• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesuksesan Implementasi Sistem Open Public Access Catalog Dengan Delone and Mclean Model Pada Perpustakaan Universitas Brawijaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Kesuksesan Implementasi Sistem Open Public Access Catalog Dengan Delone and Mclean Model Pada Perpustakaan Universitas Brawijaya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya 1961

Evaluasi Kesuksesan Implementasi Sistem Open Public Access Catalog Dengan Delone and Mclean Model Pada Perpustakaan Universitas

Brawijaya

Alpia Pentidari1, Aditya Rachmadi2, Admaja Dwi Herlambang3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1alpiapentidari4@gmail.com, 2rachmadi.aditya@ub.ac.id,3herlambang@ub.ac.id

Abstrak

Open Public Access Catalog (OPAC) adalah salah satu sistem yang digunakan dan dimanfaatkan oleh perpustakaan Universitas Brawijaya untuk menyediakann informasi terkait ketersediaan dan koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakaan. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kesuksesan implementasi sistem Open Publicc Access Catalog (OPAC) pada perpustakaan Universitas Brawijaya dengan menggunakan Delone and Mclean Model. Terdiri dari enam variabel yaitu system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction dan net benefit. Populasi pada penelitian ini diperoleh dari jumlah mahasiswa aktif Universitas Brawijaya sebesar 57.975 orang. Data yang didapatkan dari penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner dan dengan menggunakan teknik stratified purposive sampling, didapatkan sampel penelitian sebesar 113 responden. Hasil yang di dapatkan pada penelitian ini berupa kondisi pada tiap variabel yang ada pada Delone and Mclean Model. Variabel system quality, use, user satisfaction dan net benefit berada pada kategori tinggi sedangkan variabel information quality dan service quality berada pada kategori cukup tinggi. Dari hasil yang didapatkan diperlukan adanya prioritas perbaikan pada indikator-indikator yang dimiliki oleh variabel Delone and Mclean Model dengan persentase rata-rata tiap indikator yang berada dibawah persentase rata-rata keseluruhan indikator.

Kata kunci: OPAC, Delone and Mclean Model, Kesuksesan

Abstract

Open Public Access Catalog (OPAC) is one of the systems used and utilized by the library of Brawijaya University to provide information related to the availability and collection of books owned by the library. The purpose of this study was to determine the success of the implementation of the Open Public Access Catalog (OPAC) system in the library of Brawijaya University using Delone and Mclean Model. Delone and Mclean Model consists of six variables, namely system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction and net benefits. The population in this study was obtained from the number of active students of Brawijaya University as users of the OPAC system of 57.975 people. The data obtained from this study were obtained from questionnaires and by using the stratified purposive sampling technique, then obtained a sample of 113 respondents. The results obtained in this study are in the condition of each variable in the Delone and Mclean Model.

system quality, use, user satisfaction and net benefits are in the high category while information quality and service quality variables are in the high enough category. From the results obtained, it is necessary to prioritize improvements in the indicators possessed by the Delone and Mclean Model variables with an average percentage of each indicator that is below the average percentage of the overall indicator.

Keywords: OPAC, Delone and Mclean Model, Success

(2)

1. PENDAHULUAN

Sekarang informasi menjadi sangat penting. Informasi menjadi suatu kebutuhan setiap kalangan. Untuk memperoleh informasi tersebut disediakan suatu fasilitas untuk memberikan layanan informasi, terutama informasi tentang literatur agar mudah dijangkau oleh publik yaitu dengan adanya perpustakaan. Perpustakaan dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi dan sebagai salah satu fasilitas yang menyajikan sumber pengetahuan.

Perpustakaan Universitas Brawijaya memfasilitasi, menjaga dan meningkatkan mutu dan kualitas pengetahuan mahasiswa, menunjang kelengkapan pada bidang pendidikan, penelitian, menyediakan koleksi buku dan memberikan fasilitas dengan ditunjang oleh teknologi informasi. Salah satu sistem informasi yang digunakan pada perpustakaann Universitas Brawijaya adalah Online Public Access Catalog atau biasa disebut OPAC. Online Public Access Catalog (OPAC) pada Universitas Brawijaya adalah suatu sistem katalog yang digunakan untuk mendukung layanan perpustakaan, mengotomatisasi layanan sekaligus mengelola dan menampilkan informasi koleksi secara digital sehingga informasi yang didapat juga bisa digunakan untuk menambah wawasan maupun meningkatkan mutu dan kualitas pengetahuan yang dimiliki mahasiswa. Dengan adanya OPAC pengunjung tidak perlu bersusah payah untuk melakukan pencarian lokasi buku berada pada setiap rak-rak buku yang tersedia, pengguna hanya perlu mengakses OPAC untuk melakukan pencarian informasi yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola OPAC, sistem sudah digunakan untuk pelayanan namun masih terdapat beberapa masalah seperti keluhan mengenai koneksi internet yang lambat dan beberapa fitur yang belum bisa digunakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya sebagai pengguna OPAC mereka merasa sistem susah untuk digunakan dan dipahami, beberapa informasi ketersediaan buku yang tidak diperbarui sehingga informasi menjadi tidak akurat, tidak jelasnya penyajian informasi sehingga membuat mahasiswa kurang bisa memahami informasi yang ditampilkan dan masih terdapat beberapa fitur yang belum sesuai

dengan fungsinya. Kendala tersebut membuat mahasiswa menjadi tidak puas terhadap layanan yang disediakan dan beberapa mahasiswa lebih memilih menggunakan sistem lain. Apalagi salah satu misi dari perpustakaan Universitas Brawijaya sendiri adalah memberikan pelayanan yang bisa membuat pengunjung perpustakaan merasa puas. Dari kendala- kendala yang masih terjadi tersebut tentunya menjadi perhatian bagi pihak perpustakaan dalam memberikan layanan secara maksimal salah satunya melalui layanan sistem Open Public Access Catalog (OPAC).

Dari permasalahan diatas maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kesuksesan implementasi Open Public Access Catalog (OPAC) pada perpustakaan Universitas Brawijaya karena dengan adanya evaluasi ini organisasi bisa mengetahui seberapa jauh sebuah produk yang diinvestasikan atau dihasilkan bisa berkontribusi dalam organisasi dan mengetahui bagaimana kondisi dari tiap faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan implementasi sistem. Evaluasi ini dilakukan kepada mahasiswa aktif S1 pada Universitas Brawijaya yang pernah menggunakan sistem OPAC.

Dari referensi diatas maka dipilihlah Delone and Mclean Model dalam melakukan evaluasi kesuksesan implementasi sistem.

Menurut Saputro, Budiyanto & Santoso (2015) Delone and Mclean Model adalah model yang mendapatkan perhatian lebih dari para peneliti untuk mengukur tingkat kesuksesan sistem informasi. Penggunaan Delone and Mclean Model adalah untuk melakukan penilaian terhadap kesuksesan sistem informasi berdasarkan enam variabel pengukuran kesuksesan pada sistem informasi yang terdiri dari information quality, system quality, service quality, user satisfaction, use, dan net benefit (Delone & McLean, 2003).

2. METODOLOGI

Alur dari metode penelitian yang digunakan pada penelitian evaluasi kesuksesan implementasi sistem Open Public Access Catalog pada Perpustakaan Universitas Brawijaya yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada Gambar 1. Alur metode penelitian yang digunakan terdiri dari sembilan tahap.

Pada Gambar 1 menggambarkan desain penelitian dari tahap awal sampai tahap akhir.

(3)

Gambar 1. Alur Model Penelitian

Tahap pertama adalah mengidentifikasikan masalah yang terjadi dan menetapkan objek penelitian yang akan digunakan berdasarkan studi pendahuluan yang sebelumnya dilakukan.

Selanjutnya melakukan studi literatur mengenai teori kesuksesan Delone and Mclean Model.

Tahap selanjutnya adalah melakukan pembuatan kuesioner berdasarkan pada variabel dan indikator yang terdapat pada Delone and Mclean Model. Setelah kuesioner dibuat, dilakukan validasi kepada dua ahli (expert judgement) dengan melakukan penilaian menggunakan skala likert 5 poin. Hasil penelitan lalu dihitung menggunakan rumus Aiken’s V.

Setelah mendapatkan pernyataan yang valid dan telah dilakukan perbaikan pada pernyataan yang tidak valid, tahap selanjutnya adalah dilakukan pilot study. Pilot study dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 responden penelitian (Lancaster, Dodd & Williamson, 2002). Hasil yang didapatkan dari pilot study akan menghasilkan nilai validitas dan reliabilitas. Pernyataan dapat dikatakan valid jika memiliki nilai lebih besar daripada 0,306 dan pernyataan dianggap reliabel dengan melihat nilai dari Cronbach’s Alpha apakah lebih dari 0,306. Jika nilai Cronbach’s Alphaa lebih besar daripada 0,306 maka pernyataan dianggap reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data selanjutnya.

Untuk penyataan yang tidak valid dan reliabel

maka pernyataan tersebut tidak digunakan pada kuesioner selanjutnya.

Penelitian ini menggunakan sampel sebesar 113 orang responden yang didapat dari lima belas fakultas dengan menggunakan teknik stratified purposive sampling yaitu dengan membagi sampel berdasarkan strata agar data yang didapatkan dapat proporsional.

Pengumpulan data dengan kuesioner dilakukan menggunakan google form.

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji linearitas. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah teknik pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016).

Langkah selanjutnya adalah melakukan perumusan rekomendasi. Hasil analisis pengolahan data dibahas dan didapatkan suatu rekomendasi perbaikan untuk sistem. Indikator- indikator dengan nilai rendah dan dibawah rata- rata akan mendapatkan prioritas perbaikan.

Tahap terakhir adalah menarik simpulan dan pemberian saran.

3. HASIL DAN ANALISIS DATA 3.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji homogenitas dan uji linearitas. Pada uji normalitas. Uji asumsi klasik ini dilakukan pada enam variabel Delone and Mclean Model.

Variabel tersebut adalah system quality, information quality, service quality, use, user satisfaction dan net benefit.

Uji normalitas berfungsi mengetahui apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas data variabel yang dapat dikatakan terdistribusi normal adalah variabel system quality. Sedangkan variabel yang tidak terdistribusi normal adalah variabel iinformation quality, service quality, use, user satisfaction dan net benefit.t

Uji homogenitas bertujuan uuntuk mengetahui sebaran data dari setiap variabel memiliki sifat yang homogen dan tidak menyimpang dari ciri–ciri data yang sama.

Hasil dari uji homogenitas adalah hanya

(4)

terdapat satu model yang tidak homogen dari dua belas model yang diuji yaitu antara variabel user satisfaction dengan service quality.

Uji linearitas digunakann untuk mengetahui apakah variabel–variabel yang digunakan pada penelitian memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan. Hasil uji linearitas menunjukan bahwa terdapat empat model yang linear dari dua belas model yang diuji, yaitu model user satisfaction dan service quality, user satisfaction dan information quality, user satisfaction dan service quality, user satisfaction dan net benefit. Terakhir net benefit dengan user satisfaction.

3.2 System Quality

Indikator ease of use memiliki dua pernyataan dan nilai rerata keduanya sebesar 3,69. Persentase rerata sebesar 73,8% dan termasuk dalam kategori tinggi. Indikator reliability memiliki nilai rerata sebesar 3,25.

Persentase rerata sebesarr 65% dan termasuk dalam kategori cukup tinggi. Indikator response time memiliki nilai rerata sebesar 2,66.

Persentase rerata sebesar 53,2% dan termasuk dalam kategori cukup tinggi. Indikator flexibility memiliki dua pernyataan dan nilai rerata keduanya sebesar 3,51. Persentase rerata keduanya sebesar 70,2% dan termasuk dalam kategori tinggi. Indikator availability memiliki nilai rerata sebesar 3,75. Persentase rata-rata sebesar 75% dan termasuk dalam kategori tinggi. Persentase rerata total system quality secara keseluruhan sebesar 67,44% dan berada pada kategori cukup tinggi. Indikator yang perlu mendapat prioritas perbaikan karena berada di bawah rerata adalah realibility dan response time.

3.3 Information Quality

Indikator completeness memiliki rerata sebesar 3,50. Persentase rerata sebesarr 70%

dan termasuk dalam kategori tinggi. Indikator format memiliki rerata sebesar 3,06. Persentase rerata sebesar 61,2% dan termasuk kategori cukup tinggi. Indikator relevance memiliki rerata sebesar 3,63. Persentase rerata sebesar 72,6% dan berada pada kategori tinggi.

Indikator accurate memiliki rerata sebesar 2,58.

Persentase rerata sebesarr 51,6% dan termasuk dalam kategori cukup tinggi. Indikator timeliness memiliki rerata sebesar 3,27.

Persentase rerata sebesar 65,4% dan berada pada kategori cukup tinggi. Persentase rerata total information quality secara keseluruhan

sebesar 64,16% dan berada pada kategori cukup tinggi. Indikator yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan karena berada di bawah rerata adalah format dan accurate.

3.4 Service Quality

Indikator emphaty memiliki rerata sebesar 2,74. Persentase rerata sebesar 54,8% dan termasuk dalam kategori cukup tinggi.

Indikator assurance memiliki nilai rerata sebesar 3,05. Persentase rerata sebesar 61% dan berada pada kategori cukup tinggi. Indikator responsiveness memiliki rerata sebesar 3,28.

Persentase rerata sebesar 65,6% dan berada pada kategori cukup tinggi. Persentase rerata total service quality secara keseluruhan sebesar 60,46 dan berada pada kategori cukup tinggi.

Indikator yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan karena berada di bawah rerata adalah emphaty.

3.5 Use

Indikator frequency of use memiliki rerata sebesar 3,73. Persentase rerata sebesar 74,6%

dan termasuk pada kategori tinggi. Indikator nature of use memiliki rerata sebesar 4,10.

Persentase rerata sebesar 82% dan berada pada kategori tinggi. Persentase rerata total use secara keseluruhan sebesar 78,3% dan berada pada kategori tinggi. Indikator yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan karena berada di bawah rerata adalah frequency of use.

3.6 User Satisfaction

Indikator effectiveness memiliki rerata sebesar 3,60. Persentase rerata sebesar 72% dan berada pada kategori tinggi. Pada indikator efficiency memiliki rata-rata sebesar 3,93.

Persentase rerata sebesar 78,6% dan berada pada kategori tinggi. Indikator kepuasan menyeluruh memiliki rerata sebesar 3,73.

Persentase rerata sebesar 74,6% dan berada pada kategori tinggi. Persentase rerata total user satisfaction sebesar 75,06% dan berada pada kategori tinggi. Indikator yang perlu mendapatkan priotitas perbaikan karena berada di bawah rerata adalah indikator effectiveness dan indikator kepuasan menyeluruh.

