DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR PADA MATERI PROTISTA
Viviani Diah Riyantika
Universitas Sanata Dharma
2016
Berdasarkan hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada kelas X3 hanya 25,64% siswa yang mencapai KKM, selain itu minat belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 35 siswa. Komponen pengumpulan data diperoleh dari hasil Pretest, Postest I dan II, Kuesioner, Observasi dan Wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu minat siswa berdasarkan hasil kuesioner dengan kriteria minimal tinggi mencapai 85,71% dan kuesioner akhir 94,28%. Hasil observasi diperoleh pada siklus I mencapai 100% dan siklus II 100% dengan peningkatan pada kategori minimal tinggi. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat siswa hingga melebihi target yaitu 85% siswa dengan kategori minimal tinggi. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata pada postest I 40,71 dan postest II adalah 82,71. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I 0% dan siklus II mencapai 80%. Hasil belajar belum mencapai target yaitu 85% siswa tuntas KKM dikarenakan kemungkinan pengisian data yang kurang valid.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.
MATCH TO IMPROVE THE INTEREST AND LEARNING OUTCOMES OF STUDENT
Based on observations in Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta, especially in class X3 is only 25.64% of students who reached the “KKM”, Besides the student's interest in learning is also less. The purpose of this reaseach is improve the interest and learning outcomes of student grade X3 senior high school of Pangudi Luhur Yogyakarta on Protists material by applying cooperative learning model, type Make a Match.
This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages of action including planning, implementation, observation and reflection. Subjects were 35 students. Data collection component obtained from the pretest, Posttest I and II, questionnaires, observations and interviews. Data analysis was carried out in accordance with the data obtained by the qualitative and quantitative.
Research results obtained by the interest of the students based on the results of questionnaires with minimum criteria for high reached 85.71% and 94.28% final questionnaire. The results of observations obtained in the cycle I reaches 100% and the cycle II of 100% with an increase in the minimum category higher. These results indicate an increased interest of students exceeding the target of 85% of students with high minimum category. While the learning outcomes of students increased from an average of 40.71 in the first posttest and posttest II was 82.71. KKM students who complete the first cycle and the second cycle of 0% to 80%. Learning outcomes have not yet reached the target of 85% of students completed KKM due to the possibility of charging data is less valid.
Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model Make a Match can increase student interest and learning outcomes X 3 high school class Pangudi Luhur Yogyakarta on protists material.
MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR
PADA MATERI PROTISTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Viviani Diah Riyantika NIM : 111434020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR
PADA MATERI PROTISTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Viviani Diah Riyantika NIM : 111434020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria Ibuk dan alm. Bapak tercinta
Kakak-kakak dan keponakan-keponakanku terkasih Abang Firmando Simanungkalit
v
Eksperience is The Best Teacher (Buku SiDu)
viii
DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR PADA MATERI PROTISTA
Viviani Diah Riyantika
Universitas Sanata Dharma
2016
Berdasarkan hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada kelas X3 hanya 25,64% siswa yang mencapai KKM, selain itu minat belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 35 siswa. Komponen pengumpulan data diperoleh dari hasil Pretest, Postest I dan II, Kuesioner, Observasi dan Wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu minat siswa berdasarkan hasil kuesioner dengan kriteria minimal tinggi mencapai 85,71% dan kuesioner akhir 94,28%. Hasil observasi diperoleh pada siklus I mencapai 100% dan siklus II 100% dengan peningkatan pada kategori minimal tinggi. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat siswa hingga melebihi target yaitu 85% siswa dengan kategori minimal tinggi. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata pada postest I 40,71 dan postest II adalah 82,71. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I 0% dan siklus II mencapai 80%. Hasil belajar belum mencapai target yaitu 85% siswa tuntas KKM dikarenakan kemungkinan pengisian data yang kurang valid.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.
ix
A MATCH TO IMPROVE THE INTEREST AND LEARNING OUTCOMES OF STUDENT GRADE X 3 SENIOR HIGH SCHOOL OF PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TO THE PROTIST SUBJECT
Viviani Diah Riyantika Sanata Dharma Univercity
2016
Based on observations in Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta, especially in class X3 is only 25.64% of students who reached the “KKM”, Besides the student's interest in learning is also less. The purpose of this reaseach is improve the interest and learning outcomes of student grade X3 senior high school of Pangudi Luhur Yogyakarta on Protists material by applying cooperative learning model, type Make a Match.
This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages of action including planning, implementation, observation and reflection. Subjects were 35 students. Data collection component obtained from the pretest, Posttest I and II, questionnaires, observations and interviews. Data analysis was carried out in accordance with the data obtained by the qualitative and quantitative.
Research results obtained by the interest of the students based on the results of questionnaires with minimum criteria for high reached 85.71% and 94.28% final questionnaire. The results of observations obtained in the cycle I reaches 100% and the cycle II of 100% with an increase in the minimum category higher. These results indicate an increased interest of students exceeding the target of 85% of students with high minimum category. While the learning outcomes of students increased from an average of 40.71 in the first posttest and posttest II was 82.71. KKM students who complete the first cycle and the second cycle of 0% to 80%. Learning outcomes have not yet reached the target of 85% of students completed KKM due to the possibility of charging data is less valid.
Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model Make a Match can increase student interest and learning outcomes X 3 high school class Pangudi Luhur Yogyakarta on protists material.
x
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalamMeningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada Materi Protista”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan,
semangat serta doa yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku bahkan dalam
kesesakan batinku.
2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Drs A. Tri Priantoro selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
4. Ibu Dra. Maslichah Asy,ari, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Bapak Antonius Mujiono, S.Pd selaku Kepala SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini.
6. Ibu Annastasia Ratna D.W., S.Pd., selaku guru Biologi kelas X yang telah memberikan
ijin dan membantu memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
7. Ibuk yang selalu menberikan dukungan serta doa dan Alm Bapak yang juga mendoakan
dari Surga
8. Kakak-kakaku, Mas Gun, Mbak Wahyu, Mas Nug, Mbak Mamiek, Bang Pendi, Mbak
Khusna dan keponakan-keponakanku terimakasih atas dukungan dan nasehatnya
terutama dalam menyelesaikan studi ini.
9. Abang Firmando Simanungkalit yang selalu memberikan perhatian, semangat dan
dorongan kepada penulis
10.Sahabat-sahabatku, Cebret (Lani), Mbok Mitha, Ditya, Osin, Dyah, Fenty A, Fenty D,
Tutik yang telah memberikan semangat, bantuan dan canda tawa yang menghibur.
11.Siswa siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 atas
xi
13.Teman-teman KKN Mestakung, Githa, Pascha, Siwi, Agatha, Nana, Vincent, Revi,
Hudan, Desika, Tabita yang telah memberikan banyak inspirasi bagi penulis.
14.Keluarga besar SDSR dan alumni asmong, Rey, Boni, Michel, Sri, Ade, Lia dan para
pamong Pak Devi,Pak Tri, mbak Tiwi dan Suster Frida yang memberikan semangat dan
inspirasi dalam penulisan skripsi ini
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan
mendukung penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Penulis
xii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ABSTRAK...
F. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match...
xiii
E. Instrumen Penelitian...
F. Validasi Instrumen...
G. Teknik Pengumpulan Data...
H. Indikator Keberhasilan Penelitian...
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian...
B. Hasil penelitian...
C. Analisi Data...
D. Pembahasan...
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA... 44
48
48
58
59
60
81
88
97
98
xiv
3.1 Tabel Jenis dan Teknik Pengumpulan Data...
3.2 Tabel Panduan Skoring Kuesioner Minat Siswa...
3.3 Tabel Kategori Skor Kuesioner Minat Siswa...
3.4 Tabel Panduan Skoring Lembar Observasi Minat Siwa...
3.5 Tabel Kategori Skor Observasi Minat Siswa...
3.6 Tabel Indikator Keberhasilan Penelitian...
4.1 Tabel Hasil Pretest Siswa Kelas X3...
4.2 Tabel hasil Kuisioner Minat Awal Siswa kelas X3...
4.3 Tabel Hasil Postest I siswa Kelas X3...
4.4 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus I...
