KEPENTINGAN DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN PROGRAM
PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN KEIKUTSERTAAN
WARGA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
( STUDI DESKRIPTIF ANALISIS PADA
KURSUS - KURSUS Dl KOTAMADYA BANDUNG )
TE S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan
llmu Pendidikan Bandung Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Program Pascasarjana Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah
O I e h :
HENDI SUHENPRAYA MUCHTAR
9332020
g$™4|<
s>
&
PPS
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNGLEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
DISETUJUI OLEH DOSEN PEMBIMBING
UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II
Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Maman Abdurrachman
Pembimbing II
POGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
A. B S T R A. Kl
Penelitian yang dilaksanakan di Kotamadya Bandung ini,
dilatarbelakangi oleh masalah bahva
tingkat
keikutsertaan
varga
masyarakat
dalam
pendidikan berkelanjutan
berupa kur
sus-kursus dalam tiga tahun terakhir ini cenderung menurun.
Oleh karena
itu perlu diungkap tentang faktor-faktor aktual
yang cenderung mempengaruhinya.
Diduga yang paling
dominan
adalah
faktor
kepentingan
diri,
lingkungan
sosial,
dan
penyelenggaraan
program
pembelajaran.
Untuk
selanjutnya
dapat
diketahui
faktor yang
memberikan
kontribusi
yang
paling besar. Dengan demikian, penelitian ini berusaha
mengungkap
gambaran
tentang
aspek-aspek
dari
tiga
faktor
tersebut
sebagai
determinan
keikutsertaan
varga
belajar
dalam pendi dikan kursus.
Penelitian yang
dilakukan
dengan
menggunakan
metoda
deskriptif
ini,
memiliki
populasi
seluruh
varga
belajar
yang mengikuti pendidikan berkelanjutan berupa kursus di
vilayah Kotamadya Bandung,
yakni
varga
belajar
yang
terdaf
tar sebagai peserta ujian nasional dan berusia 15 tahun ke
atas.
Sampel
diambil
secara
purposif,
jumlah
sampel
sebanyak
150
responden
diambil
dari
LPK
Pajajaran,
PutraPutri, Pouv'S. Aryanti dan LPK PUSPIKOM.
Dari
hasil
analisis
dan
pembahasan
diperoleh
temuan
sebagai
berikut.Keikutsertaan varga belajar
sebagai anggota
masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan, terutama
bertujuan
untuk
meningkatkan
pendapatan/
penghasilan
dan
mencari pekerjaan. Aspek kepentingan diri yang mendorong keikutsertaan dalam pendidikan adalah keinginan untuk peningkatan tarap hidup, kegemaran dan rekreasi, serta
aktualisasi diri Lingkungan sosial meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar. Sedangkan aspek program pembelajaran yang paling menonjol
adalah kesesuaian antara program/jenis keterampilan dengan
keinginan varga masyarakat.
Apabila penyelenggaraan pendidikan
kursus
atau pihak
yang
berkepentingan
ingin
mempertinggi
tingkat
keikutsertaan varga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan, maka yang paling utama diperhatikan adalah
kepentingan
diri
varga
masyarakat,
di
samping
sistem
penyelenggaraan
program pembelajaran kursus dan lingkungan
sosial. Karena terbukti bahva variabel kepentingan diri
memberikan sumbangan e f e k t i f yang besar dari pada variabel lingkungan sosial dan program pembelajaran
terhadap
keikutsertaan
varga
belajar
dalam
pendidikan
berkelanjutan berupa kursus di Kotamadya Bandung. Namun demikian, untuk merancang dan melaksanakan program
pendidikan
berkelanjutan,
perlu
selalu
diperhitungkan
secara
proposional,
baik
kepentingan
diri,
lingkungan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
±v
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
viii
DAFTAR ISI
xlv
DAFTAR TABEL
xv±±
DAFTAR BAGAN
xviii
DAFTAR MATRIKS
xlx
DAFTAR DIAGRAM
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xx±
BAB
I
PENDAHULUAN
±
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Batasan dan Perumusan Masalah
7
C.
Definisi Operasional
IO
D. Tujuan Penelitian
l5
E.
Manfaat Penelitian
15
BAB
II
KONSEP PLS, KEPENTINGAN
DIRI,
LINGKUNGAN
SOSIAL DAN PROGRAM
PEMBELAJARAN
SEBAGAI
DETERMINAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN
17
A.
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
17
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ..
17
3.
Pendidikan Berkelanjutan dan Asas
Pendidikan Sepanjang Hayat
19
3.
Konsep Andragogi
25
4.
PLS yang Dilaksanakan Masyarakat
dan
Posisinya dalam Kebijakan
Pemerintah
30
5. PLS sebagai Sistem Pendidikan 33 B. Keikutsertaan Warga Masyarakat Dalam
Pendidikan Berkelanjutan 37
C. Kepentingan Diri dan Kaitannya Dengan Ke
ikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjut
an 40
D. Lingkungan Sosial dan Kaitannya Dengan
Keikutsertaan Dalam Pendidikan Berkelan
jutan 48
E. Program Pembelajaran dan Kaitannya de ngan Keikutsertaan dalam Pendidikan Bei—
k el anjutan 55
F. Anggapan Dasar 59
G. Hipotesis Penelitian 60
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 62
A. Metode Penelitian 62
B. Objek Penelitian 64
1. Populasi 64
2. Sampel 64
C. Teknik Pengumpulan Data 67
1. Alat Pengumpul Data 67
2. Variabel Penelitian 67
D. Pengembangan Instrumen Penelitian 71
E. Teknik Analisis Data 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 80
A. Keikutsertaan Warga Belajar di dalam
Pendidikan Berkelanjutan 80
1. Kepentingan Diri 83
2. Lingkungan Sosial 85
3. Program Pembelajaran 88
B. Uji Persyaratan Analisis. 89
C. Pengujian Hipotesis 91
1. Keterkaitan Kepentingan Diri dengan
Keikutsertaan Dalam Pendidikan berke
lanjutan 91
2.
Keterkaitan Lingkungan Sosial
dengan
keikutsertaan Dalam Pendidikan Berke
lanjutan 95
3. Keterkaitan Program Pembelajaran de ngan Keikutsertaan Dalam Pendidikan
Berkelanjutan 98
4. Keterkaitan antara Kepentingan Diri, Lingkungan Sosial, Program Pembela jaran Dengan Keikutsertaan Dalam Pen
didikan Berkelanjutan 101
D. Pembahasan 106
E. Temuan Lapangan dan Proposisi 117
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi 122
A. Kesi mpul an 122
B. Rekomendasi 125
DAFTAR PUSTAKA 130
LAMPIRAN 133
Ri wayat Hi dup 160
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perbandingan Jumlah Peserta Kursus tahun 1994
dan tahun 1995 di Kotamadya Bandung 5
2. Jumlah Responden 66
3. Nilai Uji Validitas Item Variabel Kepentingan
Diri 73
4. Nilai Uji Validitas Item Variabel Lingkungan
S o s i a l 74
5. Nilai Uji Validitas Item Variabel Program Pem
belajaran 74
6. Nilai Uji Vadilitas Item Variabel Keikutser
taan dalam Pendidikan 75
7. Ringksan Hasil Uji Coba Validitas Item 75 8. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 77
9. Hasil Uji Normal itas Data 91
10. Hasil Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Parsial 104
11. Bobot Sumbangan Efektif Variabel Bebas
Terha-dap Variabel Terikat 105
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Batasan Variabel Penelitian dan Keterkaitannya
9
2. Hubungan Fungsional antar Komponen PLS 34 3. Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 63
DAFTAR MATRIKS
Matriks Halaman
1. Pendekatan Liberasi dalam PLS . 28
2. Penjabaran Konsep Kepentingan Diri
68
3. Penjabaran Konsep Lingkungan Sosial 69 4. Penjabaran Konsep Program Pembelajaran 70 5. Penjabaran Konsep Keikutsertaan Dalam Pendidik
an Berkelanjutan • 71
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
1. Permasalahan Penelitian 8
1. Keterkaitan antara variabel X. dengan Y 94
2. Keterkaitan antara variabel Xp dengan Y
97
3. Keterkaitan antara variabel X. dengan Y 100
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp!ran Halaman
1. Inst rumen Penelitian 133
2. Uji Coba Instrumen 140
3. Deskripsi Data tentang Keikutsertaan Warga Bel
ajar dalam Kursus 143
4. Data Masing-masing Variabel Penelitian 147 5. Uji Normalitas Data Variabel Penelitian 151
6. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian CMatrik
Korelasi > 157
7. Analisis Regresi dan Korelasi Parsial 158
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Tingkat perkembangan modernisasi dan
perubahan
sosio
kultur kehidupan berpacu amat pesatnya.
Hal
ini
menuntut
setiap orang untuk mampu menghadapi dan menyesuaikan
diri,
sehingga menjadi handal dalam kehidupan yang mengalami per—
ubahan. Pendidikan sekolah ternyata
belum
dapat
menjawab
tantangan perubahan tersebut secara keseluruhan.
Oleh
kare-na itu, dibutuhkan lembaga penyelenggara
pendidikan
lain,
yaitu pendidikan luar sekolah untuk dapat bersama-sama
(pe-merintah, masyarakat dan keluarga) mencapai sasaran
pengem-bangan kualitas sumber daya manusia secara
optimal
sesuai
dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Undang-Undang
No.
2 tahun 1989 pasal 10 menegaskan bahwa penyelenggaraan pen
didikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (PLS).
Kedua jalur penyelenggaraan pendidikan di atas
saling
berkaitan dan saling menopang serta memiliki kedudukan yang
sama dalam Sistem Pendidikan
Nasional.
Fungsi
PLS
dalam
posisinya di samping pendidikan persekolahan
dapat
tampil
sebagai pelengkap
(complementary education),
penambah
Csu-plementary education),
dan
sebagai
pendidikan
pengganti
(subtitude education).
Oleh karena itu PLS sebagai
sistem
pendidikan memiliki kekuatan dalam memecahkan berbagai
upa-ya pendidikan upa-yang berada di luar sistem pendidikan
perse
kolahan.
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah memiliki sifat
yang lebih fleksibel dan tidak kaku dan dapat mengacu
pada
kebutuhan warga belajarnya. Dalam Peraturan Pemerintah
no-mor 73 tahun 1991, Bab IV, Pasal 5 ayat (1) menegaskan
bah-w a :
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat tei—
diri atas pemerintah, badan, kelompok atau
perorangan
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan jenis pendidik
an luar sekolah yang terselenggara baik yang
dilemba-gakan maupun tidak.
Berdasarkan kandungan ayat tersebut di atas, terdapat
adanya jawaban terhadap perkembangan kebutuhan belajar yang
muncul dari setiap orang. Jenis dan rumpun pendidikan
yang
diselenggarakan disesuaikan dengan
perkembangan
ilmu
dan
teknologi serta perubahan masyarakat. Bahkan apabila
jenis
dan rumpunnya sudah tidak sesuai
lagi
maka
secara
alami
kurang diminati anggota masyarakat dan berangsur menghilang
serta bergeser kepada jenis program yang diminati oleh
ma
syarakat.
Adapun
bentuk program PLS
yang
terselenggara
adalah
pendidikan berkelanjutan berupa kursus-kursus atau
pelatih-an ypelatih-ang ditujukpelatih-an kepada peserta
atau
lulusan
pendidikan
sekolah yang akan mencari atau
memasuki
dunia kerja
(pre-service training).
Sasaran yang lain adalah
kepada
mereka
mela-kukan pengembangan kualitas
kerja, atau untuk
kepentingan
jabatan/posisi tertentu.
Di samping
itu
dapat
mengurangi
overhead lembaga atau perusahaan daripada menambah pekerja
atau karyawan baru.
Pada umumnya
program
pendidikan
yang
berbentuk kursus tersebut
cenderung
diselenggarakan
oleh
masyarakat.
Bila diamati perkembangan pendidikan dewasa ini, akan
tampaklah bahwa
upaya
penyelenggaraan
pendidikan
berupa
kursus-kursus terlihat tumbuh menjamur, hal ini dikarenakan
kursus mempunyai kelebihan diantaranya, penyelenggaraan
relatif singkat, mengutamakan aplikasi, berkaitan dengan
kehidupan
peserta
didik dan
masyarakat.
Artinya,
semakin
meningkatnya kepedulian masyarakat dalam upaya pada taraf
"masyarakat gemar belajar" (learning society), di samping
dirasakan juga bahwa kebutuhan belajar warga masyarakat
cenderung meningkat. Melalui pendekatan ekonomis sebagai
akibat adanya unsur penawaran dan permintaan, sehingga
mengakibatkan setiap penyelenggara merasa perlu memikirkan
pendirian lembaga pendidikan yang diduga akan banyak dimi
nati peserta/masyarakat. Jumlah penyelenggara lembaga pen
didikan berupa kursus yang pernah diinformasikan oleh Dik—
lusmas telah mengalami perkembangan yang berarti.Pada tahun
1964 di Indonesia tercatat 3000 kursus, tahun 1976 menjadi
4.644 kursus, tahun 1982 menjadi 7.138 kursus, tahun 1986
bertambah menjadi 13.414 kursus dan tahun 1991 bertambah
ma-cam rumpun, yaitu: (1) Kursus Bahasa; (2) Jasa; (3) Kerumah
Tanggaan;
(4) Keolahragaan;
(5)
Kesehatan;
(6) Kesenian;(7)
Kerajinan Industri; (8) Teknik; (9) Pertanian dan
Peternak-an; (10) Ilmu Pengetahuan; (11) Lingkungan Hidup; (12) dan
Maritim. Kursus- kursus Diklusmas itu merupakan bentuk
sa-tuan pendidikan luar sekolah yang tumbuh menurut kebutuhan
dan sesuai dengan dinamika masyarakat, yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Trisnamansyah, 1993:
16).
Ada suatu gejala yang kontras dari ungkapan di atas,
bahwa berdasarkan observasi awal terhadap beberapa kursus
yang terdapat di Kotamadya Bandung tanggal 2 Februari 1996,
di antaranya LPK Putra Putri, LPK PUSPIKOM, LPK Pajajaran,
menunjukkan bahwa jumlah peminat atau jumlah peserta yang
mengikuti kursus selama 2 tahun terakhir cenderung menurun
bila dibandingkan dengan jumlah peminat 3 atau 4 tahun yang
lalu.
Keadaan di atas sesuai dengan data yang diambil dari
Kantor Kandep Dikbud Kotamadya Bandung tanggal 2 Februari
1996, bahwa pada tahun 1994 terjadi penurunan jumlah warga
masyarakat yang mengikuti pendidikan kursus bila dibanding
dengan jumlah peserta pada tahun 1993. Hal ini terbukti
dari jumlah warga belajar yang terdaftar sebagai
peserta ujian nasional di Kandep Dikbud Kotamadya Bandung
terhadap beberapa jenis kursus yakni program "tata rias pe—
masing 330,
1593,
226,
dan 26 peserta pada tahun 1993,
men
jadi 239, 980, 211, dan 6 peserta di tahun 1994.
Keadaan di atas akan lebih tampak nyata lagi bila
di-bandingkan jumlah warga belajar kursus di tahun 1994,
yang
ternyata jumlahnya lebih menurun di hampir setiap jenis
program pada tahun 1995. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tabel di bawah ini:
TABEL 1
PERBANDINGAN JUMLAH PESERTA KURSUS TAHUN
1994 DAN 1995 DI KOTAMADYA BANDUNG
•
No Jenis program
T a h u n Keadaan '/.
1994 1995 Menurun meningkat
1 Menjahit pakaian 219 145 33,79 —
2 Tatarias Pengant 239 196 17,99
-3 Tata kecant rbt 1056 964 8,71
-4 Tata kecant kit 231 171 25,97
-5 Akuntansi 4116 4162 - 1,12
6 Komputer 980 937 4,39
-7 Mengetik 1092 930 14,84
-8 Steno 211 99 53,08
-9 Kesekretariatan 550 373 32,18
-10 Bahasa Inggris 76 20 73,68
-11
.
Merangkai bunga 6 0 100,00
Sumber: Kantor Kandep Dikbud Kotamadya
tahun 1996.
[image:17.595.71.505.290.680.2]Berdasarkan fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keikutsertaan warga masyarakat dalam pendidikan
berkelanjutan berupa kursus—kursus sekarang ini keadaannya
cenderung
menurun.
Sehingga akibatnya
banyak
kursus yang
meniadakan program pendidikannya karena kurangnya keikut
sertaan warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan.
Menurunnya keikutsertaan masyarakat
memasuki
lembaga
PLS di atas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di
anta-ranya adalah karakteristik
lembaga
pendidikan/kursus
itu
sendiri, sistem penyelenggaraan program
pembelajaran,
pola
dan fungsi manajemen yang diterapkan,
lingkungan
baik
in
ternal maupun eksternal, dan iklim lembaga
pendidikan
itu
sendiri secara keseluruhan.
Karakteristik lembaga/kursus dapat berupa missi,
ke-agamaan, jabatan
kerja,
kejuruan.
Sistem
penyelenggaraan
program pembelajaran (program belajar) meliputi tujuan, isi
program, strategi, pendekatan,perlakuan terhadap warga bel
ajar, waktu, bahan belajar, metode pengajaran, dan evaluasi
Fungsi manajemen memiliki beberapa unsur pokok yaitu fungsi
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan,
pembinaan,
pe—
nilaian, dan pengembangan.
Adapun
lingkungan internal
ber
kaitan dengan suasana
saling
menghormati
dan menghargai,
unsur kepentingan diri, rasa aman, keterbukaan, sistem
ko-munikasi. Sedangkan lingkungan eksternal
meliputi
tempat,
sarana dan
fasilitas,
lingkungan sosial berupa
kepercayaan
peraturan pemerintah berupa jaminan hukum bagi penyelengga
ra dan jaminan perlindungan bagi peserta didik.
Keikutsertaan masyarakat dalam program pendidikan luar
sekolah berupa kursus di atas merupakan unsur pokok yang
mendasari jalannya program pendidikan. Keengganan dan
ku-rangnya minat masyarakat merupakan kondisi yang perlu dika—
ji untuk ditanggulangi. Faktor—faktor penentu di atas meru
pakan wujud dari keragaman masalah yang dapat mewarnai pe
nyelenggaraan pendidikan berkelanjutan, yang dalam hal ini
berbentuk kursus—kursus.
Apa saja yang menjadi alasan sehingga seseorang mau
ikut serta dalam kegiatan belajar di lembaga—lembaga pendi
dikan berkelanjutan, baik dalam kapasitasnya sebagai penca—
ri kerja maupun sebagai karyawan. Faktor—faktor apa saja
yang dominan mempengaruhi motivasi internal dan eksternal
sehingga seseorang ikut serta belajar di kursus-kursus.
Misteri inilah yang akan diungkap melalui penelitian ini.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Banyak permasalahan yang dapat diteliti sehubungan
dengan faktor—faktor penentu tentang keikutsertaan masya
rakat mengikuti kursus-kursus seperti yang diutarakan da
lam latar belakang masalah. Keikutsertaan dalam kursus,
secara garis besar dipengaruhi oleh karakteristik lembaga
pendidikan, pola manajerial, sistem penyelenggaraan program
8
jian terhadap permasalahan tersebut di atas bisa dilihat
dalam diagram berikut:
PENGLOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL
-Tdk me^npunyax
badan hVikum.
-Tujuan lambaga
tdk jelasis
-Sistem pembV/aran
t i d a k menarii
-Tdk ada \dorongan
-Tempat jauh-Sumber bel kur^ng —Kemampuan ^konomi
-Bahan prk-ku^ang
lemah.
-Tdk ada lab/
—Tingk.pendidikan
-Tempat keoaatan rendah.tdk menar/xk.
-Tdk memb4ri dukungan
SARANA
PBM
tujuan tdk
j e l a s .
-PrVogram tdk menarik -Program tdk sesuai keb. PESERTA URSUS MENURUN minat.
LINGKUNGAN KELUARGA KEP. DIRI
Namun dalam konteks penelitian ini,faktor yang mempengaruhi keikursertaan masyarakat dalam kursus hanya ditinjau dari sisi kepentingan diri, lingkungan sosial, dan program pem
belajaran lembaga pendidikan berkelanjutan.
Dengan
demiki—
an, penelitian ini akan mengarah pada empat variabel
utama
yaitu: (1) kepentingan
diri, (2)
lingkungan
sosial;
(3)
program pembelajaran,
(4) sebagai penentu keikutsertaan ma
syarakat dalam
kursus-kursus
sebagai
lembaga
pendidikan
Kepentingan diri
Lingkungan sosial
Program pendidikan
Keikutsertaan dalam
pendidikan
J
variabel bebas variabel t e r i k a t
Bagan 1. Batasan variabel penelitian dan keterkaitannya
Ruang lingkup lembaga pendidikan berkelanjutan yang
dibahas melalui penelitian ini dibatasi pada kursus-kursus
yang diselenggarakan oleh masyarakat (diklusmas), artinya
bukan kursus yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ruang
lingkup wilayah operasional penyelenggraan pendidikan ber—
kelanjutan juga dibatasi pada kursus-kursus yang ada di
Kotamadya Bandung.
Dari batasan dan ruang lingkup di atas, maka yang men
jadi fokus permasalahan penelitian ini adalah : "Sejauhmana
keterkaitan antara kepentingan diri, lingkungan sosial, dan
penyelenggaraan jenis program pembelajaran dengan keikut
sertaan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan".
Agar fokus permasalahan dapat dijawab secara operasio
nal, maka perlu dirinci menjadi beberapa pertanyaan peneli
tian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang aspek—aspek yang menjadi ke
10
pembelajaran yang mendorong keikutsertaan warga belajar
dalam pendidikan berkelanjutan ?
2. Apakah terdapat
keterkaitan
nyata
antara
kepentingan
diri, lingkungan sosial, dan program pembelajaran dengan
keikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berkelan
jutan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama?
3. Variabel bebas manakah yang memberikan kontribusi yang
lebih besar terhadap keikutsertaan warga belajar dalam
pendidikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung ?
C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara pembaca
dan penulis dalam hal menafsirkan penelitian ini, sekaligus
sebagai arahan untuk keperluan pembuatan alat pengambil
data dan pelaksanaan penelitian, maka diberikan beberapa
definisi operasional sehubungan dengan kata—kata kunci yang
tertera pada judul dan masalah penelitian, yaitu:
1. Pendidikan Berkelanjutan
Unesco (1987) mengajukan batasan bahwa pendidikan
berkelanjutan adalah kegiatan pendidikan yang dapat memper—
baiki dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
profesi untuk dijadikan fasilitas dalam peningkatan diri
dan produktivitas kerja.
11
kelanjutan memiliki ruang lingkup yang
luas
dan
meliputi
semua kesempatan belajar bagi semua orang yang mau dan
mem-butuhkannya.
The Acerede ting Commission of the Continuing Education
dalam Sudjana (1991 :46) mengemukakan sebagai berikut :
Continuing
education
as
the
further development of
human abilities after entrance into employment or voluntary
activities.
It includes in-service, upgrading and
updating
education.
It may be
occupational
education
or
training
which furthers career or personal
development.
Continuing
education includes that study made necessary by advances in
knowledge.
It excludes most general education and
training
for job entry.
Continuing education is concerned
primarily
with
broad
personal
and
professional
development.
It
includes leadership training and improvement of the ability
to manage personal, financial, material, and human resources. Most of the subject matter is at the
professional,
technical and leadership training
levels
of
the equivalent.
Berdasarkan definisi di atas dapat
dikemukakan
bahwa
pendidikan lanjutan merupakan kesempatan belajar bagi orang
dewasa untuk peningkatan kemampuan setelah mereka melakukan
suatu pekerjaan atau suatu kegiatan sukarela di masyarakat.
Program-program pendidikannya meliputi pelatihan pekerjaan,
peningkatan dan pembaharuan
kemampuan,
pendidikan
kerja,
latihan pengembangan karir atau pengembangan diri.
Pendidikan Lanjutan meliputi
kegiatan
untuk
meningkatkan
pengetahuan yang
terus
berkembang
dalam
pekerjaan
atau
kegiatan seseorang,
latihan kepemimpinan,
dan
peningkatan
kemampuan manajerial untuk
mengelola
personil,
keuangan,
fasilitas, dan sumber daya manusia.
Adapun
bentuk-bentuk kegiatan belajarnya antara lain
12
serta
kegiatan-kegiatan
belajar
yang
diselenggarakan
masyarakat melalui kelompok belajar. Dalam penelitian ini
bentuk kegiatan pendidikan berkelanjutan adalah kursus.
Peraturan Pemerintah PLS. No.73/1991, bab I pasal II
mengemukakan pengertian kursus adalah satuan PLS yang ter—
diri atas sekumpulan warga masyarakat yang
memberikan
pe—
ngetahuan, keterampilan dan sikap mental tertentu bagi
warga belajar.
Yang dimaksud dalam penelitian ini tentang kursus
adalah suatu kegiatan pendidikan yang berlangsung di dalam
masyarakat yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir,
sistematik untuk memberikan satu mata pelajaran atau rang
kaian tertentu kepada warga masyarakat, dalam waktu yang
relatif singkat, agar mereka memperoleh pengetahuan, kete
rampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkannya untuk mengem—
bangkan dirinya dan masyarakatnya.
Cakupan kursus yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kursus menjahit, tata kecantikan rambut, komputer,
akuntansi dan kesekretarisan.
2. Keikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjutan
Keikutsertaan dalam pendidikan adalah partisipasi war—
ga masyarakat dalam interaksi sosial yang terjadi dalam
kegiatan belajar. Keikutsertaan dalam pendidikan terutama
13
belajar warga belajar, (b) pola pengalaman belajar, dan (c)
unsur psikologis lainnya.
3. Kepentingan Diri
Kepentingan diri adalah kebutuhan yang bersifat priba—
di terhadap pengetahuan dan keterampilan dari pendidikan
yang dipilih responden (peserta didik), dalam rangka meme—
nuhi kesenjangan kemampuan yang dipersyaratkan untuk me—
ningkatkan keterampilan kerja sebagai persiapan memasuki
lapangan kerja bagi pencari kerja pemula, dan peningkatan
kualitas kerja (kinerja) bagi yang sudah/sedang bekerja.
Indikator—indikator yang muncul dari pengertian kepen
tingan diri menyangkut tentang kebutuhan belajar yaitu
meliputi: (1) keinginan meningkatkan kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, sikap kerja), dan (2) meningkatkan eksistensi
diri (aktualisasi diri) dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan sebagai anggota masyarakat.
4. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah kondisi sosial yang ada serta
berpengaruh kepada warga masyarakat, termasuk lingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar.
Lingkungan keluarga berhubungan dengan respon, kebi—
asaan perilaku keluarga, teladan dan dukungan keluarga.
14
keinginan menjadi sama dengan pihak lain, dan rasa tertarik
untuk bekerja sama. Sedangkan lingkungan
belajar
mencakup
suasana belajar melalui dialog lugas dan komunikasi sosial.
5. Program Pembelajaran
Program pembelajaran adalah
rencana
pengajaran
yang
disusun oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Indika
tor program pengajaran ini
meliputi: (1)
Tujuan
belajar,
(2) bahan belajar, (3) cara-cara belajar,
(4)
pengelolaan
kegiatan belajar, dan (5) penetapan hasil belajar.
6. Determinan
Determinan berasal dari kata "determinant" (Inggris).
Dalam Kamus Riset oleh Komaruddin (1984:70) diartikan seba
gai suatu faktor
atau
variabel-variabel
yang
menentukan
sifat entitas (sesuatu yang ada) atau peristiwa. Dengan
de-mikian, determinan yang dimaksud dalam penelitian ini
ada
lah "penentu". Adapun penentu dalam penelitian
ini
adalah
variabel kepentingan diri, lingkungan
sosial
dan
program
pengajaran terhadap keikutsertaan peserta dalam
mengikuti
pendidikan berkelanjutan. Kemudian besarnya indeks
penentu
(bobot sumbangan) dikonversikan dengan koefisien
determina-21 5
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang aspek—aspek kepenting
an diri,
kondisi lingkungan sosial, dan
penyelenggaraan
program pembelajaran yang mendorong keikutsertaan warga
belajar dalam pendidikan berkelanjutan.
2. Untuk memperoleh gambaran data tentang tingkat keterka
itan nyata antara kepentingan diri, lingkungan sosial,
dan program pembelajaran dengan keikutsertaan warga bel
ajar dalam pendidikan berkelanjutan, baik secara sendiri
sendiri maupun bersama-sama.
3. Untuk memperoleh gambaran data tentang variabel yang
memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keikut
sertaan warga belajar dalam mengikuti pendidikan berke
lanjutan di Kotamadya Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat diman—
faatkan untuk perencanaan pendidikan luar sekolah dalam
menetapkan rumpun dan jenis pendidikan berkelanjutan dalam
hal ini kursus, serta penyelenggaraan program pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk melaksanakan kegiatan pendidik
16
ajar membelajarkan dalam konsep
pendidikan
luar
sekolah,
khususnya dalam hal mengantisipasi keikutsertaan warga ma
syarakat.
Bagi warga belajar, sebagai informasi dan pedoman un
tuk dapat menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kebu
tuhan, agar dapat dijadikan sebagai bekal untuk meningkat
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian tentang keikutsertaan warga masyarakat da
lam pendidikan berkelanjutan yang dilaksanakan di Kotamadya
Bandung ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif.
Penelitian ini menggunakanan metode deskriptif karena
bertujuan untuk menggambarkan situasi-situasi sosial sehu
bungan dengan:
(1)
aspek-aspek
yang
menjadi
kepentingan
diri warga masyarakat dalam mengikuti pendidikan berkelan
jutan,
(2) kondisi
lingkungan sosial warga belajar
sebagai
anggota masyarakat, (3) kondisi penyelenggaraan program
pembelajaran dalam pendidikan berkelanjutan,
dan
(4) kepen
tingan diri, lingkungan sosial, dan program pembelajaran
sebagai faktor determinan keikutsertaan warga masyarakat
dalam pendidikan berkelanjutan.
Untuk menggambarkan situasi butir pertama, kedua dan
ketiga dilakukan analisis dengan cara menghubungkan hal-hal
yang ditemukan dari hasil deskripsi berupa konsep—konsep,
dan data empirik bentuk persentase yang dimiliki warga bel
ajar sebagai anggota masyarakat, untuk selanjutnya dapat
dimaknai dan digeneralisasi.
63
Untuk menggambarkan
situasi butir
keempat,
dilakukan
melalui pengenalan sampai sejauh mana variabel
kepentingan
diri,
lingkungan
sosial dan
program
pembelajaran
penentu
(determinan) keikutsertaan warga belajar sebagai anggota
masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan. Masing-masing
variabel tersebut selanjutnya dinotasikan dengan XI (vari
abel kepentingan diri), X2 (lingkungan sosial), X3 (program
pembelajaran) yang selanjutnya dinyatakan sebagai variabel
bebas (prediktor). Sedangkan variabel keikutsertaan dalam
pendidikan berkelanjutan dinotasikan dengan Y, untuk
selanjutnya sebagai variabel terikat (kriterium). Untuk
tujuan uji hipotesis secara statistik, keterkaitan antara
variabel dapat dilihat bagan sebagai berikut :
XI XI
X2 X2
->-X3 X3
Bagan 3. Hubungan antar variabel penelitian
Bagaimana variabel bebas mewarnai variabel terikat dan
kekuatan keterkaitan antar keempat varibel tersebut dinya
6 4
B. Objek Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh warga belajar
sebagai anggota masyarakat yang mengikuti pendidikan berke
lanjutan berupa kursus-kursus di wilayah Kotamadya Bandung,
dengan ciri-ciri: (1) berusia 15 tahun ke atas; (2) ter
daf tar sebagai peserta ujian nasional di Kandep Dikbud Kota
madya Bandung; dan (3) terdaftar sebagai peserta jenis kur
sus menjahit, komputer, tata kecantikan rambut, akuntansi
dan kesekretarisan.
Berdasarkan uraian di atas, maka jumlah populasi saat
penelitian ini dilaksanakan adalah sebanyak 6786 warga bel
ajar yang tersebar di 185 lembaga pendidikan kursus.
2. Sampel Penelitian
Populasi yang dimaksudkan di atas adalah bersifat
homo-gen. Artinya, warga belajar telah memiliki pengalaman dasar
dan mengikuti belajar tambahan atas dasar kebutuhannya.
Karena pihak penyelenggara kursus berusaha mempersiapkan
program sesuai dengan kebutuhan perkembangan warga masya
rakat. Mengemas perangkat pengetahuan dan keterampilan men
jadi bahan ajar yang bermakna dan praktis, dan berusaha
membawa kenyataan hidup sehari-hari ke dalam ruang kelas
6 5
manapun pengambilan lokasi sampel tidak mempengaruhi kredi-bilitas pengambilan data dan dianggap representatif mewa-kili populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel yang tidak acak melalui purposive sampl ing. Penetapan teknik sampling di atas sesuai dengan ung-kapan Singarimbun (1984:122) bahwa apabila telah ditetapkan
ciri atau sifat—sifat populasi dan semua lokasi tidak mung— kin terjangkau oleh peneliti dan berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian, maka dapat digunakan metode pengambilan sampel yang tidak acak yaitu purposive
sampling.
Dalam penelitian ini ditetapkan bahwa karakteristik sampel adalah sebagai berikut: (1) berusia 15 tahun ke atas atas; (2) terdaftar sebagai peserta ujian nasional; dan (3)
terdaftar sebagai peserta kursus yang tergolong ke dalam jenis pendidikan komputer, menjahit, akuntansi, kesekreta—
risan dan tata kecantikan rambut.
Dari uraian di atas, maka secara purposive sample di ambil dari 5 buah kursus yang ada di Kotamadya Bandung. Ke-lima kursus tersebut adalah LPK Putra-Putri, LPK Pouw's, LPK Padjadjaran, LPK PUSPIKOM, dan LPK Ariyanti.
66
dengan
program
pendidikan
komputer, menjahit, akuntansi,
kesekretarisan,
dan
tata
kecantikan
rambut.
Sehubungan
dengan jumlah anggota/responden untuk masing-masing
kelom
pok, Nasution (1991:136) mengatakan bahwa dalam hal
mengha-dapi populasi yang besar, di mana di dalamnya terdiri
atas
beberapa kategori
atau
kelompok
sampel, diharapkan
agar
setiap kelompok setidaknya mempunyai 30 anggota/subjek
pe
nelitian. Dengan demikian, untuk penelitian ini
ditetapkan
jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 30 res
ponden. Dari kelima kelompok sampel menunjukkan bahwa
jum
lah sampel keseluruhan adalah sebanyak 150 responden. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
TABEL 2
JUMLAH RESPONDEN
No Kelompok sampel jumlah Lokasi pengambilan (program) responden sampel
1 Kesekretarisan 30 LPK Pajajaran
2 Menjahit 30 LPK Putra-Putri
3 Komputer 30 LPK STIK0M
4 Tata Kecantikan
Rambut
30 LPK Ariyanti
5 Akuntansi 30 LPK Pouw's
[image:34.595.55.492.267.614.2]67
Untuk menentukan warga belajar mana yang dijadikan
responden, maka ditetapkan berdasarkan ciri atau sifat yang
dimiliki oleh sampel. Hal ini dilakukan secara berulang
sampai dicapai sejumlah 30
responden
untuk
masing-masing
kelompok sampel.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tipe pilihan ganda yang berisikan se
jumlah pernyataan yang berhubungan dengan keempat variabel,
yaitu kepentingan diri,
lingkungan sosial,
program
pembel
ajaran, dan keterlibatan dalam pendidikan.
2. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
a. Kepentingan Diri Warga Belajar
Untuk melihat gambaran tentang aspek—aspek yang menjadi kepentingan diri warga belajar dalam mengikuti pendidikan berkelanjutan dapat ditelusuri informasi sehubungan dengan
peningkatan kemampuan pengetahuan,
keterampilan,
sikap ker
ja, dan aktualisasi diri. Konsep kepentingan diri dapat
68
Matriks 2. Penjabaran Konsep Kepentingan diri
No. Elemen I n d i k a t o r
1
2
Keikutsertaan
Meningkatkan penampilan diri
a. Kehadiran belajar karena ke
inginan.
b. Merasa tertinggal bila tidak
masuk kelas.
c. Selalu datang meski ada ha—
langan
d. Melengkapi perlengkapan kur— sus,meskipun mahal.
e. Seyogyanya peralatan tanggung
jawab kursus
d. Biaya ditambah, asal peralat an disediakan oleh lembaga
kursus.
a. Materi lebih baik dicobakan/
diekspresikan dari pada ba
nyak penjelasan.
b. Pelajaran kursus adalah prio ritas utama
c. Perlu ada pertanyaan pada se
tiap pertemuan
d. Belajar serius tanpa tutor.
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan seluruh aspek yang terdapat
dalam kenyataan sosial yang ada sehubungan lingkungan kelu
arga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar. Kondisi
sosial tersebut dijalani dan dialami oleh setiap individu
dalam alur kehidupannya. Penjabaran konsep atas lingkungan
sosial yang dimaksudkan dalam penelitian adalah sebagai
69
Matriks 3. Penjabaran konsep lingkungan sosial
No. Elemen I n d i k a t o r
1 Lingkungan keluar a . Kebiasaan perilaku keluarga
ga. — bekerja tidak asal—asalan
— pemanfaatan waktu luang — pengertian kewajiban dan
tanggung jawab.
b. Dukungan keluarga, dana dan fasilitas.
2 Lingkungan per— a . Imitasi (peniruan).
gaulan b. Identifikasi (menyamakan diri dengan pihak lain)
c . Simpati (bekerja sama)
3 Lingkungan belajar a . Cara berdialog
b. Mempertahankan suasana bel
ajar.
c . Komunikasi sosial
c. Program Pembelajaran
Program pembelajaran akan menggambarkan situasi bel
ajar yang mengandung unsur eksternal yang mampu merangsang
seseorang dalam peristiwa belajar, dan unsur internal yang
mengacu terbentuknya kapasitas individu melalui pola peng
alaman belajar. Untuk lebih jelasnya, konsep tentang pro
70
Matriks 4. Penjabaran konsep program pembelajaran
No. Elemen I n d i k a t o r
1 Tujuan pembela a . Tuj uan/sasaran be1aj ar
jaran b. Tindak Ianjut setelah kursus
2 Bahan belajar a . Isi bahan belajar
3 Cara-cara belajar a . Sistematika bahan belajar
b. Kesesuaian alat peraga de ngan bahan belajar
c . Kemampuan instruktur dalam
menyampaikan bahan belajar
4 Pengelolaan kegia a . Keselarasan bahan belajar
tan belajar dengan buku acuan
b. Cara penyajian instruktur
c . Waktu belajar
5 Penetapan hasil a . Cara penilaian oleh ins
belajar truktur
d. Keikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjutan
Keikutsertaan dalam pendidikan merupakan partisipasi warga masyarakat dalam interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatan atau penyelenggaraan pendidikan. Keikutsertaan da lam pendidikan dapat didukung oleh orientasi kebutuhan akan belajar, pola pengalaman belajar, dan unsur psikologis la-innya. Di bawah ini diberikan beberapa indikator sehubungan dengan konsep keikutsertaan warga masyarakat dalam pendi
71
Matriks 5. Penjabaran konsep keikutsertaan dalam pendidikan
berkelanjutan
No. Elemen I n d i k a t o r
1 Orientasi kebutu a . Pandangan tentang kursus utk
han belajar menambah pengetahuan
b. Kursus memberikan pengalaman baru
c . Ikut kursus meski belum jelas
memperoleh kerja.
2 Pola pengalaman a . Tanggapan atas kemampuan se—
belajar lama belajar kursus
b. Pemahaman terhadap perkem bangan masyarakat.
3 Unsur psikologis a . Kesiapan menghadapi
persoal-an hidup
b. Percaya diri dengan bekal yang dimiliki.
c . Optimis dan orientasi masa
depan.
d. Prestasi dan harga diri
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket (kuesioner) tipe pilihan ganda. Ada empat instrumen
yang perlu diuji coba yaitu: (1) instrumen variabel kepen
tingan diri;
(2)
instrumen variabel
lingkungan
sosial;
(3)
72
variabel keikutsertaan dalam pendidikan berkelanjutan.
Ujicoba instrumen dilakukan untuk mengetahui kesahihan
(validitas item) dan keterandalan instrumen (reliabilitas
instrumen). Subjek yang diambil sebagai ujicoba instrumen
berasal dari populasi yang sama, tetapi tidak termasuk sam
pel penelitian ini. Adapun jumlah sampel ujicoba instrumen
melibatkan 30 warga belajar dari seluruh jenis program/rum—
pun.
Penggunaan uji validitas isi dalam penelitian dimaksud
kan agar isi butir—butir tes yang dibuat menggambarkan se
luruh indikator setiap variabel. Uji kesahihan butir—butir
tes menurut Kerlinger (1973: 468), banyak tester yang
fa-mi lier dengan teknik korelasi item dengan totalnya, dengan
asumsi bahwa total skor adalah valid. Contoh valid yang di
maksudkan adalah, bila orang yang tingkat keseringannya
menjawabnya tinggi, maka akan memberikan jawaban total skor
yang tinggi pula, dan orang yang tingkat keseringannya ren—
dah akan memberikan jawaban yang total skornya rendah pula.
Arikunto (1992:67) mengatakan bahwa koefisien korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson adalah prosedur
yang umum digunakan untuk melaporkan validitas item.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka penentuan validi
tas butir dari setiap variabel digunakan rumus product
73
tir pernyataan dinyatakan sahih jika koefisien korelasi yang diperoleh (r hitung) lebih besar atau sama dengan
koefisien korelasi tabel (r tabel) untuk uji coba dua arah.
Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir item tersebut dinyatakan tidak sahih (gugur). Rumus yang diguna
kan adalah :
NZXY - (ZX)(ZY)
xy
K
CNZX2 - (ZX)2} tNZY2
(ZY)2 >
(Arikunto, 1992: 69)
Hasil analisis r product moment yang diperoleh untuk masing
masing variabel adalah:
TABEL 3
NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL KEPENTINGAN DIRI
No. Koefisien korelasi No. Koefisien korelasi
item (r) item (r)
1 0,5414 7
0,2419*
2 0,4016 8 0,3957
3 0,3648 9 0,4016
4 0,6025 10
0,1822*
5 0,5731 11 0,3713
6 0,4327 12 0,4769
[image:41.595.78.525.224.597.2]74
TABEL 4
NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL LINGKUNGAN SOSIAL
No. Koefisien korelasi No. Koefisien korelasi
item (r) item (r)
1 0,3363 8
0,2289*
2 0,3875 9 0,4389
3 0,3461 10 0,5135
4 0,4974 11 0,5379
5 0,3888 12
0,2571*
6 0,5494 13 0,5979
7 0,3879 14 0,3289
* Critical value (2 - tail, a = 0,05) = +/- O,30645
TABEL 5
NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL PROGRAM PEMBELAJARAN
No. Koefisien korelasi
item (r) 1 0,4177 2 0,4531 3 0,3186 4 0,5618 5 0,5214 No. item 6 7 8 9 10 Koefisien korelasi (r) 0,4177 0,4672 0,3576 0,4534 0,3461
[image:42.595.93.529.113.585.2]75
TABEL 6
NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL KEIKUTSERTAAN DALAM
PENDIDIKAN
No. Koefisien korelasi No. Koefisien korelasi
item (r) item (r)
1 0,6723 6 0,4137
2 0,3867 7 0,4258
3 0,5647 8 0,3577
4
0,2837*
9 0,41345 0,4890 10 0,3684
* Critical value (2 - tail, a = 0,05) = +/- 0,30645
Hasil uji coba validitas item, secara keseluruhan dapat
dilihat tabel berikut :
TABEL 7
RINGKASAN HASIL UJI COBA VALIDITAS ITEM
No. Instrumen yang diuji
Jumlah Item
Diuji Gugur Valid
1. 2. 3. 4. Kepentingan diri Lingkungan sosial Program Pembelajaran
Keikutsertaan dim pendidikan 12 14 io io 2 2 O 1 10 12 10 9
[image:43.595.80.502.192.624.2]76
ini dapat dipakai pada studi
yang
relevan,
asal
ciri
sifat populasinya sama dengan
penelitian
ini,
maka
perlu
diketahui konsistensi instrumen (reliabilitas instrumen)
yang dibuat apakah termasuk dalam kategori tinggi atau
ren-dah. Untuk pengujian keterandalan instrumen digunakan rumus
koefisien alpha (r ) sebagai berikut:
Zt2
u. n—1 2
T t
dimana : r = reliabilitas yang dicari
Zt = jumlah varian skor tiap-tiap item
i
t2
= varian total
(Arikunto, 1992:104)
Untuk menguji keberartian nilai r,digunakan distribusi
Student t (Uji-t) dengan dk = n - 2, melalui rumus :
r \/" " 2
t =
\[7~Z_
2~~
(Sudjana, 1992:62)
Rumus koefisien alpha digunakan karena
di
dalam
in
strumen tidak terdapat jawaban yang bernilai benar atau
sa-lah. Jawaban tersebut bersifat gradasi. Jadi keterandalan
instrumen yang dipakai termasuk dalam klasifikasi
keteran
dalan konsistensi internal (internal consistency reliabil
ity}.
Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien alpha
0,800 — 1,000 : Sangat tinggi
0,600 - 0,799 : tinggi
0,400 - 0,599 : Cukup
0,200 - 0,399 : rendah
< 0,200 : sangat rendah
77
Hasil uji coba keterandalan instrumen tersebut
dapat
dilihat lampiran 3 dan diringkas dalam tabel berikut:
TABEL 8
RINGKASAN HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
No. Instrumen yang di uji Koefisien alpha (r) Tingkat keterandalan
*h
Sigf pada 1. Kepentingan 0,8246 Sangattinggi 7,7149 0,99
2. 3. Lingkungan Program Pern— 0,7446 0,6689 tinggi tinggi 5,9026 4,7615 0,99 0,99 0,99 4 Keikutsertaan
dim pendidikan 0,7231 tinggi 5,5394
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa,
keempat
in
strument tersebut memiliki tingkat keterandalan yang tinggi
dan sangat tinggi. Ini berarti, instrumen tersebut memenuhi
syarat dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih
dahulu
[image:45.595.73.507.264.619.2]78
bentuk prosentase, kemudian dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan Chi
Kuadrat
(x
)•
Kriteria
pengujian
2
yang digunakan adalah, bila x hitung dinyatakan dapat di—
terima pada taraf signifikasi 95X melalui perangkat lunak
microstat (P < 0,05), maka dinyatakan bahwa sampel yang di
analisis berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
begitu juga sebaliknya.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas data, maka langkah
berikutnya adalah menentukan bentuk persamaan regresi se—
derhana dan regresi ganda. Selanjutnya dilakukan pengujian
atas keberartian dan kelinieran persamaan regresi tersebut
dengan maksud untuk mengetahui apakah masing-masing vari
abel yang dijadikan prediktor (variabel bebas) dalam anali
sis regresi memenuhi asumsi kelinieran untuk dianalisis
dengan model analisis regresi linier ganda. Uji linieritas
dan keberartian persamaan regresi dilakukan dengan menggu
nakan analisis varian linieritas sederhana melalui rumus
statistik F.
Setelah dilakukan uji linieritas, maka dapat digunakan
analisis regresi untuk masing-masing prediktor dan analisis
regresi ganda untuk kedua prediktor. Kemudian dilanjutkan
kore-79
lasi parsial adalah karena ingin mengontrol sejumlah faktor
(variabel bebas) dan melihat bagaimana kelakuan variabel
tertentu berhubungan dengan variabel terikat.
Menurut Sujana (1986:371), koefisien korelasi multifel
berhubungan erat dengan koefisien korelasi parsial, apabila
muncul koefisien korelasi antara sebagian dari sejumlah
variabel, sedangkan bagian variabel lainnya dianggap tetap.
Untuk variabel bebas XI, X2, X3 dan variabel terikat Y,
maka koefisien korelasi antara X2 dengan Y dapat ditulis
r ~,_^. - Untuk pengujian hipotesis digunakan statistik y*- "-1 •*•
student t dua arah. Dalam menentukan dan menghitung data
digunakan perangkat lunak pengolahan data Microstat by
Eco-sof, Inc.
Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien kore
lasi mengacu pada rumusan yang dikemukakan oleh Guilford
dalam Natawidjaja (1988:48):
0,00 — 0,20 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat
diabaikan.
0,21 — 0,40 : Korelasi rendah; hubungan jelas tapi
kecil.
0,41 — 0,70 : Korelasi sedang; hubungan memadai.
0,71 — 0,90 : Korelasi tinggi; hubungan besar.
0,91 - 1,00 : Korelasi sangat tinggi; hubungan sa
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Sebagai penutup penelitian ini, disajikan dua hal
pokok yaitu: (1) kesimpulan hasil penelitian dan (2) reko
mendasi penelitian.
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Keikutsertaan warga belajar sebagai anggota masyarakat
dalam pendidikan berkelanjutan yang berupa kursus-kursus
di Kotamadya Bandung, terutama bertujuan untuk mening
katkan pendapatan/penghasilan serta berusaha mencari ke
sempatan kerja baru. Orientasi warga belajar tersebut
diwarnai oleh aspek-aspek kepentingan diri, lingkungan
sosial, dan aspek program pembelajaran.
Aspek-aspek kepentingan diri yang mendorong keikut
sertaan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan
adalah: (a) upaya peningkatan pendapatan/penghasilan;(b)
pemenuhan kebutuhan akan kegemaran dan rekreasi; dan (c)
aktualisasi diri.
Kondisi lingkungan sosial yang mendorong keikutser
taan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan adalah
(a) lingkungan keluarga, meliputi respon dan kebiasaan
123
perilaku keluarga, sebagai teladan dan dukungan
keluar—
ga; (b) lingkungan pergaulan berupa imitasi atau
peniru-an kaidah dpeniru-an nilai ypeniru-ang berlaku, identifikasi atau ke
inginan menjadi sama dengan pihak lain, dan simpati atau
tertarik ingin memahami pihak lain untuk dapat bekerja;
sama; dan (c) lingkungan belajar berupa cara berdialog,
mempertahankan suasana belajar di luar kelas, dan komu
nikasi sosial.
Adapun aspek penyelenggaraan program pembelajaran
yang mendorong keikutsertaan warga belajar dalam pen
didikan berkelanjutan adalah: (a) kesesuaian tujuan pro
gram pembelajaran dengan keinginan warga masyarakat; (b)
kesesuaian cara penyajian instruktur dengan materi pel
ajaran, buku acuan, waktu dan cara penilaian; dan (c)
pandangan terhadap warga belajar sebagai orang dewasa
dengan segala karakteristiknya.
2. Apabila penyelenggara pendidikan kursus atau pihak yang
berkepentingan ingin mempertinggi tingkat keikutsertaan
warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan, maka
perlu diperhatikan dan terlebih dahulu mempertinggi
tingkat kepentingan diri, lingkungan sosial dan penye
lenggaraan program pembelajaran. Karena semakin tinggi
tingkat kepentingan diri, lingkungan sosial dan program
keikut-124
sertaan warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan.
Bahkan kepentingan diri memberikan sumbangan efektif
yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan sosial
dan program pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan mela
lui:
a. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara ke
pentingan diri dengan keikutsertaan dalam pendidikan.
Semakin tinggi tingkat kepentingan diri, makin tinggi
pula tingkat keikutsertaan warga belajar dalam pendi
dikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot
sumbangan efektif kepentingan diri terhadap keikut
sertaan dalam pendidikan adalah 7,05% ( tabel 11 ).
b. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara
lingkungan sosial dengan keikutsertaan dalam pendi
dikan. Semakin tinggi nilai lingkungan sosial, makin
tinggi pula tingkat keikutsertaan warga belajar dalam
pendidikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar
bobot sumbangan lingkungan sosial terhadap keikutser—
taan dalam pendidikan adalah 2,72% ( tabel 11 ).
c. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara pe—
nyelengaraan program pembelajaran dengan keikutserta
an dalam pendidikan. Semakin tinggi tingkat penye
lenggaraan program pembelajaran, makin tinggi pula
125
berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot sum
bangan efektif program pembelajaran terhadap keikut
sertaan dalam pendidikan adalah 3,17% ( tabel 11 ).
d. Kepentingan diri memberikan sumbangan yang lebih be
sar dibandingkan dengan lingkungan sosial dan program
pembelajaran dalam peranannya sebagai determinan ke
ikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berkelan
jutan di Kotamadya Bandung.
e. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara ke
pentingan diri, lingkungan sosial,dan program pembel
ajaran dengan keikutsertaan dalam pendidikan. Semakin
tinggi tingkat kepentingan diri, lingkungan sosial,
dan program pembelajaran, makin tinggi pula tingkat
keikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berke
lanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot sumbangan
secara bersama-sama antara kepentingan diri, ling
kungan sosial, dan program pembelajaran terhadap ke
ikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berkelan
jutan adalah 42,41% ( tabel 11 ). Sisanya 57,59% belum
dapat dijelaskan karena berasal dari variabel lain
yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
B. Rekomendasi
126
1. Penyelenggara pendidikan kursus :
Untuk mengantisipasi kondisi tentang menurunnya
tingkat keikutsertaan warga masyarakat dalam pendidikan
kursus dapat dilakukan melalui : Pertama, pihak
penyelenggara agar supaya kursus yang diadakan menarik
calon warga belajar/ masyarakat, hendaknya merencanakan
model pemasaran secara baik, hal ini penting,
dikarenakan dengan melakukan pemasaran, masyarakat
akan mendapatkan informasi tentang kursus yang diadakan,
baik dari segi materi program belajar yang ditawarkan
maupun keberadaan kursus itu sendiri. Untuk melakukan
pemasaran, bisa ditempuh dengan mendekati orang—orang
yang berpengaruh ( baik pakar maupun orang—orang yang
mempunyai posisi ataupun kedudukan ), dengan demikian
diharapkan akan menjadikan daya tarik tersendiri
sehingga masyarakat mau datang ke kursus.
Kedua, terutama instruktur untuk dapat melakukan
komunikasi sosial secara insidental maupun terstruktur,
guna memberikan pandangan dan arah masa depan
yang lebih nyata. Keadaan ini dapat dilakukan dengan
cara menggali informasi tentang daya dukung yang telah
ada yang memungkinkan warga belajar dapat menggunakan
kemampuannya nanti seandainya mereka telah menjadi
127
Kekurangan dan kelemahan daya dukung yang muncul
justru
akan menjadi
"pekerjaan rumah" bagi instruktur
bersama-sama dengan warga belajar untuk dicarikan solusinya.Daya
dukung yang dimaksudkan dapat berupa
dana
atau
modal,
lapangan kerja/usaha,
informasi, alat dan fasilitas,
pe
masaran, paguyuban warga belajar, latihan lanjutan lain
nya, dan bantuan eksternal lainnya. Tiga , orientasi
warga belajar yang mengarah pada peningkatan pendapatan/
penghasilan merupakan indikasi nyata bahwa keikutsertaan
warga belajar dalam pendidikan kursus ditentukan oleh
kebermaknaan
program/jenis
keterampilan
praktis
yang
ditawarkan lembaga.
Oleh karena
itu
perlu
diterapkan
sistem perencanaan strategis partisifatif dengan melibat
kan unsur kepakaran, pihak penyelenggara pasar kerja
(industri), dan warga masyarakat
(warga
belajar)
yang
memiliki visi masa depan mandiri. Empat , perlu selalu
diperhatikan kondisi warga belajar berupa kepentingan
diri,
lingkungan
sosial,
dan
penyelenggaraan
program
pembelajaran itu sendiri. Terlebih lagi setelah terbukti
bahwa ketiga faktor di atas memberikan kontribusi nyata
terhadap keikuitsertaan dalam pendidikan berkelanjutan.
2. Warga belajar sebagai anggota masyarakat:
128
kelanjutan tercermin dari maju mundur atau berhasil
ti-daknya warga belajar
menguasai
tujuan
program, begitu
juga sebaliknya. Artinya, warga belajar dengan seperang
kat kepentingan dirinya, warna
lingkungan
sosial
yang
disandangkan,serta persepsi atas penyelenggaraan program
pembelajaran yang dirasakannya,
ternyata terbukti secara
nyata memberikan tendensi yang kuat
terhadap
keikutser-taannya dalam pendidikan berkelanjutan. Oleh karena itu
kepada warga masyarakat dan
terutama warga belajar untuk
dapat
menyadari
bahwa
kepentingan
yang
menyangkut
orientasi,
pandangan dan
harapan merupakan unsur dominan
yang perlu selalu diperhitungkan,
di samping tidak
meng-abaikan kondisi lingkungan
sosial
dan
penyelenggaraan
program pembelajaran.
Para penaliti dan pelaku PLS:
Besarnya sumbangan yang diberikan kepentingan
diri,
lingkungan
sosial
dan
program
pembelajaran
terhadap
keikutsertaan dalam
pendidikan
berkelanjutan
(42,41%)
memperlihatkan bahwa masih ada 57,59% lagi faktor penen
tu yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu disarankan kepada para peneliti lainnya, ter
utama pelaku PLS untuk dapat melakukan penelitian lan
jutan dengan meninjau berbagai variabel
penentu lainnya.
Gambar
Dokumen terkait