3.7 Net Benefit

Indikator improved knowledge memiliki rerata sebesar 3,49. Persentase rerata sebesar 69,8% dan berada pada kategori tinggi.

Indikator time savings memiliki rerata sebesar 4,11. Persentase rerata sebesar 82,2 dan berada

(5)

73,80% 65%53,20%70,20% 75%

0,00%

100,00%

System Quality

ease of use reliability response time flexibility availability

pada kategori tinggi. Persentase rerata total pada net benefit sebesar 76% dan berada pada kategori tinggi. Indikator yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan karena berada di bawah rerata adalah indikator improved knowledge.

4. PEMBAHASAN

Gambar 2. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator System Quality

Variabel system quality digunakan untuk mengukur kualitas dari sistem dalam hal performa hardware dan software yang dapat menyediakan informasi kebutuhan pengguna.

Menurut Urbach & Muller (2011) system quality adalah karakteristik dari apa yang diinginkan dari sistem informasi dan fokus pada usability aspect dan karakteristik dari kinerja sistem. System quality juga diartikan sebagai kinerja dari sistem informasi dalam hal kehandalan, kemudahan untuk digunakan, fungsionalitas dan metrik sistem lainnya (Peter

& Mclean, 2009). Terdapat lima indikator pada variabel system quality yaitu ease of use (kemudahan penggunaan), reliability (kehandalan sistem), response time, flexibility (fleksibilitas) dan availability (ketersediaan).

Indikator yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan adalah indikator reliability dan response time karena berada di bawah persentase rata-rata total system quality sebesar 67,4%. Indikator reliability dimaksudkan untuk mengetahui kualitas di mana sistem dapat diandalkan sehingga kebutuhan pengguna dapat terpenuhi tanpa adanya masalah yang mengganggu pengguna saat menggunakann sistem (Nugroho

& Auliana, 2013). Menurut Delone & Mclean (2003) reliability diartikan sebagai ketahanan sistem dari kerusakan dan kesalahan. Menurut Delone & Mclean (2003) indikator response time adalah kecepatan dalam pemrosesan atau waktu respon yang dibutuhkan. Response time adalah seberapa cepat sistem menampilkan

informasi yang dibutuhkan oleh pengguna (Saufa & Wahyu, 2017). Berdasarkan masalah yang dirasakan pengguna bahwa kecepatan sistem yang lambat dalam menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

Menurut Kurniawan & Widiyanto (2016) response time yang baik ditandai dengan durasi loading time yang cepat dan kehandalan web server memiliki pengaruh signifikan dalam memberikan kenyamanan bagi user ketika mengakses konten website. Berdasarkan Google PageSpeed Insight dihasilkan nilai page speed berada pada kategori slow. Page speed sendiri adalah kecepatan loading yang dibutuhkan oleh OPAC. Hal yang perlu diperhatikan adalah dengan mengahapus fitur pada OPAC yang dirasa tidak penting seperti fitur pendaftaran anggota, meminimalkan file CSS, HTML, javascript dan melakukan compress image sehingga diharapkan mempengaruhi response time menjadi lebih cepat. (Manhas, 2013). Menurut Saufa &

Wahyu (2017) response time juga dapat dipengaruhi oleh jaringan internet di lokasi sehingga perlu adanya perhatian terhadap peningkatan kecepatan internet pada Perpustakaan Universitas Brawijaya. Menurut Fui & Nah (2014) bahwa web harus memiliki response time terhadap pengguna dalam waktu dua detik.

Gambar 3. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator Information Quality

Variabel information quality adalah pengukuran terhadap output yang dihasilkan pada sistem informasi untuk mengukur kualitas informasi. Informasi tersebut berkualitas jika layak untuk digunakan dann sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Information quality yaitu karakteristik yang diinginkan dari output sistem yaitu laporan manajemen.

Kualitas dari informasi pada karakteristik yang diinginkan untuk dihasilkan oleh sistem informasi (Petter, Delone, & Mclean, 2008).

70,00%61,20%53,20%72,60%

52%

0,00%

100,00%

Information Quality

completeness format relevan accurate timeliness

(6)

Menurut Urbach & Muller (2011) information quality adalah output dari suatu sistem informasi yang diinginkan. Pada information quality terdapat lima indikator dan digunakan untuk mengukur kualitass dari informasi yaitu completeness (kelengkapan), format (penyajian informasi), relevance (relevan), accurate (akurat) dan timeliness (tepat waktu). Indikator yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan adalah indikator format dan accurate karena berada di bawah persentase rata-rata total information quality sebesar 64,16%. Indikator format didefinisikan sebagai informasi yang disajikan atau ditampilkan oleh sistem mudah untuk dilihat dan dibaca sehingga penguna mudah dalam membaca informasi (Nugroho & Auliana, 2013). Indikator accurate didefinisikan sebagai tepat atau tidaknya informasi dapat dihasilkan oleh sistem (Bailey

& Pearson, 1983). Akurasi di ukur dengan membandingkan data yang ada dengan kejadian aktual, data yang akurat itu penting dalam mengambil suatu keputusan. Masalah yang terjadi adalah kurang jelasnya penyajian informasi (format) yang dihasilkan oleh sistem sehingga pengguna menjadi tidak paham atas informasi yang disajikan. Rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah dengan memperhatikan text quality harus diperhatikan agar meningkatkan pemahaman mengenai pemilihan kata dan tata bahasa yang digunakan (Barus, Suprapto & Herlambang, 2018). Diksi yang digunakan harus umum dan sesederhana mungkin agar pengguna OPAC paham akan konteks informasi yang ditampilkan oleh sistem OPAC. Menurut Miller (1996) informasi yang berkualitas haruslah akurat terlihat jelas. Hal yang perlu diperhatikan adalah perlu dilakukannya pembaruan informasi secara berkala agar informasi yang tersedia selalu akurat dan terhindar dari kesalahan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembaruan informasi secara berkala dan lengkap sesuai apa yang dibutuhkann oleh pengguna dapat meningkatkan kualitas dari informasi dan kualitas informasi yang tidak akurat bisa mempengaruhi kepuasann pengguna (Tam &

Oliveira, 2016).

Gambar 4. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator Service Quality

Variabel service quality, kualitas atau perbandingan dari harapan pengguna dengan presepsi dari layanan yang diterima oleh pengguna sistem OPAC. Menurut Gorla, Somers, & Wong (2010) service quality didefinikasikann sebagai tingkat kualitas layanan yang disampaikan oleh penyedia layanan kepada pengguna (dibandingkan dengan harapan penggunaa). Menurut Urbach

& Muller (2011) kesuksesan pada dimensi service quality mewakili kualitas dukungan yang diterima pengguna dari departemen sistem informasi dan dukungann personil teknologi informasi. Indikator pada variabel service quality adalah emphaty (empati), assurance (jaminan) dan responsiveness. Indikator yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan adalah indikator emphaty karena berada di bawah persentase rata-rata total service quality sebesar 60,46%.. Indikator emphaty adalah kemudahan pengguna untuk berhubungan komunikasi dengan baik dan perhatian penyedia layanan terhadap pengguna sistem dan memahami kebutuhannya. Menurut Gorla, Somers, & Wong (2010) emphaty didefinisikan sebagai pengukuran bentuk perhatian pribadi yang diberikan oleh staff sistem informasi kepada pengguna. Masalah yang terjadi tidak adanya pihak perpustakaan yang berada di dekat sistem jika pengguna membutuhkan bantuan terkait penggunaan sistem sehingga menjadikan kurangnya perhatian yang diberikan oleh pihak perpustakaan kepada pengguna sistem. Dimana pengguna tidak mengetahui bahwa terdapat pihak perpustakaan yang ditugaskan untuk membantu pengguna jika pengguna membutuhkan bantuan. Rekomendasi yang diberikan adalah adanya pihak perpustakaan yang di tempatkan dekat dengan sistem OPAC untuk membantu pengguna jika pengguna kurang paham dalam menggunakan sistem

54,80%

61% 65,60%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

Service Quality

emphaty assurance responsiveness

(7)

(Thanuskodi, 2012). Keterampilan pihak pengelola dalam berinteraksi dan memahami kebutuhan pengguna juga bisa digunakan untuk menghasilkan penambahan fitur baru yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (Gorla, Somers, & Wong, 2010). Peningkatan kualifikasi sumber daya manusia juga bisa dilakukan agar pihak perpustakaan bisa memberikan perhatian dengan baik kepada pengguna sistem. Peningkatan kualifikasi dapat dilakukan seperti dengan memberikan pengarahan secara berkala misalnya melakukan briefing setiap harinya, juga dapat berupa pemberian pelatihan dan pengembangan untuk karyawan. Dengan adanya pelatihan dan pengembangan bagi karyawan dapat menjadikann peningkatan dalam pelayanan yang cepat pada saat menangani masalah pengguna sehingga akan menunjukkan bahwa penyedia benar-benar memahami kebutuhan pengguna (Allan, 2016).

Gambar 5. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator Use Variabel uusee atau ppenggunaan didefinisikann sebagaii seberapaa ssering penggunaa mmenggunakan tteknologi. Menurut (Petter, Delone, & Mclean, 2008) use diartikan sebagaiittingkat dan cara dimanaa penggunaa memanfaatkannkemampuanddari sistem informasi. Indikator pada variabel use adalah frequency of use dan nature of use (sifat penggunaan). Indikator yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan adalah indikator frequency of iuse karena beradao di bbawah persentasee rerata total ouse sebesar 78,3%. Frequency of use adalah frekuensii dari ppenggunaan ssistem selamaa bbekerja, jumlah pemakaiann dari layanann ataupun seberapaa seringg layanan tersebut digunakan (Jogiyanto, 2007). Dalam Delone & Mclean (2003) kualitas informasi dapat mempengaruhi frekuensi penggunaan sistem informasi sehingga hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kualitas

informasi (information quality) seperti pada analisis yang telah dilakukan pada variabel information quality. Peningkatan kualitas informasi yang akurat akan meningkatkan penggunaan sistem dan pengguna akan semakin tinggi (Nurjaya, 2017). Menurut Suh, Kim, &

Lee (1994, disitasi dalam Petter, DeLone, &

McLean, 2008) frekuensi penggunaan berhubungan dengan kualitas sistem sehingga perlu dilakukan perbaikan seperti yang dijelaskan pada analisis yang dilakukan pada system quality. Peningkatan terhadap penggunaan sistem bisa dilakukan dengan adanya user education sebagai salah satu sarana mengenalkan perpustakaan kepada pengunjung perpustakaan. Memaksimalkan kegiatan promosi melalui banyak kegiatan dan juga kesempatan serta menggunakan berbagai media yang ada untuk mengenalkan perpustakaan dan berbagai layanann yang disediakan untuk pengunjung atau pengguna (Itmamudin, 2016).

Sehingga pengguna mengetahui layanan yang disediakan oleh perpustakaan dan menggunakan layanan tersebut dalam aktivitasnya.

Gambar 6. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator User Satisfaction

Variabel user satisfaction adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna terhadap kualitas sistem, layanan ataupun informasi yang dihasilkan olehh sistem OPAC. User satisfaction adalah respon dan umpan balik yang diberikann oleh pengguna terhadap penggunaan sistem (Delone

& Mclean, 2003). Indikator pada variabel user satisfaction adalah effectiveness, efficiency dan kepuasan menyeluruh. Indikator yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan adalah indikator effectiveness dan kepuasan menyeluruh karena berada di bawah persentase rata-rata total user satisfaction sebesar 75,06%. effectiveness digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna terhadap ssistem yang memenuhi kebutuhan dan hharapan dari pengguna. Ini dapat dilihat

72,0% 78,6%

74,6%

60,0%

80,0%

User Satisfaction

effectiveness efficiency kepuasan menyeluruh

74,60%

82%

70,00%

80,00%

90,00%

Use

frequency of use nature of use

(8)

69,8%

82,2%

60,0%

70,0%

80,0%

90,0%

Net Benefit

improved knowledge time savings

apakah tujuan yang dimiliki pengguna dapat tercapai sesuai harapan yang diinginkan (Delone & Mclean, 2003). Indikator kepuasan menyeluruh didefinisikan sebagai kepuasan pengguna terhadap keseluruhan sistem baik dari segi kualitas sistem atau kualitas informasi (Nugroho & Auliana, 2013). Menurut Prayoga

& Sensu (2012) kepuasan pengguna dapat diperoleh dari suatuu aplikasi yang efektif dan efisien dimana aplikasi harus bisa memberi kesempatan penggunaa untuk menyelesaikann aktivitasnya dengan sebaikk mungkin.

Efektivitas yang dimiliki sistem jika suatu sistem membantu pengguna menyelesaikan pekerjaannya (Ayu, 2017). Bahwa efektivitas dapat dinilai jika sistem OPAC dapat membantu pengguna untuk mencapai tujuannya seperti melakukan pencarian buku tanpa adanya masalah. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah adanya perbaikan terhadap reliability system dengan dilakukannya maintenance secara berkala untuk meningkatkan kualitas sistem OPAC. Maintenance memberikan dukungan penting untuk menjaga agar perangkat lunak berada dalam kondisi yang aman dan handal (Al-Sultan & Duffuaa, 1995).

Kepuasan menyeluruh adalah kepuasan yang didapatkan dari system quality dan information quality serta manfaat yang didapatkan dari output yang dihasilkan oleh sistem (Nugroho &

Auliana, 2013). Rekomendasi yang di berikan adalah perbaikan terhadapp kkualitas ssistem (system quality) dann kualitass informasii (information quality) karena dengan adanya perbaikan kualitas tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Berdasarkan hasil wawancara pengguna OPAC juga menyarankan agar perlunya penambahan informasi mengenai gambar cover buku pada informasi yang ditampilkan agar pengguna lebih mudah dalam melakukan pencarian buku. Menurut Buana dan Wirawati (2018) kepuasan pengguna jjuga terbentukk darii kualitass iinformasi yyang disampaikan. Tidak aadanya informasii yang baikk akann menyebabkann dataa yang tidak akurat.

Gambar 7 Persentase Rata-Rata Tiap Indikator nNet Benefitt

Variabel net benefit digunakan untuk mengetahui manfaat atau dampak dari penggunaan sistem OPAC. Net benefit diartikan sebagai manfaat yang didapatkan ataupun dirasakan oleh individu maupun organisasi yang mengimplementasikan atau menggunakan sistem tersebut, sejauh mana manfaat yang dapat dirasakan dan bagaimanakah dampak terhadap individu ataupun organisasi tersebut (Delone & Mclean, 2003). Indikator pada variabel net benefitt adalah improved knowledge dan time savings. Indikator yang perlu mendapatkan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan adalah indikator improved knowledge karena berada di bawah persentase rata-rata total net benefit sebesar 76%.

Improved knowledge yaitu sistem informasi yang baik dapat memberikan manfaat seperti peningkatan pengetahuan bagi pengguna (Nugroho & Auliana, 2013). Menurut Yunianto (2013) sistem OPAC memberikan manfaat dan kepuasan bagi pengguna jika sistem menyajikan informasi yang jelas dan mudah untuk dipahami sehingga meningkatkan produktivitas dan partisipasi dalam menggunakan sistem OPAC.

Rekomendasi yang diberikan adalah dengan adanya peningkatan kualitas dan perbaikan pada information quality dengan memberikan penyajian informasi yang jelas agar mudah di pahami oleh pengguna (Gorla, Somers, &

Wong, 2010). Perbaikan pada text quality harus diperhatikan agar meningkatkan pemahaman mengenai pemilihan kata dan tata bahasa yang digunakan (Barus, Suprapto, & Herlambang, 2018). Diksi yang digunakan harus umum dan sesederhana mungkin agar pengguna OPAC paham akan konteks informasi yang ditampilkan oleh OPAC. Informasi yang disajikan harus tepat atau benar dan bebas dari kesalahan karena kualitas informasi bergantung

(9)

kepada kualitas data, isi dari informasi serta penyajian informasi yang akan diberikan kepada pengguna. Lalu perlu dilakukan pembaruan informasi yang dilakukan secara berkala dan lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna karena dapat meningkatkan kualitas dari informasi. Kualitas informasi yang tidak akurat bisa mempengaruhi kepuasan pengguna (Tam & Oliveira, 2016).

5. SIMPULAN

Hasil analisis statistik deskriptif memperlihatkan bahwa variabel system quality memiliki nilai persentase sebesar 67,44% yang berada pada kategori tinggi dan berada di bawah rata-rata keseluruhan variabel, variabel information quality memiliki nilai persentase sebesar 64,16% yang berada pada kategori cukup tinggi dan berada di bawah rata-rata keseluruhan variabel, variabel service quality memiliki nilai persentase sebesar 60,46% yang berada pada kategori cukup tinggi dan berada di bawah rata-rata keseluruhan variabel. Hasil analisis statistik deskriptif pada variabel use memiliki nilai persentase sebesar 78,3% dan beradaa pada kategori tinggi dan beradaa di atas rerata keseluruhan variabel, variabel user satisfaction memiliki nilai persentase sebesar 75,06% dan berada pada kategori tinggi. Berada di atas rerata keseluruhan variabel dan hasil analisis statistik deskriptif pada variabel net benefit memiliki nilai persentase sebesar 76%

dan berada pada kategori tinggi dan berada di atas rata-rata keseluruhan variabel.

Rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan kesuksesan implementasi sistem OPAC yaitu dilakukannya maintenance secara berkala untuk meningkatkan kualitas sistem OPAC, memperbarui informasi secara rutin, perbaikan pada text quality dengan melakukan pemilahan kata dan tata bahasa yang akan digunakan dan memperhatikan tampilan design OPAC agar lebih user friendly.

Penelitian bisa di lakukan dengan menggunakan statistik inferensial untuk bisa mendapatkan hasil analisis yang komprehensif.

Memperluas wilayah dari pengambilan sampel pada penelitian sehingga dapat mewakili keseluruhan dari objek penelitian.

6. DAFTAR PUSTAKA

Alaan, Y., 2016. Pengaruh Service Quality (Tangible, Empathy, Reliability, Responsiveness dan Assurance) terhadap

Customer Satisfaction: Penelitian pada Hotel Serela Bandung. Jurnal Manajemen, 15(2).

Al-Sultan, K.S & Duffuaa, S.O., 1995.

Maintenance Control Via Mathematical Programming. Journal of Quality in Maintenance Engineering, 1(3), pp. 36 – 46.

Ayu, P.D.W., 2017. Analisis Pengukuran Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Sistem Informasi Manajemen Surat STIKOM Bali. Jurnal Sistem dan Informatika, 11(2), pp. 99-109.

Bailey, J.E. & Pearson, S.M., 1983.

Development Of A Tool For Measuring And Analyzing Computer User Satisfaction. Management Sience, 29(5), pp. 530.

Barus, E.E, Suprapto & Herlambang, A.D., 2018. Analisis Kualitas Website Tribunnews.com Menggunakan Metode Webqual dan Importance Performance Analys. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2(4), pp.

1483-1491.

Buana, I & Wirawati, N., 2018. Pengaruh Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Informasi, dan Perceived Usefulness Pada Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 22(1), pp. 683- 713.

Delone, W. H. & McLean, E. R. 2003. The Delone and McLean Model of Information System Succes : A Ten- Year Update. Journal of Management Information Systems, 19(4), pp. 9-30.

Fui, F. & Nah, H., 2014. A study on tolerable waiting time: how long are Web users willing to wait?. Behaviour and Information Technology, 23(3), pp.

153-163.

Gorla, N., Somers, T.M. & Wong, B., 2010.

Organizational Impact of System Quality, Information Quality and Service Quality.

Elsevier, 19, pp. 207-228.

Itmamudin., 2016. Implementasi Library 3.0 di Perpustakaan IAN Salatiga : Masalah dan Solusinya. Libraria, 4(1). pp.207-222.

Jogiyanto, H.M., 1989. Pengenalan Komputer : Dasar Ilmu Komputer, Pemrogaman, Sistem Informasi dan Intelegensi Buatan.

Yogyakarta : Andi Offset.

(10)

Kurniawan, W. & Widiyanto, E. 2016. Analisis Peningkatan Performa Akses Website dengan Web Server Stress Tool. Jatisi, 2(2). Pp. 108-119.

Lancaster, G., Dodd, S. & Williamson, P. 2002.

Design and Analysis of Pilot Studies:

Recommendations for Good Practice.

Journal of Evaluation in Clinical Practice, 10(2), pp. 307-312.

Manhas, J., 2013. A Study of Factors Affecting Websites Page Loading Speed for Efficient Web Performance. International Journal of Computer Sciences and Engineering, 1(3), pp. 32-35.

Miller, H., 1996. The Multiple Dimensions of Information Quality. Information Systems Management, 13(2), pp.79-82.

Nugroho, N. & Auliana, S., 2013. Analisis Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Online Universitas Kristen Duta Wacana Menggunakan Model Kesukesan Sistem Informasi Delone dan Mclean (D&M).

Jurnal Teknik Informatika Universitas Islam Syekh Yusuf, pp. 36-51.

Nurjaya, D., 2017. Pengaruh Kualitas Sistem, Informasi dan Pelayanan Terhadap Manfaat Bersih Dengan Menggunakan Model Delone dan Mclean (Studi Kasus Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta).

S1. Universitas Sanata Dharma.

Petter, S., Delone, W. & Mclean, E. 2008.

Measuring Information System Succes Models, Dimensions, Measure and Interrelationships. European Journal of Information Systems, 17(3), pp 236–263.

Petter, S. & Mclean, E.R., 2009. A Meta–

Analytic Assessment of Delone and Mclean IS Success Model: An Examination of IS Success At The Individual Level. Elsevier, 46(3), pp. 159- 166.

Prayoga, S.H & Sensuse, D.I., 2012. Analisis Usability Pada Aplikasi Berbasis Web Dengan Mengadopsi Model Kepuasan Pengguna (User Satisfaction). Jurnal Sistem Informasi, 6(1), pp. 70-79.

Saputro, P., Budiyanto, A. & Santoso, A., 2015.

Model Delone and Mclean untuk Mengukur Kesuksesan E-government Kota Pekalongan. Scientific Journal Information, 2(1), pp.1-8.

Saufa, A. & Wahyu, J., 2017. Evaluasi Sistem Temu Kembali Informasi KOHA Di Perpustakaan Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS). Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 5(2), pp.140-151.

Sugiyono., 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : PT.

Alfabeta.

Tam, C. & Olievera, T., 2016. Understanding The Impact of M-Banking on Individual Performance: Delone & Mclean and TTF Perspective. Elsevier, 63, pp. 233-244.

Thanuskodi, S., 2012. Use of Online Public Access Catalogue at Annamalai University Library. International Journal of Information Science, 2(6), pp. 70-74.

Urbach, N. & Mueller, B., 2011. The Update Delone and Mclean Model of Information System. Springer Science and Business Media, p. 28.

Yunianto, Y. 2013. Penerimaan Sistem Online Public Access Catalog (OPAC) di Perpustakaan Universitas Airlangga Kampus B. Media Libri-Net, 2(1), pp. 1- 15.

Gambar

Gambar 1. Alur Model Penelitian
Gambar 2. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator  System Quality
Gambar 4. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator  Service  Quality
Gambar 6. Persentase Rata-Rata Tiap Indikator User  Satisfaction
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sensor suhu LM 35 mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian

(2013) menyatakan bahwa tingginya kadar amilopektin pada pati dapat mempermudah proses terjadinya gelatinisasi karena dapat menurunkan tingkat kelarutan pati sehingga bisa

Selanjutnya dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk melakukan analisis tentang seberapa besar harga (price) dan kualitas pelayanan (service quality) yang

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu karakterisasi awal air cucian minced fish , prefiltrasi, karakterisasi membran, penentuan waktu tunak fluks ( steady state ),

Saya menyukai pekerjaan saya, tetapi jika ada pekerjaan yang lebih baik saya tidak ragu untuk pindah (Skor

Learning atau belajar aktif.Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menari hati. Belajar aktif dapat membantu mendengarkan,

Sedangkan sensor infrared akan mendeteksi ketinggian bunga krisan potong di dalam prototype greenhouse dan pengaturan cahaya ini diatur menggunakan dimmer, dimana dimmer

Sedangkan risiko yang mungkin dihadapi oleh Perseroan sehubungan dengan Rencana Transaksi diperkirakan adalah: (i) Tidak mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang