SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL
Analisis Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Provinsi Papua Barat Maret 2015
2015
Berdasarkan Hasil Susenas Maret 2015
2015
Berdasarkan Hasil Susenas Maret 2015
Nomor Katalog: 3201023
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
Analisis Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2015
Berdasarkan Hasil Susenas Maret 2015
2015
ISBN :
No. Publikasi : 91520.16.07
Katalog BPS : 3201023
Ukuran Buku : 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman : xiii + 75 Halaman
Naskah
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat Gambar Kulit
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi Papua Barat
Diterbitkan Oleh
© BPS Provinsi Papua Barat Dicetak Oleh
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan,
dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.
http://papuabarat.bps.go.id
xiii + 75 Halaman
http://papuabarat.bps.go.id
xiii + 75 Halaman
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat
http://papuabarat.bps.go.id
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi Papua Barat
http://papuabarat.bps.go.id
Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi Papua Barat
http://papuabarat.bps.go.id
Diterbitkan Oleh
http://papuabarat.bps.go.id
Diterbitkan Oleh
© BPS Provinsi Papua Barat
http://papuabarat.bps.go.id
© BPS Provinsi Papua Barat
Organisasi Penulisan
Penanggung Jawab : Drs. Simon Sapary, M.Sc
Editor : Suryana, M.Si
Penulis : Arfina Amalia, S.ST Pengolah Data : Arfina Amalia, S.ST
http://papuabarat.bps.go.id
Kata Pengantar
Survei Sosial Ekonomi Nasional atau Susenas Maret 2015 adalah survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggunakan pendekatan rumah tangga. Salah satu output yang dihasilkan adalah data dan informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga yang dikumpulkan dengan kuesioner VSEN15.KP.
Informasi yang disajikan pada buku ini meliputi tingkat dan pola pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu disajikan pula, konsumsi penduduk Provinsi Papua Barat dalam satuan protein dan kalori. Informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sangat bermanfaat khususnya bagi pemerintah yang sedang berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif, membangun ketahanan pangan, dan mengendalikan perubahan harga-harga.
Dengan terbitnya publikasi ini, semoga dapat memperkecil kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan data di Provinsi Papua Barat. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi positif dalam penerbitan publikasi ini diucapkan terima kasih.
Manokwari, 23 Mei 2016 Kepala BPS Provinsi Papua Barat,
SIMON SAPARY SIMON SAPARY
http://papuabarat.bps.go.id
Informasi yang disajikan pada buku ini meliputi tingkat dan pola
http://papuabarat.bps.go.id
Informasi yang disajikan pada buku ini meliputi tingkat dan pola pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga pada tingkat provinsi dan
http://papuabarat.bps.go.id
pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu disajikan pula, konsumsi penduduk Provinsi Papua
http://papuabarat.bps.go.id
kabupaten/kota. Selain itu disajikan pula, konsumsi penduduk Provinsi Papua Barat dalam satuan protein dan kalori. Informasi pengeluaran untuk konsumsi
http://papuabarat.bps.go.id
Barat dalam satuan protein dan kalori. Informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sangat bermanfaat khususnya bagi pemerintah yang sedang
http://papuabarat.bps.go.id
rumah tangga sangat bermanfaat khususnya bagi pemerintah yang sedang berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif, membangun ketahanan
http://papuabarat.bps.go.id
berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif, membangun ketahanan pangan, dan mengendalikan perubahan harga
http://papuabarat.bps.go.id
pangan, dan mengendalikan perubahan harga
http://papuabarat.bps.go.id
Dengan terbitnya publikasi ini, semoga dapat memperkecil kesenjangan
http://papuabarat.bps.go.id
Dengan terbitnya publikasi ini, semoga dapat memperkecil kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan data di Provinsi Papua Barat. Kepada semua
http://papuabarat.bps.go.id
antara kebutuhan dan penyediaan data di Provinsi Papua Barat. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi positif dalam penerbitan publikasi ini diucapkan
http://papuabarat.bps.go.id
pihak yang telah berkontribusi positif dalam penerbitan publikasi ini diucapkan
Ringkasan
Publikasi Analisis Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Provinsi Papua Barat Tahun 2015 diterbitkan sebagai respon terhadap permintaan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di Provinsi Papua Barat yang mulai meningkat sejak tahun 2015. Permintaan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga terkait antara lain: 1) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi makanan dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat, 2) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi unggulan penyebab inflasi di Provinsi Papua Barat dari Bank Indonesia yang tengah melakukan kajian perekonomian Provinsi Papua Barat, 3) pola konsumsi rumah tangga baik untuk komoditi makanan maupun komoditi non makanan yang digunakan sebagai input dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan pendekatan pengeluaran khususnya pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga.
Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga merupakan variabel proxy yang digunakan sebagai pendekatan pengukuran pendapatan rumah tangga.
Karena pendekatan pendapatan rumah tangga cenderung undercover, maka BPS menggunakan informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sebagai pengganti variabel pendapatan. Penggunaan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga cukup luas antara lain: 1) penghitungan persentase penduduk miskin yaitu persentase penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan, 2) pengukuran ketimpangan pendapatan yang diukur dengan ketimpangan pengeluaran, 3) pengukuran pemenuhan kecukupan gizi khususnya konsumsi kalori dan protein.
Publikasi ini menggambarkan:
1) Rata-rata pengeluaran penduduk di Provinsi Papua Barat pada Maret 2015 sebesar Rp. 1.030.232,- per kapita per bulan. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di perkotaan lebh tinggi daripada di pedesaan yaitu
http://papuabarat.bps.go.id
konsumsi rumah tangga menurut komoditi unggulan penyebab inflasi di
http://papuabarat.bps.go.id
konsumsi rumah tangga menurut komoditi unggulan penyebab inflasi di Provinsi Papua Barat dari Bank Indonesia yang tengah melakukan kajian
http://papuabarat.bps.go.id
Provinsi Papua Barat dari Bank Indonesia yang tengah melakukan kajian perekonomian Provinsi Papua Barat, 3) pola konsumsi rumah tangga baik
http://papuabarat.bps.go.id
perekonomian Provinsi Papua Barat, 3) pola konsumsi rumah tangga baik untuk komoditi makanan maupun komoditi non makanan yang digunakan
http://papuabarat.bps.go.id
untuk komoditi makanan maupun komoditi non makanan yang digunakan sebagai input dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
http://papuabarat.bps.go.id
sebagai input dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan pendekatan pengeluaran khususnya pengeluaran konsumsi akhir
http://papuabarat.bps.go.id
dengan pendekatan pengeluaran khususnya pengeluaran konsumsi akhir Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga merupakan variabel
http://papuabarat.bps.go.id
Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga merupakan variabel
http://papuabarat.bps.go.id
yang digunakan sebagai pendekatan pengukuran pendapatan rumah tangga.
http://papuabarat.bps.go.id
yang digunakan sebagai pendekatan pengukuran pendapatan rumah tangga.
Karena pendekatan pendapatan rumah tangga cenderung
http://papuabarat.bps.go.id
Karena pendekatan pendapatan rumah tangga cenderung
menggunakan informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sebagai
http://papuabarat.bps.go.id
menggunakan informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sebagai pengganti variabel pendapatan. Penggunaan data pengeluaran untuk konsumsi
http://papuabarat.bps.go.id
pengganti variabel pendapatan. Penggunaan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga cukup luas antara lain: 1) penghitungan persentase penduduk http://papuabarat.bps.go.id
rumah tangga cukup luas antara lain: 1) penghitungan persentase penduduk
Rp. 1.270.082,- berbanding Rp. 884.320,-
2) Rata-rata pengeluaran penduduk tertinggi di Kabupaten Teluk Bintuni yaitu Rp. 1.448.706,- per kapita per bulan dan terendah di Kabupaten Pegunungan Arfak yaitu Rp. 256.334,- per kapita per bulan.
3) Komposisi pengeluaran untuk komoditi non makanan sebesar 50,23 persen lebih besar daripada pengeluaran untuk komoditi makanan yaitu 49,77 persen. Pola konsumsi ini hanya menggambarkan pola konsumsi penduduk Provinsi Papua Barat di perkotaan dengan rasio pengeluaran non makanan dan makanan sebesar 53,29 : 46,71. Sementara konsumsi makanan di daerah perdesaan masih didominasi komoditi makanan yaitu 52,46 persen.
4) Komposisi pengeluaran untuk konsumsi non makanan lebih tinggi daripada untuk konsumsi makanan terdapat di empat kabupaten yaitu Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong dan Kota Sorong. Lebih dari 80 persen komposisi pengeluaran penduduk di Kabupaten Pegunungan Arfak untuk konsumsi makanan.
5) Lima komoditi makanan dengan konsumsi terbesar adalah: 1) makanan dan minuman jadi, 2) padi-padian, 3) tembakau dan sirih, 4) Ikan dan 5) sayur-sayuran.
6) Tiga komoditi non makanan dengan konsumsi terbesar adalah: 1) perumahan dan fasilitasnya, 2) Barang dan Jasa dan 3) Barang tahan lama.
7) Dua komoditi makanan dengan konsumsi paling besar di Provinsi Papua Barat adalah beras dan ikan segar. Rata-rata konsumsi selama Maret 2015 untuk beras sebesar 6,44 Kg atau Rp. 68.041,- per kapita per bulan untuk ikan segar sebesar 5,37 Kg atau Rp. 55.941,- per kapita per bulan.
8) Ketimpangan pengeluaran penduduk di Provinsi Papua Barat pada Maret 2015 tergolong ketimpangan sedang dengan nilai gini ratio sebesar 0,44.
9) Rata-rata konsumsi kalori (kkal) dan protein (gram) per kapita sehari di Papua Barat adalah 1.832,98 kkal dan 49,69 gram protein. Sumber kalori
http://papuabarat.bps.go.id
non makanan dan makanan sebesar 53,29 : 46,71. Sementara konsumsi
http://papuabarat.bps.go.id
non makanan dan makanan sebesar 53,29 : 46,71. Sementara konsumsi makanan di daerah perdesaan masih didominasi komoditi makanan yaitu
http://papuabarat.bps.go.id
makanan di daerah perdesaan masih didominasi komoditi makanan yaitu Komposisi pengeluaran untuk konsumsi non makanan lebih tinggi
http://papuabarat.bps.go.id
Komposisi pengeluaran untuk konsumsi non makanan lebih tinggi daripada untuk konsumsi makanan terdapat di empat kabupaten yaitu
http://papuabarat.bps.go.id
daripada untuk konsumsi makanan terdapat di empat kabupaten yaitu Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong dan
http://papuabarat.bps.go.id
Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong dan Kota Sorong. Lebih dari 80 persen komposisi pengeluaran penduduk di
http://papuabarat.bps.go.id
Kota Sorong. Lebih dari 80 persen komposisi pengeluaran penduduk di Kabupaten Pegunungan Arfak untuk konsumsi makanan.
http://papuabarat.bps.go.id
Kabupaten Pegunungan Arfak untuk konsumsi makanan.
http://papuabarat.bps.go.id
Lima komoditi makanan dengan konsumsi terbesar adalah: 1) makanan
http://papuabarat.bps.go.id
Lima komoditi makanan dengan konsumsi terbesar adalah: 1) makanan dan minuman jadi, 2) padi
http://papuabarat.bps.go.id
dan minuman jadi, 2) padi sayuran.
http://papuabarat.bps.go.id
sayuran.
Tiga komoditi non makanan dengan konsumsi terbesar adalah: 1)
http://papuabarat.bps.go.id
Tiga komoditi non makanan dengan konsumsi terbesar adalah: 1)
http://papuabarat.bps.go.id
perumahan dan fasilitasnya, 2) Barang dan Jasa dan 3) Barang tahan lama. http://papuabarat.bps.go.id
perumahan dan fasilitasnya, 2) Barang dan Jasa dan 3) Barang tahan lama.
dan protein dibagi menjadi dua yaitu dari makanan yang dimasak di rumah dan makanan dan minuman jadi dengan perbandingan 1.628,44 : 204,54 kkal dan 44,28 : 5,41 gram protein per kapita sehari.
10) Ada tiga kelompok makanan yang menjadi sumber kalori terbanyak di Papua Barat yaitu padi-padian (802,45 kkal), minyak dan kelapa (277,54 kkal), dan makanan dan minuman jadi (204,54 kkal), sedangkan tiga kelompok makanan sumber protein terbanyak yaitu padi-padian (18,87 gram), ikan/cumi/udang/kerang (12,21 gram), dan makanan dan minuman jadi (5,41 gram).
11) Semua kabupaten/kota di Papua Barat belum memenuhi standar kecukupan kalori dan protein menurut WNPG X tahun 2012 yaitu 2.150 kkal dan 57 gram protein. Kabupaten Manokwari adalah kabupaten tertinggi konsumsi kalori per kapita sehari di Papua Barat yaitu 2.029,95 kkal dan Kota Sorong menjadi kota konsumsi protein tertinggi di Papua Barat yaitu 55,42 gram.
12) Kabupaten terendah konsumsi kalori dan protein per kapita sehari di Papua Barat adalah Kabupaten Maybrat (1391,54 kkal) dan Kabupaten Pegunungan Arfak (28,57 gram).
http://papuabarat.bps.go.id
Semua kabupaten/kota di Papua Barat belum memenuhi standar
http://papuabarat.bps.go.id
Semua kabupaten/kota di Papua Barat belum memenuhi standar kecukupan kalori dan protein menurut WNPG X tahun 2012 yaitu 2.150
http://papuabarat.bps.go.id
kecukupan kalori dan protein menurut WNPG X tahun 2012 yaitu 2.150 kkal dan 57 gram protein. Kabupaten Manokwari adalah kabupaten
http://papuabarat.bps.go.id
kkal dan 57 gram protein. Kabupaten Manokwari adalah kabupaten tertinggi konsumsi kalori per kapita sehari di Papua Barat yaitu 2.029,95
http://papuabarat.bps.go.id
tertinggi konsumsi kalori per kapita sehari di Papua Barat yaitu 2.029,95 kkal dan Kota Sorong menjadi kota konsumsi protein tertinggi di Papua
http://papuabarat.bps.go.id
kkal dan Kota Sorong menjadi kota konsumsi protein tertinggi di Papua Kabupaten terendah konsumsi kalori dan protein per kapita sehari di
http://papuabarat.bps.go.id
Kabupaten terendah konsumsi kalori dan protein per kapita sehari di Papua Barat adalah Kabupaten Maybrat (1391,54 kkal) dan Kabupaten
http://papuabarat.bps.go.id
Papua Barat adalah Kabupaten Maybrat (1391,54 kkal) dan Kabupaten
http://papuabarat.bps.go.id
Pegunungan Arfak (28,57 gram).
http://papuabarat.bps.go.id
Pegunungan Arfak (28,57 gram).
Daftar Isi
ORGANISASI PENULISAN iii
KATA PENGANTAR iv
RINGKASAN v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Umum 1
1.2 Metode Survei 2
1.3 Konsep dan Definisi 5
II. ULASAN SINGKAT
2.1 Pengeluaran Konsumsi Penduduk 7
2.1.1 Pola Pengeluaran Maret 2015 7
2.1.2 Rata-rata Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Sebulan
Menurut Jenis Bahan Makanan 9
2.2 Konsumsi Kalori dan Protein 11
2.2.1 Konsumsi Kalori dan Protein Maret 2015 11 2.2.2 Konsumsi Kalori dan Protein di Kabupaten/Kota 14
Lampiran A: Tabel-Tabel 15
Lampiran B: Tabel-Tabel 43
Lampiran C : Kuesioner VSEN15.KP 69
http://papuabarat.bps.go.id
Pengeluaran Konsumsi Penduduk
http://papuabarat.bps.go.id
Pengeluaran Konsumsi Penduduk 2.1.1 Pola Pengeluaran Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
2.1.1 Pola Pengeluaran Maret 2015
rata Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Sebulan
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Bahan Makanan
http://papuabarat.bps.go.id
Menurut Jenis Bahan Makanan Konsumsi Kalori dan Protein
http://papuabarat.bps.go.id
Konsumsi Kalori dan Protein
2.2.1 Konsumsi Kalori dan Protein Maret 2015 http://papuabarat.bps.go.id
2.2.1 Konsumsi Kalori dan Protein Maret 2015
Daftar Tabel
Nomor
Tabel Judul Halaman
2.1 Persentase Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan menurut Kabupaten/Kota, Maret 2015
8
2.2 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kabupaten/Kota
dan Daerah Tempat Tinggal, Maret 2015 9
2.3 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan (Banyaknya dan Nilai) Beberapa Jenis Makanan di Provinsi Papua Barat, Maret 2015
10
2.4 Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Makanan yang Dimasak di Rumah, Makanan dan Minuman Jadi, Provinsi Papua Barat, Maret 2015
11
2.5 Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Kelompok Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
12
2.6 Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari Beberapa Jenis Bahan Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
13
2.7 Rata-Rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita
Sehari menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, Maret 2015 14
A.1 Persentase Penduduk Menurut Kabupaten//Kota dan Golongan
Pengeluaran Per Kapita Sebulan, Maret 2015 15
A.2 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Rupiah) Menurut Kelompok Barang, Maret 2015
16
Kab. Fakfak 17
Kab. Kaimana 18
http://papuabarat.bps.go.id
rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kabupaten/Kota
http://papuabarat.bps.go.id
rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kabupaten/Kota
rata Pengeluaran per Kapita Sebulan (Banyaknya dan Nilai)
http://papuabarat.bps.go.id
rata Pengeluaran per Kapita Sebulan (Banyaknya dan Nilai) Beberapa Jenis Makanan di Provinsi Papua Barat, Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
Beberapa Jenis Makanan di Provinsi Papua Barat, Maret 2015
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Makanan yang Dimasak di Rumah, Makanan dan
http://papuabarat.bps.go.id
Sehari menurut Makanan yang Dimasak di Rumah, Makanan dan Minuman Jadi, Provinsi Papua Barat, Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
Minuman Jadi, Provinsi Papua Barat, Maret 2015
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita
http://papuabarat.bps.go.id
Sehari menurut Kelompok Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
Sehari menurut Kelompok Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari Beberapa Jenis Bahan Makanan Provinsi Papua Barat, Maret
http://papuabarat.bps.go.id
Sehari Beberapa Jenis Bahan Makanan Provinsi Papua Barat, Maret
Rata
http://papuabarat.bps.go.id
Rata--Rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita
http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id
Sehari menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
Sehari menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Nomor
Tabel Judul Halaman
A.2 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Rupiah) Menurut Kelompok Barang, Maret 2015
Kab. Teluk Wondama 19
Kab. Teluk Bintuni 20
Kab. Manokwari 21
Kab. Sorong Selatan 22
Kab. Sorong 23
Kab. Raja Ampat 24
Kab. Tambraw 25
Kab. Maybrat 26
Kab. Manokwari Selatan 27
Kab.Pegunungan Arfak 28
Kota Sorong 29
A.3 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Banyaknya dan Nilai)
Beberapa Jenis Bahan Makanan, Maret 2015 30
Kab. Fakfak 30
Kab. Kaimana 31
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
Nomor
Tabel Judul Halaman
A.3 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan (Banyaknya dan Nilai) Beberapa Jenis Bahan Makanan, Maret 2015
Kab. Teluk Wondama 32
Kab. Teluk Bintuni 33
Kab. Manokwari 34
Kab. Sorong Selatan 35
Kab. Sorong 36
Kab. Raja Ampat 37
Kab. Tambraw 38
Kab. Maybrat 39
Kab. Manokwari Selatan 40
Kab.Pegunungan Arfak 41
Kota Sorong 42
B.1 Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan di Kabupaten/Kota Provinsi
Papua Barat, Maret 2015 43
Kab. Fakfak 43
Kab. Kaimana 44
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
Kab.Pegunungan Arfak
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
Kota Sorong
http://papuabarat.bps.go.id
Kota Sorong
Nomor
Tabel Judul Halaman
B.1 Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Kab. Teluk Wondama 45
Kab. Teluk Bintuni 46
Kab. Manokwari 47
Kab. Sorong Selatan 48
Kab. Sorong 48
Kab. Raja Ampat 50
Kab. Tambraw 51
Kab. Maybrat 52
Kab. Manokwari Selatan 53
Kab.Pegunungan Arfak 54
Kota Sorong 55
B.2 Rata-rata Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) Per Kapita Sehari Beberapa
Jenis Makanan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, Maret 2015 56
Kab. Fakfak 56
Kab. Kaimana 57
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
Nomor
Tabel Judul Halaman
B.2 Rata-rata Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) Per Kapita Sehari Beberapa Jenis Makanan di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Kab. Teluk Wondama 58
Kab. Teluk Bintuni 59
Kab. Manokwari 60
Kab. Sorong Selatan 61
Kab. Sorong 62
Kab. Raja Ampat 63
Kab. Tambraw 64
Kab. Maybrat 65
Kab. Manokwari Selatan 66
Kab.Pegunungan Arfak 67
Kota Sorong
http://papuabarat.bps.go.id
68Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab. Manokwari Selatan
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
http://papuabarat.bps.go.id
Kab.Pegunungan Arfak
I. Pendahuluan
1.1 Umum
Sejalan dengan tugas pokok BPS dalam melaksanakan kegiatan pemerintah di bidang statistik, BPS menyelenggarakan pengumpulan data sosial ekonomi melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) setiap tahun. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada publik, hasil Susenas Maret 2015 di Provinsi Papua Barat telah diterbitkan publikasi “Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat Tahun 2015” pada 1 April 2016. Publikasi tersebut menyajikan “potret” kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi: kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga berencana, ketenagakerjaan, perumahan, dan kondisi sosial ekonomi lainnya.
Pada 1 Juni 2016 ini, BPS Provinsi Papua Barat kembali menerbitkan hasil Susenas Maret 2015 dengan judul “Analisis Pola Pengeluaran untuk Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tahun 2015. Data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga terkait antara lain: 1) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi makanan dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat, 2) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi unggulan penyebab inflasi di Provinsi Papua Barat dari Bank Indonesia yang tengah melakukan kajian perekonomian Provinsi Papua Barat, 3) pola konsumsi rumah tangga baik untuk komoditi makanan maupun komoditi non makanan yang digunakan sebagai input dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan pendekatan pengeluaran khususnya pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga.
Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga merupakan variabel proxy yang digunakan sebagai pendekatan pengukuran pendapatan rumah tangga. Karena pendekatan pendapatan rumah tangga cenderung undercover, maka BPS menggunakan informasi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sebagai pengganti variabel pendapatan. Penggunaan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga cukup luas antara lain: 1) penghitungan persentase penduduk miskin yaitu persentase penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan, 2) pengukuran ketimpangan pendapatan yang diukur dengan
http://papuabarat.bps.go.id
Tahun 2015” pada 1 April 2016. Publikasi tersebut menyajikan “potret” kondisi sosial
http://papuabarat.bps.go.id
Tahun 2015” pada 1 April 2016. Publikasi tersebut menyajikan “potret” kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi: kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga
http://papuabarat.bps.go.id
ekonomi masyarakat meliputi: kondisi kesehatan, pendidikan, fertilitas, keluarga berencana, ketenagakerjaan, perumahan, dan kondisi sosial ekonomi lainnya.
http://papuabarat.bps.go.id
berencana, ketenagakerjaan, perumahan, dan kondisi sosial ekonomi lainnya.
Pada 1 Juni 2016 ini, BPS Provinsi Papua Barat kembali menerbitkan hasil
http://papuabarat.bps.go.id
Pada 1 Juni 2016 ini, BPS Provinsi Papua Barat kembali menerbitkan hasil Susenas Maret 2015 dengan judul “Analisis Pola Pengeluaran untuk Konsumsi Rumah
http://papuabarat.bps.go.id
Susenas Maret 2015 dengan judul “Analisis Pola Pengeluaran untuk Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tahun 2015. Data pengeluaran untuk konsumsi rumah
http://papuabarat.bps.go.id
Tangga Provinsi Papua Barat Tahun 2015. Data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga terkait antara lain: 1) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi makanan
http://papuabarat.bps.go.id
tangga terkait antara lain: 1) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi makanan
http://papuabarat.bps.go.id
dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat, 2) pola konsumsi rumah tangga
http://papuabarat.bps.go.id
dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat, 2) pola konsumsi rumah tangga menurut komoditi unggulan penyebab inflasi di Provinsi Papua Barat dari Bank
http://papuabarat.bps.go.id
menurut komoditi unggulan penyebab inflasi di Provinsi Papua Barat dari Bank Indonesia yang tengah melakukan kajian perekonomian Provinsi Papua Barat, 3) pola
http://papuabarat.bps.go.id
Indonesia yang tengah melakukan kajian perekonomian Provinsi Papua Barat, 3) pola konsumsi rumah tangga baik untuk komoditi makanan maupun komoditi non
http://papuabarat.bps.go.id
konsumsi rumah tangga baik untuk komoditi makanan maupun komoditi non
http://papuabarat.bps.go.id
makanan yang digunakan sebagai input dalam penyusunan Produk Domestik Regional
http://papuabarat.bps.go.id
makanan yang digunakan sebagai input dalam penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan pendekatan pengeluaran khususnya pengeluaran konsumsi
http://papuabarat.bps.go.id
Bruto (PDRB) dengan pendekatan pengeluaran khususnya pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga.
http://papuabarat.bps.go.id
akhir rumah tangga.
ketimpangan pengeluaran, 3) pengukuran pemenuhan kecukupan gizi khususnya konsumsi kalori dan protein.
1.2 Sistematika Penyajian
Publikasi ini disusun dalam dua bagian. Bagian pertama, penjelasan terdiri dari penjelasan umum, ruang lingkup, jenis data yang dikumpulkan, konsep dan definisi dan sistematika penyajian. Penjelasan ini bertujuan untuk menginformasikan gambaran umum dari publikasi Analisis Pola Pengeluaran untuk Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tahun 2015 yang meliputi jenis data yang disajikan, tingkatan atau level penyajian data dan keterbatasannya serta konsep dan definisi yang digunakan dalam pelaksanaan Susenas tahun 2015.
Bagian kedua menyajikan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga Provinsi Papua Barat hasil Susenas tahun 2015. Penyajian data dikelompokkan menurut kabupaten/kota.
1.3 Metode Survei
1.3.1 Ruang Lingkup
Pelaksanaan Susenas 2015 mencakup 300.000 rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh provinsi dan 511 Kab/Kota di Indonesia. Pelaksanaan Susenas Maret 2015 di Provinsi Papua Barat mencakup 4.120 rumah tangga sampel yang tersebar di 12 kabupaten dan satu kota dengan respon rates sebesar persen 92,90 persen.
Data yang disajikan cukup representatif untuk disajikan sampai dengan tingkat kabupaten/kota tetapi tidak dapat dipisahkan menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan). Data tidak mencakup rumah tangga yang tinggal dalam blok sensus khusus dan rumah tangga khusus seperti asrama, penjara dan sejenisnya.
Semua sampel rumah tangga dicacah dengan menggunakan kuesioner VSEN15.KP.
1.3.2 Kerangka Sampel
Kerangka sampel induk atau sampling frame induk kegiatan Susenas, Sakernas, dan SUPAS 2015 adalah sekitar 180.000 blok sensus (25% populasi) yang ditarik
http://papuabarat.bps.go.id
tingkatan atau level penyajian data dan keterbatasannya serta konsep dan definisi
http://papuabarat.bps.go.id
tingkatan atau level penyajian data dan keterbatasannya serta konsep dan definisi
Bagian kedua menyajikan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga
http://papuabarat.bps.go.id
Bagian kedua menyajikan data pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga Provinsi Papua Barat hasil Susenas tahun 2015. Penyajian data dikelompokkan
http://papuabarat.bps.go.id
Provinsi Papua Barat hasil Susenas tahun 2015. Penyajian data dikelompokkan
Pelaksanaan Susenas 2015 mencakup 300.000 rumah tangga sampel yang
http://papuabarat.bps.go.id
Pelaksanaan Susenas 2015 mencakup 300.000 rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh provinsi dan 511 Kab/Kota di Indonesia. Pelaksanaan Susenas
http://papuabarat.bps.go.id
tersebar di seluruh provinsi dan 511 Kab/Kota di Indonesia. Pelaksanaan Susenas Maret 2015 di Provinsi Papua Barat mencakup 4.120 rumah tangga sampel yang
http://papuabarat.bps.go.id
Maret 2015 di Provinsi Papua Barat mencakup 4.120 rumah tangga sampel yang tersebar di 12 kabupaten dan satu kota dengan
http://papuabarat.bps.go.id
tersebar di 12 kabupaten dan satu kota dengan
secara PPS dengan size rumah tangga SP2010 dari master frame blok sensus.
Selanjutnya untuk kegiatan Susenas didefinisikan sebagai berikut:
1) Kerangka sampel tahap pertama adalah daftar blok sensus biasa SP2010.
2) Kerangka sampel tahap kedua adalah daftar 25% blok sensus SP2010 yang sudah ada kode stratanya. 25% blok sensus ini disebut sampling frame induk.
3) Kerangka sampel tahap ketiga adalah daftar rumah tangga hasil pemutakhiran di setiap blok sensus terpilih.
1.3.3 Desain Sampel
A. Estimasi Kabupaten/Kota
Sampel dipilih dengan metode two stages one phase stratified sampling:
Tahap 1: Memilih 25% blok sensus populasi secara Probability Proportional to Size (PPS), dengan size jumlah rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata.
Tahap 2: Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara systematic di setiap strata urban/rural per kabupaten/kota per strata kesejahteraan.
Tahap3: Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic sampling dengan implicit stratification menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan KRT.
B. Estimasi Provinsi
Sampel untuk Susenas estimasi provinsi merupakan subsampel dari Susenas estimasi kabupaten/kota dan dipilih menggunakan metode two stages stratified sampling seperti berikut:
Tahap 1: Memilih 7.500 blok sensus secara systematic sampling dari 30.000 blok sensus estimasi kabupaten/kota sesuai alokasi dan mempertimbangkan distribusi sampel per strata di tingkat kabupaten/kota.
Tahap 2: Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic sampling dengan implicit stratification pendidikan tertinggi yang ditamatkan KRT.
http://papuabarat.bps.go.id
two stages one phase stratified
http://papuabarat.bps.go.id
two stages one phase stratified Memilih 25% blok sensus populasi secara
http://papuabarat.bps.go.id
Memilih 25% blok sensus populasi secara Probability Proportional to Size
http://papuabarat.bps.go.id
Probability Proportional to Size jumlah rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata.
http://papuabarat.bps.go.id
jumlah rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata.
Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara
http://papuabarat.bps.go.id
Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara
strata urban/rural per kabupaten/kota per strata kesejahteraan.
http://papuabarat.bps.go.id
strata urban/rural per kabupaten/kota per strata kesejahteraan.
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara
http://papuabarat.bps.go.id
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara
http://papuabarat.bps.go.id
implicit stratification
http://papuabarat.bps.go.id
implicit stratification
Estimasi Provinsi
http://papuabarat.bps.go.id
Estimasi Provinsi
Sampel untuk Susenas estimasi provinsi merupakan subsampel dari Susenas
http://papuabarat.bps.go.id
Sampel untuk Susenas estimasi provinsi merupakan subsampel dari Susenas estimasi kabupaten/kota dan dipilih menggunakan metode
http://papuabarat.bps.go.id
estimasi kabupaten/kota dan dipilih menggunakan metode
1.3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data Susenas Konsumsi dan Pengeluaran dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Jumlah sampel rumah tangga untuk estimasi nasional sebanyak 300.000 rumah tangga dan untuk estimasi Provinsi Papua Barat sebanyak 4.120 rumah tangga.
Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilaukan melalui wawancara tatap muka antara pencacah dan responden. Keterangan individu ditanyakan kepada individu yang bersangkutan yang menjadi responden. Keterangan tentang rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik rumah tangga.
1.3.5 Pengolahan Data
Proses pengolahan data meliputi tahap perekaman data, pemeriksaan konsisitensi antar isian dalam kuesioner sampai dengan tahap tabulasi, sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan awal atas kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan terhadap isian yang tidak wajar, termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara satu jawaban dengan jawaban yang lainnya. Proses perekaman data dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
Pada tingkat nasional, dari target 300.000 rumah tangga sampel, hanya 285.908 rumah tangga sampel yang dinyatakan bersih dan dapat diolah dengan faktor pengali/
penimbang menggunakan penduduk pertengahan tahun 2015 untuk estimasi kabupaten/kota. Untuk Provinsi Papua Barat, dari target 4.120 rumah tangga sampel, hanya 3.792 rumah tangga sampel yang dinyatakan bersih dan dapat diolah dengan penimbang penduduk pertengahan tahun 2015 untuk estimasi 12 kabupaten dan satu kota.
http://papuabarat.bps.go.id
kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik
http://papuabarat.bps.go.id
kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik
Proses pengolahan data meliputi tahap perekaman data, pemeriksaan
http://papuabarat.bps.go.id
Proses pengolahan data meliputi tahap perekaman data, pemeriksaan konsisitensi antar isian dalam kuesioner sampai dengan tahap tabulasi, sepenuhnya
http://papuabarat.bps.go.id
konsisitensi antar isian dalam kuesioner sampai dengan tahap tabulasi, sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu
http://papuabarat.bps.go.id
dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan awal atas kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan
http://papuabarat.bps.go.id
dilakukan pemeriksaan awal atas kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan terhadap isian yang tidak wajar, termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara
http://papuabarat.bps.go.id
terhadap isian yang tidak wajar, termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara satu jawaban dengan jawaban yang lainnya. Proses perekaman data dilakukan di BPS
http://papuabarat.bps.go.id
satu jawaban dengan jawaban yang lainnya. Proses perekaman data dilakukan di BPS
http://papuabarat.bps.go.id
Pada tingkat nasional, dari target 300.000 rumah tangga sampel, hanya 285.908
http://papuabarat.bps.go.id
Pada tingkat nasional, dari target 300.000 rumah tangga sampel, hanya 285.908 rumah tangga sampel yang dinyatakan bersih dan dapat diolah dengan faktor pengali/
http://papuabarat.bps.go.id
rumah tangga sampel yang dinyatakan bersih dan dapat diolah dengan faktor pengali/
1.3 Konsep dan Definisi
1.3.1 Rumah Tangga
Rumah tangga (ruta) dibedakan menjadi ruta biasa dan ruta khusus. Ruta biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Ruta biasa umumnya terdiri dari ibu, bapak, dan anak. Termasuk rumah tangga biasa adalah:
1. Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi makannya diurus sendiri;
2. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam blok sensus yang sama dianggap sebagai satu ruta;
3. Ruta yang menerima anak kos kurang dari 10 orang dengan makan. Anak yang kos dicatat sebagai anggota ruta;
4. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu ruta biasa.
Rumah tangga khusus mencakup:
1. Orang-orang yang tinggal di asrama, yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya asrama perawat, asrama mahasiswa, asrama TNI (tangsi). Anggota TNI yang tinggal di asrama bersama keluarganya dan mengurus sendiri kebutuhan sehari- harinya bukan ruta khusus;
2. Orang-orang yang tinggal di lembaga pemasyarakatan, panti asuhan, rumah tahanan dan sejenisnya;
3. Sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) yang berjumlah lebih besar atau sama dengan 10 orang;
1.3.2 Anggota Rumah Tangga
Anggota ruta/ART adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu ruta (kepala ruta, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/
mertua, famili lain, pembantu ruta atau anggota ruta lainnya).
Termasuk anggota ruta:
1. Bayi yang baru lahir.
http://papuabarat.bps.go.id
Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari
http://papuabarat.bps.go.id
Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam blok sensus yang
http://papuabarat.bps.go.id
satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam blok sensus yang
Ruta yang menerima anak kos kurang dari 10 orang dengan makan. Anak yang
http://papuabarat.bps.go.id
Ruta yang menerima anak kos kurang dari 10 orang dengan makan. Anak yang
sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan
http://papuabarat.bps.go.id
sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri
http://papuabarat.bps.go.id
sensus walaupun mengurus makannya sendiri
orang yang tinggal di asrama, yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan
http://papuabarat.bps.go.id
orang yang tinggal di asrama, yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya
http://papuabarat.bps.go.id
harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya
http://papuabarat.bps.go.id
asrama perawat, asrama mahasiswa, asrama TNI (tangsi). Anggota TNI yang
http://papuabarat.bps.go.id
asrama perawat, asrama mahasiswa, asrama TNI (tangsi). Anggota TNI yang tinggal di asrama bersama keluarganya dan mengurus sendiri kebutuhan sehari
http://papuabarat.bps.go.id
tinggal di asrama bersama keluarganya dan mengurus sendiri kebutuhan sehari harinya bukan ruta khusus;
http://papuabarat.bps.go.id
harinya bukan ruta khusus;
orang yang tinggal di lembaga pemasyarakatan, panti asuhan, rumah
http://papuabarat.bps.go.id
orang yang tinggal di lembaga pemasyarakatan, panti asuhan, rumah
http://papuabarat.bps.go.id
tahanan dan sejenisnya;
http://papuabarat.bps.go.id
tahanan dan sejenisnya;
2. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap (pindah datang). Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah meninggalkan rumah nya 6 bulan atau lebih.
3. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap(pindah datang).
4. Pembantu ruta, tukang kebun atau sopir yang tinggal dan makannya bergabung dengan ruta majikan.
5. Orang yang mondok dengan makan (indekos) jumlahnya kurang dari 10 orang.
6. Kepala ruta yang bekerja di tempat lain (luar BS), tidak pulang setiap hari tapi pulang secara periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja tambang.
1.3.3 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain.
Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu terakhir, sedangkan konsumsi bukan makanan dihitung sebulan dan setahun terakhir. Baik konsumsi makanan, maupun bukan makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata sebulan. Angka-angka konsumsi/pengeluaran rata-rata per kapita yang disajikan dalam publikasi ini diperoleh dari hasil bagi jumlah konsumsi seluruh rumah tangga (baik mengonsumsi makanan maupun tidak) terhadap jumlah penduduk.
http://papuabarat.bps.go.id
rata Pengeluaran Per Kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk
http://papuabarat.bps.go.id
rata Pengeluaran Per Kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya
http://papuabarat.bps.go.id
konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya
Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan
http://papuabarat.bps.go.id
Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan
http://papuabarat.bps.go.id
tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha atau
http://papuabarat.bps.go.id
rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain.
http://papuabarat.bps.go.id
yang diberikan kepada pihak lain.
Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu terakhir,
http://papuabarat.bps.go.id
Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama seminggu terakhir,
http://papuabarat.bps.go.id
sedangkan konsumsi bukan makanan dihitung sebulan dan setahun terakhir. Baik
http://papuabarat.bps.go.id
sedangkan konsumsi bukan makanan dihitung sebulan dan setahun terakhir. Baik konsumsi makanan, maupun bukan makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam
http://papuabarat.bps.go.id
konsumsi makanan, maupun bukan makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam pengeluaran rata
http://papuabarat.bps.go.id
pengeluaran rata
II. Pembahasan dan Analisis
Pada bab ini akan dibahas mengenai pola pengeluaran hasil pencacahan bulan Maret 2015 menurut kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat. Pembahasan dirinci menurut sub kelompok makanan untuk nilai rupiah yang dikeluarkan serta beberapa komoditi untuk nilai dan kuantitas yang dikonsumsi. Selain itu, pembahasan pada bab ini juga mencakup mengenai konsumsi kalori dan protein yang dirinci menjadi sumber kalori dan protein dari makanan dimasak di rumah dan makanan minuman jadi.
2.1 Pengeluaran Konsumsi Penduduk 2.1.1 Pola Pengeluaran Maret 2015
Dalam ilmu ekonomi, hukum Engel mengatakan bahwa saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan meningkat . Hukum ini menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran konsumen untuk produk makanan (dalam persenan) meningkat lebih kecil daripada peningkatan pendapatan. Salah satu penerapan hukum Engle adalah untuk melihat standar hidup suatu negara.
Pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk. Seperti yang dikatakan pada hukum Engle bahwa akan terjadi sebuah pergeseran dari proporsi pengeluaran konsumen untuk produk makanan saat pendapatan meningkat, artinya pada titik dimana pemenuhan kebutuhan makanan sudah tercukupi saat pendapatan meningkat maka peningkatan pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan atau disimpan sebagai tabungan/investasi.
Tabel 2.1 menyajikan data persentase rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok makanan dan bukan makanan per kabupaten di Provinsi Papua Barat.
Secara regional wilayah Provinsi Papua barat, persentase pegeluaran untuk konsumsi makanan sebesar 49,77 persen dan bukan makanan sebesar 50,23 persen.
Pada tingkat kabupaten terdapat variasi komposisi pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan yang signifikan. Persentase pengeluaran yang terendah untuk makanan terdapat di Kabupaten Manokwari, yaitu 44,63 persen, sedangkan yang
http://papuabarat.bps.go.id
Dalam ilmu ekonomi, hukum Engel mengatakan bahwa saat pendapatan
http://papuabarat.bps.go.id
Dalam ilmu ekonomi, hukum Engel mengatakan bahwa saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan berkurang,
http://papuabarat.bps.go.id
meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan meningkat . Hukum ini menunjukkan
http://papuabarat.bps.go.id
bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan meningkat . Hukum ini menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran konsumen untuk produk makanan (dalam persenan)
http://papuabarat.bps.go.id
bahwa proporsi pengeluaran konsumen untuk produk makanan (dalam persenan) meningkat lebih kecil daripada peningkatan pendapatan. Salah satu penerapan
http://papuabarat.bps.go.id
meningkat lebih kecil daripada peningkatan pendapatan. Salah satu penerapan hukum Engle adalah untuk melihat standar hidup suatu negara.
http://papuabarat.bps.go.id
hukum Engle adalah untuk melihat standar hidup suatu negara.
Pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk
http://papuabarat.bps.go.id
Pola pengeluaran merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk
http://papuabarat.bps.go.id
mengukur tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk. Seperti yang dikatakan pada
http://papuabarat.bps.go.id
mengukur tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk. Seperti yang dikatakan pada hukum Engle bahwa akan terjadi sebuah pergeseran dari proporsi pengeluaran
http://papuabarat.bps.go.id
hukum Engle bahwa akan terjadi sebuah pergeseran dari proporsi pengeluaran konsumen untuk produk makanan saat pendapatan meningkat, artinya pada titik
http://papuabarat.bps.go.id
konsumen untuk produk makanan saat pendapatan meningkat, artinya pada titik dimana pemenuhan kebutuhan makanan sudah tercukupi saat pendapatan meningkat
http://papuabarat.bps.go.id
dimana pemenuhan kebutuhan makanan sudah tercukupi saat pendapatan meningkat
tertinggi terdapat di Kabupaten Pegunungan Arfak, yaitu 88,69 persen. Artinya tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Manokwari lebih tinggi dari kabupaten lainnya, sebaliknya tingkat kesejahteraan penduduk kabupaten Pegunungan Arfak paling rendah di Provinsi Papua Barat.
Tabel 2.1 Persentase Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan menurut Kabupaten/Kota, Maret 2015
Tiga wilayah dengan persentase pengeluaran untuk makanan terbesar di Papua Barat adalah Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong Selatan, dan Kab. Tambraw.
Sedangkan tiga wilayah dengan persentase pengeluaran untuk makanan terendah adalah Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Kabupaten Teluk Bintuni.
Rata-rata pengeluaran per kapita selama sebulan untuk semua kabupaten/kota di Papua Barat ditampilan pada Tabel 2.2. Secara regional wilayah Provinsi Papua Barat, pengeluaran rata-rata per kapita penduduk sebesar Rp 1 030 232,-. Kabupaten dengan pengeluaran rata-rata per kapita tertinggi adalah Kabupaten Teluk Bintuni sebesar Rp 1 448 706,-, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Pegunungan Arfak Rp 256 334,-. Dari 13 kabupaten di Papua Barat , empat diantaranya memliki rata-rata pengeluaran perkapita diatas satu juta rupiah yaitu, Kab. Teluk Bintuni, Kab.
Kabupaten/Kota Konsumsi Makanan
Konsumsi Bukan
Makanan Total
(1) (2) (3) (4)
Kab. Fakfak 59,04 40,96 100,00
Kab. Kaimana 52,06 47,94 100,00
Kab. Teluk Wondama 54,80 45,20 100,00
Kab. Teluk Bintuni 46,39 53,61 100,00
Kab. Manokwari 44,63 55,37 100,00
Kab. Sorong Selatan 72,13 27,87 100,00
Kab. Sorong 49,02 50,98 100,00
Kab. Raja Ampat 51,09 48,91 100,00
Kab. Tambraw 67,28 32,72 100,00
Kab. Maybrat 60,20 39,80 100,00
Kab. Manokwari Selatan 62,70 37,30 100,00
Kab. Pegunungan Arfak 88,69 11,31 100,00
Kota Sorong 45,84 54,16 100,00
Provinsi Papua Barat 49,77 50,23 100,00
http://papuabarat.bps.go.id
45,20
http://papuabarat.bps.go.id
45,20 53,61
http://papuabarat.bps.go.id
53,61 55,37
http://papuabarat.bps.go.id
55,37 27,87
http://papuabarat.bps.go.id
27,87
67,28
http://papuabarat.bps.go.id
67,28
http://papuabarat.bps.go.id
60,20
http://papuabarat.bps.go.id
60,20 62,70
http://papuabarat.bps.go.id
62,70 88,69
http://papuabarat.bps.go.id
88,69
http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id
Tiga wilayah dengan persentase pengeluaran untuk makanan terbesar di Papua
http://papuabarat.bps.go.id
Tiga wilayah dengan persentase pengeluaran untuk makanan terbesar di Papua Barat adalah Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong Selatan, dan Kab. Tambraw.
http://papuabarat.bps.go.id
Barat adalah Kab. Pegunungan Arfak, Kab. Sorong Selatan, dan Kab. Tambraw.
http://papuabarat.bps.go.id
Manokwari, Kab. Sorong Selatan, dan Kota Sorong. Sisanya, sembilan kabupaten berada pada pengeluaran perkapita di bawah satu juta.
Tabel 2.2 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kabupaten/Kota dan Daerah Tempat Tinggal, Maret 2015
2.1.2 Rata-rata Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Bahan Makanan
Papua Barat merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua dan sebagian besar berbatasan dengan laut dan samudera. Dalam hal jenis bahan makanan yang dikonsumsi ada lima jenis bahan makanan penyumbang terbesar terhadap nilai konsumsi makanan di Papua Barat, kelima jenis bahan itu ialah beras/beras ketan, ikan dan udang segar, telur ayam ras/kampung, minyak kelapa/goreng, dan gula pasir.
Rata-rata konsumsi per kapita sebulan untuk komoditi beras/beras ketan adalah 6,442 kg, gula pasir adalah 6,665 ons, ikan dan udang segar adalah 2,665 kg, bawang merah adalah 2,063 ons, telur ayam ras/kampung adalah 5,369 butir, sedangkan pada komoditi daging sapi 0,033 kg, susu bubuk bayi adalah 0,050 kg, jagung pipilan/beras jagung adalah 0,004 kg, dan jagung basah dengan kulit adalah 0,061 kg seperti tersaji
Kabupaten/Kota Konsumsi
Makanan Konsumsi Bukan
Makanan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Kab. Fakfak 377 601 261 917 639 518
Kab. Kaimana 467 337 430 343 897 680
Kab. Teluk Wondama 481 058 396 771 877 829
Kab. Teluk Bintuni 672 077 776 629 1 448 706
Kab. Manokwari 529 887 657 508 1 187 395
Kab. Sorong Selatan 883 730 341 386 1 225 116
Kab. Sorong 447 272 465 186 912 458
Kab. Raja Ampat 434 131 415 585 849 716
Kab. Tambraw 244 602 118 981 363 583
Kab. Maybrat 357 236 236 178 593 414
Kab. Manokwari Selatan 391 847 233 089 624 936
Kab. Pegunungan Arfak 156 378 99 956 256 334
Kota Sorong 592 422 699 816 1 292 238
Provinsi Papua Barat 512 796 517 436 1 030 232
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi dan Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Bahan Makanan
http://papuabarat.bps.go.id
Bahan Makanan
Papua Barat merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua dan
http://papuabarat.bps.go.id
Papua Barat merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua dan 396 771
http://papuabarat.bps.go.id
396 771 776 629
http://papuabarat.bps.go.id
776 629 657 508
http://papuabarat.bps.go.id
657 508 341 386
http://papuabarat.bps.go.id
341 386 465 186
http://papuabarat.bps.go.id
465 186 244 602
http://papuabarat.bps.go.id
244 602 357 236
http://papuabarat.bps.go.id
357 236 391 847
http://papuabarat.bps.go.id
391 847 156 378
http://papuabarat.bps.go.id
156 378 592 422
http://papuabarat.bps.go.id
592 422
http://papuabarat.bps.go.id
http://papuabarat.bps.go.id
pada Tabel 2.3.
Sebagian besar kabupaten mengonsumsi beras sekitar 6 kg per kapita sebulan, pada tiga kabupaten ada yang mengonsumsi beras di atas 7 kg per kapita sebulan yaitu Kab. Fakfak, Kab. Manokwari, dan Kab. Raja Ampat, sedangkan kabupaten terendah mengonsumsi beras adalah Kabupaen Pagunungan Arfak yaitu 3,273 kg. Sehingga dapat dikatakan bahwa beras adalah jenis bahan makanan yang paling dominan di konsumsi di semua kabupaten/kota Papua Barat.
Tabel 2.3 Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan (Banyaknya dan Nilai) Beberapa Jenis Makanan di Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Jenis bahan makanan Satuan Banyaknya Nilai (Rp)
(1) (2) (3) (4)
1. Beras/ beras ketan Kg 6,442 68 041
2. Jagung basah dengan kulit Kg 0,061 638
3. Jagung pipilan/ beras jagung Kg 0,004 27
4. Ketela pohon/singkong Kg 0,660 5 855
5. Ketela rambat/ubi Kg 0,643 4 191
6. Gaplek Kg 0,000 1
7. Ikan dan udang segar Kg 2,665 55 941
8. Ikan dan udang di awetkan Ons/0.1 Kg 0,639 2 981
9. Daging sapi Kg 0,033 2 671
10. Daging ayam ras/kampung Kg 0,226 10 213
11. Telur ayam ras/kampung Butir/Unit 5,369 12 528
12. Telur itik/manila Butir/Unit 0,053 200
13. Susu kental manis 397 Grams 0,486 3 862
14. Susu bubuk bayi Kg 0,050 6 804
15. Bawang merah Ons/0.1 Kg 2,063 7 094
16. Bawang putih Ons/0.1 Kg 1,902 6 643
17. Cabe merah Kg 0,088 1 562
18. Cabe rawit Kg 0,301 6 126
19. Tahu Kg 0,367 4 195
20. Tempe Kg 0,276 3 770
21. Minyak kelapa/goreng Liter 1,080 18 358
22. Kelapa Butir/Unit 0,409 1 530
23. Gula pasir Ons/0.1 Kg 6,665 11 085
http://papuabarat.bps.go.id
Banyaknya
http://papuabarat.bps.go.id
Banyaknya
http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id
(3)
http://papuabarat.bps.go.id
(3)
http://papuabarat.bps.go.id
6,442
http://papuabarat.bps.go.id
6,442 Kg
http://papuabarat.bps.go.id
Kg Kg
http://papuabarat.bps.go.id
Kg Kg
http://papuabarat.bps.go.id
Kg
8. Ikan dan udang di awetkan
http://papuabarat.bps.go.id
8. Ikan dan udang di awetkan
http://papuabarat.bps.go.id
10. Daging ayam ras/kampung
http://papuabarat.bps.go.id
10. Daging ayam ras/kampung 11. Telur ayam ras/kampung
http://papuabarat.bps.go.id
11. Telur ayam ras/kampung
12. Telur itik/manila
http://papuabarat.bps.go.id
12. Telur itik/manila
http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id
2.2 Konsumsi Kalori dan Protein
Tingkat kecukupan gizi dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk yang dihitung berdasarkan banyaknya kalori dan protein yang dikonsumsi. Besarnya konsumsi kalori dan protein dihitung dengan mengalikan kuantitas setiap makanan yang dikonsumsi dengan nilai kandungan kalori dan protein setiap jenis makanan kemudian hasilnya dijumlahkan.
Menurut hasil Widyakarsa Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2012, standar kecukupan kalori dan protein penduduk Indonesia per kapita sehari masing- masing sebesar 2 150 kkal dan 57 gram protein.
2.2.1 Konsumsi Kalori dan Protein Maret 2015
Rata-rata konsumsi kalori dan protein penduduk Papua Barat per kapita sehari hasil Susenas Maret 2015 sebesar 1 832,98 kkal dan 49,69 gram protein (lihat tabel 3.1). Berdasarkan standar kecukupan konsumsi kalori dan protein per kapita sehari maka rata-ratakonsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia pada Maret 2015 masih berada di bawah standar kecukupan.
Tabel 2.4 Rata-Rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Makanan yang Dimasak di Rumah, Makanan dan Minuman Jadi, Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Pada Tabel 2.4. juga menunjukkan konsumsi kalori dan protein penduduk yang dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan minuman yang dimasak di rumah serta konsumsi makanan dan minuman jadi. Perubahan pada persentase konsumsi makanan dan minuman jadi dapat mengindikasikan perubahan pola konsumsi yang berkaitan dengan proses modernisasi. Meski demikian, rata-rata konsumsi kalori dan protein di Papua Barat masih lebih banyak didominasi oleh makanan yang dimasak di rumah dibandingkan dengan makanan dan minuman jadi.
Rincian Kalori Protein
(1) (2) (3)
1. Makanan di masak di rumah 1.628,44 44,28
2. Makanan dan minuman jadi 204,54 5,41
Jumlah 1.832,98 49,69
http://papuabarat.bps.go.id
rata konsumsi kalori dan protein penduduk Papua Barat per kapita sehari
http://papuabarat.bps.go.id
rata konsumsi kalori dan protein penduduk Papua Barat per kapita sehari hasil Susenas Maret 2015 sebesar 1 832,98 kkal dan 49,69 gram protein (lihat tabel
http://papuabarat.bps.go.id
hasil Susenas Maret 2015 sebesar 1 832,98 kkal dan 49,69 gram protein (lihat tabel 3.1). Berdasarkan standar kecukupan konsumsi kalori dan protein per kapita sehari
http://papuabarat.bps.go.id
3.1). Berdasarkan standar kecukupan konsumsi kalori dan protein per kapita sehari ratakonsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia pada Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
ratakonsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia pada Maret 2015 masih berada di bawah standar kecukupan.
http://papuabarat.bps.go.id
masih berada di bawah standar kecukupan.
Rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari
http://papuabarat.bps.go.id
Rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Makanan yang Dimasak di Rumah, Makanan dan Minuman Jadi,
http://papuabarat.bps.go.id
menurut Makanan yang Dimasak di Rumah, Makanan dan Minuman Jadi, Provinsi Papua Barat, Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Rincian
http://papuabarat.bps.go.id
Rincian
(1)
http://papuabarat.bps.go.id
(1)
1. Makanan di masak di rumah
http://papuabarat.bps.go.id
1. Makanan di masak di rumah
2. Makanan dan minuman jadi
http://papuabarat.bps.go.id
2. Makanan dan minuman jadi
http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id
Tabel 2.5. menyajikan rata-rata konsumsi kalori (kkal) dan protein (gram) per kapita sehari menurut kelompok makanan di Provinsi Barat. Untuk padi-padian, konsumsi kalori per kapita sehari adalah 802,45 kkal dan protein sebanyak 18,87 gram,. Kelompok padi-padian ini lah yang menjadi penyuplai sumber kalori dan protein terbesar di Papua Barat. Pada kelompok makanan jenis ikan/udang/cumi/
kerang sebanyak 72,49 kkal konsumsi kalorinya dan 12,21 gram protein per kapita sehari, daging sebanyak 43,61 kkal dan 2,20 gram protein, sayur-sayuran sebanyak 31,10 kkal dan 2,31 gram protein, dan minyak dan kelapa sebanyak 277,54 kkal dan 0,19 gram.
Tabel 2.5 Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Kelompok Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
Begitu pun pada Tabel 2.6 yang menyajikan rata-rata konsumsi kalori dan protein per
kapira sehari beberapa jenis bahan makanan yang lebih rinci dari beberapa kelompok makanan dalam Tabel 2.5. Jenis bahan makanan seperti ikan dan udang segar yaitu 67,07 kkal rata-rata konsumsi kalori dan 11,47 gram rata-rata konsumi protein per kapita sehari.
Artinya, setiap orang di Papua Barat mendapat kalori sebanyak 67,07 kkal dan protein
Kelompok Makanan Kalori Protein
(1) (2) (3)
1. Padi-padian 802,45 18,87
2. Umbi-umbian 124,80 0,74
3. Ikan/udang/cumi/kerang 72,49 12,21
4. Daging 43,61 2,20
5. Telur dan susu 56,39 2,66
6. Sayur-sayuran 31,10 2,31
7. Kacang-kacangan 25,53 2,58
8. Buah-buahan 40,84 0,48
9. Minyak dan kelapa 277,54 0,19
10. Bahan minuman 96,57 0,66
11. Bumbu-bumbuan 4,93 0,25
12. Konsumsi lainnya 52,20 1,12
13. Makanan dan minuman jadi 204,54 5,41
Jumlah 1 832,98 49,69
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari
http://papuabarat.bps.go.id
rata Konsumsi Kalori (Kkal) dan Protein (Gram) per Kapita Sehari menurut Kelompok Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
http://papuabarat.bps.go.id
menurut Kelompok Makanan Provinsi Papua Barat, Maret 2015
rata konsumsi kalori dan protein per
http://papuabarat.bps.go.id
rata konsumsi kalori dan protein per
http://papuabarat.bps.go.id http://papuabarat.bps.go.id
kacangan
http://papuabarat.bps.go.id
kacangan
9. Minyak dan kelapa
http://papuabarat.bps.go.id
9. Minyak dan kelapa