• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah: Menentukan reaksi atau derajat kemasaman dan kebasaan suatu tanah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah: Menentukan reaksi atau derajat kemasaman dan kebasaan suatu tanah."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang

Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman.

Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.

Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat isel dan macam kation yang diserap.

Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: masam, netral, dan basa.

Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.

Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan / konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+) maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan dengan nilai pH dijumpai 3 kemungkinan, yaitu : masam, netral dan basa (alkali). Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial.

Kemasaman aktif disababkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada kompleks jerapan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah:

Menentukan reaksi atau derajat kemasaman dan kebasaan suatu tanah.

(2)

Untuk mengetahui cara penetapan pH tanah dengan menggunakan pH meter dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah.

Mahasiswa mengetahui cara mengukur pH tanah dan dapat dijadikan sebagai informasi

apabila dilakukan penanganan lebih lanjut pada tanah tersebut.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur- unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).

Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).

Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).

Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau garam -garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).

pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan, dkk, 1997).

(4)

Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau s tatus kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).

pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedan gkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.

Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi.

tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam. Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah dan komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7 menunjukkan keadaan netral, pH kurang dari 7 itu menunjukkan keadaan asam, dan pH lebih dari 7 menunjukkan keadaan alkalis. (Ganesa Tanah, oleh Poerwowidodo, Institut Pertanian Bogor).

Kemasan tanah ada dua macam, yaitu:

1. Kemasaman aktif: Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh adanya ion H+ yang ada pada koloid tanah.

2. Kemasaman pasif: Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh ion H+ dan Al3+ yang ada pada kompleks jerapan tanah.

(5)
(6)

BAB III

METEDOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Tempat : Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi.

Hari/Tanggal : Kamis, 01 November 2012 Jam : 10.00 – 12.00 WIB

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:

Alat: Bahan:

1. Timbangan 1. Tanah 10 gram

2. Ayakan 2. KCl 10 ml

3. Mesin pengocok (Kottermann 4010) 3. H2O 10 ml 4. Tampi

5. Alas (kertas) 6. Tabung kocok 7. Pipet tetes 8. Labu ukur 9. Tabung reaksi

10. Kertas label

11. pH meter

12. Tissue

13. Elektroda gelas pH meter

14. Botol semprot dari palstik

3.3. Cara Kerja

1. Ayak tanah dengan menggunakan ayakan, ambil tanah yang paling halus.

2. Kemudian timbang tanah halus sebanyak 10 gram.

(7)

3. 10 gram tanah halus masukkan ke tabung kocok ditambah 10 ml air suling (1:1; yaitu 10 gram tanah dengan pelarut 10 gram).

4. Kocok kurang lebih 10 menit dengan mesin pengocok.

5. Ukur dengan pH meter (standarisasi dengan pH 4 dan pH 7).

6. Bilas elektroda dengan air suling dan keringkan dengan tisuue dan siap digunakan untuk sampel

lain.

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

KELOMPOK pH H2O pH KCl pH MUATAN TANAH (KCl – H2O)

I 4,94 3,94 -1,00

II 4,80 3,90 -0,90

III 4,98 3,99 -0,99

IV 4,75 3,87 -0,88

V 4,15 3,90 -0,25

VI 5,04 4,02 -1,02

4.2. Pembahasan

Dilihat dari pHnya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik.

Pada praktikum penentuan pH tanah (pH H2O dan pH KCl), adapun didapat data hasil setiap kelompok seperti data tabel diatas. Tanah pada lahan Universitas Jambi merupakan tanah ultisol yaitu tanah mineral yang pH-nya berada diantara 4-5,5. Pada kelompok I-V pH H2O dan pH KCl tidak jauh berbeda rata-rata berada pada pH 4-5. Akan tetapi, pada kelompok VI pH H2O = 5,04 dan pH KCl = 4,02 sedikit ada perbedaan dengan kelompok lain, ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak. Bila asam ini

(9)

sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H tetapi menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa.

Selain itu, Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk. Bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan organik dan tekstur.

Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam.

Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

Pada tanah yang masam dalam hal ini tanah ultisol, pengapuran sangat penting dilakukan, karena tujuan pengapuran adalah menetralisir kemasaman meniadakan pengaruh Al yang beracun, dan secara langsung menyediakan Ca bagi tanaman. Dua masalah utama yang melekat pada tanah-tanah masam bagi suatu tanaman adalah: Keracunan Alumunium, Kejenuhan Al yang lebih tinggi. Keracunan alumunium langsung merusak akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan dan translokasi kalsium maupun fospor.

