• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta."

Copied!
313
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN JURNAL UMUM

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Eleonora Prila Nurina Devi NIM: 091334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan sepenuh hati kupersembahkan skripsiku ini dalam rasa syukur yang terdalam kepada Allah Bapaku dan Bundaku Maria yang mencintaiku, yang selalu setia

mendampingi, melindungi dan memberkati setiap langkah hidupku melalui :

Keluargaku, bapak, ibu, adik, dan saudara-saudaraku yang memberi perhatian, dukungan dan mencintaiku, serta

semua sahabat, teman, pacar dan para dosen yang mendukungku melalui doa, bantuan, dukungan dan perhatian mereka.

Almamaterku, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

.

(5)

v

MOTTO

"

Just follow the story, don‘t think to be the writer,

because Jesus do

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN JURNAL UMUM

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta

Eleonora Prila Nurina Devi Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta pada materi pembelajaran jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

make a match. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2012 di SMA Negeri 4 Yogyakarta, Jln. Magelang, Karangwaru Lor, Kota Yogyakarta 55241.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, kuesioner, wawancara, tes dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan uji beda mean.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan: (1) motivasi belajar pada materi pembelajaran jurnal umum (rerata awal = 45,63 dan rerata akhir = 63,00; nilai sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05); (2) pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum (rerata awal = 5,12 dan rerata akhir = 8,79; nilai sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05).

(9)

ix

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH AS AN EFFORT TO INCREASE MOTIVATION AND

STUDENT COMPREHENSION WITH THE MAIN TOPIC: GENERAL JOURNAL

A Classroom Action Research in the Eleventh Grade Students of The Social Science Department of 4 State Senior High School Yogyakarta

Eleonora Prila Nurina Devi Sanata Dharma University

2013

The aims of this research are to find out the increase of learning motivation and student comprehension of the Eleventh Grade Students of The Social Science Department of 4 State Senior High School Yogyakarta with the main topic: general journal with the application of cooperative learning model: type make a match. This research is a classroom action research. Research was done in September-October 2012 at 4 State Senior High School Yogyakarta, Jl. Magelang, Karangwaru Lor, Yogyakarta 55241.

Data collection techniques were observation, questionnaire, interview, test and documentation. There were four stages: planning, action, observation, and reflection. This research used descriptive analysis and mean difference test.

The result of this research shows that the application of cooperative learning

type make a match improves: (1) student’s learning motivation with the main topic:

general journal (the first average score is 45,63 and last average score is 63,00; sig.(2 tailed) = 0,000 < α = 0,05); (2) student’s comprehension with the main topic: general journal (first average score is 5,12 and last average score is = 8,79; sig.(2 tailed) =

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Make A Match Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa pada

Materi Pembelajaran Jurnal Umum” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah terlibat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

4. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menjadi mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

5. Seluruh karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas semua pelayanan dalam membantu penulis selama ini.

6. Ibu Dra. Bambang Rahmawatiningsih selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Drs. Mohammad Yasid selaku guru mitra yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswa kelas XI IPS 1 yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Teman-teman program studi Pendidikan Akuntansi yang telah bekerjasama dan saling mendukung, sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan.

10.Bapak Michael Subagyo dan Laurentia Tri Sunarti selaku orang tua yang senantiasa mendukung dan memberikan doanya.

11.Adikku Bernardus Ricarlo Gilang Aditya Krisna selaku saudara penulis yang selalu memberikan dukungan.

(12)

xii

13.Saudaraku Gabriella Tuta Diftania, Dianing Dwi Inggarwati, Titis Mutalikah, Nanang Kurniawan terima kasih atas dukungan dan nasehatnya.

14.Sahabat-sahabatku PATBHE MANIA (Septa, Merry, Ayon, Kiki, Anisa, Dwi,) terima kasih atas semangat, bantuan dan doa kalian semua.

15.Teman-temanku seperjuangan bimbingan Bapak Laurentius Saptono, Robertus Bowo Hariyo, Vincentius Eko Saputro, Richardo Ricky, Yenica Tri Utami, Stefany Cahyani, Angela Sri Handayani, Ratih Anggraeni, terima kasih atas bantuan, kebersamaan dan kepedulian yang kalian berikan selama ini.

16.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dan penambahan informasi yang tidak mampu penulis sebutkan satu per satu.

Demikian skripsi ini memang jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang ada dan memohon adanya kritik dan saran yang akan sangat membantu demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... iv

HALAMAN MOTTO ... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ... vii

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACT ... ... ix

KATA PENGANTAR ... ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR GAMBAR ... xxv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

(14)

xiv

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas... 7

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 7

2. Karakteristik PTK ... 8

3. Manfaat PTK ... 9

4. Tahapan Pelaksanaan PTK ... 9

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 10

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 12

4. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 13

5. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 14

6. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ... 15

7. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 15

8. Lima Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 16

C. Metode Make A Match ... 18

1. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match ... 18

2. Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match ... 18

D. Motivasi Belajar ... 19

1. Motivasi ... 19

2. Pengertian Motivasi Belajar ... 20

(15)

xv

3. Jenis-jenis Motivasi ... 21

4. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi ... 23

E. Pemahaman Siswa ... 23

F. Mata Pelajaran Akuntansi ... 24

G. Kerangka Teoritik ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

1. Subjek Penelitian ... 32

2. Objek Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian... 32

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 32

2. Pelaksanaan Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian... 40

1. Instrumen Pra Penelitian ... 40

2. Instrumen Pelaksanaan Penelitian ... 40

3. Instrumen Motivasi Belajar ... 42

4. Instrumen Pemahaman Siswa ... 45

(16)

xvi

1. Observasi ... 50

2. Wawancara ... 50

3. Dokumentasi ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

1. Analisis Deskripstif ... 51

2. Analisis Komparatif ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 55

A. Sejarah Singkat SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 55

B. Visi, Misi, Nilai-Nilai yang Mendasari, dan Tujuan Pendidikan SMA Negeri 4 Yogyakarta... 56

1. Visi SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 56

2. Misi SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 56

3. Tujuan SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 57

C. Sistem Pendidikan SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 58

D. Kurikulum SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 58

1. Struktur Kurikulum Kelas X,XI,XII ... 58

2. Muatan Lokal ... 59

3. Pengembangan Diri ... 59

4. Kelas Khusus Olahraga ... 60

E. Organisasi SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 61

F. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur ... 62

1. Kepala Sekolah ... 62

(17)

xvii

2. Wakil Kepala Sekolah ... 64

3. Guru ... 67

4. Kepala Tata Usaha ... 67

G. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 70

H. Siswa SMA Negeri 4 Yogyakarta.. ... 71

I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 73

J. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 78

K. Majelis Sekolah/ Komite Sekolah ... 80

L. Hubungan Antara SMA N 4 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 81

M. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 82

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Deskripsi Data ... 83

1. Kegiatan Pendahuluan ... 83

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 101

B. Analisis Data ... 132

1. Motivasi Belajar ... 132

2. Pemahaman Siswa ... 137

C. Pembahasan ... 143

1. Peningkatan Motivasi Belajar ... 143

(18)

xviii

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Keterbatasan Penelitian ... 157

C. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150

LAMPIRAN ... 152

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 152

Lampiran 2 Kisi-kisi Soal-soal Pre-test dan Post-test ... 153

Lampiran 3 Intrumen Kuesioner Sebelum Tindakan ... 154

Lampiran 4 Instrumen Kuesioner Sesudah Tindakan ... 158

Lampiran 5 Instrumen Observasi Aktivitas Guru Sebelum Penerapan Metode Make A Match ... 163

Lampiran 6 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Sebelum Penerapan Metode Make A Match ... 165

Lampiran 7 Instrumen Observasi Kegiatan Kelas Sebelum Penerapan Metode Make A Match ... 166

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 167

Lampiran 9 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas Saat Penerapan Metode Make A Match ... 168

Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan Metode Make A Match ... 170

Lampiran 11 Lembar Observasi Kondisi Kelas Saat Penerapan Metode Make A Match ... 171

Lampiran 12 Instrumen Refleksi Guru Mitra ... 172

Lampiran 13 Instrumen Refleksi Siswa ... 173

(20)

xx

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 175

Lampiran 16 Prosedur Games ... 180

Lampiran 17 Peraturan Games ... 182

Lampiran 18 Soal-soal Games ... 183

Lampiran 19 Kartu Analisis Games ... 187

Lampiran 20 Kartu Jurnal Games ... 191

Lampiran 21 Daftar Nilai Ulangan Harian Sebelumnya ... 194

Lamporan 22 Daftar Pembagian Kelompok ... 195

Lampiran 23 Form Skor Kelompok Games ... 196

Lampiran 24 Hasil Skor Kelompok ... 197

Lampiran 25 Materi Jurnal Umum ... 198

Lampiran 26 Lembar Kerja Siswa ... 204

Lampiran 27 Uang-uangan ... 206

Lampiran 28 Lay out Lembar Tempel ... 207

Lampiran 29 Lembar Soal Pre-Test ... 208

Lampiran 30 Lembar Soal Post-Test ... 214

Lampiran 31 Kunci Jawaban Pre-Test dan Post-Test ... 223

Lampiran 32 Lembar Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 224

Lampiran 33 Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 228

Lampiran 34 Lembar Hasil Observasi Kondisi Kelas ... 231

Lampiran 35 Hasil Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 233 Lampiran 36 Lembar Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama

(21)

xxi

Make A Match ... 235

Lampiran 37 Lembar Hasil Observasi Siswa Selama Make A Match ... 239

Lampiran 38 Lembar Hasil Observasi Kelas Selama Make A Match ... 241

Lampiran 39 Instrumen Refleksi Guru ... 243

Lampiran 40 Lembar Jawab Pre-Test ... 245

Lampiran 41 Lembar Jawab Post-test ... 255

Lampiran 42 Refleksi Siswa ... 265

Lampiran 43 Tabulasi Variabel Motivasi Belajar Sebelum PTK ... 275

Lampiran 44 Tabulasi Variabel Motivasi Belajar Setelah PTK ... 276

Lampiran 45 Daftar Peningkatan Pemahaman Siswa XI IPS 1 ... 277

Lampiran 46 Perhitungan Motivasi Belajar (PAP II ) ... 278

Lampiran 47 Perhitungan Pemahaman Belajar Siswa (PAP II) ... 281

Lampiran 48 Pengujian Normalitas Kuesioner Motivasi ... 284

Lampiran 49 Pengujian Normalitas Pemahaman ... 285

Lampiran 50 Data Hasil Uji-t Motivasi ... 286

(22)

xxii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap pembelajaran Kooperatif ... 14 Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 42 Tabel 3.2 Pemberian Skor Pada Kuesioner ... 43 Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Motivasi Belajar .. 44 Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Motivasi ... 45 Table 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Pemahaman Siswa ... 46 Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Pre-test ... 47 Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Post-test ... 48 Tabel 3.8 Contoh Pendeskripsian Penilaian Motivasi Belajar ... 51 Tabel 3.9 Contoh Pendeskripsian Penilaian Motivasi Belajar ... 52 Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Yogyakarta... 71 Tabel 4.2 Daftar Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta .... 72 Tabel 4.3 Daftar Jumlah Siswa Kelas XII SMA Negeri 4 Yogyakarta ... 72 Tabel 4.4 Data Komite Sekolah ... 80 Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran .. 84 Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran .. 90 Tabel 5.3 Deskripsi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 94 Tabel 5.4 Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 95

(23)

xxiii

Tabel 5.5 Hasil Wawancara Siswa Sebelum Tindakan Kelas ... 97 Tabel 5.6 Deskripsi Awal Pemahaman Siswa ... 106 Tabel 5.7 Deskripsi Pemahaman Siswa Setelah Tindakan ... 110 Tabel 5.8 Refleksi Kesan Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match ... 111 Tabel 5.9 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Setelah Tindakan... 114 Tabel 5.10 Hasil Observasi Guru Selama Pembelajaran Make A Match .. 116 Tabel 5.11 Hasil Observasi Siswa Selama Pembelajaran

Make A Match... 122 Tabel 5.12 Hasil Observasi Kelas Selama Pembelajaran

Make A Match... 126 Tabel 5.13 Refleksi Kesan Guru terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match... 129 Tabel 5.14 Hasil Komparasi Motivasi Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 131 Tabel 5.15 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Siswa Sebelum dan Sesudah

Tindakan ... 133 Tabel 5.16 Hasil Pengujian Normalitas Selisih Motivasi Belajar ... 135 Tabel 5.17 Hasil Pengujian Beda Rata-rata Kuesioner Motivasi Sebelum dan

Sesudah Tindakan ... 137 Tabel 5.18 Hasil Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah

(24)

xxiv

Tindakan ... 139 Tabel 5.20 Hasil Pengujian Normalitas Selisih Pemahaman Siswa

Sebelum dan Sesudah Tindakan ... 141 Tabel 5.21 Hasil Pengujian Beda Rata-rata Pemahaman Siswa Sebelum dan

Sesudah Tindakan ... 142

(25)

xxv

DAFTAR GAMBAR

(26)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu materi ajar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran akuntansi di kelas XI SMA adalah penyusunan jurnal umum. Jurnal umum merupakan buku catatan awal atas segala transaksi yang terjadi dalam perusahaan pada periode tertentu. Jika diklasifikasikan, ada dua dasar sumber pencatatan, yaitu: sumber internal dan eksternal. Proses pencatatan ke dalam buku jurnal umum dilakukan setelah dilakukan analisis terhadap bukti transaksi baik dari sumber internal maupun eksternal. Benar atau tidaknya pencatatan pada buku jurnal akan menentukan benar atau salahnya proses akuntansi pada tahap berikutnya.

Siswa sebagai subjek pendidikan dituntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri ataupun secara berkelompok. Keaktifan siswa tersebut diharapkan tampak dalam kegiatan pembelajaran di kelas, misalnya: mengemukakan pendapat, bertanya, berinteraksi positif dengan siswa lain maupun dengan guru, dan lain-lain. Guru adalah fasilitator bagi siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru perlu memilih model pembelajaran yang tepat yang memungkinkan

(27)

siswa termotivasi untuk aktif di kelas dan lebih memahami materi pembelajaran.

Dalam praktik pembelajaran akuntansi, banyak guru yang tidak kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Guru lebih suka menerapkan metode pembelajaran yang termudah. Guru umumnya menyampaikan konsep-konsep yang ada pada buku ajar melalui metode ceramah dan soal latihan. Tidak banyak guru yang memanfaatkan secara optimal alat dan media yang tersedia di sekolah. Karena pembelajaran miskin variasi, praktik pembelajaran secara umum cenderung monoton dan tidak menarik bagi siswa. Siswa cenderung pasif bahkan tidak sedikit yang melakukan kegiatan yang kontraproduktif di kelas. Dampaknya banyak konsep menumpuk dipikiran siswa, tetapi kurang dapat dipahami siswa dengan baik.

(28)

3

yang diadakan sebelumnya dimana 21 siswa (87,5%) mendapatkan hasil belajar di bawah nilai KKM. Masalah pembelajaran tesebut dalam penelitian ini akan diselesaikan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif make a match.

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan salah satu metode pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan siswa melalui permainan antar kelompok siswa dalam kelas. Melalui model pembelajaran ini diharapkan tercipta suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan di kelas. Kondisi tersebut memungkinkan siswa lebih mudah mencapai hasil belajar yang lebih baik dan sekaligus meningkatkan keterampilan sosialnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran tipe make a match dalam skema penelitian tindakan kelas. Judul penelitian ini adalah “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI

PEMBELAJARAN JURNAL UMUM”. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Yogyakarta.

(29)

B. Batasan Masalah

Penerapan model pembelajaran yang bersifat kooperatif dapat dilakukan dengan berbagai tipe. Penelitian kelas ini memfokuskan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan sasaran akhir yaitu meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada materi pembelajaran jurnal umum.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi pembelajaran jurnal umum?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi pembelajaran jurnal umum?

D. Tujuan Penelitian

(30)

5

1. Peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi pembelajaran jurnal umum.

2. Peningkatan pemahaman belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi pembelajaran jurnal umum.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan motivasi peserta didik dan pemahaman belajar mereka pada materi pembelajaran jurnal umum.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi salah satu bentuk praktik pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan memungkinkan siswa lebih aktif. Praktik pembelajaran ini sekaligus menjadi cara bagi guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran akuntansi di kelas.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui perbaikan mutu pembelajaran khususnya pembelajaran akuntansi.

(31)

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

(32)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris Classroom Action Research yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. PTK harus tertuju atau mengenai hal – hal yang terjadi di kelas. a. Menurut Arikunto (2006:3),

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan beslajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan dilakukan dalam sebuah kelas secara bersama.

b. Kunandar (2008:45) mengemukakan ada 3 unsur dalam konsep PTK , yaitu :

1) Penelitian adalah aktivitas mencermati sebuah objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

2) Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses pembelajaran.

3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

(33)

c. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9), PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

d. Menurut Mulyasa (2009:10),

PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu penerapan dari pengamatan dan sikap kritis guru mengenai hal-hal yang diamatinya setiap hari yang berhubungan dengan profesinya. PTK harus diawali dengan keinginan guru tersebut untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Karakteristik PTK

Menurut Susilo (2007:17), PTK memiliki karakteristik yang membedakannya dengan penelitian lainnya yaitu :

a. Ditinjau dari segi permasalahan, karakteristik PTK adalah masalah yang diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan langsung oleh guru.

(34)

9

tindakan atau aksi yang direncanakan dan dilakukan secermat mungkin dengan cara-cara ilmiah dan sistematis.

c. Adanya rencana tindakan kelas (aksi) tertentu untuk memperbaiki praktik dan proses pembelajaran di kelas.

d. Adanya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat (para guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu mengobservasi dan merumuskan persoalan dasar yang perlu diatasi.

3. Manfaat PTK

Menurut Wina Sanjaya (2009:34), manfaat PTK antara lain sebagai berikut :

a. Manfaat untuk guru :

1) PTK dapat menimbulkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru.

2) Melalui perbaikan dan peningkatan kinerja, maka akan tumbuh kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat dijadikan sebagai modal untuk secara terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kinerjanya.

3) Keberhasilan PTK dapat membuat guru untuk mencoba ide-ide baru baru seperti yang telah dilakukan oleh guru pelaksana PTK.

4) Mendorong guru untuk mendeteksi kelemahan dalam mengajar, menemukan berbagai permasalahan, dan mencari alternatif pemecahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

5) Guru akan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan altenatif baru yang baik untuk pengelolaan pembelajaran.

b. Manfaat untuk siswa :

1) PTK dapat mengurangi rasa jenuh dan dapat menciptakan suasana baru yang dapat meningkatkan gairah belajar siswa. 2) Dapat memperbaiki hasil capaian belajar siswa.

4. Tahapan Pelaksanaan PTK

Langkah-langkah tindakan yang ditempuh dalam penelitian ini sebagaimana diutarakan oleh Susilo (2007:20), yaitu:

(35)

a. Perencanaan ( Planning )

Suatu perencanaan tindakan kelas diawali dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti. Kemudian menganalisis penyebab adanya masalah dan selanjutnya pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah.

b. Tindakan ( Acting )

Setelah ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru

c. Observasi ( Observing )

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran.

d. Refleksi ( Reflecting )

Setelah diamati, guru dan tim pengamat melakukan refleksi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang.

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning

1. Pengertian pembelajaran kooperatif a. Menurut Sanjaya (2006:240)

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara lima sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

b. Menurut Taniredja (2011:56)

(36)

11

c. Menurut Sugiyanto (2009:36)

Cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada pengguna kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

d. Menurut Suprijono (2009:54)

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

e. Menurut Suyatno (2009:51)

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri.

f. Menurut Rusman (2011:210)

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran dimana siswa dilibatkan dalam suatu kelompok kecil untuk memecahkan masalah dan saling membantu agar masalah karena adanya perbedaan dapat diatasi. Di sini siswa diajak untuk aktif dan mampu bersosialisasi dengan siswa lain.

(37)

2. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2011:208) adalah sebagai berikut :

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 3. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Seperti yang dikemukakan Roger dan David Johnson (Rusman, 2011:212), lima prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut :

a. Prinsip saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Oleh karena itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan

(38)

13

c. Interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai perbedaan yang ada.

d. Komunikasi antar anggota

Melalui pembelajaran kooperatif, para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keterampilan ini sangat berguna dalam kehidupan bermasyarakat kelak. e. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

4. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Empat karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Sanjaya (2006:242), yaitu :

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim yang merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Berpedoman pada fungsi manajemen, pembelajaran kooperatif juga mempunyai empat fungsi. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar berlangsung secara efektif. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar anggota kelompok. Fungsi pelaksanaan menujukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif diperlukan kriteria keberhasilan.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Maka dari itu, prinsip kerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.

(39)

5. Prosedur pembelajaran kooperatif

Menurut Suprijono (2009:65), ada enam tahapan dalam pembelajaran kooperatif. Berikut tabel tahapan pembelajaran kooperatif :

Tabel 2.1

Tahap Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembe-lajaran dan mempersiapkan pe-serta didik untuk mengikuti Pembelajaran

Fase 2 : Present information

Menyampaikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize students into learning teams

Membantu peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok mela-kukan transisi yang efisien Fase 4 : Assist team work and

study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition

Memberikan pengakuan atau Penghargaan

(40)

15

6. Keunggulan pembelajaran kooperatif

Wina Sanjaya (2006:247) memaparkan beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif, antara lain :

a. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak telalu tergantung pada guru sehingga dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir.

b. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata sendiri dan dapat membandingkan ide-ide orang lain. c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk

merespon rangsangan orang lain.

d. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat dilatih untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan mengembangkan kemampuan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain. f. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam

mengembangkan kemampuannya untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.

g. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir siswa.

7. Kelemahan pembelajaran kooperatif

Selain keunggulan, Wina Sanjaya (2006:248) juga memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif, antara lain :

a. Untuk memahami dan mengerti filosofi strategi pembelajaran kooperatif (SPK) memang butuh waktu. Jika ada siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Keadaan ini akan mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

(41)

b. Ciri utama SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar demikian tidak mempelajar apa yang seharusnya dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Hal ini dapat membutakan penilaian secara individu. Dengan demikian guru harus jeli dalam menyadari bahwa keberhasilan kelompok diharapkan adalah hasil kerja individu siswa.

d. Dalam keberhasilan SPK dibutuhkan waktu yang relatif panjang untuk menumbuhkan kesadaran berkelompok. Oleh karena itu dibutuhkan berkali-kali penerapan agar kesadaran berkelompok dapat tumbuh dengan sendirinya

e. Setiap siswa diharapkan mempunyai kemampuan kerja sama dan kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.

8. Lima tipe pembelajaran kooperatif

Isjoni (2007:51) memaparkan lima tipe pembelajaran kooperatif, antara lain :

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam tipe ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Setelah siswa mengerjakan soal, guru membahas dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka. Kemudian guru akan mengadakan kuis.

b. Jigsaw

Tiap kelompok dalam tipe ini akan terdiri 5-6 siswa. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian guru mengadakan kuis.

c. Group Investigation

(42)

17

d. Thing Pair Share

Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Langkah–langkah pembelajaran TPS yaitu berfikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)

e. Teams Games Tournament (TGT)

Tipe ini hampir sama dengan STAD, hanya saja hasil belajar akan dievaluasi dengan permainan seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.

Sedangkan menurut Lie ((http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/), ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan di kelas, antara lain :

a. Mencari pasangan (Make a Match)

Teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil memahami suatu konsep dalam suasana menyenangkan.

b. Bekerja berpasangan ( Cooperative Script )

Memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan dapat ditunjuk oleh guru.

c. Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair and Share)

Tipe ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

d. Berkirim salam dan soal

Siswa dapat membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuat temannya.

e. Kepala bernomor ( Numbered Heads )

Siswa dapat melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan bersosialisai dengan teman lainnya.

(43)

C. Model Pembelajaran Make a Match

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

Pembelajaran kooperatif tipe make a match dikembangkan oleh Lorna Curran. Menurut Lorna Curran (1994:205), tipe pembelajaran make a match merupakan teknik atau metode pembelajaran dengan mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya. Setelah siswa menemukan pasangan kartunya, mereka dapat mencocokkannya dan diberi poin. Dalam penerapan tipe make a match, siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep atau informasi tertentu dengan mencari pasangan kartunya dalam suasana yang aktif dan menyenangkan. Dengan demikian, keinginan belajar siswa meningkat dan hasil belajar yang didapat semakin baik.

2. Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Anita Lie (2010:55) menjelaskan tahapan pembelajaran kooperatif tipe make a match , yaitu :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik. Kartu dibagi menjadi dua bagian yaitu kartu soal dan kartu jawaban.

b. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua sebagai kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai.

(44)

19

d. Setiap siswa mendapat satu buah kartu soal untuk kelompok yang memegang soal, dan satu buah kartu jawaban untuk kelompok yang memegang jawaban.

e. Setiap siswa memikirkan soal/jawaban dari kartu yang dipegang.

f. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) sebelum batas waktu diberi poin.

g. Siswa yang sudah mendapatkan pasangannya menunjukkan pertanyaan dan jawabannya kepada kelompok penilai. Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya melebihi batas waktu akan diberi hukuman.

h. Setelah satu babak, kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

D. Motivasi Belajar

1. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan Suryabrata (2006:70), motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

Menurut Mc. Donald (Sardiman 1986:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting, yaitu :

(45)

a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem

“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

c. Motivasi dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M (1986:75), motivasi dalam belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

(46)

21

Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Menurut Imron (1996:99), ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur tersebut adalah: a. Cita-cita/aspirasi belajar

b. Kemampuan pembelajar c. Kondisi pembelajar

d. Kondisi lingkungan belajar

e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar 3. Jenis-jenis motivasi

Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Motif intrinsik

Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan ransangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, atau sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya.

Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4) :

1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.

(47)

2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan dalam pendidikannya.

3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademik.

4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya.

5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

(48)

23

4. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi

Menurut Sardiman (1986:82) siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai; (b) ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa; (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (d) lebih senang bekerja sendiri; (e) lebih cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (f) dapat mempertahankan pendapatnya; (g) tidak mudah melepaskan apa yang diyakini itu; (h) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

E. Pemahaman Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:998), kata paham berarti pengertian, pendapat, pikiran, pandangan, mengerti benar dan pandai. Kata “paham” yang mendapat

imbuhan “pe-an”, menjadi kata “pemahaman” memiliki arti proses, perbuatan, memahami atau memahamkan.

Menurut Arikunto Suharsimi (2012:151), pemahaman

(comprehension) adalah mempertahankan, membedakan, menduga

(estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan

(49)

memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa dirinya memahami hubungan yang sederhana di antara fakta dan konsep.

Sedangkan menurut Nasution (2006:49), memahami yakni menafsirkan sesuatu, menterjemahkannya dalam bentuk lain, menyatakannya dengan kata-kata sendiri, mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diketahui, menduga akibat sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, dan sebagainya.

Jadi dalam proses belajar pemahaman lebih diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami atau mengerti apa yang dikerjakan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan menghubungkan dengan hal-hal lainnya.

F.Mata Pelajaran Akuntansi Materi Jurnal Umum

Akuntansi dapat diartikan sebagai seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono, 2002:7). Sejalan dengan pendapat Suwardjono (2002:7),

(50)

25

mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan dan pertimbangan yang benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu penggolongan, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan kejadian atau transaksi yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Transaksi adalah suatu kejadian eksternal yang melibatkan transfer atau pertukaran di antara dua kesatuan atau lebih (Evi Maria, 2007:1)

Jurnal adalah daftar yang berisi rekaman kronologis dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan berdasarkan bukti transaksi yang ada. Jurnal paling sederhana namun populer penggunaannya adalah jurnal umum (general journal). Jurnal umum sering juga disebut jurnal dua kolom karena jurnal bentuk ini menunjukkan kolom debit dan kolom kredit. Jurnal umum yaitu bentuk jurnal paling sederhana secara kronologis mencatat transaksi-transaksi yang dinyatakan dalam satuan debit dan kredit ke rekening tertentu (Evi Maria, 2007:65). Jurnal umum memiliki fungsi utama, yaitu untuk mencatat segala transaksi yang terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan dalam periode waktu tertentu yang berkesinambungan. Dalam menjurnal, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan amtara lain: (1) menetukan nomor akun, dimana setiap akun akan diberi nomor tertentu untuk mempermudah

(51)

pencatatan; (2) mengenal bentuk dan fungsi jurnal umum, jurnal umum memiliki bentuk dna bagian-bagian yang terdiri atas tanggal (untuk mencatat kapan terjadinya transaksi), keterangan (mencatat nama akun yang muncul akibat transaksi), ref (untuk mengisi nomor kode buku besar saat melakukan pemindahbukuan), dan kolom debit-kredit (untuk mencatat nominal angka transaksi); (3) menganalisis terlebih dahulu transaksi terjadi, dimana hal ini dilakukan untuk mengetahui letak debit-kredit dari akun-akun yang muncul dalam transaksi tersebut karena ada akun yang bila jumlah nominalnya bertambah akan diletakkan di dalam bagian debit namun ada juga yang bila bertambah harus diletakkan di bagian kredit; (4) melakukan posting atau pemindahan jurnal umum, tahap ini dilakukan setelah menentukan debit-kredit dari akun tersebut dengan memindahkannya ke dalam jurnal umum (Hendri Yulius, 2011:19).

G. Kerangka Teoritik

(52)

27

pembelajaran di kelas. Alasan guru belum melakukan PTK antara lain kurang dipahaminya profesi keguruan, guru malas membaca, guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan sensitivitas guru terhadap waktu, guru sering terjebak ke dalam rutinitas kerja, kurangnya daya kreatifitas dan inovasi seorang guru, guru malas meneliti, serta guru kurang memahami PTK.

PTK dapat diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada mata pelajaran akuntansi. Dalam belajar akuntansi, siswa tidak cukup jika hanya membaca dan tanya jawab secara lisan, peran serta siswa juga penting karena dengan mempraktekkan biasanya siswa lebih ingat dan paham. Dalam materi jurnal umum, siswa sebaiknya lebih banyak diberi kesempatan untuk terlibat dalam setiap proses pembelajaran, misalnya mengerjakan latihan-latihan soal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pencatatan ke dalam buku jurnal dapat dilakukan perorangan maupun dalam kelompok. Semakin terlibat para siswa pada setiap kegiatan pembelajaran, diharapkan semakin baik pemahamannya. Salah satu strategi yang dapat diterapkan di dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode

(53)

alternatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar di dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan pembelajaran untuk mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dalam model pembelajaran ini, siswa dapat terlibat aktif dan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran make a match dapat diterapkan dalam berbagai kondisi kelas. Adanya penghargaan kepada siswa dalam pembelajaran ini diharapkan dapat memicu individu untuk memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga berdampak pada pemahaman siswa yang juga meningkat.

(54)

29

dipahaminya dan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe

make a match.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan Khaerul Insani (2011) pada mata pelajaran akuntansi di Boyolali menunjukkan terdapat peningkatan kualitas pembelajaran di kelas setelah diterapkan metode pembelajaan kooperatif tipe make a match. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Ditinjau dari proses pembelajaran, diketahui keaktifan siswa dalam berpendapat pada awalnya 42,8 % dan meningkat menjadi 60%, keaktifan siswa dalam memahami dan melakukan langkah-langkah make a match pada awalnya hanya 80% dan meningkat menjadi 91,4%, keaktifan siswa dalam berkelompok dari 57,1% meningkat menjadi 74,3%. Ditinjau dari hasil belajar terjadi peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 62,9% menjadi 85,7% atau sebanyak 30 siswa dari 35 siswa.

Peneliti berpendapat model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat diterapkan pada materi jurnal umum di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat memotivasi siswa dalam belajar dan memudahkan mereka dalam memahami pencatatan dalam buku jurnal berdasarkan bukti transaksi yang dianalisis. Oleh karenanya dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis :

(55)

Ha1 : Ada perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah

penerapan model pembelajaran make a match pada materi pembelajaran jurnal umum.

Ha2 : Ada perbedaan pemahaman siswa sebelum dan sesudah

(56)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan termasuk penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, PTK diterapkan pada mata pelajaran akuntansi pada materi ajar siklus akuntansi perusahaan jasa khususnya materi jurnal umum. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara guru kelas dan peneliti dengan maksud memperbaiki mutu pembelajaran akuntansi khususnya materi jurnal umum.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 4 Yogyakarta, Jl. Magelang, Karangwaru Lor, Kota Yogyakarta 55241.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2012

C. Subjek dan Objek Penelitian

(57)

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 4 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah peningkatan motivasi dan pemahaman siswa terhadap pelajaran akuntansi khusunya jurnal umum melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional, penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu kegiatan prapenelitian (observasi kegiatan guru, observasi kelas dan observasi siswa) dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Secara rinci kegiatan yang dilakukan pada masing- masing tahapan dilakukan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pra Penelitian a. Observasi terhadap guru

(58)

33

kegiatan penutup (evaluasi dan refleksi) yang dilaksanakan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.

2) Langkah-langkah yang dilakukan pada saat mengobservasi kegiatan guru adalah sebagai berikut:

1) Peneliti menyusun dan mendiskusikan instrumen observasi bersama guru mitra.

2) Peneliti melakukan pengamatan, mencatat, dan mendeskripsikan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung pada lembar observasi.

3) Observasi dilakukan secara langsung di kelas. Untuk mendukung observasi dilakukan perekaman dengan video cam corder dengan tujuan agar diperoleh data yang lebih akurat.

b. Observasi terhadap siswa

1) Cakupan observasi dalam observasi ini meliputi kegiatan awal (kesiapan siswa mengikuti pembelajaran), kegiatan inti (sikap siswa pada saat pembelajaran, aktivitas siswa dan partisipasi siswa), kegiatan penutup (evaluasi proses pembelajaran, siswa mengerjakan tugas dengan baik, refleksi).

2) Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap observasi ini adalah sebagai berikut:

(59)

a) Peneliti menyusun dan mendiskusikan instrumen observasi terhadap perilaku siswa bersama guru mitra. b) Peneliti melakukan pengamatan, mencatat, dan

mendeskripsikan tentang perilaku siswa selama pembelajaran dalam lembar observasi.

c) Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa untuk mengukur motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran akuntansi.

3) Observasi dilakukan secara langsung di kelas. Untuk mendukung observasi dilakukan perekaman dengan video cam corder dengan tujuan agar diperoleh data yang lebih akurat.

c. Observasi terhadap kelas

1) Cakupan observasi ini adalah kondisi ruang kelas secara keseluruhan, meliputi: interaksi antar siswa dalam kelas, tata letak, lingkungan fisik kelas.

2) Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Peneliti menyusun dan mendiskusikan instrumen

observasi terhadap kelas bersama guru mitra.

(60)

35

kegiatan pembelajaran berlangsung pada lembar observasi.

3) Observasi dilakukan secara langsung di kelas. Untuk mendukung observasi dilakukan perekaman dengan video cam corder dengan tujuan agar diperoleh data yang lebih akurat.

d. Wawancara kepada siswa

1) Wawancara dilakukan sebelum penelitian dengan maksud memperoleh informasi tentang kinerja guru selama proses pembelajaran akuntansi.

2) Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a) Peneliti menyusun pedoman wawancara bersama guru mitra.

b) Peneliti melakukan wawancara pada siswa kelas XI IPS 1 pada saat jam istirahat berlangsung.

3) Wawancara ini dilakukan secara langsung kepada beberapa siswa kelas XI IPS 1. Wawancara ini dilakukan dengan bantuan instrumen pedoman wawancara dan perekaman dengan video cam corder dengan tujuan agar diperoleh data yang lebih akurat.

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

(61)

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti bersama guru mengidentifikasi permasalahan pembelajaran pada saat observasi dan merencanakan tindakan melalui kegiatan sebagai berikut : 1) Mengumpulkan dan menganalisis data awal karakteristik

siswa untuk kepentingan pembentukan kelompok. Dasar yang digunakan adalah daftar nilai ulangan harian siswa pada waktu pembelajaran sebelumnya. Berdasarkan daftar nilai tersebut, peneliti dan guru meranking siswa dari yang mempunyai nilai tertinggi sampai dengan yang mempunyai nilai terendah dan mengelompokkan siswa ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok beranggotakan siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.

(62)

37

3) Membuat handout materi pembelajaran. Handout akan dibagikan kepada siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas.

4) Membuat soal latihan untuk memperkaya pemahaman siswa tentang materi materi pembelajaran.

b. Tindakan

Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada tahap tindakan ini, antara lain sebagai berikut:

1) Kegiatan awal pembelajaran

a) Guru membuka pelajaran dengan salam, melakukan apersepsi, dan orientasi yang dilanjutkan dengan penyampaian SK, KD dan tujuan pembelajaran.

b) Guru membagikan soal pre-test kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman awal tentang materi jurnal umum. Pre-test dikerjakan secara individu.

c) Guru menarik kembali lembar pre-test dari siswa. 2) Kegiatan inti

a) Guru membacakan daftar pembagian kelompok siswa yang telah dibuat sebelumnya. Guru memastikan siswa telah berada dalam kelompoknya masing-masing.

(63)

b) Guru membagi handout berisi materi jurnal umum kepada siswa. Sesudah itu, guru menyampaikan materi berdasarkan ringkasan tersebut.

c) Guru membagikan soal latihan kepada siswa yang dikerjakan secara berkelompok.

d) Guru membahas soal bersama-sama dengan siswa. e) Guru membacakan prosedur dan aturan main make a

match.

f) Guru memandu jalannya simulasi permainan di kelas. g) Guru membagikan kartu permainan kepada

masing-masing kelompok.

h) Guru memimpin jalannya permainan make a match. 3) Kegiatan penutup

a) Guru membagikan soal post-test kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman akhir setelah pembelajaran berakhir.

b) Guru membagikan lembar refleksi beserta kuesioner motivasi kepada siswa.

(64)

39

d) Guru menutup pembelajaran dan memberikan salam penutup.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan tindakan kelas yang dilakukan guru. Langkah-langkah observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Peneliti dan guru mitra menyusun instrumen observasi guru, siswa dan kondisi kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2) Peneliti mempersiapkan videocam corder yang dipasang di setiap pojok kelas untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data. Dokumentasi ini juga bertujuan agar data yang diperoleh lebih akurat.

3) Peneliti melakukan pengamatan terhadap segala aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung serta kondisi kelas.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan guru dan peneliti setelah tindakan kelas selesai dilaksanakan. Kegiatan refleksi digunakan untuk menganalisis hal-hal yang sudah baik maupun yang masih kurang dari pelaksanaan PTK. Refleksi dilakukan oleh guru.

(65)

Langkah-langkah refleksi dalam tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut :

1) Peneliti menyusun lembar refleksi bagi guru.

2) Guru mengisi lembar refleksi atas pelaksanaan PTK pada pembelajaran akuntansi.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang diperlukan untuk penelitian adalah sebagai berikut : 1. Instrumen pra penelitian

a. Lembar observasi terhadap proses pembelajaran yang diselenggarakan guru di kelas (lampiran 5 hal 165).

b. Lembar observasi terhadap perilaku dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung (lampiran 6 hal 167). c. Lembar observasi terhadap kondisi kelas (lampiran 7 hal 168). d. Pedoman wawancara kepada siswa (lampiran 8 hal 169). 2. Instrumen Pelaksanaan Penelitian

a. Tahap Perencanaan (Planning)

1) Daftar nilai hasil ulangan sebelumnya yang dimaksudkan sebagai dasar pengelompokan siswa (lampiran 21 hal 196). 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (lampiran 15 hal 177). 3) Ringkasan berupa handout materi jurnal umum (lampiran

(66)

41

4) Lembar kerja siswa berupa soal latihan (lampiran 26 hal 206).

b. Tahap Tindakan (Action)

1) Lembar refleksi bagi para siswa setelah pembelajaran (lampiran 13 hal 175).

2) Lembar kuesioner motivasi siswa setelah pembelajaran (lampiran 4 hal 160)

3) Soal pre-test dan post-test (lampiran 29 hal 210). c. Tahap Observasi (Observation)

1) Lembar observasi guru selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (lampiran 9 hal 170).

2) Lembar observasi aktivitas siswa di kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (lampiran 10 hal 172).

3) Lembar observasi kondisi kelas selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match (lampiran 11 hal 173).

d. Tahap Refleksi (Reflection)

1) Lembar refleksi bagi para guru setelah PTK (lampiran 12 hal 174).

(67)

3. Instrumen Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu dapat tercapai. Indikator motivasi belajar dapat diuraikan sebagai berikut (Uno, 2007:10): (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Berikut kisi-kisi motivasi yang digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3.1

Gambar

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi
Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Kuesioner
Tabel 3.3  Rangkuman Hasil Pengujian Uji Validitas Motivasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan pada bab I sampai bab II maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari

1. Sebagai alat bukti yang sah. Bukti penahanan tersangka. Di dalam suatu perkara yang mengharuskan penyidik melakukan penahanan tersangka pelaku tindak pidana, maka

[r]

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa besar respon peserta didik terhadap penggunaan macromedia flash 8 dalam pembelajaran matematika,

siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis.

It describes and identifies the grammatical cohesive devices used in the English Department theses of Dian Nuswantoro University especially in the background section in the

Dengan nilai signifikan yang lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan laporan keuangan tidak dapat dipengaruhi oleh Debt Equity Ratio, Ukuran