• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENTINGAN DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN PROGRAM PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN KEIKUTSERTAAN WARGA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN: Studi Deskriptif Analisis Pada Kursus - Kursus Di Kotamadya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPENTINGAN DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN PROGRAM PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN KEIKUTSERTAAN WARGA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN: Studi Deskriptif Analisis Pada Kursus - Kursus Di Kotamadya Bandung."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENTINGAN DIRI, LINGKUNGAN SOSIAL, DAN PROGRAM

PEMBELAJARAN SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN KEIKUTSERTAAN

WARGA BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BERKELANJUTAN

( STUDI DESKRIPTIF ANALISIS PADA

KURSUS - KURSUS Dl KOTAMADYA BANDUNG )

TE S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan

llmu Pendidikan Bandung Untuk Memenuhi Sebagian

Syarat Program Pascasarjana Program

Studi Pendidikan Luar Sekolah

O I e h :

HENDI SUHENPRAYA MUCHTAR

9332020

g$™4|<

s>

&

PPS

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
(2)

LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

DISETUJUI OLEH DOSEN PEMBIMBING

UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

Prof. Dr. H. Sudardja Adiwikarta, MA

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Maman Abdurrachman

Pembimbing II

POGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(3)

A. B S T R A. Kl

Penelitian yang dilaksanakan di Kotamadya Bandung ini,

dilatarbelakangi oleh masalah bahva

tingkat

keikutsertaan

varga

masyarakat

dalam

pendidikan berkelanjutan

berupa kur

sus-kursus dalam tiga tahun terakhir ini cenderung menurun.

Oleh karena

itu perlu diungkap tentang faktor-faktor aktual

yang cenderung mempengaruhinya.

Diduga yang paling

dominan

adalah

faktor

kepentingan

diri,

lingkungan

sosial,

dan

penyelenggaraan

program

pembelajaran.

Untuk

selanjutnya

dapat

diketahui

faktor yang

memberikan

kontribusi

yang

paling besar. Dengan demikian, penelitian ini berusaha

mengungkap

gambaran

tentang

aspek-aspek

dari

tiga

faktor

tersebut

sebagai

determinan

keikutsertaan

varga

belajar

dalam pendi dikan kursus.

Penelitian yang

dilakukan

dengan

menggunakan

metoda

deskriptif

ini,

memiliki

populasi

seluruh

varga

belajar

yang mengikuti pendidikan berkelanjutan berupa kursus di

vilayah Kotamadya Bandung,

yakni

varga

belajar

yang

terdaf

tar sebagai peserta ujian nasional dan berusia 15 tahun ke

atas.

Sampel

diambil

secara

purposif,

jumlah

sampel

sebanyak

150

responden

diambil

dari

LPK

Pajajaran,

PutraPutri, Pouv'S. Aryanti dan LPK PUSPIKOM.

Dari

hasil

analisis

dan

pembahasan

diperoleh

temuan

sebagai

berikut.Keikutsertaan varga belajar

sebagai anggota

masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan, terutama

bertujuan

untuk

meningkatkan

pendapatan/

penghasilan

dan

(4)

mencari pekerjaan. Aspek kepentingan diri yang mendorong keikutsertaan dalam pendidikan adalah keinginan untuk peningkatan tarap hidup, kegemaran dan rekreasi, serta

aktualisasi diri Lingkungan sosial meliputi lingkungan

keluarga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar. Sedangkan aspek program pembelajaran yang paling menonjol

adalah kesesuaian antara program/jenis keterampilan dengan

keinginan varga masyarakat.

Apabila penyelenggaraan pendidikan

kursus

atau pihak

yang

berkepentingan

ingin

mempertinggi

tingkat

keikutsertaan varga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan, maka yang paling utama diperhatikan adalah

kepentingan

diri

varga

masyarakat,

di

samping

sistem

penyelenggaraan

program pembelajaran kursus dan lingkungan

sosial. Karena terbukti bahva variabel kepentingan diri

memberikan sumbangan e f e k t i f yang besar dari pada variabel lingkungan sosial dan program pembelajaran

terhadap

keikutsertaan

varga

belajar

dalam

pendidikan

berkelanjutan berupa kursus di Kotamadya Bandung. Namun demikian, untuk merancang dan melaksanakan program

pendidikan

berkelanjutan,

perlu

selalu

diperhitungkan

secara

proposional,

baik

kepentingan

diri,

lingkungan

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

±v

KATA PENGANTAR

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

viii

DAFTAR ISI

xlv

DAFTAR TABEL

xv±±

DAFTAR BAGAN

xviii

DAFTAR MATRIKS

xlx

DAFTAR DIAGRAM

xx

DAFTAR LAMPIRAN

xx±

BAB

I

PENDAHULUAN

±

A.

Latar Belakang Masalah

1

B.

Batasan dan Perumusan Masalah

7

C.

Definisi Operasional

IO

D. Tujuan Penelitian

l5

E.

Manfaat Penelitian

15

BAB

II

KONSEP PLS, KEPENTINGAN

DIRI,

LINGKUNGAN

SOSIAL DAN PROGRAM

PEMBELAJARAN

SEBAGAI

DETERMINAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENDIDIKAN

BERKELANJUTAN

17

A.

Konsep Pendidikan Luar Sekolah

17

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ..

17

3.

Pendidikan Berkelanjutan dan Asas

Pendidikan Sepanjang Hayat

19

3.

Konsep Andragogi

25

4.

PLS yang Dilaksanakan Masyarakat

dan

Posisinya dalam Kebijakan

Pemerintah

30

(6)

5. PLS sebagai Sistem Pendidikan 33 B. Keikutsertaan Warga Masyarakat Dalam

Pendidikan Berkelanjutan 37

C. Kepentingan Diri dan Kaitannya Dengan Ke

ikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjut

an 40

D. Lingkungan Sosial dan Kaitannya Dengan

Keikutsertaan Dalam Pendidikan Berkelan

jutan 48

E. Program Pembelajaran dan Kaitannya de ngan Keikutsertaan dalam Pendidikan Bei—

k el anjutan 55

F. Anggapan Dasar 59

G. Hipotesis Penelitian 60

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 62

A. Metode Penelitian 62

B. Objek Penelitian 64

1. Populasi 64

2. Sampel 64

C. Teknik Pengumpulan Data 67

1. Alat Pengumpul Data 67

2. Variabel Penelitian 67

D. Pengembangan Instrumen Penelitian 71

E. Teknik Analisis Data 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 80

A. Keikutsertaan Warga Belajar di dalam

Pendidikan Berkelanjutan 80

1. Kepentingan Diri 83

(7)

2. Lingkungan Sosial 85

3. Program Pembelajaran 88

B. Uji Persyaratan Analisis. 89

C. Pengujian Hipotesis 91

1. Keterkaitan Kepentingan Diri dengan

Keikutsertaan Dalam Pendidikan berke

lanjutan 91

2.

Keterkaitan Lingkungan Sosial

dengan

keikutsertaan Dalam Pendidikan Berke

lanjutan 95

3. Keterkaitan Program Pembelajaran de ngan Keikutsertaan Dalam Pendidikan

Berkelanjutan 98

4. Keterkaitan antara Kepentingan Diri, Lingkungan Sosial, Program Pembela jaran Dengan Keikutsertaan Dalam Pen

didikan Berkelanjutan 101

D. Pembahasan 106

E. Temuan Lapangan dan Proposisi 117

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi 122

A. Kesi mpul an 122

B. Rekomendasi 125

DAFTAR PUSTAKA 130

LAMPIRAN 133

Ri wayat Hi dup 160

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Jumlah Peserta Kursus tahun 1994

dan tahun 1995 di Kotamadya Bandung 5

2. Jumlah Responden 66

3. Nilai Uji Validitas Item Variabel Kepentingan

Diri 73

4. Nilai Uji Validitas Item Variabel Lingkungan

S o s i a l 74

5. Nilai Uji Validitas Item Variabel Program Pem

belajaran 74

6. Nilai Uji Vadilitas Item Variabel Keikutser

taan dalam Pendidikan 75

7. Ringksan Hasil Uji Coba Validitas Item 75 8. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 77

9. Hasil Uji Normal itas Data 91

10. Hasil Uji Keberartian Koefisien Korelasi

Parsial 104

11. Bobot Sumbangan Efektif Variabel Bebas

Terha-dap Variabel Terikat 105

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Batasan Variabel Penelitian dan Keterkaitannya

9

2. Hubungan Fungsional antar Komponen PLS 34 3. Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 63

(10)

DAFTAR MATRIKS

Matriks Halaman

1. Pendekatan Liberasi dalam PLS . 28

2. Penjabaran Konsep Kepentingan Diri

68

3. Penjabaran Konsep Lingkungan Sosial 69 4. Penjabaran Konsep Program Pembelajaran 70 5. Penjabaran Konsep Keikutsertaan Dalam Pendidik

an Berkelanjutan 71

(11)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. Permasalahan Penelitian 8

1. Keterkaitan antara variabel X. dengan Y 94

2. Keterkaitan antara variabel Xp dengan Y

97

3. Keterkaitan antara variabel X. dengan Y 100

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp!ran Halaman

1. Inst rumen Penelitian 133

2. Uji Coba Instrumen 140

3. Deskripsi Data tentang Keikutsertaan Warga Bel

ajar dalam Kursus 143

4. Data Masing-masing Variabel Penelitian 147 5. Uji Normalitas Data Variabel Penelitian 151

6. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian CMatrik

Korelasi > 157

7. Analisis Regresi dan Korelasi Parsial 158

(13)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Tingkat perkembangan modernisasi dan

perubahan

sosio

kultur kehidupan berpacu amat pesatnya.

Hal

ini

menuntut

setiap orang untuk mampu menghadapi dan menyesuaikan

diri,

sehingga menjadi handal dalam kehidupan yang mengalami per—

ubahan. Pendidikan sekolah ternyata

belum

dapat

menjawab

tantangan perubahan tersebut secara keseluruhan.

Oleh

kare-na itu, dibutuhkan lembaga penyelenggara

pendidikan

lain,

yaitu pendidikan luar sekolah untuk dapat bersama-sama

(pe-merintah, masyarakat dan keluarga) mencapai sasaran

pengem-bangan kualitas sumber daya manusia secara

optimal

sesuai

dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Undang-Undang

No.

2 tahun 1989 pasal 10 menegaskan bahwa penyelenggaraan pen

didikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (PLS).

Kedua jalur penyelenggaraan pendidikan di atas

saling

berkaitan dan saling menopang serta memiliki kedudukan yang

sama dalam Sistem Pendidikan

Nasional.

Fungsi

PLS

dalam

posisinya di samping pendidikan persekolahan

dapat

tampil

sebagai pelengkap

(complementary education),

penambah

Csu-plementary education),

dan

sebagai

pendidikan

pengganti

(subtitude education).

Oleh karena itu PLS sebagai

sistem

(14)

pendidikan memiliki kekuatan dalam memecahkan berbagai

upa-ya pendidikan upa-yang berada di luar sistem pendidikan

perse

kolahan.

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah memiliki sifat

yang lebih fleksibel dan tidak kaku dan dapat mengacu

pada

kebutuhan warga belajarnya. Dalam Peraturan Pemerintah

no-mor 73 tahun 1991, Bab IV, Pasal 5 ayat (1) menegaskan

bah-w a :

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat tei—

diri atas pemerintah, badan, kelompok atau

perorangan

yang bertanggungjawab atas pelaksanaan jenis pendidik

an luar sekolah yang terselenggara baik yang

dilemba-gakan maupun tidak.

Berdasarkan kandungan ayat tersebut di atas, terdapat

adanya jawaban terhadap perkembangan kebutuhan belajar yang

muncul dari setiap orang. Jenis dan rumpun pendidikan

yang

diselenggarakan disesuaikan dengan

perkembangan

ilmu

dan

teknologi serta perubahan masyarakat. Bahkan apabila

jenis

dan rumpunnya sudah tidak sesuai

lagi

maka

secara

alami

kurang diminati anggota masyarakat dan berangsur menghilang

serta bergeser kepada jenis program yang diminati oleh

ma

syarakat.

Adapun

bentuk program PLS

yang

terselenggara

adalah

pendidikan berkelanjutan berupa kursus-kursus atau

pelatih-an ypelatih-ang ditujukpelatih-an kepada peserta

atau

lulusan

pendidikan

sekolah yang akan mencari atau

memasuki

dunia kerja

(pre-service training).

Sasaran yang lain adalah

kepada

mereka

(15)

mela-kukan pengembangan kualitas

kerja, atau untuk

kepentingan

jabatan/posisi tertentu.

Di samping

itu

dapat

mengurangi

overhead lembaga atau perusahaan daripada menambah pekerja

atau karyawan baru.

Pada umumnya

program

pendidikan

yang

berbentuk kursus tersebut

cenderung

diselenggarakan

oleh

masyarakat.

Bila diamati perkembangan pendidikan dewasa ini, akan

tampaklah bahwa

upaya

penyelenggaraan

pendidikan

berupa

kursus-kursus terlihat tumbuh menjamur, hal ini dikarenakan

kursus mempunyai kelebihan diantaranya, penyelenggaraan

relatif singkat, mengutamakan aplikasi, berkaitan dengan

kehidupan

peserta

didik dan

masyarakat.

Artinya,

semakin

meningkatnya kepedulian masyarakat dalam upaya pada taraf

"masyarakat gemar belajar" (learning society), di samping

dirasakan juga bahwa kebutuhan belajar warga masyarakat

cenderung meningkat. Melalui pendekatan ekonomis sebagai

akibat adanya unsur penawaran dan permintaan, sehingga

mengakibatkan setiap penyelenggara merasa perlu memikirkan

pendirian lembaga pendidikan yang diduga akan banyak dimi

nati peserta/masyarakat. Jumlah penyelenggara lembaga pen

didikan berupa kursus yang pernah diinformasikan oleh Dik—

lusmas telah mengalami perkembangan yang berarti.Pada tahun

1964 di Indonesia tercatat 3000 kursus, tahun 1976 menjadi

4.644 kursus, tahun 1982 menjadi 7.138 kursus, tahun 1986

bertambah menjadi 13.414 kursus dan tahun 1991 bertambah

(16)

ma-cam rumpun, yaitu: (1) Kursus Bahasa; (2) Jasa; (3) Kerumah

Tanggaan;

(4) Keolahragaan;

(5)

Kesehatan;

(6) Kesenian;(7)

Kerajinan Industri; (8) Teknik; (9) Pertanian dan

Peternak-an; (10) Ilmu Pengetahuan; (11) Lingkungan Hidup; (12) dan

Maritim. Kursus- kursus Diklusmas itu merupakan bentuk

sa-tuan pendidikan luar sekolah yang tumbuh menurut kebutuhan

dan sesuai dengan dinamika masyarakat, yang diselenggarakan

oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Trisnamansyah, 1993:

16).

Ada suatu gejala yang kontras dari ungkapan di atas,

bahwa berdasarkan observasi awal terhadap beberapa kursus

yang terdapat di Kotamadya Bandung tanggal 2 Februari 1996,

di antaranya LPK Putra Putri, LPK PUSPIKOM, LPK Pajajaran,

menunjukkan bahwa jumlah peminat atau jumlah peserta yang

mengikuti kursus selama 2 tahun terakhir cenderung menurun

bila dibandingkan dengan jumlah peminat 3 atau 4 tahun yang

lalu.

Keadaan di atas sesuai dengan data yang diambil dari

Kantor Kandep Dikbud Kotamadya Bandung tanggal 2 Februari

1996, bahwa pada tahun 1994 terjadi penurunan jumlah warga

masyarakat yang mengikuti pendidikan kursus bila dibanding

dengan jumlah peserta pada tahun 1993. Hal ini terbukti

dari jumlah warga belajar yang terdaftar sebagai

peserta ujian nasional di Kandep Dikbud Kotamadya Bandung

terhadap beberapa jenis kursus yakni program "tata rias pe—

(17)

masing 330,

1593,

226,

dan 26 peserta pada tahun 1993,

men

jadi 239, 980, 211, dan 6 peserta di tahun 1994.

Keadaan di atas akan lebih tampak nyata lagi bila

di-bandingkan jumlah warga belajar kursus di tahun 1994,

yang

ternyata jumlahnya lebih menurun di hampir setiap jenis

program pada tahun 1995. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

tabel di bawah ini:

TABEL 1

PERBANDINGAN JUMLAH PESERTA KURSUS TAHUN

1994 DAN 1995 DI KOTAMADYA BANDUNG

No Jenis program

T a h u n Keadaan '/.

1994 1995 Menurun meningkat

1 Menjahit pakaian 219 145 33,79

2 Tatarias Pengant 239 196 17,99

-3 Tata kecant rbt 1056 964 8,71

-4 Tata kecant kit 231 171 25,97

-5 Akuntansi 4116 4162 - 1,12

6 Komputer 980 937 4,39

-7 Mengetik 1092 930 14,84

-8 Steno 211 99 53,08

-9 Kesekretariatan 550 373 32,18

-10 Bahasa Inggris 76 20 73,68

-11

.

Merangkai bunga 6 0 100,00

Sumber: Kantor Kandep Dikbud Kotamadya

tahun 1996.

[image:17.595.71.505.290.680.2]
(18)

Berdasarkan fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keikutsertaan warga masyarakat dalam pendidikan

berkelanjutan berupa kursus—kursus sekarang ini keadaannya

cenderung

menurun.

Sehingga akibatnya

banyak

kursus yang

meniadakan program pendidikannya karena kurangnya keikut

sertaan warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan.

Menurunnya keikutsertaan masyarakat

memasuki

lembaga

PLS di atas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di

anta-ranya adalah karakteristik

lembaga

pendidikan/kursus

itu

sendiri, sistem penyelenggaraan program

pembelajaran,

pola

dan fungsi manajemen yang diterapkan,

lingkungan

baik

in

ternal maupun eksternal, dan iklim lembaga

pendidikan

itu

sendiri secara keseluruhan.

Karakteristik lembaga/kursus dapat berupa missi,

ke-agamaan, jabatan

kerja,

kejuruan.

Sistem

penyelenggaraan

program pembelajaran (program belajar) meliputi tujuan, isi

program, strategi, pendekatan,perlakuan terhadap warga bel

ajar, waktu, bahan belajar, metode pengajaran, dan evaluasi

Fungsi manajemen memiliki beberapa unsur pokok yaitu fungsi

perencanaan,

pengorganisasian,

penggerakan,

pembinaan,

pe—

nilaian, dan pengembangan.

Adapun

lingkungan internal

ber

kaitan dengan suasana

saling

menghormati

dan menghargai,

unsur kepentingan diri, rasa aman, keterbukaan, sistem

ko-munikasi. Sedangkan lingkungan eksternal

meliputi

tempat,

sarana dan

fasilitas,

lingkungan sosial berupa

kepercayaan

(19)

peraturan pemerintah berupa jaminan hukum bagi penyelengga

ra dan jaminan perlindungan bagi peserta didik.

Keikutsertaan masyarakat dalam program pendidikan luar

sekolah berupa kursus di atas merupakan unsur pokok yang

mendasari jalannya program pendidikan. Keengganan dan

ku-rangnya minat masyarakat merupakan kondisi yang perlu dika—

ji untuk ditanggulangi. Faktor—faktor penentu di atas meru

pakan wujud dari keragaman masalah yang dapat mewarnai pe

nyelenggaraan pendidikan berkelanjutan, yang dalam hal ini

berbentuk kursus—kursus.

Apa saja yang menjadi alasan sehingga seseorang mau

ikut serta dalam kegiatan belajar di lembaga—lembaga pendi

dikan berkelanjutan, baik dalam kapasitasnya sebagai penca—

ri kerja maupun sebagai karyawan. Faktor—faktor apa saja

yang dominan mempengaruhi motivasi internal dan eksternal

sehingga seseorang ikut serta belajar di kursus-kursus.

Misteri inilah yang akan diungkap melalui penelitian ini.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Banyak permasalahan yang dapat diteliti sehubungan

dengan faktor—faktor penentu tentang keikutsertaan masya

rakat mengikuti kursus-kursus seperti yang diutarakan da

lam latar belakang masalah. Keikutsertaan dalam kursus,

secara garis besar dipengaruhi oleh karakteristik lembaga

pendidikan, pola manajerial, sistem penyelenggaraan program

(20)

8

jian terhadap permasalahan tersebut di atas bisa dilihat

dalam diagram berikut:

PENGLOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL

-Tdk me^npunyax

badan hVikum.

-Tujuan lambaga

tdk jelasis

-Sistem pembV/aran

t i d a k menarii

-Tdk ada \dorongan

-Tempat jauh

-Sumber bel kur^ng —Kemampuan ^konomi

-Bahan prk-ku^ang

lemah.

-Tdk ada lab/

—Tingk.pendidikan

-Tempat keoaatan rendah.

tdk menar/xk.

-Tdk memb4ri dukungan

SARANA

PBM

tujuan tdk

j e l a s .

-PrVogram tdk menarik -Program tdk sesuai keb. PESERTA URSUS MENURUN minat.

LINGKUNGAN KELUARGA KEP. DIRI

Namun dalam konteks penelitian ini,faktor yang mempengaruhi keikursertaan masyarakat dalam kursus hanya ditinjau dari sisi kepentingan diri, lingkungan sosial, dan program pem

belajaran lembaga pendidikan berkelanjutan.

Dengan

demiki—

an, penelitian ini akan mengarah pada empat variabel

utama

yaitu: (1) kepentingan

diri, (2)

lingkungan

sosial;

(3)

program pembelajaran,

(4) sebagai penentu keikutsertaan ma

syarakat dalam

kursus-kursus

sebagai

lembaga

pendidikan

(21)

Kepentingan diri

Lingkungan sosial

Program pendidikan

Keikutsertaan dalam

pendidikan

J

variabel bebas variabel t e r i k a t

Bagan 1. Batasan variabel penelitian dan keterkaitannya

Ruang lingkup lembaga pendidikan berkelanjutan yang

dibahas melalui penelitian ini dibatasi pada kursus-kursus

yang diselenggarakan oleh masyarakat (diklusmas), artinya

bukan kursus yang diselenggarakan oleh pemerintah. Ruang

lingkup wilayah operasional penyelenggraan pendidikan ber—

kelanjutan juga dibatasi pada kursus-kursus yang ada di

Kotamadya Bandung.

Dari batasan dan ruang lingkup di atas, maka yang men

jadi fokus permasalahan penelitian ini adalah : "Sejauhmana

keterkaitan antara kepentingan diri, lingkungan sosial, dan

penyelenggaraan jenis program pembelajaran dengan keikut

sertaan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan".

Agar fokus permasalahan dapat dijawab secara operasio

nal, maka perlu dirinci menjadi beberapa pertanyaan peneli

tian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang aspek—aspek yang menjadi ke

(22)

10

pembelajaran yang mendorong keikutsertaan warga belajar

dalam pendidikan berkelanjutan ?

2. Apakah terdapat

keterkaitan

nyata

antara

kepentingan

diri, lingkungan sosial, dan program pembelajaran dengan

keikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berkelan

jutan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama?

3. Variabel bebas manakah yang memberikan kontribusi yang

lebih besar terhadap keikutsertaan warga belajar dalam

pendidikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung ?

C. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara pembaca

dan penulis dalam hal menafsirkan penelitian ini, sekaligus

sebagai arahan untuk keperluan pembuatan alat pengambil

data dan pelaksanaan penelitian, maka diberikan beberapa

definisi operasional sehubungan dengan kata—kata kunci yang

tertera pada judul dan masalah penelitian, yaitu:

1. Pendidikan Berkelanjutan

Unesco (1987) mengajukan batasan bahwa pendidikan

berkelanjutan adalah kegiatan pendidikan yang dapat memper—

baiki dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta

profesi untuk dijadikan fasilitas dalam peningkatan diri

dan produktivitas kerja.

(23)

11

kelanjutan memiliki ruang lingkup yang

luas

dan

meliputi

semua kesempatan belajar bagi semua orang yang mau dan

mem-butuhkannya.

The Acerede ting Commission of the Continuing Education

dalam Sudjana (1991 :46) mengemukakan sebagai berikut :

Continuing

education

as

the

further development of

human abilities after entrance into employment or voluntary

activities.

It includes in-service, upgrading and

updating

education.

It may be

occupational

education

or

training

which furthers career or personal

development.

Continuing

education includes that study made necessary by advances in

knowledge.

It excludes most general education and

training

for job entry.

Continuing education is concerned

primarily

with

broad

personal

and

professional

development.

It

includes leadership training and improvement of the ability

to manage personal, financial, material, and human resources. Most of the subject matter is at the

professional,

technical and leadership training

levels

of

the equivalent.

Berdasarkan definisi di atas dapat

dikemukakan

bahwa

pendidikan lanjutan merupakan kesempatan belajar bagi orang

dewasa untuk peningkatan kemampuan setelah mereka melakukan

suatu pekerjaan atau suatu kegiatan sukarela di masyarakat.

Program-program pendidikannya meliputi pelatihan pekerjaan,

peningkatan dan pembaharuan

kemampuan,

pendidikan

kerja,

latihan pengembangan karir atau pengembangan diri.

Pendidikan Lanjutan meliputi

kegiatan

untuk

meningkatkan

pengetahuan yang

terus

berkembang

dalam

pekerjaan

atau

kegiatan seseorang,

latihan kepemimpinan,

dan

peningkatan

kemampuan manajerial untuk

mengelola

personil,

keuangan,

fasilitas, dan sumber daya manusia.

Adapun

bentuk-bentuk kegiatan belajarnya antara lain

(24)

12

serta

kegiatan-kegiatan

belajar

yang

diselenggarakan

masyarakat melalui kelompok belajar. Dalam penelitian ini

bentuk kegiatan pendidikan berkelanjutan adalah kursus.

Peraturan Pemerintah PLS. No.73/1991, bab I pasal II

mengemukakan pengertian kursus adalah satuan PLS yang ter—

diri atas sekumpulan warga masyarakat yang

memberikan

pe—

ngetahuan, keterampilan dan sikap mental tertentu bagi

warga belajar.

Yang dimaksud dalam penelitian ini tentang kursus

adalah suatu kegiatan pendidikan yang berlangsung di dalam

masyarakat yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir,

sistematik untuk memberikan satu mata pelajaran atau rang

kaian tertentu kepada warga masyarakat, dalam waktu yang

relatif singkat, agar mereka memperoleh pengetahuan, kete

rampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkannya untuk mengem—

bangkan dirinya dan masyarakatnya.

Cakupan kursus yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kursus menjahit, tata kecantikan rambut, komputer,

akuntansi dan kesekretarisan.

2. Keikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjutan

Keikutsertaan dalam pendidikan adalah partisipasi war—

ga masyarakat dalam interaksi sosial yang terjadi dalam

kegiatan belajar. Keikutsertaan dalam pendidikan terutama

(25)

13

belajar warga belajar, (b) pola pengalaman belajar, dan (c)

unsur psikologis lainnya.

3. Kepentingan Diri

Kepentingan diri adalah kebutuhan yang bersifat priba—

di terhadap pengetahuan dan keterampilan dari pendidikan

yang dipilih responden (peserta didik), dalam rangka meme—

nuhi kesenjangan kemampuan yang dipersyaratkan untuk me—

ningkatkan keterampilan kerja sebagai persiapan memasuki

lapangan kerja bagi pencari kerja pemula, dan peningkatan

kualitas kerja (kinerja) bagi yang sudah/sedang bekerja.

Indikator—indikator yang muncul dari pengertian kepen

tingan diri menyangkut tentang kebutuhan belajar yaitu

meliputi: (1) keinginan meningkatkan kemampuan (pengetahuan,

keterampilan, sikap kerja), dan (2) meningkatkan eksistensi

diri (aktualisasi diri) dalam kehidupan pribadi, keluarga

dan sebagai anggota masyarakat.

4. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah kondisi sosial yang ada serta

berpengaruh kepada warga masyarakat, termasuk lingkungan

keluarga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar.

Lingkungan keluarga berhubungan dengan respon, kebi—

asaan perilaku keluarga, teladan dan dukungan keluarga.

(26)

14

keinginan menjadi sama dengan pihak lain, dan rasa tertarik

untuk bekerja sama. Sedangkan lingkungan

belajar

mencakup

suasana belajar melalui dialog lugas dan komunikasi sosial.

5. Program Pembelajaran

Program pembelajaran adalah

rencana

pengajaran

yang

disusun oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Indika

tor program pengajaran ini

meliputi: (1)

Tujuan

belajar,

(2) bahan belajar, (3) cara-cara belajar,

(4)

pengelolaan

kegiatan belajar, dan (5) penetapan hasil belajar.

6. Determinan

Determinan berasal dari kata "determinant" (Inggris).

Dalam Kamus Riset oleh Komaruddin (1984:70) diartikan seba

gai suatu faktor

atau

variabel-variabel

yang

menentukan

sifat entitas (sesuatu yang ada) atau peristiwa. Dengan

de-mikian, determinan yang dimaksud dalam penelitian ini

ada

lah "penentu". Adapun penentu dalam penelitian

ini

adalah

variabel kepentingan diri, lingkungan

sosial

dan

program

pengajaran terhadap keikutsertaan peserta dalam

mengikuti

pendidikan berkelanjutan. Kemudian besarnya indeks

penentu

(bobot sumbangan) dikonversikan dengan koefisien

determina-2
(27)

1 5

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang aspek—aspek kepenting

an diri,

kondisi lingkungan sosial, dan

penyelenggaraan

program pembelajaran yang mendorong keikutsertaan warga

belajar dalam pendidikan berkelanjutan.

2. Untuk memperoleh gambaran data tentang tingkat keterka

itan nyata antara kepentingan diri, lingkungan sosial,

dan program pembelajaran dengan keikutsertaan warga bel

ajar dalam pendidikan berkelanjutan, baik secara sendiri

sendiri maupun bersama-sama.

3. Untuk memperoleh gambaran data tentang variabel yang

memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keikut

sertaan warga belajar dalam mengikuti pendidikan berke

lanjutan di Kotamadya Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat diman—

faatkan untuk perencanaan pendidikan luar sekolah dalam

menetapkan rumpun dan jenis pendidikan berkelanjutan dalam

hal ini kursus, serta penyelenggaraan program pembelajaran

yang sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi untuk melaksanakan kegiatan pendidik

(28)

16

ajar membelajarkan dalam konsep

pendidikan

luar

sekolah,

khususnya dalam hal mengantisipasi keikutsertaan warga ma

syarakat.

Bagi warga belajar, sebagai informasi dan pedoman un

tuk dapat menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kebu

tuhan, agar dapat dijadikan sebagai bekal untuk meningkat

(29)
(30)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tentang keikutsertaan warga masyarakat da

lam pendidikan berkelanjutan yang dilaksanakan di Kotamadya

Bandung ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif.

Penelitian ini menggunakanan metode deskriptif karena

bertujuan untuk menggambarkan situasi-situasi sosial sehu

bungan dengan:

(1)

aspek-aspek

yang

menjadi

kepentingan

diri warga masyarakat dalam mengikuti pendidikan berkelan

jutan,

(2) kondisi

lingkungan sosial warga belajar

sebagai

anggota masyarakat, (3) kondisi penyelenggaraan program

pembelajaran dalam pendidikan berkelanjutan,

dan

(4) kepen

tingan diri, lingkungan sosial, dan program pembelajaran

sebagai faktor determinan keikutsertaan warga masyarakat

dalam pendidikan berkelanjutan.

Untuk menggambarkan situasi butir pertama, kedua dan

ketiga dilakukan analisis dengan cara menghubungkan hal-hal

yang ditemukan dari hasil deskripsi berupa konsep—konsep,

dan data empirik bentuk persentase yang dimiliki warga bel

ajar sebagai anggota masyarakat, untuk selanjutnya dapat

dimaknai dan digeneralisasi.

(31)

63

Untuk menggambarkan

situasi butir

keempat,

dilakukan

melalui pengenalan sampai sejauh mana variabel

kepentingan

diri,

lingkungan

sosial dan

program

pembelajaran

penentu

(determinan) keikutsertaan warga belajar sebagai anggota

masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan. Masing-masing

variabel tersebut selanjutnya dinotasikan dengan XI (vari

abel kepentingan diri), X2 (lingkungan sosial), X3 (program

pembelajaran) yang selanjutnya dinyatakan sebagai variabel

bebas (prediktor). Sedangkan variabel keikutsertaan dalam

pendidikan berkelanjutan dinotasikan dengan Y, untuk

selanjutnya sebagai variabel terikat (kriterium). Untuk

tujuan uji hipotesis secara statistik, keterkaitan antara

variabel dapat dilihat bagan sebagai berikut :

XI XI

X2 X2

->-X3 X3

Bagan 3. Hubungan antar variabel penelitian

Bagaimana variabel bebas mewarnai variabel terikat dan

kekuatan keterkaitan antar keempat varibel tersebut dinya

(32)

6 4

B. Objek Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh warga belajar

sebagai anggota masyarakat yang mengikuti pendidikan berke

lanjutan berupa kursus-kursus di wilayah Kotamadya Bandung,

dengan ciri-ciri: (1) berusia 15 tahun ke atas; (2) ter

daf tar sebagai peserta ujian nasional di Kandep Dikbud Kota

madya Bandung; dan (3) terdaftar sebagai peserta jenis kur

sus menjahit, komputer, tata kecantikan rambut, akuntansi

dan kesekretarisan.

Berdasarkan uraian di atas, maka jumlah populasi saat

penelitian ini dilaksanakan adalah sebanyak 6786 warga bel

ajar yang tersebar di 185 lembaga pendidikan kursus.

2. Sampel Penelitian

Populasi yang dimaksudkan di atas adalah bersifat

homo-gen. Artinya, warga belajar telah memiliki pengalaman dasar

dan mengikuti belajar tambahan atas dasar kebutuhannya.

Karena pihak penyelenggara kursus berusaha mempersiapkan

program sesuai dengan kebutuhan perkembangan warga masya

rakat. Mengemas perangkat pengetahuan dan keterampilan men

jadi bahan ajar yang bermakna dan praktis, dan berusaha

membawa kenyataan hidup sehari-hari ke dalam ruang kelas

(33)

6 5

manapun pengambilan lokasi sampel tidak mempengaruhi kredi-bilitas pengambilan data dan dianggap representatif mewa-kili populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel yang tidak acak melalui purposive sampl ing. Penetapan teknik sampling di atas sesuai dengan ung-kapan Singarimbun (1984:122) bahwa apabila telah ditetapkan

ciri atau sifat—sifat populasi dan semua lokasi tidak mung— kin terjangkau oleh peneliti dan berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai tujuan penelitian, maka dapat digunakan metode pengambilan sampel yang tidak acak yaitu purposive

sampling.

Dalam penelitian ini ditetapkan bahwa karakteristik sampel adalah sebagai berikut: (1) berusia 15 tahun ke atas atas; (2) terdaftar sebagai peserta ujian nasional; dan (3)

terdaftar sebagai peserta kursus yang tergolong ke dalam jenis pendidikan komputer, menjahit, akuntansi, kesekreta—

risan dan tata kecantikan rambut.

Dari uraian di atas, maka secara purposive sample di ambil dari 5 buah kursus yang ada di Kotamadya Bandung. Ke-lima kursus tersebut adalah LPK Putra-Putri, LPK Pouw's, LPK Padjadjaran, LPK PUSPIKOM, dan LPK Ariyanti.

(34)

66

dengan

program

pendidikan

komputer, menjahit, akuntansi,

kesekretarisan,

dan

tata

kecantikan

rambut.

Sehubungan

dengan jumlah anggota/responden untuk masing-masing

kelom

pok, Nasution (1991:136) mengatakan bahwa dalam hal

mengha-dapi populasi yang besar, di mana di dalamnya terdiri

atas

beberapa kategori

atau

kelompok

sampel, diharapkan

agar

setiap kelompok setidaknya mempunyai 30 anggota/subjek

pe

nelitian. Dengan demikian, untuk penelitian ini

ditetapkan

jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 30 res

ponden. Dari kelima kelompok sampel menunjukkan bahwa

jum

lah sampel keseluruhan adalah sebanyak 150 responden. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut:

TABEL 2

JUMLAH RESPONDEN

No Kelompok sampel jumlah Lokasi pengambilan (program) responden sampel

1 Kesekretarisan 30 LPK Pajajaran

2 Menjahit 30 LPK Putra-Putri

3 Komputer 30 LPK STIK0M

4 Tata Kecantikan

Rambut

30 LPK Ariyanti

5 Akuntansi 30 LPK Pouw's

[image:34.595.55.492.267.614.2]
(35)

67

Untuk menentukan warga belajar mana yang dijadikan

responden, maka ditetapkan berdasarkan ciri atau sifat yang

dimiliki oleh sampel. Hal ini dilakukan secara berulang

sampai dicapai sejumlah 30

responden

untuk

masing-masing

kelompok sampel.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tipe pilihan ganda yang berisikan se

jumlah pernyataan yang berhubungan dengan keempat variabel,

yaitu kepentingan diri,

lingkungan sosial,

program

pembel

ajaran, dan keterlibatan dalam pendidikan.

2. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitian yang akan dibahas adalah

sebagai berikut:

a. Kepentingan Diri Warga Belajar

Untuk melihat gambaran tentang aspek—aspek yang menjadi kepentingan diri warga belajar dalam mengikuti pendidikan berkelanjutan dapat ditelusuri informasi sehubungan dengan

peningkatan kemampuan pengetahuan,

keterampilan,

sikap ker

ja, dan aktualisasi diri. Konsep kepentingan diri dapat

(36)

68

Matriks 2. Penjabaran Konsep Kepentingan diri

No. Elemen I n d i k a t o r

1

2

Keikutsertaan

Meningkatkan penampilan diri

a. Kehadiran belajar karena ke

inginan.

b. Merasa tertinggal bila tidak

masuk kelas.

c. Selalu datang meski ada ha—

langan

d. Melengkapi perlengkapan kur— sus,meskipun mahal.

e. Seyogyanya peralatan tanggung

jawab kursus

d. Biaya ditambah, asal peralat an disediakan oleh lembaga

kursus.

a. Materi lebih baik dicobakan/

diekspresikan dari pada ba

nyak penjelasan.

b. Pelajaran kursus adalah prio ritas utama

c. Perlu ada pertanyaan pada se

tiap pertemuan

d. Belajar serius tanpa tutor.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan seluruh aspek yang terdapat

dalam kenyataan sosial yang ada sehubungan lingkungan kelu

arga, lingkungan pergaulan, dan lingkungan belajar. Kondisi

sosial tersebut dijalani dan dialami oleh setiap individu

dalam alur kehidupannya. Penjabaran konsep atas lingkungan

sosial yang dimaksudkan dalam penelitian adalah sebagai

(37)

69

Matriks 3. Penjabaran konsep lingkungan sosial

No. Elemen I n d i k a t o r

1 Lingkungan keluar a . Kebiasaan perilaku keluarga

ga. bekerja tidak asal—asalan

pemanfaatan waktu luang pengertian kewajiban dan

tanggung jawab.

b. Dukungan keluarga, dana dan fasilitas.

2 Lingkungan per— a . Imitasi (peniruan).

gaulan b. Identifikasi (menyamakan diri dengan pihak lain)

c . Simpati (bekerja sama)

3 Lingkungan belajar a . Cara berdialog

b. Mempertahankan suasana bel

ajar.

c . Komunikasi sosial

c. Program Pembelajaran

Program pembelajaran akan menggambarkan situasi bel

ajar yang mengandung unsur eksternal yang mampu merangsang

seseorang dalam peristiwa belajar, dan unsur internal yang

mengacu terbentuknya kapasitas individu melalui pola peng

alaman belajar. Untuk lebih jelasnya, konsep tentang pro

(38)

70

Matriks 4. Penjabaran konsep program pembelajaran

No. Elemen I n d i k a t o r

1 Tujuan pembela a . Tuj uan/sasaran be1aj ar

jaran b. Tindak Ianjut setelah kursus

2 Bahan belajar a . Isi bahan belajar

3 Cara-cara belajar a . Sistematika bahan belajar

b. Kesesuaian alat peraga de ngan bahan belajar

c . Kemampuan instruktur dalam

menyampaikan bahan belajar

4 Pengelolaan kegia a . Keselarasan bahan belajar

tan belajar dengan buku acuan

b. Cara penyajian instruktur

c . Waktu belajar

5 Penetapan hasil a . Cara penilaian oleh ins

belajar truktur

d. Keikutsertaan dalam Pendidikan Berkelanjutan

Keikutsertaan dalam pendidikan merupakan partisipasi warga masyarakat dalam interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatan atau penyelenggaraan pendidikan. Keikutsertaan da lam pendidikan dapat didukung oleh orientasi kebutuhan akan belajar, pola pengalaman belajar, dan unsur psikologis la-innya. Di bawah ini diberikan beberapa indikator sehubungan dengan konsep keikutsertaan warga masyarakat dalam pendi

(39)

71

Matriks 5. Penjabaran konsep keikutsertaan dalam pendidikan

berkelanjutan

No. Elemen I n d i k a t o r

1 Orientasi kebutu a . Pandangan tentang kursus utk

han belajar menambah pengetahuan

b. Kursus memberikan pengalaman baru

c . Ikut kursus meski belum jelas

memperoleh kerja.

2 Pola pengalaman a . Tanggapan atas kemampuan se—

belajar lama belajar kursus

b. Pemahaman terhadap perkem bangan masyarakat.

3 Unsur psikologis a . Kesiapan menghadapi

persoal-an hidup

b. Percaya diri dengan bekal yang dimiliki.

c . Optimis dan orientasi masa

depan.

d. Prestasi dan harga diri

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket (kuesioner) tipe pilihan ganda. Ada empat instrumen

yang perlu diuji coba yaitu: (1) instrumen variabel kepen

tingan diri;

(2)

instrumen variabel

lingkungan

sosial;

(3)

(40)

72

variabel keikutsertaan dalam pendidikan berkelanjutan.

Ujicoba instrumen dilakukan untuk mengetahui kesahihan

(validitas item) dan keterandalan instrumen (reliabilitas

instrumen). Subjek yang diambil sebagai ujicoba instrumen

berasal dari populasi yang sama, tetapi tidak termasuk sam

pel penelitian ini. Adapun jumlah sampel ujicoba instrumen

melibatkan 30 warga belajar dari seluruh jenis program/rum—

pun.

Penggunaan uji validitas isi dalam penelitian dimaksud

kan agar isi butir—butir tes yang dibuat menggambarkan se

luruh indikator setiap variabel. Uji kesahihan butir—butir

tes menurut Kerlinger (1973: 468), banyak tester yang

fa-mi lier dengan teknik korelasi item dengan totalnya, dengan

asumsi bahwa total skor adalah valid. Contoh valid yang di

maksudkan adalah, bila orang yang tingkat keseringannya

menjawabnya tinggi, maka akan memberikan jawaban total skor

yang tinggi pula, dan orang yang tingkat keseringannya ren—

dah akan memberikan jawaban yang total skornya rendah pula.

Arikunto (1992:67) mengatakan bahwa koefisien korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson adalah prosedur

yang umum digunakan untuk melaporkan validitas item.

Sesuai dengan pendapat di atas, maka penentuan validi

tas butir dari setiap variabel digunakan rumus product

(41)

73

tir pernyataan dinyatakan sahih jika koefisien korelasi yang diperoleh (r hitung) lebih besar atau sama dengan

koefisien korelasi tabel (r tabel) untuk uji coba dua arah.

Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir item tersebut dinyatakan tidak sahih (gugur). Rumus yang diguna

kan adalah :

NZXY - (ZX)(ZY)

xy

K

CNZX2 - (ZX)2} tNZY2

(ZY)2 >

(Arikunto, 1992: 69)

Hasil analisis r product moment yang diperoleh untuk masing

masing variabel adalah:

TABEL 3

NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL KEPENTINGAN DIRI

No. Koefisien korelasi No. Koefisien korelasi

item (r) item (r)

1 0,5414 7

0,2419*

2 0,4016 8 0,3957

3 0,3648 9 0,4016

4 0,6025 10

0,1822*

5 0,5731 11 0,3713

6 0,4327 12 0,4769

[image:41.595.78.525.224.597.2]
(42)

74

TABEL 4

NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL LINGKUNGAN SOSIAL

No. Koefisien korelasi No. Koefisien korelasi

item (r) item (r)

1 0,3363 8

0,2289*

2 0,3875 9 0,4389

3 0,3461 10 0,5135

4 0,4974 11 0,5379

5 0,3888 12

0,2571*

6 0,5494 13 0,5979

7 0,3879 14 0,3289

* Critical value (2 - tail, a = 0,05) = +/- O,30645

TABEL 5

NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL PROGRAM PEMBELAJARAN

No. Koefisien korelasi

item (r) 1 0,4177 2 0,4531 3 0,3186 4 0,5618 5 0,5214 No. item 6 7 8 9 10 Koefisien korelasi (r) 0,4177 0,4672 0,3576 0,4534 0,3461

[image:42.595.93.529.113.585.2]
(43)

75

TABEL 6

NILAI UJI VALIDITAS ITEM VARIABEL KEIKUTSERTAAN DALAM

PENDIDIKAN

No. Koefisien korelasi No. Koefisien korelasi

item (r) item (r)

1 0,6723 6 0,4137

2 0,3867 7 0,4258

3 0,5647 8 0,3577

4

0,2837*

9 0,4134

5 0,4890 10 0,3684

* Critical value (2 - tail, a = 0,05) = +/- 0,30645

Hasil uji coba validitas item, secara keseluruhan dapat

dilihat tabel berikut :

TABEL 7

RINGKASAN HASIL UJI COBA VALIDITAS ITEM

No. Instrumen yang diuji

Jumlah Item

Diuji Gugur Valid

1. 2. 3. 4. Kepentingan diri Lingkungan sosial Program Pembelajaran

Keikutsertaan dim pendidikan 12 14 io io 2 2 O 1 10 12 10 9

[image:43.595.80.502.192.624.2]
(44)

76

ini dapat dipakai pada studi

yang

relevan,

asal

ciri

sifat populasinya sama dengan

penelitian

ini,

maka

perlu

diketahui konsistensi instrumen (reliabilitas instrumen)

yang dibuat apakah termasuk dalam kategori tinggi atau

ren-dah. Untuk pengujian keterandalan instrumen digunakan rumus

koefisien alpha (r ) sebagai berikut:

Zt2

u. n—1 2

T t

dimana : r = reliabilitas yang dicari

Zt = jumlah varian skor tiap-tiap item

i

t2

= varian total

(Arikunto, 1992:104)

Untuk menguji keberartian nilai r,digunakan distribusi

Student t (Uji-t) dengan dk = n - 2, melalui rumus :

r \/" " 2

t =

\[7~Z_

2~~

(Sudjana, 1992:62)

Rumus koefisien alpha digunakan karena

di

dalam

in

strumen tidak terdapat jawaban yang bernilai benar atau

sa-lah. Jawaban tersebut bersifat gradasi. Jadi keterandalan

instrumen yang dipakai termasuk dalam klasifikasi

keteran

dalan konsistensi internal (internal consistency reliabil

ity}.

Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien alpha

(45)

0,800 — 1,000 : Sangat tinggi

0,600 - 0,799 : tinggi

0,400 - 0,599 : Cukup

0,200 - 0,399 : rendah

< 0,200 : sangat rendah

77

Hasil uji coba keterandalan instrumen tersebut

dapat

dilihat lampiran 3 dan diringkas dalam tabel berikut:

TABEL 8

RINGKASAN HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN

No. Instrumen yang di uji Koefisien alpha (r) Tingkat keterandalan

*h

Sigf pada 1. Kepentingan 0,8246 Sangat

tinggi 7,7149 0,99

2. 3. Lingkungan Program Pern— 0,7446 0,6689 tinggi tinggi 5,9026 4,7615 0,99 0,99 0,99 4 Keikutsertaan

dim pendidikan 0,7231 tinggi 5,5394

Dari tabel di atas dapat dilihat

bahwa,

keempat

in

strument tersebut memiliki tingkat keterandalan yang tinggi

dan sangat tinggi. Ini berarti, instrumen tersebut memenuhi

syarat dan dapat dipergunakan dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih

dahulu

[image:45.595.73.507.264.619.2]
(46)

78

bentuk prosentase, kemudian dilakukan uji normalitas data

dengan menggunakan Chi

Kuadrat

(x

)•

Kriteria

pengujian

2

yang digunakan adalah, bila x hitung dinyatakan dapat di—

terima pada taraf signifikasi 95X melalui perangkat lunak

microstat (P < 0,05), maka dinyatakan bahwa sampel yang di

analisis berasal dari populasi yang berdistribusi normal,

begitu juga sebaliknya.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas data, maka langkah

berikutnya adalah menentukan bentuk persamaan regresi se—

derhana dan regresi ganda. Selanjutnya dilakukan pengujian

atas keberartian dan kelinieran persamaan regresi tersebut

dengan maksud untuk mengetahui apakah masing-masing vari

abel yang dijadikan prediktor (variabel bebas) dalam anali

sis regresi memenuhi asumsi kelinieran untuk dianalisis

dengan model analisis regresi linier ganda. Uji linieritas

dan keberartian persamaan regresi dilakukan dengan menggu

nakan analisis varian linieritas sederhana melalui rumus

statistik F.

Setelah dilakukan uji linieritas, maka dapat digunakan

analisis regresi untuk masing-masing prediktor dan analisis

regresi ganda untuk kedua prediktor. Kemudian dilanjutkan

(47)

kore-79

lasi parsial adalah karena ingin mengontrol sejumlah faktor

(variabel bebas) dan melihat bagaimana kelakuan variabel

tertentu berhubungan dengan variabel terikat.

Menurut Sujana (1986:371), koefisien korelasi multifel

berhubungan erat dengan koefisien korelasi parsial, apabila

muncul koefisien korelasi antara sebagian dari sejumlah

variabel, sedangkan bagian variabel lainnya dianggap tetap.

Untuk variabel bebas XI, X2, X3 dan variabel terikat Y,

maka koefisien korelasi antara X2 dengan Y dapat ditulis

r ~,_^. - Untuk pengujian hipotesis digunakan statistik y*- "-1 •*•

student t dua arah. Dalam menentukan dan menghitung data

digunakan perangkat lunak pengolahan data Microstat by

Eco-sof, Inc.

Kriteria penafsiran mengenai besarnya koefisien kore

lasi mengacu pada rumusan yang dikemukakan oleh Guilford

dalam Natawidjaja (1988:48):

0,00 — 0,20 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat

diabaikan.

0,21 — 0,40 : Korelasi rendah; hubungan jelas tapi

kecil.

0,41 — 0,70 : Korelasi sedang; hubungan memadai.

0,71 — 0,90 : Korelasi tinggi; hubungan besar.

0,91 - 1,00 : Korelasi sangat tinggi; hubungan sa

(48)
(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sebagai penutup penelitian ini, disajikan dua hal

pokok yaitu: (1) kesimpulan hasil penelitian dan (2) reko

mendasi penelitian.

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian,

maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Keikutsertaan warga belajar sebagai anggota masyarakat

dalam pendidikan berkelanjutan yang berupa kursus-kursus

di Kotamadya Bandung, terutama bertujuan untuk mening

katkan pendapatan/penghasilan serta berusaha mencari ke

sempatan kerja baru. Orientasi warga belajar tersebut

diwarnai oleh aspek-aspek kepentingan diri, lingkungan

sosial, dan aspek program pembelajaran.

Aspek-aspek kepentingan diri yang mendorong keikut

sertaan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan

adalah: (a) upaya peningkatan pendapatan/penghasilan;(b)

pemenuhan kebutuhan akan kegemaran dan rekreasi; dan (c)

aktualisasi diri.

Kondisi lingkungan sosial yang mendorong keikutser

taan warga belajar dalam pendidikan berkelanjutan adalah

(a) lingkungan keluarga, meliputi respon dan kebiasaan

(50)

123

perilaku keluarga, sebagai teladan dan dukungan

keluar—

ga; (b) lingkungan pergaulan berupa imitasi atau

peniru-an kaidah dpeniru-an nilai ypeniru-ang berlaku, identifikasi atau ke

inginan menjadi sama dengan pihak lain, dan simpati atau

tertarik ingin memahami pihak lain untuk dapat bekerja;

sama; dan (c) lingkungan belajar berupa cara berdialog,

mempertahankan suasana belajar di luar kelas, dan komu

nikasi sosial.

Adapun aspek penyelenggaraan program pembelajaran

yang mendorong keikutsertaan warga belajar dalam pen

didikan berkelanjutan adalah: (a) kesesuaian tujuan pro

gram pembelajaran dengan keinginan warga masyarakat; (b)

kesesuaian cara penyajian instruktur dengan materi pel

ajaran, buku acuan, waktu dan cara penilaian; dan (c)

pandangan terhadap warga belajar sebagai orang dewasa

dengan segala karakteristiknya.

2. Apabila penyelenggara pendidikan kursus atau pihak yang

berkepentingan ingin mempertinggi tingkat keikutsertaan

warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan, maka

perlu diperhatikan dan terlebih dahulu mempertinggi

tingkat kepentingan diri, lingkungan sosial dan penye

lenggaraan program pembelajaran. Karena semakin tinggi

tingkat kepentingan diri, lingkungan sosial dan program

(51)

keikut-124

sertaan warga masyarakat dalam pendidikan berkelanjutan.

Bahkan kepentingan diri memberikan sumbangan efektif

yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan sosial

dan program pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan mela

lui:

a. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara ke

pentingan diri dengan keikutsertaan dalam pendidikan.

Semakin tinggi tingkat kepentingan diri, makin tinggi

pula tingkat keikutsertaan warga belajar dalam pendi

dikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot

sumbangan efektif kepentingan diri terhadap keikut

sertaan dalam pendidikan adalah 7,05% ( tabel 11 ).

b. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara

lingkungan sosial dengan keikutsertaan dalam pendi

dikan. Semakin tinggi nilai lingkungan sosial, makin

tinggi pula tingkat keikutsertaan warga belajar dalam

pendidikan berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar

bobot sumbangan lingkungan sosial terhadap keikutser—

taan dalam pendidikan adalah 2,72% ( tabel 11 ).

c. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara pe—

nyelengaraan program pembelajaran dengan keikutserta

an dalam pendidikan. Semakin tinggi tingkat penye

lenggaraan program pembelajaran, makin tinggi pula

(52)

125

berkelanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot sum

bangan efektif program pembelajaran terhadap keikut

sertaan dalam pendidikan adalah 3,17% ( tabel 11 ).

d. Kepentingan diri memberikan sumbangan yang lebih be

sar dibandingkan dengan lingkungan sosial dan program

pembelajaran dalam peranannya sebagai determinan ke

ikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berkelan

jutan di Kotamadya Bandung.

e. Terdapat keterkaitan positif yang berarti antara ke

pentingan diri, lingkungan sosial,dan program pembel

ajaran dengan keikutsertaan dalam pendidikan. Semakin

tinggi tingkat kepentingan diri, lingkungan sosial,

dan program pembelajaran, makin tinggi pula tingkat

keikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berke

lanjutan di Kotamadya Bandung. Besar bobot sumbangan

secara bersama-sama antara kepentingan diri, ling

kungan sosial, dan program pembelajaran terhadap ke

ikutsertaan warga belajar dalam pendidikan berkelan

jutan adalah 42,41% ( tabel 11 ). Sisanya 57,59% belum

dapat dijelaskan karena berasal dari variabel lain

yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

B. Rekomendasi

(53)

126

1. Penyelenggara pendidikan kursus :

Untuk mengantisipasi kondisi tentang menurunnya

tingkat keikutsertaan warga masyarakat dalam pendidikan

kursus dapat dilakukan melalui : Pertama, pihak

penyelenggara agar supaya kursus yang diadakan menarik

calon warga belajar/ masyarakat, hendaknya merencanakan

model pemasaran secara baik, hal ini penting,

dikarenakan dengan melakukan pemasaran, masyarakat

akan mendapatkan informasi tentang kursus yang diadakan,

baik dari segi materi program belajar yang ditawarkan

maupun keberadaan kursus itu sendiri. Untuk melakukan

pemasaran, bisa ditempuh dengan mendekati orang—orang

yang berpengaruh ( baik pakar maupun orang—orang yang

mempunyai posisi ataupun kedudukan ), dengan demikian

diharapkan akan menjadikan daya tarik tersendiri

sehingga masyarakat mau datang ke kursus.

Kedua, terutama instruktur untuk dapat melakukan

komunikasi sosial secara insidental maupun terstruktur,

guna memberikan pandangan dan arah masa depan

yang lebih nyata. Keadaan ini dapat dilakukan dengan

cara menggali informasi tentang daya dukung yang telah

ada yang memungkinkan warga belajar dapat menggunakan

kemampuannya nanti seandainya mereka telah menjadi

(54)

127

Kekurangan dan kelemahan daya dukung yang muncul

justru

akan menjadi

"pekerjaan rumah" bagi instruktur

bersama-sama dengan warga belajar untuk dicarikan solusinya.Daya

dukung yang dimaksudkan dapat berupa

dana

atau

modal,

lapangan kerja/usaha,

informasi, alat dan fasilitas,

pe

masaran, paguyuban warga belajar, latihan lanjutan lain

nya, dan bantuan eksternal lainnya. Tiga , orientasi

warga belajar yang mengarah pada peningkatan pendapatan/

penghasilan merupakan indikasi nyata bahwa keikutsertaan

warga belajar dalam pendidikan kursus ditentukan oleh

kebermaknaan

program/jenis

keterampilan

praktis

yang

ditawarkan lembaga.

Oleh karena

itu

perlu

diterapkan

sistem perencanaan strategis partisifatif dengan melibat

kan unsur kepakaran, pihak penyelenggara pasar kerja

(industri), dan warga masyarakat

(warga

belajar)

yang

memiliki visi masa depan mandiri. Empat , perlu selalu

diperhatikan kondisi warga belajar berupa kepentingan

diri,

lingkungan

sosial,

dan

penyelenggaraan

program

pembelajaran itu sendiri. Terlebih lagi setelah terbukti

bahwa ketiga faktor di atas memberikan kontribusi nyata

terhadap keikuitsertaan dalam pendidikan berkelanjutan.

2. Warga belajar sebagai anggota masyarakat:

(55)

128

kelanjutan tercermin dari maju mundur atau berhasil

ti-daknya warga belajar

menguasai

tujuan

program, begitu

juga sebaliknya. Artinya, warga belajar dengan seperang

kat kepentingan dirinya, warna

lingkungan

sosial

yang

disandangkan,serta persepsi atas penyelenggaraan program

pembelajaran yang dirasakannya,

ternyata terbukti secara

nyata memberikan tendensi yang kuat

terhadap

keikutser-taannya dalam pendidikan berkelanjutan. Oleh karena itu

kepada warga masyarakat dan

terutama warga belajar untuk

dapat

menyadari

bahwa

kepentingan

yang

menyangkut

orientasi,

pandangan dan

harapan merupakan unsur dominan

yang perlu selalu diperhitungkan,

di samping tidak

meng-abaikan kondisi lingkungan

sosial

dan

penyelenggaraan

program pembelajaran.

Para penaliti dan pelaku PLS:

Besarnya sumbangan yang diberikan kepentingan

diri,

lingkungan

sosial

dan

program

pembelajaran

terhadap

keikutsertaan dalam

pendidikan

berkelanjutan

(42,41%)

memperlihatkan bahwa masih ada 57,59% lagi faktor penen

tu yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu disarankan kepada para peneliti lainnya, ter

utama pelaku PLS untuk dapat melakukan penelitian lan

jutan dengan meninjau berbagai variabel

penentu lainnya.

(56)

Gambar

TABEL1
TABEL2
TABEL3
TABEL5
+4

Referensi

Dokumen terkait