UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI
TANAH LONGSOR
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Matangaji Semester II Tahun ajaran 2011/ 2012)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
NUR INAYAH
0604597
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI
TANAH LONGSOR
Oleh
NUR INAYAH
0604597
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nur Inayah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI
TANAH LONGSOR
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Matangaji Semester II Tahun ajaran 2011/ 2012)
Oleh :
NUR INAYAH 0604597
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Drs. Dede Somarya, M.Pd.
NIP.19580305 198403 1 002
Pembimbing II
Drs. Nana Djumhana, M.Pd.
NIP.19590508 198403 1 002
Mengetahui,
Dr. H. Babang Robandi, M.Pd
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN IPA DALAM MATERI TANAH LONGSOR
Oleh: NUR INAYAH
0604597 ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal yang dilaksanakan di SDN 2 Matangaji bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA masih rendah. Hasil belajar siswa kelas IV pada pelajara IPA, 65,1% mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi tanah longsor dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, lembar observasi guru dan siswa, lembar observasi afektif (rasa ingin tahu) serta lembar psikomotorik. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Matangaji yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai rata rata pada siklus I sebesar 63,05 dan siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebesar 44,4%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa bertambah menjadi 76,9 dengan ketuntasan belajar sebesar 83,3 %.
Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching And Learning, Hasil Belajar Siswa.
Abstract: This research is motivated by the results of preliminary observations
conducted at SDN 2 Matangaji that student learning outcomes in science learning is still low . Fourth grade student learning outcomes in science subject is , 65.1 % scored below a predetermined KKM is 65 . To resolve this problem do the research to improve student learning outcomes in science learning materials by applying the approach landslide Contextual Teaching And Learning ( CTL ) . The research method used was action research ( PTK ) . The instrument used in this study was a test , the teacher and student observation sheet , observation sheets affective ( curiosity ) and psychomotor sheet . The research was conducted by 2 cycles . At each cycle consisting of planning , implementation , observation , and reflection . Subjects were fourth grade students of SDN 2 Matangaji which consisted of 21 male students and 15 female students . The results showed that an increase in student learning outcomes by applying the approach Contextual Teaching And Learning ( CTL ) . Improved learning outcomes can be seen from the average value in the first cycle of 63.05 and students who achieve KKM on the first cycle of 44.4 % , and the second cycle students' average score increased to 76.9 with a passing grade of 83 , 3 % .
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 7
F. Hipotesis Tindakan ... 8
BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9
vii
C. Penererapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
pembelajaran IPA di SD…………. ... 25
D. Hasil Belajar ... 27
E. Materi Tanah Longsor ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34
B. Prosedur Penelitian ... 35
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38
D. Instrumen Penelitian ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
B. Pembahasan ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 110
B. Rekomendasi ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan
Pembelajaran Tradisional ... 21
Tabel 2.2 Ranah Afektif dan Kata Kerja Operasionalnya... 30
Tabel 2.3 Ranah Psikomotor dan Kata Kerja Operasionalnya ... 31
Tabel 3.1 Kategori Hasil Belajar Siswa ... 44
Tabel 3.2 Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi ... 46
Tabel 3.3 Penskoran tiap Butir Lembar Observasi ... 46
Tabel 3.4 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran... 47
Tabel 3.5 Kategori Tafsiran IPK ... 47
Tabel 3.6 Persentase Jawaban Angket Siswa ... 48
Tabel 4.1 Hasil Belajar Post Test siklus I ... 48
Tabel 4.2 Kriteria ketuntasan belajar ... 58
Tabel 4.3 Rata-rata nilai post test siklus I ... 58
Tabel 4.4 Hasil Kerja Kelompok (LKS) Siklus ke-I ... 59
Tabel 4.5 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Afektif ... 60
Tabel 4.6 Skor Afektif Siklus I ... 61
Tabel 4.7 Kriteria IPK ... 62
Tabel 4.8 Skor Psikomotorik Siklus I ... 62
Tabel 4.9 Hasil Belajar Post Test siklus II ... 72
Tabel 4.10. Rata-rata nilai siklus II ... 74
ix
Tabel 4.12 Skor Afektif Siklus II ... 75
Tabel 4.13 Skor Psikomotorik Siklus II ... 76
Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 80
Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 83
Tabel 4.16 Hasil Nilai Observasi Guru Setiap Siklus ... 85
Tabel 4.17 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 86
Tabel 4.18 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 88
Tabel 4.19 Hasil Nilai Observasi Siswa Setiap Siklus ... 90
Tabel 4.20 Tabel peningkatan nilai rata- rata siklus I dan II ... 90
Tabel 4.21 Kategori Tafsiran IPK Pemahaman siswa terhadap materi ... 92
Tabel 4.22 Presentasi Skor Afektif pada Siklus I dan II ... 93
Tabel 4.23 Presentase Indikator Aspek Afektif ... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis & Taggart... 37
Gambar 4.1. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 58
Gambar 4.2. Nilai Rata-rata Post Test Siswa pada Siklus I ... 59
Gambar 4.3. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 73
Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Post Test Siswa pada Siklus II ... 74
Gambar 4.5 Indeks Keterlaksanaan Kinerja Guru Siklus I ... 82
Gambar 4.6 Indeks Keterlaksanaan Kinerja Guru Siklus II ... 84
Gambar 4.7 Indeks Keterlaksanaan Aktivitas Siswa siklus I ... 87
Gambar 4.8 Indeks Keterlaksanaan Aktivitas Siswa siklus II ... 89
Gambar 4.9 Peningkatan nilai rata-rata hasil post test ... 91
Gambar 4.10 Ketuntasan Belajar Siklus I dan II... 92
Gambar 4.11 Nilai IPK ... 93
Gambar 4.12 Profil Aspek Afektif Siswa ... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang
Standar Proses, dinyatakan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
pada kurikulum Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006, Mata
pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai seperangkat fakta–fakta yang harus dihafal. Sehingga hasil
pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta.
Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap
materi yang diterimanya tetapi pada kenyataannya mereka sering kali tidak
memahami secara mendalam substansi materinya.
Orientasi pendidikan selama ini cenderung menitikberatkan pada
penguasaan materi semata yang terbukti keberhasilan hanya terjadi pada
kompetensi jangka pendek tetapi gagal membekali anak dalam memecahkan
2
pembelajaran IPA yang selama ini diterapkan kurang mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan juga belum secara optimal
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan observasi awal selama di kelas tempat penelitian, kerja guru
dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa tidak optimal. Kondisi di lapangan
menunjukkan terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA di SDN 2
Matangaji antara lain:
1. pembelajaran IPA di SDN 2 Matangaji masih berpusat pada guru dengan
menggunakan model klasikal dan kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajarannya.
2. Guru di SDN 2 Matangaji dalam menyampaikan pembelajaran IPA sering
tidak menyenangkan dan tidak menarik bagi siswa, pembelajaran IPA hanya
diajarkan satu arah oleh guru (ceramah) yang hanya mentransfer
konsep-konsep yang diketahui guru tanpa mengembangkan keterampilan proses dan
sikap ilmiah siswa.
3. Ketika guru menjelaskan, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
karena siswa bingung, tidak tahu apa yang sedang mereka pelajari sehingga
mereka bergurau, mengobrol dengan teman-temannya.
4. Selain itu guru selalu menyuruh siswa untuk mengisi lembar kerja siswa
(LKS) yang isinya hanya terdiri dari kumpulan soal-soal dan bukan berisi
petunjuk pelaksanaan sebuah kegiatan serta tidak menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
5. Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari IPA secara keseluruhan karena
konsep-konsep IPA yang disampaikan secara abstrak, kelemahan seperti ini
menyebabkan siswa menjadi verbalistik.
Hasil belajar pada mata pelajaran IPA masih belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada awal tahun ajaran. Dengan
jumlah siswa sebanyak 36 siswa yang terdiri dari 21 siswa putra dan 15 siswa
3
65,1% siswa mendapatkan nilai di bawah 65. Nilai yang diperoleh siswa berkisar
antara 20-80 dengan nilai rata-rata 50. Hal ini dirasa sangat tidak memuaskan
karena hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan jika melihat standar KKM
IPA di sekolah SDN 2 Matangaji adalah 65.
Dari kenyataan tersebut terlihat bahwa pembelajaran kurang
memberdayakan siswa, sehingga aktivitas guru lebih dominan dibandingkan
dengan siswa. Hal ini bertentangan dengan prinsip KTSP yaitu kegiatan berpusat
pada siswa, belajar melalui berbuat, mengembangkan kecerdasan intelektual,
emosional, spiritual, dan sosial, belajar sepanjang hayat, belajar mandiri dan
belajar bekerjasama (Muslich, 2008: 48). Apabila proses belajar yang
membosankan dengan metode ceramah dan latihan soal dilakukan terus menerus,
maka kemungkinan besar banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran IPA
(Trianto, 2007 : 108). Pembelajaran IPA yang membosankan, membuat tidak
disenangi yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang tidak
memuaskan.
Hasil belajar terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
sehingga dalam pembelajaran ketiga aspek harus terpenuhi bukan hanya salah satu
aspek saja. Ketiga aspek tersebut dapat dipenuhi apabila siswa aktif dalam
pembelajaran. Siswa akan belajar aktif dalam kegiatan belajar apabila ada
motivasi, selain itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus menarik, dan
menyenangkan (Muslich,2008: 67).
Dalam buku “Model-model pembelajaran inovatif berorientasi
konstruktivistik” Trianto (2007 : 104) berpendapat :
4
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali
memikirkan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak „mengalami‟ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga diperlukan konsepsi
pembelajaran yang baru yang bisa menghadirkan situasi belajar yang bermakna
bagi siswa. Dan itu akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya untuk
menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
Pendekatan kontekstual (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang
karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pembelajaran kontekstual merupakan
suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan hasil pembelajaran
lebih bermakna bagi siswa.
Mengapa memilih Contextual Teaching and Learning? Kusnandar (2007)
menjabarkan tentang dipilihnya pembelajaran kontektual sebagai pembelajaran
yang dianggap mampu menciptakan siswa produktif dan inovatif adalah dengan
alasan sebagai berikut : (a) sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal.
Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian
ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar “baru”yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah
strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka
sendiri. (b) Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi
alternative strategi belajar yang baru. Melalui CTL, siswa diharapkan belajar
melalui “mengalami” bukan “menghapal”.
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang menekankan pentingnya menghadirkan lingkungan alamiah dalam proses
5
sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan
yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan
kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu siswa dilatih untuk
dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam bentuk simulasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu kiranya ada perubahan
dalam pembelajaran IPA di SD agar pembelajaran dapat lebih bermakna,
bermanfaat dan dapat direalisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan
pada penerapan model pembelajaran CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan judul penelitian: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan
Menerapkan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Mata
Pelajaran IPA Dalam Materi Tanah Longsor”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
tentang konsep tanah longsor?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang materi tanah
longsor setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)?
3. Bagaimana respon siswa tentang pembelajaran IPA pada materi tanah longsor
setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang
ingin dicapai Antara lain :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA kelas IV pada materi tanah
6
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi tanah
longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning
(CTL).
3. Untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran IPA pada materi tanah
longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL).
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
peserta didik serta sekolah. Berikut adalah manfaat yang diharapan untuk
masing-masing elemen pendidikan tersebut.
1. Manfaat Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
penulis dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
b. Memberi pengalaman baru serta menjadikan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) sebagai alternatif bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2. Manfaat Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam proses
pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 2 Matangaji melalui penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajaran IPA.
3. Manfaat Bagi Guru
1. Mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran siswa
2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi guru dalam
7
4. .Manfaat Bagi Sekolah
a. Memberikan motivasi bagi guru-guru lain dalam rangka meningkatkan
kualitas proses pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 2 Matangaji melalui
penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
E. Definisi Operasional
1. Hasil belajar siswa yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa terdiri dari
kognitif dan kinerja pada saat mengikuti proses pembelajaran. Dalam
penelitian ini aspek yang akan diteliti yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa. Aspek Kognitif berupa pemahaman siswa memahami,
menjelaskan fakta serta kemampuan untuk dapat menghubungkan
konsep-konsep yang sudah dipelajari yang diukur dengan menggunakan
tes setiap akhir pembelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.
Aspek afektif dan psikomotor dilihat dalam bentuk kinerja siswa dan
diukur dengan menggunakan observasi. Kinerja siswa yang dilihat adalah
siswa melakukan pengamatan, merangkai media, melakukan percobaan
dan menginterpretasikan apa yang sudah diperoleh dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai
ulangan harian siswa yaitu nilai post test.
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan
yang mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata siswa kemudian
siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan
kehidupan mereka sehari-hari. Tahapan CTL yang dilaksanakan
melibatkan 7 komponen utama pembelajaran yaitu konstruktivisme
(constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assesment).
3. Respon siswa dapat diartikan sebagai pendapat siswa mengenai kegiatan
8
terhadap pembelajaran dilakukan dengan cara penyebaran angket untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL). Angket tersebut
berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan pendekatan
CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara
memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS)
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan prediksi atau dugaan terhadap hasil penelitian
(McMillan, 2008:44). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2006:71) dan
Sudjana (2009:12) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
tehadap permasalahan penelitian. Hipotesis tindakan penelitian ini adalah: “Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang konsep tanah longsor setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach) dengan alasan bahwa penelitian
ini menyangkut masalah praktek pembelajaran di kelas. Menurut Hermawan
et al, (2007:79) “Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara professional”.
Sementara itu Romiati (2006:25) mengatakan bahwa “Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat dengan
melaksanakan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa didik”. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kasbolah (1997/1998:13)
bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya yang dilakukan
oleh guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Peneliti dan subjek yang diteliti dalam PTK bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan
praktek pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk
kajian yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktek-praktek
pembagian di kelas secara lebih profesional (Kemmis dalam Hopkins, 1993 :
44, Suyanto, 1997 : 4).
Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Barg
(Suyanto, 1997 : 8) bahwa penelitian ini bertujuan mengembangkan
keterampilan-keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan
pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya. Sebagai bentuk penelitian
35
memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara
lebih profesional. Secara lebih terinci Arikunto (2006 : 61) menjelaskan :
Tujuan penelitian tindakan kelas antara lain: (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (2) Membantu guru dan tenaga kependididikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap kegiatan
yang pelaksanaanya dilakukan secara berulang-ulang (siklus). Keempat tahap
kegiatan itu adalah : (1) perencanaan (planning); (2) tahap pelaksanaan
tindakan (action); (3) tahap pengamatan (observation); dan (4) tahap refleksi
(reflection). Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Menyiapkan alat bantu mengajar/ media yang diperlukan dalam
pembelajaran.
d. Membuat Lembar Kerja Siswa
e. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam siklus PTK berupa
format observasi dan angket
f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran untuk mengetahui peningkatan
36
2. Tahap Pelaksanaan (Action)
Tahap kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang dilakukan di kelas.
a. Melaksanakan langkah-langkah tindakan sesuai dengan yang sudah
direncanakan mengenai materi tanah longsor yang mengacu kepada
RPP yang telah disusun sebelumnya, yaitu terdiri dari kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
b. Menerapkan pendekatan CTL (anak diusahakan untuk bertanya dan
menemukan jawabannya sendiri)
c. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan
sesuai rencana
d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan
yang dilaksanakan
e. Di akhir pembelajaran dilaksanakan tes untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa
3. Tahap Pengamatan (Observation)
Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam
waktu yang bersamaan. Sambil melaksanakan tindakan, peneliti
mengamati dan mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar
memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Pada tahap ini kegiatan inti yang dilakuan peneliti adalah
menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul
data yang telah disiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan
masukan yang didapat selama kegiatan tindakan yang berlangsung dalam
upaya untuk memodifikasi dan merencanakan kembali
tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Tahap Refleksi (Reflection)
Pada tahapan ini peneliti melakukan analisis data yang berhasil
dikumpulkan melalui pedoman observasi, hasil tes siswa dan hasil
37
dijadikan sebagai bahan rujukan untuk menentukan perencanaan
perbaikan pada siklus selanjutnya.
Refleksi dalam PTK ini mencakup analisis, sintesis, interpretasi,
eksplanasi dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan terhadap pendekatan CTL dalam pembelajaran IPA tentang
materi pokok tanah longsor. Jika terdapat masalah dari proses refleksi ini
maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.
Dan untuk lebih lengkapnya prosedur penelitian yang penulis
lakukan pada penerapan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam
pembelajaran IPA ini dapat digambarkan desain penelitannya yang diadaptasi
dari model penelitian tindakan menurut Kemmis & Taggart sebagaimana
berikut ini:
Gambar 3.1 Model spiral dari Kemmis & Taggart (Agustiani, 2010) Perencanaan
Refleksi I Observasi Pelaksanaan
Perencanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
38
dijadikan lokasi tempat penelitian ini, karena didorong oleh hal-hal
berikut ini:
a. Tidak sulit dalam melakukan perijinan.
b. Pihak sekolah memberikan respon yang positif terhadap
penelitian yang akan peneliti lakukan.
c. Masih adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh guru sebagai
pengajar yang berkaitan dengan jalannya proses pembelajaran di
kelas IV, terutama mata pelajaran IPA.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas IV SDN 2 Matangaji Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon, tahun pelajaran 2012/2013 dengan banyaknya siswa yang
dijadikan subjek penelitian sebanyak 36 orang, terdiri dari siswa
laki-laki 15 orang dan perempuan 21 orang. Kelas ini dipilih sebagai
tempat melakukan penelitian karena menurut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) materi mengenai tanah longsor diberikan
di kelas IV.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat objektif dalam
pengumpulan data, diperlukan adanya alat yang tepat untuk menunjang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, sehingga masalah yang diteliti
akan terefleksi dengan baik.
Adapun instrumen penilaian atau alat penilaian yang akan
39
1. Instrumen pembelajaran :
a) RPP
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran di kelas. Masing-masing RPP berisi standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. RPP
disusun berdasarkan langkah-langkah dalam pendekatan
Contextual Teaching and Learning yang pada setiap tahapnya akan memunculkan aktivitas siswa.
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kegiatan dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil proses belajar mengajar.
2. Instrumen pengumpulan data :
a. Instrumen Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yaitu :
(1) tes yang dilakukan di akhir pelajaran (post test) pada setiap
siklus untuk melihat tingkat hasil belajar siswa terhadap materi
pelajaran. (2) Lembar kerja siswa (LKS), digunakan selama
pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan CTL
untuk membentuk pemahaman siswa terhadap materi dan aspek
CTL. Selain itu LKS memberikan pengalaman langsung berupa
langkah-langkah dalam melakukan sebuah kegiatan percobaan
sehingga menarik untuk diikuti oleh siswa. Guru dan observer akan
lebih mudah mengobservasi dan menilai aspek Contextual
Teaching and Learning (CTL) apa saja yang sudah di pahami oleh siswa dalam kelompoknya karena siswa melakukan serangkaian
40
b. Instrumen Non Tes
(i) Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan panduan bagi observer dalam
mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian.
Lembar observasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi
guru dan siswa . Lembar observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung serta untuk memperoleh data sikap siswa dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.
(ii) Angket Siswa
Angket ialah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab
oleh subjek yang digunakan untuk merubah berbagai keterangan
yang langsung diberikan oleh subjek menjadi data (Tabrani, R.
1993:65). Angket disajikan bertujuan untuk mengetahui respon
siswa terhadap penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam angket berupa pertanyaan yang memuat
empat alternatif jawaban yaitu: S (setuju), TS (tidak setuju), STS
(sangat tidak setuju), SS (sangat setuju). Prosedur yang penulis
lakukan dalam penyusunan angket adalah dengan berpatokan pada
perumusan masalah, dimana melalui rumusan masalah penulis
dapat melihat gambaran kegiatan yang akan dilakukan. Adapun
dalam pelaksanaannya, angket diberikan pada akhir siklus
pembelajaran.
(iii)Catatan lapangan
Melalui catatan lapangan yang dilakukan observer dan guru
sendiri yang melaksanakan tindakan pembelajaran akan terungkap
hal-hal yang luput dari pengamatan melalui observasi tentang
penerapan model CTL (Contextual Teaching and Learning) ini.
41
terjadi di luar rencana atau diluar pedoman langkah-langkah
pembelajaran model CTL yang perlu disesuaikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga
hasilnya dapat dijadikan bahan untuk analisis. Data dalam penelitian ini
memberikan gambaran mengenai aktivitas siswa dan ketuntasan belajarnya.
Adapun teknik pengumpulan data dijabarkan sebagai berikut:
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan adalah dari sumber primer yaitu
siswa dan guru. Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan
kelas antara lain:
a. Data Hasil Belajar
Data hasil belajar diperoleh dari serentetan tes yang diberikan pada
setiap pertemuan dan diberikan pada akhir proses pembelajaran untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap pemahaman konsep
yang telah dipelajari. Bentuk tes yang diberikan berbentuk uraian atau
essai yaitu bentuk tes yang bertujuan supaya dapat mengembangkan
cara berpikir siswa.
b. Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk
menganalisis aktivitas guru dan siswa baik secara keseluruhan
maupun aktivitas siswa dalam kelompok selama pembelajaran.
c. Data Hasil Angket
Angket siswa diberikan ketika semua siklus telah dilaksanakan.
Angket digunakan untuk mengetahui respon dari siswa ketika setelah
selesai pembelajaran dengan penerapan Contextual Teaching and
learning (CTL).
d. Catatan Lapangan
Alat ini untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi selama
42
misalnya perilaku spesifik yang dapat menjadi petunjuk untuk
langkah berikutnya. Catatan kualitatif juga dapat dipakai untuk
menunjukkan kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau
negatif.
e. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
2. Cara Pengambilan Data
Langkah-langkah dalam Pengumpulan data dilakukan pada setiap
aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan tindakan penelitian
yang dilakukan. Secara garis besar cara pengambilan datanya antara lain:
a. Studi pendahuluan hingga teridentifikasi permasalahan.
b. Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakan pembelajaran
siklus I.
c. Pelaksanaan, analisis dan refleksi terhadap tindakan pembelajaran
siklus II.
d. Observasi proses belajar mengajar berdasarkan kategori pengamatan
yang telah di tetapkan pada setiap siklus.
e. Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II.
f. Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa, tentang pokok bahasan
tanah longsor dengan membandingkan hasil tes awal dan tes akhir.
g. Menganalisis sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dari
angket siswa.
F. Analisis Data
Nasution (1996:126) menyatakan analisis data adalah suatu proses
penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Penyusunan data berarti
menggolongkan dalam pola, tema dan kategori. Sedangkan menurut
Sugiyono (2005:89) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
43
menjabarkan ke dalam unit-unit kemudian mensintesa, menyusun ke dalam
pola dan memilih mana yang penting dan yang akan diajarkan dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami.
1. Pengolahan Data Hasil Tes
Pada tahap ini data jawaban tes siswa yang terkumpul kemudian
dianalisis dengan diberi skor, kemudian dilihat tingkat penguasaan siswa
dalam memahami pelajaran IPA pada pokok bahasan tanah longsor
dengan pendekatan kontekstual. Untuk menghitung persentase hasil
belajar siswa secara keseluruhan terlebih dahulu mencari rata-rata tingkat
penguasaan setiap siswa digunakan perhitungan sebagai berikut:
Rumus menghitung nilai siswa :
Nilai =
x 100
Keterangan :
N = Nilai
Dengan kategori hasil belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kategori Hasil Belajar Siswa
Nilai Kategori Peningkatan Hasil Belajar
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
1-20 Kurang sekali
Sedangkan untuk menentukan rata-rata dari nilai siswa, maka
44
Rumus menghitung rata-rata nilai siswa :
X =
Keterangan :
X = Rata-Rata hitung
x = Nilai
N = Banyaknya data
Dikutip dari Nurkancana dan Sumartana (1983) dalam Nurferi S (2010:55)
Keberhasilan PTK ini dapat diketahui dari persentase ketuntasan belajar
siswa pada setiap siklus. Persentase siswa yang mencapai KKM pada setiap siklus
dibandingkan dengan persentase perolehan KKM sebelumnya. Penelitian
Tindakan Kelas dikatakan berhasil apabila siswa yang mencapai KKM mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan pra siklus atau siklus sebelumnya dan
memenuhi persentase tingkat keberhasilan ketuntasan belajar. Adapun cara
menghitung persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebagai berikut :
% Siswa yang mencapai KKM = x 100%
Keterangan :
% Siswa yang mencapai KKM = Ketuntasan belajar
= Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65
N = Jumlah siswa
Untuk menentukan ketercapaian hasil belajar semua siswa dalam satu
kelas dihitung dengan cara mencari rata-rata skor siswa dan IPK dengan rumus
sebagai berikut: IPK =
x 100 Keterangan :
IPK = Indeks prestasi kelompok M = Rata-rata skor
45
Dikutip dari Nurkancana & Sumartana (1983 : 111)
Setelah Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dihitung, maka hasil IPK tersebut
dikonversikan dalam bentuk katagori penafsiran IPK pada tabel berikut ini :
Tabel 3.3
Kategori Tafsiran IPK Pemahaman Siswa terhadap Materi IPK (%) Kriteria
0-30 Sangat Rendah
31-54 Rendah
55-74 Normal
75-89 Tinggi
90-100 Sangat tinggi
Dikutip dari Nurkancana & Sumartana (1983 : 111)
Sedangkan untuk menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus,
dengan mengadaptasi rumus menurut Hake (dalam Nurlela, 2011:43)
<g> =
Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikategorikan kedalam tiga
kategori yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Kategori Perolehan Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi
(<g>) > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang
46
2. Pengolahan data hasil Observasi
Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda
centang (√ ) pada kolom skala nilai. Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Penskoran Tiap Butir Lembar Observasi
Skor KATEGORI
4 Baik Sekali
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
(Sudjana, 2006: 77-78)
Setelah itu semua nilai dihitung dengan rumus :
Persentase Rata-rata =
x 100%
Selanjutnya nilai dikonversikan pada skala nilai dengan rentang seratus
untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 3.6 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran
Nilai Keterangan
10-29 Sangat Kurang
30-49 Kurang
50-69 Cukup Baik
70-89 Baik
90-100 Baik Sekali
47
Analisis Data Observasi Kemampuan Afektif dan Psikomotor
Data tersebut dianalisis dengan menghitung indeks prestasi kelompok (IPK)
dengan menggunakan rumus :
IPK = Indeks prestasi kelompok M = Mean atau nilai rata-rata SMI = Skor maksimal ideal
Kemudian menentukan kategori pada table di bawah ini ; Tabel 3.7
Angket berisi pernyataan-pernyataan mengenai pembelajaran dengan
pendekatan CTL. Siswa diminta menanggapi pernyataan yang diberikan
dengan cara memberi cheklist pada kolom tanggapan Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS). Data angket
respon siswa diolah dengan cara mengkalasifikasikan tanggapan siswa yang
terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat
Tidak setuju (STS). Kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase.
X =
x 100%
48
X = Jumlah Presentase Hasil Angket
Tabel 3.8 Persentase Jawaban Angket Siswa
Persentase Kategori
0% Tidak seorangpun
1%-24% Sebagian kecil
25% - 49 % Hampir setengahnya
59% Setengahnya
51%-74% Sebagian besar
75%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, serta analisis dan
pembahasan data penelitian tentang pembelajaran IPA di SD dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok
bahasan tanah longsor, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan sikap rasa ingin tahu siswa melalui
kegiatan-kegiatan tanya jawab, dan diskusi kelompok. Siswa lebih aktif
belajar dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) juga memudahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas
dengan kehidupan sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap
pelajaran IPA. Bila pada dasarnya guru yang akan aktif dalam menyampaikan
materi ajar, maka dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) ini guru akan lebih berperan sebagai mederator dan fasilitator.
2. Hasil belajar pada pembelajaran IPA tentang materi tanah longsor setelah
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Terlihat pada siklus I rata-rata
kelas mencapai 63,05 dan siswa yang mencapai KKM 44,44%. Pada siklus II
rata-rata kelas mencapai 76,9 dan siswa yang mencapai KKM 83,33%.
3. Pembelajaran IPA pada materi tanah longsor dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning mendapat respon positif dari
siswa. hal ini ditunjukkan dengan hasil angket yang keseluruhan jawaban
responden merasa senang dengan pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning. Dari hasil angket yang
111
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan CTL. Sedangkan
sisanya yaitu sebesar 5,9% menyatakan tidak suka dengan menggunakan
pendekatan CTL.
B. Rekomendasi
Setelah melakukan penelitian tindakan kelas berupa implementasi
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil
belajar IPA, terangkumlah beberapa saran dari siswa, observer, dan guru/peneliti.
Rekomendasi pada penelitian ini diantaranya adalah :
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) sebaiknya dilakukan juga pada materi-materi tertentu yang memerlukan situasi nyata di lingkungan sekitar siswa agar
siswa dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata serta dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
2. Dalam pembelajaran, guru senantiasa menerapkan dan mengembangkan
berbagai pendekatan/ model pembelajaran agar dapat memotivasi siswa untuk
melakukan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Salah
satunya adalah dengan pendekatan CTL ini agar proses belajar mengajar lebih
hidup dan bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi alternative
strategi belajar yang baru. Karena melalui CTL, siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”.
4. Pendekatan CTL memerlukan waktu yang panjang dalam proses
pembelajarannya karena ada 7 komponen utama yang harus dilakukan, oleh
sebab itu kita harus dapat memanfaatkan waktu yang tersedia seefisien
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. (2007). Model Silabus Sekolah Dasar Kelas IV (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn, PS, Matematika, IPA). Jakarta: Grasindo
Hermawan, Ruswandi dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.
Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas Malang. Depdikbud. Dirjen Dikti Pelatihan Proyek PGSD
Kesuma, Dharma, dkk. (2010). Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM.Garut : RAHAYASA Research and Training.
Kurniasih. (2010). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar.Bandung : Percikan Ilmu.
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban.Jakarta : Grasindo.
Nurkancana, W. dan P.P.N. Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Rahadi, Aristo. (2003). Media Pembelajaran.Bandung : Depdiknas.
Rositawaty, S dan Aris Muharam. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD/MI.Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
113
Nur Inayah, 2013
Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N.S. (2006). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumantri, M. dan Permana, J. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud-Dikti.
Susilana, R. et all (2006) Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.
Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Uyu, Ade, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press
Wahyuni, Indri. (2009). Upaya Peningkatan Efektifitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan CTL. Skripsi PGSD UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosdakarya.