• Tidak ada hasil yang ditemukan

FTZ Batam Bintan Karimun akselerasi pert

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FTZ Batam Bintan Karimun akselerasi pert"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Headline : FTZ BBK, Strategi meningkatkan produktifitas ekonomi di Indonesia1

Sejarah FTZ (Free Trade Zone) atau dahulu disebut dengan EPZ (Export processing zone) dahulunya disebut dengan Free Port atau Pelabuhan Bebas, adalah kawasan/zona dimana barang dapat mendarat, ditangani, dimanufakturkan, atau di remanufakturkan dan dire-ekspor kembali tanpa adanya intervensi dari pihak pabean.

Saat ini telah zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas telah ada di 116 negara di seluruh dunia, dan paling banyak berada di Negara-negara berkembang, memperkerjakan 43.000.000.000 orang di seluruh dunia. Tujuan utama dari kebijakan pengembangan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas ini lebih kepada untuk meningkatkan devisa Negara dari masuknya investasi besar asing ke kawasan, juga untuk menarik investasi dalam negeri mengembangkan industry yang berorientasi ekspor serta untuk menghasilkan kesempatan kerja yang luas.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, sumber daya manusia yang ada, kapal-kapal yang membawa minyak dan barang dari asia, eropa, asia timur, timur tengah memiliki kapasitas yang luar biasa besar. Saat ini saja sudah terdapat kapal/vessel jenis tanker ULCC (ultra large crude carrier), dengan ukuran 35 draft dan >300DWT (Deadweight tonnage). Kapal-kapal berukuran besar tersebut masuk ke pelabuhan-pelabuhan internasional yang terintegrasi dengan kawasan perdagangan bebas mulai dari Los Angeles, New York, Rotterdam, Afrika, Dubai, China, Malaysia, Singapura, Jakarta, Tokyo, Philipine, dan 40 % dari perdagangan melalui kapal melintasi perairan Indonesia. Adalah peluang bagi Indonesia, khususnya Kepulauan Riau untuk dapat turut serta dalam pembentukan sejarah perdagangan dunia di Kawasan Batam/Bintan/Karimun.

1

Tiar Pandapotan Purba, ST. Penulis adalah Staf Ahli Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun yan bertugas khusus untuk menyusun Rencana Strategis Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas termasuk BP Karimun 2012-2017, Tahun 2012.

A free trade zone (FTZ) or export processing zone (EPZ), also called foreign-trade zone, formerly free port is an area within which goods may be landed, handled,

manufactured or reconfigured, and reexported without the

intervention of the customs

(2)

Pada tahun 2009 tercatat 71.359 kapal container/vessel2 yang melintasi Selat Malaka untuk menuju ke kawasan perdagangan di Asia Tenggara, Uni Eropa dan Timur. Pada tahun yang sama juga perdagangan yang tercatat melintasi di kawasan padat ini adalah US$ 557 milyar. Pada tahun 2015 diperkirakan bahwa kapal yang menggunakan salah satu jalur pelayaran yang saat ini dinilai paling efisien tersebut akan berjumlah 120.000 kapal. Kapal-kapal yang melewati perairan tersebut adalah kapal-kapal yang membawa energi dari Afrika dan Timur Tengah ke Asia Timur dan juga yang membawa berbagai produk perdagangan dari Asia ke Eropa dan sebaliknya. Potensi lokasi ini memberikan peluang kepada FTZ BBK untuk dapat memberikan pelayanan jasa kepelabuhanan, jasa pelayanan, jasa industri, jasa perdagangan dan pariwisata.

Paska terbentuknya FTZ BBK, investasi pada tahun 2010 meningkat 180.0003Million US$ (Investasi seluruh BBK). Hal ini menguatkan kebijakan strategis pemerintah untuk menangkap peluang investasi asing masuk ke kawasan FTZ dan membuka lapangan pekerjaan yang seluasnya.

Malaysia memang memiliki Kawasan FTZ yang luar biasa diantaranya Iskandar, Port Klang Selangor, Kulim Hi-Tech Park Kedah, Pasir Gudang Johor, Bayan Lepas Penang. Namun permasalahan utama dalam pengembangan di kawasan ini adalah (lack of) minimnya tenaga kerja yang masuk ke sektor industri di kawasan. Malaysia lebih banyak melakukan impor tenaga kerja dari Indonesia, dengan memanfaatkan ketidakstabilan politik di Indonesia. Kebijakan dan strategi Malaysia ini berhasil meningkatkan daya saing kawasan FTZ dan menarik investasi dari berbagai Negara terutama Negara persemakmurannya Singapura.

Singapura sendiri sejak 2005 lalu mengambil kebijakan untuk menerapkan industri-industri hijau. Singapura membersihkan perairannya dari berbagai industri-industri limbah, dan mengarahkan kotanya sebagai kota jasa kelas dunia. Mulai dari jasa keuangan, manajemen, hiburan, wisata, pendidikan, dan pusat pelabuhan hub internasional. Pelabuhan Singapura (the world busiest port) merupakan pelabuhan terbesar, paling sibuk, paling efektif dan bersih. Pelabuhan singapura telah dibangun pada tahun 1819, dimana masa kolonial Inggris melakukan invasi ke Asia dengan misi merubah pola perdagangan dunia dan menguasai perdagangan dunia. Kemampuan pelabuhan singapura, salah satunya Jurong Port, memiliki spesifikasi dan fasilitas Berths: 23, Berth length: 4,545 m, Maximum vessel draft: 16 m, Maximum vessel size: 150,000 metric tons deadweight (DWT), Area: 1.2 km² Free Trade Zone, 320,000 m² non-Free Trade Zone, Warehouse facilities: 280,000 m².

Arah kebijakan Singapura yang berfokus kepada jasa pelayanan pelabuhan tersebut menjadikan pulau kecil tersebut sebagai salah satu pemilik kawasan FTZ yang paling menarik di dunia. Demikian halnya dengan Malaysia, dengan kawasan FTZ dan Port Of Iskandar yang telah beroperasi sejak 1999. Kawasan FTZ Iskandar memiliki daya saing dan daya prospektif masa

2

(3)

depan yang siap menampung pergerakan ekonomi dunia (Iskandar Port, Future world busiest in Asia).

Spesifikasi kawasan ini Port saat ini menawarkan 12 tempat berlabuh sebesar 4,32 km dengan panjang dermaga linier, dan 1,2 juta meter persegi lapangan penumpukan yang berisi sekitar 200.000 TEU dalam ruang penyimpanan, 38.000 Slot tanah dan 4.200 poin reefer. Tempat berlabuh dilayani oleh 44 Post-Panamax super crane dermaga, 11 di antaranya memiliki 22 baris penjangkauan dan dual hoist 'pick, 30 dengan 22 baris penjangkauan dan kembar 20' 40 angkat. Total kapasitas saat ini port adalah lebih dari 9 juta TEU per tahun. 138 Rubber Tyred gantry crane, 274 Mesin Penggerak Utama dan 361 Trailers beroperasi di sekitar fasilitas container.

Mengembangkan kawasan pengusahaan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas BBK (FTZ Batam Bintan Karimun), adalah sebuah tantangan bagi badan kawasan untuk dapat mengambil kebijakan strategis memilih the most potential income untuk menggerakkan perekonomian kawasan, dan menarik investasi asing masuk. Untuk itu investasi yang ada sekarang dan dukungan infrastruktur kepada investasi yang masuk sekarang adalah bentuk penguatan posisi FTZ BBK untuk dapat terus menaikkan performa sebagai pengelola kawasan FTZ. Mencermati berbagai persoalan di kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di BBK, permasalahan yang paling banyak ditemui adalah penyeludupan barang yang tinggi. Penyeludupan dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan yang tidak terdaftar atau disebut sebagai pelabuhan “tikus‟. Dampaknya adalah kesan negatif yang meluas di preferensi dunia terhadap manajemen kawasan FTZ. Untuk itu diperlukan penguatan kelembagaan yang kuat dalam pengelolaan kawasan FTZ BBK.

(4)

FTZ Tarif Pajak

(5)

Peraturan Pemerintah Pengganti UU 1/2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, era baru dalam pengelolaan pertumbuhan ekonomi makin bebas dan terbuka. Implementasi UU ini melalui PP 46/2007, PP 47/2007, dan PP 48/2007 sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun diharapkan dapat menjadi lokomotif pertumbuhan di Indonesia dengan maksud utama adalah mengurangi pengangguran. Namun untuk mencapai visi dan misi dewan nasional-dewan kawasan dan badan pengelolaan kawasan FTZ diperlukan berbagai langkah strategis seperti pembangunan infrastruktur yang kuat, sumber daya manusia yang handal serta manajemen dengan kualitas pelayanan internasional. FTZ Batam Bintan Karimun untuk dunia.

Sumber penulisan dan data :

1. UU 44/2007 Tentang Perubahan atas UU 36/2000 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU 1/2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

2. PP 46/2007, PP 47/2007, dan PP 48/2007 sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun.

3. Draf Rencana Strategis Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Bintan Karimun, 2012.

4. Draf Rencana Strategis Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjung Pinang, 2012.

5. Draf Rencana Strategis Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Bintan, 2012.

6. Draf Rencana Strategis Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, 2012.

Untuk mencapai visi dan misi dewan nasional, dewan kawasan, badan

(6)

13.http://www.boi.go.th/index.php?page=intro&language=en

14.http://www.boi.go.th/upload/content/Chitra_Australia_September2012_45323.pdf 15.http://osos.boi.go.th/

16.Why you should invest in Thailand, Chitra, Director, Thailand Board Investment, Australia, September 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Meski memiliki karakter perdagangan yang hampir sama, namun jika kita lihat dari obyek transaksinya, jelas berbeda karena dalam perdagangan uang elektronik, yang

Berdasarkan hasil regresi berganda diperoleh hasil R 2 sebesar 0.457, hal ini menunjukanbahwa secara simultan 45.7% dari variabel transfer pelatihan dijelaskan

Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan sub bidang pendapatan asli daerah..

terlihat adanya perbedaan dengan judul yang akan saya teliti. Pada penelitian yang akan saya teliti menggunakan variabel Sistem Pengendalian Internal dan Kompetensi Staf

Sepertiga pasien dengan infark pada dinding ventrikel kiri juga akan menimbulkan nekrosis pada bagian ventrikel kanan, karena memiliki arteri koroner yang sama yang

sisi, tidak hanya dari kesempatan bertumbuh saja yang baik, tetapi juga dapat dilihat dari keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari tingkat penjualan bersih

penilaian antar teman untuk menilai tingkat keterlibatan siswa dalam penyelesaian proyek) • Angket model skala Likert 1.2 Mendeskripsikan sistem reproduksi dan penyakit yang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang