• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang sering dialami oleh remaja seperti kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan bisa terjadi karena pengaruh keturunan genetis, mekanisme fisiologis, faktor kognitif, dan pengaruh lingkungan (Brownel dan Logue dalam Santrock, 2003). Beberapa remaja mungkin saja mewarisi bakat gemuk.

Peneliti psikologi kesehatan Amerika, Judith Rodin mengemukakan bahwa Hanya 10 persen anak-anak yang tidak memiliki orang tua yang gemuk namun dirinya sendiri gemuk, sementara 40 persen yang salah satu orang tuanya gemuk juga akan menjadi gemuk, selanjutnya 70 prsen anak yang kedua orang tuanya gemuk juga akan menjadi gemuk.

Kelebihan berat badan dapat dilihat melalui apa yang kita makan.

Makanan yang dimakan remaja pada satu kali makan akan mempengaruhi seberapa banyak makanan yang akan mereka makan pada jam makan berikutnya. Jadi dengan memakan yang mengandung kadar gula yang tinggi seperti donat, permen, dan makanan instan, serta makanan yang mengandung kadar kolesterol yang tinggi seperti gorengan, yang hanya memiliki nilai gizi yang minimal, serta kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh remaja dapat mengakibatkan berat badan remaja akan meningkat dan akan membentuk

(2)

rangkaian yang terus berlanjut, mempengaruhi apa saja dan berapa banyak yang akan dimakan seorang remaja (Judith Rodin dalam Santrock, 2003).

Henderson & Brownell (dalam Durand & barlow, 2006) menyatakan bahwa kelebihan berat badan jelas berhubungan dengan meluasnya modernisasi. Semakin jauh kemajuan individu dalam menggunakan teknologi seperti remaja yang melakukan aktivitas didepan komputer selama berjam- jam tanpa melakukan gerak sedikitpun maka semakin memudahkan remaja dalam meningkatkan berat badannya.

Promosi gaya hidup tidak aktif dan konsumsi mengandung lemak tinggi dan padat adalah kontributor terbesar tunggal bagi kelebihan berat badan.

Pada remaja perempuan, rata-rata membutuhkan sekitar 2.200 kalori per hari;

rata-rata anak laki-laki membutuhkan 2.800. banyak remaja yang mengonsumsi lebih banyak kalori dari pada yang mereka butuhkan dan terakumulasi menjadi lemak tubuh. Remaja dengan kelebihan berat badan cendrung memiliki kesehatan lebih buruk dibandingkan teman seusia mereka dan lebih mungkin mengalami keterbatasan fungsional, seperti kesulitan menghadiri sekolah , melakukan pekerjaan rumah tangga, atau melakukan aktivitas berat atau merawat diri (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009).

Masalah tubuh di kalangan remaja cukup menguras perhatian, terutama bagi kalangan remaja putri yang sebagian besar sangat memperhatikan penampilannya.

(3)

Keinginan makan yang cukup besar sebenarnya merupakan hal yang wajar karena pada masa pertumbuhan, hormon pertumbuhan akan bekerja sehingga membuat nafsu makan menjadi bertambah sehingga menyebabkan bertambahnya berat badan. Pertambahan berat badan ini, lama kelamaan akan menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat badan, bahkan mengarah ke obesitas.

Remaja putri yang mengalami kelebihan berat badan biasanya akan mengalami kecemasan akan bentuk tubuh. Kecemasan ini timbul karena remaja putri takut tidak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan remaja, seperti misalnya takut tidak ada yang mau berteman dengannya karena tubuhnya yang gemuk, cemas tidak ada lawan jenis yang dapat dijadikan pacar, atau takut dijelek-jelekkan oleh teman-temannya sehingga tidak bisa bergabung dengan kelompok sosial yang ada. Remaja putri yang mengalami kelebihan berat badan biasanya selalu membanding-bandingkan ukuran tubuhnya dengan tubuh teman-temannya yang ideal (dalam Novita).

Setiap remaja tentunya ingin memiliki tubuh yang ideal dan proporsional.

Remaja putra biasanya menginginkan tubuh yang proporsional seperti tinggi, dada bidang. Remaja putri menginginkan tubuh yang langsing, tinggi, dan tidak terlihat gemuk. Remaja putri menginginkan tubuh yang indah dan sexy seperti layaknya bintang-bintang sinetron atau film layar lebar. Remaja putra ingin mempunyai bentuk badan ideal layaknya para model kebugaran dengan bentuk perut six pack-nya. Keinginan untuk menjadi tampan dan cantik

(4)

sepertinya merupakan impian semua orang. Kebanyakan dari remaja putri dan remaja putra sendiri sangat memperhatikan citra tubuh.

Menurut Honigman dan Castle (dalam Melliana 2006), citra tubuh merupakan gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya.

Persepsi dan penilaian yang seseorang pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan penilaian orang lain terhadap diri seseorang. Citra tubuh pada umumnya berhubungan dengan remaja putri daripada remaja putra, remaja putri cenderung untuk memperhatikan penampilan fisik. Karena remaja putri sering merasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya, oleh sebab itu, penampilan fisik pada remaja putri sangat penting. Pada penelitian yang dilakukan Hurlock (1990) mengatakan bahwa ketidakpuasan terhadap penampilan tertuju pada bentuk-bentuk khusus dari tubuhnya serta penampilan keseluruhan.

Menurut Conger & Petersen (dalam Sarafino, 1998), pada masa remaja sering mulai bersibuk diri terhadap penampilan fisiknya, remaja-remaja ini ingin mengubah penampilan mereka dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah-masalah kulit, ingin memiliki tubuh yang ideal, ingin lebih tinggi atau pendek dan tentu saja ingin memiliki berat badan yang ideal.

Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Ketidakpuasan ini akhirnya membuat remaja merasa tidak percaya diri dan menganggap penampilan dirinya sebagai suatu yang menakutkan. Pada masa ini remaja sangat mementingkan penampilan,

(5)

penyimpangan dari tipe tubuh mereka dapat diasosiasikan dengan kehilangan harga diri (Sprinthall & Collins, 2000).

Remaja yang mengalami kelebihan berat badan, biasanya akan menjadi pasif dan depresi, karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya (Sprinthall & Collins, 2000).

Penelitian terhadap remaja dengan kelebihan berat badan oleh Mendelson

& White (dalam safarino, 1994) menemukan bahwa remaja cenderung menurun secara konsisten harga dirinya. Harga diri adalah hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan sikap penerimaan atau penolakan serta menunjukan seberapa besar individu percaya pada dirinya, merasa mampu, berarti, berhasil dan berharga. Harga diri memiliki hubungan yang erat terhadap berat badan ideal seorang remaja. Remaja yang memilki berat badan ideal cenderung dapat diterima di lingkungan, sehingga remaja tersebut memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila remaja tersebut memiliki berat badan yang kurang ideal oleh lingkungannya, maka dapat membuat remaja tersebut menjadi tidak percaya diri dan akhirnya merasa harga dirinya rendah (Sprinthall & Collins, 2000).

1.2 Permasalahan Penelitian

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis, tetapi juga fisik (Sarwono, 2008). Awal masa remaja biasanya disebut sebagai “usia belasan,” kadang-kadang bahkan

(6)

disebut “usia belasan yang tidak menyenangkan”. Perubahan secara fisik, kognisi dan juga sosial merupakan suatu tantangan yang dapat mengubah segala aspek kehidupan remaja ( Graber, 1994, dalam Labibah, 2007). Di antara perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata semasa remaja adalah meningkatnya tinggi dan berat serta kematangan seksual ( Santrock, 2003). Remaja juga mengalami peningkatan secara kognitif, dimana pada masa ini remaja memasuki tingkatan tertinggi dalam perkembangan kognitif menurut piaget, yaitu tahap konkrit operasional, yang menyebabkan remaja dapat berfikir secara abstrak. Perubahan kognisi remaja tersebut menyebabkan remaja lebih sadar akan dirinya (self Conscious) dibandingkan dengan anak- anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif, dimana hal ini merupakan bagian dari kesadaran diri mereka dan dari bagian dari eksplorasi diri (Santrock, 2003).

Pada masa ini, remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya.

Bahkan memandangi cermin setiap hari dan sampai berjam-jam lamanya untuk melihat apakah mereka dapat melihat perbedaan yang terjadi pada tubuhnya yang sedang berubah. Perhatian yang berlebihan terhadap citra tubuh sendiri sangat kuat pada masa remaja, terutama yang sangat mencolok selama pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja (Hamburg, 1974; Wright, 1989;

(7)

dalam Santrock,2003). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti citra tubuh remaja dan self esteem.

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara citra tubuh remaja dengan self esteem.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki dua manfaat yaitu:

1.4.1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman hubungan hubungan citra tubuh remaja dengan self esteem.

Selain itu penelitian ini juga diharapkan muncul minat untuk meneliti lebih lanjut hal-hal yang berkaitan baik dengan citra tubuh maupun dengan self esteem.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah mampu membedakan remaja yang memiliki gangguan citra tubuh sehingga dapat di bicarakan oleh konselor, orang tua, dan pendidik. Selain itu penelitian ini diharapkan lebih mengetahui citra tubuh yang dimiliki sehingga dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari.

1.5 Sistematika Penulisan

(8)

BAB 1 : Berisikan pendauluan yang mencakup latar belakang masalah, permasalahan penelitian, tujuan serta manfaat penelitian.

BAB II : Bab ini memuat tentang tinjauan teori yang dgunakan dalam penelitian. Akan dibahas teori tentang citra tubuh, harga diri (self esteem) dan remaja.

BAB III : Di dalam babini memuat tentang metode penelitian yang akan dilaksanakan. Berisikan tentang pendekatan penelitian, hipotesis penelitian, variable penelitian, subjek penelitian, teknik pengambilan subjek, pengumpulan data, teknik pengukuran data, prosedur penelitian.

BAB IV : Di dalam bab ini akan dijabarkan mengenai hasil analisis terhadap data yang telah didapat. Anlisis akan dilakukan analisis hubungan antara variabel.

BAB V : Berisikan tentang kesimpulan, diskusi dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Keikutsertaan dan komitmen Indonesia dalam kelestarian lingkungan hidup di dunia internasional tidak sejalan.. dengan kenyataan yang ada didlam

Pasal 29 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dinyatakan bahwa pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Laut dan Pesisir

Masa remaja merupakan masa storm dan stress karena remaja mengalami banyak tantangan baik dari diri mereka sendiri (biopsychosocial factors) ataupun lingkungan

Masa remaja, menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu:.. 1) Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya,

pada tahun 2012 dengan judul “Hukum Antidumping Sebagai Pelindung Produk Industri Dalam Negeri Dalam Rangka ACFTA (Asean Free Trade Area)” yang mana skripsi ini membahas

Definisi grid (balok silang) adalah kerangka yang terdiri dari dua atau lebih bagian konstruksi yang disambungkan secara kaku (guna stabilitas) pada arah mendatar, umumnya

Sedangkan pada daging matang yang diberikan perlakuan penambahan dan pengganti secara signifikan menunjukan nilai expressible drip yang rendah atau memiliki daya ikat air

Pembentukan pegunungan pada kala miosen tengah telah mengangkat bagian tenggara dari cekungan tersebut dan batuan Formasi Tertiary yang muncul dari erosi