(10)

BAB V KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH) tanah dapat disimpulkan bahwa :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah,

kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah.

2. Penetapan pH tanah dengan digital pH hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan

indikator universal yang sifatnya kualitatif.

3. Metode penetapan pH dengan cara elektrometrik dapat dengan menggunakan H2O atau pun KCl.

4. Fungsi dari penambahan H2O adalah untuk mengetahui kemasaman aktif, sedangkan fungsi dari

penambahan KCl adalah untuk mengetahui kemasaman potensialnya.

5. pH tanah ultisol lebih tinggi daripada pH oxizol, baik pada penembahan dengan H2O maunpun

KCl.

6. Berdasarkan penentuan dengan H2O, tanah ultisol tersebut bersifat sangat masam, dan oxisol

cukup masam.

7. Pengukuran pH tanah ultisol dan oxisol dengan larutan pengekstraksi KCl memberikan nilai pH

lebih rendah, yaitu 0,15-0,89 dibanding dengan yang menggunakan H2O.

8. tingkat kemasaman tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui pengaruh ion H dan

pengaruh tak langsung, yaitu tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur yang beracun.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Buckman N. C dan Brady C. B. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Foth. H. D. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.

Hardjowigeno. S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Pairunan,A. K. J. L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.

Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.

Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Tan H. Kim. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.

Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah. 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.

Universitas lampung. Bandar Lampung.

Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah acara VIII dengan judul Reaksi Tanah (pH Tanah) dilaksanakan di Laboratorium Tanah Umun, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Senin, 24 Maret 2013. Percobaan ini dilakukan untuk menetapkan pH tanah dari berbagai jenis tanah. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode elektrode gas (elektrometri), yaitu dengan menggunakan pH meter. Untuk mengukur pH aktual, tanah dicampur dengan aquades. Sedangkan pH potensial, tanah dicampur dengan KCl. Reaksi tanah (pH tanah) menunjukkan perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah. Reaksi tanah merupakan sifat kimia yang penting untuk diamati karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah seperti proses pembentukan mineral lempung, reaksi kimia dan biokimia tanah, dan status hara dalam tanah. Nilai pH tanah setiap jenis tanah berbeda-beda tergantung pada bahan induk, iklim, bahan organik, dan perlakuan manusia. Dalam percobaan diukur dua macam pH yaitu pH aktual dan pH potensial. Dari hasil percobaan didapat pH potensial tanah Entisol 5,18, Alfisol 6,79, Ultisol 5,20, Mollisol 6,08, dan Vertisol 7,15. Sedangkan untuk pH aktual Entisol 6,26, Alfisol 7,83, Ultisol 6,14, Mollisol 7,12, dan Vertisol 8,16.

Kata kunci : reaksi tanah, pH tanah, elektrometri, pH aktual

PENGANTAR

(12)

Tanah merupakan komponen penting bagi pertanian.Tanaman akan dapat tumbuh degan baik apabila kondisi tanah sesuaidengan kebutuhan tanaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu reaksi tanah (pH tanah). Reaksitanah (pH tanah) ini sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah yang nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan berdampak pada produktivitas tanaman.

Reaksi tanah menunjukkan reaksi asam dan basa di dalam tanah. Reaksi tanah tersebut akan mempengaruhi proses-proses di dalam tanah, seperti laju dekomposisi bahan organic, mineral, pembentukan mineral lempung,dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman lewat pengaruhnya terhadap ketersediaan unsure hara. Suatu tanah dapat bereaksi asam atau alkalis tergantung pada konsentrasi ion H dan OH. Reaksi pertama akan terjadibila kadar ion H lebih besar dibanding ion OH dan sebaliknya. Untuk mencirikan reaksi tanah tersebut dipakai istilah pH yang diartikansebagai nilai logaritma negative darikonsentrasi ion H (Mass, 1996).

Reaksi Tanah (pH tanah) merupakan salahsatu parameter tanah yang paling sering digunakan sebagai acuan proses kimiatanah. Metode pengukuran pH inidilakukan karena peralatannya yang murah, nilainya mudah dibaca, dan dapat mengetahui adanya elemen yang penting atau racun bagi pertumbuhan tanaman. pH tanah berfungsi dalam penentuan aktivitas hidrogen (H+) dalam larutan dan mengukur intensitas keasaman. Tanah memilik i nilai pH berkisar dari 3,5 sampai lebih dari 10 (Peverill et al., 2001). Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus dipertahankan pada pH sekitar 6,0 – 7,0 (Yohanes, 2012).

pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Jika pH larutan antara 6,0-7,0 Pospor akan tersedia bagi tanaman (Siradz, 2006).

Nilai pH akan mempengaruhi kelarutan atau ketersediaan unsur hara. Pada nilai pH sekitar netral, kelarutan unsur hara makro seperti P dan K tinggi, sedangkan kelarutan unsur hara mikro seperti Al dan Fe rendah. Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara elektrometrik dan kalorimetrik, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan. Elektrometrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan pH meter Beckman, sedangkan kalorimetrik dapat dikerjakan dengan kertas pH, pasta pH, dan larutan universal (Hidayanto et al., 2004).

Tanah asam terkadang dianggap tidak subur karena menyebabkan penurunan ketersediaan beberapa nutrisi dan peningkatan logam berat ke tingkat beracun. Dalam hal ini, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanah menjadi asam (Shi et al., 2009). Logam berat menyerap ke tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah solusi. Limbah industri dengan terkonsentrasi tinggi membuat kondisi pH tidak terkendali (Fonseca et al., 2009).

METODOLOGI

Pada Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Acara VIII dengan judul Reaksi Tanah (pH Tanah) yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2014 di Laboraturium Tanah Umum Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, alat-alat dan bahan-bahan yang digunaka adalah contoh tanah kering udara halus (ᴓ 2mm), aquadest, larutan KCL 1N, alat pH meter, dua buah cepuk pH, gelas ukur, timbangan, dan kertas stik pH universal. Alat – alat dan

(13)

bahan tersebut diproses dengan metode elektode gelas (elektrometri) dan metode kolorimetri.

Metode tersebut digunakan untuk mengetahui nilai pH dari masing-masing tanah.

Dalam praktikum kali ini, dilakukan beberapa langkah-langkah. Langkah pertama adalah tanah kering udara ᴓ 2mm ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam cepuk pH dan dibuat dua kali ulangan. Setelah itu, kedua cepuk pH tersebut diberi label (aquadest dan KCL). Pada cepuk pH berlabel aquadest ditambahkan aquadest sebanyak 25ml, sedangkan pada cepuk pH berlabel KCL ditambahkan KCL sebanyak 25ml yang diukur dengan gelas ukur.

Setelah aquadest dan KCL dimasukkan, lalu diaduk secara merata dan didiamkan selama 30 menit. Setelah didiamkan selama 30 menit, lalu pH tanah diukur dengan pH meter dan kertas pH sehingga didapatkan nilai pH pada setiap cepuk pH.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8.1 pH Aktual dan pH Potensial Tanah Golongan A1

No Jenis Tanah pH aktual (H2O) pH potensial (KCl)

1 Alfisol 6,20 5,18

2 Entisol 6,14 5,20

3 Mollisol 7,83 6,79

4 Vertisol 8,16 7,15

5 Ultisol 7,12 6,08

Reaksi tanah merupakan ukuran keasaman dan kebasaan suatu larutan tanah dimana pH tanah sendiri merupakan indikator pelapukan tanah, kandungan mineral dalam batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan, terutama pelindihan kation-kation basa dari tanah. Dalam tanah berkeadaan asam, ion H+ akan terkandung lebih banyak dibanding ion OH-. Begitu juga sebaliknya, dalam tanah berkeadaan basa, ion OH- yang terkandung lebih banyak dibandingkan dengan ion H+.

Faktor yang mempengaruhi nilai pH tanah adalah bahan induk, iklim, bahan organik, serta perlakuan manusia. Bahan induk masam mendorong terbentuknya tanah yang bersifat masam sehingga pH nya akan bersifat asam, sedangkan bahan induk basis akan membentuk tanah bersifat basis, sehingga pH nya akan bersifat basa. Iklim juga ikut berpengaruh untuk menentukan ph suatu tanah. Pada iklim didaerah basah (curah hujan tinggi) akan mendorong berkembangnya tanah yang bersifat masam, sedangkan iklim di daerah kering (curah hujan rendah) akan mendorong berkembangnya tanah yang bersifat basis. Selanjutnya adalah bahan organik. Tanah yang memiliki kandungan bahan organik sedikit, akan memiliki nilai pH yang tinggi dan bersifat basa, sedangkan tanah yang memiliki kandungan bahan organik banyak akan memiliki nilai pH yang rendah sehingga bersifat asam akibat banyaknya asam-asam organik hasil proses humifikasi. Faktor keempat adalah perlakuan manusia terhadap pH yaitu pada penggunaan pupuk dan bahan amelioran. Bila pupuk yang digunakan mempunyai sifat fisiologis masam, maka akan menurukan pH tanah sedangkan bila pupuk yang digunakan menggunakan bahan amelioran yang bersifat basis (kapur), maka pH tanah akan meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi ph tanah yaitu karena adanya sifat misel. Sifat misel yang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H terjerap menyebabkan PH tanah berbeda pada koloid yang berbeda, walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah mendisosiasikan ion H ke dalam larutan tanah. Pada kejenuhan basa 50%, kisaran PH tanah organik antara 4,5 – 5,0, liat silikat 5,2 – 5,9 dan hidrus oksida 6,0 – 7,0. Banyaknya kation yang terjerap juga berperan dalam

(14)

penentuan PH tanah. Koloid yang mengandung natrium (Na) lebih tinggi mempunyai nilai PH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama.

Berdasarkan hasil percobaan, didapat nilai ph aktual (H2O) berbagai jenis tanah dimulai dari yang terbesar hingga terkecil yaitu vertisol > alfisol > mollisol > entisol > ultisol. Sedangkan untuk ph potensial (KCl) urutan nilainya dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah vertisol >

alfisol > mollisol > ultisol > entisol.

Tanah Vertisol memiliki ph aktual sebesar 8,16 sedangkan ph potensialnya sebesar 7,15.

Kedua ph tersebut merupakan ph tertinggi dibanding dengan jenis tanah lainnya. Dalam hal ini berarti vertisol memiliki kecenderungan basa. Hal ini disebabkan karena vertisol memiliki kandungan lempung montmorillonit yang tinggi dimana lempung ini memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi. Kejenuhan basa mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dan alumunium. Dengan kejenuhan basa yang tinggi, vertisol memiliki pH yang tinggi pula.

Selain itu, tanah ini terbentuk dari induk batuan napal yang banyak mengandung kapur (Ca2+) sehungga bersifat basis. Apabila dibandingkan dengan menurut Prasetyo (2007) dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Volume 9 halaman 20-31, Vertisol memiliki nilai pH berkisar antara 5,5 sampai 7,4. Hal itu dapat terjadi karena secara kimiawi Vertisol tergolong tanah yang relatif kaya akan hara karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi. Dengan demikian, tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali.

Mollisol memiliki nilai ph aktual sebesar 7,12 sedangkan ph potensialnya sebesar 6,08.

Mollisol memilki kandungan lempung yang cukup besar pula seperti vertisol. Tanah ini memiliki kejenuhan basa lebih dari 50% sehingga memiliki kecendrungan pH netral sampai basa. Namun pada nilai ph potensial terlihat bahwa mollisol cenderung memperlihatkan ph yang asam. Hal ini menunjukan bahwa tanah mollisol memiliki daya potensial yang tinggi untuk berubah menjadi asam karena penambahan KCl. Apabila dibandingkan dengan teori pH tanah Mollisol sudah sangat mendekati yaitu 6,4-7,5 (Szreniawska et al., 1996)

Alfisol memiliki nilai ph aktual sebesar 7,83sedangkan ph potensial bernilai 6,79. Tanah ini merupakan tanah yang memiliki status basa rendah dengan kebutuhan kejenuhan basa sebesar 35% atau lebih. Sumber keasaman tanah ini berasal dari hidroksi aluminium. Selain itu, tanah ini terbentuk dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa dengan kandungan bahan organik rendah. Jika dibandingkan dengan percobaan yang lain ternyata hasilnya untuk nilai ph sudah cocok yaitu Tanah Alfisol memiliki PH sebesar 4,3-7,4 (Beery and Wilding, 1971).

Entisol memiliki ph aktual sebesar 6,26 dan ph potensial sebesar 5,18. Tanah ini tergolong meiliki kandungan mineral yang cukup tinggi karena mengandung pasir yang cukup banyak. Kejenuhan basa jenis tanah ini cukup rendah dengan kecenderungan masam sangat kuat pada PH aktualnya. Tanah ini merupakan tanah yang masih muda dan mengalami perkembangan sehingga sebagian besar unsur haranya masih dalam bentuk terikat mineral primer (belum tersedia bagi perakaran tanaman).Tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah kurang dari 0,8 %.Karena masih dalam proses perkembangan tanah ini mempunyai pH yang bermacam-macam dengan kecenderungan asam hingga netral. Jika dibandingkan dengan percobaan lain, data untuk nilai ph tanah entisol yang didapat sudah cocok dengan teori yang ada yaitu tanah Entisol memiliki ph 4,7-5,8 (Melgar et. al., 1992).

Ultisol memiliki ph aktual sebesar 6,14 dan ph potensial sebesar 5,20. Tanah ini terbentuk dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik dan breksi beku intrusi yang bersifat asam.

Ultisol memiliki ciri-ciri yang cukup mirip, tetapi yang membedakan adalah ultisol lebih bersifat

(15)

masam. Hal ini terjadi karena tanah ini merupakan tanah yang telah berkembang lanjut sehingga semua unsurnya telah terfeolindi dan kandungan bahan organiknya sangat kecil. Tanah ini memiliki kesuburan aktual dan potensial yang sangat rendah. Tanah ultisol memiliki status basa yang rendah dengan prosentase kejenuhan basa sangat rendah yaitu kurang dari 35%. Sumber keasaman tanah ini disebabkan karena adanya hindrolisa aluminium yang dapat ditukar (Al3+).

Namun, secara teori tanah ultisol seharusnya memiliki nilai ph kecil yaitu kecil dari 5,5.

Penyimpangan ini terjadi Apabila dibandingkan dengan percobaan lain, diketahui bahwa sifat yang dikeluarkan oleh tanal ultisol adalah netral hingga asam. Hal ini sudah cocok terhadap hasil percobaan yang telah dilakukan. Selain itu diketahui bahwa nilai ph tanah ultisol yaitu 3,1- 6,8 (Dorner et. al., 2010).

pH berhubungan erat dengan unsur hara yang ada pada tanah. Unsur-unsur hara tersebut mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Tanah yang kaya akan bahan organik cenderung netral dan sedikit basis. Tanaman akan optimal menyerap unsur hara pada pH netral tanah (6,5).

Tanaman yang berada pada kondisi yang tidak sesuai dengan sifat tanah tanaman akan tumbuh secara tidak optimal dan bisa mati. Kesesuaian pH tanah dan jenis tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena tanah sebagai tempat penyedia bahan/unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Reaksi (pH) tanah juga berkaitan erat dengan kesuburan tanah (ketersediaan unsur hara), baik hara makro maupun hara mikro. Meningkatnya kelarutan ion-ion Al, dan Fe dan juga meningkatnya aktifitas jasad-jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan pH tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro kebalikannya yakni lebih tersedia pada pH yang lebih rendah. Tersedianya unsur hara makro, seperrti nitrogen, fosfor, kalium dan magnesium pada pH 6,5. Unsur hara fosfor pada pH lebih besar dari 8,0 tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca.

Sebaliknya jika pH turun menjadi lebih kecil dari 5,0 maka fosfat kembali menjadi tidak tersedia.

Hal ini dapat menjadi karena dalam kondisi pH masam, unsur-unsur seperti Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat yang semula tersedia akan diikat oleh logam-logam tadi sehingga tidak larut dan tidak tersedia untuk tanaman. Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus dipertahankan pada pH sekitar 6,0 – 7,0 (Yohanes, 2012).

Berdasarkan banyaknya ion H- yang terdapat di dalam larutan tanah dikenal dua macam pH, yaitu pH aktual dan pH potensial. pH aktual merupakan pengukur pH tanah dalam larutan air atau keasaman yang terukur dari ion H- yang terdapat dalam larutan tanah, sedangkan pH potensial merupakan pengukur pH tanah dalam larutan garam atau kemasaman yang terukur dari ion H- selain di dalam larutan tanah juga di kompleks jerapan tanah, sehingga pada pH potensial, ion H- yang terukur lebih banyak dari pada pH aktual. Oleh karena itu, perhitungan pH= - log (H+) maka

(16)

semakin banyak ion H- yang terukur semakin rendah nilai pHnya. Pada praktikum ini, pH aktual mempunyai bahan pendesak yaitu H2O sedangkan pada pH potensial adalah garam KCl. Selisih pH potensial dengan pH aktual disebut dengan muatan tanah. Jika nilai pH potensial lebih besar, maka muatan yang mendominasi adalah muatan negatif, begitu pula sebaliknya. Jika pH potensial lebih rendah daripada pH aktual, maka muatan positiflah yang mendominasi.

Dalam pengolahan tanah ditemukan kondisi dimana tanah terlalu masam atau tanah terlalu basa. Kondisi pH tanah terlalu masam untuk menaikannya dapat ditambah bahan ameliorant yang dapat berupa bahan organik seperti abu vulkan, kapur, tanah mineral dan pupuk kandang. Pada kondisi tanah yang pHnya basa dapat diturunkan dengan menambahkan belerang/sulfur/peat moss yang bersifat asam sehingga pH tanah yang basa tadi dapat turun.

KESIMPULAN

1. Urutan tanah dengan nilai pH H2O tertinggi sampai terendah adalah Vertisol, Alfisol, Mollisol,

Entisol, Ultisol dengan nilai pH masing-masing 8,16; 7,83; 6,26; 5,6; 6,14.

2. Urutan tanah dengan nilai pH KCl tertinggi sampai terendah adalah Vertisol, Alfisol, Mollisol,

Ultisol, Entisol dengan nilai pH masing-masing 7,15; 6,79; 6,08; 6,20; 5,18.

DAFTAR PUSTAKA

Beery, M. and L. P. Wilding. 2006. The relationship between soil ph and base saturation percentage for surface and subsoil horizons of selected mollisols, alfisols, and ultisols in Ohio. The Ohio Journal of Science 71:43-55.

Dörner, J., P. Sandoval, and D. Dec. 2010. The role of soil structure on the pore functionality of an Ultisol. Journal Soil Science Plant Nutrient 10:495-508.

Fonseca, B., A. Teixeira, H. Figueiredo, dan T. Tavares. 2009. Modelling of the Cr(VI) transport in typical soils of the North of Portugal. Journal of Hazardous Materils 167:756–762.

Hidayanto, M., W.A. Heru, dan F. Yossita. 2005. Analisis tanah tambak sebagai indikator tingkat kesuburan tambak. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 7: 180-186.

Mass, A. 1996. Ilmu Tanah danPupuk. AkademiPenyuluhPertanian (APP), Yogyakarta.

Melgar, R. J., T. J. Smyth, P. A. Sanchez, and M. S. Cravo. 2007. Fertilizer nitrogen movement in a Central Amazon Oxisol· and Entisol cropped to corn Fertilizer. Research 31:241-252.

Peverill, K.I., L.A. Sparrow, dan D.J. Reuter. 2001. Soil Analysis: An Interpretation Manual. CSIRO, Australia.

Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah Vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9: 20-31.

Shi, W., J. Liu, Z. Du, Y. Song, C. Chen, dan T. Yue. 2009. Surface modelling of soil pH. Geoderma 150:113–119.

Siradz, S.A. 2006. Degradasi lahan persawahan akibat produksi biomassa. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6:47-51.

(17)

Szreniawska, M. D., A. Wyczolkowski, B. Jozefaciuk, A Ksiczopolska, J. Szymona, and J. Stawinski.

2006. Relation between soil structure, number of selected group of soil microorganism, organic matter content and cultivation system. Agrophysics 10:31-35

Yohanes. 2012. Hubungan pH Tanah dengan Kesediaan Unsur Hara. <http://yohannes1.

blogspot.com/2012/06/hubungan-ph-tanah-dengan-kesediaan.html>. Diakses tanggal 31 Maret 2014

TUJUAN

1. Membandingkan masing – masing metode penentuan pH tanah.

2. Mengetahui keuntungan dan kerugian penentuan pH tanah pada masing-masing metode.

3. Membandingkan nilai pH masing-masing contoh tanah.

4. Menentukan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaaan nilai pH tanah pada contoh tanah yang

digunakan.

5. Meramalkan pengaruh yang mungkin terjadi pada nilai pH contoh tanah.

6. Mengetahui upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai ph netral dan optimal bagi

pertumbuhan tanaman.

II. DASAR TEORI

Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan reaksi asam-basa daalm tanah, yang dalam hal mana dinyatakan sebagai pH tanah. pH merupakan ukuran aktivitas ion hydrogen; dalam larutan encer aktivitas hydrogen pada hakekatnya = konsentrasi ion H+ . Dalam hal ini setara dengan -log[H+]. Skala pH berkisar 0 (konsentrasi ion H+ = 1M) sampai 14 (konsentrasi H+ = 10-14). Secara umum mikrobia tanah tumbuh pada pH 1-11 (Ma’shum, Mansur. 2003).

pH tanah sangat dipengaruhi oleh bahan induk pembentuk dan penyusun tanah tersebut.

Bahan induk tanah mempunyai nilai pH yang bervariasi tergantung jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya. Misalnya: tanah-tanah berbahan induk batuan kapur karbonat ber-pH di atas 8, sedangakn yang bergaram Na dapat mencapai pH 10; pada tanah yang berbahan abu vulkanik, cenderung bersifat basa; tanah yang banyak mengandung Al dan Fe cendrung bersifat asam (Ali, Kemas. 2005).

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas yang dinyatakan dengan nilai pH. PH penting untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, serta mengetahui pengaruh pH terhadap perkembanagn mikroorganisme. Jadi reaksi tanah dapat dikatakan sebagai parameter yang menunjukkan sifat kamasaman dan alkalinitas tanah (Hardjowigeno, 1987).

Kemasaman dan kebasaan tanah didayai oleh macam kation yang terjerap pada muka zarah-zarah koloid. Kation-kation utama yang terjerap ialah Al ,H ,Na ,K ,Ca ,dan Mg . Apabila lebih banyak ion Al dan H yang terjerap, pH yanah menurun. Apabila ion basa lebih banyak terjerap (Na, K, Ca, dan/atau Mg), pH tanah meningkat. Kebanyakan tanah mempunyai pH antara 5,0 dan 8,0. Di kawasan basah, tanah permukaan biasanya mempunyai pH 4,0 sampai 6,0

(18)

karena kebanyakan basa tertukar oleh ion H dan kemudian terlindi. Tanah permukaan di kawasan kering mempunyai pH 7,0 sampai 9,0. Disini basa yang terjerap tidak terlindi karena kekahatan air perkolasi (Notohadiprawiro, 2000).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. pH stick

2. pH meter

3. Botol plastik

4. Aquadest (H2O)

5. KCl 1 N

6. Contoh tanah Regosol, Mediteran, Rendzina, dan Andosol

IV. CARA KERJA

Dengan cara pH stick

1. pH H2O

Beberapa contoh tanah diambil terlebih dahulu.

Air suling ditambahkan pada masing – masing jenis tanah (dengan perbandingan tanah : air =

2:5) dan diaduk sebaik – baiknya.

Dibiarkan kira – kira 15 menit, kemudian diaduk lagi.

pH stick dimasukkan dalam larutan jernih, kemudian diangkat dan dikibas-kibaskan hingga

warna kilat air hilang.

Warna pH stick dibandingkan dengan warna standar pH yang terdapat pada kotak pH.

2. pH KCl 1N

Semua langkah-langkah di atas diulangi lagi tapi yang digunakan adalah larutan KCL 1N.

Dengan cara pH meter

1. pH H2O

Beberapa contoh tanah diambil terlebih dahulu.

Air suling ditambahkan pada masing – masing jenis tanah (dengan perbandingan tanah : air =

2:5) dan diaduk sebaik – baiknya.

Dibiarkan kira – kira 15 menit, kemudian diaduk lagi.

pH suspensi diukur dengan menggunakan pengukur pH meter.

2. pH KCL 1N

Semua langkah-langkah di atas diulangi lagi tapi yang ditambahkan adalah larutan KCL 1N.

V. HASIL PENGAMATAN

No Jenis Tanah pH Stick pH Meter

pH H2O pH KCl pH H2O pH KCl

1 Rendzina 5 5 6,61 6,20

2 Regosol 5 6 6,6 5,92

3 Mediteran 5 5 5,95 5,06

(19)

4 Andosol 5 6 5,8 5,99

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini metode yang dilakukan untuk pengukuran pH tanah adalah metode pH stick dan metode pH meter. Kedua metode ini telah diterapkan pada keadaan tanah yang berbeda yaitu tanah dengan pemberian air dan tanah yang diberi larutan KCl. Ternyata kedua metode ini mempunyai keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode yaitu sebagai berikut:

1. Menggunakan pH stick

a. Keuntungan dari penggunaan pH stick :

Alat yang digunakan lebih praktis dan dapat digunakan di dalam ruangan maupun di lapangan.

Biaya relatif murah, karena peralatannya sederhana.

b. Kerugian dari penggunaan pH stick:

Penentuan nilai pH nya pasti berbeda-beda, tergantung pada pengamatan setiap praktikan yang melakukannya.

Sepertinya warna yang dihasilkan pada stick telah terjontaminasi oleh udara yang lembab dan lain sebagainya.

2. Menggunakan pH meter

a. Keuntungan dari penggunaan pH meter

Hasil pengukuran pH yang didapatkan pasti lebih akurat, tampak jelas berapa pH nya dan akan lebih sesuai dengan apa yang diharapkan.

b. Kerugian dari penggunaan pH meter

Alat yang digunakan sukar untuk dibawa ke lapangan, karena alatnya lumayan rumit.

Harga peralatan yang digunakan sudah jelas mahal, karena alatnya canggih.

Pada tabel pengamatan didapatkan hasil pengukuran pH stick antara lain dengan menggunakan larutan H2O yaitu: pH rendzina 5, regosol 5, mediteran 5, dan tanah andosol pH nya 5 juga. Sedangkan untuk yang menggunakan larutan KCl pH nya antara lain: tanah rendzina 5, regosol 6, mediteran 5, dan tanah andosol 6. Antara hasil pH dengan larutan H2O dan larutan KCl ada yang memiliki nilai pH yang sama yaitu 5 dan ada juga yang perbedaannya sangat tipis yaitu dari 5 ke 6. Itu berarti bahwa keempat contoh tanah tersebut memiliki tingkat kemasaman yang tinggi karena memiliki nilai pH yang rendah yaitu kurang dari 7 sehingga disebut pH asam.

Hasil pengukuran pH meter dengan larutan H2O adalah sebagai berikut: rendzina dengan nilai pH 6,61, regosol 6,6, tanah mediteran 5,95 dan tanah andosol 5,8. Sedangkan untuk yang larutannya KCl menghasilkan pH rendzina 6,20, regosol 5,92, mediteran 5,06 dan tanah andosol 5,99. Berdasarkan teori yang telah dipelajari menyatakan bahwa pH dengan larutan H2O merupakan pH tanah aktual yang sesuai dengan kondisi alam sebenarnya. Dan pH dengan larutan KCl merupakan pH tanah potensial yang dapat terjadi karena pengaruh lain. Pada teori juga menyatakan bahwa kondisi keharaan yang baik adalah pada pH 6,5, jadi bisa jadi tanah regosol dan tanah mediteran memiliki kondisi keharaan yang baik.

Perbedaan pH tanah pada masing-masing tanah tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Iklim

Faktor iklim yang paling berpengaruh pada asam – basanya adalah curah hujan. Semakin tinggi curah hujan maka semakin masam karena adanya unsur-unsur logam alkali yang terlindi.

2. Bahan induk

(20)

Sifat bahan induk akan tetap tampak walaupun tanah telah mengalami pelapukan. Bahan induk masam akan berkembang menjadi tanah masam, begitu juga dengan tanah basa akan berkembang menjadi tanah basa/alkali.

3. Bahan organik

Semakin tinggi kandungan bahan organik maka tanah tersebut semakin masam karena banyak mengandung ion H+. Bahan organik menghasilkan asam-asam organik sebagai hasil dari proses humifikasi.

4. Pengaruh manusia

Perilaku manusia seperti pemupukan dengan pupuk fisiologis masam akan menyebabkan tanah bersifat masam dan pengapuran akan menyebabkan pH jadi naik.

5. Jenis lempung

Lempung silikat merupakan sumber muatan negatif yang bersifat tetap.

pH tanah begitu berpengaruh semasa pertumbuhan vegetatif tanaman. Pengukuran dan pendeteksian pH sangat penting karena dapat membantu kita untuk mengelola tanah dengan baik sehingga tanaman bisa tumbuh dengan subur dan sempurna. Untuk menyiapkan tanah yang baik dan dapat menyerap pupuk secara optimal diperlukan netralisasi tanah. Untuk pH netral tanah optimal yang dibutuhkan bukanlah 7 melainkan berkisar 6,5 yaitu tanah bersifat sedikit asam dan sedikit basa.

Jika pH tanah terlalu asam maka akan menyebabkan kerusakan pada akar sehingga menurunkan kualitas dan hasil panen. Sedangkan jika pH tanah terlalu basa akan menyebabkan tingginya kandungan alkali pada tanah sehingga menghambat laju pertumbuhan tanaman.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai pH yang optimal dan netral bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Penambahan kapur pada tanah yang bersifat masam

2. Penambahan belerang pada tanah yang bersifat alkalis

3. Melakukan pemupukan secara intensif.

VII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Setiap metode pengukuran pH tanah yang telah dilakukan memiliki kelebihan dan kelemahan

masing-masing di setiap sisi.

2. Setiap jenis tanah pasti memiliki perbedaan nilai pH tanah.

3. pH dapat mempengaruhi beberapa hal antara lain;

Ketersediaan unsur hara

Keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun

Perkembangan mikroorganisme

Pada teori menyatakan bahwa kondisi keharaan yang baik adalah pada pH 6,5, jadi bisa jadi

tanah regosol dan tanah mediteran memiliki kondisi keharaan yang baik.

Perbedaan pH pada tiap jenis tanah disebabkan oleh iklim, bahan induk, bahan organik, perilaku

manusia dan jenis lempung.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(21)

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Ma’ashum, Mansur. 2003. Biologi Tanah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan, UGM.

Yogyakarta.

Gambar

Tabel 8.1 pH Aktual dan pH Potensial Tanah Golongan A1

Referensi

Dokumen terkait