• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI TANAH LONGSOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI TANAH LONGSOR."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI

TANAH LONGSOR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Matangaji Semester II Tahun ajaran 2011/ 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

NUR INAYAH

0604597

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI

TANAH LONGSOR

Oleh

NUR INAYAH

0604597

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nur Inayah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI

TANAH LONGSOR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Matangaji Semester II Tahun ajaran 2011/ 2012)

Oleh :

NUR INAYAH 0604597

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Drs. Dede Somarya, M.Pd.

NIP.19580305 198403 1 002

Pembimbing II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd.

NIP.19590508 198403 1 002

Mengetahui,

(4)

Dr. H. Babang Robandi, M.Pd

(5)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI TANAH LONGSOR

Oleh: NUR INAYAH

0604597 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal yang dilaksanakan di SDN 2 Matangaji bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA masih rendah. Hasil belajar siswa kelas IV pada pelajara IPA, 65,1% mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi tanah longsor dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, lembar observasi guru dan siswa, lembar observasi afektif (rasa ingin tahu) serta lembar psikomotorik. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Matangaji yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai rata rata pada siklus I sebesar 63,05 dan siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebesar 44,4%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa bertambah menjadi 76,9 dengan ketuntasan belajar sebesar 83,3 %.

Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching And Learning, Hasil Belajar Siswa.

Abstract: This research is motivated by the results of preliminary observations

conducted at SDN 2 Matangaji that student learning outcomes in science learning is still low . Fourth grade student learning outcomes in science subject is , 65.1 % scored below a predetermined KKM is 65 . To resolve this problem do the research to improve student learning outcomes in science learning materials by applying the approach landslide Contextual Teaching And Learning ( CTL ) . The research method used was action research ( PTK ) . The instrument used in this study was a test , the teacher and student observation sheet , observation sheets affective ( curiosity ) and psychomotor sheet . The research was conducted by 2 cycles . At each cycle consisting of planning , implementation , observation , and reflection . Subjects were fourth grade students of SDN 2 Matangaji which consisted of 21 male students and 15 female students . The results showed that an increase in student learning outcomes by applying the approach Contextual Teaching And Learning ( CTL ) . Improved learning outcomes can be seen from the average value in the first cycle of 63.05 and students who achieve KKM on the first cycle of 44.4 % , and the second cycle students' average score increased to 76.9 with a passing grade of 83 , 3 % .

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Hipotesis Tindakan ... 8

BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9

(7)

vii

C. Penererapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

pembelajaran IPA di SD…………. ... 25

D. Hasil Belajar ... 27

E. Materi Tanah Longsor ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Prosedur Penelitian ... 35

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 110

B. Rekomendasi ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan

Pembelajaran Tradisional ... 21

Tabel 2.2 Ranah Afektif dan Kata Kerja Operasionalnya... 30

Tabel 2.3 Ranah Psikomotor dan Kata Kerja Operasionalnya ... 31

Tabel 3.1 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 44

Tabel 3.2 Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi ... 46

Tabel 3.3 Penskoran tiap Butir Lembar Observasi ... 46

Tabel 3.4 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran... 47

Tabel 3.5 Kategori Tafsiran IPK ... 47

Tabel 3.6 Persentase Jawaban Angket Siswa ... 48

Tabel 4.1 Hasil Belajar Post Test siklus I ... 48

Tabel 4.2 Kriteria ketuntasan belajar ... 58

Tabel 4.3 Rata-rata nilai post test siklus I ... 58

Tabel 4.4 Hasil Kerja Kelompok (LKS) Siklus ke-I ... 59

Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Afektif ... 60

Tabel 4.6 Skor Afektif Siklus I ... 61

Tabel 4.7 Kriteria IPK ... 62

Tabel 4.8 Skor Psikomotorik Siklus I ... 62

Tabel 4.9 Hasil Belajar Post Test siklus II ... 72

Tabel 4.10. Rata-rata nilai siklus II ... 74

(9)

ix

Tabel 4.12 Skor Afektif Siklus II ... 75

Tabel 4.13 Skor Psikomotorik Siklus II ... 76

Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 80

Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 83

Tabel 4.16 Hasil Nilai Observasi Guru Setiap Siklus ... 85

Tabel 4.17 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 86

Tabel 4.18 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 88

Tabel 4.19 Hasil Nilai Observasi Siswa Setiap Siklus ... 90

Tabel 4.20 Tabel peningkatan nilai rata- rata siklus I dan II ... 90

Tabel 4.21 Kategori Tafsiran IPK Pemahaman siswa terhadap materi ... 92

Tabel 4.22 Presentasi Skor Afektif pada Siklus I dan II ... 93

Tabel 4.23 Presentase Indikator Aspek Afektif ... 94

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis & Taggart... 37

Gambar 4.1. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 58

Gambar 4.2. Nilai Rata-rata Post Test Siswa pada Siklus I ... 59

Gambar 4.3. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 73

Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Post Test Siswa pada Siklus II ... 74

Gambar 4.5 Indeks Keterlaksanaan Kinerja Guru Siklus I ... 82

Gambar 4.6 Indeks Keterlaksanaan Kinerja Guru Siklus II ... 84

Gambar 4.7 Indeks Keterlaksanaan Aktivitas Siswa siklus I ... 87

Gambar 4.8 Indeks Keterlaksanaan Aktivitas Siswa siklus II ... 89

Gambar 4.9 Peningkatan nilai rata-rata hasil post test ... 91

Gambar 4.10 Ketuntasan Belajar Siklus I dan II... 92

Gambar 4.11 Nilai IPK ... 93

Gambar 4.12 Profil Aspek Afektif Siswa ... 96

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang

Standar Proses, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat

pada kurikulum Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006, Mata

pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai seperangkat fakta–fakta yang harus dihafal. Sehingga hasil

pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta.

Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap

materi yang diterimanya tetapi pada kenyataannya mereka sering kali tidak

memahami secara mendalam substansi materinya.

Orientasi pendidikan selama ini cenderung menitikberatkan pada

penguasaan materi semata yang terbukti keberhasilan hanya terjadi pada

kompetensi jangka pendek tetapi gagal membekali anak dalam memecahkan

(12)

2

pembelajaran IPA yang selama ini diterapkan kurang mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan juga belum secara optimal

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan observasi awal selama di kelas tempat penelitian, kerja guru

dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa tidak optimal. Kondisi di lapangan

menunjukkan terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA di SDN 2

Matangaji antara lain:

1. pembelajaran IPA di SDN 2 Matangaji masih berpusat pada guru dengan

menggunakan model klasikal dan kurang melibatkan siswa dalam proses

pembelajarannya.

2. Guru di SDN 2 Matangaji dalam menyampaikan pembelajaran IPA sering

tidak menyenangkan dan tidak menarik bagi siswa, pembelajaran IPA hanya

diajarkan satu arah oleh guru (ceramah) yang hanya mentransfer

konsep-konsep yang diketahui guru tanpa mengembangkan keterampilan proses dan

sikap ilmiah siswa.

3. Ketika guru menjelaskan, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan

karena siswa bingung, tidak tahu apa yang sedang mereka pelajari sehingga

mereka bergurau, mengobrol dengan teman-temannya.

4. Selain itu guru selalu menyuruh siswa untuk mengisi lembar kerja siswa

(LKS) yang isinya hanya terdiri dari kumpulan soal-soal dan bukan berisi

petunjuk pelaksanaan sebuah kegiatan serta tidak menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari.

5. Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari IPA secara keseluruhan karena

konsep-konsep IPA yang disampaikan secara abstrak, kelemahan seperti ini

menyebabkan siswa menjadi verbalistik.

Hasil belajar pada mata pelajaran IPA masih belum memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada awal tahun ajaran. Dengan

jumlah siswa sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 21 siswa putra dan 15 siswa

(13)

3

65,1% siswa mendapatkan nilai di bawah 65. Nilai yang diperoleh siswa berkisar

antara 20-80 dengan nilai rata-rata 50. Hal ini dirasa sangat tidak memuaskan

karena hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan jika melihat standar KKM

IPA di sekolah SDN 2 Matangaji adalah 65.

Dari kenyataan tersebut terlihat bahwa pembelajaran kurang

memberdayakan siswa, sehingga aktivitas guru lebih dominan dibandingkan

dengan siswa. Hal ini bertentangan dengan prinsip KTSP yaitu kegiatan berpusat

pada siswa, belajar melalui berbuat, mengembangkan kecerdasan intelektual,

emosional, spiritual, dan sosial, belajar sepanjang hayat, belajar mandiri dan

belajar bekerjasama (Muslich, 2008: 48). Apabila proses belajar yang

membosankan dengan metode ceramah dan latihan soal dilakukan terus menerus,

maka kemungkinan besar banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran IPA

(Trianto, 2007 : 108). Pembelajaran IPA yang membosankan, membuat tidak

disenangi yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang tidak

memuaskan.

Hasil belajar terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor

sehingga dalam pembelajaran ketiga aspek harus terpenuhi bukan hanya salah satu

aspek saja. Ketiga aspek tersebut dapat dipenuhi apabila siswa aktif dalam

pembelajaran. Siswa akan belajar aktif dalam kegiatan belajar apabila ada

motivasi, selain itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus menarik, dan

menyenangkan (Muslich,2008: 67).

Dalam buku “Model-model pembelajaran inovatif berorientasi

konstruktivistik” Trianto (2007 : 104) berpendapat :

(14)

4

Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali

memikirkan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak „mengalami‟ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga diperlukan konsepsi

pembelajaran yang baru yang bisa menghadirkan situasi belajar yang bermakna

bagi siswa. Dan itu akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya untuk

menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.

Pendekatan kontekstual (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang

karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pembelajaran kontekstual merupakan

suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan hasil pembelajaran

lebih bermakna bagi siswa.

Mengapa memilih Contextual Teaching and Learning? Kusnandar (2007)

menjabarkan tentang dipilihnya pembelajaran kontektual sebagai pembelajaran

yang dianggap mampu menciptakan siswa produktif dan inovatif adalah dengan

alasan sebagai berikut : (a) sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal.

Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian

ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar “baru”yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah

strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka

sendiri. (b) Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi

alternative strategi belajar yang baru. Melalui CTL, siswa diharapkan belajar

melalui “mengalami” bukan “menghapal”.

Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

yang menekankan pentingnya menghadirkan lingkungan alamiah dalam proses

(15)

5

sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan

yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan

pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan

kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu siswa dilatih untuk

dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam bentuk simulasi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu kiranya ada perubahan

dalam pembelajaran IPA di SD agar pembelajaran dapat lebih bermakna,

bermanfaat dan dapat direalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

itu penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan

pada penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dengan judul penelitian: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan

Menerapkan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Mata

Pelajaran IPA Dalam Materi Tanah Longsor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA

tentang konsep tanah longsor?

2. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang materi tanah

longsor setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL)?

3. Bagaimana respon siswa tentang pembelajaran IPA pada materi tanah longsor

setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang

ingin dicapai Antara lain :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA kelas IV pada materi tanah

(16)

6

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi tanah

longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning

(CTL).

3. Untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran IPA pada materi tanah

longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,

peserta didik serta sekolah. Berikut adalah manfaat yang diharapan untuk

masing-masing elemen pendidikan tersebut.

1. Manfaat Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

penulis dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.

b. Memberi pengalaman baru serta menjadikan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai alternatif bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Manfaat Bagi Peserta Didik

a. Meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 2 Matangaji melalui penerapan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran IPA.

3. Manfaat Bagi Guru

1. Mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran siswa

2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi guru dalam

(17)

7

4. .Manfaat Bagi Sekolah

a. Memberikan motivasi bagi guru-guru lain dalam rangka meningkatkan

kualitas proses pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 2 Matangaji melalui

penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Definisi Operasional

1. Hasil belajar siswa yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa terdiri dari

kognitif dan kinerja pada saat mengikuti proses pembelajaran. Dalam

penelitian ini aspek yang akan diteliti yaitu ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa. Aspek Kognitif berupa pemahaman siswa memahami,

menjelaskan fakta serta kemampuan untuk dapat menghubungkan

konsep-konsep yang sudah dipelajari yang diukur dengan menggunakan

tes setiap akhir pembelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

Aspek afektif dan psikomotor dilihat dalam bentuk kinerja siswa dan

diukur dengan menggunakan observasi. Kinerja siswa yang dilihat adalah

siswa melakukan pengamatan, merangkai media, melakukan percobaan

dan menginterpretasikan apa yang sudah diperoleh dalam proses

pembelajaran. Hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai

ulangan harian siswa yaitu nilai post test.

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan

yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata siswa kemudian

siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan

kehidupan mereka sehari-hari. Tahapan CTL yang dilaksanakan

melibatkan 7 komponen utama pembelajaran yaitu konstruktivisme

(constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan

penilaian sebenarnya (authentic assesment).

3. Respon siswa dapat diartikan sebagai pendapat siswa mengenai kegiatan

(18)

8

terhadap pembelajaran dilakukan dengan cara penyebaran angket untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL). Angket tersebut

berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan pendekatan

CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara

memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS)

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan prediksi atau dugaan terhadap hasil penelitian

(McMillan, 2008:44). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2006:71) dan

Sudjana (2009:12) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara

tehadap permasalahan penelitian. Hipotesis tindakan penelitian ini adalah: “Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang konsep tanah longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and

(19)

34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach) dengan alasan bahwa penelitian

ini menyangkut masalah praktek pembelajaran di kelas. Menurut Hermawan

et al, (2007:79) “Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan

tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran di kelas secara professional”.

Sementara itu Romiati (2006:25) mengatakan bahwa “Penelitian

Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat dengan

melaksanakan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa didik”. Hal

tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasbolah (1997/1998:13)

bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan

oleh guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Peneliti dan subjek yang diteliti dalam PTK bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan

praktek pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk

kajian yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktek-praktek

pembagian di kelas secara lebih profesional (Kemmis dalam Hopkins, 1993 :

44, Suyanto, 1997 : 4).

Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Barg

(Suyanto, 1997 : 8) bahwa penelitian ini bertujuan mengembangkan

keterampilan-keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan

pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya. Sebagai bentuk penelitian

(20)

35

memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara

lebih profesional. Secara lebih terinci Arikunto (2006 : 61) menjelaskan :

Tujuan penelitian tindakan kelas antara lain: (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (2) Membantu guru dan tenaga kependididikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap kegiatan

yang pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang (siklus). Keempat tahap

kegiatan itu adalah : (1) perencanaan (planning); (2) tahap pelaksanaan

tindakan (action); (3) tahap pengamatan (observation); dan (4) tahap refleksi

(reflection). Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar

yang akan disampaikan kepada siswa

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Menyiapkan alat bantu mengajar/ media yang diperlukan dalam

pembelajaran.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa

e. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam siklus PTK berupa

format observasi dan angket

f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengetahui peningkatan

(21)

36

2. Tahap Pelaksanaan (Action)

Tahap kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan yang dilakukan di kelas.

a. Melaksanakan langkah-langkah tindakan sesuai dengan yang sudah

direncanakan mengenai materi tanah longsor yang mengacu kepada

RPP yang telah disusun sebelumnya, yaitu terdiri dari kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

b. Menerapkan pendekatan CTL (anak diusahakan untuk bertanya dan

menemukan jawabannya sendiri)

c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan

sesuai rencana

d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan

yang dilaksanakan

e. Di akhir pembelajaran dilaksanakan tes untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa

3. Tahap Pengamatan (Observation)

Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam

waktu yang bersamaan. Sambil melaksanakan tindakan, peneliti

mengamati dan mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar

memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

Pada tahap ini kegiatan inti yang dilakuan peneliti adalah

menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul

data yang telah disiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan

masukan yang didapat selama kegiatan tindakan yang berlangsung dalam

upaya untuk memodifikasi dan merencanakan kembali

tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi (Reflection)

Pada tahapan ini peneliti melakukan analisis data yang berhasil

dikumpulkan melalui pedoman observasi, hasil tes siswa dan hasil

(22)

37

dijadikan sebagai bahan rujukan untuk menentukan perencanaan

perbaikan pada siklus selanjutnya.

Refleksi dalam PTK ini mencakup analisis, sintesis, interpretasi,

eksplanasi dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang

dilakukan terhadap pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA tentang

materi pokok tanah longsor. Jika terdapat masalah dari proses refleksi ini

maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.

Dan untuk lebih lengkapnya prosedur penelitian yang penulis

lakukan pada penerapan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam

pembelajaran IPA ini dapat digambarkan desain penelitannya yang diadaptasi

dari model penelitian tindakan menurut Kemmis & Taggart sebagaimana

berikut ini:

Gambar 3.1 Model spiral dari Kemmis & Taggart (Agustiani, 2010) Perencanaan

Refleksi I Observasi Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS I

SIKLUS II

(23)

38

dijadikan lokasi tempat penelitian ini, karena didorong oleh hal-hal

berikut ini:

a. Tidak sulit dalam melakukan perijinan.

b. Pihak sekolah memberikan respon yang positif terhadap

penelitian yang akan peneliti lakukan.

c. Masih adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh guru sebagai

pengajar yang berkaitan dengan jalannya proses pembelajaran di

kelas IV, terutama mata pelajaran IPA.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

siswa kelas IV SDN 2 Matangaji Kecamatan Sumber Kabupaten

Cirebon, tahun pelajaran 2012/2013 dengan banyaknya siswa yang

dijadikan subjek penelitian sebanyak 36 orang, terdiri dari siswa

laki-laki 15 orang dan perempuan 21 orang. Kelas ini dipilih sebagai

tempat melakukan penelitian karena menurut Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) materi mengenai tanah longsor diberikan

di kelas IV.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat objektif dalam

pengumpulan data, diperlukan adanya alat yang tepat untuk menunjang

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, sehingga masalah yang diteliti

akan terefleksi dengan baik.

Adapun instrumen penilaian atau alat penilaian yang akan

(24)

39

1. Instrumen pembelajaran :

a) RPP

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran

mata pelajaran per unit yang akan diterapkan oleh guru dalam

pembelajaran di kelas. Masing-masing RPP berisi standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. RPP

disusun berdasarkan langkah-langkah dalam pendekatan

Contextual Teaching and Learning yang pada setiap tahapnya akan memunculkan aktivitas siswa.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil proses belajar mengajar.

2. Instrumen pengumpulan data :

a. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu :

(1) tes yang dilakukan di akhir pelajaran (post test) pada setiap

siklus untuk melihat tingkat hasil belajar siswa terhadap materi

pelajaran. (2) Lembar kerja siswa (LKS), digunakan selama

pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan CTL

untuk membentuk pemahaman siswa terhadap materi dan aspek

CTL. Selain itu LKS memberikan pengalaman langsung berupa

langkah-langkah dalam melakukan sebuah kegiatan percobaan

sehingga menarik untuk diikuti oleh siswa. Guru dan observer akan

lebih mudah mengobservasi dan menilai aspek Contextual

Teaching and Learning (CTL) apa saja yang sudah di pahami oleh siswa dalam kelompoknya karena siswa melakukan serangkaian

(25)

40

b. Instrumen Non Tes

(i) Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan bagi observer dalam

mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian.

Lembar observasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi

guru dan siswa . Lembar observasi digunakan untuk memperoleh

data tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran

berlangsung serta untuk memperoleh data sikap siswa dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.

(ii) Angket Siswa

Angket ialah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab

oleh subjek yang digunakan untuk merubah berbagai keterangan

yang langsung diberikan oleh subjek menjadi data (Tabrani, R.

1993:65). Angket disajikan bertujuan untuk mengetahui respon

siswa terhadap penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam angket berupa pertanyaan yang memuat

empat alternatif jawaban yaitu: S (setuju), TS (tidak setuju), STS

(sangat tidak setuju), SS (sangat setuju). Prosedur yang penulis

lakukan dalam penyusunan angket adalah dengan berpatokan pada

perumusan masalah, dimana melalui rumusan masalah penulis

dapat melihat gambaran kegiatan yang akan dilakukan. Adapun

dalam pelaksanaannya, angket diberikan pada akhir siklus

pembelajaran.

(iii)Catatan lapangan

Melalui catatan lapangan yang dilakukan observer dan guru

sendiri yang melaksanakan tindakan pembelajaran akan terungkap

hal-hal yang luput dari pengamatan melalui observasi tentang

penerapan model CTL (Contextual Teaching and Learning) ini.

(26)

41

terjadi di luar rencana atau diluar pedoman langkah-langkah

pembelajaran model CTL yang perlu disesuaikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga

hasilnya dapat dijadikan bahan untuk analisis. Data dalam penelitian ini

memberikan gambaran mengenai aktivitas siswa dan ketuntasan belajarnya.

Adapun teknik pengumpulan data dijabarkan sebagai berikut:

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan adalah dari sumber primer yaitu

siswa dan guru. Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan

kelas antara lain:

a. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari serentetan tes yang diberikan pada

setiap pertemuan dan diberikan pada akhir proses pembelajaran untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap pemahaman konsep

yang telah dipelajari. Bentuk tes yang diberikan berbentuk uraian atau

essai yaitu bentuk tes yang bertujuan supaya dapat mengembangkan

cara berpikir siswa.

b. Data Hasil Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk

menganalisis aktivitas guru dan siswa baik secara keseluruhan

maupun aktivitas siswa dalam kelompok selama pembelajaran.

c. Data Hasil Angket

Angket siswa diberikan ketika semua siklus telah dilaksanakan.

Angket digunakan untuk mengetahui respon dari siswa ketika setelah

selesai pembelajaran dengan penerapan Contextual Teaching and

learning (CTL).

d. Catatan Lapangan

Alat ini untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi selama

(27)

42

misalnya perilaku spesifik yang dapat menjadi petunjuk untuk

langkah berikutnya. Catatan kualitatif juga dapat dipakai untuk

menunjukkan kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau

negatif.

e. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

2. Cara Pengambilan Data

Langkah-langkah dalam Pengumpulan data dilakukan pada setiap

aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan tindakan penelitian

yang dilakukan. Secara garis besar cara pengambilan datanya antara lain:

a. Studi pendahuluan hingga teridentifikasi permasalahan.

b. Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakan pembelajaran

siklus I.

c. Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakan pembelajaran

siklus II.

d. Observasi proses belajar mengajar berdasarkan kategori pengamatan

yang telah di tetapkan pada setiap siklus.

e. Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II.

f. Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa, tentang pokok bahasan

tanah longsor dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir.

g. Menganalisis sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dari

angket siswa.

F. Analisis Data

Nasution (1996:126) menyatakan analisis data adalah suatu proses

penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Penyusunan data berarti

menggolongkan dalam pola, tema dan kategori. Sedangkan menurut

Sugiyono (2005:89) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

(28)

43

menjabarkan ke dalam unit-unit kemudian mensintesa, menyusun ke dalam

pola dan memilih mana yang penting dan yang akan diajarkan dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami.

1. Pengolahan Data Hasil Tes

Pada tahap ini data jawaban tes siswa yang terkumpul kemudian

dianalisis dengan diberi skor, kemudian dilihat tingkat penguasaan siswa

dalam memahami pelajaran IPA pada pokok bahasan tanah longsor

dengan pendekatan kontekstual. Untuk menghitung persentase hasil

belajar siswa secara keseluruhan terlebih dahulu mencari rata-rata tingkat

penguasaan setiap siswa digunakan perhitungan sebagai berikut:

Rumus menghitung nilai siswa :

Nilai =

x 100

Keterangan :

N = Nilai

Dengan kategori hasil belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kategori Hasil Belajar Siswa

Nilai Kategori Peningkatan Hasil Belajar

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

1-20 Kurang sekali

Sedangkan untuk menentukan rata-rata dari nilai siswa, maka

(29)

44

Rumus menghitung rata-rata nilai siswa :

X =

Keterangan :

X = Rata-Rata hitung

x = Nilai

N = Banyaknya data

Dikutip dari Nurkancana dan Sumartana (1983) dalam Nurferi S (2010:55)

Keberhasilan PTK ini dapat diketahui dari persentase ketuntasan belajar

siswa pada setiap siklus. Persentase siswa yang mencapai KKM pada setiap siklus

dibandingkan dengan persentase perolehan KKM sebelumnya. Penelitian

Tindakan Kelas dikatakan berhasil apabila siswa yang mencapai KKM mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan pra siklus atau siklus sebelumnya dan

memenuhi persentase tingkat keberhasilan ketuntasan belajar. Adapun cara

menghitung persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebagai berikut :

% Siswa yang mencapai KKM = x 100%

Keterangan :

% Siswa yang mencapai KKM = Ketuntasan belajar

= Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65

N = Jumlah siswa

Untuk menentukan ketercapaian hasil belajar semua siswa dalam satu

kelas dihitung dengan cara mencari rata-rata skor siswa dan IPK dengan rumus

sebagai berikut: IPK =

x 100 Keterangan :

IPK = Indeks prestasi kelompok M = Rata-rata skor

(30)

45

Dikutip dari Nurkancana & Sumartana (1983 : 111)

Setelah Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dihitung, maka hasil IPK tersebut

dikonversikan dalam bentuk katagori penafsiran IPK pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3

Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi IPK (%) Kriteria

0-30 Sangat Rendah

31-54 Rendah

55-74 Normal

75-89 Tinggi

90-100 Sangat tinggi

Dikutip dari Nurkancana & Sumartana (1983 : 111)

Sedangkan untuk menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus,

dengan mengadaptasi rumus menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)

<g> =

Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikategorikan kedalam tiga

kategori yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi

(<g>) > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang

(31)

46

2. Pengolahan data hasil Observasi

Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda

centang (√ ) pada kolom skala nilai. Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi

dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi

Skor KATEGORI

4 Baik Sekali

3 Baik

2 Cukup

1 Kurang

(Sudjana, 2006: 77-78)

Setelah itu semua nilai dihitung dengan rumus :

Persentase Rata-rata =

x 100%

Selanjutnya nilai dikonversikan pada skala nilai dengan rentang seratus

untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran dengan ketentuan sebagai

berikut:

Tabel 3.6 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran

Nilai Keterangan

10-29 Sangat Kurang

30-49 Kurang

50-69 Cukup Baik

70-89 Baik

90-100 Baik Sekali

(32)

47

Analisis Data Observasi Kemampuan Afektif dan Psikomotor

Data tersebut dianalisis dengan menghitung indeks prestasi kelompok (IPK)

dengan menggunakan rumus :

IPK = Indeks prestasi kelompok M = Mean atau nilai rata-rata SMI = Skor maksimal ideal

Kemudian menentukan kategori pada table di bawah ini ; Tabel 3.7

Angket berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan

pendekatan CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan

dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS). Data angket

respon siswa diolah dengan cara mengkalasifikasikan tanggapan siswa yang

terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat

Tidak setuju (STS). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase.

X =

x 100%

(33)

48

X = Jumlah Presentase Hasil Angket

Tabel 3.8 Persentase Jawaban Angket Siswa

Persentase Kategori

0% Tidak seorangpun

1%-24% Sebagian kecil

25% - 49 % Hampir setengahnya

59% Setengahnya

51%-74% Sebagian besar

75%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, serta analisis dan

pembahasan data penelitian tentang pembelajaran IPA di SD dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok

bahasan tanah longsor, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan aktivitas siswa dan sikap rasa ingin tahu siswa melalui

kegiatan-kegiatan tanya jawab, dan diskusi kelompok. Siswa lebih aktif

belajar dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) juga memudahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas

dengan kehidupan sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap

pelajaran IPA. Bila pada dasarnya guru yang akan aktif dalam menyampaikan

materi ajar, maka dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) ini guru akan lebih berperan sebagai mederator dan fasilitator.

