• Tidak ada hasil yang ditemukan

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F0 JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella

volvaceae) PADA MEDIA ALTERNATIF EKSTRAK BIJI LAMTORO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Srata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

IDE SUNY A420150071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

brought to you by

CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F0 JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA

MEDIA ALTERNATIF EKSTRAK BIJI LAMTORO

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

IDE SUNY A420150071

Artikel publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

dipertanggungjawabkan dihadapan tim penguji skripsi.

Dosen Pembimbing

(Dra. Suparti, M.Si)

NIDN. 0001065711

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F0 JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA

MEDIA ALTERNATIF EKSTRAK BIJI LAMTORO

OLEH IDE SUNY A420150071

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari ... 2019 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Dra. Suparti, M.Si (...) ( Ketua Dewan Penguji )

2. (...) (Penguji II)

3. (...) (Penguji III)

Dekan,

(Pprof. Dr. Harun Joko Prayitno M.Hum)

NIP : 196504281993031001

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa salam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam peryataan saya di atas, maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 26 Juni 2019 Penulis

IDE SUNY

A420150071

(5)

1

PERTUMBUHAN MISELIUM BIBIT F0 JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA

MEDIA ALTERNATIF EKSTRAK BIJI LAMTORO Abstrak

Biji lamtoro merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan makanan mengandung karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai alternatif media pertumbuhan bibit F0 jamur tiram dan jamur merang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media alternatif ekstrak biji lamtoro dengan konsentrasi berbeda. Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dan terdiri dari 2 faktor dengan 3 kali pengulangan.

Faktor 1 jenis jamur : (J 1 ) jamur tiram dan (J 2 ) jamur merang. Faktor 2 konsentrasi : K 1 10%, K 2 15%, dan K 3 20%. Parameter yang diukur Diameter, warna, kerapatan miselium, waktu mulai tumbuh jamur tiram dan jamur merang. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil yang diperoleh terhadap pertumbuhan diameter miselium bibit F0 tercepat pada konsentrasi 15% jamur merang J 2 K 2 (2,9 cm) dengan kerapatan miselium rapat dan J 1 K 2 (2,6 cm) pada jamur tiram dengan kerapatan kurang rapat, sedangkan pertumbuhan diameter miselium terlambat adalah pada perlakuan dengan konsentrasi 10% jamur merang J 2 K 1 (1,35 cm) dengan kerapatan miselim rapat dan jamur tiram J 2 K 1 (0,71 cm) dengan kerapatn miselium rapat. Media ekstrak biji lamtoro dapat digunakan sebagai media alternatif petumbuhan bibit F0 jamur.

Kata kunci : Pertumbuhan Miselium, Bibit F0, Jamur Tiram, Jamur Merang, Biji Lamtoro

Abstract

Lamtoro seeds are the ingredients used in the manufacture of foods containing

carbohydrates so that they can be used as an alternative medium for the growth of

seedlings of F0 oyster mushrooms and mushrooms. The aim of this study was to

determine the growth of F0 mycelium of oyster mushrooms and merang

mushrooms on alternative media extracts of lamtoro seeds.. This type of research

uses an experimental method with a completely randomized design (CRD)

factorial pattern and consists of 2 factors with 3 repetitions. Factor 1 type of

fungus: (J1) oyster mushrooms and (J2) mushroom. Factor 2 concentration: K1

10%, K2 15%, and K3 20%. Parameters measured The diameter, color, mycelium

density, when the oyster mushroom and mushroom grow. The data analysis

technique uses descriptive quantitative. The results obtained on the growth of F0

seedling mycelium diameter were fastest at a concentration of 15% J2 K2 straw

mushroom (2.9 cm) with densities of dense mycelium and J1 K2 (2.6 cm) in oyster

mushrooms with less dense density, whereas late mycelium diameter growth was

(6)

2

treated with a concentration of 10% J2 K1 (1.35 cm) mushroom with a density of tightly packed mammals and J2 K1 oyster mushrooms (0.71 cm) with dense mycelium density. Lamtoro seed extract media can be used as an alternative medium for growth of F0 fungus seedlings.

Keywords : Mycelium Growth, F0 Seedlings, Oyster Mushroom, Merang Mushroom, Lamtoro Seed

1. PENDAHULUAN

Di Indonesia jamur banyak digemari dan dibudidayakan, sehingga dalam pembudidayaannya memiliki peluang usaha yang sukses. Dengan adanya minat masyarakat untuk mengonsumsi jamur semakin banyak peminatnya. Pada budidaya jamur memerlukan media buatan yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang miselium jamur. Pemberian nutrisi yang sesuai dengan pertumbuhan dapat membantu cepat lambatnya pertumbuhan jamur.

Faktor yang dapat menentukan berhasil tidaknya dalam pembudidayaan jamur yaitu diperlukannya kualitas bibit F0 yang baik sehingga dapat memperoleh indukan yang berkualitas. F0 dapat disebut dengan Kultur murni berupa hasil jamur yang sudah di pilih dan dimurnikan pada media padat sehingga tidak ada kontaminasi. Isolasi bisa dilakukan dengan mengambil miselium dari anggota tubuh jamur yang akan ditanam media untuk menghasilkan miselium.

Umumnya media yang digunakan untuk menumbuhkan bibit F0 yaitu media berbahan dasar kentang atau PDA (Potato Dextrose Agar) nutrisinya berasal dari kentang yang sudah direbus karena kentang mengandung tinggi karbohidrat, vitamin, dan energi sedangkan dextrose merupakan sumber energi dan juga gula, selain itu komponen agar dapat berfungsi memadatkan media agar, masing-masing peranan tersebut diperlukannya bagi pertumbuhan serta perkembangan jamur.

Jamur tiram putih merupakan jamur yang jarang diserang penyakit pada tubuh

buah dan hama. Pada waktu pertumbuhannya lebih pendek dibandingkan dengan

jamur lainnya sehingga para petani sangat cocok terampil untuk membuat bibit

jamur sebagai bahan panganan. Jamur merang merupakan jamur yang hidup di

daerah tropika. Pada tahap pertumbuhan misellium jamur merang membutuhkan

suhu yang berkisar antara 30-35°C.

(7)

3

Media yang baik untuk pertumbuhan miselium bibit F0 jamur adalah media yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. Biji yang mengandung karbohidrat yaitu biji lamtoro atau dengan nama latin Leucaena leucocephala merupakan tanaman yang memiliki multifungsi karena bagian seluruh tanamannya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan hewan dan manusia. Menurut Madmud, dkk (2008), bahwa biji lamtoro memiliki kandungan gizi untuk 100 g yang terdiri dari kalori 367 %, karbohidrat 32,5 %, protein 46,4 %, lemak 5,4 %, kalsium 136 %, vitamin B1 0,06 %, vitamin C 9,3 % dan air 10,2 %.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pertumbuhan Miselium Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang Pada Media Alternatif Ekstrak Biji Lamtoro ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media alternatif ekstrak biji lamtoro.

2. METODE

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Budidaya Jamur Program Studi Biologi FKIP UMS pada bulan September 2018 – April 2019. Jenis penelitian ini yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dengan 3 kali pengulangan.

Faktor 1 adalah jenis indukan jamur bibit F0 (J), yakni Jamur Tiram (J1) dan Jamur Merang (J2). Faktor 2 adalah Konsentrasi ekstrak biji lamtoro (K), yakni konsentrasi ekstrak biji lamtoro 10% (K1), konsentrasi ekstrak biji lamtoro 15%

(K2), konsentrasi ekstrak biji lamtoro 20% (K3). Parameter penelitian

pertumbuhan bibit menghitung diameter miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur

merang, waktu mulai tumbuh miselium, melihat dan mengamati kerapatan

miselium dan warna miselium jamur pada bibit F0. Pelaksanaan penelitian dengan

melakukan sterilisasi alat, kemudian pembuatan media bibit F0 biji lamtoro dengan

menimbang 200 g, kemudian biji tersebut di direbus selama 30 menit. Kemudian

mengangkat dan menyaring rebusan biji. Mengukur volume sari rebusan biji hingga

1000 ml pada gelas ukur memasukkan 8 gram gula pasir dan 8 gram agar- agar dan

1 gram cloramfenikol ke dalam ekstrak biji dengan menghomogenkan dalam

(8)

4

kondisi kompor mati. Memanaskan kembali hingga mendidih, mengukur volume hingga 1000 ml kembali, setelah ekstrak dingin, menuangkan pada erlenmeyer.

Kemudian menutup dengan kapas dan kertas payung. Selanjutnya media disterilisasi selama 15 menit, dan melakukan inokulasi bibit F0 dalam media padat cawan petri pada indukan jamur tiram dan jamur merang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran diameter (cm), pengamatan warna, kerapatan miselium, waktu mulai tumbuh miselium serta dokumentasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang ekstrak biji lamtoro sebagai Media Alternatif bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang yang meliputi warna, kerapatan, diameter (cm), dan waktu mulai tumbuh miselium hari ke-7 setelah inokulasi.

Gambar 1. Grafik pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang pada media ekstrak biji lamtoro

Berdasarkan gambar 1. diperoleh pertumbuhan diameter miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media ekstrak biji lamtoro didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Pada konsentrasi ekstrak biji lamtoro 15% memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan miselium pada konsentrasi ekstrak biji lamtoro 10% dan 20%. Lambat dan lebih kecilnya pertumbuhan miselium pada konsentrasi ekstrak biji lamtoro 10% dan 20%

kemungkinan karena ketidakcocokan pada media yang digunakan. Diameter terbaik

0,5

1,3

1

0,6

1,4

0,7 1,5

2,6

1,6

2,5

2,9 2,7

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

J1K1 J1K2 J1K3 J2K1 J2K2 J2K3

D IA MET ER MIS EL IU M (CM)

KONSENTRASI EKESTRAK BIJI LAMTORO

Hari ke - 3 Hari ke - 7

(9)

5

pada konsentrasi 15%, sedangkan diameter terkecil pada konsentrasi 10%. Dapat dilihat pada gambar (2 dan 3).

(a) (b)

Gambar 2 pertumbuhan miselium bibit F0 tercepat pada jamur tiram media ekstrak biji lamtoro konsentrasi 15% (a); dan jamur merang media ekstrak biji lamtoro konsentrasi 15% (b)

(a) (b)

Gambar 3. pertumbuhan miselium bibit F0 terkecil pada jamur tiram media ekstrak biji lamtoro konsentrasi 10% (a); dan jamur merang media ekstrak biji lamtoro konsentrasi 10% (b)

Perbedaan pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang

disebabkan karena perbedaan antara konsentrasi ekstrak biji lamtoro. Perbedaan

konsentrasi ini yang menyebabkan adanya perbedaan nutrisi pada setiap konsentrasi

(10)

6

pada setiap ekstraknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Handiyanto (2013), bahwa perbedaan konsentrasi air cucian beras dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan miselium jamur karena terdapat perbedaan nutrisi pada masing- masing media. Diperkuat oleh penelitian Suparti (2018), bahwa perbedaan pertumbuhan miselium terjadi karena adanya perbedaan nutrisi disetiap konsentrasinya. Pertumbuhan terbaik adalah miselium jamur seperti pada gambar 4.2 yaitu pada konsentrasi media 15% disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan miselium jamur untuk tumbuh terpenuhi sehingga pertumbuhan miselium bibit F0 jamur dapat optimal.

Lebih kecil diameter miselium pada jamur tiram dan jamur merang tersebut bahwa kemungkinan tidak cocoknya media yang ditumbuhkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Muyasarah (2017), bahwa spora yang hidup pada lingkungan media tumbuh cocok akan tumbuh dengan baik. Sedangkan kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan atau tidak cocok maka spora jamur akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi dan membentuk hifa. Sedangkan menurut sumarsih (2015) miselium tumbuh apabila memiliki kadar air yang berkisar 70%- 75% sedangkan pada konsentrasi 10% kadar airnya dimungkinkan terlalu banyak dan pada konsentrasi 20% dimungkinkan kadar airnya terlalu sedikit, sehingga menghambat pertumbuhan miselium jamur.

Lambatnya pertumbuhan miselium jamur akibat adanya kontaminasi ini sejalan dengan penelitian Suparti (2017), bahwa kontaminasi dapat menyebabkan pertumbuhan miselium jamur melambat dan tidak menyebar. Kontaminasi dapat terjadi karena alat dan bahan yang digunakan kurang steril sehingga media yang digunakan terkontaminasi dan proses inokulasi jamur yang kurang steril. Kualitas indukan jamur yang tidak bagus juga akan mempengaruhi pertumbuhan miselium jamur sehingga dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi.

Kerapatan pertumbuhan miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang

pada media ekstrak biji lamtoro didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap

perlakuan dilihat dari pengamatan 7 hari setelah diinokulasi (Gambar 4);

(11)

7

(a) (b)

Gambar 4. Kerapatan miselium bibit F0 tercepat pada jamur tiram media ekstrak biji lamtoro (a); dan kerapatan miselium bibit F0 tercepat jamur merang media ekstrak biji lamtoro (b) setelah diinokulasi 7 hari

Menunjukkan karakterisik miselium jamur tiram dan jamur merang berbeda secara morfologi, Gambar 4.4 (a) miselium bibit F0 dengan konsentrasi ekstrak biji lamtoro 15% setelah 7 hari diinokulasi memiliki karakteristik bahwa kerapatan menyebar tidak memenuhi cawan petri dan kurang rapat Sedangkan pada gambar 4.4 (b) jamur merang dengan konsentrasi ekstrak biji lamtoro 15% setelah 7 hari diinokulasi memiliki karakteristik miselium menyebar rata dan memiliki kerapatan yang rapat dan tebal hampir memenuhi cawan petri. Hal ini dapat disebabkan karena pertumbuhan miselium yang belum merata dan dimungkinkan adanya kontaminasi sehingga menimbulkan persaingan dalam menyerap nutrisi antara miselium jamur dengan kontaminasi yang menyebakan nutrisi kurang pada miselium jamur tiram sehingga miselium menjadi tidak rapat.

Ini membuktikan bahwa jamur merang mengalami pertumbuhan lebih

cepat dibandingkan dengan jamur tiram. Hal ini terjadi mungkin karena kualitas

indukan jamur merang yang diinokulasi pada media ekstrak biji lamtoro lebih baik

(12)

8

dari pada indukan jamur tiram, sehingga pertumbuhan miselium jamur merang lambat dan tidak konstan. Selain itu pada saat inkubasi, suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur tiram, yaitu antara 340⁰C-360⁰C sehingga miselium jamur merang tidak dapat tumbuh optimal pada suhu 250⁰C – 300⁰C. Namun pada jamur tiram dan jamur merang memiliki warna miselium berwarna putih. Hasil data ini sesuai dengan penelitian Suharjo (2015), miselium yang berwarna putih bersih, miselium tidak berwarna kuning atau coklat, dan juga tidak memiliki lendir diarea miselium, serta dapat tumbuh dari jaringan yang diokulasikan. Kerapatan miselium memiliki tingkat kondisi nutrisi yang terdapat pada media.

Pertumbuhan miselium jamur merang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan miselium pada jamur tiram pada hari ke – 3, miselium jamur merang sudah mulai tumbuh pada media ekstrak lamtoro dengan miselium tidak menyebar tetapi merapat. Pada hari ke – 7 miselium jamur merang sudah menyebar hampir memenuhi cawan petri dan rapat. Sedangkan pada hari ke – 3 pada jamur tiram sudah mulai tumbuh tetapi miseliumnya hanya menyebar dan tidak rapat. Pada hari ke – 7 miselium jamur tiram hanya menyebar dan kurang rapat sehingga pertumbuhannya lebih lambat.

Perbedaan pertumbuhan miselium jamur tiram dan jamur merang

disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi ekstrak lamtoro. Perbedaan ini

menyebabkan adanya nutrisi yang beda disetiap konsentrasi ekstraknya. Media

lamtoro dapat digunakan sebagai media alternatif karena biji lamtoro memiliki

kandungan karbohidrat yaitu 32, 5 g (Mahmud, 2008) sehingga dapat memenuhi

syarat sebagai media pertumbuhan miselium bibit F0 karena tersedianya nutrisi

untuk pertumbuhan miselium jamur sehingga media ekstrak biji lamtoro dapat

tumbuh dengan kerapatan dan ketebalan yang baik. Sejalan dengan penelitian

Astuti (2017), semakin tinggi kandungan karbohidrat maka semakin banyak nutrisi

yang diserap oleh miselium sehingga miselium semakin rapat. Jamur tiram dan

jamur merang memiliki miselium yang rapat. Namun, miselium jamur tiram dengan

konsentrasi 10% dan konsentrasi 20% tidak sejalan dengan teori dan penelitian

yang terdahulu, dimana diperoleh miselium jamur yang tidak rapat.

(13)

9

Berdasarkan uraian di atas, miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang pada media ekstrak biji lamtoro menghasilkan petumbuhan yang berbeda pada masing-masing konsentrasi. Media ekstrak biji lamtoro dan jamur merang memiliki pertumbuhan paling cepat dan pertumbuhan lambat pada media ekstrak biji lamtoro dan jamur tiram. Kandungan karbohidrat pada biji lamtoro 32,5 g berpengaruh pada pertumbuhan diameter, warna, kerapatan dan waktu mulai tumbuh miselium. Hal ini menunjukkan bahwa biji lamtoro dapat digunakan sebagai media alternatif miselium bibit F0 jamur tiram dan jamur merang.

4. PENUTUP

Miselium bibit F0 jamur tiram putih dan jamur merang dapat tumbuh optimal pada media alternatif yaitu ekstrak biji lamtoro dengan konsentrasi 15% dengan diameter 2,9 cm, kerapatan rapat dan warna putih, serta waktu mulai tumbuh miselium hari ke - 3.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Novita Indri. 2017. “Pertumbuhan Miselium Bibit F1 Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dan Jamur Merang (Volvariella volvacea) pada Media Biji Kacang Tolo dan Biji Turi dari Bibit F0 Media Ubi Ungu”. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Handiyanto, S.; Hastuti, U.S.; Prabaningtyas. (2013). “Pengaruh Medium Air Cucian Beras Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Miselium Biakan Murni Jamur Tiram Putih”. Seminar Nasional X Biologi, Sains, Lingkungan Pembelajaran. Surakarta.

Mahmud M.K., Hermana, N.A. Zulfianto, R.R. Apriyantono, I. Ngadiarti, B.

Hartati, Bernadus, dan Tinexcelly. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Muyasarah, Fatimah. 2017. “Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang

Pada Media Ubi Jalar Ungu”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

(14)

10

Suharjo, Enjo. 2015. Budi Daya Jamur Tiram Media Kardus. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Sumarsih, Sri. 2015. Bisnis Bibit Jamur Tiram Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suparti, dan Marfuah, Lismiyati. 2015. “Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Limbah Sekam Padi dan Daun Pisang Kering Sebagai Media Alternatif”. Bioeksperimen. Vol 1. No 2. Hal: 2460- 1365.

Suparti, dan Nurul Karimawati. 2017. “Pertumbuhan Bibit F0 Jamur Tiram dan Jamur Merang pada Media Umbi Talas dengan Konsentrasi yang Berbeda”.

Bioeksperimen, 3(1).Hal: 64-72.

Gambar

Gambar  1.    Grafik pertumbuhan miselium  jamur tiram  dan jamur merang pada  media ekstrak biji lamtoro
Gambar 2 pertumbuhan miselium bibit F0 tercepat pada jamur tiram media ekstrak  biji  lamtoro  konsentrasi  15%  (a);  dan  jamur  merang  media  ekstrak  biji  lamtoro  konsentrasi 15% (b)
Gambar 4. Kerapatan miselium bibit F0 tercepat pada jamur tiram media ekstrak  biji  lamtoro  (a);  dan  kerapatan  miselium  bibit  F0  tercepat  jamur  merang  media  ekstrak biji lamtoro (b) setelah diinokulasi 7 hari

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di perusahaan telah berhasil membuat rancangan perbaikan dan telah dilakukan implementasi perbaikan untuk 6 jenis cacat yang penting untuk

Pada awalnya Vipro-G memperkenalkan produknya sebagai salah satu minuman kesehatan yang ditujukan hanya untuk para perokok agar dapat menetralisir radikal bebas yang ada di

INTERA KSI MATER NAL BAYI Pemeriksaan dan evaluasi kesejahtera an dan tumbuh kembang janin (antenatal screening) INTERAKSI MATERNAL BAYI Pemeriksaan dan evaluasi

Bahwa berdasarkan kualifikasi syarat tersebut, para Pemohon merupakan pihak yang memiliki hak konstitusional yang diberikan oleh Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945, yaitu sebagai

Unsur sensualitas sangat tergambar dari gambar di atas serta pada lirik lagu di atas yaitu pada kalimat “cinta-cinta lakukan dengan cinta bila kamu mau” makna dari

Aplikasi Irama Kenjoan Pada Bass Drum, Floor Tom, Hi-hat, Snare Drum Dan Small Tom Dalam Bentuk Notasi Drumset .... Score Irama Krotokan Dalam Bentuk Notasi Kendang

Tingkat pendidikan, jenis game yang dimainkan, lama bermain game, jumlah jam bermain, jumlah uang yang dihabiskan saat bermain, pihak yang mengenalkan game, teman yang dikenal

Langkah awal K- Medoids adalah mencari titik yang paling representatif (medoids) dalam sebuah dataset dengan menghitung jarak dalam kelompok dari semua kemungkinan