• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU GURU DALAM MENGAJAR PENJAS DENGAN DISIPLIN SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU GURU DALAM MENGAJAR PENJAS DENGAN DISIPLIN SISWA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSebagian Dari SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan Program

StudiPendidikanJasmaniKesehatan Dan Rekreasi

Oleh:

Luksy Bass Hussein

0807736

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

ABSTRAK

Luksy Bass Hussein NIM 0807736. Skripsi : Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar Penjas Dengan Disiplin Siswa (Studi Deskriptif Di SMP Negeri 29 Bandung Kelas IX). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Dr. Hj. Tite Juliantine, M. Pd dan Pembimbing II Dra. Lilis Komariyah, M. Pd Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Disiplin sangat menunjang keberhasilan belajar. Siswa belajar menghargai waktu, datang tepat waktu dan memanfaatkan waktu belajar sehingga penelaahan tentang disiplin dapat mendormg upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran. penerapan disiplin perlu ada contoh seseorang yang berinteraksi langsung dalam proses pembelajaran seperti guru. Guru tidak hanya berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Guru menunjukkan perilaku yang layak dicontoh. Disiplin kadang berubah jika tidak ada pembelajaran tentang disiplin.

Tujuan Penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik korelasional. Sampel adalah siswa kelas IX F SMP Negeri 29 Bandung sebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel random.

Hasil penghitungan menunjukan besarnya hubungan perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa adalah 0.67 atau kuat. Hasil uji signifikansi t hitung yaitu 5.5 > t tabel dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan jumlah sampel 40 adalah (2.021). Berarti hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan perilaku guru dengan disiplin siswa diterima.

(3)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Secara Umum ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33

B. Penentuan Populasi dan Sampel ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 37

D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 43

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 43

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 49

(4)

B. Hasil Analisis Data ... 70 C. Diskusi Temuan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani tidak hanya mengedepankan pengetahuan yang

digambarkan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran penjas.

Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Baley dan Field (Abduljabar, 2010:4) menyatakan bahwa

“Pendidikan jasmani adalah poses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara

organik, neuromuscular, intelektual, sosial, cultural, emosonal, dan estetika

yangdihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani’.

Pengertian pendidikan jasmani menurut Husdarta (2011:3) adalah

”Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan fisik dan

kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik

dalam hal fisik, mental dan emosional”. Guna mencapai tujuan penjas maka

diperlukan input, proses dan output yang mendidik. Input terdiri dari siswa yang

termotivasi untuk belajar. Proses terdiri dari pembelajaran dan outpun terdiri dari

hasil pembelajarannya tersebut yakni siswa yang disiplin dalam pembelajaran dan

juga kesehariannya di luar maupun di dalam sekolah.

Pada proses diperlukan sejumlah kondisi pembelajaran yang baik terutama

(6)

kehidupan sehari-hari. Guru dengan kualifikasi yang dibutuhkan adalah

instrumental input yang akan mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran,

seperti dinyatakan Sudjana (2008:90) ”Pendidik sebagai unsur tenaga

pembelajaran memiliki perillaku yang mencakup kemampuan dasar, akademik,

personal sosial dan professional”.

Guru adalah peran utama dalam pembelajaran di sekolah yang dibutuhkan

untuk mendukung proses pembelajaran bagi siswa. Oleh karena itu guru harus

memiliki kualifikasi perilaku yang dapat dicontoh oleh siswa karena guru tidak

hanya berperan sebagai pengajar. Guru adalah pendidik yang memberikan contoh

bagaimana berperilaku dalam kehidupan sosial dan dalam proses pembelajaran.

Guru yang memiliki perilaku baik akan dicontoh oleh siswa untuk ditiru. Guru

adalah model yang ditiru oleh siswa melalui interaksi dalam proses pembelajaran .

Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dan mendidik

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seorang guru. Guna melaksanakan

sejumlah tugas pendidikan guru harus memiliki perilaku yang tercermin dari pola

perilaku keseharian maupun dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang tidak

memiliki perilaku baik tidak akan mampu menjalankan tugas mendidik dan tidak

dapat menjadi model yang ditiru oleh peserta didik. Guru dengan perangai yang

baik, berpakaian rapi, berbicara dengan sopan serta mengarahkan siswa agar

berperilaku baik sangat dibutuhkan dalam membentuk perilaku siswa.

Perilaku adalah tingkah laku yang ditampilkan dengan cara tertentu

terhadap seseorang atau sesuatu. Azwar (2010:9) menjelaskan perilaku merupakan

(7)

respon serta adanya aktivitas mental yang berlangsung dalam suatu kondisi.

Perilaku guru yang ditampilkan dalam proses pembelajaran didasarkan pada sikap

dan nilai yang dimiliki. Semakin baik sikap dan nilai yang dimiliki maka guru

memiliki kecenderungan tinggi untuk berperilaku baik.

Seorang pendidik dengan perilaku yang baik akan menjadi model bagi siswa.

Peserta didik akan meniru perilaku guru termasuk disiplin yang dimiliki guru.

Dinamika perubahan lingkungan serta terjadinya pergeseran nilai-nilai yang

mempengaruhi perilaku siswa telah mendorong pentingnya peran guru untuk

dimiliki terlebih perilaku guru dalam mengajar. Beberapa hari terakhir terdengar

di berbagai media televisi tentang tawuran yang menyebabkan tewasnya seorang

siswa di Jakarta. (

http://www.antaranews.com/berita/334907/satu-tewas-dalam-tawuran-siswa-sman-6-dengan-sman-70 diakses 5 Oktober).

Berita yang dilansir jelas memprihatinkan. Pelajar telah menjadi seorang

“pembunuh”. Berita tersebut menimbulkan pertanyaan besar ada apa dengan

dunia pendidikan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu yang mempengaruhi perilaku siswa

dalam tawuran tersebut adalah sekolah melalui peran guru dalam memberikan

pembelajaran. Seperti ditegaskan bahwa

(pai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html diaskes 5

oktober) :

Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga

(8)

monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

Tawuran antar pelajar jelas menunjukkan adanya penyimpangan perilaku

yang dimiliki para siswa, dan siswa menunjukkan eksistensinya melalui jalan

yang keliru. Oleh karena itu peran guru sebenarnya berat yaitu membentuk

perilaku siswa terutama pada saat berinteraksi dengan lingkungannya.

Seorang guru yang berperilaku baik memiliki pandangan dan nilai yang

baik terhadap lingkungannya termasuk pandangannya tentang disiplin. Guru

memahami pentingnya disiplin dalam pembelajaran. Guru yang berperilaku baik

mampu mendorong disiplin siswa dalam belajar. Selain berperan sebagai

fasilitator siswa dengan sumber belajar, guru penjas bertindak sebagai motivator.

Seorang anak yang termotivasi memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil

baik dalam pelajaran atau dalam menghadapi tugas sekolah. Disiplin akan

mendorong siswa untuk belajar, datang lebih awal, belajar lebih giat,

memperhatikan guru, mencari sumber referensi pengetahuan tentang penjas atau

bertanya untuk lebih memahami materi. Dalam bahasa yang sederhana disiplin

belajar adalah faktor yang mendorong siswa untuk belajar dan taat pada peraturan

yang diterapkan guru maupun sekolah.

Peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun secara

(9)

gunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa. Guru sebagai main

person memiliki perillaku guna mewujudkan proses, dan hasil belajar yang

diharapkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang

dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas Pasal 3) yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban banngsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab

Belajar tanpa sikap disiplin akan kurang terarah dan sulit mencapai tujuan.

Disiplin artinya mengikuti peraturan dan tata tertib. Sebagai seorang siswa

disiplin yang diharapkan adalah disiplin yang dilandasi kesadaran bahwa

mengikuti aturan dan tata tertib akan mendukung terciptanya proses pembelajaran

yang kondusif.

Hasil observasi terhadap Siswa SMPN 29 Kota Bandung persoalan dan

disiplin merupakan persoalan yang umum terjadi pada sekolah yang lain. Disiplin

siswa dalam belajar kadang menurun seperti terlambat masuk kelas, absensi atau

tidak hadir, keterlambatan penyerahan tugas, dan tidak mengerjakan PR. Siswa

jarang membaca buku pelajaran penjas. Pada ujian dadakan yang diberikan siswa

terkadang kurang siap dan tidak mengulang pelajaran penjas di rumah.

Persoalan-persoalan tersebut akan menghambat proses pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran penjas. Disiplin menjadi kendala terlebih pada saat pembelajaran

penjas dilakukan di luar lapangan dengan kondisi cuaca yang cukup panas, dan

(10)

Perubahan lingkungan serta pengaruh pergaulan mempengaruhi perilaku

disiplin siswa dalam belajar penjas. Keterlambatan mengikuti jam pelajaran

penjas sering terjadi, ada siswa yang tidak menggunakan sepatu olahraga, tidak

mengikuti pelajaran di luar kelas seperti renang, serta terlambat menyelesaikan

tugas. Persoalan disiplin akan semakin berdampak negatif bagi perkembangan

belajar siswa jika tidak ditangani dengan cara yang mendidik.

Persolan disiplin dalam belajar penjas merupakan persoalan yang perlu

mendapatkan telaah ilmiah. Persoalan yang ditimbulkan akibat tindakan tidak

disiplin akan berakibat negatif pada pencapaian tujuan pembelajaran. Jika

persoalan disiplin dapat diatasi sejak dini maka tujuan pendidikan tidak akan

terhambat. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

acuan bagi peningkatan disiplin. Gambaran yang jelas akan diperoleh guru penjas

untuk melakukan penguatan, hukuman, atau pemberian penghargaan bagi siswa

yang memiliki disiplin yang tinggi. Menurut Ibrahim dan Komarudin (2007:52)

diungkapkan bahwa terdapat dua jenis disiplin yaitu :

a) Disiplin semu yaitu disiplin yang dilakukan para atlet dalam suatu kegiatan hanya karena terpaksa, takut dihukum, hanya karena diperintah, atau tanpadisertai kesadaran. b) Disiplin diri adalah disiplin yang disertai kesadaran untuk berlatih sendiri, untuk meningkatkan keterampilan dan menjaga kondisi fisik dan kesegaran jasmani , dapat menguasai diri untuk tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan datau dapat merugikan kesehatan, hidup dengan sebaik-baiknya dan memiliki citra diri sebagai atlet maupun pelajar ideal

Disiplin sangat menunjang keberhasilan belajar. Siswa belajar menghargai

waktu, datang tepat waktu dan memanfaatkan waktu belajar sehingga penelaahan

(11)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar

Penjas Dengan Disiplin Siswa” (Studi Deskriptif di SMP Negeri 29 Bandung)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini akan diuraikan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku guru dalam

mengajar penjas dengan disiplin siswa di SMPN 29 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Mengenai tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perilaku guru dalam

mengajar penjas dengan Disiplin Siswa Di SMPN 29 Bandung

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah :

1. Secara Teori

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu referensi bagi

pengembangan aspek psikologis siswa yaitu disiplin dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran Penjas pada usia remaja. Hasil

penelitian dapat dijadikan salah satu landasan pengetahuan mengenai

(12)

memberikan gambaran di lapangan tentang kompetensi guru dan

perannya dalam membangun disiplin

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Pengalaman meneliti akan menjadi sumber belajar yang berharga

untuk meningkatkan kemampuan baik dalam penelitian maupun

pada aspek-aspek yang diteliti seperti perilaku dan disiplin.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi pengembangan

kemampuan mengajar guru penjas serta sebagai salah satu bahan

bagi pelaksanaan evaluasi guru dalam mengajar penjas.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi

penelitian mengenai penjas dalam aspek nilai dan perilaku guru

dalam mengajar penjas.

E. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya meneliti variabel perilaku guru dalam mengajar

penjas dan disiplin siswa

2. Populasi penelitian adalah Kelas IX SMPN 29 Bandung

(13)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah jawaban penelitian yang tidak perlu

dibuktikan kebenarannya. anggapan dasar penelitian ini adalah

Guru yang memiliki perilaku yang baik akan mengatakan sesuatu

yang baik kepada siswa termasuk tentang nilai disiplin dan pentingnya

motivasi. Guru akan mampu mendorong motivasi belajar siswa dan menjadi

model yang ditiru perilakunya oleh siswa. Mulyasa (2008:5)

mengemukakan sebagai berikut:

Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.

Perilaku guru yang terpuji akan mendorong siswa melakukan

peniruan dan menjadikan guru sebagai model yang ditiru dalam kehidupan

para siswa. Mulyasa (2008:5) menegaskan bahwa “Guru merupakan

komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas”. Perilaku guru tergambar dalam benak siswa

melalui proses interaksi dalam pembelajaran sehingga perilaku yang

ditampilkan harus mencerminkan sikap sebagai guru termasuk disiplin dan

sikapnya terhadap pentingnya keteraturan dan waktu.

Perilaku guru dalam proses pembelajaran akan mendiukung suasana

kondusif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah menerima

materi pembelajaran termasuk pada saat diajarkan untuk berdisiplin.

(14)

termasuk perilaku disiplin. Guru yang berperilaku baik akan memotivasi

siswa meniru perilakunya. Kecenderungan tersebut akan menggerakan guru

melakukan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang tumbuhnya disiplin

seperti meminta PR di kerjakan tepat waktu, memotivasi siswa untuk belajar

dan berprestasi.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dan variabel dirumuskan agar tidak terjadi salah

tafsir. ”Variabel adalah satu atribut yang dianggap mencerminkan atau

menungkapkan pengertian atau bangunan-bangunan” (Ary et al (alihbahasa

Furchan, 2011:45). lebih lanjut dijelaskan bahwa: ”Batasan operasional

adalah batasan yang memberikan arti kepada suatu pengertian atau

bangunan-bangunan dengan jalan menetapkan tindakan (operasi) yang akan dilakukan

untuk mengukur pengertian tersebut”.

Perumusan operasionalisasi variabel pada penelitian ini adalah:

1. Perilaku adalah aspek sikap disiplin yang ditampilkan oleh guru

penjas dalam proses pembelajaran di sekolah. Tegas dalam mengajar,

tutur bahasa yang baik, disiplin waktu saat memulai pembelajaran.

Perilaku adalah reaksi yang bersifat sederhana maupun bersifat

kompleks (Azwar 2010:9)

2. Disiplin dalam penelitian ini adalah disiplin dalam belajar terutama

waktu, mentatati peraturan di sekolah dan kehadiran sesuai ketentuan.

(15)

tidak melanggar ketentuan, tata tertib, dan nilai-nilai yang dianggap

baik oleh masyarakat. (Sudibyo seperti dikutif Ibrahim dan

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian yaitu mengetahui hubungan perilaku guru dalam mengajar penjas

dan disiplin siswa. Sugiyono (2010:3) menjelaskan bahwa: “Metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Penelitian ini disebut penelitian deskriptif jenis studi korelasional.

Nazir (2003:54) menjelaskan bahwa: “Metode deskriptif adalah suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Ari et al (2011:447) menjelaskan bahwa : ” studi korelasi adalah penelitian

deskriptif yang sering digunakan yang bertujuan menetapkan”.

Pada penelitian ini peneliti ingin memperoleh gambaran mengenai

perilaku guru dan gambaran disiplin siswa serta mengetahui korelasi antara

perilaku guru dengan disiplin siswa dalam proses pembelajaran penjas.

B. Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

(17)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2008:117)

Populasi merupakan sumber data penelitian tentang variabel yang

diteliti yaitu variabel perilaku dan guru. Populasi menurut Ridwan

(2009:6) yaitu: ”Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian.” Lutan et al (2011:83) menegaskan bahwa: ”Populasi

selalu merupakan sekelompok orang-orang, siswa, guru-guru, atau

individu lain yang mempunyai karakteristik tertentu.” Populasi pada

penelitian ini adalah siswa SMPN 29 Bandung Kelas IX. Total populasi

adalah siswa kelas IX yang berjumlah 392.

2. Sampel

Meneliti jumlah populasi besar membutuhkan biaya dan kesempatan

yang lebih besar. Untuk mempermudah penelitian maka digunakan

sejumlah sampel penelitian yang representative. Sampel adalah bagian dari

populasi yang mewakili dalam penelitian. Arikunto (2002: 112)

menyatakan mengenai teknik pengambilan sampel yaitu: “Untuk sekedar

ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,

bila jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%

atau lebih.”

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang terdapat

(18)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

probability sampling. Probability sampling adalah pengambilan sampel

yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008:120).

Peneliti mengambil salah satu teknik pengambilan sampel dari

probability yaitu simple random sampling karena pengambilan sampel

diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi.

Cara ini ditujukan untuk populasi bersifat homogen atau relatif homogen.

Jumlah populasi siswa kelas IX SMPN 29 Bandung adalah 392

siswa. Karena jika diambil 10% dari keseluruhan populasi, maka jumlah

sampel penelitian 40 siswa kelas IX untuk dijadikan sampel karena

populasi bersifat homogen, sampel diambil dengan teknik sampel

probability sampling (acak). Sampel penelitian ini adalah kelas IX F SMP

(19)

3. Langkah-langkah Penelitian

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian Sumber (Lutan, 2007: 201)

Pemilihan Masalah

Penentuan Sampel penelitian

Pengumpulan Data Menentukan Instrumen

penelitian

Prosedur dan Desain Penelitian

Analisis dan Interpretasi data

Analisis dan Interpretasi data

(20)

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat bantu untuk mendapatkan data

atau alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket atau kuesioner, dan sebagai tambahannya observasi dan

wawancara.

a. Kuesioner/Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008:199)

Angket yang digunakan merupakan bentuk angket yang tertutup, yaitu

angket yang didalamnya terdapat butir-butir pernyataan dan kolom-kolom

untuk alternatif jawaban. Responden hanya menceklist salah satu dari

alternatif jawaban pada kolom yang disediakan sesuai dengan pernyataan

yang dipilih oleh responden. Suharsimi arikunto (2003:137) menjelaskan

tentang angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga hanya memberikan tanda centang (V) pada

kolom atau tempat yang sesuai.

Instrumen berisi pernyataan yang menggambarkan perilaku guru

berdasarkan persepsi peserta didik. Perilaku diartikan sebagai tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Setiawan,

(21)

dan mengajar, pelatih, pemimpin, administrator dan pengelola

pembelajaran. Sebagai pendidik dan pengajar yang berarti memiliki emosi

stabil yang artinya memiliki tutur bahasa yang baik, tidak cepat marah,

datang tepat waktu dan juga memahami bahan ajar yang akan diajarkan.

Sebagai pelatih yang artinya membiasakan siswa melakukan hal-hal yang

positif di dalam sekolah. Sebagai pemimpin yang berarti menguasai

pembelajaran kelas dengan baik, pandai berkomunikasi dengan siswa

sehingga siswa hormat kepada guru. Sebagai administrator yang artinya

guru selalu menyiapkan administrasi pembelajaran dengan baik, contohnya

absensi kelas setiap pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran yang

artinya mampu menguasai keadaan siswa dalam keadaan apapun (sumber

konsep mulyasa, 2008:20).

Angket berisi gambaran disiplin siswa berdasarkan persepsi siswa

dalam menilai disiplin diri sendiri yang diartikan sebagai kepatuhan

terhadap tata tertib dalam proses pembelajaran penjas. Disiplin itu sendiri

diartikan ketaatan (kepatuhan kepada peraturan (Setiawan, 2010:versi1.1

diakses 3 november). Siswa harus mentaati peraturan tata tertib sekolah

(disiplin. Siswa harus datang tepat waktu, mengerjakan instruksi guru

dalam setiap pembelajaran ataupun tugas dari guru yang dikerjakan

dirumah, hadir sesuai ketentuan seperti memakai pakaian olahraga saat

pembelajaran penjas berlangsung (Ibrahim dan Komarudin (2007:51).

(22)

Observasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui

angket. “Observasi adalah teknik yang digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 203).

Lebih lanjut Nazir (2003:175) menjelaskan bahwa:

Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b)pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang direncanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas

Dalam penelitian ini pengamatan yang dilakukan terstruktur. Aspek

yang menjadi pengamatan adalah gambaran tentang pelaksanaan

pembelajaran serta situasi di sekolah. Observasi yang dipilih dalam

penelitian ini yaitu observasi nonperan serta, artinya pengamat tidak

melibatkan diri pada objek penelitian

c. Wawancara

Wawancara dilakukan guna menunjang hasi pengumpulan data

dengan menggunakan kuesioner skala psikologi. Wawancara dilakukan

terhadap sampel penelitian yaitu siswa atau guru penjas untuk

memperjelas kondisi disiplin atau bagaimana perilaku guru dimata siswa.

Wawancara informal berlangsung secara spontan baik dalam

pengamatan, olahraga bersama atau dalam perjumpaan yang tidak

direncanakan dengan siswa di sekolah. Kerlingger (alihbahasa

(23)

Wawancara adalah situasi peran antar pibadi bersemuka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang yang diwawancara atau responden.

2. Cara Menyusun Instrumen

Untuk mendapatkan data-data atau fakta lapangan, perlu disusun

suatu instrumen yang valid dan reliabel agar hasil penelitian yang

dilakukan dapat dipertanggung jawabkan, mempunyai tingkat kepercayaan

dan keabsahan yang tinggu sebagai suatu hasil karya ilmiah. Instrumen

penelitian melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menetapkan variabel-variabel yang hendak diteliti

b. Buat definisi operasional

c. Tentukan indikator yang akan diukur dari setiap variabel dan sub

variabel yang telah ditentukan

d. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan kedalam butir-butir

pernyataan yang akan dibentuk dalam sebuah angket.

e. Menentukan skala penelitian

Untuk memudahkan dalam pembuatan angket, peneliti membuat

kisi-kisi angket disesuaikan dengan variabel yang diteliti yaitu perilaku

(24)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN melakukan hal yag positif

29,

Pandai berkomunikasi 43,

63

(25)

Menguasai berbagai kegiatan

Memahami keadaan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas.

Pulang sesuai dengan

ketentuan habis masa

pembelajaran

mengikuti tata tertib dalam pembelajaran baik tertulis tugas atau teknik bermain

23,

Hadir sesuai ketentuan 31,

65

32, 66

Mengikuti kegiatan sampai selesai

35, 69

(26)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti

untuk memperoleh data yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Observasi terhadap kegiatan belajar mengajar penjas

2. Studi kepustakaan (library research) terhadap penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian yanngdilakukan

3. Kuesioner berupa angket sebagai instrumen utama dibagikan kepada

responden untuk mengukur perilaku guru dalam mengajar dengan disiplin

siswa

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam

penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang

dilaksanakan.

1. Observasi

Observasi dilakukan ke lokasi penelitian yaitu pada saat pembelajaran

penjas serta lingkungansekolah untuk mengetahui keadaan di lapangan lebih

lanjut menurut Basuki (2006: 86) bahwa :

Observasi adalah penyeleksian dan pencatatan perilaku manusia dalam lingkungannya. Observasi digunakan untuk menghasilkan penjelasan yang sangat mendalam mengenai organisasi dan peristiwa, untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, dan untuk melakukan penelitian di saat metode-metode lain tidak memadai.

Aktif dalam berlatih di lapangan

39, 73

(27)

2. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan yaitu dengan cara mempelajari, meneliti,

menelaah bahan bacaan, buku, dan literatur yang berhubungan dengan objek

penelitian terutama literatur penelitian terdahulu dengan objek yang sama

mengenai perilaku guru penjas, dan disiplin siswa dalam pembelajaran

penjas. Studi pustaka bersifat teoritis dengan membaca, mempelajari

buku-buku, literatur, catatan-catatan, dan peraturan tertulis yang berhubungan

dengan masalah yang dihadapi. Kemudian menelaah literatur-literatur yang

mendukung penelitian.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk mengetahui jawaban responden atas pernyataan yang

diajukan.

Alternatif jawaban menggunakan Skala Likert yang mempunyai gradasi

dari sangat positif sampai sangat negatif. seperti pada tabel 3.1 sebagai

(28)

Tabel 3.2 Skala Likert

NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Bila

STS (Sangat Tidak Setuju)

5

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang

diilhami oleh model skala Likert sebelum instrument angket digunakan maka

perlu diuji validitas dan reliabilitasnya

1. Uji Validitas Instrumen Data

Untuk menguji validitas konstruk dapat dipergunakan pendapat

para ahli (judgement expert) seperti diungkapkan dalam sugiyono (2010:

176) bahwa : “bila bangunan teorinya sudah benar maka , maka hasil

pengukuran dengan alat (instrument) yang berbasis pada teori itu sudah

dipandang sebagai hasil yang valid”. Nilai validitas konstruk instrument

angket dicari dengan cara mengkorelasikan t hitung dan t tabel. Jumlah

kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah 27% dari

(29)

Langkah-langkah analisis data untuk mengetahui validitas item

instrumen, sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skor pada masing-masing butir pernyataan sesuai

dengan jawaban responden, menjadi skor keseluruhan semua butir

instrumen yang dijawab responden.

b. Skor yang telah dihitung kemudian disusun menggunakan sistem

rangking dari skor yang tertinggi sampai skor terendah.

c. Menentukan 27% jumlah kelompok yang tinggi (kelompok atas) dan

27% jumlah kelompok yang rendah (kelompok bawah).

Mencari rata-rata ( ̅) untuk setiap butir angket kelompok atas dan nilai

rata-rata ( ̅) untuk setiap butir angket kelompok bawah dengan rumus

(Arikunto, 2003:371), sebagai berikut :

̅ ∑

Keterangan rumus:

̅ = nilai rata-rata yang dicari

∑ = tanda jumlah

X = nilai mentah yang dimiliki subjek (skor)

N = jumlah subjek yang memiliki nilai (responden)

d. Mencari varians (pangkat dua dari simpangan baku) pada setiap

butir angket kelompok atas dan kelompok bawah, dengan rumus

(Sudjana, 1992: 93), sebagai berikut :

(30)

Keterangan rumus:

S2 = Varians

∑ = tanda jumlah

(Xi - ̅) = skor Xi dikurangi rata-rata ( X ) yang dikuadratkan

n = jumlah responden

e. Nilai simpangan baku (S) dapat dicari dengan mengakarkan hasil akhir

dari perhitungan varians atau hasil varians (S2) yang diambil harga

akarnya yang positif.

f. Mencari simpangan baku gabungan (Sgab) dengan menggunakan

rumus (Sugiyono, 2003: 181), yaitu:

Keterangan rumus :

= variansi kelompok atas

= variansi kelompok bawah

n1 = jumlah responden kelompok atas

n2 = jumlah responden kelompok bawah

g. Mencari nilai t-hitung setiap butir pernyataan kelompok atas maupun

kelompok bawah dengan rumus (Sugiyono, 2003:181), yaitu:

̅ ̅

Keterangan rumus:

(31)

̅ = rata-rata kelompok atas

melihat perbedaan signifikan atau tidak. Dengan taraf kesalahan 5%

atau tingkat kepercayaan 95% dan derajat kesahihan (dk = n1+n2 – 2)

yaitu (5+5-2 = 8) dan nilai t-tabel 1,860. bila t hitung lebih besar dari

pada t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen

dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen Data

Pengujian dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Pengujian

reliabilitas pada penelitian ini dilakukan secara internal. Secara internal

reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi

butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik belah dua dua dari spearman

Brow (split half) ( sugiyono, 2010: 185).

]

Keterangan : r1 = Reliabilitas internal seluruh instrumen

(32)

n x

x

G. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah Analisis data pada penelitian ini adalah :

1. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai

berikut :

Keterangan:

x = Nilai rata-rata yang dicari

x = Skor mentah

n = Jumlah sampel

2. Jumlah kuadrat simpangan baku dapat dihitung dengan rumus

1

(33)

 

berdistribusi normal atau tidak. Langkah uji normalitas Liliefors adalah

sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ……., Zn

dengan mempergunakan rumus :

S x x

Z  1

1

(xdan S merupakan rata-rat dan simpangan baku setiap kelompok butir

tes).

b. Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung pula F ( Zi ) = P ( Z < Zi )

c. Selanjutnya dihitung proporsi Zi , Z2 ,………, Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:

d. Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Hitung harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut,

harga terbesar ini disebut (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo ini

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji

Liliefors, dengan taraf nyata  = 0.05. Kriterianya adalah: tolak hipotesis

nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji Liliefors.

(34)

Uji homogenitas variansi yang sederhana karena cukup membandingkan

variansi terbesar dengan variansi tekecil. Hasil F hitung (max)

dibandingkan dengan F table dengan kriteria sebagai berikut :

Terima H0 jika F (Max) hitung < F (max)table

Tolak H0 jika F (Max) hitung > F (max)table

H0 menyatakan variansi homogen, sedangkan H1 menyatakan variansi

tidak homogen.

5. Menghitung Hubungan antara variabel X dan Y dengan menggunakan

uji parametric atau non parametric sesuai dengan hasil uji normalitas dan

homogenitas. Jika data homogeny dan berdistribusi normal maka uji

hipotesis menggunakan uji parametric. jika data tidak berdistribusi

normal atau homogen maka uji statistika menggunakan uji non

parametric. Untuk mengetahui tingkat korelasi antara variabel X san

Variabel Y digunaan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0.199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

(35)

6. Menguji signifikansi hubungan dengan menggunakan uji t dengan asumsi

data adalah interval. Oleh karena itu data ditransformasikan dari ordinal

ke interval agar dapat dilakukan uji signifikansi t. Langkah tranformasi

data adalah sebagai berikut:

Skala ordinal tersebut dapat dirubah menjadi skala pengukuran

interval dengan Methode of successive interval (MSI),langkah kerja

sebagai berikut :

a. Memperhatikan tiap butir pertanyaan/pernyataan untuk butir

tersebut, tentukan berapa banyak responden (frekuensi) yang

mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4, dan 5

b. Setiap frekwensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya

disebut dengan proporsi, kemudian tentukan proporsi kumulatif

c. Gunakan tabel distribusi normal baku, hitung nilai Z tabel untuk

setiap proporsi kumulatif yang diperoleh, tentukan nilai densitas

untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dari tabel normal),

d. Menentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :

Nilai

Skala

=

(Density at Lower Limit – Density

at Upper Limit)

(Area Below Upper Limit – Area

(36)

e. Menentukan nilai transpormasi (Y) yang berskala interval

f. Mengganti nilai ordinal (hasil angket) menjadi nilai interval sesuai

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan

yang signifikan antara perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin

siswa di SMPN 29 Bandung

B. Saran

1. Bagi Siswa

Disiplin sangat penting guna menunjang keberhasilan dalanm belajar. Siswa

sebaiknya menerapkan disiplin mulai dari hal-hal yang kecil. proses

pembiasaan dan latihan akan meningkatkan kebiasaan siswa mengenai

perilaku disiplin. Disiplin perlu dipahami dan diterapkan dalam bentuk

perilaku sehari-hari terutama dalam proses pembelajaran. Latihan dan

pembiasaan disiplin akan mendorong proses realisasi sikap disiplin dalam

bentuk perilaku.

2. Bagi Guru

Perilaku guru adalah perilaku yang selalu menjadi perhatian terutama

dilingkungan sekolah. Siswa mengamati, memperhatikan dan meniru

(38)

hal ini akan berdampak pada menurunnya moral siswa seperti disiplin. Guru

memberikan apresiasi, pujian atau penghargaan bagi siswa yang memiliki

disiplin tinggi agar menjadi contoh bagi siswa lain. Dan jadilah kondisi

seperti yang disemboyankan oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu, ing ngarso

sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Dalam tut wuri

terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya

sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru

mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya.

Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan ke

arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan

bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak

sang pendidik. Mottto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi

motto dari Departemen Pendidikan Nasional RI.

3. Bagi Peneliti

Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian dengan variabel

yang lebih banyak terutama pada aspek motivasi berprestasi dengan jumlah

sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih

representatif. Dan bila perlu dilakukan penelitian treatment untuk

(39)

Arikunto,S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aunurahman (2010). Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar (2010). Sikap dan Perilaku. Yogyakarta Pustaka Pelajar

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1992. Psikologi Social.

Jakarta:Erlangga.Husdarta (2011). Manajemen pendidikan Jasmani.Bandung : Alpabeta

Ibrahim, Komarudin (2007). Psikologi Kepelatihan. bandung UPI

Mulyasa (2007). Standar kompetensi guru dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurhasan, Hasanudin (2007). Tes dan Pengukuran keolahragaan. Bandung: F POK UPI

Rahmat (2009) Super Teacher. Bandung MQS

Ridwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung : Alfabeta

Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Alih bahasa Molan. Jakarta. Indeks

Santoso, (2010). Psikologi Sosial. Bandung : Aditama

Setiawan (2011) Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi I.I

Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta.Anem

Sudjana,n(2008) Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sujanto, B. (2007). Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum Mengorek Kegelisahan Guru.

Jakarta.: CV Sagung Seto

Sumardiayanto (2007) Psikologi kepelatihan. Bandung FPOK

(40)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I

Ketentuan Umum

Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung :

Gambar

Gambar 3.1  Langkah-langkah Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2           Skala Likert
Tabel 3.3  Interpretasi Nilai Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, tabel-tabel dalam sebuah database yang baik harus memenuhi aturan normalisasi, yaitu bebas dari ketergantungan struktural atau anomali yang disebabkan

Maka dari itu disini penulis mencoba untuk mengambil judul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Materi Usroty dengan Metode

Model konseptual penelitian ini merupakan kolaborasi dari berbagai penelitian sebelumnya yang terkait dengan enam dimensi praktik manajemen kualitas berbasis

sikap diberikan kepada siswa pada kedua kelas yang dijadikan subjek. penelitian setelah kegitan

Hasil analisis terhadap skor kemenarikan dari semua faktor strategis yang dijelaskan dalam QSPM tersebut menunjukkan bahwa total skor kemenarikan (TAS) pada faktor eksternal

Pertukaran informasi mengenai keadaan perusahaan maupun pertukaran informasi antar karyawan merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan supaya para karyawan mengetahui apa

bahwa dalam rangka memperkuat proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan penelitian sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Ketika menemukan kata yang tidak dapat dipasang kata tersebut tidak akan dihitung, nilai fitnessnya adalah jumlah kata yang telah terpasang dan proses perhitungan tidak akan