PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL
DENGAN
KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR
MAKALAH
Oleh :
Yuliawati Zenab, drg.,Sp.Ort
NIP.19580704 199403 2 001
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
i
Bandung, Maret 2010
Disetujui oleh :
Prof.Dr.Bergman Thahar, drg.,Sp.Ort. (K)
NIP.19461005 197403 1 001
Kepala Bagian Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi
ii
ABSTRAK
Maoklusi Skeletal adalah penyimpangan hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium. Etiologi Maloklusi kelas II Skeletal ada 3 kemungkinan yaitu pertama : hubungan maksila dengan kranium normal, pertumbuhan mandibula ke anterior mengalami hambatan (retrognati), ke dua : hubungan maksila dengan kranium tidak normal(prognati), hubungan mandibula dengan kranium normal, ke tiga: kombinasi yaitu pertumbuhan maksila ke anterior berlebih (prognati), pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (retrognati).
Perawatan maloklusi kelas II skeletal tergantung pada usia. Perawatan maloklusi kelas II skeletal pada usia muda merupakan perawatan ortopedik yaitu perawatan dengan cara memodifikasi pertumbuhan, perawatannya juga berbeda-beda tergantung faktor etiologinya.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Perawatan Maloklusi Kelas II Skeletal dengan Kombinasi Aktivator-Headgear”.
Tidak sedikit hambatan yang penulis temui, tetapi berkat izin-Nya serta bantuan berbagai pihak hambatan tersebut dapat penulis atasi.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Bergman Thahar, drg.,Sp.Ort. (K) yang telah memberikan bimbingan kepada penulis didalam pembuatan suatu makalah.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Maret 2010 Penulis
iv
BAB II : TINJAUAN UMUM MALOKLUSI KELAS II SKELETAL
2.1 Definisi dan Pengertian Maloklusi Skeletal ...
BAB III : TINJAUAN UMUM KOMBINASI AKTIVATOR -
1
BAB I
PENDAHULUAN
Maloklusi kelas II skeletal dapat disebabkan karena hubungan maksila terhadap
kranium prognati dan mandibula normal, hubungan maksila terhadap kranium normal dan
mandibula retrognati, serta kombinasi keduanya yaitu hubungan maksila terhadap
kranium prognati dan hubungan mandibula terhadap kranium retrognati (Moyers, 1988).
Karena penyebab maloklusi kelas II skeletal berbeda-beda, maka perawatannya
juga berbeda-beda tergantung faktor penyebabnya. Beberapa macam alat yang sering
digunakan pada kasus maloklusi kelas II skeletal yaitu aktivator, headgear dan kombinasi
aktivator-headgear. Untuk perawatan pada pasien dengan maloklusi kelas II skeletal yang
disebabkan oleh prognati maksila dan retrognati mandibula, maka diperlukan alat
ortopedik yang bisa menghambat pertumbuhan maksila ke anterior dan merangsang
pertumbuhan mandibula ke anterior. Perawatan ortopedik adalah bertujuan untuk
memperbaiki hubungan skeletal dan fungsional (pola aktivitas sistem otot orofasial)
sehingga dapat digunakan untuk merawat suatu maloklusi akibat ketidakseimbangan
skeletal dan fungsional.
Kombinasi Aktivator-Headgear merupakan alat ortopedik yang berguna untuk
menghambat pertumbuhan maksila ke anterior dan merangsang pertumbuhan mandibula
ke anterior. Alat kombinasi Aktivator-Headgear sangat tepat digunakan untuk perawatan
maloklusi kelas II skeletal yang disebabkan prognati maksila dan retrognati mandibula.
Alat kombinasi Aktivator-Headgear ada bermacam-macam yaitu kombinasi dari
Teuscher, kombinasi dari Van Beek, kombinasi dari Lehman dan kombinasi open
2
BAB II
TINJAUAN UMUM MALOKLUSI
KELAS II SKELETAL
2.1 Definisi dan Pengertian Maloklusi Skeletal
Maloklusi merupakan kata yang paling sering digunakan untuk anomali di dalam ortodontik yang hanya memberitahukan bahwa oklusi dalam keadaan tidak benar, tidak membicarakan tentang oklusi yang sakit atau penyakit dari oklusi (Van der Linden, 1987). Maloklusi adalah keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit, et.al., 2007).
Maoklusi Skeletal adalah penyimpangan hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium yang disebabkan oleh disproporsi ukuran, bentuk atau posisi rahang.
3
Proffit, et.al., 2007).
SNA : 84, SNB : 74, ANB : 10 SNA : 78, SNB : 87, ANB : - 9
Gambar 2.1 Maloklusi skeletal dalam arah sagital
4
HIGH ANGLE=POSTERIOR ROTATION, LOW ANGLE=ANTERIOR ROTATION=
DIVERGEN = CLOCKWISE ROTATION KONVERGEN=ANTICLOCKWISE ROTATION
Gambar 2.3 Maloklusi skeletal dalam arah vertikal
Teknik analisis maloklusi skeletal menggunakan roentgen foto kepala (sefalogram) kemudian dilakukan prosedur penapakan (tracing).
Klasifikasi maloklusi skeletal dibagi 3 kelas yaitu pertama : kelas I skeletal adalah dimana relasi rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium normal, ke dua : kelas II skeletal adalah dimana relasi rahang atas lebih ke anterior dari rahang bawah, ke tiga : kelas III skeletal adalah dimana relasi rahang bawah lebih ke anterior dari rahang atas (Moyers, 1988).
Pada makalah ini yang dibahas adalah perawatan maloklusi kelas II skeletal dengan kombinasi aktivator-headgear.
2.2 Klasifikasi dan Etiologi Maloklusi Kelas II Skeletal
5
dalam menentukan diagnosis dan prosedur rencana perawatan. Klasifikasi berguna untuk alasan praktis sehingga dapat menjelaskan anomali seperti apa yang ditemukan dan klasifikasi harus dapat dibedakan secara jelas dan tepat (Van der Linden, 1987).
Klasifikasi maloklusi kelas II skeletal adalah hubungan rahang atas lebih ke anterior dari rahang bawah.
Etiologi maloklusi kelas II skeletal terdapat 3 kemungkinan yaitu :
1. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati, tetapi pertumbuhan mandibula ke anterior normal.
2. Hubungan maksila terhadap kranium adalah normal, tetapi pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
3. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati dan pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
4. Etiologi untuk alat kombinasi Aktivator-Headgear ini yaitu hubungan maksila terhadap kranium Prognati dan pertumbuhan mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
Gambar 2.4 Bermacam-macam keadaan kelas II skeletal
A. Maksila terhadap kranium prognati, mandibula normal
B. Maksila terhadap kranium normal, mandibula retrognati
6
2.3 Macam-macam alat perawatan maloklusi kelas II skeletal
Alat yang sering digunakan pada perawatan kasus maloklusi kelas II skeletal yaitu :
2.3.1 Aktivator
Aktivator merupakan suatu alat fungsional yang dapat menghasilkan daya ortodoti dan ortopedik. Daya ortodonti pengaruhnya pada gigi geligi yaitu daya untuk menggerakkan gigi geligi dalam arah sagital, vertikal dan transversal. Daya ortopedik adalah daya untuk mempengaruhi struktur kraniofasial dan pengaruhnya pada rahang yaitu merangsang pertumbuhan mandibula dan menghambat pertumbuhan maksila.
Aktivator prinsip kerjanya adalah dengan merangsang aktivitas otot-otot pengunyahan dan kemudian menyalurkan, mengubah atau mengarahkan daya-daya alami ke daerah sekitarnya, seperti gigi geligi, jaringan periodontal, tulang alveolar dan sendi temporo mandibula.
Secara umum pengaruh aktivator yaitu pengaruh pemakaian aktivator terhadap kranium, maksila, mandibula, otot pengunyahan dan gigi.
Keuntungan dan kerugian penggunaan aktivator yaitu :
Keuntungan :
1. Efektif untuk perawatan maloklusi kelas II divisi 1 dengan retrognati mandibula dan pada masa geligi sulung atau geligi campuran.
2. Pemakaiannya tidak terlalu merusak jaringan lunak.
3. Karena hanya digunakan malam hari, maka baik untuk estetik dan kebersihan mulut.
7
Kerugian :
1. Dibutuhkan kooperatif pasien.
2. Pada kasus crowding, pemakaian aktivator kurang efektif. 3. Penggunaannya tidak efektif pada pasien dewasa.
4. Pengontrolan daya pada masing-masing gigi tidak seteliti alat ortodontik cekat.
Gambar 2.5 Aktivator
2.3.2 Headgear
Headgear merupakan suatu alat ekstra oral yang prinsip kerjanya adalah menghambat aposisi tulang pada sutura-sutura yang berperan pada pertumbuhan maksila, sehingga akan menghambat pertumbuhan maksila. Pengaruhnya pada gigi geligi adalah menggerakkan gigi geligi dalam arah vertikal, sagital dan transversal tergantung posisi daya headgear yang diberikan.
8
gigi anterior atau posterior, sebagai penjangkar untuk gigi molar, tipping dari bidang palatal dan rotasi mandibula ke anterior atau posterior.
Ada beberapa macam jenis headgear antara lain adalah : 1. Headgear servikal.
2. Headgear parietal.
3. Headgear straight pull atau netral, bekerja dalam arah bidang oklusal.
9
2.3.3 Kombinasi Aktivator-Headgear
Merupakan suatu alat yang prinsip kerjanya adalah gabungan dari teknik aktivator dengan headgear. Pengaruhnya pada maksila yaitu menghambat pertumbuhan maksila, sedangkan pada mandibula yaitu merangsang pertumbuhan mandibula.
10
BAB III
TINJAUAN UMUM KOMBINASI
AKTIVATOR – HEADGEAR
3.1 Klasifikasi Alat-alat Fungsional
Menurut Proffit, et.al., (2007), secara umum alat-alat fungsional dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :
3.1.1 Alat-alat Tooth Borne Pasif
Alat ini merupakan alat yang pasif karena alat ini tidak menghasilkandaya intrinsik, seperti yang dihasilkan oleh pegas atau sekrup ekspansi dan hanya tergantung pada regangan jaringan lunak dan aktivitas otot-otot pengunyahan yang akan menghasilkan efek perawatan. Alat yang termasuk kelompok ini adalah Aktivator, Bionator, alat Herbst dan alat Twin Block.
11
Gambar 3.1.B Alat Herbst
3.1.2 Alat-alat Tooth Borne Aktif
Alat ini sebagian besar merupakan modifikasi dari Aktivator dan Bionator dengan menambahkan sekrup ekspansi atau pegas untuk menghasilkan daya-daya intrinsik pada alat, sehingga dapat menggerakkan gigi geligi ke arah transversal dan antero-posterior. Alat yang termasuk kelompok ini biasanya sesuai dengan nama yang mengembangkannya, seperti Expansion Aktivator, Orthopedic Corrector, Sagital Appliance, dll.
12
3.1.3 Alat-alat Tissue Borne
Prinsip kerja alat ini adalah memperbaiki kelainan fungsional orofasial yang akan merangsang terjadinya perbaikan hubungan skeletal dengan cara mencegah tekanan dari lidah, pipi dan bibir agar tidak mengenai gigi geligi dan prosesus alveolaris sehingga dapat menimbulkan perubahan pertumbuhan pada struktur-struktur ini. Satu-satunya alat yang hanya didukung oleh jaringan lunak, tetapi masih memiliki beberapa kontak dengan gigi geligi dan yang termasuk kelompok ini adalah Functional Regulator of Frankel atau disebut juga Function Regulator (Regulator fungsional) yang disingkat F.R., Ada F.R. 1, F.R. 2, F.R. 3 dll.
13
3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional
3.2.1 Indikasi Perawatan Alat Fungsional
a. Kelainan skeletal dalam arah antero-posterior (kelas II dan kelas III skeletal).
b. Pada pasien yang sedang dalam pertumbuhan aktif. c. Pasien sangat kooperatif.
3.2.2 Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional
a. Tidak ada kelainan skeletal ataupun ringan. b. Pasien sangat tidak kooperatif.
c. Masa pertumbuhan sudah selesai.
3.3 Definisi dan Pengertian Alat Kombinasi Aktivator – Headgear
Merupakan suatu alat yang prinsip kerjanya gabungan dari teknik aktivator dengan headgear. Penggunaannya akan lebih efektif, karena selain waktu perawatannya menjadi lebih singkat, efek yang tidak diharapkan bila hanya menggunakan salah satu alat dapat dikurangi.
Pengaruhnya pada maksila yaitu menghambat pertumbuhan maksila, sedangkan pada mandibula yaitu merangsang pertumbuhan mandibula. Alat Aktivator-Headgear juga dapat mengatur erupsi gigi, sehingga dapat memperbaiki hubungan rahang dalam arah vertikal.
3.4 Macam-macam Alat Kombinasi Aktivator-Headgear
3.4.1 Kombinasi dari Teuscher
14
Headgear yang digunakan dari jenis high-pull headgear. Penentuan posisi vektor daya headgear merupakan faktor terpenting dari seluruh perawatan.
Konstruksi gigitan untuk aktivasi sagital mandibula tidak melebihi 6 mm, sedangkan ketinggiannya sedikit lebih besar dari freeway space.
Hasil perawatan pada maksila adalah menghambat pertumbuhan maksila serta mengontrol pertumbuhan tulang alveolar dan gigi geligi, sedangkan pada mandibula adalah mengontrol tinggi muka bawah dan merangsang pertumbuhan kondilus dan fossa glenoid, sehingga menyebabkan pergerakan mandibula.
Gambar 3.4 Kombinasi dari Teuscher
3.4.2 Kombinasi dari Van Beek
Aktivator yang telah dilengkapi dua buah lengan kawat luar untuk memasang headgear. Untuk menentukan posisi vektor daya headgear dengan cara mengaktivasi lengan kawat luar tersebut.
15
sedangkan ketinggiannya 5-8 mm, lebih tinggi bila dibandingkan aktivator umumnya. Hasil perawatan yaitu perbaikan overjet dan perbaikan overbite.
Gambar 3.5 Kombinasi dari Van Beek
3.4.3 Kombinasi dari Lehman
Terdiri dari pelat akrilik maksila, pelat mandibula dan dua lengkung kawat luar untuk memasang headgear.
Untuk menentukan posisi daya headgear dengan mengaktivasi lengkung kawat luar. Untuk memaksa mandibula bergerak ke anterior dengan cara mengaktifkan per berbentuk S. Per berbentuk S ini menghubungkan pelat maksila dengan pelat mandibula.
16
Gambar 3.6 Kombinasi dari Lehman
3.4.4 Kombinasi Open Aktivator-Headgear
Prinsip kerjanya sama seperti aktivator pada umumnya, hanya pada disain alat pelat akrilik tidak diperluas sampai ke anterior, sehingga lebih mempermudah pasien untuk berbicara selama pemakaian alat ini.
17
BAB IV
KESIMPULAN
Prinsip kerja dari alat kombinasi Aktivator-Headgear adalah merupakan gabungan dari teknik Aktivator dengan Headgear.
Alat kombinasi Aktivator-Headgear selain menghambat pertumbuhan maksila dan merangsang pertumbuhan mandibula, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam arah sagital dan mengatur erupsi gigi geligi serta pertumbuhan alveolar untuk memperbaiki hubungan rahang dalam arah vertikal.
Penggunaan alat kombinasi Aktivator-Headgear lebih efektif, karena selain waktu perawatannya menjadi lebih singkat, efek yang tidak diharapkan bila hanya menggunakan salah satu alat dapat dikurangi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, C.P. & Kerr, W.J. 1990. The Design, Construction and Use of Removable Orthodontic Appliances. 6th Edition . Thomson Litho Ltd. East Kilbride. Scotland. h. 102 – 115.
2. Alexander, R.G. 2001. Teknik Alexander : Konsep dan Filosofi Kontemporer. Editor Ed. Bahasa Indonesia, Lilian Yuwono. EGC, Jakarta. h. 150 151. 3. Graber, T.M. & Vanarsdall, R.L. 1994. Orthodontics : Current Principles and
Techniques. 2nd Edition. Mosby Year Book Inc., St. Louis, Missouri. h.392 – 404, 437 463, 467 – 469.
4. Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics. 4th Edition. Year Book Medical Publishers, Inc., Chicago, London, Boca Raton. h. 191, 535, 539 – 543.
5. Proffit, W.R. & Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics. 4th Edition. Mosby Inc., St. Louis. h. 397 – 400, 506.
6. Rakosi, T.; Jonas, I. & Graber, T.M. 1993. Color Atlas of Dental Medicine : Orthodontic – Diagnosis. Thieme Medical Publishers Inc., New York. h. 49.
7. Soemantri, E.S.S. 1999. Perawatan Orthodontik dan Orthopedik pada Pasien Usia
Pertumbuhan. FKG UNPAD., Bandung. h. 1 3.
8. Van der Linden, Frans P.G.M. 1987. Diagnosis and Treatment Planning in Dentofacial Orthopedics. London. Quintentessense Publishing Co. Ltd. h. 163 – 164.