• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

NOMOR 8 TAHUN 2010

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PEMASUKAN MINUMAN BERALKOHOL

DARI DAN KE TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABEAN KE KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas pelaksanaan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Nomor 06 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pemasukan Minuman Beralkohol Dari Dan Ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun;

b. bahwa dalam rangka menciptakan kondisi perdagangan yang sehat serta iklim dan persaingan usaha yang kondusif perlu dilakukan perubahan ketentuan dengan menyempurnakan ketentuan-ketentuan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Nomor 06 Tahun 2010 agar menjadi lebih transparan, efektif dan efisein serta berkesinambungan.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Perubahan Peraturan Ketua Dewan Kawasan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 801) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1971 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2966);

(2)

2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2469);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-undang. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4402);

(3)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4757);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4758);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Pengawasan Atas Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang telah di tunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 15);

14. Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 3 tahum 1997 tentang pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol.

15. Keputusan Presiden RI Nomor 9 tahun 2008 tanggal 7 Mei 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam;

16. Keputusan Presiden RI Nomor 10 tahun 2008 tanggal 7 Mei 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan;

17. Keputusan Presiden RI Nomor 11 tahun 2008 tanggal 7 Mei 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun;

18. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Nomor 01 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan;

19. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun Nomor 02 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun;

20. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 03 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

(4)

21. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Nomor 06 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pemasukan Minuman Beralkohol Dari Dan Ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2010

TENTANG KETENTUAN PEMASUKAN MINUMAN BERALKOHOL DARI DAN KE TEMPAT LAIN DALAM

DAERAH PABEAN KE KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Nomor 06 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pemasukan Minuman Beralkohol Dari Dan Ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun, diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 3

(1) Minuman beralkohol golongan B dan golongan C termasuk dalam kelompok minuman keras yang produksi, importasi, pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.

(2) Pemasukan minuman beralkohol ke Kawasan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun hanya dapat dilakukan melalui pelabuhan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang berdomisili di Kawasan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun.

(3) Minuman Beralkohol golongan A, golongan B, dan golongan C yang berasal dari impor dan produksi dalam negeri yang dapat dijual atau diperdagangkan di Kawasan Bebas Batam/Bintan/Karimun, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan ini.

(5)

2. Ketentuan Pasal 5 ayat (1), ayat (2), ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) diubah, ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) dihapus, serta menambah 1 (satu) ayat yakni ayat (5), sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 5

(1) Perusahaan yang akan melakukan impor Minuman Beralkohol golongan A, golongan B, dan golongan C, wajib mendapat penetapan sebagai IT-MB serta jumlah dan jenis golongan minuman beralkohol dari Kepala Badan Pengusahaan Kawasan.

(2) Untuk memperoleh penetapan sebagai IT-MB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perusahaan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan, dengan melampirkan dokumen:

a. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan;

b. Fotokopi Angka Pengenal Importir Umum (APIU);

c. Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

d. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB);

e. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

f. Fotokopi Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).

g. Fotokopi Surat Penunjukan dari Prinsipal Pemegang Merek/Pabrik Luar Negeri;

h. Surat Keterangan dari Atase Perdagangan/KBRI yang menerangkan bahwa prinsipal/perwakilan pemegang merek berwenang menunjuk Distributor di luar negeri; dan

i. Surat pernyataan memiliki jaringan distribusi minuman beralkohol yang ditandatangani diatas materai cukup.

(3) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan dapat menetapkan IT-MB lain, bilamana:

a. IT-MB tidak merealisasikan impornya sehingga terjadinya kelangkaan minuman beralkohol;

b. Dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan IT- MB;

(6)

c. Dalam hal Kepala Badan Pengusahaan Kawasan menetapkan IT-MB lain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perusahaan yang memohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan dengan melampirkan dokumen sebagaimana ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f.

(4) Penetapan IT-MB lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang serta harus mendapat pertimbangan terlebih dahulu dari Ketua Dewan Kawasan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun.

(5) Dewan Kawasan menetapkan pertimbangan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak surat Kepala Badan Pengusahaan Kawasan diterima.

(6) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan menetapkan atau menolak sebagai IT-MB paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak surat Pertimbangan Dewan Kawasan diterima.

3. Ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) diubah, serta menambah ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 6

(1) Badan Pengusahaan setiap tahun menetapkan alokasi pemasukan berupa jumlah dan jenis golongan minuman beralkohol yang akan dimasukkan dari Luar Daerah Pabean untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di Kawasan Bebas Batam/Bintan/Karimun.

(2) Penetapan jumlah dan jenis golongan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan setelah mendapat pertimbangan dari Ketua Dewan Kawasan.

(3) Alokasi pemasukan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing IT-MB ditetapkan secara prorata dan proporsional dalam bentuk surat persetujuan pemasukan.

(4) IT-MB untuk memperoleh surat persetujuan pemasukan sebagaimana dimaksud ayat (2) harus mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Pengusahaan.

(5) Kepala Badan Pengusahaan menetapkan persetujuan pemasukan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan, paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak surat permohonan diterima.

(7)

4. Ketentuan Pasal 8 ayat (5) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut

Pasal 8

1. Pada setiap kemasan atau botol minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C yang berasal dari Luar Daerah Pabean dimasukkan dan dikonsumsi di dalam Kawasan Bebas, wajib dilengkapi identitas :

a. Label keamanan yang berhologram (hologram security label) yang memuat indentitas FTZ BBK;

b. Barcode FTZ BBK yang berisi informasi tentang nama dan nomor distributor; atau

c. Label peringatan.

2. Minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean (TLDDP) dimasukkan oleh Pemasok/Distributor ke Kawasan Bebas, wajib mencantumkan label keamanan yang berhologram (hologram security label) yang memuat identitas FTZ BBK.

3. Minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean (TLDDP) dimasukkan oleh Pemasok/Distributor ke Kawasan Bebas, wajib dilaporkan kepada Kepala Badan Pengusahaan Batam/Bintan/Karimun dengan melampirkan data faktur barang.

4. Format dan Desain Label FTZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) atas Persetujuan Dewan Kawasan.

5. Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh BUMD PT. Pembangunan Kepri dan biayanya ditanggung oleh IT-MB.

6. Label sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pengadaan dan pelaksanaan pelabelannya dilakukan oleh PT.

Pembangunan Kepri dan biayanya ditanggung oleh produsen dan/atau distributor.

7. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi;

Jenis, Jumlah, dan Merk.

(8)

Pasal II

Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Tanjungpinang pada tanggal 24 September 2010

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS

BATAM/BINTAN/KARIMUN

ttd

H. MUHAMMAD SANI

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Penguaahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

bahwa dalam rangka akuntabilitas pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang oleh Badan Pengusahaan Kawasan

bahwa dalam melaksanakan tugas pengelolaan, pengembangan, dan pembangunan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang ditetapkan dengan Peraturan

Free Port (pelabuhan bebas) merupakan bagian dari Free Trade Zone yang menjadi pengembangan konsep Special Economic Zone (SEZ), dimana SEZ (Kawasan Ekonomi Khusus

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

Free Port (pelabuhan bebas) merupakan bagian dari Free Trade Zone yang menjadi pengembangan konsep Special Economic Zone (SEZ), dimana SEZ (Kawasan Ekonomi Khusus

Free Port (pelabuhan bebas) merupakan bagian dari Free Trade Zone yang menjadi pengembangan konsep Special Economic Zone (SEZ), dimana SEZ (Kawasan Ekonomi Khusus

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas