
f.memasukkan,
mengeluarkan, mengadakan, mengedarkan, dan/atau
memeliharaikan
yang dapat merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan,sumber daya ikan dan lingkungannya; dan
g. penggunaan
bahan baku, bahan
tambahan
makanan, bahan
penolongdan/atau
alat
yang
membahayakan
kesehatan
manusia
dan/atau
lingkungan dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan. BAB
XIII
Baglan Pertama
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 31
Setiap
pelaku
usaha
perikanan
yang tidak/atau
terlambat
membayarpungutan
dan/atau
l,eges sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) danayat (2), Pasal
26
ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 27 dikenakan denda sebesar 2o/o(du a persen) perbulan dari ketetapan pun gutan / le ges.Bagian Kedua
Pencabutan S[UP, SIPI, SIKPI dan SIKPPI Pasal 32
(1)
SIUP dapat dicabut oleh Bupati apabila peiaku usaha :a.
melakukan perbuatan usaha
tanpa persetujuan
tertulis
dari
pemberi izin;b.
tidak
menyampaikan laporan kegiatan usaha3
(tiga)kali berturut-turut
setiap
6 (enam) bulan sekali;c. sengaja menyampaikan laporan
tidak
benar;d.
tidak
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam SIUP;e. memindah tangankan SIUP kepada pihak
lain
tanpa persetujuantertulis
dari Bupati melalui Instansi terkait;
f.
tidak
melaksanakanusaha perikanan setelah 1
(satu)tahun
sesudah SIUP dikeluarkan; dang. melanggar ketentuan Pasal 3 1 ;
(2)
SIPI, SIKPI atau SIKPPI dapat dicabut oleh Bupati apabila :a. pengusaha perikanan melanggar ketentuan yaxg tercantum dalam SIUP
dan/atau
SIPI, SIKPI, SIKPPI;b.
pengusaha perikanan menggunakan
kapal
perikanan
bukan
untuk
kegiatan usaha perikanan;c.
pengusaha
perikanan
menggunakan
kapal
perikanan
yang
tidakdilengkapi dengan SIPI atau SIKPI, SIKPPI; dan d. melanggar ketentuan Pasal 31.
(3)
Sebelum dikenakantindakan
pencabutan terhadap SIUP, SIPI, SIKPI atau SIKPPI, pemegangizin
terlebihdahulu diberi
peringatantertulis
sebanyak 3 (tiga)kali
dalam tenggang wal<tu 7 (tujuh) hari.(2) (3) (4) つ 4 (3) BAB
XIV
PEMBINAAN DAN PEI{GAWASAN Pasal 33
Pembinaan
dan
Pengawasan terhadap kegiatan usaha perikanan, nelavandan petani
ikan dilakukan
oleh Dinas Perikanandan
Kelautan Kabupaten RokanHilir
atas nama Bupati secara teratur dan berkesinambungan.Pembinaan sebagaimana
dimaksud
ayat
(1) meliputi
pembinaan iklim
usaha, sarana usaha,
teknik
produksi,
pemasaran
dan mutu
hasil perikanan.Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)dilakukan
sepenuhnyaterhadap, dipenuhinya ketentuan-ketentuan
lain
yang berkaitan
denganpenangkapan
ikan,
pembudidayaan
ikan,
pengangkutan/pengumpulan ikan dan pengolahan ikan.Penyidik
Pegawai Negeri
Sipil
(PPNS)diserahi
tugas
melaksanakanpengawasan
terhadap
pelaksanaan ketentuan-ketentuan
yang
telahditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal
34
Pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan
retribusi dilakukan
oleh Dinas Pendapatan Daerah dan Inspektorat Daerah Kabupaten Rokan Hilir.Pengawasan terhadap peiaksanaan Peraturan Daerah
ini
yang berkaitandengan
penerapanaturan
dan
penegakanPeraturan Daerah
dilakukanoleh Satuan Polisi Pamong Praja bekelasama dengan Bagian Hukum Setda Kabupaten Rokan Hilir.
Pelaksanaan pengawasan sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)dan
ayat(2)
dilakukan
secara bersama
dan
terpadu,
serta
diberikan
biayaoperasional
yang
dibebankan pada Anggaran
Pendapatandan
Belanja Daerah Kabupaten RokanHilir.
Pasal 35
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu
yang berhubungan dengankelestarian Sumber
DayaHayati
Perairandan
Ekosistemnya,Bupati
setiaptahun
sekali
meninjau
ketetapan mengenai
Daerah
Penangkapan
Ikandan/atau
JenisAlat
PenangkapanIkan,
sebagaimana tercantum dalam SIUP.SIPI dan SIKPI.
BAB )rTI
KBTEI{TUAN PIDANA Pagal 36
Barang siapa yang
melanggarketentuan
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal7,
Pasal9,
Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 19 ayat (1)dan
ayat (2) Peraturan Daerahini,
diancamdengan pidanakurungan
paling lama 3(tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,-(lima puluh juta). Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
diatur
dalam Pasal 32 avat(1), diancam
pidana
sesuai
ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.(2t
BAB
XVI
KETENTUAI{ PEITfl DII{AN
Pasal 37
(1)
Penyidiktindak
pidana pelanggaran Peraturan Daerahini,
dilakukan
oleh Penyidik Pegawai NegeriSipil
Dinas Perikanandan
Kelautandan
Penl,idik Pegawai Negeri Sipildi
Lingkungan Perwira TNI Angkatan Laut dan Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a.
menerima,
mencari,
mengumpulkan
dan
meneliti
keterangan
ataumeneliti, mencari
dan
mengumpulkan keterangan mengenai
orangpribadi atau
perusahaan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan
tindak
pidana Retribusi Daerah;b.
meminta
keterangan
dan
bahan
bukti
dari
orang pribadi
atauperusahaan sehubungan dengan
tindak
pidana dibidang
Retribusi Daerah;c. memeriksa
buku-buku,
catatan-catatandan dokumen
lain
berkenaandengan
tindak
pidana
dibidarg
Retribusi
Daerah
serta
melakukan penyitaan terhadap barangbukti
tersebut;d.
melakukan
penggeledahan
untuk
mendapatkan
bahan
bukti
pembukuan, pencatatan
dan
dokumen-dokumenlain,
serta meiakukanpenyitaan terhadap bahan
bukti
tersebut;e.
meminta bantuan
tenaga
ahli
dalam rangka
pelaksanaan
tugaspenyidikan
tindak
pidana dibidang Retribusi Daerah;f.
menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruanganatau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
huruf
d;g.
memotret
seseorangyanag berkaitan
dengantindak
pidana
Retribusi Daerah;h. memanggil orang
untuk
didengar keterangannyadan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;i.
menghentikan penyidikan; danj.
melakukan
tindakan
lain
yang
perlu
untuk
kelancaran
penyidikantindak
pidana dibidang Retribusi
Daerahmenurut hukum
yang dapat dipertanggun gj awabkan.(3)
Dalam melakukan Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatmelakukan koordinasi.
BAB
](VII
KETEIYTUAIT PERALIHAN Pasal 38
(1)
SIUP yang telahdiberikan
sebelum berlakunya Peraturan Daerahini
tetapberlaku
sepanjangusahanya
masih
be4'alan,dengan
ketentuan
rvajibdidaftar uiang setiap tahun.
(2) SIPI
dan
SIKPIyang
telah dikeluarkar
sebelum berlakunya
peraturanDaerah
ini
tetap berlaku
sampaiberakhir
masaberlakunya,
selanj u tn,r'aBAB
XVIII
KETEITTUAIT PENUTI'P Pasal 39
Peraturan Daerah
ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar
supaya
setiap orang
mengetahuinya,memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerahini
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Rokan Hilir.Dltetapkan dl
Bagansiaplapipada
tanggal
2c
AGUSTUS2ci3
BUPATI ROKAN
Dlundangkan
dl
Baganalaplaplpada