2. Hasil belajar pada pembelajaran IPA tentang materi tanah longsor setelah

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Terlihat pada siklus I rata-rata

kelas mencapai 63,05 dan siswa yang mencapai KKM 44,44%. Pada siklus II

rata-rata kelas mencapai 76,9 dan siswa yang mencapai KKM 83,33%.

3. Pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning mendapat respon positif dari

siswa. hal ini ditunjukkan dengan hasil angket yang keseluruhan jawaban

responden merasa senang dengan pembelajaran IPA dengan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning. Dari hasil angket yang

(35)

111

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan CTL. Sedangkan

sisanya yaitu sebesar 5,9% menyatakan tidak suka dengan menggunakan

pendekatan CTL.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas berupa implementasi

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil

belajar IPA, terangkumlah beberapa saran dari siswa, observer, dan guru/peneliti.

Rekomendasi pada penelitian ini diantaranya adalah :

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebaiknya dilakukan juga pada materi-materi tertentu yang memerlukan situasi nyata di lingkungan sekitar siswa agar

siswa dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata serta dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.

2. Dalam pembelajaran, guru senantiasa menerapkan dan mengembangkan

berbagai pendekatan/ model pembelajaran agar dapat memotivasi siswa untuk

melakukan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Salah

satunya adalah dengan pendekatan CTL ini agar proses belajar mengajar lebih

hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi alternative

strategi belajar yang baru. Karena melalui CTL, siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”.

4. Pendekatan CTL memerlukan waktu yang panjang dalam proses

pembelajarannya karena ada 7 komponen utama yang harus dilakukan, oleh

sebab itu kita harus dapat memanfaatkan waktu yang tersedia seefisien

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), (2006). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2007). Model Silabus Sekolah Dasar Kelas IV (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn, PS, Matematika, IPA). Jakarta: Grasindo

Hermawan, Ruswandi dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas Malang. Depdikbud. Dirjen Dikti Pelatihan Proyek PGSD

Kesuma, Dharma, dkk. (2010). Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM.Garut : RAHAYASA Research and Training.

Kurniasih. (2010). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar.Bandung : Percikan Ilmu.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban.Jakarta : Grasindo.

Nurkancana, W. dan P.P.N. Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Rahadi, Aristo. (2003). Media Pembelajaran.Bandung : Depdiknas.

Rositawaty, S dan Aris Muharam. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD/MI.Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

(37)

113

Nur Inayah, 2013

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sumantri, M. dan Permana, J. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud-Dikti.

Susilana, R. et all (2006) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Uyu, Ade, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press

Wahyuni, Indri. (2009). Upaya Peningkatan Efektifitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan CTL. Skripsi PGSD UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosdakarya.

Gambar

Gambar 3.1 Model spiral dari Kemmis & Taggart (Agustiani, 2010)
Tabel 3.1 Kategori Hasil Belajar Siswa
Tabel 3.3  Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi
Tabel 3.5 Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kesimpulan yang dibuat adalah pengunaan AC sentral yang tidak terawat dengan baik dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri legionella dan menyebabkan keluhan kesehatan

menyelesaikan studi Pascasarjana S2 di Program Magister Ilmu Lingkungan di. Universitas Diponegoro

Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (Tsts) Berbantuan Simulasi Komputer Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls.. Universitas Pendidikan

Pengajuan/Usulan dari Kopertais untuk Dosen Swasta, sedangkan Dosen Negeri diusulkan oleh Lembaga PTKIN terkait. • Data Dosen (yang mengajukan KP) dapat diinput sendiri oleh Dosen

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Model pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara

Dengan asumsi setiap TKI yang ditempatkan membuka usaha, tingkat pengangguran di Sumatera Utara tahun 2008 berkurang sebesar 20,53%; usaha TKI Puma berperan