PERAWATAN MALOKLUSI KLAS II DENGAN
HERBST APPLIANCE
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
CHEW WEI SHENG NIM : 070600161
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2011
Chew Wei Sheng
Perawatan Maloklusi Klas II dengan Herbst Appliance.
xi + 29 halaman
Pesawat Herbst merupakan pesawat fungsional cekat yang sering digunakan
dalam perawatan maloklusi Klas II skeletal atau dental. Selama perawatan
menggunakan pesawat Herbst terjadi perubahan yang menyebabkan terkoreksinya
hubungan maloklusi. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah terjadi
perubahan skeletal dan dental perawatan maloklusi Klas II dengan pesawat Herbst.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui mekanisme pesawat Herbst dalam
mengoreksi maloklusi Klas II.
Perawatan dengan pesawat Herbst menyebabkan perubahan skeletal dan
dental dan profil wajah pasien serta memberikan hasil perawatan yang baik, berupa
mandibula bergerak ke depan juga disertai remodeling pada TMJ yang menyebabkan
hubungan oklusal dental Klas I, terkoreksinya gigi insisivus dan overjet.
PERAWATAN MALOKLUSI KLAS II DENGAN
HERBST APPLIANCE
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
CHEW WEI SHENG NIM : 070600161
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Mei 2011
Pembimbing: Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 23 Mei 2011
TIM PENGUJI
KETUA : Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) ANGGOTA : 1. Mimi Marina Lubis, drg
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta yaitu Ayahanda Chew Che Bin dan Ibunda Lim Bee Geok yang
telah membesarkan serta memberikan kasih sayang yang tak terbatas, doa, semangat
dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta
penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan dukungan yang
diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan lancar.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonsia
FKG-USU atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan, petunjuk,
motivasi dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) selaku koordinator skripsi yang telah
memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di
FKG-USU.
5. Mimi Marina Lubis, drg. dan Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort selaku anggota
tim penguji skripsi atas bantuan, kritik dan saran yang telah diberi.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara terutama di Departemen Ortodonsia atas dukungan dan masukan
yang bermanfaat kepada penulis.
7. Oktavia Dewi, drg., M. Kes selaku penasehat akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
8. Terima kasih kepada Anthony dan Andrew yang telah meluangkan waktu
dalam memberi bantuan dalam penulisan skripsi ini.
9. Terima kasih kepada Albert, Gusmalini, Andy, Wee Chun, Kak Amy dan
teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas
dukungan dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
ini dapat bermanfaat bagi pergembangan ilmu, masyarakat dan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Medan, 23 Mei 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Ruang Lingkup 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi Klas II Dental 3
3.2 Komponen Pesawat Herbst 8
3.3 Indikasi dan Kontraindikasi 9
3.4 Kelebihan dan Kekurangan 10
BAB 4 LAPORAN KASUS 13
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Jenis profil wajah 4
2 Retensi Pesawat Herbst 7
3 Pesawat Herbst Crown dengan cantilever 7
4 Pesawat Herbst Splint Arkrilik 8
5 Pesawat Herbst Cincin 8
6 Komponen pesawat Herbst: A, Tube; B, Rod; C, Screw 9
7 Gambaran ekstraoral sebelum perawatan: A, Lateral; B, Anterior 14
8 Sefalogram lateral sebelum perawatan 14
9 Gambaran intraoral sebelum perawatan: A, Kanan; B, Anterior; C, Kiri 15
10 Gambaran intraoral 15
11 Pesawat Herbst Cincin 15
12 Analisa TMG menggunakan Dolphin Software 17
13 Analisa tomogram airway: A, sebelum dan B, setelah perawatan 18
14 Gambaran lateral setelah perawatan: A, Kanan; B, Kiri 18
15 Gambaran ekstraoral setelah perawatan: A, Lateral; B, Anterior 19
16 Sefalogram setelah perawatan 19
17 Pesawat Herbst disertai multibracket 20
18 Sebelum perawatan 21
20 Sefalogram sebelum dan setelah perawatan 22
21 Sefalogram TMJ sebelum dan setelah perawatan 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2011
Chew Wei Sheng
Perawatan Maloklusi Klas II dengan Herbst Appliance.
xi + 29 halaman
Pesawat Herbst merupakan pesawat fungsional cekat yang sering digunakan
dalam perawatan maloklusi Klas II skeletal atau dental. Selama perawatan
menggunakan pesawat Herbst terjadi perubahan yang menyebabkan terkoreksinya
hubungan maloklusi. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah terjadi
perubahan skeletal dan dental perawatan maloklusi Klas II dengan pesawat Herbst.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui mekanisme pesawat Herbst dalam
mengoreksi maloklusi Klas II.
Perawatan dengan pesawat Herbst menyebabkan perubahan skeletal dan
dental dan profil wajah pasien serta memberikan hasil perawatan yang baik, berupa
mandibula bergerak ke depan juga disertai remodeling pada TMJ yang menyebabkan
hubungan oklusal dental Klas I, terkoreksinya gigi insisivus dan overjet.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan maloklusi Klas II dengan pesawat bite jumping pertama kali
diperkenalkan oleh Emil Herbst pada tahun 1901, namun perawatan ini tidak populer
pada zaman tersebut.1 Pada tahun 1970-an, Pancherz kemudian memperkenalkan
Herbst Appliance yang menggunakan cincin dan menitikberatkan penggunaan
pesawat Herbst untuk memicu pertumbuhan kondilus mandibula. Pada tahun
1980-an, diperkenalkan pesawat Herbst yang menggunakan crown untuk mengatasi
kekurangan pesawat Herbst dengan cincin.2,3
Pesawat Herbst merupakan pesawat fungsional cekat yang terdiri dari
teleskopik bilateral untuk mempertahankan mandibula dalam posisi protrusi.
Berdasarkan desainnya, pesawat Herbst dapat dibedakan menjadi jenis cincin, crown,
splint acrylic atau pesawat cantilever bite jumper. Pada pesawat Herbst jenis crown
dan cantilever bite jumper dilakukan penyemenan sedangkan pada jenis splint acrylic
penyemenan tidak dilakukan namun apabila diperlukan penambahan retensi
penyemenan dapat dilakukan pada splin maksila.4,5
Perawatan maloklusi Klas II dengan pesawat Herbst biasanya dilanjutkan
perawatan tahap dua dengan menggunakan multibracket appliance untuk mencapai
hasil perawatan yang diinginkan. Setelah perawatan aktif, tooth positioner digunakan
retensi ini diperlukan untuk menghindari pola pertumbuhan yang abnormal serta
adanya kebiasaan dalam disfungsi bibir-lidah. 6,7
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terjadi perubahan skeletal dan dental perawatan maloklusi Klas II
dengan pesawat Herbst?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui mekanisme pesawat Herbst dalam mengoreksi maloklusi
Klas II.
1.4 Ruang Lingkup
Membahas tentang perubahan dentokranofasial serta hasil akhir perawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi Klas II Dental
Secara umum ada dua bentuk diagnosa maloklusi, yaitu dental dan skeletal.
Berdasarkan Klasifikasi Angle, maloklusi Klas II adalah adanya hubungan tonjol
mesiodistal lengkung gigi rahang bawah yang beroklusi lebih ke distal dari kondisi
normal. Pada kondisi maloklusi Klas II penuh, tonjol distobukal molar pertama
permanen atas beroklusi pada sulkus molar pertama permanen bawah. Hal ini
menyebabkan ketidakharmonisan pada regio gigi insisivus dan profil wajah.8,9
Maloklusi Klas II menjadi divisi 1 dan divisi 2. Maloklusi Klas II divisi 1 dan divisi 2
mempunyai subdivisi yaitu terdapat hubungan oklusi yang normal pada salah satu sisi
rahang dan hubungan Klas II pada sisi yang lain. Pasien maloklusi Klas II divisi 1
biasanya memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut.8,9
2.1.1 Klas II Divisi 1
Maloklusi Klas II divisi 1 ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas,
gigi insisivus yang protrusi, aktivitas otot rongga mulut abnormal, fungsi bibir
2.1.2 Klas II Divisi 2
Maloklusi Klas II divisi 2 ditandai dengan inklinasi insisivus sentralis maksila
ke arah lingual dan insisivus lateral maksila ke arah labial, sedikit penyempitan
lengkung rahang atas, crowding pada gigi insisivus maksila yang disertai
overlapping, fungsi bibir dan hidung normal.8,9
2.2 Skeletal Klas II
Ada tiga bentuk profil wajah, yaitu orthognathic, retrognathic dan prognathic
(Gambar 1). Orthognathic adalah profil wajah Klas I yang normal, retrognathic
adalah profil wajah Klas II karena memiliki mandibula yang lebih ke distal dan
prognathic adalah profil wajah Klas III karena memiliki mandibula yang lebih ke
mesial. 10,11
Ciri-ciri dari maloklusi Klas II skeletal adalah meningkatnya konveksitas atau
bertambah besarnya sudut ANB. Pasien maloklusi skeletal Klas II yang masih dalam
tahap pubertas dapat dirawat secara ortopedik namun untuk pasien yang telah
melewati tahap pubertas, perawatan hanya dapat dilakukan dengan pembedahan.
Maloklusi skeletal Klas II dapat disebabkan oleh maksila prognasi yaitu
bertambahnya maxillary depth atau sudut yang dibentuk antara bidang Frankfurt
dengan garis N-A. Maloklusi skeletal Klas II juga dapat disebabkan oleh mandibula
retrognasi yaitu berkurangnya facial depth atau sudut yang dibentuk antara bidang
Frankfurt dengan bidang fasial, N-Pog. Kombinasi antara maksila prognasi dan
mandibula retrognasi juga merupakan maloklusi skeletal Klas II. Maloklusi Klas II
skeletal dapat dideteksi dengan mudah dengan melihat profil wajah pasien. Pada
maloklusi skeletal Klas II yang mandibulanya kecil atau maksilanya besar dapat
BAB 3
PESAWAT HERBST
3.1 Pengertian
Pesawat Herbst merupakan pesawat fungsional cekat yang dapat dibedakan
menjadi jenis crown, cincin, splint arcrylic disertai cantilever bite jumper. Dalam
penggunaannya, pesawat Herbst memilik dua faktor penting yaitu kontrol
penjangkaran dan daya tahan pesawat (Gambar 2,3,4,5). 1 ,14
Penjangkaran pesawat Herbst diperoleh dari pemasangan crown atau cincin
yang dipasangkan pada gigi molar pertama kiri kanan dan dihubungkan dengan kawat
di sepanjang permukaan palatal gigi geligi maksila. Pada mandibula, crown atau
cincin dipasangkan pada gigi premolar pertama kiri kanan atau gigi kaninus kiri
kanan dan dihubungkan dengan kawat di sepanjang permukaan lingual mandibula.
Pada kasus molar kedua permanen maksila belum erupsi, Herbst menyarankan untuk
memasang retensi lebih dengan cara memasang crown atau cincin pada kaninus
Gambar 2. Retensi Pesawat Herbst
Gambar 4. Pesawat Herbst Splint Arkrilik
Gambar 5. Pesawat Herbst Cincin
3.2 Komponen Pesawat Herbst
Pesawat Herbst terdiri dari beberapa komponen, yaitu rod, tube, screw dan
pivot (Gambar 6). Rod dipasangkan pada mandibula dan tube dipasangkan pada
maksila. Setiap rod dan tube memiliki lubang pada ujungnya yang berfungsi untuk
pergerakan lateral dapat terjadi. Ujung Rod yang lain dimasuk ke dalam tube
sehingga pasien masih dapat membuka dan menutup mulut setelah pemasangan.
Komponen lain pesawat Herbst adalah screw yang memiliki hex head kecil yang
membantu pemasangan pada pivot dengan cara memutar screw tiga sampai empat
kali. 21
Gambar 6. Komponen pesawat Herbst: A, Tube; B, Rod; C, Screw
3.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Pesawat Herbst diindikasikan pada pasien maloklusi Klas II divisi 1 yang
masih dalam tahap pubertas dengan bentuk lengkung rahang yang baik. Pesawat
Herbst direkomendasikan untuk pasien yang memiliki kebiasaan bernafas dari mulut,
pasien yang sudah melewati masa pubertas dan pasien yang telah menggunakan
pesawat fungsional lepasan tetapi tidak mendapat hasil yang memuaskan. Perawatan
adalah perawatan orthopaedic dimana posisi mandibula dikoreksi dan tahap kedua
adalah perawatan orthodontic dimana gigi yang crowding dikoreksi dengan pesawat
cekat.5
Pesawat Herbst diindikasikan pada pasien Klas II noncompliance terutama
pada pasien muda untuk mendapat pola pertumbuhan yang diinginkan, pasien
overbite dalam, penyimpangan median line mandibula, anterior disc displacement,
serta Klas II dengan mandibula retrognathic dengan insisivus maksila yang
retroklinasi. 6
Kontraindikasi pesawat Herbst adalah pasien autis dan bruxism yang parah.
Pesawat Herbst juga dikontraindikasikan pada kasus open bite skeletal dan dental dan
pasien dengan sudut bidang maksilomandibula yang tinggi akibat pertumbuhan
vertikal serta lower facial height yang berlebihan. 6
3.4 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan menggunakan pesawat Herbst adalah durasi perawatan singkat,
tidak terlalu tergantung pada kooperatif pasien dan penerimaan pasien yang lebih
mudah. Selain itu karena efek distalisasi molar pertama maksila menyebabkan tidak
perlu dilakukan ekstraksi pada kasus maloklusi Klas II yang disertai crowding. Selain
itu, keuntungan pesawat Herbst dapat memperbaiki profil wajah pasien secara cepat
dan dapat digunakan bersamaan pesawat cekat serta dapat dimodifikasi dalam
berbagai aplikasi klinis. 6,18
Kekurangan pesawat Herbst adalah ketidaknyamanan pengunyahan pada
menyebabkan terjadinya diastema antara kaninus dan premolar maksila, dan gigi-gigi
insisivus mandibula proklinasi, iritasi mukosa, pesawat yang tidak begitu kuat seperti
patah, kawat yang bengkok, dan cincin yang pecah atau longgar. 6,19
3.5 Efek Perawatan
Waktu ideal untuk perawatan maloklusi Klas II divisi 1 dengan pesawat
Herbst adalah usia pubertas atau setelah semua gigi permanen sudah erupsi.
Penggunaan pesawat Herbst dalam masa gigi bercampur tidak dianjurkan karena
molar pertama desidui tidak cukup kuat.5
Pesawat Herbst dapat menahan pertumbuhan maksila dan merangsang
pertumbuhan mandibula. Terjadi peningkatan pertumbuhan arah sagital tetapi tidak
terjadi perubahan pada pertumbuhan vertikal. Pancherz (1979) melaporkan
penggunaan pesawat Herbst dengan cincin menyebabkan koreksi molar dalam arah
sagital sebesar 43% akibat perubahan skeletal dan 57% karena perubahan
dento-alvolar. Perubahan skeletal terbesar terjadi ketika perawatan dilakukan pada periode
puncak pertumbuhan mandibula. Perubahan dento-alveolar meliputi proklinasi
insisivus mandibula serta distalisasi dan intrusi molar maksila. Openbite berkurang
karena terjadi intrusi pada insisivus mandibula dan bertambah erupsi molar
mandibula.5,20
Keberhasilan perawatan dengan pesawat Herbst dikaitkan dengan terjadinya
tiga proses adaptif pada sendi temporomandibula. Proses adaptif tersebut berupa
bertambahnya pertumbuhan kondilar karena remodeling, displacement fossa glenoid
anterior dan pertumbuhan kondilar ke posterior, kedua perubahan ini lebih diharapkan
akan menyebabkan pertumbuhan mandibula ke depan.12,13
Walaupun tujuan perawatan untuk mendapat Klas I dapat dicapai dengan
beberapa pesawat fungsional, namun mempertahankan hasil koreksi sampai semua
gigi permanen tumbuh terbukti sulit. Maloklusi Klas II yang terkoreksi sempurna
dapat relapse kembali ke maloklusi semula ketika gigi permanen tumbuh jika
BAB 4
LAPORAN KASUS
Pesawat Herbst merupakan pesawat fungsional cekat yang bertujuan untuk
mengatasi kekurangan pesawat fungsional lepas. Pesawat Herbst digunakan dalam
perawatan maloklusi Klas II untuk menstimulasi pertumbuhan mandibula ke arah
anterior untk mengoreksi maloklusi. Berikut ini akan dipaparkan dua laporan kasus
perawatan maloklusi Klas II dengan pesawat Herbst yang menunjukkan efek berupa
perubahan skeletal, dental, airway, remodeling pada TMJ dan adanya penambahan
panjang mandibula.
Laporan Kasus 1
Seorang pria 16 tahun dengan keluhan dagu terlalu ke belakang yang dirawat
di Araraquara School of Dentistry, Paulista State University. Analisa lateral
menunjukkan profil wajah konvek yang disebabkan oleh mandibula yang
retrognathia disertai garis dagu-leher yang pendek. Pemeriksaan intraoral
Gambar 7. Gambaran ekstraoral sebelum perawatan: A, Lateral; B, Anterior
Gambar 9. Gambaran intraoral sebelum perawatan: A, Kanan; B, Anterior; C, Kiri
Pasien dirawat menggunakan pesawat Herbst jenis cincin selama 8 bulan.
Untuk mengevaluasi perubahan skeletal dan dental dilakukan dua sefalogram lateral
dan Cone-Beam CT scan (CBCT) dalam keadaan maximal habitual intercuspation
(MHI) pada awal perawatan T1, dan 8 bulan setelah perawatan T2. CBCT dianalisa
menggunakan Dolphin 10.5, Dolphin Imaging & Management Solutions, USA.
Pesawat Herbst jenis cincin yang digunakan disemenkan pada gigi
menggunakan glass ionomer semen jenis light cure (Gambar 10,11). Komponen
mekanisme teleskopik pada pesawat Herbst ini terdiri dari tube, piston dan
connectors.
Gambaran CT
Gambar CT diambil dengan menggunakan i-CAT scanner dimana mulut
pasien tertutup dan berada dalam keadaan MHI. i-CAT scanner mengambil gambaran
dalam rotasi 3600 selama 20 detik sebanyak 460 gambaran dengan ketebalan 0,5mm.
Data dibikin dalam format DICOM dan dianalisa menggunakan Dolphin software®.
Posisi kepala yang standar penting dalam analisa CT dimana gambaran 3D
bidang aksial, koronal dan sagital digunakan sebagai refrensi. Dalam gambaran CT
frontal, bidang sagital dianggap sebagai bidang vertikal, bidang Frankfort dianggap
sebagai bidang horizontal. Dalam gambaran CT lateral, bidang vertikal adalah garis
Porion tegak lurus bidang Frankfort.
Analisa Gambaran CT Setelah Perawatan
Dari gambaran CT menunjukkan adanya penambahan diameter kondilar
sebesar 0,8mm pada sisi kanan dan 0,7mm pada sisi kiri (Gambar 12,13). Hasil
analisa menunjukkan daerah fossa glenoid dan kondilar mengalami remodeling. Dari
gambaran CT anatomi dapat dilihat secara tiga dimensi sehingga memberikan
informasi akurat mengenai ukuran, tekstur dan bentuk daerah yang dianalisa.
Penelitian perawatan pesawat Herbst pada monyet menunjukkan terjadinya
pembentukan tulang dan remodeling pada daerah fossa dan kondilar. Sebelum
perawatan, volume nasopharyngeal pasien adalah 4324,5 mm3 dan setelah perawatan
adalah 5108,5 mm3. Dengan kemajuan teknologi program komputer data-data
volumetrik dapat diukur untuk menganalisa efektivitas suatu pesawat dalam merawat
Gambar 13. Analisa tomogram airway: A, sebelum dan B, setelah perawatan
Setelah 8 bulan dirawat dengan pesawat Herbst, maloklusi pasien terkoreksi
dan profil wajah bertambah baik. Dari hasil CT menunjukkan ada pengaruh pesawat
Herbst di daerah TMJ dan saluran udara tetapi tidak signifikan (Gambar 14,15,16).
Gambar 15. Gambaran ekstraoral setelah perawatan: A, Lateral; B, Anterior
Laporan Kasus 2
Seorang gadis 13 tahun dengan maloklusi Klas II divisi 1 dirawat di Clinic of
Orthodontics, School of Dentistry di Belgrade dengan menggunakan aktivator dan
tidak berhasil. Perawatan selama 18 bulan ini gagal karena pasien tidak koorperatif
dan direkomendasikan perawatan menggunakan pesawat Herbst (Gambar 17 & 18).
Gambar 18: Sebelum perawatan.
Pemeriksaan awal menunjukkan pasien maloklusi Klas II divisi 1 dengan
overjet sebesar 8,5mm dan crowding pada mandibula dan maksila. Pemeriksaan
ekstraoral menunjukkan wajah konveks, extruded lips, sulkus mentolabial dalam dan
bibir yang kompeten. Analisa sefalogram menunjukkan hubungan skeletal Klas II
disebabkan oleh mandibula yang retrognasi (Gambar 19). Insisivus maksila protrusi
(Gambar 20). Pada pemeriksaan dental gigi pasien pernah direstorasi dan memiliki
Gambar 19: Sefalogram sebelum dan setelah perawatan.
Perawatan
Hubungan insisal edge-to-edge diambil dengan menggunakan gigitan kerja
atau constructive wax. Pasien memakai pesawat Herbst selama 6 bulan dan diikuti
dengan pesawat multibraket selama 8 bulan untuk mendapatkan hubungan oklusi
yang normal. (Gambar 22)
Selama perawatan, dijumpai sedikit inflamasi pada gingiva. Oleh karena itu,
dilakukan kontrol setiap minggu sehingga status hygiene dan gingival normal
diperoleh. Pemeriksaan reguler sampai akhir perawatan ortodonti dilakukan untuk
memotivasi pasien dalam menjaga oral hygiene.
Setelah perawatan, sefalogram lateral diambil dan menunjukkan posisi
mandibula yang telah terkoreksi. Gigi molar dan insisivus serta hubungan skeletal
intermaksila terkoreksi dan hal ini diperoleh dengan cara computerised
superimposition (Gambar 19,20) dan dari hasil analisa sefalogram lateral.
Terkoreksinya profil wajah yang konvex, bibir atas yang retrusi dan berkurangnya
kedalaman sulkus mentolabial adalah hasil perbaikan estetik selama perawatan.
Analisa tomografi TMJ (Gambar 21) sebelum dan setelah perawatan menunjukkan
bahwa remodelling pada fossa dan artikulasi kondilar terjadi akibat resorpsi pada sisi
Gambar 21: Sefalogram TMJ sebelum dan setelah perawatan.
Pesawat Herbst diindikasikan pada perawatan maksila prognasi, mandibula
retrognasi atau kombinasi maksila prognasi dan mandibula retrognasi, sudut ANB
yang besar, retrusi insisivus mandibula atau protrusi insisivus maksila atau
kombinasinya, serta crowding pada maksila. Perawatan dengan pesawat Herbst bisa
menjadi pilihan yang baik sebagai pengganti perawatan ortodontik camouflage,
growth adaptation dengan pesawat removable atau bedah orthognathic.
Pada kasus ini, perubahan skeletal dan dentoalveolar secara bersamaan
memberikan hasil perawatan yang baik. Mandibula bergerak ke depan disertai
remodeling pada TMJ. Selain itu, terjadi distalisasi molar maksila, hal ini
menyebabkan terjadinya hubungan oklusal dental Klas I, terkoreksinya gigi insisivus
dan overjet disertai perbaikan profil wajah pasien.
Fase penting perawatan dengan pesawat Herbst adalah pada saat pembuatan
gigitan kerja atau contsrtuction wax dalam posisi edge-to-edge. Posisi pesawat di
daerah bukal dan daerah yang difiksasi akan menyebabkan distalisasi dan intrusi gigi
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemaparan pada tulisan ini terlihat perawatan maloklusi Klas II
dengan pesawat Herbst terjadi perubahan berupa penambahan panjang mandibula
yang signifikan, panjang maksila tetap dan tidak terjadi perubahan signifikan pada
lower anterior facial height, LAFH. Selain itu, terlihat adanya protrusi dan tipping
ke arah labial pada insisivus mandibula dan retrusi serta inklinasi ke arah lingual pada
insisivus maksila. Terjadi penambahan yang signifikan pada tinggi dentoalveolar
posterior dan terjadi ekstrusi pada molar maksila.
Gambaran CT dalam tiga dimensi yang akurat sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis dan merencanakan suatu perawatan. CBCT memungkinkan
bagian TMJ seperti fossa kondilar dan glenoid untuk dianalisa sebelum dan setelah
perawatan dengan pesawat orthopedik.
Dengan demikian, perawatan dengan pesawat Herbst terbukti efektif dalam
DAFTAR PUSTAKA
1. Pancherz H, Ruf S. The Herbst Appliance Research-based Clinical Management.
Chicago : Quintessence Publishing Co Ltd, 2008 : 11.
2. VanLaecken R, Martin CA, Dischinger T, Razmus T, Ngan P. Treatment effects
of the edgewise Herbst Appliance : A Cephalometric and tomographic
investigation. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics
2010 ; vol(130) : 582-93.
3. Mir CF, Ayeh A, Goswani A, Charkhandeh S. Skeletal and Dental Changes in
Class II Division 1 Malocclusions Treated with Splint-Type Herbst Appliances.
Angle Orthodontist 2007: vol (77) : 376-81.
4. Omblus J, Malmgren O, Pancherz H. Long Term Effects of Class II Correction in
Herbst and Bass Therapy. European Journal of Orthodontics 1997: vol (19) :
185-93.
5. Mcsherry PF, Dent B, Bradley H. Class-II Correction-Reducing Patient
Compliance: a Review of the Available Techniques. Journal of Orthodontist 2000
; vol(27) : 219-25.
6. Papadopoulos MA. Orthodontic Treatment of The Class II Noncompliant Patient.
London : Mosby Elsevier, 2006:37-42.
7. Nedeljković N, Živojinović V, Ivanović M. Clinical Effects of Fixed Functional
Herbst Appliance in the Treatment of Class II/1 Malocclusion. Srp Arh Celok Lek
2009 : vol (137) : 675-80.
9. Bhalajhi SI. Orthodontics: The Art and Science. Aryamedi Publishing : New
Delhi, 1997: 75-80 , 374-6.
10.Echarri P. Treatment of Class II Malocclusions. Barcelona : Ladent Formacion,
2010:8-9.
11.Scheid RC. Dental Anatomy Its Revelance to Dentistry. Maryland : Lippincott
Williams & Wilkins, 2007:360.
12.Pancherz H, Fischer S. Amount and Direction of Temporomandibular Joint
Growth Changes in Herbst Treatment: A Cephalometric Long-Term
Investigation. Angle Orthodontist 2003 ; vol (73) : 493-501.
13.Manfredi C, Cimino R, Trani A, Pancherz H. Skeletal Changes of Herbst
Appliance Therapy Investigated With More Conventional Cephalometrics and
European Norms. Angle Orthodontist 2001: vol (71) : 170-6.
14.Hagglund P, Segerdal S, Forsberg CM. The integrated Herbst Appliance –
treatment effects in a group of adolescent males with Class II malocclusions
compared with growth changes in an untreated control group. European Journal
of Orthodontics 2008 ; vol(30) : 120-7.
15.Bock N, Ruf S. Post-treatment occlusal changes in Class II division 2 subjects
treated with the Herbst Appliance. European Journal of Orthodontics 2008 ;
vol(30) : 606-13.
16.Bock N, Ruf S. Occlusal stability of adult Class II Division 1 treatment with the
Herbst Appliance. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics
17.Phan KLD, Bendeus M, Hagg U. Comparison of The Headgear Activator and
Herbst Appliance – Effects and Post-Treatment Changes. European Journal of
Orthodontics 2006: vol (28) : 594-604.
18.Pancherz H. The Herbst Appliance: A Paradigm Change in Class II Treatment.
World Champion Lecture 2005 : 8-10.
19.Du X, Hagg U, M.Rabie AB. Effects of headgear Herbst and mandibular
step-by-step advancement versus conventional Herbst Appliance and maximal jumping of
the mandible. European Journal of Orthodontics 2002 ; vol(24) : 167-74.
20.Rodrigues M, Fernando J, McNamara JA. Short-Term Treatment Effects
Produced by the Herbst Appliance in the Mixed Dentition. Angle Orthodontist
2005 ; vol(75) : 540-7.
21.Anonymous. Herbst Applinace Refrence Manual. Atlanta : Specialty Appliances
Orthodontics Laboratory, 1998:6.
22.Maia S, Raveli DB. Computed Tomographic evaluation of a young adult treated
Kerangka Konsep Skripsi
Perubahan dentocranialfacial perawatan maloklusi Klas II
Dental