• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-LEARNING BERBASISMOODLE PADA MATERI HUKUM NEWTON KELAS X SMA/MA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-LEARNING BERBASISMOODLE PADA MATERI HUKUM NEWTON KELAS X SMA/MA SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-LEARNING BERBASISMOODLE PADA MATERI HUKUM NEWTON KELAS X SMA/MA

SKRIPSI

Di Tulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Fisika

Oleh:

SILVIA SYAFNI NIM. 15 300 700030

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

SILVIA SYAFNI 15 300 700 030. “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-LEARNING BERBASIS MOODLE PADA MATERI HUKUM NEWTON KELAS X SMA/MA”. Jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, 2020.

Belum cukupnya bahan ajar atau pendamping bahan ajar yang dimiliki sekolah masih merupakan masalah utama dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di tingkat SLTA. Kondisi ini di temui di SMA N 1 Lintau Buo dimana bahan ajar pendamping yang dikembangkan sendiri oleh guru masih sedikit, yang digunakan selama pembelajaran hanya buku cetak yang disediakan pemerintah, yang cenderung sulit dipahami peserta didik. Hal ini menjadikan peserta didik kurang tertarik dengan pembelajaran fisika khususnya dan pelajaran lain pada umumnya. Proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat ceramah teacher centered sehingga, peserta didik menjadi pasif.Sistem seperti ini tidak sesuai dengan kurikulum 2013 yang menuntut adanya proses penyelidikan dalam pembelajaran. Untuk itu salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka mengetahui kondisi di atas adalah dengan merancang bahan ajar e-learning yang dapat membangkitkan minat peserta didik sehingga peserta didik dapat aktif dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research development) dengan pengembangan 4D dimana hanya tiga tahap pertama dari 4D tersebut yang dapat dilampirkan dalam penelitian ini yaitu : (1) Define, tahap pendefenisian, untuk mendapatkan gambaran kondisi PBM di SMAN 1 Lintau Buo yang meliputi analisis, guru, analisis silabus, analisis bahan ajar, dan analisis peserta didik, (2) Design, tahap pengembangan, untukmenyiapkan prototipe bahan ajar e learning berbasis Moodle, dan (3) Developt, tahap pengembangan, yaitu pengujian prototipe yang dirancang baik dalam aspek validitas dan praktikalitasnya. Untuk tahap validasi dilakukan oleh 3 orang validator, sedangkan untuk tahap praktikalitas dilakukan di SMA N 1 Lintau Buo yang melibatkan 25 orang siswa. (4) Disseminate, tahap penyebara, tahap ini tidak dilakukan karena keterbatasan waktu.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat kemukakan sebgai berikut: (1) Hasil validasi terhadap bahan ajar e-learning berbasis moodle yang dikembangkan adalah sangat valid dengan persentase 81,41%,(2) Bahan ajar e-learning berbasis Moodle sudah memenuhi kriteria praktis yang telah diuji cobakan kepada 25 orang siswa kelas X MIPA 3 SMA N 1 Lintau Buodan kepada dua orang guru fisika SMA N 1 Lintau Buo dengan nilai praktikalitas secara berturut-turut adalah 80,87% dan 74,54%.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 6

G. Defenisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ... 9

1. Media Pembelajaran ... 9

2. Bahan ajar... 14

3. Handout ... 18

4. Moodle ... 19

5. Pendekatan Saintifik... 22

6. Materi Hukum Newton ... 25

7. Tahap Pengembangan ... ...27

B. Penelitian yang Relevan ... 29

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pengembangan ... 32

B. Model Pengembangan ... 32

C. Prosedur Pengembangan ... 32

D. Subjek Uji Coba ... 38

E. Jenis Data ... 38

F. InstrumenPenelitian... 38

G. TeknikAnalisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Validasi Bahan Ajar E-Learning Berbasis Moodle ... 35

Tabel 3.2 Validasi angket Respon ... 36

Tabel 3.3 Aspek Praktikalitas Bahan Ajar E-Learning Berbasis Moodle ... 36

Tabel 3.4 Bobot Pertanyaan Praktikalitas Produk ... 40

Tabel 3.5 Angket Respon Bahan Ajar E-Learning Berbasis Moodle Pada Materi Hukum Newton ... 40

Tabel 3.6 Kategori Validitas Bahan Ajar E-Learning Berbasis Moodle ... 41

Tabel 3.7 Kategori Praktikalitas Bahan Ajar E-Learning Berbasis Moodle . 41 Tabel 4.1 Hasil Analisis Silabus Pembelajaran Fisiska Kelas X ... 42

Tabel 4.2 Garis Besar Program Media Pada Bahan Ajar E-Learning ... 44

Tabel 4.3 Hasil Validasi Bahan Ajar E-Learning ... 52

Tabel 4.4 Hasil Analisis Validasi Angket Praktikalitas ... 53

Tabel 4.5 Hasil Analisis Angket Respon Pendidik ... 55

Tabel 4.6 Hasil Analisis Respon Peserta Dididik ... 55

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian ... 37

Gambar 4.1 Flowcart Bahan Ajar E-Learning ... 46

Gambar 4.2 Tampilan Awal Bahan Ajar E-Learning ... 47

Gambar 4.3Log InBahan Ajar E-Learning ... 47

Gambar 4.4 Tampilan Utama Bahan Ajar E-Learning ... 48

Gambar 4.5 Tampilan Petunjuk Bahan Ajar E-Learning... 48

Gambar 4.6Tampilan Pendahuluan ... 49

Gambar 4.7 Tampilan Materi ... 50

Gambar 4.8 Tampilan Evaluasi ... 50

Gambar 4.9 Bahan Ajar E-Learning Sebelu Revisi ... 60

Gambar 4.10 Bahan Ajar E-Learning Sesudah Revisi... 60

Gambar 4.11 Sebelum Revisi ... 61

Gambar 4.12 Sesudah Revisi ... 61

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Nama Validator Lampiran II :Nama Siswa

Lampiran III : Kisi-Kisi Angket Validitas Untuk Validasi Lampiran IV : Hasil Angket Validitas Untuk Validasi

Lampiran V : Hasil Analisi Angket Validitas Untuk Validasi Lampiran VI : Kisi-Kisi Validitas Untuk Praktikalitas

Lampiran VII : Hasil Validitas Untuk Praktikalitas

Lampiran VIII : Hasil Analisis Validitas Untuk Praktikalitas Lampiran IX : Kisi-Kisi Angket Validitas Media

Lampiran X :Hasil Validasi Angket Validitas Media Lampiran XI :Hasil Analisis Validasi Media

Lampiran XII : Kisi-Kisi Angket Praktikalitas Peserta Didik dan Pendidik Lampiran XIII : Hasil Angket Praktikalitas Pendidik

Lampiran XIV : Hasil Anlisis Angket Praktikalitas Pendidik Lampiran XV :Hasil Angket Praktikalitas Peserta Didik

Lampiran XVI :Hasil Analisis Angket Praktikalitas Peserta Didik Lampiran XVII : Bahan AjarE-Learning Berbasis Moodle

Lampiran XX :Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi Lampiran XXI :Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMA Lampiran XX : Dokumentasi

Lampiran XXI : ID Pengguna Tamu Lampiran XXII : Handout

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pesatnya teknologi menuntut adanya guru yang berkualitas dan lulusan yang bisa menghadapi tantangan di masa depan. Tantangan tersebut berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup dan kemampuan mengembangkan sumber daya manusia.Untuk menghasilkanguru yang berkualitas, dibutuhkan peran guru, peserta didik dan bahan ajar.Hadirnya kurikulum 2013 merupakan upaya pemerintah untuk mengembangkan guru di Indonesia, mengingat persaingan di abad 21 yang menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang sains, teknologi dan desain teknik yang diperhitungkan secara matematik. Pemanfaatan teknologi dibutuhkan dalam pembelajaran pada kurikulum 2013. Salah satu pelajaran yang bisa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran adalah pelajaran fisika karena bisa memperlihatkan fenomena-fenomena alam dan membuat teori-teori abstrak menjadi nyata .

Pembelajaran fisika berperan penting dalam mengembangkan potensi siswa.Pembelajaran fisika seharusnya dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam mengkontruksi, mamahami, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian siswa akan lebih terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara bermakna serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga dituntut untuk dapat menciptakan kondisi belajar yang menarik dan kondusif sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dengan kondisi pembelajaran yang menarik dan kondusif serta melibatkan siswa didalamnya, maka siswa akan mempunyai pemahaman yang baik tentang materi fisika.

Fisika adalah salah satu cabang ilmu sains yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penyelidikan dan penemuan.

(12)

(Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Fisika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis, sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis dan generatif, serta sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berfikir kritis, objektif dan terbuka, menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi laju perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.

Dalam pembelajaran fisika dibutuhkan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi dan disesuaikan dengan situasi dan kemampuan peserta didik di dalam kelas.Berdasarkan paradigma kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pendagogikmodern dalam pemebelajaran, yaitu penggunakan penekatan ilmiah.

Namun dalam kenyataannya dapat dilihat, sampai saat ini prestasi belajar fisika yang dicapai oleh siswa masih rendah. Berdasarkan hasilobservasiyang dilakukan di SMAN 1 Lintau Buo pada hari Senin, 2 September 2019 diperoleh informasi, bahwa guru pada saat mengajar lebih cenderung menggunakan model pembelajaran teacher centerdan menggunkana metode ceramah sehinggakegiatan pembelajaranlebih terfokus kepada guru (teacher center). Akibatnya pembelajaran fisika tidak menjadi hal yang menarik bagi sebagian besar siswa. Jika dilihat dari keaktifan siswa, pada kurikulum 2013 siswa di haruskan menjadi aktif dalam proses belajar mengajar. Guru sudah menggunakan RPP yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang mana metode yang digunakan sudah mengaju pada metode pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan. Namun dalam penerapannya masih dominan menggunakan metode ceramah.Pada saat pembelajaran, guru menjelaskan pelajaran dan kemudian dicatat oleh peserta didik.Setelah penyampaian materi guru memberi beberapa contoh soal materi.

Ada beberapa peserta didik yang menjawab dan yang lainnya masih banyak yang bermain-main selama proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai maksimal yang berimbas pada hasil belajar peserta didik.

(13)

3

Sumber bahan ajar guru yang digunakan adalah buku paket yang disediakan di perpustakaan, dan sumber belajar siswa hanya menggunakaan buku paket yang di sediakan di perpustakaan dan mengunakan LKS yang sudah jadi. Guru hanya menggunakan buku paket dan menggunakan LKS yang dibeli dari pemerintahan, sehingga peserta didik sulit dalam memahami pelajaran. Buku paket yang kurang menarik menyebabkan peserta didik menjadi bosan dan sulit memahami pelajaran.

Proses wawancara tidak hanya dilakukan pada guru saja, tetapi juga kepada peserta didik. Dari beberapa peserta didik yang diwawancarai didapatkan informasi bahwa pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang sulit dan kurang menarik. Dalam proses pembelajaran siswa mendapatkan materi pelajaran dari pembelajaran secara langsung atau guru menjelaskan hanya menjelaskan materi dan kemudian memberikan contoh soal. Guru mengajar tidak pernah menggunakan media pembelajaran, hanya mengandalkan papan tulis dan spidol saja. Selama proses pembelajaran tidak ada melakukan pratikum terhadap materi fisika yang seharusnya dipratikumkan.. Peserta didik juga cenderung berfikir matematis dan mengandalkan cara-cara hafalan rumus, sehingga kemampuan untuk menghubungkan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari dengan penerapannya untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang dijumpai di luar kelas menjadi rendah.Pelajaran fisika juga kurang diminati karena jarangnya materi fisika dikaitkan dengan fenomena-fenomena alam.Banyak siswa menganggap pembelajaran fisika itu lebih ditekankan kepada teori dan rumus saja.

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah bahan ajare-learning. Bahan ajarE-learning adalah sebuah proses bahan ajar dalam bentuk elektronik melalui jaringan internet(Chourishi dkk, 2011). E-learningmerupakan sistem pembelajaran yang menggunakan teknologiinformasi dan komunikasi. Proses e-learning

(14)

adalahpenyampaian informasi secara online, yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpun penggunae-learning.

E-learning yang dikembangkan adalah e-learning dengan berbantuanmoodle.Moodle merupakan singkatan dari Modular object- oriented dynamiclearning environment adalah paket perangkat lunak untuk memproduksi kursusdan situs web berbasis internet (Chourishi dkk, 2011).

Moodle adalah CourseManagement System, juga dikenal sebagai Learning Management System ataulingkungan belajar virtual. Ini adalah aplikasi web gratis yang dapat digunakanpendidik untuk membuat situs pembelajaran online yang efektif.

E-learning berbasis moodle yang dikembangkan menggunakan android.Goksu dan Atici, mengatakan bahwa fakta belajar melalui teknologimobile atau android saat ini sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yangdiperlukan sesuai dengan deskripsi seorang pendidik menunjukkan bahwaperangkat ini harus digunakan dalam lingkungan belajar.Kim dan Park (2019),Informasi dapat diputar dan peserta didik dapat bekerja pada kecepatannya sendiri.Peserta didik dapat berlatih pengetahuan dan keterampilan secara berulang-ulangtanpa batasan waktu.

Penelitian yang dilakukan Shurygin dan Sabirova (2017), e- learningmoodle dalam fisika yang digunakan dalam pembelajaran dapat mengintensifkanproses belajar, meningkatkan kerja mandiri peserta didik, meningkatkan minatpeserta didik pada mata pelajaran yang dipelajari dan merupakan sarana pentingdalam manajemen pembelajaran. Dilihat dari penelitian-penelitian sebelumnyapeneliti sudah mengembangkan media pembelajaran e-learning berbasis moodledengan melakukan beberapa inovasi.E-learning berbasis moodle yangdikembangkan dalam bentuk bahan ajar dimana bahan ajar yang dibuat adalah sebuah bahan ajar e-learning berbasis moodle pada materi hukum newton.

(15)

5

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya serta melihat kondisi di SMA N 1 Lintau Buo dikembangkan bahan ajar e- learning berbasis Moodle yang dapat menghubungkan pengetahuan peserta didik dengan teknologi.Pegembangan itu dikemas dalam judul penelitian

“Pengembangan Bahan AjarE-Learning BerbasisMoodle pada Materi Hukum Newton Kelas X SMA/MA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana validitas dari bahan ajar e-learning berbasisMoodlepada materi hukum newton kelas X SMA/MA ?

2. Bagaimana praktikalitas dari bahan ajar e-learning berbasis Moodlepada materi hukum newton kelas X SMA/MA ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka penelitian ini bertujuanuntuk:

1. Mengetahui validitas praktikalitas bahan ajare-learning berbasis Moodlepada materi hukum newton kelas X SMA/MA.

2. Mengetahui praktikalitas bahan ajare-learning berbasis Moodlepada materi hukum newton kelas X SMA/MA.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa bahan ajaronline dalam bentuk e-learning berbasis moodle.Dengan menggunakan media pembelajaran ini pesertadidik dan pendidik dapat melakukan pembelajaran dimana pun dan kapan puntanpa perlu adanya ruang kelas yang nyata. Bentuk bahan ajar e-leraning berbasis moodle ini hanya bisa digunakan pada saat online. Siswa yang dapat melihat dan menggunakan bahan ajar e-learning berbasis moodle ini harus didaftarkan terlebih dahulu

(16)

oleh admin. Pada bahan ajar e-learning berbasis moodle ini terdapat sebuah handout dimana handout tersebut dibuat dengan langkah-langkah pendekatan saintifik yang dirancang di microsof word terlebih dahulu, setelah itu handout tersebut di apload kedalam media moodle.

E. Pentingnya Pengembangan

Pentingnya pengembangan ini adalah :

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu inovasi dalam pengembangan bahan ajar dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1)

2. Bagi peserta didik, sebagai pedoman dalam pembelajaran fisika dan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar serta menambah pengetahuan tentang teknologi dalam materi pelajaran.

3. Bagi guru, sebagai salah satu masukan bahan ajar yang bisa digunakan dalam pembelajaran dan mempermudah guru dalam proses mengajar.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi

Asumsi yang mendasari pengembangan bahan ajare-learning berbasisMoodle adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dengan menggunakan bahan ajar e-learning berbasis Moodle.

b. Aktivitas peserta didik akan lebih terarah dalam belajar dengan menggunakan bahan ajar e-learning berbasis Moodle. Setelah mempelajari bahan ajar e-learning berbasis Moodlecara berpikir peserta didikmengenai pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematis lebih imbang.

(17)

7

2. Keterbatasan pengembangan

Pengembangan bahan ajar e-learning berbasis Moodledilakukan dengan 4 tahap yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran yang disebut dengan 4P atau 4D. Namun dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian hanya sampai tahap pengembangan dan tidak melakukan tahap penyebaran.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesulitan dalam memahami penelitian ini maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Pengembangan adalah menghasilkan atau menyempurnakan produk tertentu, dan yang penulis maksud adalah bahan ajar. Dalam hal ini penulis akan mengembangkan bahan ajar e-learning aplikasi Moodlepada materi Hukum Newton.

2. Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan selama proses pembelajaran untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik

3. Bahan ajar adalahsegala bentuk bahan ( baik itu informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

4. Bahan ajar e-learningadalah sebuah pembelajaran online dimana bahan ajar yang di buat secara manual dan kemudian di apload kedalam pembelajran online tersebut, sehingga membantu guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

5. Handout adalah bahan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dan diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk membantu siswa saat mengikuti proses pembelajaran.

(18)

6. Pendekatan Saintifikadalah proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedimikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya.

7. Moodle (Modular Object Oriented Dynamic LearningEnvironment) Merupakan rancangan software untukkegiatan pembelajaran berbasis internet dan website yangdapat digunakan secara bebas. Moodle adalah sebuah aplikasi dimana kita bisa memasukan bahan ajar atau materi ajar yang telah kita buat kedalamnya dan bisa memasukan berbagai macam tugas untuk di download secara langsung oleh siswa.

(19)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Raharjo dalam Cecep Kustanti (2013: 7)menyatakan bahwa media pembelajaran adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.

Disamping itu AECT (Association of Education and Communication Techhnology) dalam Cecep Kustandi (2013: 8) menyatakan bahwa media merupakan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media pembelajaran digunakan untuk memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan selama proses pembelajaran.

Media pembelajaran juga diartikan sebagai alat-alat yang digunakan di lingkungan belajar peserta didik dan dapat meransang atau memberi dorongan kepada peserta didik selama proses pembelajaran seperti video, mulimedia, teks atau pun benda asli yang berada di sekitar peserta didik (Yaumi, 2013: 258)

Secara umum dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan selama proses pembelajaran untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan peseta didik.

Bentuk media pembelajaran berupa multimedia, video, teks, dan benda-benda asli yang digunakan dalam pembelajaran.

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2011: 15) mengemukakan bahwa penggunaan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung dapat membangkitkan keinginan dan minat peserta didik, memberikan motivasi belajar dan ransangan kepada peserta didik serta psikologis peserta didik akan dipengaruhi juga oleh media pembelajaran yang digunakan. Penggunaan media

(20)

pembelajaran pada orientasi pembelajaran berfungsi untuk membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan danisi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik menigkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.

Adapun manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik yaitu: (Sudjana dan Rivai,2005: 2)

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi apabila guru mengajar setiap jam pelajaran

4. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan demonstrasi, memamerkan, dll.

c. Klasifikasi Media Pembelajaran

Perkembangan media dalam era globalisasi ini sesuai dengan perkembangan teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Cecep Kustandi (2013:29) mengelompokkan media menjadi 4 kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, (3) media hasil teknologi audio-visual, (4) media hasil teknologi cetak dan komputer.

Penguraian media adalah sebagai berikut : 1. Media Hasil Teknologi Cetak

Azhar Arsyad (2011:29) mendefinisikan teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materimelalui proses pencetakan mekanis atau fotografis seperti buku, kartu dan

(21)

11

materi visual statis lainnya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Cecep Kustandi bahwasanya teknologi cetak atau media cetak merupakan suatu perantara materi yang diberikan oleh guru kepada peserta didik melalui media cetak seperti buku pelajaran, LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dan modul. Di samping itu, Cecep Kustandi (2013:30) mengemukakan ciri-ciri media teknologi cetak adalah teks yang dapat dibaca, dapat dilihat secara visual, dapat ditampilkan secara terus menerus, pengmbangannya tegantung pada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual yang diatur, berorientasi pada peserta didik dan dapat diatur ulang informasinya oleh pemakai.

Ciri-ciri media hasil teknologi cetak sangat berkesesuaian dengan contoh teknologi cetak dalam kehidupan sehari-hari. Media teknologi cetak dapat berupa teks, foto atau representasi fotografik, grafik, dll. (Azar Arsyad, 2011:30). Media hasil teknologi cetak menghasilkan media pembelajaran dalam bentuk media cetak.

Azhar Arsyad (2011:30) membagi komponen pokok teknologi cetak menjadi dua yaitu materi yang berupa teks atau materi yang bisa dilihat dan bekaitan erat dengan membaca, memproses informasi, persepsi visual dan teori belajar.

2. Media Hasil Teknologi Audio-Visual

Media hasil teknologi audio-visual adalah gabungan dari dua media, yaitu media audio dengan media visual. Cecep Kustandi (2013:30) mendefinisikan media hasil teknologi audio-visual merupakan cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik, untuk menyajikan pesan- pesan audio dan visual. Azar Asyad memberikan contoh media hasil teknologi audio-visual dalam bentuk proyektor film, tape recorder, dan proyektor yang lebar.

(22)

Berikut ini ciri-ciri media hasil teknologi audio-visual:

“1) mereka biasanya bersifat linear, 2) mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis, 3) mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuat, 4) mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstark, 5) mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif, 6) umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah”. (Azhar Arsyad,2011:31)

Karakteristik media hasil teknologi audio-visual hampir sama dengan karakteristik media cetak di atas. Hal ini dikarenakan karakteristik pertama dari kedua media sama-sama bersifat linear.

Pengajaran melalui audio visual adalah pengajaran melalui visual seperti melalui teks ditambahkan audio/suara, hal ini dapat dilihat contohnya pada video pembelajaran. Azhar Arsyad (2011:30) mengungkapkan pembelajaran menggunakan media audio visual dapat digunakan dengan cara di dengar dan di lihat sesuai dengan pemahaman atau simbol-simbol yang mirip.

3. Media Hasil Teknologi Komputer

Media hasil teknologi komputer merupakan media yang pembelajaran yang menggunaka teknologi komputer. Disisi lain, Cecep Kustandi (2011:30) mendefinisikan teknologi berbasis komputer adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis micro- processor. Cecep Kustandi (2011:30) mengemukakan ciri-ciri media hasil teknologi komputer (baik perangkat lunak maupun perangkat keras) adalah dapat digunakan secara acak, secra linier, dapat digunakan berdasarkan keinginan peseta didik atau berdasakan perancang sebagaimana yang direncanakan, gagasan- gagasan yang disajikan dalm bentuk kata-kata, berbentuk gafik dan simbol. Pembelajaran dengan menggunakan media melibatkan peserta didik secara aktif.

(23)

13

Dalam pernyataan di atas tergambar karakteristik media hasil teknologi komputer bahwa media komputer dapat digunakan secara acak. Media komputer dapat digunakan secara acak mengakibatkan media ini dapat digunakan berdasarkan keinginan peserta didik atau perancang sendiri. Media ini dalam pengembangannya menggunaan prinsip-prinsip ilmu kognitif.

Pada dasarnya media hasil teknologi komputer menggunakan layar komputer sebagai penyalur materi antara guru dan peserta didik. Azhar Arsyad (2011:30) berpendapat aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction (pembelajaran dengan bantuan komputer). Aplikasi tersebut dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin dicapai meliputi tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap), drills and practice (latihan untuk membantu peserta didik menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya), permainan dan simulasi (latihan mengaplikasikan pengetahuan dan dan keterampilan yang baru dipelajari) dan basis data (sumber yang dapat membantu peserta didik menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginan masing- masing) (Azhar Arsyad, 2011:30)

4. Media Hasil Teknologi Cetak dan Komputer

Media hasil teknologi cetak dan komputer disebut juga dengan media hasil teknologi gabungan, hal tersebut dikarenakan media ini hasil gabungan teknologi cetak teknologi komputer.

Cecep Kustandi (2013:31) mendefinisikan teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang mengabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer.

Perpaduan dua teknologi dianggap sebagai teknologi yang paling canggih diantara beberapa media lainnya. Azhar Arsyad (2011:32) menambahkan media ini dikendalikan oleh komputer

(24)

yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random access memory yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periferal. Bahan ajar handout berbasis Moodle ini pertama-tama nantinya akan dibuat dengan teknologi cetak kemudian di masukan kedalam aplikasi Moodle tersebut, sehingga siswa dapat mengdownload bahan ajar tersebut secara bebas.

2. Bahan Ajar

a. Pengertian bahan ajar

Bahan ajar merupakan unsur yang amat penting dalam suatu pembelajaran. Tanpa kehadiran bahan ajar, mustahil tujuan pembelajaran akan tercapai dan kompetensi dasar dikuasai oleh siswa. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan ajar yang dimaksud adalah bahan tertulis maupun tak tertulis. Bahan juga merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd., bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tak tertulis (Depdiknas, 2008: 7).

Sedangkan menurut Sadjati dalam (Prastowo, 2012: 138) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.

Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

(25)

15

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik itu informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Contohnya: buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio,dan bahan ajar interaktif.

b. Jenis-jenis bahan ajar

Bahan ajar dapat membantu guru dalam proses pembelajaran, dan penyediaan bahan ajar yang tepat dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam proses pembelajaran. Menurut jenis nya bahan ajar tersebut dapat dibedakan menjadi bahan ajar menurut sifatnya, bahan ajar menurut bentuknya, dan bahan ajar menurut cara kerjanya.

Bahan ajar menurut sifatnya dikelompokkan menjadi empat macam (Prastowo, 2012 : 42-43), yaitu :

1) Bahan ajar yang berbasiskan cetak misalnya: buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah serta koran dan lain sebagainya.

2) Bahan ajar yang berbasis teknologi misalnya: audiocassette, siaran radio, slide, film strips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia.

3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek misalnya:

kit sains, lembar observasi,dan lembar wawancara, dan lain sebagainya.

4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), contohnya:

telepon, handphone, dan video conferencing dan lain sebagainya.

Bahan ajar menurut bentuknya dikelompkkan menjadi empat macam (Prastowo, 2012 : 40-41), yaitu:

1) Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya: lembar kerja siswa,

(26)

brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan modul atau market.

2) Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya: kaset, radio, piringan hitam dan compact disk audio dan film.

3) Bahan ajar interaktif(interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio teks, grafik, gambar, dan animasi video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberiperlakuan untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya: compact disk interactive.

Bahan ajar menurut cara kerjanya dikelompokkan menjadi empat macam (Prastowo, 2012 : 41-42), yaitu:

1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya, sehingga siswa langsung mempergunakan (membaca, melihat, mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya: foto, diagram, display, model dan lain sebagainya.

2) Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan dipelajari siswa. Contohnya: slide, filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi komputer.

3) Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita mesti memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, vcd player, multimedia player, dan sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini adalah: kaset, CD, flash disk, dan lain-lain.

4) Bahan ajar vidio, yakni bahan ajar yang memerlukan pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player dan sebagainya.

Dari penjelasan jenis-jenis bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa jenis dari bahan ajar tersebut dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu jenis bahan ajar menurut sifatnya, jenis mahan ajar menurut bentuknya, dan jenis bahan ajar menurut cara kerjanya.

c. Fungsi bahan ajar

Menurut Prastowo (2012: 24-25), fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Fungsi bahan ajar bagi pendidik

a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar

(27)

17

b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator

c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif

d) Pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik

e) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran 2) Fungsi bahan ajar bagi peserta didik

a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain

b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki

c) Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing

d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri

e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri

f) Pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

Dari penjelasan fungsi bahan ajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bahan ajar dibedakan menjadi dua macam yakni fungsi bahan ajar bagi pendidik dan fungsi bahan ajar bagi peserta didik. Secara hakikatnya fungsi bahan ajar memudahkan dalam proses pembelajaran, tetapi jika dilihat bagi pendidik, bahan ajar juga dapat berfungsi sebagai alat evaluasi dari latihan-latihan dari lembar kerja yang terdapat pada komponen modul. Selain itu, bagi peserta didik pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan langkah-langkah kegiatan akan lebih terarah sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami materi.

(28)

3. Handout

a. Pengertian handout

Menurut Echols dan Shadily dalamAndi Prastowo (2012:78) mengartikan bahwa Handout adalah sesuatu yang diberikan secara garis. Sementara itu, Mohammad dalam AndiPrastowo(2012:78) memaknai Handout sebagai selembar (atau beberapa) lembar kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada siswa.

Dalam pandangan lainnya, handout bahkan diartikan sebagai “segala sesuatu” yang diberikan kepada siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.Kemudian ada juga yang mengartikan handout sebagai bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang pendidik untuk memperkaya pengetahuan siswa.Jadi handout dibuat dengan tujuan untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi siswa (Andi, 2012:78).

Berdasarkan beberapa pandangan yang telah dikemukakan tersebut, dapat kita pahami bahwa handout adalah bahan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dirancang oleh pendidik dan diberikan kepada peserta yang bertujuan untuk membantu siswa saat mengikuti poses pembelajaran.

b. Unsur-unsur handout

Sebagai bahan ajar, handout tersusun atas beberapa unsur atau komponen-komponen penyusunnya. Jika dibandingkan dengan struktur bentuk bahan ajar cetak lainnya, handouttergolong yang paling sederhana, karena hanya terdiri atas dua unsur (komponen), sedangkan yang lainnya lebih dari empat unsur. Adapun kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut(Andi,2012:82): 1)Identitas handout. Unsur ini terdiri atas nama madrasah,kelas, nama mata pelajaran, pertemuan ke-, handout ke-, jumlahhalaman, dan mulai berlakunya handout; 2) Materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan.

Kemudian ditambahkan oleh Andriani dalam Andi Prastowo (2012:83) bahwa handout dapat berisi penjelasan, pertanyaan dan

(29)

19

kegiatan para siswa, dan pemberian umpan balik ataupun tindak lanjut.

Sehingga handout menjadi bahan ajar yang bisa diperkaya dengan berbagai macam fungsi, salah satunya sebagai alat evaluasi. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat tiga komponen dalam pembuatan handoutdiantaranya adalah 1) Identitas handout; 2) Materi pokok; 3) Kegiatansiswa (Andi,2012:83).

Maka dari penjelasan tentang komponen–komponen handout di atas dapat ditarik kesimpulah bahwasannya hal–hal yang harus ada dalam sebuah Handout ialah:

1) Identitas handout seperti:

a) Satuan pendidikan / sekolah

b) Kelas materi pelajaran, KD dan indikator materi c) Pertemuan / handout ke-

2) Materi pokok yang berisi ringkasan materi

3) Kegiatan siswa yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

4. MOODLE (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment)

Moodle merupakan salah satu LMS open source yang dapat dengan mudah dipakai untuk mengembangkan system e-learning.

Dengan moodle e-learning dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Salah satu keuntungan bagi pendidik membuat pembelajaran online berbasis LMS adalah kemudahan.Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek atau merupakan paket lingkungan pendidikan berbasis web yang dinamis (Pandu Dkk : 2015 : 2).

Moodle merupakan perangkat lunak open source yang mendukung implementasi e-learning dengan paradigma terpadu dimana berbagai fitur penunjang pembelajaran dengan mudah dapat diakomodasi dalam

(30)

suatu portal e-learning. Moodle berfungsi sebagai alat bantu yang efektif dalam menyediakan fasilitas pembelajaran karena dilengkapi dengan fitur-fitur penting penunjang pembelajaran seperti tugas, quiz, chat, kolaborasi, serta fitur utama yang dapat meng-upload berbagai format materi pembelajan serta lebih mudah untuk dipahami karena informasi yang di sajikan tidak hanya berbentuk tulisan tetapi juga gambar dan video (Lovy Dkk : 2017 : 199).

Moodle mempunyai cakupan yang luas, paket perangkat lunak berbasisweb yang memungkinkan instruktur, pelatih, dan pendidik untuk membuatpembelajaran berbasis internet. Moodle menyediakan sistem yang handal danterorganisir, mudah digunakan untuk belajar secara tatap muka melalui internet.Salah satu keuntungan terbesar Moodle adalah bahwa perancang telah menjagatampilan dan nuansa yang konsisten selama bertahun-tahun, dan mereka berjanjiuntuk terus tetap konsisten sehingga setiap upgrade tidak merasa seperti itubagian dari perangkat lunak baru.Moodle memungkinkan pendidik dan pelatihuntuk membuat kursus online(Dr.Abd.Muis Dkk,2012 :20-22).

a. Mengenal E-learning Moodle

Moodle adalah suatu course content management yang diperkenalkanpertama kali oleh Martin Dougiamas.Nama moodle memberi suatu inspirasibagi pengembangan e-learning.Moodle merupakan sebuah CMS berbasis opensource yang saat ini digunakan oleh universitas, lembaga pendidikan, K-12School, bisnis dan struktur individual yang ingin mneggunakan teknologi webuntuk pengelolaan kursusnya. Moodle saat ini dipakai lebih dari 2000organisasi pendidikan di dunia untuk mengirimkan online source dan sebagaiperangkat tambahan.Model tersedia secara gratis sehingga siapa saja bisamendownload dan menginstalnya (Darmawan, 2014).

(31)

21

b. Praktik E-learning dengan Moodle

Praktik penggunaan e-learning dengan Moodle memiliki beberapatahapan dalam pembuatannya, yaitu:

1) Tahap Konvigurasi

Langka pertama untuk memulai desain yaitu dengan membuatkonfigurasi awal dari setingan moodle yang sudah diinstalkan padacomputer.Jika moodle sudah terinstal maka login dan password untukmasuk ke sistem sudah dipastikan terseting sebelumnya.

2) Merubah Password Melalui Moodle

Masuk ke struktur moodle sebelah kiri klik site administration,kemudian klik lagi di bawahnya security, selanjutnya perhatikan dan klikdank li di bawahnya ada site policies.

3) Mengubah Tema

Fasilitas untuk mengubah thema yaitu dengan memanfaatkan fasilitasyang hampir sama ketika melakukan perubahan password.

Langkah awalnyaadalah kli site administration, kemudian klik aparance selanjutnya kilkthemes dan akhirnya klik themes selector.

Setelah melakukan keperubahanyang sesuai maka langkah selanjutnya klik use themes.

4) Menampilkan Nama Tutor

Dalam desain e-learning menggunakan model diharapkan dapatdidesain antara dua belah pihak, yaitu desain peran untuk pendidik dandesain perannya untuk peserta didik. Langkah desain dimulai denganmenampilkan nama tutor, pada langkah ini kita dapat menyeting siapa yangakan menjadi tutornya. Kita klik ke properties site administration kemudianklik front page setting.Setelah memilih tutor baru klik save change.

(32)

5) Mengelola User

Untuk melakukan setting pembelajaran yang biasanya dilakukanmelalui e-learning dengan moodle, maka ada 3 pihak penting dalampelaksanaan pembelajarannya, yaitu programmer yang mungkin sebagaiadmin dalam layanannya. Pendidik sebagai user yang berperan menyiapkan,upload dan mengontrol siapa saja yang sedang online.Kemudian userpeserta didik yang merupakan pengguna semua layanan, melakukan interaksidengan para pendidinya.

6) Menambah User

Dalam e-learning yang didesain oleh moodle maka hal ini dapatdengan mudah dikembangkan.Tahap dalam menambahkan user adalah kliksite administration, kemudian klik users, kemudian klik lagi account dankemudian terakhir klik upload user.

7) Menambah User Dengan Format TXT

Ketika seorang pendidik akan mengajak siswanya melakukanpembelajaran secara online maka sebelumnya ia harus mendaftarkan semuasiswanyayang dikembangkannyateknik ini ditujukan guna untukmemberikan kemudahan siswa begitu harus aktif dan online dalam prosespembelajaran dengan sistem e- learning bersama dengan gurunya(Darmawan, 2014).

5. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pemebelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa. Proses Pembelajaran dapatdipadankan dengan suatu pendekatanilmiah.Dalam Kurikulum 2013pendekatan saintifik diyakini sebagaititian emas perkembangan danpengembangan sikap, ketrampilandan Pengetahuan siswa.Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya. Pembelajaran menggunakan

(33)

23

pendekatan saintifik merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Giffi Dkk, 2015 :98).

Penelitian yang dilakukanEdward (2011) yang dikutip dari jurnal fatayat menunjukkan bahwapembelajaran saintifik selain dapatmemberikan solusi terhadap gurudalam mengajar juga mampumemberikan peningkatankemampuan siswa, hal inidisebabkan dengan adanya pengaruhkemampuan pedagogik pada siswayang dikontruksi dengan sendirinya.Pendekatan saintifik merupakanpembelajaran yang berpusat padasiswa, sebagaimana prosespengalaman belajar yang ditempuholeh siswa seperti, mengamati,menanya, mencari informasi,mengasosiasi, dan mengkomunikasi(Fatayat : 46-47).

Sedangkan menurut Ridwan Abdul Sani (2014: 54-72) langkah – langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

a. Mengamati

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

b. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil

(34)

pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.Pada mata pelajaran IPA misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

d. Menalar

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.

e. Mengkomunikasikan

Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau

(35)

25

ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses.

6. Materi Hukum Newton dalam Handout dengan pendekatan saintifik Pada pengembangan handout menggunakan aplikasi Moodle dengan pendekatan saintifik ini difokuskan pada satu materi yaitu materi Hukum Newton dengan tinjauan sebagai berikut :

a. Kompetensi Inti

Kompetensi inti pada kurikulum 2013 adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Untuk mata pelajaran fisika kompetensi inti (KI) yang harus dicapai yaitu KI 3 dan KI 4.

(Permendikbud 2016:3)

KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya..

KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

(36)

KI-4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

a. Kompetensi Dasar

Pada pengembangan bahan ajar e-learning berbasis moodleini berfokus pada kompetensi dasar sebagai berikut:

KD 3.7 Menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa, dan gerakan benda pada gerak lurus

KD 4.7 Melakukan percobaan berikut presentasi hasilnya terkait interaksi gaya serta hubungan gaya, massa, dan percepatan dalam gerak lurus serta makna fisisnya.

b. Indikator

Indikator dirumuskan oleh guru mata pelajaran dengan mengacu pada kompetensi dasar dan standar kelulusan. Rumusan indikator harus dapat mengukur tiga kompetensi peserta didik, yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Contoh indikator dalam materi Hukum Newton adalah sebagai berikut:

1) Memahami Hukum Newton I, II, III

2) Merumuskan hubungan antara gaya dan percepatan benda 3) Merumuskan hubungan antara percepatan dan massa benda 4) Menyatakan hubungan antara gaya, massa dan percepatan benda 5) Mengidentifikasi penerapan Hukum Newton dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Contoh tujuan pembelajaran dalam materi hukum newton tentang gravitasi adalah sebagai berikut:

(37)

27

1. Peserta didik mampu memahami Hukum Newton I, II, III 2. Peserta didik mampu merumuskan hubungan antara gaya dan

percepatan benda

3. Peserta didik mampu merumuskan hubungan antara percepatan dan massa benda

4. Peserta didik mampu menyatakan hubungan antara gaya, massa dan percepatan benda

5. Peserta didik mampu mengidentifikasi penerapan Hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari.

7. Penelitian Pengembangan

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:

1). Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan suatu produk dan bukan untuk menguji teori (Herlanti, 2014: 16). Menurut Borg & Gall dalam buku Punaji Setyosari (2013: 287) , menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa penelitian pengembangan adalah proses yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk dan memvalidasi produk tersebut.

Penelitian pengembangan bisa menggunakan model pengembangan menurut Thiagarajan dan Semmel dalam Trianto (2009:

189) yaitu model 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu : tahap pendefinisian (define), tahap perancanaan (Design), tahap pengembangan (Develop), dan tahap penyebaran (Disseminate).

a. Tahap Pendefenisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefenisikan syarat- syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok

(38)

yaitu (1) analisis ujung depan; (2) analisis peserta didik; (3) analisis tugas; (4) analisis konsep; dan (5) perumusan tujuan pembelajaran.

b. Tahap perencanaan (design)

Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan propotipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari 3 langkah, yaitu: (1) penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah awal yang disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus.; (2) pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran; (3) pemilihan format.

c. Tahap pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah dievisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi: (1) validitas perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi;

(2) simulasi, yaitu kegiatan mengoperasinalkan rencana pembelajaran;

dan (3) Uji Coba terbatas.

1) Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan peneliti (Sugiyono, 2013: 267). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat (Lufri, 2005:115). Jadi validitas merupakan suatu kriteria menilai kualitas suatu alat dan prosedur pengukuran. Bila suatu alat dapat mengukur sesuatu yang hendak diukur dengan tepat maka alat ukur tersebut dapat dikatakan valid.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Suharsimi bahwasanya sebuah tes atau produk dikatakan valid apabila tes atau produk tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Asnelly Ilyas, 2006: 60).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan validasi terhadap produk yang dikembangkan yaitu bahan ajar e-learning, dan angket respon. Indikator validasi bahan ajar e-learning diantaranya;

(39)

29

Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan KI dan KD, karakteristik bahan ajar e-learning, kesesuaian bahasa, dan bentuk fisik (Azar Arsyad, 2011:175-176).

2) Praktikalitas

Praktikalitas merupakan bentuk pengukuran praktis atau tidaknya instrument yang didirancang. Menurut Zaenal Arifin (2009: 264) kepraktisan berarti kemudahan penggunaan suatu produk, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, mengolah dan menafsirkan, maupun mengadministasikannya. Cara menguji praktikalitas sebuah bahan ajar e-learning dengan menggunakan angket respon peserta didik dan angket respon guru.

Menurut Sukardi (2008:52), pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dari aspek - aspek berikut: (1) kemudahan penggunaan, meliputi: mudah diatur, disimpan, dan dapat digunakan sewaktu- waktu; (2) waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan sebaiknya singkat, cepat dan tepat; (3) perangkat memiliki daya tarik; (4) mudah diinterpretasikan oleh guru ahli maupun guru lain.

B. Penetian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Pandu Joyo Sampurno, Rizky Maulidiyah, Hidayah Zuliana Puspitaningrum (2015) dengan judul implementasi kurikulum 2013: MOODLE (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) dalam pembelajran fisika melalui lembar kerja siswa pada materi di SMA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Moodle dalam pembelajaran siswa kelas X semester 2adalah praktis yang ditandai dengan nilai rata- ratakepraktisan siswa. Selain itu, penggunaan LKS Fisikaberbasis ICT dengan LSM Moodle dinilai efektifdalam meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkannilai karakter mulia siswa dalam pembelajaran kelasX semester 2.

(40)

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan sebelumnya adala mengembangkan bahan ajar e-learning berbasisMoodle.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Budiharti, elvin Yusliana Ekawati, Pujayanto, daru Wahyuningsih, dan Fairusy Fitria H.dengan judul ”penggunaan blended learning dengan media moodle untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa SMP”. Didapatkan hasil bahwa dari hasil tes kognitif siswa yang mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II, denganrata-rata persentase siswa yang tuntas pada siklusI mencapai 50,69 % dan pada siklus IImencapai 77,8 %.

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan sebelumnya adalah mengembangkan bahan ajar e-learning berbasisMoodle.

Sedangkan peneliti sebelumnya melihat bagaimana penggunaan Blended learning dengan media Moodle untuk meningkatkan kemammpuan kognitif siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Jajo Firman Raharjo dan Herri Sulaiman (2017) dalam jurnal teori dan riset matematika vol 2 no.1 ISSN 2541-0660 dengan judul “mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematika diskrit dan pembentukan karakter kontruktivis mahasiswa melalui pengembangan bahan ajarberbantuan aplikasi education edmodo bermodelkan progresif pace “ di dapatkan hasil kemandirian mahasiswa setelah di lakukan pemebelajaran dengan menggunakan model progresif PACE hanya sebagian kecil mahasiswa yang dapat mengikuti pembelajran dengan baik dan sesuai dengan penilaian aktifitas siswa.

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan sebelumnya adalah mengembangkan bahan ajar e-learning berbasis Moodle pada materi Hukum Newton kelas X SMA/MA. Sedangkan peneliti sebelumnya mengembangan bahan ajar dengan bantuan aplikasi education edmodo bermodelkan progresif pace.

(41)

31

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lovy Herayanti, Muhammad Fuaddunnazmi, dan Habibi (2017) dalam jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi dengan judul “Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis Moodle ” di dapatkan hasil bahwa berdasarkan hasil pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah menggunakan media moodle diperoleh produk yang telah divalidasi dengan skor layak untuk di uji cobakan. Media pembelajaran moodle yang dikembangkan dilengkapi dengan perangkat berupa buku ajar, panduan moodle, dan instrument assessment yang juga telah divalidasi sehingga kelengkapan produk untuk uji coba skala lebih luas dapat dilakukan.

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan sebelumnya adalah mengembangkan bahan ajar e-learning berbasis Moodle pada materi Hukum Newton kelas X SMA/MA. Sedangkan peneliti sebelumnya mengembangan perangkat pembelajaran menggunakan Moodle dan peneliti sebelumnya menggunakan perangkat pembelajaran untuk dikembangkan berbasis Moodle tersebut.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ary Purnadi dan Herman Dwi Surjono (2016) dalam jurnal inovasi teknologi pendidikan vol 3 no 2 ISSN : 2407-0963 dengan judul “pengembangan bahan ajar berbasis web berdasarkan gaya belajar siswa untuk mata pelajaran fisika” di dapatkan bahwa hasil penembangan bahan ajar berbasis web memiliki 5 fitur pembelajaran. Kualitas kelayakan bahan ajar berbasis web berdasarkan gaya belajar menurut validasi oleh ahli media termasuk kategori baik dan validasi oleh ahli materi termasuk katergori sangat baik.

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan sebelumnya adalah mengembangkan bahan ajar e-learning berbasis Moodle pada materi Hukum Newton kelas X SMA/MA. Sedangkan peneliti sebelumnya mengembangan bahan ajar berbasis web berdasarkan gaya belajar siswa untuk mata pelajaran fisika.

(42)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pengembangan

Metode penelitian ini adalah penelitian Research and Development (R&D) yaang merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2012:407). Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahan ajar e-learning berbasis moodle pada materi Hukum Newton kelas X SMA/MA.

B. Model Pengembangan

Penelitian ini mengacu kepada model pengembangan model prosedural. Rancangan penelitian ini mengacu kepada model pengembangan menurut Thiagarajan dan Semmel (Trianto, 2009:189) yaitu model 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu : tahap pendefinisian (define), tahap perancanaan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate).

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini berdasarkan model pengembangan menurut Thiagarajan dan Semmel dalam Trianto (2009: 189) yaitu model 4- D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu : tahap pendefinisian (define), tahap perancanaan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Dengan demikian uraian rancangan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap pendefinisian (define)

Tujuan tahap ini adalah untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa langkah :

(43)

33

a. Wawancara dengan guru fisika SMA N 1 Lintau Buo

Melakukan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dilapangan. Kondisi dilapangan berupa permasalahan dalam pembelajaran Fisika dan harapan dari guru bidang studi dan peserta didik di sekolah ini. Permasalahan ini berupa hal yang menghambat dan hal yang tidak diinginkan dalam proses pembelajaran.

b. Analisis silabus

Analisis terhadap silabus bertujuan untuk mengetahui batas akhir dari materi pembelajaran yang disampaikan guru. analisis dari silabus ini juga bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara materi yang diajarkan oleh guru dengan kompetensi dasar,khususnya materi Hukum Newton.

c. Analisis bahan ajar

Analisis terhadap bahan ajar bertujuan untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan guru. Guru di SMAN 1 Lintau Buo memakai bahan ajar berupa buku paket yang dipinjam dari perpustakaan.

d. Melakukan studi litelatur

Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui bahan ajar yang akan peneliti kembangkan serta mengetahui format bahan ajar yang akan peneliti kembangkan. Bahan ajar yang akan penulis kembangkan adalah bahan ajar e-learning.

2. Tahap perancangan (design)

Setelah melalui tahap pendefinisian, selanjutnya dilakukan tahapdesain atau perancangan produk yang didesain berdasarkan pendapat RudiSusilana dan Cepi Riyana (2007:131-137), adapun langkah-langkah pada tahap ini adalah :

a. Identifikasi program

Pada tahap ini dilakukan identifiksi program yang dituangkan dalam Garis Besar Program Media (GMPB).

(44)

b. Membuat bagan alur (Flowchart)

Flowchart ini akan digunakan sebagai panduan merancangstoruboard. Flowchart adalah alur program yang dibuat dimulai dari pembuka (start), isi sampai keluar program (log out).

c. Menjabarkan disain produk secara meneluruh (Storyboard)

Langkah ketiga adalah membuat storyboard. Storyboard adalah uraian yang berisi tulisan dan gambar penjelasan masing-masing alur dalam flowcart.

d. Pengumpulan bahan

Bahan yang digunakan untuk mengembangkan bahan ajar e-learning berbasis moodle adalah buku, dan jurnal. Buku-buku yang didapatkan dari perpustakaan IAIN Batusangkar, dan juga jurnal-jurnal yang didapatkan di google scolar.

e. Pemograman

Analisis pemograman bahan ajar e-learning dikategorikan kepada dua bentuk yaitu :

1) Analisis spesifikasi teknis 2) Analisis kerja program f. Finishing

Pemograman ini telah selesai, langkah berikutnya adalah finishing, finishing adalh proses pengemasan program daalam bentuk ee- learning.

3. Tahap pengembangan (develop)

Hasil tahap pengembangan produk merupakan hasil terjemahan dari tahap perancangan. Bagian-bagian yang sudah dirancang dalam tahap perancangan akan disusun dan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah draf produk. Berikut uraian masing-masing tahap:

a. Tahap validasi

Ada dua macam validasi yang digunakan pada bahan ajar e-learning berbasis Moodle, yaitu:

Gambar

Tabel 3.1 Validasi Bahan Ajar E-Learning Berbasis Moodle  No  Aspek Validasi  Metode  Pengumpulan  Data  Instrumen Penelitian  1  Kesesuaian  tujuan pembelajaran dengan  KI dan KD   Diskusi  dengan  ahli  pendidikan  fisika  Lembar  validasi 2 Kesesuaian m
Tabel  3.3  Aspek  Praktikalitas  Bahan  Ajar  E-Learning  Bebasis  Moodle
Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian  Bahan ajar e-learning berbasis Moodlepada materi hukum
Tabel 3.4. Bobot Pernyataan PraktikalitasProduk  Pernyataan  Bobot pernyataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diaju- kan dalam penelitian ini adalah: Apakah me- lalui model pembelajaran kooperatif berbasis

Kawasan cagar budaya Trowulan dibagi menjadi 3 zona, yiutu zona inti, oendukung langsung, dan pendukung tidak langsung untuk pembedaan arahan dalam tiap-tiap zona. Zona

Pada dasarnya, CSR dan ISR memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosial perusahaan terhadap makhluk hidup yang berasa di

Saridin ketika ia berhasil menyelamatkan Kasultanan Rum dari tangan Johanspre. Sejak saat itu lenyap sudah nama Saridin, yang terdengar hanyalah nama Syekh

Soetomo 2 Cilacap Tengah

Pemanfaatan hasil samping sebagai sumber energi dapat membentuk sistem proses produksi tertutup (Gambar 5) yaitu model produksi mandiri energi dan air yang dapat memenuhi

Makian umumnya tidak teratur dan pada kawasan puncaknya bertebing terjal (lebih dari 30º), bentang alam ini terbentuk akibat dari karakter erupsi dari gunungapi Kie Besi yang

Sedikitnya jumlah genus di kawasan ini disebabkan karena kawasan mangrove Gasan Gadang berada pada kawasan intertidal, sehingga ketersediaan bahan sumber KOS atau