.l
Senin
Kliwon,'17 Maret
2014
HALAMAN
4
WACANA
|BERNAS
JOGJA
Kampanye dan
Cuti
Ma$sal P$ab
at
Oleh:
Hendra
Kurniawan
daerah sudah mengajukan cuti. Data dari Kementerian Dalam Negeri me-nyebutkan
sedikitnya
sudahsem-bilan
gubernur dan duawakil
gu-bernur telah mengajukancuti
kam-panye. Sementaraitu juga
tercatat dua gubernur dan satuwakil
guber-nur yang tidak dianggap cuti namun diminta melaporkan kegiatan karenaizin
berkampanye padahari
Sabtu danMinggu.
Di
antaranya adalah GubernurDKI
Jakarta Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pra-nowo, danWakil
Gubernur BantenRano Karno.
Ini
belum
terhitung bupati, wakil bupati, walikota, mau-pun wakil walikota yang jugameng-ajukan
cuti
ke
gubernur. Misalnya Bupati Bantul Sri SuryaWidati yangmengajukan
cuti
untuk
menjadijurkam dalam
kampanye PDI-P
tanggal 22Maret dan 5
April
2014. Tidak hanya kepala daerah yang akan melakukan turba untuk meng-kampanyekan partainya. Setali tiga uang, enam orangmenteri
dalam Kabinet Indonesia BersatuJilid
II
telah
mengajukancuti
dan
sudah disetujui oleh Presiden. Menko Per-ekonomian Hatta Rajasa danMen-teri
KehutananZulkifli
Hasan dariPAN, Menteri Komunikasi
danInformatika
Tifatul
Sembiring danMenteri
Pertanian
Suswono dariPKS,
sertaMcnteri
Koperasi danUKM
Sjarifuddin Hasan yang men-jabat Ketua Harian Partai Demokrat dan Menteri Perhubungan E.E. Ma-ngindaan yangjuga
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.Itu
belum termasuk nama-nama lain dalam kabinet yangjuga menjaditokoh partai
dalam
Pemilu
2014namun
belum
mengajukan cuti.
Menko Kesra Agung Laksono dari Partai Golkar, Menteri Agama
Surya-dharma
Ali
yan g menj adi Ketua PPP, Menteri Tenaga Kerja dan Transmi-grasi Muhaimin Iskandar yang juga Ketua PKB, Menteri Pendayaguna-an Aparatur Negara dPendayaguna-an ReformasiBirokrasi
sekaligus
Sekretaris
Majelis
Pertimbangan Pusat DPPPAN
Azwar Abubakar, serta bebe-rapa menteridari
Partai Demokrat seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Menteri Hukum danHAM Amir
Syamsud-din, juga Menteri Pemuda dan Olah-raga Roy Suryo. Tak mau ketrnggal-an, Presiden SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokratjuga
telahmengajukan
cuti
untuk
berkam. panye mendongkrak suara partai-nya. Presiden SBY mengambil cuti tanggal 17 dan 18 Maret 2014.Maka
sekitar satubulan
men-datang, beberapa kementerian dan pemerintahan baik di daerah maupun pusat harus pandai-pandai rneng-atur kinerjanya saat ditinggal oleh sang pimpinan. Para pemangku ke-kuasaan menjamin bahwa cuti para pejabatini
tidak akan mengganggu kinerja pemerintahan karenatugas-tugas
dapat
didelegasikah
padawakil,
sekda,dirjen,
atau pejabat strukturallain
di
bawahnya. Bolehjadi
secaranormatif
hal itu
tidakmenjadi
masalah namun idealnya perhatian pejabat negaratidak
se-mestinya terbagi.
Pamongdanpelayan Pejabat negara pada dasarnya adalah pamong dan pelayan
masya-rakat
sehingga dibutuhkan loyali-'tas, totalitas, dan fokus yang prima pada tugas-tugasnya tersebut.Ki-nerja mereka tentu tidak akan mak-simal ketika masih harus memikirkan
politik
praktis. Keterlibatan pejabatnegara dalam partai politilepasti akan
selalu
menimbulkan tarik-menarik berbagai kepentinganpartai
yangberbeda-beda
melalui
kadernya yang ada dalam pemerintahan. Apa-bila hal ini terlalu sering te{adi maka kinerja pemerintahan akan sulitun-tuk
seiring sejalan.Kebijakan
kabinettidak
selalusinergi
dengan keinginan
partai.Dengan
sendirinya
akan
meme-ngaruhi
pengambilan
keputusandan kinerja
kabinet menjadi tidak kompak. Belum lagi antara pusat de-ngan daerah juga tidak mudah untukseiya sekata terhadap suatu kebijak-an. Terbukti belum lama
ini
terjadi beberapa kepala daerah yang me-nent€ing kebijakan pemerintah pusat misalnya soal mobil murah.Barang-kali inilah
konsekuensilogis
dari pelaksanaan otonomi .daerah dan pilkada.Semestinya akan jauh lebih ideal
apabila para pejabat pemerintahan setelah
terpilih
kemudianmelepas-kan
dirinya dari
partai dan
men-curahkan perhatian penuh
untuk bekerja sebagai pelayan masyarakat. Akan tetapi tampaknya pesimis halini
dapat terwujud
karena bagai-manapun keberhasilan dalam meraih jabatan tidak lepas dari peran partai sebagai kendaraanpolitik.
Padahal apabila disadarilebih
dalam,sese-orang yang telah
dipilih
oleh rakyatsebagai pejabat semestinya memiliki loyalitas yang tinggi pada rakyatnya
dan bukan melulu
pada partai.
Bukankah partai itu sejatinya
didiri-kan untuk kemaslahatan bangsa dan negara?
Maka
janji
para
pejabat untuk tetap menornorsatukan peng-abdiannya demi kepentingan rakyat hendaknya bukan sekedar retorika belaka. Semoga!***
Hendra Kurniawan MPd,
DosenPendidikan Sejarah
Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta.PEMILU
2014 sudahdi
depanmata, masa kampanye telah tiba. Para
calon
legislatif
mulai
menyosiali-sasikan diri. Berbagai cara ditempuhbahkan sejak
sebelum kampanye yang sesungguhnya dimulai. Entah melalui media cetak, elektronik,bah-kan
spanduk-spandukdi
jalanan. Hampir semuanya tidak mau disebut berkampanye. Bagi mereka caraini
merupakan bentuk sosialisasi atau mengenalkan
diri
pada masyarakat.Meski
demikian
sebenarnya yang mereka lakukan tidak jauh berbeda dengan kegiatan kampanye.Effendi
Gazali, peneliti komuni-kasi politik, dalam sebuah artikel per-nah mempertanyakan soal kegiatan sosialisasi partai macam ini. UU Pileg mendefinisikan kampanye sebagai kegiatan peserta pemilu untuk me-yakinkan para pemilih dengan mena-warkan visi, misi, dan programpeserta pemilu. Maka apabiladi radio, televisi, maupun medialain
di
sudut-sudut kota hanya mengiklankan para calegatau capres tanpa menyebut visi, misi, dan programnya belum dapat disebut sebagai kampanye.
Dalam berbagai materi sosialisasi tersebut,
selain wajah artis
makawajah
para pejabat negara jarang sekali absen. Rupanya para pe.iabatini
bermanfaatuntuk
melegitimasicaleg
maupun capresyang
men-calonkandiii
danjuga
untukmen-dulang perolehan
suara partai.
Tentu mereka tampil dalam kapasitas sebagai pimpinan atau tokoh partai dan bukan sebagai pejabat, namun pada dasarnya jabatan
itu
telah me-lekat dalam diri mereka yan gkemudi-an
menjadi bagiandari
kampanye yang tak mau disebut kampanye itu.Mulai
16Maret
Komisi Pemilihan Umum (KPU)