• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyamaan Persepsi Tim Perencana"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN

JABATAN KERJA

AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA

BUKU INFORMASI

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

F45.PW02.026.01

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

TAHUN 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja. Pelaksanaan pelatihan merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis untuk melakukan aktivitas tertentu dalam rangka pencapaian suatu kompetensi untuk memenuhi tuntutan yang dinyatakan dalam Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan identifikasi Indikator Unjuk Kerja (IUK) unsur dari setiap KUK, maka pencapaian suatu kompetensi merupakan pencapaian IUK yang telah dikembangkan berdasarkan unsur kompetensi, tingkat kompetensi dan dimensi kompetensi.

Dalam konsep pelatihan berbasis kompetensi, kegiatan pelatihan tidak mutlak tergantung pada lamanya waktu pelatihan yang telah ditetapkan dalam KPBK, tetapi pelaksanaannya sangat tergantung pada kemampuan instruktur yang dituntut menguasai substansi unit kompetensi terkait dan keaktifan masing-masing peserta dalam pencapaian unit kompetensi tersebut.

Penetapan waktu pencapaian kompetensi yang tercantum dalam Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK) merupakan hasil analisis pencapaian kompetensi dengan durasi maksimum yang harus didukung dengan prasarana dan sarana pelatihan yang memenuhi standar serta persyaratan instruktur dan peserta yang telah ditetapkan sebelumnya.

KPBK disusun dengan berorientasi pada kurikulum untuk tiap unit kompetensi, sehingga untuk paket pelatihan suatu jabatan kerja masih memerlukan langkah penyusunan paket pelatihan yang mengacu kepada tujuan pelatihan yang telah ditetapkan.

Tim Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I PENGANTAR ... 1

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 1

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan ... 1

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ... 3

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah ... 3

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 5

2.1 Peta Paket Pelatihan ... 5

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi ... 7

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 11

3.1 Strategi Pelatihan ... 11

3.2 Metode Pelatihan ... 12

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan ... 12

BAB IV MENYAMAKAN PERSEPSI TIM PERENCANA ... 18

4.1 Umum ... 18

4.2 Menghimpun Masukan Dari Anggota Tim Perencana ... 18

4.3 Menyusun Masukan Dalam Laporan ... 22

4.4 Rumusan Kesamaan Persepsi ... 28

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ... 35

5.1 Sumber Daya Manusia ... 35

5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ... 36

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ... 37

(4)

BAB I

PENGANTAR

1. 1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1 Pelatihan Berbasis Kompetensi

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

1.1.2 Kompeten Ditempat Kerja

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain Materi Pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.

1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur.

2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan.

2) Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan

untuk mempelajari dan memahami informasi.

(5)

b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.

3) Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.

e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.

f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Penerapan materi pelatihan

1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:

a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah:

1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.

2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.

3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

(6)

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini

1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency- RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2 Persyaratan

Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui:

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau

3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah 1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

1.4.2 Standarisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar syarat.

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk

mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas

pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian

unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

(7)

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara

sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar

kompetensi nasional dan/ atau internasional

(8)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Paket Pelatihan

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Madya Perencana Tata Ruang Wilayah dan Kota yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Menyamakan Persepsi Tim -Kode Unit F45.PW02.026.01-, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

 Melaksanakan Sistem Manajemen Keselatan dan Kesehatan Keja (SMK3) dan Lingkungan Terkait dengan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

 Menerapkan Etos Kerja, Etika Profesi dan Manajemen Organisasi Kerja yang baik

 Melakukan identifikasi dan Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

 Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

 Merancang Metode Survei

 Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder

 Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

 Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

 Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

 Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis

 Menyusun Naskah Teknis Rancangan Peraturan Daerah

 Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana

 Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan

 Menggunakan Teknologi Informasi Dalam Pelaksanaan Pekerjaan

 Menggunakan Kemampuan Teknik Komunikasi

Kerangka pelatihan modul merupakan bagian dari paket pelatihan Jabatan Kerja Ahli

Madya Perencana Tata Ruang Wilayah dan Kota yaitu sebagai representasi alur pikir

langkah-langkah pelaksanaan pelatihan yang dapat ditunjukkan pada skema sebagai

berikut ini :

(9)

SKEMA PENCAPAIAN KOMPETENSI AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA

Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis

Menyusun Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah

Ahli Muda

Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana

Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan

Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder

Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Ahli Utama

Merancang Metode Survei

Gambar 2.1

Skema Pencapaian Kompetensi Ahli Madya

(10)

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1 Unit Kompetensi

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Menyamakan Persepsi Tim”.

2.2.3 Durasi / waktu pelatihan

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latihan yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

 mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

 mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

 memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

 menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul Unit

Menyamakan Persepsi Tim 2.3.2 Kode Unit

F45.PW02.026.01 2.3.3 Deskripsi Unit

Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja

(11)

yang diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan wilayah perencanaan.

2.3.4 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal kompetensi setara ahli PWK Pratama dan pengalaman profesi.

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA KERJA

1. Menghimpun masukan dari anggota tim perencana

1.1 Persepsi dari anggota tim perencana digali sesuai kebutuhan

1.2 Masukan dari tim perencana dipilah sesuai kategori

1.3 Masukan dipilih dan dikelompokkan sesuai kategori

2. Menyusun masukan dalam laporan 2.1 Outline laporan disusun

2.2 Masukan dari anggota tim kerja dimasukkan ke dalam laporan

2.3 Proses editing laporan dilakukan

3. Merumuskan kesamaan persepsi 3.1 Isu dan masalah hasil editing yang masih perlu dibahas lebih lanjut dirumuskan

3.2 Rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan persepsinya dibahas

3.3 Kesamaan persepsi anggota tim tentang isu dan masalah perencanaan dirumuskan

2.3.6 Batasan Variabel 1. Konteks Variabel

1.1 Unit ini diterapkan sebagai kompetensi perseorangan dan menjadi dasar penentuan kemampuan untuk dapat menyamakan persepsi tim perencana multidisiplin

1.2 Unit ini berlaku untuk menyamakan persepsi, meliputi:

1.2.1 Menghimpun masukan dari anggota tim 1.2.2 Menyusun masukan dalam laporan 1.2.3 Merumuskan kesamaan persepsi

1.3 Materi yang akan dirumuskan didasarkan pada masukan tim kerja atas hasil rencana yang sudah dibuat

1.4 Perumusan kesepahaman dimaksudkan agar tidak ada perbedaan pandangan atas hasil rencana antar anggota tim perencana

2. Perlengkapan yang diperlukan

2.1 Media penyimpanan data (komputer) 2.2 Media pencetakan (printer)

2.3 Media akses data (internet) 3. Tugas yang harus dilakukan

3.1 Menghimpun materi yang perlu disamakan persepsinya

3.2 Menyusun masukan dalam laporan

(12)

3.3 Membuat rumusan kesamaan persepsi 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan

4.1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 4.2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi 4.3 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian

Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah

4.4 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya

4.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

4.7 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 4.8 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Badan Informasi

Geografis

4.9 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang

4.10 Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang

2.3.7 Panduan Penilaian

1. Penjelasan prosedur penilaian

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit serta unit-unit kompetensi yang terkait dengan unit lain:

1.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya

1.1.1 F45.PW02.024.01 Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana

1.2 Kaitan dengan unit lain

1.2.1 F45.PW02.031.01 Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan

1.2.2 F45.PW03.001.01 Memilih Teknologi Informasi Dalam

Pelaksanaan Pekerjaan

(13)

1.2.3 F45.PW03.002.01 Menggunakan Kemampuan Teknik Komunikasi

2. Penjelasan prosedur penilaian

Unit Kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya ditempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja nomal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar

Metode uji antara lain:

1. Ujian tertulis 2. Ujian lisan

3. Pengetahuan yang dibutuhkan

3.1 Pemahaman NSPK perencanaan wilayah

3.2 Pemahaman peraturan perundangan bidang perencanaan wilayah 4. Keterampilan yang dibutuhkan

4.1 Menyusun masukan secara sistematis dan skala prioritas 4.2 Merumuskan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti

5. Aspek Kritis

5.1 Kemampuan untuk menyusun masukan secara komprehensif dan atas skala prioritas masalah

5.2 Kemampuan untuk memperoleh kesepakatan anggota tim perencana multidisiplin

2.3.8 Kompetensi Kunci

NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 3

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 3

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 3

(14)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek

1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek.

3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

(15)

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2 Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing- masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan

Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur.

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:

(16)

Unit Kompetensi Menyamakan Persepsi Tim

Elemen Kompetensi 1 Menghimpun Masukan Dari Angota Tim Perencana No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif 1.1 Persepsi dari

anggota tim perencana digali sesuai kebutuhan.

1) Dapat menyebutkan langkah yang dilakukan untuk menghimpun masukan dari anggota tim perencana.

2) Dapat memberi contoh masukan dari anggota tim perencana yang perlu dipilih.

3) Dapat memaparkan dengan rinci contoh masukan dari anggota tim perencana.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu menggali masukan dan persepsi dari anggota tim perencana sesuai dengan kebutuhan.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebut- kan langkah yang dilakukan untuk meng- himpun masukan dari

anggota tim perencana.

2) Memberi contoh masukan dari

anggota tim perencana yang perlu dipilih.

3) Memapar- kan dengan rinci contoh masukan dari

anggota tim perencana

1) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Undang-undang

Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi 3) Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah

4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 5) Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor:

11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya

6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

10 menit

1.2 Menyusun masukan dalam laporan.

1) Dapat menyebutkan kategori yang digunakan untuk memilah

masukan dari anggota tim perencana.

2) Dapat menjelaskan kaitan kategori dengan rumusan yang akan dibuat.

3) Dapat menjelaskan secara rinci contoh masukan dari anggota tim

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu menyusun laporan berdasarkan masukan dari tim

perencana.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebut- kan kategori yang digunakan untuk memilah masukan dari

anggota tim perencana.

2) Menjelas- kan kaitan kategori dengan rumusan yang akan dibuat.

3) Menjelas- kan secara

10 menit

(17)

No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif

perencana. rinci contoh

masukan dari

anggota tim perencana.

Nomor:

16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 8) Peraturan

Pemerintah Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Badan Informasi Geografis

9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang

10) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang 1.3 Masukan dipilih dan

dikelompokkan sesuai kategori.

1) Dapat menyebutkan butir-butir

masukan yang dikelompokkan.

2) Dapat menjelaskan alasan penempatan masukan pada kelompok dengan kategori tertentu.

3) Dapat menjelaskan secara rinci proses

perumusan kesepakatan tim.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu mengelom- pokkan masukan dari tim

perencana sesuai dengan kategori.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebut- kan butir- butir masukan yang dikelompok kan.

2) Menjelas- kan alasan penempatan masukan pada kelompok dengan kategori tertentu.

3) Menjelaskan secara rinci proses perumusan kesepakatan tim.

10 menit

Unit Kompetensi Menyamakan Persepsi Tim

Elemen Kompetensi 2 Menyusun Masukan Dalam Laporan No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif 2.1 Outline laporan

disusun.

1) Dapat menyebutkan outline laporan.

2) Mampu memberikan contoh outline laporan.

3) Dapat menjelaskan dengan lengkap penyusunan outline laporan.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu menyusun outline yang digunakan di dalam

laporan.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebut- kan outline laporan.

2) Memberikan contoh outline laporan.

3) Menjelaskan dengan lengkap penyusunan outline laporan.

1) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Undang-undang

Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi 3) Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah

4) Peraturan

10 menit

(18)

No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif 2.2 Masukan dari

anggota tim kerja dimasukkan ke dalam laporan.

1) Dapat menyebutkan contoh masukan dari anggota tim perencana yang dimasukkan ke dalam laporan.

2) Mampu menyiapkan masukan dari anggota tim perencana yang akan dimasukkan ke dalam laporan, 3) Dapat

menjelaskan dengan baik alasan masukan dari anggota tim perencana dimasukkan ke dalam laporan.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu menerima setiap

masukan dari anggota tim kerja ke dalam

laporan.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebutk an contoh masukan dari

anggota tim perencana yang dimasukkan ke dalam laporan.

2) Mampu menyiapkan masukan dari

anggota tim perencana yang akan dimasukkan ke dalam laporan, 3) Menjelas-

kan dengan baik alasan masukan dari

anggota tim perencana dimasuk- kan kedalam laporan.

Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 5) Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor:

11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya

6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 8) Peraturan

Pemerintah Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Badan Informasi Geografis

9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata

10 menit

2.3 Proses editing laporan dilakukan.

1) Dapat menyebutkan langkah yang dilakukan untuk editing laporan.

2) Dapat menjelaskan proses editing laporan.

3) Dapat menjelaskan secara rinci proses

penyusunan masukan dalam laporan.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu melakukan proses editing laporan secara rinci.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebutk an langkah yang dilakukan untuk editing laporan.

2) Menjelas- kan proses editing laporan.

3) Menjelas- kan secara rinci proses penyusunan masukan dalam laporan.

10 menit

(19)

No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif Ruang

10) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang

Unit Kompetensi Menyamakan Persepsi Tim Elemen Kompetensi 3 Merumuskan Kesamaan Persepsi No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif 3.1 Isu dan masalah

hasil editing yang masih perlu dibahas lebih lanjut dirumuskan.

1) Dapat menjelaskan alasan perlunya sebuah isu dan masalah dibahas lebih lanjut.

2) Dapat menjelaskan secara rinci contoh rumusan isu dan masalah hasil editing yang masih perlu dibahas lebih lanjut.

3) Dapat menjelaskan secara rinci proses

perumusan isu dan masalah yang perlu dibahas lebih lanjut.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu merumuskan isu dan masalah hasil editing dari tim

perencana untuk

dibahas lebih lanjut.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menjelaskan alasan perlunya sebuah isu dan masalah dibahas lebih lanjut.

2) Menjelaskan secara rinci contoh rumusan isu dan masalah hasil editing yang masih perlu

dibahas lebih lanjut.

3) Menjelaskan secara rinci proses perumusan isu dan masalah yang perlu dibahas lebih lanjut.

1) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Undang-undang

Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi 3) Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah

4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 5) Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor:

11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya

6) Peraturan Menteri

10 menit

3.2 Rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan

persepsinya dibahas.

1) Dapat memaparkan rumusan isu dan masalah yang

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu merumuskan isu dan masalah berdasarkan

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Memaparkan rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan persepsinya.

2) Menjelaskan alasan perlunya

10 menit

(20)

No

Kriteria Unjuk Kerja/

Indikator Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang Disarankan

Jam Pembelajaran

Indikatif perlu disamakan

persepsinya.

2) Dapat menjelaskan alasan perlunya membahas rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan persepsinya.

3) Mampu memberi contoh

pembahasan rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan persepsinya secara menarik.

persamaan persepsi tim perencana.

membahas rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan persepsinya.

3) Memberi contoh pembahasan rumusan isu dan masalah yang perlu disamakan persepsinya secara menarik.

Pekerjaan Umum Nomor:

15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 8) Peraturan

Pemerintah Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Badan Informasi Geografis

9) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang

10) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang 3.3 Kesamaan persepsi

anggota tim tentang isu dan masalah perencanaan

dirumuskan.

1) Dapat menyebutkan rumusan

kesepakatan tim tentang hal yang perlu disamakan persepsinya.

2) Mampu memberikan contoh rumusan kesepakatan tim yang perlu disamakan persepsinya secara menarik.

3) Dapat menjelaskan secara rinci proses

perumusan kesepakatan tim atas hal yang perlu disamakan persepsinya.

Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu merumuskan persepsi anggota tim perencana tentang isu dan masalah perencanaan.

1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi

1) Menyebut- kan rumusan kesepakatan tim tentang hal yang perlu

disamakan persepsinya.

2) Memberikan contoh rumusan kesepakatan tim yang perlu

disamakan persepsinya secara menarik.

3) Menjelaskan secara rinci proses perumusan kesepakatan tim atas hal yang perlu disamakan persepsinya.

10 menit

(21)

BAB IV

MENYAMAKAN PERSEPSI TIM PERENCANA

4.1 Umum

Persepsi merupakan sebuah proses yang digunakan orang untuk dapat mengerti lingkungan dengan cara menyeleksi, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi dari lingkungan. Persepsi dapat disebut sebagai proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya.

Modul membahas terkait dengan menyamakan persepsi tim perencana yang terdiri dari beberapa materi yaitu menghimpun masukan dari anggota tim perencana, menyusun masukan dalam laporan, rumusan kesamaan persepsi.

4.2 Menghimpun Masukan Dari Anggota Tim Perencana

4.2.1 Persepsi Anggota Tim Perencana Sesuai Dengan Kebutuhan

a. Langkah-langkah menghimpun masukan dari anggota tim perencana Anggota tim perencana yang efektif merupakan orang yang memiliki kesediaan untuk berbagi keahlian dan informasi dengan anggota lainnya, membantu anggota lainnya dalam tim apabila membutuhkan keperluan, memberikan kemudahan dalam melakukan pertemuan, sehingga menjadikan sebuah tim dapat melakukan pekerjaan lebih baik.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghimpun masukan dari anggota tim perencana yaitu sebagai berikut :

1. Membuat daftar materi

Sebelum membuat materi yang akan dipaparkan terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan yaitu:

a. Menentukan topik pembahasan b. Merumuskan tujuan dari pembahasan

c. Persiapkan materi-materi sesuai dengan topik pembahasan d. Meringkas materi-materi yang ada

e. Membuat daftar materi sesuai dengan rumusan 2. Memeriksa daftar penanggung jawab

Daftar penanggung jawab sesuai dengan tugas dari masing-masing

(22)

tim ahli dalam membuat laporan perencanaan.

3. Meminta penanggung jawab mengumpulkan masukan

Penanggung jawab secara umum bertanggung jawab dalam semua pelaksanaan kegiataan perencanaan sesuai dengan kebutuhan.

Masukan dari masing-masing tim dikumpulkan menjadi satu oleh penanggung jawab sebelum dipilah pilih dan dimasukkan ke dalam laporan perencanaan.

b. Contoh masukan dari anggota tim perencana

Masukan dari anggota tim perencana yang dimasukkan dalam laporan merupakan masukan yang bersifat kritis dan logis, menjauhkan kondisi emosi dan subjektivitas, mampu memilih fakta yang sesuai dengan tujuan perencanan sehingga dapat dimasukkan ke dalam laporan perencanaan.

Terdapat 3 (tiga) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masing- masing anggota tim perencana yaitu sebagai berikut :

 Karakteristik yang Mempersepsikan (Characteristics of the perceiver)

 Karakteristik yang dipersepsikan (Characteristics of the perceived)

 Kontek Situasi (Situation Context)

c. Pemaparan rinci contoh masukan dari anggota tim perencana

Peranan anggota tim dalam membangun suatu tim kerja adalah sebagai berikut:

1. Anggota tim perencana mengerti dengan baik tujuan perencanaan dan hanya dapat dicapai dengan baik apabila di dukung secara bersama dengan mempunyai rasa saling ketergantungan, saling memiliki dan melaksanakan tugas secara bersama

2. Anggota tim perencana menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat dan pengetahuan sesuai dengan sasaran perencanaan, dapat bekerja dengan terbuka, dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, peranan dan pertanyaan dengan baik

3. Anggota tim berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain

dengan di dorong untuk mengembangkan keterampilan dan

penerapan pekerjaan untuk mendukung tim

(23)

4. Anggota tim mengetahui permasalahan perencanaan dan berusaha memecahkan permasalahan tersebut secara cepat, tepat dan konstruktif

5. Anggota tim berpartisipasi dalam keputusan tim, mengerti bahwa perencana harus membuat peraturan akhir setiap kali tim membuat suatu keputusan dan peraturan akhir

4.2.2 Susunan Masukan Dari Tim Perencana Ke Dalam Laporan a. Kategori pemilahan masukan dari anggota tim perencana

Kategori pemilahan masukan anggota tim berdasarkan pada beberapa hal yaitu:

1. Perlakukan semua anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan masukan ke dalam laporan

2. Tampunglah semua masukan yang diterima dari anggota tim perencana tanpa terkecuali

3. Anggaplah semua masukan dari anggota bersifat membangun dalam laporan perencanaan

4. Pilah dan pilihlah masukan yang bersifat baik dan buruk

5. Saring masukan sesuai dengan kebutuhan di dalam laporan perencanaan

6. Masukkanlah masukan dari anggota yang diperlukan dalam laporan perencanaan

b. Keterkaitan kategori dengan rumusan

Pada dasarnya rumusan masalah tidak dapat dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah, serta mengarahkan dan membimbing perencana untuk membetuk kategori ke dalam laporan perencanaan.

c. Contoh masukan dari anggota tim perencana

Contoh masukan yang bersifat kalimat persetujuan pendapat yaitu sebagai berikut:

“Saya sependapat dengan pendapat saudara bahwa motivasi itu berasal

dari diri sendiri dan didukung oleh dorongan orang-orang disekitar lokasi

perencanaan. Hal terpenting untuk memotivasi diri adalah dengan tetap

teguh pada pendirian dan bersifat sabar dalam menghadapi dalam segala

hal”

(24)

Contoh masukan yang bersifat kalimat penolakan pendapat yaitu sebagai berikut:

“Saya kurang sependapat dengan apa yang anda sampaian karena perencanaan membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, dan harus berusaha mendekati kondisi eksisting untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat bertahan pada kondisi waktu yang telah ditetapkan”

4.2.3 Memilih dan Mengelompokkan Masukan Dari Tim Perencana Sesuai Dengan Kategori

a. Butir-butir masukan yang dikelompokkan dalam pengembangan konsep dalam penyusunan RENSTRA

Tahapan pengelompokan yaitu terdiri dari:

1. Anggaran dan pengawasan

Pada tahapan ini menggunakan anggaran sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian. Tindakan manajerial di dasarkan pada proyek jangka pendek dan berorientasi pada fungsi dan peran masukan anggota tim perencana.

2. Perencanaan jangka panjang 3. Perencanaan strategis

Hal ini diperlukan untuk mengurangi konflik internal antar anggota dalam memberikan masukan yang bersifat subjektif.

4. Manajemen strategis

b. Penjelasan secara rinci proses perumusan kesepakatan tim

Kekompakan merupakan salah satu perangkat pembentuk perilaku dan kinerja dalam suatu tim yang dapat diartikan sebagai derajat saling keterkaitan antar anggota tim yang dapat digunakan sebagai motivasi bagi sesame anggota. Pada dasarnya proses perumusan kesepakatan tim sama halnya dengan membentuk suatu kekompakan di dalam tim tersebut.

Hal-hal yang berhubungan dengan proses perumusan kesepakatan tim dalam membuat keputusan yaitu sebagai berikut :

1. Penetapan tujuan

Penetapan tujuan sesuai dengan kesepakatan tim

2. Identifikasi alternatif

(25)

Identifikasi alternatif merupakan usaha untuk anggota tim merangsang pencarian lebih luas diberbagai area fungsional

3. Evaluasi alternatif

Evaluasi alternatif merupakan pertimbangan kolektif dari tim dengan berbagai sudut pandang lebih unggul

4. Memilih alternatif

Memilih alternatif dengan tujuan untuk interaksi antar anggota tim dalam pencapaian konsensus yang menghasilkan penerimaan resiko lebih besa dibandingkan dengan pengerjaan individu. Keputusan anggota tim biasanya lebih diterima sebagai hasil dari partisipasi bersama-sama

5. Implementasi keputusan

Implementasi keputusan dibuat oleh anggota tim, penyelesaian dilakukan oleh seorang pemimpin yang bertanggung jawab penuh atas keputusan anggota tim

4.3 Menyusun Masukan Dalam Laporan

4.3.1 Menyusun Outline Laporan Sesuai Dengan Kebutuhan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Dan Kota

a. Outline laporan

Menyusun outline dalam laporan sangat diperlukan dan menjadikan suatu permasalahan penting dalam kebutuhan perencanaan. Adanya outline dalam laporan akan membantu seorang penulis laporan menvisualisasikan hubungan antara bagian yang dengan bagian lainnya.

Outline juga berguna untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan cara yang lebih sistematik, efektif dan efisien. Perencana yang baik akan menyusun outline terlebih dahulu sebelum menyusun laporan, sehingga dapat mengekspresikan ide-ide dan pola pemikiran supaya mudah dipahami dan termuat di dalam laporan.

b. Contoh outline laporan

Outline RENSTRA (Rencana Strategis) oleh Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

(26)

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum

1.2 Mandat, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

1.3 Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman 1.4 Standar Pelayanan Bidang PU dan Penataan Ruang BAB II KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

2.1 Kondisi Umum

2.1.1 Penyelenggaraan Penataan Ruang 2.1.2 Pengelolaan Sumber Daya Air

2.1.3 Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

2.1.4 Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2.2 Evaluasi Pencapaian Sasaran 2010-2012 2.2.1 Penyelenggaraan Penataan Ruang 2.2.2 Pengelolaan Sumber Daya Air

2.2.3 Penyelenggaran Jalan dan Jembatan

2.2.4 Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2.2.5 Pembinaan Konstruksi

2.2.6 Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan 2.2.7 Pengawasan Internal

2.2.8 Dukungan Manajemen Sekertariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum

2.3 Isu dan Perubahan Lingkungan Strategis 2.3.1 Isu Strategis

2.3.1.1 Isu Strategis Penyelenggaraan Penataan Ruang

2.3.1.2 Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air 2.3.1.3 Isu Strategis Penyelenggaraan Jalan dan

Jembatan

2.3.1.4 Isu Strategis Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman 2.3.1.5 Isu Strategis Pembinaan Konstruksi

2.3.1.6 Isu Strategis Penelitian dan Pengembangan 2.3.1.7 Isu Strategis Pengawasan dan Peningkatan

Akuntabilitas Aparatur

(27)

2.3.1.8 Isu Strategis Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

2.3.2 Perubahan Lingkungan Strategis

2.3.2.1 Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2.3.2.2 Master Plan Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

2.3.2.3 Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur

2.3.2.4 Peningkatan Ketahanan Pangan

2.3.2.5 Penanganan Transportasi Kota-Kota Besar 2.3.2.6 Kawasan Ekonomi Khusu (KEK)

2.3.2.7 Ekonomi Kreatif 2.4 Tantangan yang dihadapi

2.4.1 Penyelenggaraan Penataan Ruang 2.4.2 Pengelolaan Sumber Daya Air

2.4.3 Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

2.4.4 Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

2.4.5 Pembinaan Konstruksi

2.4.6 Penelitian dan Pengembangan

2.4.7 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur 2.4.8 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya

BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 3.1 Visi

3.2 Misi

3.2.1 Misi Kelembagaan Kementerian PU 3.2.2 Nilai-nilai Kementerian PU

3.3 Tujuan 3.4 Sasaran

3.4.1 Sasaran Kementerian 3.4.2 Sasaran Strategis

BAB IV ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI

4.1 Arahan Jangka Panjang dan Tahapan Kedua RPJPN 4.2 Arahan Kebijakan Nasional 2010-2014

4.2.1 Misi Pemerintah Tahun 2010-2014

(28)

4.2.2 Kebijakan Pengarusutamaan

4.2.3 Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional

4.2.4 Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan 4.3 Kebijakan Umum dan Strategi Pembangunan Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

4.4 Kebijakan Baru/Khusus Dalam RKP 2010-2012

4.4.1 Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

4.4.2 Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

4.4.3 Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur

4.4.4 Peningkatan Ketahanan Pangan

4.5 Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang

4.5.1 Kebijakan Penyelenggaraan Penataan Ruang 4.5.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air 4.5.3 Kebijakan Penyelenggaraan Jalan

4.5.4 Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

4.5.5 Kebijakan Pembina Konstruksi

4.5.6 Kebijakan Penelitian dan Pengembangan

4.5.7 Kebijakan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

4.5.8 Kebijakan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

4.6 Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang

4.6.1 Strategi Pembangunan Berkelanjutan

4.6.2 Strategi Pengembangan Wilayah, Integritas Sektor ke-PU-an dan Lintas Sektor

4.6.3 Strategi Sinergi Pusat-Daerah

4.6.4 Strategi Peningkatan Tata Kelola yang Baik 4.6.5 Strategi Pengawasan

4.6.6 Strategi Pengembangan IPTEK

4.6.7 Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan

(29)

4.6.8 Strategi Pembinaan Jasa Konstruksi 4.6.9 Strategi Pengarusutamaan Gender 4.6.10 Strategi Pembiayaan

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN 5.1 Program dan Kegiatan 2010-2014

5.1.1 Program Penyelenggaraan Penataan Ruang 5.1.2 Program Pengelolaan Sumber Daya Air 5.1.3 Program Penyelenggaraan Jalan

5.1.4 Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

5.1.5 Program Pembinaan Konstruksi

5.1.6 Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum

5.1.7 Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum

5.1.8 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pekerjaan Umum

5.1.9 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU

5.2 Pendanaan

5.2.1 Prediksi Pendanaan Awal Tahun Perencanaan 5.2.2 Realisasi Pendanaan

5.3 Indikator Kinerja Utama 5.4 Output Kegiatan

BAB VI PENUTUP

LAMPIRAN 1 : TURBINBANGWAS LAMPIRAN 2 : MP3I

LAMPIRAN 3 : Indikator Kinerja Utama (IKU) LAMPIRAN 4 : Matriks Program dan Kegiatan

c. Penjelasan lengkap penyusunan outline laporan

Secara garis besar penyusunan outline laporan dapat digolongkan ke dalam 3 hal yaitu sebagai berikut :

1. Mulailah dengan ide pokok

Ide pokok akan membantu penyusun laporan dalam menetapkan

tujuan dan strategi umum dari suatu pokok permasalahan yang belum

(30)

dipahami. Ide pokok dapat dirangkum ke dalam dua hal yaitu: (1) apa yang diinginkan penulis untuk melakukan atau memikirkannya, (2) alasan yang mendasari penulis melakukan atau memikirkannya. Ide pokok merupakan titik awal dalam menyusun outline sebuah laporan.

2. Nyatakan poin-poin pendukung yang penting

Tahapan selanjutnya adalah menyusun poin-poin pendukung yang penting sebagai pendukung ide-ide pokok. Misalnya dalam menyusun RENSTRA (Rencana Strategis) yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagai seorang perencana harus mengetahui kondisi fisik pembangunan di daerah serta melihat rencana-rencana sebelumnya yang belum terlaksana sehingga dapat mempermudah dalam langkah penyusunan selanjutnya.

3. Ilustrasi dengan bukti-bukti

Tahapan selanjytna adalah memberikan ilustrasi dengan mengemukakan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan. Semakin banyak bukti-bukti yang terkumpul maka outline yang dibuat akan menjadi semakin baik.

4.3.2 Editing Laporan Yang Telah Dikerjakan Sesuai Dengan Kebutuhan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Dan Kota

a. Langkah-langkah yang dilakukan untuk editing laporan

Langkah-langkah yang dilakukan untuk editing laporan yaitu sebagai berikut:

1. Mencari kesalahan-kesalahan factual dan memperbaikinya, diantaranya seperti penulisan nama, jabatan, gelar dan lainnya

2. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda baca

3. Tegas dalam hal-hal seperti: huruf besar dan singkatan, tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf dan lainnya

4. Mengetatkan tulisan atau menyingkat tulisan sesuai dengan runagn yang tersedia, termasuk membuang atau memotong paragraf yang tidak penting di dalam laporan

5. Mengganti kata atau istilah yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

6. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan

7. Membaca kembali kelengkapan dan kebenaran tulisan di dalam

laporan

(31)

b. Penjelasan proses editing laporan

Editing merupakan pekerjaan intelektual dan teknis, karena dalam proses editing membutuhkan wawasan memadahi untuk validasi fakta di dalam laporan. Adanya proses editing menjadikan sebuah laporan menjadi lebih baik, mudah di pahami dan mudah dicerna oleh pembaca. Proses editing yang efektif membutuhkan intelijensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan bereksperimen, ketajaman, ketelitian, kesabaran, guna mencapai penulisan laporan yang sesuai dengan tujuan dan kesempurnaan laporan.

Proses editing membutuhkan teknik yang aling tepat yaitu:

1. Kecermatan dalam pilihan kata 2. Kecermatan dalam pilihan kalimat 3. Kecermatan dalam pilihan tanda baca

c. Penjelasan rinci proses penyusunan masukan dalam laporan

Penjelasan mengenai proses penyusunan RENSTRA melalui tata cara tahapan penyusunan sebagai berikut:

1. Mempelajari visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih 2. Menyusun rancangan RENSTRA

Proses penyusunan masukan dalam laporan 1. Periksa masukan

2. Bandingkan dengan format penulisan laporan 3. Berilah tanda

4. Buat rancangan

5. Periksa kesesuaian rancangan dengan format

6. Tuliskan masukan yang sudah di edit ke dalam laporan

4.4 Rumusan Kesamaan Persepsi

4.4.1 Rumusan Isu Dan Masalah Hasil Editing Yang Masih Perlu Dibahas a. Penjelasan perlunya sebuah isu dan masalah dibahas lebih lanjut

Masalah merupakan gambaran suatu keadaan yang bersumber dari

hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu situasi

yang dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Setiap

individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan

yang diinginkan. Isu merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang dapat

diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, dengan

(32)

dikuatkan oleh ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasiobal dan lainnya. Perlunya penjelasan mengenai isu dan masalah dilakukan pembahasan lebih lanjut adalah karena keseluruhan isu dan masalah menjadi lebih kompleks dalam lingkup perencanaan.

Rumusan masalah (problem statement) adalah fokus dari perhatian peneliti dalam menjalankan proses penelitiannya. Rumusan masalah adalah gambaran yang jelas tentang isu yang ingin diselesaikan atau diperbaiki melalui penelitian. Rumusan masalah merupakan hasil dari penelahaan yang lebih mendalam dari isu yang muncul dilapangan yang biasanya hanya berupa tanda-tanda (symptoms) yang terasa atau terlihat yang dalam laporan penelitian diuraikan dalam latar belakang penelitian.

Sehingga rumusan masalah haruslah tersambung dengan latar belakang penelitian dan objek penelitian, atau dengan kata lain memiliki benang merah. Proses penelaahan isu dalam latar belakang penelitian juga harus disertai proses pencarian apakah isu yang ada telah dibahas oleh pihak lain atau belum, jika telah ada pembahasan sebelumnya apakah memadai atau tidak, sehingga masalah masih tetap muncul.

b. Penjelasan rinci contoh rumusan isu dan masalah hasil editing a. Rumusan isu dan masalah deskriptif

Rumusan isu dan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel.

Contoh rumusan isu dan masalah deskriptif

1. Sikap masyarakat terhadap pembangunan perencanaan oleh pemerintah di Indonesia

2. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah pada bidang transportasi

3. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah pusat terhadap rencana strategi suatu kawasan

b. Rumusan isu dan masalah komparatif

Rumusan isu dan masalah komparatif adalah rumusan penelitian dengan membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda, atau waktu yang berbeda.

Contoh rumusan isu dan masalah komparatif

1. Adakah perbedaan prestasi kinerja masyarakat perkotaan dengan

(33)

masyarakat pedesaan?

2. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara perguruan tinggi negeri dengan swasta?

c. Rumusan isu dan masalah asosiatif

Rumusan isu dan masalah asosiatif adalah rumusan penelitian yang bersifat menanakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Contoh rumusan isu dan masalah asosiatif

1. Hubungan antara jumlah penduduk dengan kepadatan tingkat hunian perumahan

2. Seberapa besar pengaruh tata ruang ruang terhadap efisiensi orang

c. Penjelasan rinci proses perumusan isu dan maslaah

Perumusan isu dan masalah dapat membantu menemukan asumsi- asumsi, mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan pandangan-pandangan yang bertentangan dan merancang peluang-peluang kebijakan baru.

Proses perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Pencarian masalah 2. Pendefinisian masalah 3. Spesifikasi masalah 4. Pengenalan masalah

Sedangkan proses perumusan isu masalah yaitu sebagai berikut:

1. Isu tersebut mencapai suatu titik krisis tertentu 2. Isu telah mencapai tingkat partikulasi tertentu

3. Isu tersebut menyangkut emosi tertentu dilihat dari sudut pandang kepentingan banyak orang

4. Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas

5. Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan (legitimasi) dalam masyarakat

6. Isu tersebut menyangkut suatu persediaan yang fasionable, posisinya

sulit untuk dijelaskan tapi mudah untuk dirasakan

(34)

4.4.2 Menyamakan Persepsi Rumusan Isu Dan Masalah Yang Perlu Dilakukan Pembahasan Sesuai Dengan Kebutuhan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Dan Kota

a. Persamaan persepsi perumusan kebijakan

Proses peruusan persepsi merupakan proses yang kompleks, karena melibatkan banyak proses di dalamnya untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut. Pada intinya proses persamaan persepsi dengan proses perumusan kebijakan merupakan suatu hal yang perlu dilakukan dalam memberikan pelatihan kepada tim perencana.

Tahapan yang dilakukan dalam perumusan kebijakan mencakup 4 tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Setiap masalah-masalah dan isu yang disampaikan anggota tim erencana harus didefinisikan dan dipecahkan secara bersama. Perumusan masalah dipandang sebagai suatu proses yang saling bergantung dengan proses lainnya, sebab perumusan masalah merupakan langkah awal dalam persamaan persepsi anggota tim perencana.

2. Agenda kebijakan

Tidak semua masalah yang muncul masuk dalam kategori agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut akan berkompetisi antara yang satu dengan lainnya.

3. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah

Rumusan kebijakan selanjutnya akan dihadapkan pada berbagai jenis alternatif pilihan yang akan diambil untuk memecahkan masalah.

Pemilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negosiasi antara berbagai kepentingan dalam berbagai disiplin ilmu.

4. Penetapan kebijakan

Salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan untuk diambil sebagai cara untuk pemecahan masalah.

Proses perumusan isu dan masalah :

1. Periksa hasil editing masukan, apabila belum mengakomodasi hakekat dan makna masukan menunjukkan perlu dibahas lebih lanjut 2. Beri tanda

3. Susunlah menjadi rumusan baru.

(35)

b. Penjelasan asalan perlunya membahas rumusan isu dan masalah

Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan dilaksanakannya penelitian tersebut. Dalam kegiatan perencanaan masalah bisa timbul dari berbagai sumber, dan berbagai isu yang sedang melanda daerah atau obyek perencanaan. Menanggapai penjelasan tersebut maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai pentingnya rumusan isu dan masalah.

Contoh kasus penyamaan persepsi anggota tim perencana: dapat pada gambar di bawah ini yang menunjukkan kisah 6 (enam) orang buta ketika diberi pengertian dalam mendefisikan seekor gajah. Keenam orang bita tersebut sama sekali tidak bisa melihat bentuk gajah, mereka hanya dapat meraba badan gajah, sehingga persepsi mereka dalam mendefinisikan gajah itu berbeda-beda. Menurut keenam orang tersebut gajah itu seperti kipas, tombak, ular, pohon, dinding dan tali, sebab mereka meraba pada tubuh gajah yang berbeda-beda letahnya.

sumber: hhttp://www.slideserve.com/teagan/persepsi-perseption Gambar 1

Kisah Enam Orang Buta Ketika Mendefinisikan Seekor Gajah

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan menyebarkan kuesioner kepada konsumen Minimarket

Penilaian kinerja keperawatan dilakukan langsung observasi terhadap responden menggunakan daftar tilik yang berisikan kenyataan pelayanan pada saat perawat bertugas,

Dengan aturan yang ada di UEFA Champion League dan Liga Inggris serta asumsi di atas, pada penelitian ini akan dicari peluang suatu tim agar dapat memperoleh peringkat 1

Tip untuk pengguna PC: Pastikan pengaturan mikrofon laju sampel dan kedalaman bit, yang terdapat di panel kontrol suara komputer, sesuai dengan laju sampel dan kedalaman bit

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan