• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumusan Kesamaan Persepsi

Dalam dokumen Penyamaan Persepsi Tim Perencana (Halaman 31-40)

BAB IV MENYAMAKAN PERSEPSI TIM PERENCANA

4.4 Rumusan Kesamaan Persepsi

4.4.1 Rumusan Isu Dan Masalah Hasil Editing Yang Masih Perlu Dibahas a. Penjelasan perlunya sebuah isu dan masalah dibahas lebih lanjut

Masalah merupakan gambaran suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu situasi yang dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Setiap individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Isu merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, dengan

dikuatkan oleh ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasiobal dan lainnya. Perlunya penjelasan mengenai isu dan masalah dilakukan pembahasan lebih lanjut adalah karena keseluruhan isu dan masalah menjadi lebih kompleks dalam lingkup perencanaan.

Rumusan masalah (problem statement) adalah fokus dari perhatian peneliti dalam menjalankan proses penelitiannya. Rumusan masalah adalah gambaran yang jelas tentang isu yang ingin diselesaikan atau diperbaiki melalui penelitian. Rumusan masalah merupakan hasil dari penelahaan yang lebih mendalam dari isu yang muncul dilapangan yang biasanya hanya berupa tanda-tanda (symptoms) yang terasa atau terlihat yang dalam laporan penelitian diuraikan dalam latar belakang penelitian.

Sehingga rumusan masalah haruslah tersambung dengan latar belakang penelitian dan objek penelitian, atau dengan kata lain memiliki benang merah. Proses penelaahan isu dalam latar belakang penelitian juga harus disertai proses pencarian apakah isu yang ada telah dibahas oleh pihak lain atau belum, jika telah ada pembahasan sebelumnya apakah memadai atau tidak, sehingga masalah masih tetap muncul.

b. Penjelasan rinci contoh rumusan isu dan masalah hasil editing a. Rumusan isu dan masalah deskriptif

Rumusan isu dan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel.

Contoh rumusan isu dan masalah deskriptif

1. Sikap masyarakat terhadap pembangunan perencanaan oleh pemerintah di Indonesia

2. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah pada bidang transportasi

3. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah pusat terhadap rencana strategi suatu kawasan

b. Rumusan isu dan masalah komparatif

Rumusan isu dan masalah komparatif adalah rumusan penelitian dengan membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda, atau waktu yang berbeda.

Contoh rumusan isu dan masalah komparatif

1. Adakah perbedaan prestasi kinerja masyarakat perkotaan dengan

masyarakat pedesaan?

2. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara perguruan tinggi negeri dengan swasta?

c. Rumusan isu dan masalah asosiatif

Rumusan isu dan masalah asosiatif adalah rumusan penelitian yang bersifat menanakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Contoh rumusan isu dan masalah asosiatif

1. Hubungan antara jumlah penduduk dengan kepadatan tingkat hunian perumahan

2. Seberapa besar pengaruh tata ruang ruang terhadap efisiensi orang

c. Penjelasan rinci proses perumusan isu dan maslaah

Perumusan isu dan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi, mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan pandangan-pandangan yang bertentangan dan merancang peluang-peluang kebijakan baru.

Proses perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Pencarian masalah 2. Pendefinisian masalah 3. Spesifikasi masalah 4. Pengenalan masalah

Sedangkan proses perumusan isu masalah yaitu sebagai berikut:

1. Isu tersebut mencapai suatu titik krisis tertentu 2. Isu telah mencapai tingkat partikulasi tertentu

3. Isu tersebut menyangkut emosi tertentu dilihat dari sudut pandang kepentingan banyak orang

4. Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas

5. Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan (legitimasi) dalam masyarakat

6. Isu tersebut menyangkut suatu persediaan yang fasionable, posisinya sulit untuk dijelaskan tapi mudah untuk dirasakan

4.4.2 Menyamakan Persepsi Rumusan Isu Dan Masalah Yang Perlu Dilakukan Pembahasan Sesuai Dengan Kebutuhan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Dan Kota

a. Persamaan persepsi perumusan kebijakan

Proses peruusan persepsi merupakan proses yang kompleks, karena melibatkan banyak proses di dalamnya untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut. Pada intinya proses persamaan persepsi dengan proses perumusan kebijakan merupakan suatu hal yang perlu dilakukan dalam memberikan pelatihan kepada tim perencana.

Tahapan yang dilakukan dalam perumusan kebijakan mencakup 4 tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Setiap masalah-masalah dan isu yang disampaikan anggota tim erencana harus didefinisikan dan dipecahkan secara bersama. Perumusan masalah dipandang sebagai suatu proses yang saling bergantung dengan proses lainnya, sebab perumusan masalah merupakan langkah awal dalam persamaan persepsi anggota tim perencana.

2. Agenda kebijakan

Tidak semua masalah yang muncul masuk dalam kategori agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut akan berkompetisi antara yang satu dengan lainnya.

3. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah

Rumusan kebijakan selanjutnya akan dihadapkan pada berbagai jenis alternatif pilihan yang akan diambil untuk memecahkan masalah.

Pemilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negosiasi antara berbagai kepentingan dalam berbagai disiplin ilmu.

4. Penetapan kebijakan

Salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan untuk diambil sebagai cara untuk pemecahan masalah.

Proses perumusan isu dan masalah :

1. Periksa hasil editing masukan, apabila belum mengakomodasi hakekat dan makna masukan menunjukkan perlu dibahas lebih lanjut 2. Beri tanda

3. Susunlah menjadi rumusan baru.

b. Penjelasan asalan perlunya membahas rumusan isu dan masalah

Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan dilaksanakannya penelitian tersebut. Dalam kegiatan perencanaan masalah bisa timbul dari berbagai sumber, dan berbagai isu yang sedang melanda daerah atau obyek perencanaan. Menanggapai penjelasan tersebut maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai pentingnya rumusan isu dan masalah.

Contoh kasus penyamaan persepsi anggota tim perencana: dapat pada gambar di bawah ini yang menunjukkan kisah 6 (enam) orang buta ketika diberi pengertian dalam mendefisikan seekor gajah. Keenam orang bita tersebut sama sekali tidak bisa melihat bentuk gajah, mereka hanya dapat meraba badan gajah, sehingga persepsi mereka dalam mendefinisikan gajah itu berbeda-beda. Menurut keenam orang tersebut gajah itu seperti kipas, tombak, ular, pohon, dinding dan tali, sebab mereka meraba pada tubuh gajah yang berbeda-beda letahnya.

sumber: hhttp://www.slideserve.com/teagan/persepsi-perseption Gambar 1

Kisah Enam Orang Buta Ketika Mendefinisikan Seekor Gajah

Perlunya membahas rumusan isu dan masalah, sebab pada hakikatnya rumusan masalah berupa deskriptif tentang ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi yang akan dilakukan penelitian dan analisis variabel yang tercakup di dalamnya. Selain itu juga rumusan masalah menunjukkan fokus pengamatan di dalam kegiatan penelitian.

c. Contoh pembahasan rumusan isu dan masalah

Berikut ini contoh pembahasan rumusan isu dan masala terkait dengan kegiatan penelitian:

Layanan dan teknologi 3G telah mampu memberikan layanan yang memiliki nilai dan keuntungan yang lebih baik dari pada generasi-generasi sebelumnya, layanan 3G telah secara komersial diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2006, dan para operator telah melakukan investasi yang cukup besar dalam pengadaan teknologi ini. Namun, di Indonesia jumlah penggunaan layanan multimedia berbasis 3G masih belum memuaskan, karena jumlah pelanggan belum banyak.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menggunakan layanan multimedia berbasis 3G di Indonesia belum dipahami secara baik. Beberapa studi terdahulu yang terkait dengan masalah adopsi 3G ini tidak diperhatikan karena skup penelitian yang terbatas dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengadopsi 3G belum bisa dipastikan.

4.4.3 Merumuskan Kesamaan Persepsi Anggota Tim Perencana

a. Rumusan kesepakatan tim tentang hal yang perlu disamakan persepsinya Persepsi dapat diidentifikasi sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan mengartikulasikan rangsangan terhadap pacaindera dan data. Rumusan kesepakatan antar anggota tim dapat disamakan persepsinya dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Stereotip 2. Pengalaman 3. Kepandaian 4. Keadaan 5. Kebutuhan 6. Emosi

b. Contoh rumusan kesepakatan tim yang perlu disamakan persepsinya Kegiatan penyamaan persepsi

1. Peserta pelatihan dibagi menjadi kelompok kecil dengan jumlah anggota tim sebanyak 10-12 orang

2. Kelompok menunjuk salah satu anggota untuk menjadi ketua dan sekertaris

3. Peserta pelatihan dibagikan materi

4. Setiap anggota membaca materi pelatihan dengan seksama (diberi waktu sekitar 45 menit)

5. Ketua dan sekertaris merekapitulasi hasil pembelajaran materi dari masing-masing anggota

6. Ketua dan sekertaris mengidentifikasi apakah ditemukan perbedaan persepsi yang paling mendasar

7. Jika ada perbedaan perbedaan persepsi dari anggota lainnya maka harus di diskusikan kembali

c. Penjelasan rinci proses perumusan kesepakatan tim

Penjelasan proses perumusan kesepakatan tim yang perlu disepakati yaitu sebagai berikut :

1. Periksa rumusan kesepakatan tim

2. Beri tanda rumusan yang masih menunjukkan perbedaan persepsi 3. Susunlah menjadi rumusan baru

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia 5.1.1 Instruktur

Infrastruktur dipilih karena telah berpengalaman. Peran instruktur adalah untuk :

1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar

2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.

4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.

5) Mengorganisasi kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

6) Merencanakan seseorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

5.1.2 Penilai

Potensi melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di kerja.

Penilai akan :

1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta.

2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dnegan peserta.

3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.

5.1.3 Teman Kerja / sesama peserta pelatihan

Teman kerja / sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar / kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2 Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) 5.2.1 Sumber pustakan penunjang pelatihan

Pengertian sumber-sumber adalah materi yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini.

Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :

 Buku referensi (text book) kampus / akademisi terkait dengan persiapan kebutuhan data dan informasi dalam penataan ruang;

 Buku laporan pekerjaan Kementrian / Lembaga (K/L) dan dinas-dinas terkait dengan penataan ruang;

 Majalah / jurnal ilmiah penataan ruang;

 Diagram, tabel dan gambar;

 Rekaman digital.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.

Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong kefleksibilitas dari penggunaan suber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia / tidak ada.

5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:

Judul : Perlaku Organisasi

Pengarang : Robbin, Stephen P. dan Judge, Timothy A.

Penerbit : Salemba Empat Tahun terbit : 2007

Judul : Komunikasi Bisnis Pengarang : Purwanto, Djoko Penerbit : Erlangga

Tahun terbit : 2006

5.3 Daftar Peralatan dan Bahan 5.3.1 Peralatan yang digunakan:

1) Media pencetakan (printer) 2) Media akses data (internet) 3) NSPK pendukung

4) Teori pendukung

5) Metode dan teknik analisis pendukung 6) Referensi yang sesuai

5.3.2 Peralatan yang dibutuhkan:

1) Kerangka Acuan Kerja (KAK)

2) Buku peraturan perundang-undangan Peraturan Presiden (PP), Peraturan Menteri (permen), peraturan daerah (perda) terkait dengan data dan informasi;

3) Buku peraturan perundang-undangan Peraturan Presiden (PP), Peraturan Menteri (permen), peraturan daerah (perda) terkait dengan permasalahan perencanaan;

4) Peta geospasial dasar rupa bumi;

5) Data awal wilayah perencanaan, buku profil wilayah perencanaan meliputi wilayah administrasi dan geografis, iklim dan hidro oseanografi, geologi dan geomorfologi, ekosistem, sumberdaya, demografi dan sosial budaya meliputi data spasial dan data non spasial;

6) Data Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota di wilayah perencanaan meliputi data spasial dan data non-spasial;

7) Buku text book mengenai Tata Ruang Wilayah dan Kota;

Dalam dokumen Penyamaan Persepsi Tim Perencana (Halaman 31-40)

Dokumen terkait