• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kegiatan Penyuluhan Dan Tingkat Pelayanan Sarana Produksi Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kegiatan Penyuluhan Dan Tingkat Pelayanan Sarana Produksi Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEGIATAN PENYULUHAN DAN TINGKAT PELAYANAN

SARANA PRODUKSI DENGAN KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTA

(Kasus di KSU Tandang Sari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Sumedang) Correlation of Extension Activities and Production Facilities Services Level with

Members‘ Sustainable Efforts

(Case in KSU in Tandang Sari, Tanjung Sari Subdistrict, Sumedang Regency)

M. Ali Mauludin

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRACT

The research on correlation of extension activities and prodution facilities level with member’s sustainable efforts has been conducted in working area of KSU Tandangsari, Tanjungsari Subdistrict, Sumedang Regency. The aim of this research is to know the extension activities, production facillities sevices level, sustainable efforts and the correlations between them. It is conducted by using survey method. Sampling defined by simple random sampling with 30 people. The results shown that extension activities had been sufficient, while production facilities services level had been on high level, sustainable efforts had also been on high level, and there had been significant correlation between estension activities and sustainable efforts (rs=0.468) and between production facilities services level and sustainable efforts (rs=0.534).

Keywords: Extension activities, production facilities services, sustainable efforts

PENDAHULUAN

Dalam memasuki era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetitif. peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya dari peternak tersebut. Sumber daya manusia khususnya masyarakat peternak menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan beternak sapi perah. Pengembangan sumber daya akan tampak dari banyaknya manusia pembangunan yang memiliki ciri :meningkatnya kemampuan, mendorong tumbuhnya kebersamaan, kebebasan memilih dan memutuskan, membangkitkan kemandirian, dan mengurangi ketergantungan serta menciptkan hubungan yang saling menguntungkan.

Peternakan yang tangguh hanya mungkin ada apabila para peternak dalam melaksanakan kegiatan usaha ternaknya dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Peternak yang tangguh yaitu peternak yang memiliki kemampuan dalam memanfaatkan potensi-potensi yang ada khususnya dalam memanfaatkan kegiatan penyuluhan dan pelayanan sarana produksi peternakan sapi perah yang diselenggarakan atau difasilitasi oleh koperasi susu yang menaunginya.

(2)

ekonomi miskin dan secara sosial lemah, yang harus berjuang sungguh-sungguh mempertahankan eksistensinya dan berusaha meningkatkan penghasilannya.

Hasil penelitian Sugarda (1991), di Kabupaten Subang dan Kabupaten Ciamis menunjukan bahwa rendahnya partisipasi masyarakat (petani) dalam kegiatan KUD banyak dipengaruhi oleh kelemahan pengurus beserta perangkatnya dalam mengelola KUD sebagai perusahaan dan sebagai organisasi. Banyaknya masyarakat yang belum aktif di dalam KUD dan yang belum merasakan manfaat KUD memberi petunjuk bahwa kegiatan KUD masih belum sesuai dengan harapan masyarakat.

Demikian pula hasil penelitian Warya (2005) menunjukkan bahwa keaktifan penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhannya berhubungan dengan dinamika usahatani (dinamika usaha sosial, dinamika teknik usahatani dan dinamika ekonomi) kelompok tani maju, akan tetapi tidak menunjukkan adanya hubungan dengan dinamika usahatani kelompok tani kurang maju. Bagi peternak anggota koperasi susu, keberlanjutan anggota dipengaruhi tingkat pelayanan sarana produksi seperti penyediaan pakan yang berkualitas, kualitas pelayanan kesehatan dan inseminasi buatan, keaktifan kegiatan penyuluhan, penanganan dan pemasaran hasil produksi dengan tingkat harga yang menguntungkan peternak serta kemampuan peternak itu sendiri dalam mengelola usaha ternaknya.

Di dalam membelikan pelayanan kepada anggota, kemampuan pengurus (terutama ketua) dan manajer koperasi dalam penguasaan pola-pola koperasi, manajemen usaha ternak sapi perah serta kemampuan menggerakkan dan membina hubungan dengan anggota sangatlah menentukan keberhasilan usaha koperasi sekaligus usaha peternak anggota. Kemampuan pengurus dan manajer koperasi ini dapat berasal dari tingkat pengetahuan dan pengalaman mereka baik yang diperoleh melalui kesempatan bekerja, pendidikan dan pelatihan.

Keaktifan kegiatan penyuluhan juga berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi para peternak dimana mereka tergabung dalam suatu kelompok. Para penyuluh berperan sebagai guru, fasilitator, demonstrator, dan evaluator. Kegiatan tersebut menuntut persiapan dalam menguasai materi yang dibutuhkan sasarannya, termasuk pemahaman tentang media pendidikan, serta dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah disampaikan, metode yang digunakan dan lain-lain, sehingga dapat diketahui proses pendidikan yang telah dilakukan efektif atau tidak. Hasil evaluasi dapat dijadikan titik tolak untuk proses pendidikan selanjutnya.

Pentingnya peiayanan koperasi dalam penyediaan sarana produksi, pemasaran hasil produksi dan kegiatan penyuluhan, mengingat saat ini -proteksi terhadap

komodits susu telah dicabut", sesuai kebijakan GATT yang telah disepakati bersama. Pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) tidak lagi berkewajiban untuk menyerap hingga 50 % dari koperasi peternakan sapi perah. Bagi koperasi yang melalui kepemimpinan pengurus dan manajernya tidak mampu meningkatkan kualitas susu kandungan bakteri dalam susu yang mengharuskan mendekati 1 juta/ cc) serta tidak mencari alternatif pemasaran sendiri, akan mengalami kegoncangan. Untuk itu kerjasaman diantara pengurus dan manajer koperasi, penyuluh peternakan, ketua dan peternak anggota di dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kulaitas sangat diperlukan.

Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan oleh pelaksanaan tugas dan peran masing-masing secara optimal, dengan sistem kontrol yang baik dalam hal ini petugas yang tergabung dalam unit pelaksana teknis seperti (penyuluh, dokter hewan/ mantri kepala cabang Dinas Peternakan, petugas pengujian kualitas susu), kompetensi dan kejujuran sangat diperlukan.

(3)

kerjanya yang mencakup 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Sari, Kecamatan Pamulihan, Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Situraja dan Kecamatan Ranca Kalong. Namun demikian, sejauh tingkat pelayanan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi serta kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh KSU Tandang Sari dalam hubungannya dengan jutan usaha anggota belum diketahui, serta menarik untuk diteliti sebagai kajian bagaimana kondisi sumber daya manusia peternak dalam memasuki era perdagangan bebsa ini dapat dipersiapkan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa produktivitas masih rendah yaitu 10-12 liter/ ekor/ hari dengan skala pemilikan ternak di bawah 5 ekor/ petemak yang menunjukkan adanya kecenderungan bahwa kemampuan peternak, tingkat pendapatan yang dinilai dari harga jual susu, serta kemandirian peternak masih jauh dari apa yang diharapkan. Fenomena tersebut menarik untuk diteliti, sehingga penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai hal ini.

MATERI DAN METODE

Objek Penelitian dan Metode yang Digunakan

Objek penelitian adalah peternak sapi perah rakyat anggota koperasi yang lebih dari 5 tahun menjadi anggota koperasi dan pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan koperasi dan kelompoknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai.

Teknik Pengumpulan Data dan Penentuan Responden

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh Kecamatan Tanjung sari, Kantor KSU Tandang Sari.

Teknik Penarikan Sampel

Teknik Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan cara melakukan pemilihan secara bebas terhadap responden yang memiliki karakter homogen. Responden diambil sebanyak 30 orang.

Operasionalisasi Variabel

Varibel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan penyuluhan peternakan dan pelayanan sarana produksi, hasil produksi. Kegiatan penyuluhan dilihat dari aspek keaktifan penyuluh dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pelayanan sarana produksi ternak adalah segala kegiatan yang dilakukan koperasi terhadap anggotanya baik berupa barang (pakan konsentrat, peralatan dan modal usaha (secara kredit), vitamin dan obat-batan maupun jasa (kesehatan hewan dan inseminasi buatan).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberlanjutan usaha anggota yang dicerminkan oleh kemampuan peternak, keadilan berusaha (persepsi peternak terhadap pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak, tingkat harga susu dibanding harga konsentrat) dan kemandirian peternak yang dikaji dari kepercayaan diri peternak, kemampuan mempertahankan dan mengembangkan usaha yang ada (pemanfaatan sumber daya alam/ faktor produksi yang dimiliki peternak dan sumber daya manusia peternak beserta keluarganya.

Analisis Data

(4)

jawaban kuesioner dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari lima kemungkinan jawaban. Untuk menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan analisis statistik non parametrik Korelasi Rank Spearman, sedangkan untuk uji signifikansi digunakan aturan Guilford yang dikutif oleh Jalaludin Rachmat (1995)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Fisik Daerah

Secara topografis, daerah penelitian merupakan daerah perbukitan, yang berada pada ketinggian 700 - 800 meter di atas permukaan laut dan termasuk daerah sejuk dengan temperatur udara berkisar antara 22 - 27 °C. Curah hujan rata-rata 357 mm/tahun.

Kelembaban udara berkisar antara 60 - 70 % (Data Profil Kecamatan).

Keadaan iklim tersebut cocok bagi pemeliharaan ternak sapi perah. Menurut Dasuki (1982) temperatur Iingkungan antara 13 - 23°C dan kelembaban sekitar 70 % dan

ketinggian tempat 700 meter di atas permukaan laut cocok untuk beternak sapi perah. Perkembangan Bidang Usaha KSU Tandang Sari

Perkembangan KSU Tandang Sari nampak dari pertambahan jumlah anggota, volume usaha, dan wilayah kerja yang semakin luas serta perkembangan unit usaha yang dikelola koperasi. Adapun unit usaha yang dikelola KSU Tandang Sari dalam upaya memenuhi perkembangan anggotanya dikelompokkan menjadi :

1. Unit Usaha Peternakan Sapi Perah

Unit usaha sapi perah dimulai pada tahun 1981 yang pada awalnya merupakan kredit dari pemerintah yang disalurkan melalui koperasi. Unit usaha ini merupakan "core business" bagi kegiatan usaha KSU Tandang Sari. Pelayanan yang diberikan koperasi kepada anggota melipui : penyediaan ternak sapi perah dan sarana produksi ternak, pelayanan Inseminasi Buatan (IB), kesehatan temak, kegiatan penyuluhan dan kegiatan pemasaran hasil produksi susu. Dengan demikian, unit usaha sapi perah ini membantu peternak mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi

2. Unit Usaha Simpan Pinjam

Unit usaha ini bergerak di bidang simpan pinjam bagi anggota KSU Tandang Sari. Jumlah pinjaman yang diberikan disesuaikan dengan jaminan dari anggota berupa jumlah produksi susu yang disetorkan peternak perharinya. Pinjaman di atas 1 juta rupiah, minimal jumlah produksi susu anggota 60 liter per harinya, atau menyerahkan surat-surat berharga ke koperasi. Sistem pembayaran sebulan sekali secara kas atau melalui potongan susu, sesuai dengan kesepakatan bersama dengan beban bunga sebesar 3 % menurun.

3. Unit Usaha Produksi Pertanian

Usaha ini bergerak di bidang penyediaan pupuk, penjualan bibit, dan obat-obatan bagi petani anggota KSU Tandang Sari.

4. Unit Usaha Jasa dan Perdagangan

Usaha ini bergerak di bidang jasa pembayaran listrik negara (PLN) dan unit usaha warung serba ada (Waserda) untuk memenuhi kebutuhan pokok anggota.

Identitas Responden

(5)

Pokok, Umur,Tingkat, Pendidikan, Pengalaman Beternak, dan Perkembangan Skala Pemilikan Responden.

Pada dasarnya responden tidak terlalu menggantungkan mata pencahariannya pada beternak sapi perah, namun karena usaha ini sangat menyita waktu (jam kerja mulai pukul 4.00 pagi hingga pukul 4.00 sore atau sekitar 12 jam yang hanya diselingi sholat, makan dan istirahat sejenak) maka sebagian besar responden bermata pencaharian pokok sebagai peternak (73,33%). Kondisi demikian terutama apabila mereka tidak memiliki usaha lain atau pada saat jumlah ternak mereka cukup banyak.

Tabel 1. Identitas Responden pengalaman beternak dan tingkat pendidikan yang memadai.

(6)

Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung tingkat pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan secara keseluruhan yang secara langsung berhubungan dengan dunia usahanya (Samsudin, 1987).

Pengalaman adalah segala sesuatu yang terjadi pada individu pada waktu tertentu (masa lalu) termasuk di dalamnya proses-proses psikologis, kesan sensoris, dan aktivitas motoris. Pengalaman beternak merupakan lamanya waktu seorang peternak berkecimpung dalam usaha ternak (Soehardjo dan Patong, 1973). Sebagian besar responden memiliki pengalaman beternak sapi perah di atas 10 tahun, yang berarti sudah terbiasa melaksanakan kegiatan beternak dan sudah cukup lama menjadi anggota kelo-rnpok maupun anggota koperasi. Dengan demikian mereka dapat menilai

sejauhmana tingkat pelayanan yang diberikan koperasi kepada anggotanya.

Dalam mengawali usaha ternak sapi perah, pada umumnya mereka membeli pedet atau dara untuk dipelihara. Mereka belajar dari tetangga atau keluarganya yang telah lebih dahulu beternak. Setelah ternaknya menghasilkan susu, mereka menjadi anggota koperasi agar hasil susunya dapat dipasarkan. Dalam kurun waktu 5 hingga 16 tahun, pertambahan jumlah ternak cukup banyak (jika calving interval ideal maka setiap 1 tahun 1 kali 1 ekor induk ternak bertambah 1 anak), namun karena resiko penyakit, kematian ataupun "service per conception" yang lebih dari 1 kali dan alasan utama karena terdesak kebutuhan, maka tingkat pemilikan akhir, ada yang tidak bertambah (10,00 %), sebagian besar responden (76,67 %) bertambah 1 - 8 ekor. Selain alasan di atas, rendahnya perkembangan pertambahan ternak disebabkan karena kesulitan hijaun pada musim kemarau dan sempitnya lahan rumput yang dimiliki. Satu orang responden memiliki pertambahan ternak di atas 17 ternak, hal ini karena peternak tersebut mendapat bantuan ternak dari Dinas melalui sistem perguliran yang pengembaliannya diambil dari anaknya. Peternak tersebut memiliki komitmen yang tinggi atas kemajuan usahanya.

Penilaian Responden Terhadap Kegiatan Penyuluhan

Penilaian responden terhadap kegiatan penyuluhan menunjukkan bahwa yang menilai tinggi sebesar 40 persen dan sebagian besar responden menilai pelayanan koperasi dalam kegiatan penyuluhan itu cukup yakni sebesar 53,33 persen, sementara yang menilai rendah adalah sebesar 6,67 persen. Penilaian yang sebagian besar cukup disebabkan karena kegiatan penyuluhan baru diaktifkan kembali satu tahun yang lalu dan metode yang sering dilakukan adalal, metode penanganan kasus. Metode ini merupakan metode kelompok atau perorangan dimana penyuluh mendatangi kelompok atau anggota tertentu yang mengalami penurunan kualitas susu kemudian memberikan penyuluhan dan memantau kualitas susu dalam jangka waktu tertentu hingga kondisi kualitas normal kembali.

Tabel 2. Penilaian Responden terhadap Kegiatan Penyuluhan

No. Kegiatan Penyuluhan Penilaian Responden (%)

ST T C R SR

1 Keaktifan Penyuluh 0,00 43,33 46,67 10,00 0,00 2 Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan 0,00 40,00 50,00 10,00 0,00 Total Penilaian Responden 0,00 40,00 53,33 6,67 0,00 Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah

(7)

kategori cukup, demikian pula dengan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dinilai cukup. mengingat pelaksanaan kegiatan tersebut tidak terjadwal secara rutin tetapi berdasarkan kejadian/kasus penurunan kualitas susu.

Penilaian Responden Terhadap Tingkat Pelayananan Sarana Produksi Ternak Pelayanan Sarana Produksi terbagi atas tiga bagian, yaitu pelayanan input, pelayanan teknis, dan pelayanan hasil produksi. Tabel 3 memperlihatkan penilaian responden terhadap pelayanan dari koperasi.

Tabel 3. Penilaian Responden terhadap Pelayanan Sarana Produksi Ternak

No. Kegiatan Penyuluhan Penilaian Responden (%)

ST T C R SR

1 Pelayanan input 34,44 31,67 11,67 21,11 1,11

2 Pelayanan teknis 40,00 43,33 16,67 0,00 0,00

3 Pelayanan hasil produksi 35,32 38,09 9,52 14,41 2,66 Total Penilaian Responden 27,77 40,93 19,82 10,72 0,74 Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah

Dari Tabel nampak bahwa 40,93 % responden menyatakan bahwa pelayanan sarana produksi ternak dari koperasi terhadap anggota tergolong tinggi. Penilaian terhadap input tergolong sangat tinggi (34,44 %) sementara pelayanan teknis (43,33 %) dan hasil produksi (38,09 %) tergolong tinggi, hal ini disebabkan karena pengiriman konsentrat, pelayanan iB dan kesehatan hewan serta pengangkutan susu termasuk sangat lancar. Namun demikian keberhasilan Inseminasi Buatan (service per conception)belum sepenuhnya optimal karena sapi perah di daerah tersebut lebih dari satu kali diinseminasi. Pengangkutan susu sudah tepat waktu.

Keberlanjutan Usaha Anggota

Keberlanjutan usaha suatu peternakan sapi perah ditunjukkan oleh adanya peningkatan kemampuan peternak baik sebagai manajer maupun sebagai pekerja dalam kegiatan usahanya (peningkatan pemilikan ternak dan produksi susu), peningkatan kepercayaan diri, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia peternak beserta keluarganya yang ditunjang oleh adanya keadilan berusaha. Keadilan berusaha diindikasikan oleh adanya pendapatan yang menguntungkan serta adanya kesempatan yang sama baik bagi pria maupun wanita untuk berusaha.

Tabel 4. Keberlanjutan Usaha Anggota

No

Ke Keberlanjutan Usaha Anggota ST Penilaian Responden (%)T C R SR 1 Kapasitas Peternak Sebagai Manajer 39.43 24,57 9,97 4,56 21.47

2 Keadilan Berusaha 4,44 35,56 24,44 31,11 4,44

3 Kemandirian Peternak 36,13 45,25 7,16 2,21 9,25

Total Penilaian Responden 10,00 53,33 36,67 0,00 0,00

(8)

tinggi, sifat inovatif sebagian besar (34,67 %) berada pada kategori sangat tinggi dan 37,33 % kategori sangat rendah. Dalam hal bekerja sama termasuk kategori tinggi, menghadapi resiko usaha kategori tinggi, cukup, dan sangat rendah dengan proporsi yang hampir sama, dan evaluasi usaha berada pada kategori sangat tinggi (35,43 %) dan kategori sangat rendah (45 %). Dalam evaluasi sebagian peternak melakukan pencatatan (recording) tentang produksi susu dan reproduksi ternak, sementara analisa usaha hanya dilakukan melalui penaksiran-penaksiran.

Dalam hal keadilan usaha sebagian besar peternak (35,56 %) menilai tinggi, 24,44 % menilai cukup dan 31,11 % menilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada pemilikan ternak skala besar (di atas 7 ekor/peternak), usaha ini telah memberikan keuntungan yang optimal, sementara pada skala menengah (4-7 ekor) cukup memberikan keuntungan dan pada skala pemilikan kecil (1-3 ekor) usaha ini belum memberikan keuntungan yang memadai.

Kemandirian peternak, sebagian besar responden (45,25 %) tergolong tinggi dan 36,13 % tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak ini telah dikelola dengan baik, yakni dengan memanfaatkan sumber daya alam (rumput lapangan dan limbah pertanian sebagai pakan hijauan) dan sumber daya manusia (peternak dan keluarganya) secara optimal, serta memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi dalam pengambilan keputusan pengembangan usaha, namun dalam penanganan reproduksi dan kesehatan ternak tetap mengandalkan tenaga ahli (dokter hewan, inseminator dan penyuluh). Keberlanjutan usaha anggota apabila dinilai secara total dari ketiga unsur (kapasitas peternak sebagai manajer, keadilan berusaha dan kemandirian peternak) menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi perah di wilayah penilitian termasuk kategori tinggi (53,33%) dan 36,67 % kategori cukup.

Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota

Berdasarkan perhitungan korelasi rank Spearman tentang hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha diperoleh harga rs = 0,468. yang dengan perhitungan uji signifikansi pada taraf 5 % (taraf kepercayaan 95 %) menunjukkan bahwa t-hitung sebesar 2,804 dan t-tabel sebesar 2,048, yang berarti bahwa t-hitung > t tabel, maka terima H1 tolak Ho. Apabila diinterpretasikan kedalam aturan Guilford maka termasuk kedalam tingkat hubungan yang cukup berarti. Dengan demikian berarti semakin tinggi tingkat kegiatan penyuluhan maka semakin tinggi pula keberlanjutan usaha anggota. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa KSU Tandang Sari telah berorientasi kepada pelayanan terhadap anggota dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan anggota baik dari aspek teknis beternak maupun motivasi anggota.

Berdasarkan perhitungan Korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha diperoleh nilai rs sebesar 0,5346. Berdasarkan uji signifikansi diperoleh t-hitung sebesar 3,347 dan t-tabel sebesar 2, 048 berarti t hitung > t tabel yang berarti menerima H1, menolak Ho. Apabila diajukan pada aturan Guilford berarti ada hubungan yang cukup berarti antara tingkat pelayanan sarana produksi dari koperasi dengan keberlanjutan usaha anggota. Dengan demikian maka semakin tinggi tingkat pelayanan sarana produksi dari koperasi maka semakin tinggi pula Keberlanjutan usaha anggota.

KESIMPULAN

(9)

pelaksanaan kegiatan penyuluhan termasuk kategori cukup, Pelayanan sarana produksi ternak di KSU Tandang Sari yang mencakup pelayanan input, pelayanan teknis dan pelayanan hasil produksi termasuk kategori tinggi dan terdapat hubungan yang cukup berarti antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha anggota dengan rs = 0,468 dan hubungan yang cukup berarti antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha anggota dengan rs = 0,534.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, 1998, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Koperasi (KUD) terhadap Anggotanya Di Propinsi Bengkulu. Disertasi, Unpad. Bandung.

Chamber, R, and Conway, G.R 1992, Sustainable Rural Livelihood : practical concept For The 21 St Century, Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The University Of Sussex), England

Eaton, J. W., 1986, Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional dari Konsep ke Aplikasi, Penerjemah Pandam Guritno dan Ali Jeni, Penerbit UI Press, Jakarta.

Hanel, 1985, Organisasi Koperasi : pokok-pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangannya di Negara-negara Berkembang.

Soewardi, Herman, 1995, Filsafat Koperasi atau Cooperativism, UPT Penerbit IKOPIN, Sumedang.

Slamet, Margono, 2003, Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, IPB Press, Bogor.

(10)

Gambar

Tabel 1. Identitas Responden

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, tinggi bunga, bobot bunga

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) implementasi Morning Iqra’ di SD Muhammadiyah 21 Baluwarti 2) keterampilan membaca iqra’ siswa kelas II dengan

Jauh lebih baik menghabiskan hidup ini dengan berlumur lumpur daripada dipajang manis di toko tapi tidak pernah menjalani kehidupan yang sesungguhnya?.. Kalau saat ini kalian

Karakter-karakter yang diamati yaitu: tinggi tanaman (diukur dari permukaan tanah sampai daun bendera yang masih tegak), jumlah anakan produktif, panjang daun

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh dukungan manajemen puncak, manajemen proyek yang efektif, business process

Jumlah bantuan bencana yang bisa disalurkan Formulasi perhitungan : Jumlah pemilih dalam pemilu/kada Tipe perhitungan : Komulatif Sumber data : Badan Kesbang Pol dan Linmas,

Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja, Keterkaitan Sektor dan Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003 .... Penentuan

Untuk memberikan gambaran atas pelaksanaan duopoli yang berlangsung saat ini serta rekomendasi bagi penyusunan kebijakan kompetisi, pada kajian dilakukan identifikasi dan