• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PUTIH SANITASI (BPS)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

KABUPATEN TRENGGALEK

TAHUN 2012

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya Buku Putih

Sanitasi Kabupaten Trenggalek Tahun 2012 telah dapat diselesaikan oleh Pokja PPSP Kabupaten

Trenggalek sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan untuk pelaksanaan Program Percepatan

Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Substansi utama Buku Putih Sanitasi Kabupaten Trenggalek Tahun 2012 ini terdiri atas 3 (tiga)

hal yaitu, profil sanitasi wilayah, program pengembangan sanitasi, indikasi permasalahan dan posisi

pengelolaan sanitasi. Dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Trenggalek Tahun 2012 telah

dilaksanakan Konsultasi Publik, sehingga dokumen ini layak untuk digunakan sebagai acuan

pembangunan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Trenggalek Tahun 2012 ini diharapkan dapat

digunakan sebagai dasar penyusunan dokumen selanjutnya, yaitu penyusunan dokumen Strategi

Sanitasi Kabupaten (SSK) dan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS).

Atas segala saran dan masukannya, tim menyampaikan terima kasih banyak kepada semua

pihak yang terlibat dan telah membantu kelancaran penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten

Trenggalek Tahun 2012 ini. Semoga bermanfaat.

Trenggalek, Oktober 2012

BUPATI TRENGGALEK

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR PETA ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Gerak... 2

1.2.1. Definisi ... 2

1.2.2. Ruang lingkup ... 2

1.2.3. Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Trenggalek ... 2

1.2.4. Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Trenggalek ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3.1. Maksud ... 3

1.3.2. Tujuan ... 3

1.4. Metodologi ... 3

1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain ... 5

BAB 2GAMBARAN UMUM WILAYAH

...

7

2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik ... 7

2.2. Demografi ... 10

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah ... 10

2.4. Tata Ruang Wilayah ... 12

2.5. Sosial dan Budaya ... 16

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah ... 18

BAB 3PROFIL SANITASI WILAYAH

...

21

3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene ... 21

3.1.1. Tatanan Rumah Tangga ... 21

3.1.2. Tatanan Sekolah ... 21

3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 24

3.2.1. Kelembagaan ... 25

3.2.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan ... 28

3.2.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK ... 33

3.2.4. Pemetaan Media ... 37

3.2.5. Partisipasi Dunia Usaha ... 38

3.2.6. Pendanaan dan Pembiayaan ... 38

3.2.7. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak ... 39

3.3. Pengelolaan Persampahan ... 39

3.3.1. Kelembagaan ... 39

3.3.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan ... 43

(4)

3.3.5. Partisipasi Dunia Usaha ... 49

3.3.6. Pendanaan dan Pembiayaan ... 49

3.3.7. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak ... 49

3.4. Pengelolaan Drainase Lingkungan ... 49

3.4.1. Kelembagaan ... 49

3.4.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan ... 52

3.4.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK ... 54

3.4.4. Pemetaan Media ... 57

3.4.5. Partisipasi Dunia Usaha ... 57

3.4.6. Pendanaan dan Pembiayaan ... 58

3.4.7. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak ... 58

3.5. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi ... 58

3.5.1. Pengelolaan Air Bersih ... 58

3.5.2. Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga ... 60

3.5.3. Pengelolaan Limbah Medis ... 61

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG AKAN DIRENCANAKAN ... 62

4.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higien ... 62

4.2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 64

4.3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan ... 65

4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan ... 67

4.5. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi ... 68

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI ... 70

5.1. Area Berisiko Sanitasi ... 70

5.2. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini ... 79

5.2.1. Posisi Pengelolaan PHBS dan Higien Kabupaten Trenggalek ... 79

5.2.2. Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Air Limbah Kabupaten Trenggalek... 80

5.2.3. Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Persampahan Kabupaten Trenggalek ... 81

5.2.4. Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Drainase Lingkungan Kabupaten Trenggalek ... 82

5.2.5. Posisi Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Kabupaten Trenggalek ... 83

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 DAS Kabupaten Trenggalek ... 7

Tabel 2.2 Nama Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan ... 8

Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun ... 10

Tabel 2.4 Ringkasan Realisasi APBD 5 tahun terakhir (dalam jutaan) ... 11

Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir ... 11

Tabel 2.6 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Trenggalek 5 tahun terakhir... 12

Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Daerah 5 tahun terakhir ... 12

Tabel 2.8 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Trenggalek ... 17

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan ... 17

Tabel 2.10 Jumlah Rumah per Kecamatan ... 18

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) ... 22

Tabel 3.2 Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) ... 23

Tabel 3.3 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 25

Tabel 3.4 Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Trenggalek ... 27

Tabel 3.5 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 32

Tabel 3.6 Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 32

Tabel 3.7 Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat ... 34

Tabel 3.8 Kondisi sarana MCK ... 35

Tabel 3.9 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat ... 36

Tabel 3.10 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 37

Tabel 3.11 Media komunikasi yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 37

Tabel 3.12 Kerjasama terkait Sanitasi di Kabupaten Trenggalek ... 37

Tabel 3.13 Daftar Mitra Potensial di Kabupaten Trenggalek ... 38

Tabel 3.14 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 38

Tabel 3.15 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domestik ... 38

Tabel 3.16 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan ... 40

Tabel 3.17 Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Trenggalek ... 41

Tabel 3.18 Diagram sistem sanitasi pengelolaan Persampahan ... 46

Tabel 3.19 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 46

Tabel 3.20 Pengelolaan persampahan di tingkat kecamatan ... 47

Tabel 3.21 Pengelolaan persampahan di tingkat kabupaten ... 47

Tabel 3.22 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat ... 48

Tabel 3.23 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 48

Tabel 3.24 Media komunikasi yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 48

Tabel 3.25 Kerjasama terkait Sanitasi ... 48

Tabel 3.26 Daftar Mitra Potensial ... 48

Tabel 3.27 Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 49

Tabel 3.28 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan ... 49 Tabel 3.29 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase

(6)

Tabel 3.30 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Trenggalek ... 51

Tabel 3.31 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan ... 54

Tabel 3.32 Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 54

Tabel 3.33 Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan ... 55

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat ... 56

Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 57

Tabel 3.36 Media komunikasi yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 57

Tabel 3.37 Kerjasama terkait Sanitasi ... 57

Tabel 3.38 Daftar Mitra Potensial ... 57

Tabel 3.39 Penyedia layanan pengelolaan drainase lingkungan yang ada di Kabupaten Trenggalek ... 58

Tabel 3.40 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan drainase ... 58

Tabel 3.41 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Trenggalek ... 60

Tabel 3.42 Pengelolaan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Trenggalek ... 60

Tabel 3.43 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan ... 61

Tabel 4.1 Rencana program dan kegiatan PHBS dan promosi higiene tahun n+1 ... 62

Tabel 4.2 Kegiatan PHBS dan promosi higiene yang sedang berjalan ... 63

Tabel 4.3 Rencana program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik tahun n+1 ... 64

Tabel 4.4 Kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan ... 65

Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan saat ini ( tahun n+1)... 66

Tabel 4.6 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan ... 66

Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase saat ini (tahun n+1) ... 67

Tabel 4.8 Kegiatan pengelolaan drainase yang sedang berjalan ... 68

Tabel 4.9 Rencana program dan kegiatan saat ini ( tahun n+1) ... 68

Tabel 4.10 Kegiatan yang sedang berjalan ... 69

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan alir penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Trenggalek ... 4

Gambar 2.1 Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Trenggalek ... 19

Gambar 5.1 Posisi Pengelolaan PHBS dan Hygien Kabupaten Trenggalek ... 79

Gambar 5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Air Limbah Kabupaten Trenggalek ... 80

Gambar 5.3 Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Sampah Kabupaten Trenggalek ... 81

Gambar 5.4 Posisi Pengelolaan Sanitasi Sub Sektor Drainase Lingkungan Kabupaten Trenggalek ... 82

Gambar 5.5 Posisi Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi - Air Bersih Kabupaten Trenggalek ... 83

(8)

DAFTAR PETA

Peta 2.1 Peta administrasi Kabupaten Trenggalek ... 9

Peta 2.2 Rencana Pusat Layanan Kabupaten Trenggalek ... 13

Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Trenggalek ... 14

Peta 3.1 Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik ... 30

Peta 3.2 Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik ... 31

Peta 3.3 Peta cakupan layanan persampahan ... 44

Peta 3.4 Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan ... 45

Peta 3.5 Peta jaringan drainase Kabupaten Trenggalek ... 53

Peta 3.6 Peta cakupan layanan air bersih ... 59

Peta 5.1 Peta area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder ... 71

Peta 5.2 Peta area berisiko sanitasi berdasarkan Studi EHRA ... 72

Peta 5.3 Peta area berisiko sanitasi berdasarkan persepsi SKPD ... 73

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Infrastruktur merupakan sarana pendukung kegiatan manusia, sehingga infrastruktur dapat menjadi elemen penting dalam proses pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia. Pembangunan sarana sanitasi merupakan salah satu elemen pembangunan yang menjadi perhatian nasional dan internasional. Hal ini dapat dimenegerti karena sarana sanitasi yang baik memiliki akses terhadap kelangsungan kesehatan manusia.

Pada dasarnya komponen sanitasi lingkungan terdiri dari air minum, air limbah, drainase, dan persampahan. Air limbah difokuskan pada limbah rumah tangga dan limbah tinja. Potret sanitasi di Indonesia pada dasawarsa terakhir memiliki kondisi yang cukup buruk. Hal ini diindikasikan oleh beberapa hal diantaranya sebagian besar penduduk (70%) masih buang air besar sembarangan, terjadinya pencemaran terhadap air tanah dan sungai, kualitas air minum yang buruk dan mewabahnya penyakit diare.

Pembangunan sanitasi di daerah juga mengalami berbagai permasalahan utama yaitu rendahnya akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi. Hal ini disebabkan oleh perangkat peraturan yang belum memadai, ketersediaan sumber daya yang minim, institusi pengelola/kelembagaan yang kurang profesional, belum tersedianya rencana induk pengelolaan sanitasi, kesadaran stakeholder yang masih rendah dan investasi yang masih rendah.

Dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan tersebut maka perlu gerakan yang menyeluruh dan jangka menengah salah satunya melalui agenda global Millennium Development Goals (MDGs). Pembangunan sanitasi termasuk salah satu sasaran MDGs yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup melalui penurunan separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada tahun 2015.

Rencana pembangunan sanitasi juga tertuang dalam RPJMN 2010-2015 dengan sasaran pembangunan sebagai berikut:

1. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan sebesar 32 % dan akses air minum non perpipaan sebesar 38 %.

2. Terwujudnya kondisi stop BABS hingga akhir tahun 2014 yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air off site bagi 10% total penduduk 90 % on site.

3. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga di daerah perkotaan 4. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Dalam rangka memenuhi tujuan peningkatan akses penduduk terhadap layanan sanitasi maka pemerintah menetapkan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dengan target pada tahun 2014 yaitu:

1. Terbebasnya buang air besar sembarangan melalui 10 % offsite (5% komunal dan 5 % sewerage

system) dan 90 % onsite.

2. Penerapan praktik 3R (reuse, recycle, reduce) serta pemenfaatan TPA dengan sistem sanitary landfill 3. Pengurangan genangan air di wilayah perkotaan.

4. Sinergitas antar sektor dan lembaga baik vertikal dan horizontal. 5. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah. 6. Peningkatan kontribusi stakeholder sanitasi.

Kabupaten Trenggalek telah melaksanakan Strategi Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) mulai tahun 2009 yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 15 tahun 2009 tentang Strategi Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) di Kabupaten Trenggalek. Cakupan kegiatan STBM adalah ODF/ Terbebas Buang air Besar Sembarangan (TBABs), Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PAM RT), Cuci Tangan Pakai sabun (CTPS), Sampah dan air limbah. Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek sampai dengan tahun 2011 tercapai 57 desa ODF.

Mengingat pentingnya hal-hal tersebut di atas dan perlu segera ditindaklanjuti, maka pada tahun ini melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) disusunlah Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Trenggalek yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Trenggalek. Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Trenggalek inilah yang selanjutnya akan

(10)

1.2. Landasan Gerak 1.2.1. Definisi

a. Sanitasi merupakan upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi menjadi 3 subsektor: air limbah, persampahan, dan drainase tersier

b. Ecological sanitation (ecosan) adalah paradigma baru dalam sanitasi, yang menganggap kotoran manusia dan air limbah rumah tangga bukan sebagai limbah tetapi sebagai sumber daya yang bisa diambil, diolah, dan dimanfaatkan kembali

c. Air limbah adalah air buangan manusia yang berasal dari rumah tangga, termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman (black and grey water)

d. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah terdiri dari proses pengumpulan dan pemrosesan akhir.

e. Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Drainase perkotaan merupakan jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal.

f. Buku Putih merupakan profil dan gambaran pemetaan karakteristik dan kondisi sanitasi serta prioritas pengembangan kabupaten dan masyarakat.

g. PHBS merupakan perilaku hidup bersih dan sehat.

h. EHRA (Environmental Health Risk Assesment) adalah survai di tingkat kota tentang kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku yang terkait untuk pengembangan buku putih.

i. PMJK adalah pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan.

j. Area beresiko sanitasi adalah kawasan yang berdasarkan analisis data sekunder, perspektif SKPD dan hasil studi EHRA ditetapkan sebagai tingkatan resiko sanitasi dimana kawasan dengan resiko 4 (tinggi) dan resiko 3 (sedang) harus mendapatkan prioritas penanganan.

1.2.2. Ruang lingkup

a. Ruang lingkup materi dari buku putih sanitasi adalah kajian potret dan pemetaan sanitasi yang menyangkut aspek teknis dan non teknis. Profil sanitasi kabupaten terdiri dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan promosi higienis, pengelolaan air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan serta pengelolaan sanitasi lainnya. Masing-masing subbab profil sanitasi akan dikaji dari aspek teknis, kelembagaan, keuangan, komunikasi dan peran media, partisipasi masyarakat, jender dan kemiskinan, partisipasi sektor swasta serta isu dari permasalahan mendesak. Output utama dari buku putih adalah terpetakannya area beresiko sanitasi di Kabupaten Trenggalek.

b. Ruang lingkup wilayah dari buku putih sanitasi adalah Kabupaten Trenggalek dengan basis data desa/kelurahan

1.2.3. Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Trenggalek

Visi Kabupaten Trenggalek adalah “Perubahan menuju terwujudnya masyarakat Trenggalek yang

sejahtera dan berakhlak”.

Misi yang merupakan perwujudan visi pembangunan Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-2015 dijabarkan ke dalam 3 misi, dijalankan secara berkesinambungan dan sinergis, serta memfokuskan pada pengembangan sektor-sektor ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia sebagai basis pembangunan kemakmuran masyarakat Kabupaten Trenggalek. Adapun misinya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kebutuhan Dasar Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan.

2. Meningkatkan Kualitas Pemerataan dan Pertumbuhan Ekonomi serta Pembangunan Pedesaan Melalui Penguatan Perekonomian Yang Didukung Pengembangan Pertanian dan Agroindustri/Agrobisnis, Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas serta penyediaan infrastruktur yang memadai, dengan tetap memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup.

3. Memantapkan Harmoni Sosial melalui peningkatan kesalehan sosial, penegakan serta penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia, dengan didukung birokrasi yang reformatif dan pelayanan

(11)

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan daerah Trenggalek 2010-1015 tersebut dilakukan melalui lima strategi pokok pembangunan, yaitu:

1. Pelayanan prima;

2. Perluasan lapangan kerja;

3. Peningkatan kemampuan usaha kecil dan menengah; 4. Peningkatan dan pemerataan pembangunan;

5. Pemberdayaan perempuan.

Strategi pembangunan daerah Kabupaten Trenggalek 2010-2015 yang bertumpu pada pemberdayaan rakyat ini dijalankan melalui model dual track strategy dimana di satu sisi berupaya mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan melalui pemihakan kepada rakyat miskin (pro-poor) untuk menuju Trenggalek makmur dan berakhlak. Di sisi lain, pembangunan yang ada berupaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan terutama melalui pengembangan agroindustri/ agrobisnis.

1.2.4. Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Trenggalek

Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Trenggalek berdasarkan RTRW Kabupaten Trenggalek adalah terwujudnya kabupaten sebagai kawasan agribisnis, industri, minapolitan, dan pariwisata yang produktif dan berkelanjutan.

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud

Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah terwujudnya pemetaan sanitasi di Kabupaten Trenggalek secara komprehensif dalam rangka penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan monitoring serta evaluasi.

1.3.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran awal/baseline karakteristik dan kondisi sanitasi serta prioritas atau arah pengembangan Kabupaten dan masyarakat saat ini.

2. Mewujudkan prioritas pembangunan sanitasi di Kabupaten Trenggalek yang dapat diakses masyarakat dan berkelanjutan.

3. Memberikan informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir tentang kondisi sanitasi yang disepakati SKPD dan stakeholder yang menyangkut aspek teknis dan non-teknis

1.4. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih ini berupa studi data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait untuk pengkajian kondisi aspek teknis dan keuangan sektor sanitasi Kabupaten Trenggalek. Data primer diperoleh dari Survei Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment atau EHRA) yang mengkaji penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan ketersediaan fasilitas sanitasi di beberapa sampel di suatu kelurahan dan Studi Kelembagaan PPSP untuk mengkaji kondisi dan potensi kelembagaan saat ini dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Trenggalek.

Kedua data ini saling melengkapi dan dapat memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai profil kondisi sanitasi Kabupaten Trenggalek dari aspek teknis maupun non teknis serta bermanfaat sebagai alat bantu penyusunan perencanaan sanitasi Kabupaten Trenggalek. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menganalisa atau mengkaji beberapa data dan informasi yang didapatkan, dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Secara substansi output Buku Putih Sanitasi mencakup 2 (dua) hal yaitu penentuan area risiko sanitasi dan posisi sanitasi. Penentuan area risiko sanitasi dilakukan berdasarkan analisa pembobotan, sedangkan penentuan posisi sanitasi kabupaten dilakukan dengan analisa SWOT. Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi Strength, Weakness, Opportunity dan Threat. Adapun bagan alir penyusunan Buku Putih

(12)

Penyiapan profil wilayah

Ruang Lingkup

Pengumpulan data sekunder

Penyusunan profil wilayah

Penilaian profil sanitasi

Pemetaan sistem sanitasi Pengumpulan data primer

dan sekunder

Identifikasi permasalahan

Identifikasi program dan kegiatan pembangunan Internalisasi Penyamaan Persepsi

Kesepahaman pentingnya buku putih

Penyusunan rencana kerja Pokja sanitasi

Penetapan Prioritas Pengembangan Sanitasi Persepsi SKPD

Analisis data sekunder Analisis Studi EHRA

Finalisasi Buku Putih

Konsultasi dgn tim pengarah

Konsultasi publik

Advokasi Kepala Daerah

1 2 3 4 5 Analisis SWOT

(13)

1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Adapun dasar hukum dan dokumen perencanaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman. 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

10. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. 11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sisitem Penyediaan Air Minum. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

16. Kesepakatan Internasional Millenium Development Goals (MDG’s).

17. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 4 Thun 2010 tentang Sampah Regional.

18. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur.

19. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit.

20. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2000 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair ke Sumber-Sumber Air di Provinsi Jawa Timur

21. Peraturan Daerah Kabupaten Trenggalek Nomor 14 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2005-2025.

22. Peraturan Daerah Kabupaten Trenggalek Nomor 19 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-2015.

23. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 15 Tahun 2009 tentang Strategi Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) di Kabupaten Trenggalek.

24. Keputusan Bupati Trenggalek Nomor 188.45/973/406.013/2011 tentang Pengesahan Penyelarasan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-1015 terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-2015.

25. Keputusan Bupati Trenggalek Nomor 188.45/259/406.004/2012 tentang Kelompok Kerja Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Kabupaten Trenggalek Tahun 2012.

26. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Trenggalek Tahun 2012-2032 27. RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2011-2015

RPJP Kabupaten Trenggalek Tahun 2011-2031 terdiri atas visi dan misi Kabupaten Trenggalek 20 tahun mendatang. Visi Pembangunan Kabupaten Trenggalek adalah “Terwujudnya Kabupaten Trenggalek Sejahtera

dan Berakhlak”. Visi tersebut diterjemahkan dengan 7 (tujuh) misi antara lain mengembangkan infrastruktur yang

bermanfaat bagi masyarakat dan mempunyai nilai tambah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Trenggalek Tahun 2010-2015 telah menetapkan 16 (enam belas) program prioritas pembangunan yang salah satunya adalah pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Kebijakan umum pembangunan Kabupaten Trenggalek tahun 2010-2015 untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur jalan dan jembatan khususnya jalan perdesaan, sentra-sentra produksi pertanian dan wilayah tujuan wisata sesuai dengan tata ruang dicapai dengan peningkatan sarana dan prasarana dasar permukiman melalui penyediaan akses air bersih, drainase dan jalan lingkungan dengan mendorong swadaya masyarakat.

(14)

pembangunan kabupaten Trenggalek, strategi pembangunan per kawasan dan strategi pembangunan sektoral serta rencana program investasi Infrastruktur. RPIJM Kabupaten Trenggalek Tahun 2011-2015 Bidang Infrastruktur dijabarkan menjadi dua bidang yaitu Bidang Infrastruktur Keciptakaryaan dan Bidang Bina Marga. Rencana Investasi Bidang Keciptakaryaan mencakup kelayakan dari sektor pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, penyehatan lingkungan permukiman serta pengembangan air minum.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Trenggalek Tahun 2012-2032 memberikan arahan untuk pengembangan permukiman ke depan serta bagaimana pengembangan infrastruktur penunjangnya. Beberapa infrastruktur penunjangnya seperti saluran drainase, air bersih dan sistem pengelolaan sampah kabupaten diatur dalam dokumen ini.

Posisi Buku Putih Sanitasi adalah sebagai baseline data tentang kondisi sanitasi saat ini (existing) untuk penyusunan SSK dan mekanisme monitoring dan evaluasinya. Sedangkan makna buku putih sanitasi adalah sebagai dokumen yang menggambarkan karakteristik dan kondisi sanitasi Kabupaten Trenggalek termasuk didalamnya prioritas/ arah pengembangan pembangunan sanitasi. Dengan demikian Buku Putih Sanitasi diharapkan dapat berperan menjadi dokumen yang mampu mengintegrasikan data dan informasi terkait sanitasi secara komprehensif dari dokumen-dokumen perencanaan lainnya. Adapun data dan informasi komprehensif dalam Buku Putih Sanitasi setidaknya mencakup bagaimana teknis dan operasional sanitasi, kelembagaan sanitasi, keuangan sanitasi, komunikasi sanitasi dan bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam sektor sanitasi.

(15)

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

Kabupaten Trenggalek merupakan satu dari 38 (tiga puluh delapan) kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur, yang terletak di Kawasan Selatan Jawa Timur (KSJT) yaitu ± 181 km sebelah barat daya dari Kota Surabaya, dengan luas wilayah 1.261,40 km2 atau 126.140 Ha. Secara geografis terletak pada koordinat

111°24’ - 112°11’ Bujur Timur dan 7°53’ - 8°34’ Lintang Selatan, yang memiliki batas-batas administratif, sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Ponorogo • Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung

• Sebelah Selatan : Samudera Hindia

• Sebelah Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Trenggalek terdiri dari 14 kecamatan, 152 desa dan 5 kelurahan, 555 dusun/lingkungan, 1.287 rukun warga dan 4.490 rukun tetangga. Karakteristik geografis di Kabupaten Trenggalek dapat dibagi dalam beberapa tipologi kawasan. Dari 14 kecamatan hanya 4 kecamatan yang mayoritas desanya berupa dataran, yaitu Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Pogalan, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Durenan. Sedangkan 10 kecamatan lainnya mayoritas desanya berupa pegunungan. Kawasan pegunungan terletak pada kabupaten sebelah utara dan tengah yaitu Kecamatan Bendungan, Kecamatan Pule, Kecamatan Kampak dan Kecamatan Dongko. Kawasan pesisir terletak di Kecamatan Watulimo, Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Panggul.

Air tanah atau juga disebut air artesis merupakan air tanah yang terletak jauh di dalam tanah, diantara dua lapisan kedap air. Air tanah dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bersih melalui pengeboran ataupun sumur di permukiman penduduk. Keberadaan air tanah sangat tergantung pada curah hujan dan kemampuan peresapan air ke dalam tanah. Kondisi air tanah di Kabupaten Trenggalek cukup bervariasi. Potensi air tanah terbesar terdapat di Kecamatan Bendungan. Sedangkan produktifitas air tanah sedang terletak di kawasan dataran. Selain air tanah dalam, Kabupaten Trenggalek juga memiliki air permukaan. Air permukaan sebagian besar berupa sungai besar dan anak sungai. Setiap sungai tentunya memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana kondisi lingkungan DAS akan mempengaruhi debit sungai. Luas DAS di Kabupaten Trenggalek dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 DAS Kabupaten Trenggalek

No Nama DAS Luas (ha) Debit m3/detik

1. Bagong 8.548,55 2,518 2. Cengkrong 2.404,74 - 3. Damas 2.505,35 - 4. Dawuhan 5,42 - 5. Gede 22.941,73 - 6. Gobo 953,21 - 7. Gurang 819,87 - 8. Jabung 1.870,86 - 9. Jati 4.169,92 2,214 10. Karang Tuao 2.636,94 - 11. Konang 6.720,75 0,705 12. Kuteng 1.635,77 - 13. Mujing 1.051,48 - 14. Ngasinan 4.691,98 4,793 15. Ngasinanlama 1.650,98 4,793 16. Ngemplak 2.719,46 -

(16)

No Nama DAS Luas (ha) Debit m3/detik 19. Ngulung 2.145,66 - 20. Padan 598,01 - 21. Perahuremak 2.689,89 - 22. Pinggir 6.963,57 - 23. Prambon 3.617,2 1,353 24. Salam 477,33 - 25. Tawing 17.790,91 1,086 26. Tembawur 1.310,75 - 27. Timpak Nongko 7.974,41 - 28. Werahan 1.294,22 - 29. Weru 515,01 -

Sumber : Dinas PU Pengairan dan Binamarga Kabupaten Trenggalek, 2012

Secara klimatologis, Kabupaten Trenggalek berada di sekitar garis Katulistiwa, maka seperti Kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Timur yang mempunyai perubahan iklim sebanyak dua jenis setiap tahunnya yakni musim kemarau dan musim penghujan. Bulan September – April merupakan musim penghujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei–Agustus. Namun akhir-akhir ini dengan perubahan anomali cuaca maka siklus hujan menjadi tidak menentu. Jumlah hari hujan di Kabupaten Trenggalek rata-rata 212 hari hujan pada tahun 2010 dengan rata-rata curah hujan sebanyak 20 mm.

Wilayah yang dipengaruhi pasang surut (rob) mencakup tiga kecamatan yang berada pada kawasan pesisir yaitu meliputi Kecamatan Watulimo, Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Panggul. Adapun tabel wilayah Kabupaten Trenggalek per kecamatan dan peta administrasi Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Nama Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan

No Nama Kecamatan kelurahan/desa Jumlah Ha Luas wilayah % thd total

1. Panggul 17 13.156 10,43 2. Munjungan 11 15.480 12,27 3. Watulimo 12 15.444 12,24 4. Kampak 7 7.900 6,26 5. Dongko 10 14.120 11,19 6. Pule 10 11.812 9,36 7. Karangan 12 5.092 4,04 8. Suruh 7 5.072 4,02 9. Gandusari 11 5.496 4,36 10. Durenan 14 5.716 4,53 11. Pogalan 10 4.180 3,31 12. Trenggalek 13 6.116 4,85 13. Tugu 15 7.472 5,92 14. Bendungan 8 9.084 7,2 Jumlah 157 126.140 100

(17)
(18)

2.2. Demografi

Menurut data BPS hasil dari registrasi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Trenggalek pada akhir tahun 2009 sebesar 796.966 jiwa. Jumlah penduduk ini naik sebesar 0,99 % bila dibandingkan dengan keadaan akhir tahun 2008. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 1 dasawarsa terakhir sebesar 2,09 %. Pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang besar pada tahun 2008 sebesar 14,79 % dari tahun 2007. Dari jumlah penduduk tahun 2009, sebanyak 402.412 jiwa atau 50,49 % merupakan penduduk laki-laki dan 394.554 jiwa atau 49,51 % merupakan penduduk perempuan. Pada tahun 2009, sex ratio yang dihasilkan sebesar 102.

Untuk proyeksi jumlah penduduk di masa yang akan datang menggunakan metode model bunga berganda. Penggunaan model bunga berganda didasarkan pada asumsi, tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun selalu proporsional dengan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Model bunga berganda adalah sebagai berikut:

Dimana :

Pt : jumlah penduduk pada tahun ke t P0 : jumlah penduduk pada tahun dasar r : p/100

Proyeksi ini dipilih dikarenakan jumlah penduduk di Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan laju perkembangan penduduk relatif. Adapun hasil proyeksi penduduk Kabupaten Trenggalek dengan menggunakan metode bunga berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun No Kecamatan penduduk Jumlah

Kepadatan penduduk (jiwa/ha)

Jumlah

KK Proyeksi Jumlah Penduduk

2011 2012 2013 2014 2015 2016 1. Panggul 88455 7 16369 91045 93256 95522 97842 100219 2. Munjungan 55693 4 12545 57834 59482 61176 62919 64711 3. Watulimo 76454 5 19464 80048 82911 85877 88948 92130 4. Kampak 40285 5 10175 41413 42210 43022 43851 44695 5. Dongko 72655 5 17750 74662 76465 78311 80202 82139 6. Pule 60623 5 13277 62707 64389 66117 67890 69712 7. Karangan 54920 12 11912 57850 60062 62358 64742 67216 8. Suruh 28686 5 8016 18761 16691 14850 13211 11754 9. Gandusari 57221 11 13694 59549 61300 63102 64957 66866 10. Durenan 59744 12 10721 62471 64867 67356 69940 72623 11. Pogalan 59316 12 14745 51236 50077 48944 47836 46754 12. Trenggalek 74072 12 18128 96583 106031 116403 127789 140290 13. Tugu 56171 8 14225 87099 101128 117417 136331 158290 14. Bendungan 29407 3 7823 30585 31322 32078 32852 33644 Jumlah 813702 6 188844 837101 871843 910191 952533 999310

Sumber: Hasil analisa, 2012

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

PDRB Kabupaten Trenggalek pada tahun 2009 masih didominasi sektor lapangan usaha pertanian sebesar 33,49 % disusul dengan sektor lapangan usaha jasa-jasa sebesar 21,49% dan sektor lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,87 %. Dari ketiga sektor lapangan usaha tersebut, dalam kurun

(19)

jasa-jasa dan perdagangan, hotel serta restoran karena dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tersebut, tidak terdapat pergeseran struktur ekonomi. Sedangkan sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi terkecil bagi perekonomian Kabupaten renggalek adalah sektor lapangan usaha listrik, gas dan air bersih sebesar 0,43%

Tabel 2.4 Ringkasan Realisasi APBD 5 tahun terakhir (dalam jutaan)

No Anggaran 2007 2008 2009 2010 2011

A Pendapatan

1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 30.982 35.188 40.436 53.545 63.084 2 Dana Perimbangan (Transfer) 565.140 635.050 653.649 716.126 862.302 3 Lain-lain pendapatan yang sah 47 134 20.501 24.843 22.832 Jumlah pendapatan 596.169 670.372 714.586 794.514 948.218

B Belanja

1 Belanja tidak langsung 317.707 407.951 514.398 598.947 643.847 2 Belanja langsung 212.038 293.384 217.312 203.153 294.469 Jumlah belanja 529.744 701.336 731.710 802.100 935.917 Surplus/defisit anggaran 66.425 -30.964 -17.124 -7.586 9.901

Sumber: Studi Keuangan PPSP Kabupaten Trenggalek, 2012

Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi Kabupaten Trenggalek 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2008 sub sektor persampahan tidak ada anggaran dan belanja modal. Belanja modal sanitasi per penduduk di Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan yang signifikan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, kemudian setelah tahun 2009 sampai sekarang mengalami penurunan. Berikut tabel ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasiKabupaten Trenggalek.

Tabel 2.5 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir

No Sub sektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011 A Air Limbah 744,853,800 2,422,484,000 3,202,358,000 2,192,548,500 2,304,140,600 B Persampahan 442,640,000 0 289,366,000 1,941,153,750 323,638,000 C Drainase 879,405,000 3,763,350,000 5,474,970,302 2,686,295,800 3,572,146,200 D Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) 0 0 0 0 0

E Total belanja modal

sanitasi (A-D) 2,066,898,800 3,765,772,484 8,966,694,302 6,819,998,050 6,199,924,800 F Total belanja modal

sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping)

0 0 0 0 0

G Total belanja APBD 529,754,000,000 701,336,000,000 731,710,000,000 802,100,000,000 935,917,000,000

H Proporsi belanja modal sanitasi terhadap

belanja total 0.39 0.54 1.23 0.85 0.66

I Jumlah penduduk 687477 789172 796966 805057 813702

J Belanja modal sanitasi

per penduduk 3,006 4,772 11,251 8,471 7,619

Sumber: Studi Keuangan PPSP Kabupaten Trenggalek, 2012

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu mulai 5,45 % sampai dengan 6,46%. Berikut tabel ruang fiskal daerah dan tabel data

(20)

Tabel 2.6 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Trenggalek 5 tahun terakhir No Tahun Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah

1. 2008 0,1662

2. 2009 0,1621

3. 2010 0,5960

4, 2011 0,0780

5. 2012 0,3300

Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Daerah 5 tahun terakhir

No Deskripsi 2007 2008 2009 2010 2011

1 PDRB harga konstan (struktur

perekonomian) * 2.590.162,55 2.735.499,23 2.889.713,4 3.066.362,52 3.264.436,75 2 Pendapatan perkapita 4.423.295,52 3.686.873,79 3.959.353,72 4.195.373.64 4.452.722,36 3 Upah Minimum Regional 510.000 600.000 635.000 670.000 -

4 Inflasi (%) 7,27 9,87 6,31 6,45 6,35

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,45 5,61 5,64 6,11 6.46

Sumber: Kabupaten Trenggalek dalam Angka, 2012

2.4. Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan RTRW Kabupaten Trenggalek 2011-2031 kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten meliputi pengembangan struktur ruang, pola ruang, kawasan strategis dan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten meliputi pengembangan sistem pusat kegiatan wilayah dan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kabupaten meliputi pemantapan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis wilayah kabupaten meliputi pengembangan kawasan strategis sudut kepentingan ekonomi, pengembangan kawasan strategis sudut kepentingan pernyelamatan lingkungan hidup dan pengembangan kawasan strategis lainnya. Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil wilayah kabupaten melalui upaya pelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Trenggalek mencakup rencana sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana sistem pusat kegiatan mencakup rencana sistem perkotaan dan rencana sistem perdesaan. Rencana sistem perkotaan berupa pengembangan:

a. PKL perkotaan Trenggalek berada di Kecamatan Trenggalek. b. PKLp perkotaan Watulimo berada di Kecamatan Watulimo. c. PKLp perkotaan Durenan berada di Kecamatan Durenan. d. PPK perkotaan Kampak berada di Kecamatan Kampak. e. PPK perkotaan Panggul berada di Kecamatan Panggul.

Sedangkan rencana sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki, serta pengembangan dan peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penunjang.

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah mencakup: a. Pengembangan sistem transportasi darat dan laut. b. Pengembangan sistem jaringan prasarana energi. c. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi. d. Pengembangan sistem jaringan sumber daya air. e. Pengembangan sistem jaringan prasarana lingkungan.

Adapun peta rencana pusat layanan dan peta rencana pola ruang Kabupaten Trenggalek dapat dilihat di bawah ini.

(21)
(22)
(23)

Persampahan merupakan isu penting di lingkungan perkotaan yang terus menerus dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas pembangunan. Dalam skala Kabupaten Trenggalek sampah ditangani oeh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan pengangkutan secara komunal yaitu dimana sampah dari tiap rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan ke TPS (Tempat Pemprosesan Sementara) dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat Pemprosesan Akhir) oleh truk-truk sampah. Dalam skala kabupaten atau di wilayah pedesaan, sistem pembuangan sampah dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan menimbun sampah di pekarangan rumah masing-masing. Sampah dalam kawasan dikumpulkan oleh masing-masing rumah (daerah terbangun) dan kotoran sampah tersebut banyak yang dibakar oleh penduduk. Timbulan sampah diwilayah Kabupaten Trenggalek yang ditangani adalah sebesar sekitar 705 M3/hari, Sampah terangkut 63,546 M3/hari

Di pedesaan dan beberapa lingkungan permukiman terdapat sistem persampahan yang dikelola oleh tenaga persampahan yang kelola mandiri oleh masyarakat setempat. Sistem ini disebut dengan istilah rayoneering, yang merupakan upaya masyarakat untuk dapat mengelola persampahannya secara mandiri. Di beberapa lingkungan permukiman, tenaga pengumpul sampah dan sarana prasarana persampahan diupayakan oleh masyarakat hingga lokasi transer depo, yang selanjutnya diangkut oleh truk sampah ke TPA. Adapun sarana pendukung jaringan persampahan yang terdapat di Kabupaten Trenggalek yang masih dalam kondisi baik (75%).

Adapun arahan pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan prasarana pengelolaan lingkungan untuk mendukung kegiatan permukiman dan sistem aktivitas pada sentra-sentra produksi melalui kebijakan pengembangan prasarana lingkungan.

2. Mengembangkan prasarana lingkungan dengan cara:

a. Pengembangan TPA untuk melayani kawasan perkotaan. b. Pengelolaan limbah rumah tangga dengan sistem terpadu.

c. Pengelolaan limbah industri dan pertambangan dengan memperhatikan kualitas lingkungan. 3. Mengoptimalkan TPS (Tempat Pemrossesan Sementara) dan TPST (TPS Terpadu) pada

bagian-bagian lingkungan di masingmasing kecamatan, guna mengurangi beban TPA Regional, mengoptimalkan pemrosessan sampah mendekati sumbernya, serta mengurangi proses angkut sampah yang beresiko limbah.

4. Mengoptimalkan sampah yang dapat bernilai ekonomi diantaranya pengubahan bentuk dan karakteristiknya menjadi kompos (pupuk organik) skala kecil, pengubahan sampah menjadi biogas, ataupun pemanfaatan sampah kembali/metode daur ulang yang mengubah karakteristik sampah menjadi bahan/material, menyesuaikan kondisi keterbatasan lahan yang ada.

5. Pengembangan pengawasan terhadap pengelolaan limbah industri dan pertambangan.

6. Penegakan hukum yang tegas bagi pengelolaan limbah industri dan pertambangan yang tidak sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.

Mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan dan sampah organik cenderung lebih dominan maka arahan rencana pengelolaan sampah di kawasan perdesaan Wilayah Kabupaten Trenggalek antara lain meliputi:

1. Mengoptimalkan upaya untuk penanganan yaitu dengan pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, serta pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

2. Mengoptimalkan sampah yang dapat bernilai ekonomi diantaranya pengubahan menjadi kompos (pupuk organik) sksla sedang, pengubahan sampah menjadi biogas, ataupun pemanfaatan sampah kembali/metode daur ulang yang mengubah karakteristik sampah menjadi bahan/material;

3. Mengurangi pengolahan sampah dengan metode pembakaran.

Rencana Penanganan Air Limbah dalam RTRW Kabupaten Trenggalek mencakup 2 hal yaitu Rencana Pengembangan Sistem Pengolahan Limbah Non Domestik dan Rencana Pengembangan Sistem Pengolahan

(24)

2. Pembangunan IPAL industri terpusat pada kelompok wilayah

3. Penerapan secara ketat effluent standard air limbah sesuai Peraturan dan Baku Mutu;

4. Penerapan secara ketat effluent standard air buangan domestik sesuai Peraturan dan Baku Mutu; 5. Peningkatan sarana dan prasarana untuk operasi dan pemeliharaan pengelolaan air limbah; 6. Pemisahan saluran limbah dengan drainase;

7. Pembangunan IPAL;

8. Pembangunan IPAL setempat untuk kegiatan industri, rumah sakit, hotel dan restoran;

9. Penyusunan Studi Penentuan lokasi dan kelayakan lokasi tempat pengelolaan limbah B3 lain apabila lokasi-lokasi yang ada tidak layak secara teknis maupun social-ekonomi.

Sedangkan untuk Rencana Pengembangan Sistem Pengolahan Limbah Domestik, meliputi: 1. Revitalisasi IPLT;

2. Pembangunan jamban umum dan MCK Daerah pedesaan dan daerah padat penduduk 3. Studi dan pengembangan sistem pengelolaan limbah domestik secara off site;

4. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membangun MCK Pribadi dan umum;

5. Memperketat ijin pembangunan kawasan permukiman baru yang wajib memiliki sistem penyaluran air limbah domestik .

6. Pengembangan penyaluran limbah domestik dengan sistem setempat (on site system) 7. Peningkatan pelayanan melalui penambahan sarana MCK dan sarana peyedotan tinja; 8. Pengetatan pembangunan IPAL individual

Sistem drainase kota Trenggalek terbagi dua bagian yakni drainase dalam kota dan drainase selatan kota Trenggalek. Drainase Dalam Kota Trenggalek merupakan wilayah perkotaan Trenggalek yang sudah terdapat sistem saluran drainase. Saluran drainase yang ada di Kabupaten Trenggalek merupakan saluran drainase yang terletak di tepi kanan kiri sepanjang jalan, yang merupakan saluran tertutup dimana pada bagian atasnya difungsikan untuk trotoar. Sedangkan Drainase Selatan Kota Trenggalek merupakan sistem drainase yang ada di selatan kota Trenggalek sebagian besar merupakan saluran drainase alami merupakan saluran memakai pasangan batukali dan sudetan yang merupakan saliran buatan berupa saluran terbuka tanpa pasangan. Saluran yang ada di selatan kota Trenggalek selain berfungsi sebagai saluran pembawa pada waktu musim hujan dapat berfungsi sebagai saluran pembuagan bagi daerah tangkapan hujan di bagian selatan Kota Trenggalek.

Arahan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana air minum dalam RTRW Kabupaten Trenggalek dilakukan melalui:

1. Pemanfaatan secara optimal dan proporsional sumber mata air yang ada, khususnya memprioritaskan supply untuk daerah miskin dan terpencil/terisolasi dengan penekanan pada pengelolaan yang murah dan terjangkau;

2. Perlindungan sumber-sumber air baku, eksplorasi sumber-sumber air baku baru, pengembangan jaringan distribusi air minum dan pembangunan tempat-tempat pengelolaan atau penampungan air minum.

3. Pemanfaatan air tanah secara lebih proporsional dan berkelanjutan sebagai air baku untuk keperluan industri, air minum, dan air minum secara lebih ketat dengan kewajiban mendasari pertimbangan teknis pengendalian pengambilan per zona dan pertimbangan teknis dari instansi teknis terkait yang berwenang

4. Peningkaatan peran serta masyarakat termasuk keberadaan HIPPAM dan WSLIC (Water Sanitation

Low Income Community)

5. Pengembangan sumber –sumber air baku melalui analisis geolistrik pada cekungan air tanah yang ada, guna meningkatan cakupan pelayanan air minum.

2.5. Sosial dan Budaya

Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, pelayanan pendidikan di Kabupaten Trenggalek diupayakan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Di Kabupaten Trenggalek terdapat 381 Taman Kanak-kanak (TK), 438 Sekolah Dasar (SD), 76

(25)

Fasilitas pendidikan mengalami peningkatan dan makin merata penyebarannya yang meliputi jumlah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dalam 10 tahun terakhir sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.8 Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Trenggalek No Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan

SD SLTP SMA 1. Panggul 47 7 1 2. Munjungan 34 3 2 3. Watulimo 31 3 1 4. Kampak 17 3 1 5. Dongko 30 5 1 6. Pule 22 6 1 7. Karangan 28 4 2 8. Suruh 19 2 - 9. Gandusari 29 3 - 10. Durenan 32 4 3 11. Pogalan 25 2 1 12. Trenggalek 28 6 9 13. Tugu 27 3 1 14. Bendungan 24 2 1 Jumlah 393 54 24

Sumber: Hasil analisis peta RBI Bakosurtanal, 2011

Rasio murid per sekolah yang tinggi terdapat di Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Watulimo, Kecamatan Panggul, Kecamatan Pogalan, Kecamatan Durenan dan Kecamatan Kampak. Sedangkan rasio guru per sekolah terbesar terdapat pada Kecamatan Pule, Kecamatan Kampak, Kecamatan Gandusari dan Kecamatan Trenggalek. Selain pendidikan formal dalam rangka peningkatan pelayanan pendidikan diselenggarakan juga melalui pendidikan luar sekolah (PLS) antara lain Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Keaksaraan Fungsional (Kejar Paket A, Kejar Paket B dan Kejar Paket C).

Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Trenggalek berdasarkan pendataan PPLS 2008 sebanyak 57.406 dengan rincian rumah tangga sangat miskin (RTSM) berjumlah 10.664, rumah tangga miskin (RTM) 32.008 dan rumah tangga hampir miskin (RTHM) 14.734. Kecamatan yang banyak terdapat rumah tangga miskin adalah Kecamatan Dongko 8.051, kemudian Kecamatan Panggul 6.521 dan Kecamatan Pule 6.039. Kecamatan yang banyak terdapat rumah tangga sangat miskin adalah Kecamatan Dongko 3.050, kemudian disusul Kecamatan Bendungan 1.376 dan Kecamatan Panggul 1.093.

Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Trenggalek menunjukkan penurunan selama beberapa tahun terakhir, berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2006 jumlah RTM adalah sebesar 79.003 RTM dan turun menjadi 57.406 pada tahun 2009. Jika dilihat dari tiap sektor adalah pertanian 62,21 persen, perkebunan/kehutanan 5,52 persen, perdagangan dan jasa 5,46 persen, peternakan 0,60 persen, perikanan 0,44 persen, pertambangan/galian 0,31 persen, industri/kerajinan 3,76 persen, bangunan 2,64 persen, angkutan 0,73 persen, lainnya 6,56 persen dan tidak diketahui 11,7 persen.

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan

No Kecamatan Sangat Miskin Jumlah Rumah Tangga Miskin Hampir miskin Jumlah

1. Panggul 1.067 2.727 1.929 5.723

2. Munjungan 791 2.102 353 3.246

(26)

No Kecamatan Sangat Miskin Jumlah Rumah Tangga Miskin Hampir miskin Jumlah 6. Pule 320 2.425 1.926 4.671 7. Karangan 460 1.960 433 2.853 8. Suruh 597 1.769 1.026 3.392 9. Gandusari 568 2.463 607 3.638 10. Durenan 626 2.195 771 3.592 11. Pogalan 408 2.224 1.232 3.864 12. Trenggalek 365 1.889 1.007 3.261 13. Tugu 721 2.012 1.163 3.896 14. Bendungan 1.150 1.807 514 3.471 Jumlah 11.000 30.768 13.438 55.206

Sumber: Kabupaten Trenggalek dalam Angka, 2011

Sebagian besar rumah yang ditempati penduduk Kabupaten Trenggalek berupa rumah permanen yaitu sekitar 163.959 unit, sisanya penduduk menempati rumah semi permanen sekitar 87.206 unit. Kedua jenis rumah ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Trenggalek, baik yang ada di perkotaan maupun yang ada di perdesaan. Adapun tabel jumlah rumah per kecamatan dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 2.10 Jumlah Rumah per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Rumah Permanen Jumlah rumah semi permanen Total

1. Panggul 18.798 8.806 27.604 2. Munjungan 10.806 1.248 12.054 3. Watulimo 18.695 1.210 19.905 4. Kampak 7.871 5.776 13.647 5. Dongko 9.423 5.829 15.252 6. Pule 8.778 9.514 18.302 7. Karangan 10.957 7.473 18.430 8. Suruh 4.872 5.092 9.954 9. Gandusari 13.900 7.012 20.912 10. Durenan 14.564 6.719 21.283 11. Pogalan 13.462 7.019 20.481 12. Trenggalek 16.913 8.181 25.094 13. Tugu 10.579 8.189 18.768 14. Bendungan 4.331 5.138 9.469 Jumlah 163.959 87.206 251.165

Sumber: Kabupaten Trenggalek dalam Angka, 2011

Kawasan kumuh di Kabupaten Trenggalek diindikasikan berupa perkampungan nelayan yang tersebar di beberapa kecamatan, khususnya di kawasan pesisir yaitu Kecamatan Watulimo, Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Panggul. Kawasan kumuh ini identik dengan kepadatan bangunan yang tinggi dengan dominasi rumah non permanen, sanitasi rumah yang buruk, perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah serta masalah sosial yang tinggi.

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Struktur organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Trenggalek. Berikut bagan struktur organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek.

(27)
(28)

Adapun stuktur organisasi dan tata kerja SKPD yang terkait sektor sanitasi di Kabupaten Trenggalek diatur melalui Peraturan Bupati, adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 104 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah Kabupaten Trenggalek.

2. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 107 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek.

3. Peraturan Bupati Trenggaleknomor 120 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.

4. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 130 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Perumahan, Permukiman Dan Kebersihan Kabupaten Trenggalek.

5. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 122 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Trenggalek.

6. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 118 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kabupaten Trenggalek.

7. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 109 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Trenggalek.

8. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 113 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Trenggalek.

(29)

BAB 3

PROFIL SANITASI WILAYAH 1. 3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 1. 3.1.1. Tatanan Rumah Tangga

Berdasarkan Studi EHRA perilaku higiene / sehat dikaitkan dengan pemakaian sabun. Pemakaian sabun penting untuk dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman patogen ke dalam tubuh. Dalam Kuesioner EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja serta bagaimana tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga. Berikut hasil identifikasi perilaku higiene dalam tatanan rumah tangga berdasarkan Studi EHRA di kabupaten Trenggalek.

- Sebagian besar responden yaitu 3447 responden (99%) pada saat dilakukan survey menjawab memakai sabun pada hari tersebut.

- Sebagian besar responden menggunakan sabun untuk keperluan mandi, mencuci peralatan makan minum juga masak dan mencuci pakaian. Demikian juga untuk higiene anak sudah bagu karena dari responden yang punya anak sebanyak 100% memandikan anak dengan sabun, menceboki pantat anak, dan mencuci tangan anak

- Sebagian besar kondisi warga Kabupaten Trenggalek biasa mencuci tangan di kamar mandi dan dapur Permasalahan kesehatan yang terkait dengan perilaku yang tidak mencerminkan hidup bersih dan sehat adalah terjadinya penyakit diare. Cuci tangan pakai sabun adalah pencegahan cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga.

Berdasarkan hasil studi EHRA, diketahui bahwa dari 3480 responden yang disurvey, 1459 responden pernah terkena sakit diare atau sebesar 41,9 % dan sisanya yaitu 2021 responden tidak pernah sakit diare. Penderita yang terkena diare terbanyak adalah orang perempuan dewasa sejumlah 414 responden, kemudian Orang dewasa laki-lak sebesar 343 responden, dan selanjutnya anak-anak balita sebesar 228 responden.

1. 3.1.2. Tatanan Sekolah

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu:

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.

3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat. 4. Olahraga yang teratur dan terukur.

5. Memberantas jentik nyamuk. 6. Tidak merokok di sekolah.

7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan. 8. Membuang sampah pada tempatnya.

(30)

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK)

Nama Sekolah

Jumlah

Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih Jml Toilet/WC Jml Tempat Kencing Fas. Cuci Tangan Persediaan Sabun Siapa yang membersihkan Toilet

PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh

L P L P S K T S K T S K T Guru L P Guru L P Y T Y T L P L P L P

SD/MI V V V V V V V

SMP/MTs V V V V V V V

SMA/MA/SMK V V V V V V V

Jumlah

Sumber: Dihimpun dari berbagai sumber, 2012

Keterangan:

L = laki-laki

P = perempuan

S = selalu tersedia air

K = kadang-kadang

T = tidak ada persediaan air

Y = ya

T = tidak

SPT = Sumur pompa tangan

(31)

Tabel 3.2 Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK)

Nama Sekolah

Apakah pengetahuan ttg Higiene dan

Sanitasi diberikan Apakah ada dana utk air bersih / sanitasi

/ pend. Higiene

Cara Pengelolaan Sampah Tempat buangan air kotor

Kapan Tangki Septik Dikosongkan Kondisi Higiene Sekolah Ya, saat pertemuan / penyuluhan tertentu Ya, saat mata pelajaran PenJas di kelas Tidak

pernah Dikumpulkan Dipisahkan kompos Dibuat Toliet Dari

Dari Kamar Mandi Ya Tidak SMAN 1 Trenggalek V V V V V SMAN 2 Trenggalek V V V V V SMPN 1 Trenggalek V V V V V SMPN 2 Trenggalek V V V V V SMPN 5 Trenggalek V V V V V

(32)

2. 3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kesehatan lingkungan dapat dilihat dari penggunaan jamban/WC oleh rumah tangga. Kesadaran masyarakat Kabupaten Trenggalek terhadap kesehatan lingkungan belumlah tinggi. Salah satu indikasinya ditandai dengan penggunaan tangki septik untuk penampungan kotoran akhir yang dipakai masih kurang dari 50 % meskipun terjadi peningkatan pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 50,48 %.

Kondisi eksisting juga menunjukkan bahwa pengelolaan limbah di Kabupaten Trenggalek baik limbah rumah tangga dan limbah industri sangatlah minim. Sebagian besar industri belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah cair rumah tangga maupun industri yang dihasilkan pada umumnya langsung dibuang pada saluran pembuangan yang biasanya merupakan saluran drainase. Kegiatan seperti ini berdampak pada pencemaran air permukaan.

(33)

3. 3.2.1. Kelembagaan

Upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah harus didukung oleh perangkat daerah yang profesional, berkualitas dan berbasis kinerja seperti diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Menindaklanjuti hal tersebut Pemerintah Kabupaten Trenggalek telah melakukan pembentukan dan penyesuaian perangkat daerah yang berdasar analisa kebutuhan organisasi dengan memperhatikan aspek personil profesional, perlengkapan dan pembiayaan.

Tabel 3.3 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik

FUNGSI Pemerintah PEMANGKU KEPENTINGAN

Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

PERENCANAAN

• Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota V • Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target

• Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka

pencapaian target V

PENGADAAN SARANA

• Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik V V

• Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik)

Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) V • Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa

kolektor)

• Membangun sarana IPLT dan atau IPAL V

PENGELOLAAN

• Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja V V

Mengelola IPLT dan atau IPAL

• Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja V • Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air

limbah domestik

• Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan

saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB V

(34)

FUNGSI Pemerintah PEMANGKU KEPENTINGAN

Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

• Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan,

personil, peralatan, dll) V V

• Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik

• Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik V MONITORING DAN EVALUASI

• Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah

domestik skala kab/kota V

• Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik

• Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik

V • Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik V

(35)

Tabel 3.4 Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Trenggalek

Peraturan Ada (Sebutkan) Ketersediaan Tidak Pelaksanaan Keterangan

Ada Dilaksanakan Efektif Belum Efektif Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak Efektif • Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik

di Kab/Kota ini V

• Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam

penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik V • Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam

memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam

pengelolaan air limbah domestik V

• Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air

limbah domestik di hunian rumah V

• Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di

tempat usaha V

• Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan

sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha V • Kewajiban penyedotan air limbah domestic untuk

masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik

tangki septik V

(36)

Peraturan Ada (Sebutkan) Ketersediaan Tidak Pelaksanaan Keterangan Ada Dilaksanakan Efektif Belum Efektif Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak Efektif

• Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga,

dan perkantoran V

(37)

4. 3.2.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan

Kabupaten Trenggalek belum memilki sistem pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten. Sistem Onsite masih mendominasi pengelolaan air limbah di Kabupaten Trenggalek, sehingga cakupan pelayanannya hanya dalam skala rumah tangga.

(38)

Peta 3.1 Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik

(39)

Peta 3.2 Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestik

(40)

Tabel

3.5 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik

Input User Interface Penampungan Awal /pengangkutan Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan Daur Ulang Grey Water

Air cucian

pakaian Pembuangan air cucian - Saluran terbuka dan tertutup -

Sungai/saluran drainase, jalan, halaman, kebun Air cucian

dapur Tempat cuci piring - Saluran terbuka dan tertutup - Air mandi Pembuangan air kamar mandi - Saluran terbuka dan tertutup -

Black Water

Tinja dan urine

WC duduk Tangki septik Truk tinja/sedot WC dan tenaga manusia/tukang

-

Sungai/saluran drainase dan air tanah

Lubang galian Cemplung/ lubang -

Sungai/pantai/laut Sungai/pantai/ laut - -

Sumber: Dihimpun dari berbagai sumber, 2012

Tabel 3.6 Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Trenggalek

Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data Unser Interface

Jamban pribadi Jumlah 3.536 KK Studi EHRA Dinas Kesehatan Lubang galian Jumlah 467 KK Studi EHRA Dinas Kesehatan Sungai/saluran drainase Jumlah 402 KK Studi EHRA Dinas Kesehatan Penampungan awal

Tangki septik Jumlah 1.678 KK Studi EHRA Dinas Kesehatan Cemplung/lubang Jumlah 1.259 KK Studi EHRA Dinas Kesehatan Sungai/pantai/laut Jumlah 351 KK Studi EHRA Dinas Kesehatan Pembuangan/

daur ulang Sungai Nama Sungai Tersebar Dinas PU Bina Marga dan Pengairan

Gambar

Tabel 2.1  DAS Kabupaten Trenggalek
Tabel 2.2  Nama Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Tabel 2.6 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Trenggalek 5 tahun terakhir  No  Tahun  Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana yang telah penulis kutip adalah penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang lebih

Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran online melalui zoom adalah kegiatan belajar mengajar jarak jauh yang dilakukan oleh guru dan para

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) budaya organisasional memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan, (2) kepuasan kerja organisasional memiliki

Karakteristik peluang bisnis dapat disebut baik jika mampu memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama, tepat waktu, dan layak adalah pengertian…..

Kloset Duduk keramik merk Mono Blok American Standar buah. Kloset Duduk keramik merk Mono Blok

RSPO Principle & Criteria for the Production of Sustainable Palm Oil (Generic), November 2018 (Rev. Feb 2020).

(1,4-6) Terapi yang direkomendasikan pada pasien dengan low grade orbital lymphoma adalah dengan radioterapi, sedangkan pada pasien dengan subtipe histologis

Kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku yang dipengaruhi positif oleh rasa percaya yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan, penguatan dari