DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ………. i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PANITIA DISERTASI..…….. ii
PERNYATAAN ……… iii
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv
KATA PENGANTAR……….……….……… vi
ABSTRAK ……….……….……….….. viii
DAFTAR ISI ……….………. ix
DAFTAR TABEL ……….………... xii
DAFTAR GAMBAR ……….……….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...……….……… xiv
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Identifikasikasi dan Batasan Masalah ………. 15
C. Pertanyaan Penelitian ……….. 20
D. Tujuan Penelitian……….. 21
E. Manfaat Penelitian……… 23
F. Paradigma Penelitian ……… 24
G. Pola Dasar Penelitian ……….. 25
H. Premis dan Asumsi Penelitian ... 27
A.Teori Administrasi dan Manajemen ………29
B. Konsep Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning) ……… 35
C.Penggunaan Komputer untuk Pendidikan ……… 43
D.Model-model PJJ (Distance Learning) ……… 46
F. Mutu Hasil Belajar Mahasiswa ……… 65
G.Penyelenggaraan Program PJJ S1 PGSD ……… 70
H.Studi Terdahulu dan Jurnal Internasional……… 80
A. Metode Penelitian ……… 102
B. Desain dan Tahap Penelitian ……….. 103
C. Subyek dan Sampling Penelitian ……… 108
D. Instrumen Penelitian ……… 111
E. Teknik-Teknik Pengumpulan Data ………113
F. Prosedur Analisis Data Penelitian ……… 116
G. Pemeriksaan Keabsahan Hasil Penelitian ……… 118
A. FKIP UNTAN ………. 122
B. FIP UPI ………. 177
C. UPBJJ-UT Bandung ……….. 231
D. Rangkuman Komparatif Temuan Penelitian ……….. 277
1. Dukungan Kebijakan Jajaran Pimpinan ……… 320
2. Kesiapan Dosen dalam PJJ ……….. 326
3. Kemandirian Mahasiswa PJJ S1 PGSD ……… 333
4. Kesiapan Mahasiswa PJJ S1 PGSD ………. 336
5. Pembiayaan Sistem Pembelajaran Jarak Jauh ……….. 340
6. Ketersediaan Infrastruktur Pendukung PJJ ……….. 344
7. Sistem Pembinaan Pendukung Sistem PJJ ……….. 349
8. Implementasi Proses PJJ ……… 353
9. Sistem Evaluasi PJJ S1 PGSD ……… 357
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI, DAN DALIL-DALIL
A. KESIMPULAN ………370
B. IMPLIKASI ……… 376
C. REKOMENDASI ………378
D. DALIL-DALIL ………. 381
LAMPIRAN…………... 394
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
!"#"$ "%"& $ $" ' " "( ) 30 !"#"$ "%"& $" ' !) *$&"* + " "( ) ! ! %" 32 Rumusan Fungsi-fungsi Dasar Manajemen dan Pelopornya 34
$,! &"%$ * $-% ' )." '%" ! ! %" "&"% "-/
56
0 " ''- '("1". ") 2 *" * 3"&" ! !-"2+ 2,)#,%
62
Analisis SWOT Implementasi Sistem Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) S1 PGSD di FKIP UNTAN
175
Analisis SWOT Pembelajaran Jarak Jauh di FIP UPI 229
Rincian Biaya Pendidikan per Program 247
Rincian Biaya Pendidikan Mahasiswa 247
0 Realisasi Penggunaan dana program S1 PGSD UPBJJ-UT Bandung Tahun Akademik 2009/2010 (Juli s.d Desember 2009)
248
4 Analisis SWOT Implementasi Sistem Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) S1 PGSD di UPBJJ-UT Bandung
275
5 Rincian Biaya Pendidikan Mahasiswa 292
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Pola Dasar Penelitian 26
2.1 Model Proses Pendidikan 53
3.1 Diagram Alur Tahapan Penelitian 106
3.2 Komponen-Komponen Analisis Data (Model interaktif Miles dan Huberman, 1994: 12)
")# &" "2")" * 6 * *$&-) 2 $ " 7 !,)" 8"1" 3"&"7
!,)" .* & "* 7 !" !,)" $-! ,%-) $ &
* 6% * *$&-) 2 $ " 9
!,)" 8"1" 3"&" 9
: !,)" .* & "* ;
!,)" $-! ,%-) $ & ;
"* 2 .* & "* !" A. Hasil Observasi I
1. Pembelajaran Tatap Muka ……… 404
2. Pembelajaran Online ……… 405
3. Pembelajaran Tutorial Kunjung ……… 406
4. Praktek Pemantapan Lapangan (PPL) ……… 407
B. Hasil Observasi II Spesifikasi Komputer di PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN … 409 Spesifikasi Komputer di PJJ S1 PGSD FIP UPI ……….. 412
Spesifikasi Komputer di PJJ S1 PGSD UPBJJ-UT Bandung ……… 414
,%-) $"* ! 7 !" 6 " !- ' A. Dokumentasi PJJ S1 PGSD di UNTAN ………. 416
B. Dokumentasi PJJ S1 PGSD di UPI ………. 434
D. Rangkuman Temuan Penelitian yang esensil tentang PJJ S1 PGSD di
7 !" 6 " !- ' 09
"* 2 8"1" 3"&" ! 7 !" 6
A. Daftar Informan yang diwawancarai di PJJ S1 PGSD
FKIP UNTAN ……… 466
B. Daftar Informan yang diwawancarai di PJJ S1 PGSD
FIP UPI ……… 470
C. Daftar Informan yang diwawancarai di PJJ S1 PGSD
UPBJJ-UT Bandung ……… 478
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia. Mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Amanat tersebut dipertegas oleh Pasal 31 ayat (1) yang
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Sabagai penjabaran lebih lanjut pemerintah menetapkan Undang-Undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menjelaskan bahwa: Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana terarah, dan berkesinambungan. Sehubungan dengan itu, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014 memuat enam strategi yaitu (1) Perluasan dan
2
Gender; (2) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Dasar Universal Bermutu dan Berkesetaraan Gender; (3) Perluasan dan Pemerataan Akses
Pendidikan Menengah Bermutu, Berkesetaraan Gender, dan Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat; (4) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Tinggi
Bermutu, Berdaya Saing Internasional, Berkesetaraan Gender dan Relevan dengan Kebutuhan Bangsa dan Negara; (5) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Orang Dewasa Berkelanjutan yang Berkesetaraan Gender dan Relevan dengan
Kebutuhan Masyarakat; dan (6) Penguatan Tata Kelola, Sistem Pengendalian Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, kualifikasi
akademik minimal guru SD setaraf S1, selain kebijakan yang tertuang dalam Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, juga Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, serta PP RI No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, mensyaratkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi minimal S1 dan memiliki sertifikat sebagai pengajar.
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK, 2006) mengisyaratkan bahwa strategi peningkatan kualifikasi guru, melalui: (1) Universitas terbuka (UT); (2) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) oleh LPTK
dengan memanfaatkan ICT; (3) Program reguler tapi dengan menggunakan KKG dan MGMP sebagai simpul pembelajaran di dukung oleh Teknologi Informasi dan
Komunikasi . Selanjutnya dikatakan bahwa; waktu penuntasan peningkatan kualifikasi 8 tahun (2006- 2013) dapat dipercepat dengan : (1) Menggalang dan mensinergikan sumber-sumber dana di Pemda Kabupaten/Kota/Provinsi maupun
3
guru dapat dilaksanakan dengan Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) tanpa mengurangi kualitas; (3) Memaksimalkan kegiatan di KKG /MGMP sebagai
wahana untuk mendukung peningkatan kualifikasi Akademik. Adapun Prinsip peningkatan kualifikasi: (1) Tidak meninggalkan tugas; (2) Orientasi kepada
mutu; (3) Menghargai pelatihan, prestasi akademik, dan pengalaman mengajar serta prestasi tertentu (Recognition Of Prior Learning / RPL).
Lingkup kegiatan koordinasi meliputi perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, dan pelaporan. Koordinasi antara perguruan tinggi penyelenggara dengan Dinas Pendidikan pada tahap persiapan memuat tentang:
penyusunan rencana di tingkat daerah, promosi, membuat prediksi jumlah calon mahasiswa setiap Kabupaten/Kota, dan merencanakan beasiswa. Pada tahap pelaksanaan, koordinasi dengan Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota
dalam penyeleksian calon mahasiswa (Depdiknas (2006),
Perguruan Tinggi penyelenggara (23) yang diberi kesempatan untuk
menyelenggarakan program PJJ S1 PGSD, berdasarkan pada Surat Keputusan (SK) Mendiknas No. 107/U/2001, tentang Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) dan Keputusan Dirjen Dikti No. 108/2001, tentang pembukaan program
studi/jurusan baru.
Strategi peningkatan kualifikasi guru juga dilaksanakan, melalui
Universitas terbuka (UT). Depdiknas UT (2010) menyebutkan bahwa,
4
UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat).
Proses pengembangan instruksional untuk pendidikan jarak jauh, terdiri
dari tahap perancangan, pengembangan, evaluasi, dan revisi. Dalam mendesain instruksi pendidikan jarak jauh yang efektif, harus diperhatikan, tidak saja tujuan, kebutuhan, dan karakteristik dosen dan mahasiswa, tetapi juga kebutuhan isi dan
hambatan teknis yang mungkin terjadi. Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara
mahasiswa dan lingkungan pendidikan, dan antara mahasiswa Active learning. Program PJJ S1 PGSD, dikembangkan berdasarkan seperangkat kemampuan yang dipersyaratkan di dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar
yang harus dikuasai oleh guru. Berkenaan dengan hal itu, tujuan yang ingin diwujudkan melalui penyelenggaraan Program PJJ S1 PGSD adalah untuk:
1) memenuhi amanah Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Penddikan (SNP); 2) meningkatkan kemampuan dan kualitas guru sekolah dasar; 3) mengembangkan kemampuan dan sikap inovatif untuk melakukan pembaharuan dalam pendidikan sekolah dasar secara terus menerus; dan 4) membantu meningkatkan kualitas pendidikan dasar (Depdiknas 2006: 3).
Secara Nasional Guru SD berjumlah 1.250.032 orang yang belum
memiliki kualifikasi S1 sebanyak 1.041.793 orang. Jadi yang sudah berkualifikasi S1 baru berjumlah 208.239 orang. ”Di Provinsi Kalimantan Barat jumlah guru SD
sebanyak 31.256 orang, yang berkualifikasi S1 baru 2.065 0rang, berarti 29.191 orang masih belum mencapai kualifikasi minimal S1 tersebut” (LPMP Provinsi Kalbar 2007). Kompas (2010), mengemukakan bahwa: Berdasarkan data Dinas
5
mengambil porsi 21 persen dari jumlah guru SD di Jabar yang tercatat 200.265 orang, yang belum beijazh S1 sebanyak 157.089 orang (79%).
Penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD merupakan salah satu upaya menghasilkan guru-guru yang bermutu, dalam meningkatkan kualitas pendidikan
dasar. Sehubungan dengan itu, penelitian tentang sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh S1 PGSD ini dilaksanakan pada tiga lembaga penyelenggara. Adapun Pemetaan Kegiatan Pengelolaan Pembelajaran di PJJ S1
PGSD Universitas Tanjungpura (UNTAN), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan UPBJJ- UT Bandung) sebagai berikut.
1. Universitas Tanjungpura (UNTAN)
Universitas Tanjungpura, melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP UNTAN) merupakan salah satu anggota konsorsium dari 23 perguruan tinggi penyelenggara PJJ S1 PGSD. Sejak awal bulan Januari tahun
2007 operasional program ini dimulai, sampai dengan tahun ajaran 2008/2009. Manajemen Pembelajaran menyangkut kegiatan: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran terhadap
seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pemetaan kegiatan pengelolaan PJJ S1 PGSD, dikemukakan berikut ini.
a. Wilayah Kerja dan Jumlah Mahasiswa PJJ S1 FKIP UNTAN
Mahasiswa Program PJJ S1 UNTAN direkrut dari seluruh kabupaten kota yang ada di Kalimantan Barat. Dari 14 Kabupaten /Kota, 9 Kabupaten/Kota yang
6
Jumlah mahasiswa sejak tahun akademik 2007.1, 2007.8, sampai dengan 2008 (tiga angkatan) sebanyak 410 orang. (lihat lampiran III, hal. 416)
b. SDM (Dosen & Tenaga Administrasi)
Universitas Tanjungpura memiliki sumber daya manusia baik tenaga dosen maupun tenaga administrasi . Tenaga dosen terdiri dari Sarjana PGSD 12 orang, Magister 20 orang, Doktor 11 Orang. Non PGSD terdiri dari Sarjana 1
orang, Magister 41 orang, Doktor 17 orang, Jumlah Dosen PGSD sebanyak 93 orang. Tenaga Administrasi dan Penunjang Akademik berdasarkan latar belakang
pendidikan, berjulah 10 orang: 2 berijazah SD, 6 SMA, 1 D3 dan 1 S1. c. Fasilitas Pembelajaran dan Fasilitas Multi Media
Fasilitas pembelajaran dan fasilitas multi media seperti: Ruang kerja
(pengelola), Auditorium/aula, Ruang dan peralatan tutorial tatap muka, perlengkapan TIK, Lab praktikum, Tempat praktek mengajar, Perpustakaan,
Ruang dan perlengkapan Teleconference, Ruang penyim. & pendistribusian bahan ajar, Tempat ibadah, Lap. olah raga.
d. Sistem Komunikasi.
Program PJJ S1 PGSD menggunakan sistem pembelajaran model hybrid, yang memungkinkan mahasiswa untuk berinteraksi dan melakukan belajar dengan
dosen dan sesama mahasiswa lainnya dengan berbagai cara, yaitu: tatap muka residensial, interaksi online melalui internet.
7
e. Pelaksanaan Kegiatan Perkuliahan
Dalam melaksanakan kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik,
ditempuh beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Rekruitmen calon mahasiswa; (2) Registrasi, calon mahasiswa yang dinyatakan lulus; (3)Penyiapan dosen tutor ; (4)
Program pembekalan belajar mandiri; (5) Tutorial adalah program bantuan dan bimbingan belajar, berbentuk tatap muka pada saat residensial dan online atau melalui internet; (6) Video konferen diikuti oleh semua unsur yang terlibat dalam
pelaksanaan program PJJ; (7) Tutor Kunjung adalah bimbingan dosen terhadap kesulitan belajar mahasiswa, dan penyelenggaraan praktek/ praktikum; (8)
Pengembangan Bahan ajar, sistem konsorsium dari 23 LPTK perguruan tinggi penyelenggara program PJJ S1 PGSD; (9) Evaluasi hasil belajar, melalui: Tes formatif, UTS, Tugas dan partisipasi tutorial, UAS, PPL, dan Ujian akhir
program; (10) Layanan bantuan belajar lainnya, berupa penyediaan akses terhadap media, bimbingan dan konseling, serta layanan administrasi akademik.
(Universitas Tanjungpura Naskah Akademik, 2006: 111). f. Efektivitas Pembelajaran.
Proses pembelajaran dan perolehan hasil pembelajaran bermutu diperoleh
dari proses pembelajaran yang melibatkan faktor pengajar, peserta didik, dan materi pembelajaran. Komunikasi timbal balik antara dosen dan mahasiswa,
dalam iklim pembelajaran yang menyenangkan, keterlibatan aktif mahasiswa dalam belajar baik mental, intelektual, emosional, dengan memanfaatkan fasilitas belajar secara optimal sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar dan hasil
8
g. Mutu Hasil Belajar (Output)
Mutu hasil belajar sementara dapat dilihat dari IPK semester yang
diperoleh mahasiswa sebagai berikut ini. Mahasiswa angkatan 2007.1, rata-rata IPK 2,91, angkatan 2007.2 rata-rata IPK 2,91, da mahasiswa angkatan 2008.1
rata-rata IPK nya 2,92.
Untuk penyelenggaraan Pembelajaran jarak jauh memerlukan perubahan paradigma baik bagi perguruan tinggi maupun mahasiswanya. Bagi perguruan
tinggi, perubahan paradigma ini berkaitan dengan konsep pembelajaran, peran dosen, delivery system, dan unit pendukung, semua unsur ini belum berjalan
secara optimal. Sementara bagi mahasiswa, perubahan paradigma itu berupa pembentukan persepsi dan kebiasaan belajar dari pola:
(1)Belajar tatap muka menjadi kegiatan belajar bermediasi teknologi, (2) belajar terkontrol dan terbimbing secara langsung oleh dosen menjadi kegiatan belajar yang sepenuhnya ditentukan oleh dirinya sendiri (otonom atau independen), (3) perilaku belajar yang kerap didominasi oleh budaya mendengar menjadi belajar didominasi oleh kegiatan membaca dan mengakses sendiri informasi dari berbagai sumber, serta (4) belajar secara berkelompok dalam sebuah komunitas kelas menjadi belajar individual di mana saja. (Depdiknas, Naskah Akademik UNTAN, 2006: 3)
2. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) juga merupakan salah satu anggota konsorsium dari 23 perguruan tinggi penyelenggara. Manajemen
Pembelajaran menyangkut kegiatan: Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran terhadap unsur-unsur, berupa program Kegiatan, yaitu: (1) Rekrutmen calon mahasiswa, (2) Registrasi, (3) Penyiapan
9
Evaluasi hasil belajar, (9) Pelatihan pemanfaatan TIK (10) Praktek mata kuliah; (11) Sosialisasi penggunaan LMS moodle dan lokakarya bahan ajar berbasis TIK.
a. Wilayah Kerja dan Jumlah Mahasiswa PJJ S1 FIP UPI Bandung Penyelenggaran PJJ S1 PGSD dimulai tahun 2006.2 sampai dengan Pebruari tahun 2007.2 UPI telah menerima mahasiswa sebanyak 300 orang, yang direkrut dari sepuluh kabupaten kota. (lihat lampiran III, hal. 432).
b. SDM (Dosen & Tenaga Administrasi)
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) program PJJ S1 PGSD memiliki
SDM , tenaga dosen sejumlah 49 orang terdiri dari: Sarjana 2 orang, Magister 37 orang, Doktor 9 orang dan Guru Besar 1 orang, serta 3 orang tenaga administrasi masing-masing berijazah: 2 orang D1-D2, dan 1 orang berijazah S1.
c. Fasilitas Pembelajaran dan Fasilitas Multi Media
Sebagian besar sarana dan fasilitas pembelajaran program PJJ S1 PGSD
berbasis TIK menggunakan sarana dan fasilitas yang ada baik di lingkungan prodi, fakultas maupun sarana yang ada di tingkat universitas. Khusus yang dimiliki oleh sekretariat program PJJ S1 PGSD adalah: (1) Kantor sekretariat
yang dilengkapi dengan 4 unit komputer yang terhubung ke sistem jaringan internet di lingkungan UPI; (2) Web site khusus untuk kepentingan perkuliahan
PJJ S1 PGSD yang sudah terkoneksi dalam system e-learning UPI; (3) Dua unit multi media proyektor, dua unit printer, dan sound system portable.
d. Sistem Komunikasi
10
Potensi utama adalah komunikasi secara online yang dapat memberikan peluang bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan dosen, dengan teman, maupun dengan
bahan belajarnya. Kegiatan tutorial online menggunakan format Learning Management Syistem (LMS). Dengan LMS Moodle, kegiatan pembelajaran online
lebih praktis, variatif, dan efisien.
e. Pelaksanaan Kegiatan Perkuliahan
Dalam melaksanakan kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik,
ditempuh beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Rekruitmen calon mahasiswa; (2) Registrasi; (3) Penyiapan dosen tutor; (4) Residensial; (5) Video Konferen;
(6)Perkuliahan Online; (7)Tutor Kunjung; (8) Evaluasi hasil belajar dengan menggunakan: Tes formatif, UTS, Tugas dan partisipasi tutorial, UAS, PPL, dan UAP; (9) Pelatihan pemanfaatan TIK; (10) Praktek mata kuliah; dan (11)
Sosialisasi penggunaan LMS moodle & lokakarya bahan ajar berbasis TIK.
f. Efektivitas Pembelajaran
Efektifitas pembelajaran merupakan masalah pokok yang perlu mendapat jawaban dari hasil penelitian ini, karena efektivitas pembelajaran adalah hasil dari efektifnya sistem pengelolaan pembelajaran PJJ S1 PGSD yang dilaksanakan di
lembaga yang bersangkutan.
g. Mutu Hasil Belajar (Output)
Mutu hasil belajar sementara dapat dilihat dari IPK yang diperoleh mahasiswa sebagai berikut ini. Angkatan 2006,rata-rata IPKnya 3,04, angkatan 2007, rata-rata IPK 3,03, dan rata-rata IPK mahasiswa Angkatan 2008 sebesar
11
3. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Bandung
UPBJJ-UT Bandung merupakan salah satu dari 37 UPBJJ-UT, sebagai unit pelaksana teknis bagi layanan Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ), dengan
jangkauan wilayah kerjanya pada sembilan belas kabupaten/kota di Jawa Barat. Dalam Profil UPBJJ-UT Bandung (2009: 20) menjelaskan bahwa, ”layanan akademik dilakukan melalui kegiatan tutorial yang diberikan secara tatap muka
(TTM) dan jarak jauh melalui surat menyurat, surat kabar, televisi dan internet”. Sejalan dengan itu Depdiknas UT, Katalog Program Pendas (2009: 39)
menjelaskan pula bahwa, ”pelaksanaan tutorial dilakukan dalam berbagai modus, yaitu dengan cara (1) tatap muka (TTM), (2) media radio/televisi dan media massa, dan (3) Internet (tutorial online)”.
Bagi mahasiswa program Pendas (TTM) bersifat wajib. Pada setiap masa registrasi, TTM dilaksanakan selama delapan minggu, setiap hari Sabtu/Minggu
untuk delapan kali pertemuan (satu x pertemuan =120 menit), kehadiran dan keaktifan mahasiswa berkontribusi terhadap nilai tutorial.
Layanan akademik di UPBJJ-UT Bandung, berupa tutorial tatap muka
diberikan oleh masing-masing tutor mata kuliah di tempat diselenggarakannya proses pembelajaran. Penilaian mata kuliah dari setiap dosen hanya sebatas
kegiatan tatap muka saja. Depdiknas UT (2009: 61) mengemukakan bahwa ”pembobotan untuk TTM adalah 50%”.
12
unsur yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Unsur-unsur tersebut dikemukakan berikut ini.
a. Wilayah kerja dan jumlah mahasiswa UPBJJ-UT Bandung
Wilayah kerja UPBJJ-UT sebanyak 19 Kabupaten/Kota dengan jumlah
mahasiswa angkatan 2007, 2008, dan 2009 sebanyak 13.273 orang. (lihat lampiran III, hal. 453).
b. SDM (Dosen dan Tenaga Administrasi)
Tutor adalah dosen/widyaiswara/pengawas/guru dari PTN Pembina,
berbagai PTN, PTS, Sekolah Tinggi, LPMP Jawa Barat, Badan/Lembaga/Pusat Pelatihan Guru/Tenaga Kependidikan, IGTKI, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan lain-lain. Jumlah tutor sebanyak 683 orang, dengan kualifikasi tingkat
pendidikan S3 = 6, 37% (45orang), empat diantaranya Guru Besar (0,59%); S2 = 69,93% (472 orang) dan S1 = 23, 70% (162 orang) dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan mata kuliah yang ditutorialkan.
Tenaga Akademik berjumlah 24 orang, masing-masing berijazah: Sarjana 1 sebanyak 15 orang (62,5%), S2 sebanyak 8 orang (33,3%), dan S3 sebanyak 1
orang berijazah S3 ( 4,2%). Tenaga Administrasi yang menunjang kegiatan pelayanan kepada stakeholders berjumlah 28 orang dengan masing-masing
berijazah: SD 1 orang (0,035%), SLA/Paket C, 10 orang (35,7%), Diploma I - III, 2 orang (7%), S1 13 orang (46%), dan S2 sebanyak 2 orang (7%).
c. Fasilitas Pembelajaran dan Multi Media
13
baik cetak maupun non-cetak, (2) disediakan bantuan belajar berupa tutorial tatap muka, tutorial online, tutorial melalui radio dan televisi”. (Profil UPBJJ-UT
Bandung, 2009: 10-11). Fasilitas pembelajaran, seperti gedung, ruang kuliah beserta fasilitasnya, menggunakan fasilitas yang ada di lembaga mitra, sedangkah
untuk keperluan UAS UPBJJ-UT Bandung menyediakan 20 unit komputer. Fasilitas pembelajaran online (pengiriman tugas, konsultasi dosen - mahasiswa melalui internet ataupun HP) ditanggung oleh dosen dan mahasiswa bersangkutan.
d. Sistem Komunikasi
Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ) yang diterapkan UT menuntut
mahasiswa belajar mandiri, memiliki prakarsa sendiri dalam mempelajari bahan ajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan keterampilan, dan menerapkan pengalaman belajarnya di lapangan. Untuk membantu mahasiswa belajar, UT
menyediakan berbagai layanan bantuan belajar yang mencakup kegiatan tutorial tatap muka (TTM), tutorial online atas permintaan, bimbingan praktek/praktikum.
e. Sistem Pengelolaan Pembelajaran PJJ S1 PGSD
SBJJ di UT, dengan program kegiatan sebagai berikut: (1) promosi & sosialisasi, untuk meraih pasar calon mahasiswa; (2) registrasi dilaksanakan
secara terjadwal; (3) Distribusi bahan ajar; (4) Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB); (5) Bantuan belajar, terdiri dari layanan akademik dan layanan
administrasi. Beberapa mata kuliah program Pendas menawarkan tutorial online, dosen mata kuliah sudah ditetapkan oleh pusat.
f. Efektivitas Pembelajaran
14
jawaban dari hasil penelitian ini, efektivitas pembelajaran hasil dari efektifnya sistem pengelolaan PJJ S1 PGSD yang dilaksanakan di lembaga bersangkutan.
g. Mutu Hasil Belajar (Output)
Mutu hasil belajar masing-masing angkatan dapat dilihat dari IPK yang
diperoleh mahasiswa sebagai berikut: Angkatan 2007.2 rata-rata IPKnya 2,48, angkatan 2008.1 dengan rata-rata IPK sebesar 2,47, dan rata-rata IPK mahasiswa angkatan 2008.2 sebesar 2,47.
Dari data yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa sistem pengelolaan pembelajaran yang diselenggarakan pada tiga lembaga penyelenggara PJJ S1
PGSD di atas belum optimal. Hal ini tergambar pada belum optimalnya kesiapan dosen, kesiapan mahasiswa dalam pembelajaran online masih kurang, media pembelajaran yang berkaitan dengan TIK belum memadai, serta sumber daya
pendukung, khususnya bidang TIK masih perlu ditingkatkan.
Bagi banyak mahasiswa terutama di Indonesia, tuntutan perubahan
paradigma dalam belajar itu tentu tidak mudah, terlebih bagi mereka yang tidak memiliki keinginan yang sungguh-sungguh mencari ilmu, kemauan untuk bekerja keras, dan dorongan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan diri secara
independen. Pelbagai hasil kajian (Tinto, 1975; Carr, 2000; Dixon, 2001; Goal & Goal, 2001; Lau, Ed., 2001; Dikshit, dkk., Ed., 2002; Howard, Schenk, &
Discenza, 2004) dalam Depdiknas, Naskah Akademik UNTAN, (2006: 3), menunjukkan bahwa kekurang berhasilan mahasiswa dalam studi di PJJ diantaranya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
15
2) Kurang termotivasi karena tidak ada dosen atau petugas yang mengontrol dan menjawab pertanyaan secara langsung dan cepat jika mahasiswa mempunyai masalah.
3) Tidak terbiasa belajar mandiri secara terprogram.
4) Merasa tidak memiliki cukup waktu untuk membaca bahan ajar, mengerjakan tugas-tugas, mengikuti tutorial, dan mempersiapkan ujian. 5) Kesulitan dalam membaca bahan ajar dan “merekam” atau mengingat
hasil baca.
6) Kesulitan menggunakan media pembelajaran elektronik.
Bila dilihat dari Indek Prestasi tergolong cukup, namun masih perlu untuk ditingkatkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengelolaan
pembelajaran merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas proses dan mutu hasil belajar mahasiswa.
Dari permasalahan yang dipaparkan di atas, khususnya yang terkait dengan proses pembelajaran jarak jauh, perlu diadakan penelitian. Oleh karena itu, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian untuk memecahkan
permasalahan proses pembelajaran tersebut dengan judul: ”Sistem Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh pada program PJJ S1 PGSD di Universitas Tanjungpura
(UNTAN), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Terbuka (UPBJJ- UT) Bandung.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1) Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan kondisi nyata di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam sistem pengelolaan pembelajaran PJJ S1 PGSD dengan perubahan
16
dosen, delivery system, unit pendukung, serta persepsi mahasiswa berikut ini. a. Konsep Pembelajaran:
1) Belajar tatap muka menjadi kegiatan belajar bermediasi teknologi. 2) Belajar terkontrol dan terbimbing secara langsung oleh dosen menjadi
kegiatan belajar yang sepenuhnya ditentukan oleh dirinya sendiri (otonom atau independen).
3) Perilaku belajar yang kerap didominasi oleh budaya mendengar menjadi
belajar didominasi oleh kegiatan membaca dan mengakses sendiri informasi dari berbagai sumber.
4) Belajar secara berkelompok dalam sebuah komunitas kelas menjadi belajar individual di mana saja.
b. Peran dosen:
1) Kemampuan dosen dalam pembelajaran berbasis online di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung masih kurang.
2) Profesionalisme Dosen FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi masih kurang.
3) Profesionalisme Dosen yang terkait dengan pembelajaran jarak jauh masih kurang akan berdampak pada mutu hasil belajar mahasiswa PJJ
S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung khususnya dalam bidang TIK.
c. Persepsi Mahasiswa
17
2) Motivasi mahasiswa dalam belajar mandiri secara terprogram (otonomi atau independen) masih kurang.
3) Mahasiswa merasa tidak cukup waktu untuk membaca bahan ajar, mengerjakan tugas-tugas, mengikuti tutorial, dan mempersiapkan ujian.
4) Kurangnya kemampuan mahasiswa untuk membaca dan mengakses sendiri informasi dari berbagai sumber.
5) Masih kurangnya pemahaman mahasiswa tentang pembelajaran
bermediasi teknologi.
d. Dukungan Kebijakan Jajaran Pimpinan
1) Dukungan kebijakan dari Jajaran Pimpinan FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung (dekan/kepala, pembantu dekan, kajur/ kaprodi, sekjur/sekprodi) dalam sistem pengelolaan Pembelajaran Jarak
Jauh pada program PJJ S1 PGSD masih belum sesuai dengan kebutuhan perkembangan TIK.
2) Ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pembelajaran online belum memadai.
3) Sistem pembinaan SDM pendukung sistem TIK di FKIP UNTAN, FIP
UPI, dan UPBJJ-UT Bandung belum optimal. e. Sistem Pengelolaan Pembelajaran
1) Sistem pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung belum optimal.
18
dengan menggunakan TIK di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung belum optimal.
3) Sistem evaluasi pembelajaran PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung belum efektif.
f. Mutu Hasil Belajar
1) Mutu hasil belajar mahasiswa PJJ S1 PGSD masih kurang, akan mengakibatkan kualitas lulusan juga kurang memadai sehingga tujuan
program dalam upaya pengembangan serta peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas sebagai
guru SD yang professional juga belum sepenuhnya dapat diwujudkan. 2) Belum adanya penelitian tentang sitem pengelolan pembelajaran PJJ S1
PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
3) Belum adanya penelitian tentang dampak dari proses pembelajaran jarak jauh dengan model hybrid terhadap mutu hasil belajar Mahasiswa
PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung. Masalah-masalah yang menyangkut sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh sangat kompleks, tidak mungkin peneliti mengkaji secara menyeluruh.
Keterbatasan dana, waktu, tenaga, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka pembatasan permasalahannya sebagai berikut.
1. Batasan Masalah
Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan lingkungan
19
akan dibatasi pada sistem pengelolaan pembelajaran PJJ S1 PGSD ditinjau dari (1) Dukungan kebijakan dari Jajaran Pimpinan (dekan/kepala, pembantu dekan,
kajur/kaprod sekjur/sekprodi) dalam sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada prodi PJJ S1 PGSD; (2) Kesiapan dosen PJJ S1 PGSD dalam pembelajaran
jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (3) Kemandirian mahasiswa PJJ S1 PGSD dalam pembelajaran jarah jauh, di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (4) Kesiapan mahasiswa PJJ S1 PGSD FKIP
UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung dalam menerima pembelajaran jarak jauh; (5) Pembiayaan sistem pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD FKIP
UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (6) Ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (7) Sistem pembinaan SDM pendukung sistem
pembelajaran jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (8) Implementasi proses pembelajaran jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan
UPBJJ-UT Bandung; (9) Sistem evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh pada program PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (10) Dampak proses pembelajaran jarak jauh terhadap peningkatan mutu hasil belajar
mahasiswa PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung; (11) Sistem pengelolaan pembelajaran jark jauh pada program PJJ S1 PGSD di
FKIP UNTAN, FIP UPI , dan UPBJJ-UT Bandung.
Secara kontekstual, penelitian pembelajaran jarak jauh dilaksanakan di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung dengan alasan sebagai berikut:
20
katagori kurang, mengingat; (1) Program pembelajaran jarak jauh model hybrid ini tergolong baru, masih banyak kekurangannya, menuntut perubahan paradigma
dalam belajar itu tentu tidaklah mudah; (2) FKIP UNTAN, FIP UPI merupakan anggota konsorsium dari 23 LPTK penyelenggara PJJ S1 PGSD, dan UPBJJ-UT
Bandung juga sebagai lembaga penyelenggara, namun bukan termasuk anggota konsorsium; (3) Penelitian tentang sistem pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh belum pernah dilakukan di 3 lembaga penyelenggara PJJ S1 PGSD ini; (4)
Adanya keterbatasan penulis dalam hal dana, waktu dan tenaga.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan kondisi nyata di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian terkait dengan
sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSDyaitu:
1. Bagaimana dukungan kebijakan dari Jajaran Pimpinan FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung (dekan/ketua, pembantu dekan, kajur/ kaprodi, sekjur/sekprodi) dalam sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada program PJJ S1 PGSD?
2. Bagaimana kesiapan dosen dalam pembelajaran jarak jauh pada program PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
21
4. Bagaimana kesiapan mahasiswa PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung dalam menerima pembelajaran jarak jauh?
5. Bagaimana pembiayaan sistem pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
6. Bagaimana ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
7. Bagaimana Sistem pembinaan SDM pendukung sistem pembelajaran jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
8. Bagaimana implementasi proses pembelajaran jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
9. Bagaimana sistem evaluasi pembelajaran jarak jauh pada Prodi PJJ S1
PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
10. Bagaimana dampak proses pembelajaran jarak jauh terhadap peningkatan
mutu hasil belajar Mahasiswa PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung?
11. Bagaimana sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada Prodi PJJ
S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI , dan UPBJJ-UT Bandung?
D. Tujuan Penelitian
22
1. Mengetahui dukungan kebijakan dari Jajaran Pimpinan FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung (dekan/ketua, pembantu dekan, kajur/
kaprodi, sekjur/sekprodi) dalam sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada Prodi PJJ S1 PGSD.
2. Mengetahui kesiapan dosen dalam pembelajaran jarak jauh pada Prodi PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
3. Mengetahui kemandirian mahasiswa PJJ S1 PGSD dalam pembelajaran
jarah jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
4. Mengetahui kesiapan mahasiswa PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI,
dan UPBJJ-UT Bandung dalam menerima pembelajaran jarak jauh. 5. Mengetahui pembiayaan sistem pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD
FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
6. Mengetahui ketersediaan infrastruktur pendukung dalam pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT
Bandung.
7. Mengetahui sistem pembinaan SDM pendukung pembelajaran jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
8. Mengetahui implementasi proses pembelajaran jarak jauh di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
23
10. Mengetahui dampak proses pembelajaran jarak jauh terhadap peningkatan mutu hasil belajar Mahasiswa PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI,
dan UPBJJ-UT Bandung.
11. Mengetahui sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada Prodi PJJ S1
PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teori:
a. Mengembangkan sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh untuk kebutuhan bidang pendidikan.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pembelajaran jarak jauh untuk pendidikan.
2. Secara Praktek:
1) Menemukan sistem pengelolaan pembelajaran yang efektif di PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
2) Meningkatkan implementasi pembelajaran jarak jauh bagi seluruh dosen dan mahasiswa PJJ S1 PGSD dalam mendukung proses
24
F. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur atau bagaimana bagian-bagian berfungsi. Menurut Bogdan dan Biklen (1982:32), “paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang
dipegang bersama, konsep atau preposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian”. Selanjutnya, Kuhn (1962) dalam “The Structure of Scientific Revolutions” mendefinisikan
“Paradigma ilmiah” sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, contoh-contoh termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama-sama yang menyediakan model yang darinya muncul tradisi yang koheren dari penelitian ilmiah. Penelitian yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma bersama berkomitmen untuk menggunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama.
Berdasarkan definisi Kuhn tersebut, Harmon (1970) mendefinisikan “paradigma” sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan
melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus secara realitas”. Alsa, (2003) menyatakan bahwa “paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti”.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah seperangkat kepercayaan, nilai, konsep dan pandangan
tentang alam sekitar yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk merumuskan dan memecahkan permasalahan penelitian. Dengan demikian paradigma penelitian merupakan pegangan bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya.
Untuk memecahkan permasalahan penelitian ini, maka perlu berpegangan pada paradigma: sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan
25
PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung. Dalam penelitian ini akan mengkaji, menganalisis tentang sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh
terutama yang terkait dengan: dukungan kebijakan dari pimpinan FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan
pembelajaran jarak jauh, kesiapan dosen dan mahasiswa, peran kemandirian mahasiswa, pembiayaan, ketersediaan infrastruktur pendukung, sistem pembinaan SDM, implementasi proses pembelajaran jarak jauh, sistem evaluasi, dampak
proses Pembelajaran Jarak Jauh terhadap peningkatan mutu hasil belajar Mahasiswa, serta sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh di PJJ S1 PGSD
FKIP UNTAN, FIP UPI dan UPBJJ-UT Bandung.
G. Pola Dasar Penelitian
Teori-teori manajemen, administrasi pendidikan, pendidikan jarak jauh, teknologi informasi dan komunikasi (TIK, digunakan sebagai dasar untuk
mengkaji masalah-masalah sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh yang meliputi unsur-unsur penunjangnya.
Selain itu, pembelajaran jarak jauh dengan model hybrid yang sudah ada
akan diteliti dan dikaji sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran jarak jauh PJJ S1 PGSD yang efektif sesuai dengan kondisi di lingkungan FKIP
26
Gambar 1.1
!
" !
!
#$! % &
' $ %
(
) ! * $ +,-.,/ *$ + $/ ! + 0
1+-0 !
) &
% %
20
) * $
+,-.,/ *$ + $ ! + 0 1+- 0 !
$! % &
$! % $ %
34 !
27
H. Premis dan Asumsi Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa premis dan asumsi yang menjadi landasan dalam mengkaji dan menganalisis sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ)
sebagai berikut ini.
Undang-Undang Repulik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bagian kesepuluh Pasal 31 (0) Pendidikan jarak jauh dapat
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Sejalan dengan itu, Depdiknas, (2006: 2) mengemukakan bahwa:
Program PJJ S1 PGSD merupakan program pendidikan dalam jabatan (in-service training program) yang diselenggarakan melalui sistem terbuka dan jarak jauh. Program ini ditujukan bagi guru SD yang telah diangkat dan bekerja sebagai guru kelas. Program S1 PGSD dirancang untuk memungkinkan pengembangan serta peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas sebagai guru SD yang professional.
Sistem pembelajaran yang digunakan dalam program PJJ S1 PGSD adalah
model hybrid, model yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online, atau pendidikan jarak jauh. Sarana penunjang dari pembelajaran jarak jauh ini adalah teknologi informasi. TIK pada pembelajaran
jarak jauh ini sangat membantu, dengan menggunakan fasilitas internet.Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan teknologi ini sebagai suatu
pertimbangan utama digunakannya distance learning. Pendidikan jarak jauh dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi kuliah dan informasi dalam bentuk cetakan buku, CD-ROM, video langsung ke alamat peserta didik jarak
28
Kegunaan mengacu pada seberapa mudah sebuah program dipergunakan, dan bagaimana user berinteraksi dengan program. Estetika berkaitan dengan
bagaimana informasi disajikan dan terorganisir.
“Siswa dapat memilih sendiri pembelajaran online, mereka lebih siap dan
termotivasi lebih tinggi daripada siswa konvensional, siswa menikmati kepuasan tinggi”. Cohen (2002).Kemandirian belajar mahasiswa dapat dilihat dari motivasi internal seperti, memiliki konsep diri, etos belajar yang tinggi, meningkatkan daya
juang, efiseinsi penggunaan waktu, memiliki kesadaran, tanggungjawab terhadap proses belajar mandirinya, serta memiliki kemahiran teknologi tingkat tinggi.
Ketua Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan Tinggi, Tadjudin (2010), mengemukakan bahwa, ada lima kategori paling penting bagi sukses tidaknya kelangsungan PPJJ, yakni: “Institusi dan dukungan teknologi,
manajemen, jaminan kualitas akademik dan proses mengajar, servis untuk pelajar, dan pembangunan staf dan servis untuk instruktur.”
Efektifitas sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh adalah proses penataan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan TIK dan melibatkan seluruh komponen pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pebelajaran yang
efektif dan efisien. Sistem pengelolaan pembelajaran efektif mendukung peningkatan mutu hasil belajar mahasiswa. Mutu hasil belajar mengandung makna
‘kualitas yang dihasilkan dari hasil pembelajaran’. Menurut Nurhasan (1994: 12) hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang diberikan, kemudian terjadi perubahan
102
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan fokus masalah penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan
karakteristik data yang akan dikumpulan maka desain yang tepat untuk penelitian ini
adalah menggunakan analisis deskriptif dengan metode kualitatif, dengan pendekatan
naturalistik dalam pengumpulan data dan peneliti sendiri sebagai instrumen utama.
Kegiatan inti dari suatu penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan Lincoln dan Guba
(1984), “penelitian kualitatif sebagai skema atau program penelitian yang berisi out line
apa yang harus dilakukan peneliti, mulai dari pernyataan sebagai informasi penelitian
sampai pada analisis data finalnya”.
Dengan demikian desain penelitian ini adalah studi kasus (case study)
menggunakan pendekatan eksploratif yang bersifat mendalam dengan menganalisis
sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada program PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN,
sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada program PJJ S1 PGSD FIP UPI, dan
sistem pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada program PJJ S1 PGSD UPBJJ-UT
Bandung. Selanjutnya mengadakan analisis deskripsi secara komparatif sistem
pengelolaan pembelajaran jarak jauh pada program PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP
UPI dan UPBJJ-UT Bandung. Studi eksplorasi ini menelusuri secara cermat data yang
diperlukan untuk menggambarkan dan menjelaskan aspek-aspek penelitian yang
103
sekunder, dengan bahan-bahan yang dipelajari berupa catatan-catatan, dan dokumen
resmi (studi dokumentasi). Dalam melakukan pengumpulan data di lapangan digunakan
instrumen pembantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman
penilaian dokumentasi, yang dilengkapi dengan buku catatan, perekam serta dibantu oleh
informan, sehingga data dan informasi dapat dihimpun selengkap mungkin.
Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data
yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental, dan
komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan
jelas. Untuk dapat memahami dan memberikan makna kepada data yang dikumpulkan,
dilakukan dengan analisis dan interpretasi yang dilakukan secara terus menerus, yakni
reduksi data, pemrosesan satuan, kategorisasi data, triangulasi, serta penarikan
kesimpulan dan verifikasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih “grounded“.
B. Desain dan Tahapan Penelitian
1. Desain Penelitian
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama
(key instrument) dalam pengumpulan data. Kategori instrumen yang baik dalam
penelitian kualitatif adalah instrument yang memiliki pemahaman yang baik tentang
metodologi penelitian, penguaaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk
memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Karena itu,
peneliti memiliki peranan yang fleksibel dan adaptif. Menurut Guba dan Lincoln
104
Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup (1) responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan; (2) dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi pengumpulan data; (3) menekankan keutuhan, memanfaatkan imajinasi dan kretivitasnya, mengembangkan perasaan keutuhan dari situasi yang dipelajarinya secara kontekstual; (4) mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, dengan menggunakan berbagai metode, memperluas pengetahuan melalui praktik pengalaman lapangan; (5) memproses data secepatnya; (6) memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan; (7) memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan idiosinkratik.
Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan
informasi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan
wawancara mendalam.
Pendekatan kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan suatu makna
peristiwa interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu. Selanjutnya dengan
merujuk kepada karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh
Bogdan dan Biklen (1992: 29-32) bahwa terdapat lima karakteristik penelitian kualitatif,
yaitu:
a. qualitative research has the natural setting as direct source of data and researcher is the key instrument,
b. qualitative research is descriptive. the data collected are in the form of worlds or picture rather than numbers,
c. qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products,
d. qualitative research tend to analyze their data inductively, and e. meaning is of essential concern to qualitative approach.
a. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data langsung dan
peneliti merupakan instrumen kunci, peneliti langsung ke lapangan untuk dapat
mengumpulkan data dari sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi. Peneliti
105
observasi dan wawancara, baik secara formal maupun non formal dengan dosen,
mahasiswa, unsur pimpinan/pengelola PJJ S 1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan
UPBJJ-UT Bandung.
b. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, data yang dikumpulkan dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi, analisisnya lebih berupa gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif, sehingga laporan penelitian berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut, untuk
dapat menjawab pertanyaan penelitian. Dengan demikian, setiap temuan sementara
dilandasi dengan data sehingga temuan itu semakin dapat dipercaya (sahih) sebelum
diangkat sebagai teori.
c. Peneliti kualitatif berkaitan dengan proses dan bukan sekadar dengan hasil atau
produk, Bagaimana orang menegosiasikan makna? Bagaimana keterangan dan label
tertentu datang untuk diterapkan? Bagaimana pengertian tertentu datang akan
diambil sebagai bagian dari apa yang kita kenal sebagai "akal sehat"? Apa sejarah
alam dari kegiatan atau peristiwa yang sedang dipelajari? Penelitian kualitatif lebih
banyak mementingkan segi ‘proses” daripada “hasil”. Hal ini desebabkan oleh
hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati
dalam proses.
d. Riset kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif, karena dalam penelitian
naturalistik kualitatif mempelajari sesuatu proses atau masalah dengan tanpa
106
menguji hipotesis yang didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan
pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori.
e. Perhatian penting pendekatan kualitatif adalah mencari pemahaman dan penarikan
makna dari fenomena yang terjadi (apa yang dilakukan orang membuat asumsi
tentang kehidupan mereka melalui penyajian deskriptif analitik).
2. Tahapan penelitian
Secara garis besar, terdapat lima tahap proses yang dilalui yaitu: Persiapan penelitian,
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, pemeriksaan keabsahan atau
validasi penelitian serta pengambilan kesimpulan hasil penelitian.
[image:40.595.99.519.229.654.2]Adapun tahapan penelitian diatas digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 3.1
Diagram Alur Tahapan Penelitian
Tahapan persiapan penelitian merupakan langkah awal dalam penelitian yang
dilakukan dan dalam persiapan penelitian adalah studi pendahuluan. Pada tahap Persiapan
Penelitian
Pengumpulan Data
Pemeriksaan Keabsahan
Penelitian
Analisis dan Pengolahan
Data
Pengambilan Kesimpulan
Penelitian
107
pengumpulan data, diawali dengan penentuan populasi dan sample penelitian yang
relevan dengan karakteristik masalah yang diteliti. Selanjutnya dilakukan pengumpulan
data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan kajian dokumentasi.
Langkah ketiga adalah pengolahan dan analisis data. Analisis dilakukan secara
konsisten dan berulang dengan merujuk pada pertanyaan penelitian.
Alwasilah (2002: 158) menegaskan tentang pentingnya strategi analisis dan pengolahan
data seperti itu karena memiliki sejumlah manfaat, yaitu:
(1) setiap tahapan pengumpulan data terpadu oleh fokus yang jelas, (2) Observasi dan wawancara selanjutnya akan semakin terfokus dan menukik pada permasalahan serta semakin mendalam, (3) Analisis pada setiap tahapan akan menampilkan kategori sebagai bahan bagi pengembangan teori sementara.
Pada tahapan pemeriksaan keabsahan penelitian dilakukan dengan berbagai teknik
validasi yang sesuai dengan karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Kemudian tahap akhir dari penelitian ini adalah pengambilan kesimpulan hasil penelitian
dan penulisan laporannya
Berikut, strategi penelitian menurut Lincoln dan Guba (1984: 221) lebih spesifik.
Intinya adalah mengemukakan metode-metode yang digunakan untuk mengurai bagaimana penelitian itu dilakukan dan bagaimana masalah-masalah itu dijawab dengan prosedur yang ada walaupun pada hakekatnya desain penelitian kualitatif bersifat ”emergent” atau tidak dapat dimantapkan pada taraf permulaan dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang penelitian itu dijalankan namun untuk kepentingan penulisan atau pengujian suatu proposal, desain penelitian harus dibuat.
Oleh karena itu strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) orientasi
teoritik dengan pendekatan fenomonologis; (2) teknik pengumpulan data tiga tahap yaitu
Pertama, tahap persiapan yaitu tahap pengamatan awal untuk memantapkan
108
ini direncanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Pebruari 2009. Kedua, tahap
eksplorasi pengumpulan data, dan penelitian terfokus/pengecekan data yaitu
pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, pengumpulan dokumen, dan
mencari informasi-informasi yang berhubungan dengan fokus dan permasalahan
penelitian ini. Tahap pengecekan data yaitu tahap untuk mengadakan pengecekan data
yang telah diperoleh, seperti membandingkan, mencocokkan dengan dokumen dan
lain-lain, untuk memperkuat hasil penelitian. Pelaksanaan tahap kedua ini direncanakan pada
bulan Agustus 2009 sampai dengan Januari 2010. Ketiga, Tahap analisis data yaitu
data-data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif, sehingga mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Pelaksanaan tahap ketiga ini direncanakan pada bulan Pebruari sampai
dengan Juni 2010 dengan cara mendiskusikan kembali analisis yang diperoleh untuk
menyimpulkan hasil akhir penelitian ini.
C. Subyek dan Sampling Penelitian
1. Subyek Penelitian
Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam penelitian kualitatif berturut-turut
menjadi data primer dan sekunder penelitian. Data primer yang dikumpulkan mencakup
persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Data sekunder meliputi data jumlah person dan kualifikasinya dan berkas
kertas kerja yang mendukung sistem pengelolaan pembelajaran PJJ S1 PGSD di FKIP
109
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian ini
ditentukan secara snow ball sampling, artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan dipilih
menurut tujuan penelitian; namun subjek penelitian dapat terus bertambah sesuai
keperluannya. Dalam penelitian ini, teknik snow ball sampling dilakukan apabila dalam
pengumpulan datanya tidak cukup hanya dari satu sumber, maka dikumpulkan juga data
dari sumber-sumber lain yang berkompeten.
Dengan penggunaan teknik snow ball sampling subjek penelitian ini adalah:
a. Unsur pimpinan/Pengelola program PJJ S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan
UPBJJ-UT Bandung (dekan/kepala, pembantu dekan, kajur/kaprodi,
sekjur/sekprodi).
b. Dosen PJJ S 1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
c. Mahasiswa PJJ S1 PGSD FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung.
d. Kelompok pengguna yang terlibat langsung dalam pembelajaran PJJ S1 PGSD
FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT Bandung (sekolah).
2. Sampling Penelitian
Sampling dalam penelitian adalah pilihan peneliti terhadap aspek, peristiwa, dan
siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu. Oleh karena itu, pemilihan
sample penelitian dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung.
Sampling dalam hal ini ialah pilihan peneliti atas aspek apa dan peristiwa apa dan siapa
yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu karena itu pemilihan sample dilakukan
terus menerus sepanjang penelitian. Sampling bersifat proposif yakni tergantung pada
110
subjektif yaitu peneliti itu sendiri tanpa menggunakan test, angket atau eksperimen.
Instrumen dengan sendirinya tidak berdasarkan definisi operasional. Yang dilakukan
ialah menyeleksi aspek-aspek yang khas, yang berulang kali terjadi, yang berupa pola
atau tema dan tema itu senantiasa diselediki lebih lanjut dengan cara yang lebih halus dan
mendalam. Tema itu akan merupakan petunjuk kearah pembentukan suatu teori. Analisis
data bersifat terbuka, opened-ended dan induktif. Dikatakan terbuka karena teknik
sampling purposive (bertujuan).
Sample penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Faisal (1990: 44), berkaitan
dengan “prosedur memburu informasi sebanyak karakteristik elemen yang berkaitan
dengan apa yang ingin diketahui. Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sangat erat
kaitannya dengan faktor-faktor konstektual“. Untuk itu jumlah sumber data atau
narasumber dalam penelitian kualitatif tidak menjadi kriteria umum, tetapi maksud
sampling dalam hal ini adalah lebih kepada sejauh mana sumber data dapat memberikan
informasi sebanyak mungkin sesuai dengan tujuan penelitian, melalui apa yang disebut
informan. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan
konteks yang unik. Maksud sampling lainnya adalah untuk menggali informasi yang akan
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Berdasarkan hal tersebut sample penelitian dalam menentukan sumber data
ditetapkan secara sample purposif, dengan subyek penelitian yang menjadi satuan analisis
adalah berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin
111
Sample responden atau penentuan informan kunci dipilih dengan menggunakan
teknik purposive. Hal ini sesuai dengan konsep penarikan sample penelitian kualitatif
menurut Miles dan Huberman (1992: 47) adalah ”mengambil sepenggalan kecil dari
suatu keseluruhan yang lebih besar, dan penarikannya cenderung menjadi lebih purposif
dengan tujuan yang jelas daripada acak”.
Penarikan sample tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang orang-orang
mana yang akan diamati, tetapi juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa, dan
proses-proses sosial. Penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa para
responden harus mewakili populasi, melainkan responden itu harus dapat memberikan
informasi yang diperlukan. Responden karena jabatannya dan karena fungsi tugas
maupun wewenangnya memahami sistem pengelolaan pembelajaran mulai dari
perencanaan, implementasi, evaluasi pembelajaran, serta dukungan kebijakan. Responden
dengan kriteria ini menjadi sumber utama perolehan data dalam penelitian ini.
D. Instrument Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian dalam
pengumpulan data lebih banyak bergantung kepada diri peneliti atau sebagai alat
pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen
juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. “Validasi ini meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
112
(Sugiyono, 2007: 59). Peneliti melakukan validasi sendiri melalui evaluasi diri seberapa
jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal mamasuki lapangan. Sebagai human
instrument, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas hasil penemuannya.
Sebelum melakukan penelitian kualitatif, peneliti harus melakukan tiga hal.
Pertama, dia harus berpendirian seperti apa yang disiratkan oleh karakter paradigma naturalist. Kedua, peneliti harus mengembangkan tingkat keterampilan yang tepat sebagai instrumen manusia, atau alat untuk mengumpulkan dan menafsirkan data. Tiga, peneliti harus menyiapkan satu desain penelitian yang menggunakan strategi penyelidikan naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985).
Glaser dan Strauss (1967) dan Strasuss dan Corbun (1990) menyarankan agar
peneliti memiliki sensitivitas teoritis. Konsep ini tentu akan sangat berguna dalam rangka
mengevaluasi keterampilan peneliti dan kesiapnnya dalam melakukan penyelidikan
kualitatif. Sensitivitas teoritis mengacu pada kualitas personal peneliti.
Theoretical sensitivity refers to a personal quality of the researcher. It indicates an awareness of the subtleties of meaning of data. …[It] refers to the attribute of having insight, the ability to give meaning to data, the capacity to understand, and capability to separate the pertinent from that which isn’t. (Strauss dan Corbin, 1990:
42).
Sensitivitas Teoritis mengacu pada kualitas pribadi peneliti. Hal ini menunjukkan
kesadaran seluk beluk makna data. ... [Ini] mengacu pada atribut memiliki wawasan,
kemampuan untuk memberi makna data, kemampuan untuk memahami, dan kemampuan
untuk memisahkan antara yang terkait dan yang tidak. Strauss dan Corbin percaya bahwa
113
pengalaman profesional, dan pengalaman pribadi. “Kredibilitas laporan peneliti kualitatif
tergantung pada tingginya kepercayaan pembaca pada kemampuan peneliti yang sensitif
atas data dan kemampuannnya membuat keputusan yang tepat di lapangan” (Eisner,
1991; Patton, 1990).
Lincoln dan Guba (1985) mengidentifikasi,
Karakteristik yang menyebabkan peneliti menjadi pilihan instrumen dalam penyelidikan naturalistik. Peneliti responsif terhadap petunjuk-petunjuk lingkungan, dan mampu berinteraksi dengan lingkungan, memiliki kemampuan untuk memahami situasi secara menyeluruh, mampu mengolah data yang tersedia,secepat mungkin, dan mampu memberikan feedback dan verifikasi data, serta mampu menggali respon umum atau yang tak biasa.
Kedudukan peneliti dalam pengumpulan data memiliki peran yang sangat
strategis. Dengan keunggulan fisik dan psikologisnya yang fleksibel, ia bisa
memanfaatkan segala kemampuan fisik maupun psikologinya itu sebagai alat pengumpul
data. Dalam dirinya, terkandung berbagai macam alat (instrumen) pengumpul data yang
lengkap. Indra penglihatan, rasa, raba, bau bisa digunakan untuk mengenali objek yang
ada dihadapannya. Pikirannya bisa digunakan untuk mengungkap hal-hal yang tak
terdeteksi oleh keenam indra tubuhnya itu.
E. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama
(key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki peranan yang
114
dibagi menjadi 4 (empat) tipe dasar, yaitu (1) interviews, (2) observation, (3)
documentation, (4) audio and visual material. (Fotografi)”
Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
berstruktur. Sesuai dengan bentuk wawancara ini, peneliti tidak terikat secara ketat pada
pedoman wawancara. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa
cara sebagai berikut:
(a) Wawancara pembicaraan informal yaitu wawancara yang bergantung pada pertanyaan spontanitas dalam kondisi yang wajar dan suasana biasa, (b) Wawancara dengan menggunakan petunjuk umum yaitu wawancara yang mengaharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pertanyaan dalam proses wawancara, dan (c) Wawancara baku terbuka yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. (Patton, 1980: 197)
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara bebas terkontrol artinya
wawancara dilakukan secara bebas sehingga diperoleh data yang luas dan mendalam.
Walaupun dalam wawancara ini diperlukan pedoman wawancara akan tetapi dalam
pelaksanaannya, wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada
sehingga kelihatan luwes. Hal ini penting dilakukan karena untuk menjaga hubungan baik
antara pewawancara dan yang diwawancarai.
2. Observasi
Dalam pengamatan ini, peneliti menggunakan secara domain bentuk partisipasi
interaktif dan observasi non partisipasif (observasi secara tidak langsung atau tidak secara
115
Menurut Nasution (1998), “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh dari observasi”.
“Pengamat berperan serta, pada dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan
mendengarkan secermat mungkin apa yang dilakukan, apa yang dikatakan, apa yang
terjadi sampai pada yang sekecil-kecilnya” (Moleong: 2001: 117). Dari beberapa
pendapat di atas, dikatakan bahwa makin banyak peneliti mengumpulkan informasi
makin baik, oleh sebab itu kita perlu untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
sesungguhnya bertalian dengan peristiwa dan yang mempengaruhi sistem pengelolaan
pembelajaran PJJ-S1 PGSD di FKIP UNTAN, FIP UPI, dan UPBJJ-UT. Itulah sebabnya
pengamatan harus seluas mungkin dan catatan hasil obsevarasi harus selengkap mungkin
3. Studi Dokumentasi
Dokumen-dokumen yang dikaji peneliti adalah yang berhubungan dengan
program kerja Ketua Pengelola, berkas-berkas yang memuat informasi lembaga,
termasuk dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan str