• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Pb-Akar dan Pb-Tajuk Jagung dengan Pb-Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Pb-Akar dan Pb-Tajuk Jagung dengan Pb-Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Jawa Barat"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI Pb-AKAR DAN Pb-TAJUK JAGUNG DENGAN

Pb-TANAH PADA EMPAT TIPE PENGGUNAAN LAHAN

PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI

CILEUNGSI, JAWA BARAT

DINDA SEPTIAN SACHARINA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Korelasi Pb-akar dan Pb-tajuk Jagung dengan Pb-tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Dinda Septian Sacharina

(4)

RINGKASAN

DINDA SEPTIAN SACHARINA. Korelasi Pb-akar dan Pb-tajuk Jagung dengan Pb-tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Jawa Barat. Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan DARMAWAN.

Pengembangan suatu kawasan industri memicu pengembangan kawasan urban dengan berbagai aktivitas domestik dan transportasi yang padat. Hal ini menyebabkan alihfungsi lahan pertanian dan timbulnya dampak lingkungan terhadap lahan pertanian produktif yang masih tersisa. Pemanfaatan beragam bahan kimia yang mengandung logam berat dalam aktivitas industri, transportasi dan pertanian memungkinkan tanah terkontaminasi oleh logam berat. Salah satunya adalah timbal (Pb) yang bukan merupakan hara esensial tetapi dapat diserap tanaman dari tanah untuk selanjutnya terakumulasi dalam akar, tajuk, bunga, biji dan buah maupun tubuh hewan dan manusia.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi korelasi antar bobot kering biomasa, kadar Pb akar dan tajuk tanaman uji jagung dengan Pb tanah terekstrak NH4 OAc-EDTA (PbNH4OAc-EDTA; tersedia) dan Aqua Regia (PbAR; total) serta toleransi tanaman uji terhadap Pb dan pengalihan Pb dari tanah pada lahan kering, pekarangan, sawah tadah hujan dan kebun campuran ke jaringan tanaman uji. Contoh tanah komposit diambil pada kedalaman 0-10 cm di 15 titik pewakil empat tipe penggunaan lahan pertanian tersebut di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tanaman uji jagung hibrida ditanam dengan metode Nebaüer (20 benih dalam 200 g BKM tanah) selama 21 hari di rumah kaca. Kadar Pb tanaman dianalisis dengan metode pengabuan basah (M HNO3). Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Rataan kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA tertinggi terukur pada tanah dari pekarangan, masing-masing 40.87 dan 10.58 mg/kg, sedangkan yang terendah dari sawah tadah hujan, masing-masing 19.78 dan 4.81 mg/kg. Kadar PbAR secara sangat nyata berbanding lurus dengan PbNH4OAc-EDTA. Hanya 22.96% dari PbAR yang dapat terekstrak sebagai PbNH4OAc-EDTA. Kadar PbAR dengan PbNH4OAc-EDTA hanyaberkorelasi positif nyata (p=0.0342) pada tanah dari lahan kering. Kadar PbNH4OAc-EDTA tidakberkorelasi nyata (p>5%) dengan bobot kering akar, tajuk dan tanaman uji. Kadar PbNH4OAc-EDTA tidakberkorelasi nyata (p>5%) dengan kadar Pb-akar. Serapan Pb-akar tertinggi terukur pada tanah dari kebun campuran (2.86

μg/pot) dan yang terendah pada tanah dari pekarangan (0.29 μg/pot). Nilai koefisien pengalihan atau Ct Pb pada tanah dari lahan kering (1.65) > kebun campuran (1.49) > pekarangan (0.08). Nilai indeks toleransi tanaman uji terhadap kontaminasi Pb atau Ti Pb pada tanah pekarangan (2.62) > lahan kering (1.92) > kebun campuran (1.87).

(5)

SUMMARY

DINDA SEPTIAN SACHARINA. Correlation of Root-Pb and Shoot-Pb of Corn with Soil-Pb in Four Agricultural Land-use Types in Cileungsi Urban-Industrial Area, West Java. Supervised by UNTUNG SUDADI and DARMAWAN.

Development of an industrial area triggers the development of urban areas with various domestic and busy transportation activities. This causes agricultural land-use change and environmental impacts to the remaining productive agricultural lands that remains. Utilization of a variety of heavy metals containing chemicals in industrial, transportation and farming activities may cause soils to be contam-inated with heavy metals. One of them is lead (Pb) which is not an essential nutrient but can be absorbed by plants from the soil to further accumulates in the roots, shoots, flowers, seeds and fruits as well as the bodies of animals and humans through the food chain.

This study was aimed at to evaluate the correlation between biomass dry weight, and root- and shoot-Pb concentrations of the corn test plant with the NH4OAc-EDTA and Aqua Regia extractable soil Pb (PbNH4OAc-EDTA; available and PbAR; total) as well as Pb tolerance of the test plant and Pb coefficient of transfer from homeyard, upland, mixed farmland, and rainfed paddy field soils to test plant tissues. Composite soil samples were taken from 0-10 cm soil depth at 15 points representing the four agricultural land use types in the Cileungsi urban-industrial area, Bogor district, West Java. The hybrid corn test plants were planted according to the Nebaüer method (20 seeds in 200 g dry-weight soil) for 21 days in a greenhouse. Plant tissue Pb concentration was analyzed using wet ashing method (M HNO3). Soil and plant analyses were carried out at the Laboratory of Soil Chemistry and Soil Fertility, Department of Soil Science and Land Resource IPB.

The highest average PbNH4OAc-EDTA and PbAR concentration weremeasured in soils from the home yard, respectively 40.87 and 10.58 mg/kg, while the lowest were from the rainfed paddy field, respectively 19.78 and 4.81 mg/kg. PbAR concentrations were very significantly proportional to PbNH4OAc-EDTA. Only 22.96% of PbAR which can be extracted as PbNH4OAc-EDTA. PbAR was only signifi-cantly and positively correlated with PbNH4OAc-EDTA (p=0.0342) at the dry land. PbNH4OAc-EDTA did not correlate significantly (p>5%) with the root, shoot, and plant biomass dry weight. PbNH4OAc-EDTA did not significantly correlate (p>5%) with the test plant root-Pb concentration. Root-Pb uptake was highest in soils of the mixed farmland (2,86 μg/pot), while the lowest was of the home yard (0.29

μg/pot). Value of the coefficient of transfer or Ct Pb in soils of the dry land (1.65) > mixed farmland (1.49) > home yard (0.08). Value of tolerance index of the test plant to Pb contamination or Ti Pb in soils of the home yard (2.62) > dry land (1.92) > mixed farmland (1.87).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

KORELASI Pb-AKAR DAN Pb-TAJUK JAGUNG DENGAN

Pb-TANAH PADA EMPAT TIPE PENGGUNAAN LAHAN

PERTANIAN DI KAWASAN URBAN-INDUSTRI

CILEUNGSI, JAWA BARAT

DINDA SEPTIAN SACHARINA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(8)
(9)

Judul Skripsi : Korelasi Pb-Akar dan Pb-Tajuk Jagung dengan Pb-Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-Industri Cileungsi, Jawa Barat

Nama : Dinda Septian Sacharina

NIM : A14100080

Disetujui oleh

Dr Ir Untung Sudadi, MSc Pembimbing I

Dr Ir Darmawan, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang tidak pernah lengah terhadap doa hambaNya, Rabb yang selalu memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Korelasi Pb-Akar dan Pb-Tajuk Jagung dengan Pb-Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan Pertanian di Kawasan Urban-industri Cileungsi, Jawa Barat. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Rasullallah Muhammad SAW ysng telah menjadi pijar dalam menghadapi segala problema selama perjalanan penelitian dan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr Ir Untung Sudadi, MSc sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian maupun saat penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr Ir Darmawan, MSc sebagai dosen Pembimbing II atas saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan penulisan skripsi.

3. Bapak Dr Ir Arief Hartono, MScAgr yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan atas saran-saran untuk perbaikan skripsi.

4. Papah (alm) dan Mamah tercinta, Mas Doddy dan Mas Dendy yang telah memberikan segala doa, semangat, dukungan dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.

5. USD Team 2013 yang selalu saling memberikan semangat untuk bangkit (bang Alfin, Nunik, Achul,Nyenyee, dan Wira).

6. Saudara yang selalu memberikan semangat, menampung keluh kesah dan selalu memberikan nasihat terbaik (Rike, Bambang, Nika).

7. Teman-teman Soiler 47 (Soildier & Soilermoon).

8. Keluarga ICBB (Indonesian Center for Biotechnology and Biodiversity) atas kebaikan dan kemurahan hatinya dalam memfasilitasi dan menerima penulis.

9. Seluruh Staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Perpustakaan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (Pak Koyo, Pak Soleh, Pak Ade, Mbak Upi dan Bu Tini) serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

BAHAN DAN METODE 6

Tempat dan Waktu Penelitian 6

Bahan dan Alat 6

Metode Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Rataan Kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA berdasarkan Penggunaan Lahan 7 Korelasi antara PbNH4OAc-EDTA dengan PbAR berdasarkan Penggunaan Lahan 8 Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Tanaman 8 Korelasi antara PbNH4OAc-EDTA dengan Kadar Pb-tanaman 10 Serapan Pb pada Akar Tanaman berdasarkan Penggunaan Lahan 10 Koefisien Pengalihan Pb pada Tanaman berdasarkan Penggunaan Lahan 11 Indeks Toleransi Pb pada Tanaman berdasarkan Penggunaan Lahan 12

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1. Korelasi PbNH4OAc-EDTA dengan PbAR berdasarkan penggunaan lahan 8

2. Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Akar 9

3. Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Tajuk 9

4. Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Tanaman 9

5. Korelasi antara kadar PbNH4OAc-EDTA dengan kadar Pb-akar 10

6. Koefisien Pengalihan Pb berdasarkan Penggunaan Lahan 11

7. Nilai Indeks Toleransi Tanaman Uji terhadap Pb 12

DAFTAR GAMBAR

1. Zea mays. L 5

2. Rataan kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA berdasarkan penggunaan lahan 7 3. Serapan Pb-akar berdasarkan penggunaan lahan

11

DAFTAR LAMPIRAN

1 . Titik contoh pada lahan pekarangan, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, PbHNO3 dan biomassa tanaman pada musim hujan November 2013 16 2 . Titik contoh pada lahan kering, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, PbHNO3 dan

biomassa tanaman pada musim hujan November 2013 17 3. Titik contoh pada sawah tadah hujan, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, PbHNO3 dan

biomassa tanaman pada musim hujan November 2013 18 4. Titik contoh pada kebun campuran, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, PbHNO3 dan

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan suatu kawasan industri pada umumnya memicu dan diikuti oleh pengembangan kawasan permukiman perkotaan (urban) dengan berbagai aktivitas domestik dan transportasi yang padat. Hal ini menyebabkan alihfungsi lahan pertanian dan dampak lingkungan terhadap lahan pertanian produktif yang masih tersisa.

Kontaminasi logam berat di udara, badan air dan tanah merupakan masalah lingkungan yang serius. Kontaminan logam berat yang berasal dari luar tanah sangat perlu diperhatikan karena berhubungan erat dengan kesehatan manusia, pertanian dan ekotoksikologinya (Alloway 1995). Hal ini tidak terlepas dari peningkatan jumlah dan jenis aktivitas manusia yang menggunakan logam berat sebagai bahan baku maupun bahan penolong serta kinerja pengelolaan limbahnya. Pemanfaatan beragam bahan kimia yang mengandung logam berat dalam aktivitas industri, transportasi dan pertanian memungkinkan tanah terkontaminasi oleh limbah padat, cair dan gas atau emisi yang mengandung logam berat.

Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur logam dengan kerapatan jenis > 6 kg.dm-3 (Lepp 1991). Sebagian dari logam berat merupakan hara esensial mikro bagi tanaman dan hewan, di antaranya Cu, Fe, Mn dan Zn. Oleh karena itu, kadar yang lebih ataupun kurang akan menyebabkan defisiensi ataupun keracunan. Logam berat lainnya, seperti Pb, Cd, Ni, Cr dan Hg bukan termasuk unsur hara esensial. Namun, bila berada dalam tanah dalam bentuk kimia yang tersedia, yaitu terlarut, dapat-dipertukarkan dan terikat lemah oleh senyawa organik, logam-logam tersebut dapat diserap untuk selanjutnya terakumulasi dalam jaringan tanaman di akar, tajuk, bunga, biji dan buah maupun tubuh hewan dan manusia melalui rantai makanan (Kabata-Pendias 1995).

Sumber utama pencemaran logam berat meliputi pertambangan, peleburan bijih logam, pembakaran bahan bakar fosil, limbah domestik, pupuk, pestisida dll. Logam berat penyebab kontaminasi lingkungan terutama adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn (Alloway 1995). Lahan pertanian di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor diduga rentan terhadap kontaminasi logam-logam berat tersebut dikarenakan adanya berbagai industri skala sedang hingga besar seperti pabrik semen, komponen otomotif, aki dll. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari hubungan antar kadar logam berat dalam tanah dengan kadar dan serapannya dalam jaringan tanaman serta tingkat toleransi dan pengalihannya.

Tujuan Penelitian

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kontaminasi dan Pencemaran Logam Berat pada Tanah

Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi merusak lingkungan hidup adalah limbah yang termasuk dalam Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang di dalamnya terdapat logam-logam berat. Subowo et al. (1999) menyatakan bahwa adanya logam berat dalam tanah pertanian dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian serta dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut.

Logam berat masuk ke lingkungan tanah melalui penggunaan bahan kimia yang langsung mengenai tanah, penimbunan debu, hujan atau pengendapan, pengikisian tanah dan limbah buangan. Menurut Darmono (1995), interaksi logam berat dan lingkungan tanah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: a) proses sorbsi dan desorbsi, b) difusi pencucian, dan c) degradasi.

Istilah kontaminasi tanah merujuk pada kisaran kadar kontaminan termasuk logam berat yang terukur dalam tanah yang belum atau tidak akan segera memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau komponen lingkungan lainnya. Istilah pencemaran tanah merujuk pada kisaran bahan tercemar logam berat yang terukur dalam tanah menyebabkan pengaruh negatif terhadap beberapa atau keseluruhan komponen lingkungan (Lacatusu 1998).

Kandungan logam berat dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam pada tanaman yang tumbuh di atasnya, kecuali terjadi interaksi di antara logam sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi logam dalam tanaman tergantung pada anasir kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman yang sensitif terhadap logam berat tertentu (Darmono 1995).

Logam berat didefinisikan sebagai unsur-unsur logam dengan kerapatan jenis > 6 kg/dm3 (Lepp 1981). Umumnya istilah tersebut mengacu pada 12 logam berat utama yang digunakan sebagai bahan baku dan dilepaskan ke lingkungan sebagai limbah dalam proses industri, yaitu Cd, Co, Fe, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Sn, dan Zn (Jones dan Jarvis 1981).

Sumber utama pencemar logam berat adalah deposisi atmosferik dari sisa pembakaran bahan bakar fosil serta aktivitas penambangan dan peleburan. Selain itu, tanah dan sedimen juga dapat tercemar logam berat yang berasal dari lumpur limbah, produk manufaktur dan pelapisan logam, cat dan pelapis berbahan dasar logam berat, serta beberapa pestisida dan pupuk yang mengandung logam berat (Alloway 1995).

(15)

3

6) elektronika (manufaktur, penggunaan dan pembuangan limbah komoditas elektronika); 7) industri kimia dan manufaktur lainnya; dan 8) pembuangan limbah (Alloway 1995).

Timbal

Sumber

Timbal (Pb) ditemukan pada batuan fosfat, Pb juga berasal dari pencemaran lingkungan seperti asap kendaraan, limbah industri dan sebagainya. Logam ini bukan unsur esensial baik bagi tanaman maupun hewan. Timbal termasuk ke dalam golongan IVB dalam tabel periodik dan memiliki berat atom 207.19. Kadar Pb pada batuan beku basa (basalt dan gabro) adalah 8 ppm dan pada batuan beku masam (granit dan ryolit) sebesar 20 ppm (Aubert dan Pinta 1997).

Jenis dan Ketersediaan dalam Tanah

Kisaran kadar Pb dalam tanah 2–200 ppm (Lindsay 1979), sedangkan kadar rata-rata normal Pb dalam tanah yang tidak tercemar adalah 10–150 ppm, dan pada tanah-tanah yang kaya Pb kadarnya dapat mencapai 1% atau lebih (Lepp 1981). Timbal yang terdapat di alam dalam bentuk senyawa PbS, PbSO4, atau PbO.

Sebagai kation logam, Pb dalam tanah dijumpai dalam dua tingkat oksidasi yang stabil yaitu sebagai Pb(II) dan Pb(IV), tetapi didominasi oleh ion Pb(II). Garam-garam Pb dalam bentuk klorida dan bromida bersifat larut dalam air, sedangkan sebagai karbonat dan hidroksida bersifat tidak larut. Dalam tanah Pb ditemukan dalam berbagai bentuk, terbanyak dijumpai dalam bentuk dapat dipertukarkan, dijerap, karbonat, organik, sulfida dan hidroksida. Faktor penting yang mengontrol bentuk Pb adalah komposisi mineral, kadar bahan organik dan pH tanah (Yaron et al. 1996).

Kegunaan Timbal (Pb)

Penggunaan timbal dalam kehidupan sehari-hari dan industri, antara lain dalam produksi baterai penyimpanan mobil, dalam produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel pipa, dan solder, bahan kimia, pewarna (cat), sebagai pelapis tahan karat, sebagai campuran dalam pelapis keramik, sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) untuk mengurangi letupan (anti-knocking) pada proses pembakaran oleh mesin kendaraan (Ferdiaz 1992).

Toksisitas Logam Berat

Toksisitas Logam Berat pada Tanaman

(16)

4

pergerakan logam berat dari permukaan akar ke dalam akar tanaman, dan d) pergerakan logam berat dari jaringan akar ke pucuk tanaman. Penyerapan logam oleh akar tanaman bisa dengan proses pasif dan aktif (Alloway 1995).

Menurut Darmono (2001), logam berat dapat terakumulasi dalam kadar yang cukup besar pada tanaman seperti padi, rumput dan beberapa jenis legum untuk pakan dan sayuran. Logam berat seperti Pb, Cd, Cu, dan Zn sering terakumulasi pada komoditas tanaman komersial.

Dua jalan masuknya Pb ke dalam tumbuhan yaitu melalui akar dan daun. Pb setelah masuk ke sistem tanaman akan diikat oleh membran-membran sel, mitokondria, dan kloroplas. Pencemaran juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan yang tersembunyi pada tumbuhan, misalnya penurunan kemampuan tanaman dalam menyerap air, pertumbuhan yang lambat atau pembukaan stomata yang tidak sempurna. Kandungan Pb pada daun dibedakan menjad dua, yaitu Pb terjerap dan Pb terserap. Pb terjerap adalah Pb yang hanya menempel di atas permukaan daun, apabila turun hujan dapat tercuci oleh air hujan dan tidak merusak anatomi daun, sehingga apabila tercuci air hujan akan masuk ke dalam tanah. Pb terserap adalah Pb yang sulit dipisahkan oleh jaringan daun melalui proses pencucian biasa karena kandungan Pb berada dalam anatomi daun, sehingga dapat membahayakan atau merusak struktur anatomi daun (Siregar 2005).

Toksisitas Logam Berat pada Tubuh Manusia

Zat-zat pencemar dalam lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga cara utama, yaitu melalui saluran pernapasan, saluran makanan, dan melalui kulit. Cara masuknya zat-zat ini merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat bahayanya terhadap tubuh manusia. Pengaruh bahaya zat-zat kimia pencemar ini terhadap tubuh manusia adalah dapat menstimulir metabolisme dan fungsi organ. Bila zat-zat ini jumlahnya sedikit pada umumnya akan menstimulir fungsi organ, sedangkan yang dosisnya tinggi dapat menghancurkan aktivitasnya. Beberapa organ tubuh yang dapat terserang penyakit akibat masuknya zat-zat toksik adalah hidung, larynx, percabangan bronchial, paru-paru, ginjal, otak, hati, dan otot-otot. Pencemar-pencemar juga diekskresikan melalui keringat, air mata, saliva, dan air susu, terutama bahan-bahan yang larut dalam lemak. Pencemar-pencemar dapat juga dibuang oleh jaringan pengikat yang ada dalam rambut dan kuku (Arka et al, 2001).

Toksisitas pada manusia kebanyakan terjadi karena logam berat non esensial saja, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam esensial yang melebihi dosis. Toksisitas logam esensial kadang-kadang pernah dijumpai pada tubuh manusia, tetapi hanya terbatas pada logam tertentu saja, misalnya Cu, Zn, dan Se (Darmono 1995).

(17)

5

Logam berat Pb yang terserap dalam tanaman akan terakumulasi dalam jaringan tanaman dan dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman. Banyaknya pencemar yang masuk ke dalam jaringan daun tanaman sesuai dengan jenis dan konsentrasi pencemar di udara. Lamanya selang waktu pembukaan stomata akan menentukan tingkat kersakan tanaman (Yulizal 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Pb dalam tanaman, yaitu jangka waktu tanaman kontak dengan Pb, kadar Pb dalam tanah, morfologi dan fisiologi tanaman, umur tanaman dan faktor yang mempengaruhi areal seperti banyaknya tanaman penutup serta jenis tanaman di sekeliling tanaman tersebut (Sukarsono 1998).

Jagung (Zea mays L.)

Di beberapa daerah di Indonesia, jagung digunakan sebagai bahan konsumsi pangan pokok (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara). Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan, diambil minyaknya, dibuat tepung, dan bahan baku industri. Jagung yang telah direkayasa genetika juga ditanam sebagai bahan farmasi.

Gambar 1 Zea mays L. Tanaman jagung memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

(18)

6

turun hujan besar. Selain itu terdapat faktor-faktor penting lainnya seperti jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan tidak terlindungi dari pohon-pohon atau bangunan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung antara 23-27˚C.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri atas pengamatan lapang, pengambilan contoh tanah, percobaan rumah kaca serta analisis laboratorium. Contoh tanah diambil di empat tipe penggunaan lahan pertanian berupa pekarangan, lahan kering, sawah tadah hujan dan kebun campuran di kawasan urban-industri Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah dilakukan pada November dan Desember 2013, sedangkan analisis laboratorium dilaksanakan pada Februari sampai Mei 2014.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian ini meliputi contoh tanah yang diambil pada kedalaman 0-10 cm di 15 titik yag mewakili keempat tipe penggunaan lahan. Bahan-bahan kimia yang digunakan meliputi HNO3p dan HClp untuk analisis kadar total-Pb tanah, pengekstrak 0.5 M NH4OAc + 0.02 M EDTA (pH 4.65) untuk analisis kadar fraksi aktif Pb tanah serta M HNO3 untuk analisis kadar Pb tanaman. Alat yang digunakan dalam pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah adalah peta topografi, GPS, dan peralatan pengambilan contoh tanah. Alat yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman adalah neraca analitik, AAS, pH meter, dan alat-alat gelas lainnya.

Metode Penelitian

Pengambilan Contoh Tanah

Penelitian ini diawali dengan pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah di 15 titik yang mewakili empat tipe penggunaan lahan yang lokasinya ditentukan berdasarkan peta topografi dan peta penggunaan lahan. Untuk setiap titik, contoh tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0-10 cm.

Analisis Tanah

(19)

7

Percobaan Rumah Kaca dan Analisis Tanaman

Percobaan rumah kaca dilaksanakan dengan metode Nebaüer. Sejumlah 20 benih jagung hibrida ditanam dalam mangkuk melamin berdiameter 15 cm berisi tanah setara 200 g BKM dan tanaman dipelihara pada kondisi kadar air kapasitas lapang selama 21 hari. Pemanenan dilakukan dengan pemisahan biomassa akar dan tajuk tanaman uji. Analisis kadar Pb pada akar dan tajuk tanaman uji dilakukan dengan metode pengabuan basah menggunakan M HNO3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan Kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA berdasarkan Penggunaan Lahan

Gambar 2 menunjukkan bahwa rataan kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA tertinggi terukur pada tanah di lahan pekarangan, masing-masing 40,868 dan 10,576 mg/kg, sedangkan yang terendah terukur pada sawah tadah hujan dengan kadar masing-masing 19,775 dan 4,807 mg/kg. Hal ini dikarenakan sawah tadah hujan lebih terbuka dari tutupan kanopi tanaman, lebih intensif pengolahan tanahnya dan lebih rendah elevasinya sehingga proses infiltrasi, perkolasi dan pencucian Pb akibat curah hujan terjadi dengan intensitas lebih tinggi daripada di lahan pekarangan.

Gambar 2 Rataan kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA berdasarkan penggunaan lahan.

pekarangan kebun

campuran

lahan kering

sawah tadah hujan rata-rata Pb aqua regia

(mg/kg) 40.868 29.383 22.621 19.775

rata-rata

PbNH4OAc-EDTA (mg/kg) 10.576 7.639 6.448 4.807

(20)

8

Korelasi antara PbNH4OAc-EDTA dengan PbAR berdasarkan Penggunaan Lahan

Peningkatan aktivitas pertambangan, peleburan bijih dan penggunaan Pb sebagai aditif dalam bahan bakar minyak serta bahan baku dan bahan penolong dalam berbagai proses industri lainnya telah menyebabkan peningkatan kadar Pb di biosfer dalam 300 tahun terakhir (NHMRC 2009). Timbal merupakan zat yang sangat beracun bagi tubuh manusia (Kessel dan O’Connor 1997). Kontaminasi Pb ke lingkungan melalui berbagai macam sumber, seperti penggunaan bensin bertimbal, produksi, daur ulang dan pembuangan baterai atau aki mobil, ban, cat, pipa tanah, berbagai jenis kosmetik dan obat tradisional serta berbagai sumber lainnya (WHO 2007). Di negara berkembang, sumber kontak dengan Pb terutama berasal dari bensin bertimbal. Menurut ANTARA News (2007), Indonesia sejak awal Juli 2006 sudah tidak menggunakan Pb sebagai aditif untuk meningkatkan Research Octane Number (RON) dalam pengolahan Premium 88 di sejumlah kilang Pertamina dalam upaya mendukung Program Langit Biru.

Pada Tabel 1 disajikan hasil analisis regresi dan korelasi linier sederhana antara PbNH4OAc-EDTA sebagai sumbu y dengan PbAR sebagai sumbu x berdasarkan tipe penggunaan lahan.

Tabel 1. Korelasi PbNH4OAc-EDTA dengan PbAR berdasarkan penggunaan lahan

Penggunaan Lahan Persamaan r p n

Semua penggunaan lahan y = 0.5532 + 0.2366x 0.8968 0.000006 15

Lahan kering y = -5.7934 + 0.5211x 0.8949 0.0403 5

Sawah tadah hujan y = -2.0508 + 0.3424x 0.9731 0.1479 3

Kebun campuran y = 0.8426 + 0.2197x 0.9932 0.0742 3

Pekarangan y= 10.7492 – 0.0041x -0.0540 0.9460 4

Dengan menggunakan semua pasangan data (n=15), kadar PbAR secara sangat nyata (p=0.000006)berbanding lurus dengan kadar PbNH4OAc-EDTA. Artinya, peningkatan kadar PbAR secara sangat nyata diikuti oleh peningkatan kadar PbNH4OAc-EDTA. Berdasarkan nilai koefisien regresi dari persamaan y = 0.5532 + 0.2366x dapat diinterpretasikan bahwa hanya sejumlah 23.66% dari kadar total Pb tanah atau PbAR yang dapat diserap tanaman karena terekstrak oleh PbNH4OAc-EDTA. Dalam tanah, Pb ditemukan dalam berbagai bentuk kimia, yang terbanyak dalam bentuk dapat dipertukarkan, dijerap, karbonat, organik, sulfida dan hidroksida. Faktor penting yang mengontrol bentuk Pb dalam tanah adalah komposisi mineral klei, kadar bahan organik dan pH tanah (Yaron et al. 1996).

Berdasarkan tipe penggunaan lahan, kadar PbAR dengan PbNH4OAc-EDTA hanya berkorelasi positif nyata (p=0.0403) di lahan kering. Pada sawah tadah hujan, kebun campuran dan pekarangan, kadar PbAR tidak berkorelasi nyata dengan kadar PbNH4OAc-EDTA karena nilai probabilitynya (p) >5%.

Korelasi antara kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Tanaman

(21)

9

kering tajuk atau bobot kering tanaman uji jagung yang ditanam dengan metode Nebaür di rumah kaca selama 21 hari pada tanah dari lahan kebun campuran, lahan kering, pekarangan, dan sawah tadah hujan sebagai sumbu x berdasarkan tipe penggunaan lahan.

Tabel 2. Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Akar

Penggunaan lahan Persamaan r p n

Semua penggunaan lahan y = 5.4153 + 1.9323x 0.3412 0.2133 14

Pekarangan y = -1.2645 + 0.2507x 0.2539 0.7461 4

Lahan kering y = 1.8259 – 0.1218x -0.5871 0.2980 5

Sawah tadah hujan y = 3.5817 + 3.9219x 0.6991 0.5072 2

Kebun campuran y = 0.7157 + 0.032x 0.6432 0.5552 3

Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar PbNH4OAc-EDTA tidakberkorelasi nyata (p>5%) dengan bobot kering akar tanaman uji baik secara keseluruhan (n=14) maupun di setiap tipe penggunaan lahan. Namun, terdapat kecenderungan hubungan berbanding terbalik antara bobot kering akar tanaman uji dengan kadar PbNH4OAc-EDTA khususnya di lahan kering yang ditunjukkan oleh nilai r yang negatif (-0.5871) dengan nilai p=0.2980 sehingga bobot kering akar tanaman uji cenderung menurun dengan peningkatan kadar PbNH4OAc-EDTA,

Tabel 3. Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Tajuk

Penggunaan lahan Persamaan r p n

Semua penggunaan lahan

Tabel 3 juga menunjukkan bahwa kadar PbNH4OAc-EDTA tidak berkorelasi nyata (p>5%) dengan bobot kering tajuk tanaman uji baik secara keseluruhan (n=14) maupun di setiap tipe penggunaan lahan. Namun, khususnya di lahan kering, bobot kering tajuk tanaman uji cenderung menurun dengan peningkatan kadar PbNH4OAc-EDTA, yang ditunjukkan oleh nilai r yang negatif (-0.7189) dengan nilai p=0.1712.

Tabel 4. Korelasi antara Kadar PbNH4OAc-EDTA dengan Bobot Kering Tanaman

Penggunaan lahan Persamaan r p n

Semua penggunaan lahan

(22)

10

maupun di setiap tipe penggunaan lahan. Namun, khususnya di lahan kering, bobot kering tanaman uji juga cenderung menurun dengan peningkatan kadar PbNH4OAc-EDTA dengannilai r yang -0.6534 dan nilai p=0.2318.

Korelasi antara PbNH4OAc-EDTA dengan Kadar Pb-tanaman

Timbal (Pb) dikenal sebagai salah satu kontaminan yang sangat penting dalam menentukan kesehatan lingkungan di dunia industri. Meskipun telah banyak terjadi pengurangan penggunaan Pb dalam bahan bakar minyak seperti gasoline serta produksi pipa air dan cat rumah berbahan dasar Pb, namun residu Pb dari penggunaannya masih ada di lingkungan dan menjadi sumber Pb yang penting dalam atmosfer, air dan tanah (Gloria 2008).

Pada Tabel 5 disajikan hasil analisis regresi dan korelasi linier sederhana antara PbNH4OAc-EDTA sebagai sumbu y dengan kadar Pb-akar tanaman uji jagung yang ditanam dengan metode Nebaür di rumah kaca selama 21 hari pada tanah dari lahan kebun campuran, lahan kering, dan pekarangan sebagai sumbu x berdasarkan tipe penggunaan lahan. Hasil analisis kadar Pb-tajuk dari semua contoh tanaman lebih rendah dari detection limit AAS atau tidak terukur.

Tabel 5. Korelasi antara kadar PbNH4OAc-EDTA dengan kadar Pb-akar

Penggunaan lahan Persamaan r p n

Semua penggunaan lahan y = -10.4201 + 1.242x 0.4904 0.0635 12

Pekarangan y = 9.7487 – 0.9305x -0.7245 0.2755 4

Lahan kering y = 3.5452 – 0.2729x -0.2728 0.6570 5

Kebun campuran y = -13.1266 + 1.844x 0.9947 0.0656 3

Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar PbNH4OAc-EDTA tidakberkorelasi nyata (p>5%) dengan kadar Pb-akar tanaman uji baik secara keseluruhan (n=12) maupun di setiap tipe penggunaan lahan. Namun pada penggunaan lahan sawah tadah hujan tidak dicantumkan karena tidak terukurnya kadar Pb-akar.

Serapan Pb pada Akar Tanaman berdasarkan Penggunaan Lahan

Pada Gambar 3 disajikan jumlah serapan Pb-akar yang merupakan hasil perkalian antara kadar Pb-akar dengan bobot kering akar jagung yang ditanam dengan metode Nebaür di rumah kaca selama 21 hari pada tanah dari lahan kebun campuran, lahan kering, dan pekarangan. Serapan Pb-akar tertinggi terjadi pada tanah dari kebun campuran sebesar 2.862 μg/pot, diikuti pada tanah dari lahan kering sebesar 2.803 μg/pot serta yang terendah pada tanah dari pekarangan yang hanya 0.291 μg/pot. Pada lahan sawah tadah hujan, kadar Pb-akar tidak terukur sehingga serapannya juga tidak terukur. Perbedaan serapan Pb pada akar ini lebih ditentukan oleh kadar Pb-akar daripada oleh bobot kering akar yang nilainya relatif konstan.

(23)

11

karenanya, meskipun ketersediaan Pb di tanah pekarangan lebih tinggi, tetapi tidak diserap tanaman. Akibatnya serapan Pb pada lahan pekarangan paling rendah.

Gambar 3. Serapan Pb-akar.

Koefisien Pengalihan Pb pada Tanaman berdasarkan Penggunaan Lahan

Untuk membandingkan perilaku pengalihan (transfer) Pb dari tanah ke tajuk tanaman uji digunakan indikator nilai koefisien pengalihan (Ct) yang didefinisikan sebagai nisbah antara peningkatan kadar Pb pada jaringan tanaman dengan peningkatan kadar PbNH4OAc-EDTA dalam tanah (Verloo dan Willaert 1986). Tabel 6. Koefisien Pengalihan Pb berdasarkan Penggunaan Lahan

Penggunaan

Lahan Kering 6.448 1.641 2.703 2.703 1.65

Kebun

Campuran 7.639 2.833 4.219 4.219 1.49

Pekarangan 10.576 5.769 0.480 0.480 0.08

Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan menggunakan data kadar Pb NH4OAc-EDTA dan Pb-tanaman pada lahan sawah tadah hujan sebagai rujukan karena nilainya terendah, maka nilai koefisien pengalihan atau Ct Pb tertinggi terukur pada lahan kering (1.65), diikuti pada kebun campuran (1.49) dan terakhir pada pekarangan (0.08). Hal ini menunjukkan urutan kemudahan Pb ditranslokasikan

(24)

12

dari tanah ke jaringan tanaman atau tingkat selektivitas tanaman dalam penyerapan hara. Nilai Ct yang semakin rendah menunjukkan kemampuan tanaman yang semakin selektif dalam penyerapan hara. Karena Pb bukan hara esensial, maka tanaman yang baik keragaan tumbuhnya akan lebih sedikit menyerap Pb, meskipun kadar Pb dalam tanah tempat tumbuhnya lebih tinggi. Hal ini seperti yang terjadi pada tanaman uji yang ditanam di lahan pekarangan dan kebun campuran dibandingkan lahan kering.

Indeks Toleransi pada Tanaman berdasarkan Penggunaan Lahan

Untuk mengevaluasi pengaruh biologis kadar Pb tanah terhadap tanaman uji digunakan indikator nilai indeks toleransi (Ti) yang didefinisikan sebagai nisbah antara faktor hasil (dalam penelitian ini bobot akar dan bobot tajuk tanaman uji) pada tanah dengan kadar Pb lebih tinggi dengan faktor hasil pada tanah dengan kadar Pb paling rendah. Nilai Ti <1 menunjukkan bahwa pengkayaan Pb memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan nilai IT >1 menunjukkan pengaruh yang sebaliknya (Verloo dan Willaert 1986).

Tabel 7 menunjukkan bahwa dengan menggunakan data kadar Pb NH4OAc-EDTA pada lahan sawah tadah hujan sebagai rujukan karena nilainya terendah, maka nilai Ti yang mengindikasikan toleransi tanaman terhadap kontaminasi Pb dari tanaman jagung pada lahan pekarangan (2.619) > lahan kering (1.917) > kebun campuran (1.868).

Tabel 7. Nilai Indeks Toleransi Tanaman Uji terhadap Pb

Penggunaan

Tadah Hujan 4.807 0.468 0.430 0.898

Lahan Kering 6.448 0.928 1.983 0.794 1.846 1.722 1.917

Kebun

Campuran 7.639 0.941 2.010 0.737 1.714 1.678 1.868

Pekarangan 10.576 1.345 2.874 1.007 2.342 2.352 2.619

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(25)

13

2. Kadar PbAR hanyaberkorelasi positif nyata (p=0.0403) dengan Pb NH4OAc-EDTA di lahan kering. Pada sawah tadah hujan, kebun campuran dan pekarangan tidak berkorelasi nyata.

3. Kadar PbNH4OAc-EDTA tidakberkorelasi nyata (p>5%) dengan bobot kering akar, tajuk dan tanaman, baik secara keseluruhan (n=15) maupun di setiap tipe penggunaan lahan. Kadar PbNH4OAc-EDTA tidak berkorelasi nyata (p>5%) dengan kadar Pb-akar tanaman uji baik secara keseluruhan (n=15) maupun di setiap tipe penggunaan lahan.

4. Serapan Pb-akar tertinggi terjadi pada kebun campuran (2.862 μg/pot), diikuti pada lahan kering (2.803 μg/pot) serta yang terrendah pada pekarangan (0.291 μg/pot). Nilai koefisien pengalihan atau Ct Pb tertinggi terukur pada lahan kering (1.65), diikuti pada kebun campuran (1.49) dan terakhir pada pekarangan (0.08). Nilai Ti yang mengindikasikan toleransi tanaman terhadap kontaminasi Pb dari tanaman jagung pada lahan pekarangan (2.619) > lahan kering (1.917) > kebun campuran (1.868).

Saran

Perlu dilakukannya penelitian sejenis dengan tanaman uji yang lain pada musim kemarau. Penelitian sejenis ini perlu dilakukan di wilayah pertanian sekitar urban –industri, seperti Jakarta, Karawang, Tangerang, Semarang, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Alloway BJ. 1995. Heavy Metal in Soils. 2nd ed. Blackie Academic & Professional. London, Glasgow, Weinheim, New York, Tokyo, Melbourne, Madras. ANTARA News. 2007. Indonesia Tak Gunakan Timbal Lagi falam BBM.

[Terhubung berkala: http://www.antaranews.com/berita/63459/indonesia-tak-gunakan-timbal-lagi-dalam-bbm] Diakses: 11 Juni 2014

Arka IW, Putra KGD, Dewi IGAKSP. 2001. Kimia Lingkungan. Proyek Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Direktorat Pembinan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Aubert H, Pinta M. 1997. Trace Element in Soils. Elsevier Sci. Publ. Co. New

York.

Darmono. 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi. UI Press. Jakarta

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungan dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Ferdiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gloria M, Begonia G, Begonia M, Ntoni J. 2008. Bioavailability and uptake of

lead by Coffeeweed (Sesbania exaltata Raf.). Int. J. Environ. Res. Public Health 5(5):436-440.

Jones LHPH, Jarvis SC. 1981. The fate of heavy metals. In Greenland DJ, Hayes MHB (eds): The Chemistry of Soil Processes. John Wiley and Sons Ltd. New York.

(26)

14

Heavy Metals: Problems and Solutions. Springer Verlag, Berlin, Heidelberg, New York, London, Tokyo.

Kessel I, O’Connor JT. 1997. Getting the lead out: The complete resource on how to prevent and cope with lead poisoning. Plenum Trade, New York [Terhubung berkala: www.questia.com/library/book/ getting-the-lead-out- the-complete-resource-on-how-to-preventand-cope-with-lead-poisoning-by-irene-kessel-john-t-oconnor.jsp [ONLINE BOOK]] Diakses: 05 Juni 2014.

Lacatusu, R. 1998. Apprising Levels of Soil Contaminstion and Pollution with Heavy Metal. In Heineke HJ, Ecklmann W, Thomasson AJ, Jones RJA, Montanarella L, Buckley B (eds). Land Information System: Development for Planning the Sustainable Use of Land Resources. EUR 17729 EN 546p. (1998). European Soil Bureau Res. Report No. 4. Office for Offical Publications of The European Communities, Luxembourg.

Lepp NW. 1981. Effect of heavy metal pollution. Vol 2. Effect of Heavy Metal on Plant. Polythechnic. Liverpool UK. Applied Science Publ. London and New Jersey.

Naidu R, Oliver D, McConnell AS. 2003. Heavy metal phytotoxicity in soils. In Proceeding of the Fifth National Work Shop on the Assessment of Site Contamination. Langley A, Gilbey M, Kennedy B (eds). CSIRO Land and Water and EPA Victoria. NEPC Service Corporation. Adelaide, South Australia, 5000.

NHMRC (National Health & Medical Research Council). 2009. NHMRC Public Statement, August 2009 - Blood lead levels: Lead exposure and health effects in Australia, National Health & Medical Research Council, 7th August 2009 www.nhmrc.gov.au/_files_nhmrc/file/publications/synopses/ gp03-leadpub-stmnt.pdf

Siregar EBM. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya pada Manusia. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Subowo, Mulyadi, Widodo S, Nugraha A. 1999. Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan Raya. Bidang Kimia dan Bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.

Sukarsono. 1998. Dampak Pencemaran Udara terhadap Tumbuhan di Kebun Raya Bogor. [tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

WHO (World Health Organisation). 2007. Lead exposure in children www.who. int/phe/news/Lead_in_Toys_note_060807.pdf

Verloo M, Willaert G. 1986. Chemical characterization and biological effect of heavy metal in a sewage sludge-amended soil. Environmental Contamination. 2nd Int. Conf. Amsterdam, Sep 1986.

Yaron BR, Calvert R, Prost R. 1996. Soil Pollution: Processes and Dynamics. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.

(27)

15

(28)

16

Lampiran 1 . Titik contoh pada lahan pekarangan, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, Pb HNO3 dan biomassa tanaman pada musim hujan November 2013

Titik Contoh

Koordinat Kedalaman PbAR

Pb NH4OAc-EDTA

PbHNO3

Biomassa Tanaman

(cm) (mg/kg) (mg/kg) akar

(ppm)

tajuk (ppm)

akar

(g) tajuk (g)

1 0-10 35.07 11.216 tu tu 1.498 1.021

6 o29'10" LS 106 o 5'27" BT

3 0-10 35.96 10.522 tu tu 1.512 1.103

6 o29'11" LS 106o54'11" BT

9 0-10 51.31 10.629 0.319 tu 1.281 1.052

6 o 28'11" LS 106o53'54" BT

12 0-10 41.13 9.937 0.641 tu 1.089 0.854

(29)

17

Lampiran 2 . Titik contoh pada lahan kering PbAR, PbNH4OAc-EDTA, Pb HNO3 dan biomassa tanaman pada musim hujan November 2013

Titik Contoh

Koordinat Kedalaman PbAR

PbNH4O

2 0-10 25.95 8.481 4.844 tu 0.671 0.640

6 o 29'

09 " LS 106o5'43" BT

5 0-10 20.24 6.676 0.942 tu 1.188 0.838

6o

7 0-10 23.82 7.401 tu tu 1.147 0.830

6o

13 0-10 26.11 7.821 1.198 tu 0.605 0.533

6 o 26' 45.6" LS

(30)

18

Lampiran 3. Titik contoh pada sawah tadah hujan, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, Pb HNO3 dan biomassa tanaman pada musim hujan November 2013

Titik Contoh

Koordinat Kedalaman PbAR

Pb NH4OAc-EDTA

PbHNO3

Biomassa Tanaman (cm) (mg/kg) (mg/kg) akar

(ppm)

tajuk (ppm)

akar (g)

tajuk (g)

4 0-10 19.31 5.006 - - -

-6 o 29'

11" LS 106o

54'

22" BT

8 0-10 12.61 2.416 tu tu 0.161 0.089

6 o 28'

00" LS 106o

53'

43.1" BT

10 0-10 27.39 6.998 tu tu 0.776 0.772

6 o 28'21.4" LS 106o

54'

(31)

19

Lampiran 4. Titik contoh pada kebun campuran, PbAR, PbNH4OAc-EDTA, Pb HNO3 dan biomassa tanaman pada musim hujan November 2013

Titik Contoh

Koordinat Kedalaman PbAR

Pb NH4OAc-EDTA

PbHNO3

Biomassa Tanaman (o '

") (cm) (mg/kg) (mg/kg) akar

(ppm)

tajuk (ppm)

akar (g)

tajuk (g)

6 0-10 14.80 4.654 tu tu 1.211 0.868

6 o 27'

41.7" LS 106 o

5'

28.1" BT

11 0-10 27.09 7.224 0.765 tu 0.892 0.661

6 o 26'

30.7" LS 106o55'

22.8" BT

14 0-10 46.26 11.191 7.673 tu 1.030 0.746

6 o 26'

45.4" LS 106o

56'02.9" BT

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 11 September 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara putra-putri pasangan Bapak A. Zaeni Setiawan (alm) dan Ibu Enah Zaeni.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2004 di SD IT Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Lemahabang. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 6 Cirebon pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Cirebon sampai lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 2  Rataan kadar PbAR dan PbNH4OAc-EDTA berdasarkan penggunaan lahan.
Gambar 3. Serapan Pb-akar.
Tabel 7. Nilai Indeks Toleransi Tanaman Uji terhadap Pb

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara persentase penduduk wanita yang ting- gal di pedesaan terhadap rata-rata Umur Kawin Pertama (UKP) di Provinsi Jawa Timur namun dengan asumsi

Tujuan Pendidikan Karakter dalam setting sekolah menurut Kesuma, Triatna dan Permana (2011: 9) adalah: (1) menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

Berdasarkan gambaran hasil pelaksanaan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa proses pembelajaran meningkat keterampilan membuat celemek bagi anak tunagrahita

Pengembangan permukiman di suatu wilayah dapat didasarkan pada berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor kondisi fisik wilayah. Kecamatan Pacitan memiliki kondisi

Berdasarkan uraian tersebut, secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mengetahui apakah pemasaran lada putih ( Muntok White Pepper)

Lama tidur yang efektif menurut Kurina (2013), adalah 6 jam per hari. Bila rerata waktu tidur kurang dari 6 jam per hari dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai dengan

Respon varietas kepala mentega (V1) terhadap pemberian nutrisi (Hidrogroup dan Greentonik) menunjukkan bahwa pemberian nutrisi menghasilkan jumlah daun, biomassa

Pada lembaran dilakukan pengujian XRD (Merk Rigaku tipe Smartlab), SEM (Hitachi tipe SU35000), dan pengujan konduktivitas elektrik (Hi- oki 3522-50 LCR