4.5 Tabel Hasil Postest II Siswa Kelas X3...
4.6 Tabel Hasil Kuesioner Minat Akhir Siswa Kelas X3...
4.7 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus II...
4.8 Tabel Data Hasil Postest I dan Postest II Siswa...
4.9 Table Prosentase Hasil Kuesioner Minat Siswa Awal dan Akhir...
4.10 Tabel Prosentase Kuesioner awal dan Akhir Siswa...
4.11 Tabel Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II...
4.12 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus I dan Siklus II...
xv
2.1 Bagan Skema Kerangka Berfikir... 3.1 Spiral penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Model Kemmis dan Taggart...
xvi
4.1 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa... 4.2 Grafik Perbandingan Presentase Minat Siswa Awal dan Akhir... 4.3 Grafik Hasil Kuesioner... 4.4 Grafik Prosentase Hasil Observasi Minat Siswa... 4.5 Grafik Data Akhir Minat dan Hasil Belajar...
xvii
1. Silabus... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 4. Lembar Kerja Siswa 1... 5. Lembar Kerja Siswa 2... 6. Lembar Kerja Siswa 3... 7. Lembar Kerja Siswa 4... 8. Lembar Kerja Siswa 5... 9. Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Pretest ... 10.Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Postest I... 11.Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Postest II... 12.Soal Pretest... 13.Soal Postest I... 14.Soal Postest II... 15.Kuisioner Minat Siswa... 16.Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 17.Pedoman Wawancara... 18.Foto-foto Kegiatan Siklus I... 19.Foto-foto Kegiatan Siklus II... 20.Daftar Nilai Pretest Siswa... 21.Daftar Nilai Postets I Siswa... 22.Daftar Nilai Postest II Siswa... 23.Daftar Skor Kuisioner Minat siswa Awal... 24.Daftar Skor Kuisioner Minat Akhir Siswa... 25.Daftar Skor Observasi Minat Siswa... 26.Daftar Skor Observasi Minat Siswa Siklus I... 27.Daftar Skor Observasi Minat Siswa Siklus II... 28.Lampiran Hasil Pretest Siswa Skor Terendah... 29.Lampiran Hasil Pretest Siswa Skor Tertinggi... 30.Lampiran Hasil Postest I Siswa Skor Terendah... 31.Lampiran Hasil Postets I Siswa Skor Tertinggi... 32.Lampiran Hasil Postest II Siswa Skor Terendah... 33.Lampiran Hasil Postest II Siswa Skor Tertinggi... 34.Lampiran Hasil Kuisioner Awal Siswa... 35.Lampiran Observasi Minat Siswa... 36.Lampiran Hasil Lembar Kerja Siswa... 37.Lampiran Surat Ijin Penelitian...
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Tampubolon (2014:4), pendidikan merupakan suatu proses yang
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pengelolaan
pendidikan harus dilakukan secara profesional.
Pendidikan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sekolah,
dimana sekolah merupakan wadah untuk melaksanakan proses pendidikan.
Di sekolah sendiri juga memberikan tingkatan-tingkatan kelas.
Tingkatan-tingkatan kelas didasarkan pada tahap perkembangan siswa. Perkembangan
ini dapat dilihat dari setiap aspek yang dimiliki oleh siswa tersebut, yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini aspek
kognitif menekankan pada pengetahuan siswa, afektif berkaitan dengan
sikap siswa baik dalam mengikuti pelajaran maupun keadaan siswa di
lingkungan sekolah dan aspek psikomotorik menekankan pada
keterampilan dan kemampuan bertindak pada masing-masing siswa
2
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi kepada pembelajaran yang
dilakukan oleh guru untuk membangun minat belajar siswa (Slameto
2014:1). Keberhasilan belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh
keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan untuk
membimbing siswa dalam belajar di sekolah. Selain guru, hubungan yang
baik antara orang tua siswa dengan siswa di rumah juga dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Mulyasa (2002:2), pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta
didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar
dan rasa percaya pada diri sendiri juga dapat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Berdasarkan hal ini, peranan guru sangat diperlukan untuk
meningkatkan minat belajar siswa. Minat siswa dalam belajar sangatlah
berpegaruh dalam kemampuan siswa untuk menangkap materi yang
disampaikan guru. Apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya (Slameto, 2014:37). Dengan demikian minat belajar juga akan
mempengaruhi proses belajar mengajar. Untuk itu, maka diperlukan strategi
belajar mengajar yang baik sehingga dapat meningkatkan minat siswa
3
Strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang
dihadapi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Arikunto, 2007:3).
Menurut Slameto (2014:65), metode mengajar adalah salah satu
jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang tidak
baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Proses
mengajar yang kurang baik dapat terjadi misalnya guru kurang siap dan
kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya
tidak jelas. Sikap guru terhadap siswa maupun mata pelajaran yang tidak
baik membuat siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru yang baik dituntut untuk
memiliki kepekaan dalam melihat prestasi belajar siswa. Guru hendaknya
melakukan pendekatan dengan siswa sehingga mengetahui permasalahan
belajar yang dihadapi siswa. Selain itu, guru harus berani mencoba
metode-metode mengajar yang baru sehingga dapat meningkatkan minat siswa
untuk belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Agar siswa dapat
belajar dengan baik maka pemilihan metode mengajar haruslah
dipertimbangkan dengan tepat, efisien dan efektif. Selain itu metode yang
digunakan hendaknya memberikan ruang bagi siswa dalam berinteraksi
dengan sesama.
Kegiatan pembelajaran Biologi yang dilakukan guru Biologi di
4
ceramah dan diskusi. Seringnya penggunaan metode ceramah dan diskusi
membuat siswa merasa cepat bosan. Rasa bosan yang dirasakan siswa ini
membuat siswa menjadi malas-malasan ketika mengikuti pelajaran. Akibat
rasa malas dan bosan tersebut siswa sering mengalihkan perhatian ketika
pembelajaran dengan mengobrol, malas-malasan mengerjakan tugas yang
diberikan guru dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan siswa untuk
mengalihkan perhatian dari pembelajaran. Terkadang, apabila banyak siswa
yang mengobrol ketika pembelajaran berlangsung mengakibatkan suasana
kelas menjadi ribut. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan pembelajaran
menjadi kurang kondusif. Siswa yang sungguh-sungguh memperhatikan
guru yang sedang mengajar, sangat terganggu dengan suara
teman-temannya yang ribut. Begitu juga dengan guru yang sedang mengajar. Guru
biasanya mengatasi hal tersebut dengan memberikan pertanyaan mengenai
pelajaran yang sedang diajarkan kepada siswa yang membuat gaduh.
Namun setelah itu beberapa siswa akan kembali mengobrol. Dalam hal ini,
diperlukan pemilihan metode yang tepat untuk mengembalikan minat siswa
untuk belajar.
Selain permasalahan metode pembelajaran yang digunakan guru
Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, rendahnya minat siswa dalam
belajar Biologi juga dipengaruhi oleh pemahaman siswa tersebut terkait
belajar Biologi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mata
pelajaran Biologi dianggap sulit dan membosankan dikarenakan banyaknya
materi yang harus dihafalkan. Anggapan bahwa belajar biologi merupakan
5
belajar biologi sangat menyenangkan karena bukan hanya menghafal
namun siswa harus memahami apa yang dipelajari. Proses memahami
tersebut yang membuat Biologi menyenangkan. Karena menuntut siswa
untuk berfikir lebih tinggi.
Materi Biologi bukan hanya sekedar hafalan namun juga untuk
dipahami dan diterapkan. Materi Biologi memiliki beberapa sub materi,
salah satunya adalah Protista. Materi Protista adalah materi dengan bahan
yang cukup banyak untuk dipahami, terutama pembagian kelas pada filum
Protista. Siswa dituntut untuk paham perbedaan masing masing kelas pada
filum Protista. Begitu juga dengan sub materi Protista yang lain.
Kurangnya minat siswa tersebut berpengaruh juga terhadap hasil
belajar siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pembelajaran
Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta adalah 80. Berdasarkan hasil
Ulangan Biologi siswa kelas X 3 pada materi Protista tahun ajaran
2014/2015, hanya ada 25,64 % siswa yang dapat memperoleh nilai ≥ KKM.
Sedangkan 74,36% siswa masih belum dapat mencapai nilai KKM. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa kelas X 3 memiliki hasil belajar yang
rendah. Dengan demikian, diperlukan rangsangan untuk meningkatkan
minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
6
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing. Menurut Slavin (2005:4-5), alasan penggunaan
pembelajaran kooperatif yaitu untuk meningkatkan pencapaian prestasi para
siswa. Akibat-akibat positif lain dari pembelajaran kooperatif yaitu;
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman
sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga
diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu
belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta
mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran
kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal
semacam itu. Metode pembelajaran kooperatif sendiri sudah semakin
berkembang dengan berbagai tipe. Macam-macam metode pembelajaran
kooperatif antara lain: Jigsaw, STAD, Team Game Turnament (TGT), Make
a Match dan masih banyak lagi.
Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut,
peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam mempelajari materi Protista.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memiliki karakter yang
dapat memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berinteraksi dengan sesama
siswa di dalam kelas. Dengan adanya interaksi antar siswa dapat
mengurangi rasa bosan siswa ketika belajar di dalam kelas dan minat siswa
untuk belajar juga semakin tinggi. Penerapan metode pembelajaran
7
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada materi
Protista.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta pada materi Protista?”
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini berjalan searah, batasan-batasan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta tahun ajaran 2015-2016
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar kognitif siswa kelas
X3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
3. Materi pokok
Materi Protista pada kurikulum KTSP terdapat pada Kompetensi Dasar
2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan
peranannya bagi kehidupan
8
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya
peningkatan minat dan hasil belajar kognitif siswa kelas X 3 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Minat belajar siswa
diukur dengan kuesioner, observasi dan wawancara sedangkan hasil
belajar siswa diukur dengan hasil post test setiap siklus.
D. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan
minat dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match pada materi Protista kelas X 3 SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016
E. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini dapat dijadikan syarat dalam memperoleh gelar
sarjana.
b. Mengenalkan peneliti akan permasalahan-permasalah di sekolah
pada proses belajar dan mengajar.
c. Memberikan pengalaman dalam mengelola kelas dan bekerjasama
9
2. Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran model pembelajaran
Biologi serta menambah wawasan dan pengalaman melaksanakan
pembelajaran.
b. Dapat digunakan sebagai strategi dalam kegiatan belajar dan
mengajar
3. Bagi Siswa
a. Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran Biologi
b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan
saling berinteraksi dengan sesama siswa sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
4. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam upaya perbaikan kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah terutama pada Mata
10
BAB II DASAR TEORI A. Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
(Slameto 2010:2). Sedangkan Winkel (1989:36) mendifinisikan belajar
sebagai aktifitas mental yang yang berlangsung dalam interaksi aktif antara
seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif konstan dan berbekas.
Menurut Gagne (Suprijono, 2009:2), belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara alamiah. Sedangkan Witherington dalam
Prawira (2014:225) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan pada
kepribadian ditandai dengan adanya pola sambutan baru yang dapat berupa
suatu pengertian. Definisi tentang belajar tersebut diperoleh dari
menyatukan 3 buah definisi tentang belajar. Pertama, belajar merupakan
suatu perubahan dalam diri seseorang. Kedua, belajar adalah peguasaan
pola-pola sambutan baru. Ketiga, belajar adalah penguasaan kecakapan,
sikap dan pengertian.
Hintzman dalam Syah (2003:65) berpendapat bahwa belajar adalah
11
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut
baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Sedangkan
Syah (2003:68) menyimpulkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.
Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
melibatkan aktivitas fisik, mental dan pengaruh lingkungan di sekitarnya
untuk memperoleh hal-hal baru berupa pengetahuan dan pengalaman yang
berguna bagi siswa tersebut dikemudian hari. Merujuk pada pendapat Syah
(2003:68) mengenai pengertian belajar, proses belajar juga melibatkan
proses kognitif. Selain itu beberapa ahli juga menyebukan bahwa proses
belajar membutuhkan interaksi dengan siswa lain dan lingkungannya.
B. Pembelajaran
Pembelajaran ialah proses siklus belajar yang tepat. Proses tersebut
memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkap konsepsi
sebelumnya. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk berdebat dan menguji
konsepsi yang telah diperoleh. Hasil dari proses tersebut tidak hanya
memberikan kemajuan dalam pengetahuan konseptual siswa, melainkan
12
penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan
konseptual tersebut.
Menurut Dahar (2011 : 169), pembelajaran adalah penggunaan
jenis-jenis belajar yang tepat dengan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan konsep sebelumnya dan kesempatan untuk berdebat dan
menguji konsep ini sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan
kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam
pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual. Sedangkan menurut
Ngalimun (2014:3), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari
kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan
siswa, mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan guru sebagai
pemberi pelajaran.
Dari pengertian mengenai pembelajaran oleh para ahli tersebut,
peneliti menyimpulkan, pembelajaran merupakan hubungan timbal balik
antara guru dengan siswa dimana siswa berperan aktif sebagai objek
pembelajar dan guru sebagai mediator yang membantu siswa dalam belajar.
Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran adalah menuntun siswa dalam
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dan menuntun perkembangan
pengetahuan siswa. Dalam mendampingi siswa belajar hendaknya guru juga
memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga proses
13
Menurut Ngalimun (2014:3) dalam pembelajaran hendaknya
memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan
lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan
seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar
untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.
2. Isi pembelajaran harus di desain sedemikian rupa dengan karakteristik
siswa karena pembelajaran berfungsi sebagai mekanisme adaptif dalam
proses konstruksi, dekontruksi dan rekontruksi pengetahuan, sikap dan
ketrampilan.
3. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.
4. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dapat dilakukan secara formatif
sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara
berkesinambungan dan dalam tingkat belajar sepanjang hayat.
C. Minat Belajar
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami
dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, 2003:151).
Slameto (2014:180) mendefinisikan minat sebagai suatu rasa lebih
suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
14
hubungan tersebut, minat akan semakin besar. Cara paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan
memanfaatkan minat siswa yang lain.
Minat merupakan rasa ketertarikan terhadap suatu hal ataupun
aktifitas yang muncul dari dalam diri siswa. Adanya minat dalam diri siswa
untuk belajar dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa
dalam belajar.
Khairani (2013:135-137) mengungkapkan bahwa minat yang timbul
bersumber dari pengenalan dengan lingkungan, atau hasil berinteraksi dan
belajar dengan lingkungan. Unsur yang terkandung di dalam minat antara
lain, adanya:
1. Suatu gejala psikologis
2. Pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik
3. Perasaan senang terhadap obyek menjadi sasaran
4. Kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan
kegiatan guna mencapai tujuan.
Menurut Gie dalam Khairani (2013:143), arti penting minat dalam
kaitannya dengan pelaksanaan belajar adalah minat dapat:
1. Melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Memudahkan terciptanya konsentrasi.
3. Mencegah gaguan dari luar.
4. Memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
15
Dari yang telah diungkapkan mengenai unsur-unsur yang
terkandung dalam minat salah satunya adalah adanya perasaan senang
terhadap suatu obyek. Perasaan senang tersebut yang mendasari peneliti
dalam penelitian ini untuk membangkitkan minat siswa.
D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono 2009:5-6).
Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono 2009:5-6), hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkap pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupuntertulis
2. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri
4. Ketrampilan motorik yautu kemapuanmelakukan serangkaian gerak
jasmanidalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tertentu.
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009:6-7), hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan hasil
16
memiliki beberapa aspek. Pada ranah kognitif, meliputi knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), evaluation (menilai) dan create (berkreasi).
Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),
charakterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routin dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan, produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.
Aspek-aspek pada masing-masing klasifikasi pada taksonomi
Bloom dalam Sudjana (2012:23-34) telah direvisi oleh Lorin Anderson
tahun 1990 (Azhar, 2012) sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak).
Berdasarkan revisi taksonomi Bloom, aspek-aspek yang ada pada ranah
kognitif antara lain:
a. Pengetahuan (Knowledge)/C1
Pengetahuan disini bukan sekedar pengetahuan hafalan atau untuk
diingat namun termasuk pula pengetahuan faktual. Dari segi proses
belajar menghafal dan mengingat istilah-istilah penting pada materi
yang dipelajari dapat menjadi dasar untuk menguasai pemahaman
17
b. Pemahaman/ C2
Pemahaman ini setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Pemahaman dibedakan dalam 3 kategori:
1) Tingkat rendah, berupa pemahaman terjemahan. Penerapan ini
terkait dengan kemapuan bahasa.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya.
3) Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi merupakan pemahaman
ekstrapolasi. Pada tingkatan ini, siswa diharapkan mampu
melihat dibalik tertulis. Dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus ataupun masalahnya.
c. Aplikasi/C3
Merupakan kesanggupan seseorang dalam menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara atu metode-metode
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang
baru dan konkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir
setingkat lebih tinggi dibandingkan pemahaman.
d. Analisis/C4
Adalah kemampuan seseorang dalam merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
18
e. Evaluasi / C5
Merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitig
taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi,
nilai aatu ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan maka ia akan memilih ssatu pilihan terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
f. Berkreasi (Create) / C6
Create tidak harus selalu bermakna mancipta ‘sesuatu yang baru’ tapi create juga bisa berarti merancang, membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksi, menemukan,
memperkuat dan memperindah.
Penelitian ini menggunakan 4 aspek dari ranah kognitif yaitu
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis
(C4). Aspek kognitif hanya mengambil keempat aspek tersebut
dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi siswa yaitu kebiasaan
siswa yang lebih sering menerima materi dari guru sehingga dalam
proses yang lebih tinggi seperti evaluasi dan berkreasi masih belum
memungkinkan. Sehingga Aspek analisis (C4) sudah cukup tinggi
untuk dicapai siswa.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
19
guru dan teman-teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubunan sosial.
Ada beberapa jenis ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu:
a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa
dalambentuk masalah, situasi, gejala dll. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontro, dan seleksi
gejala atau rangsangan.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan, terhadap gejala atau stimulus yang sebelumnya diberikan. Dalam
evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan dan prioritas nilai yang dimiliki. Yang termasuk ke
dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai
dan lain-lain.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki siswa, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Di dalamnya termasuk
20
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Tedapat enam tingkatan keterampulan
dalam ranah psikomotor, yaitu:
a) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Ketrampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan
e) Gerak-gerak skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada
ketrampilan yang kompleks.
f) Ketrampilan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor. Suryabrata
dalam Khodijah (2014: 58-61) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi:
a. Faktor fisiologi mencakup 2 hal, antara lain:
1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiolog tertentu
21
1) Minat, adanya minat terhadap obyek yang dipelajari akan
mendorong siswa untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil
belajar yang maksimal.
2) Motivasi, menentukan hasil belajar yang dicapai.
3) Intelegensi, merupakan modal utama dalam melakukan aktifitas
belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Memori merupakan kemapuan untuk merekam, menyimpan dan
mengungkapkan kembali apa yang telahdi pelajari.
5) Emosi, emosi yang positif akan membantu kerja syaraf otak untuk
merekatkan apa yang telah dipelajari.
2. Faktor yang berasal dari luar diri pembelajaran, meliputi:
a. Faktor sosial, mencakup:
1) Orang tua
2) Guru
3) Teman-teman atau orang-orang disekitar lingkungan belajar
b. Faktor non-sosial, antara lain:
1) Keadaan udara, suhu dan cuaca.
2) Waktu (pagi, siang atau malam)
3) Tempat (letak dan pergedungan)
22
E. Pembelajaran Kooperatif
Roger dalam Huda (2012:29) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang dioogranisir
oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di
dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Sedangkan Artz dan Newman dalam Huda (2012:32) mendefinisikan
pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil siswa yang bekerja sama
dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas
atau mencapai satu tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperative
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang
dimaksud (Suprijono, 2009:54-55)
Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi
sosial untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berinteraksi
dengan orang lain (Sani, 2013:187). Menurut Suprijono (2009:58), model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
23
sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan
bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan
ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Menurut Suyatno (2009: 9), model pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4. Membimbing kelompok dalam belajar dan bekerja
5. Evaluasi
6. Memberi penghargaan
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Lie
(2010:31-35), unsur-unsur pembelajaran kooperatif dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyususun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
24
menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
2. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan bertanggung jawabuntuk melakukan yang
terbaik.kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan
guru dalam penyususnan tugasnya.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini kan memberikan sinergi yang
menguntungan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan
masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada ketersediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
25
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevalusai proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.
Inti dari pembelajaran kooperatif sendiri merupakan kegiatan
kelompok yang melibatkan peranan aktif dari seluruh anggota kelompok
dalam memecahkan permasalahan dari materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru. Guru di sini berperan unuk mengarahkan siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin di capai. Siswa akan membantu satu sama lain dan
menyampaikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki masing-masing.
Dari pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa dapat dilengkapi satu
sama lain dalam kelompok untuk memperoleh satu kesatuan konsep
pemahaman dari materi pelajaran yang diajarkan guru. Hasilnya proses
kerja sama yang dilakukan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dari
masing-masing siswa. Selain itu penghargaan yang diberikan guru dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Motivasi yang muncul dari
siswa tersebut dapat membangkitkan minat siswa dalam Belajar, dalam
penelitian ini terkhusus untuk pelajaran Biologi.
F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Menurut Sani (2013:196), Model pembelajaran kooperatif tipe Make
a Match merupakan metode pembelajaran kelompok yang memiliki dua anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya,
26
untuk membangkitkan aktivitas siswa belajar dan cocok digunakan dalam
bentuk permainan.
Metode Pembelajaran Make a Match dikembangkan oleh Lorna
Curran. Penggunaan metode ini menuntun siswa untuk mencari pasangan
sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang
menyenangkan (Lie, 2010:31). Metode pembelajaran ini dapat diterapkan
untuk semua mata pelajaran salah satunya Biologi dan untuk semua
tingkatan kelas.
Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Make a Match
adalah (Sani 2013:129-130):
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang telah dibahas sebelumnya. Kartu yang dibuat terdiri dari dua
bagian, yakni kartu soal dan kartu jawaban. Jadi jumlah masing-masing
kartu dan soal harus sama.
2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, ada yang memperoleh
kartu soal dan ada yang memperoleh kartu jawaban.
3. Peserta didik yang memperoleh kartu soal memikirkan jawaban dari
kartu yang dipegang, sedangkan yang memperoleh kartu jawaban
memikirkan soal yang relevan.
4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya.
5. Guru memberikan nilai (poin) untuk setiap pasangan peserta didik yang
27
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kegiatan dapat dilanjutkan
beberapa putaran.
7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok-kelompok yang
memiliki nilai tertinggi, kemudian membimbing peserta didik untuk
membuat kesimpulan.
Hampir sama dengan langkah-langkah tersebut, Huda (2012:135)
mengembangkan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dimana siswa yang telah memperoleh pasangan dapat bergabung dengan pasangan lain yang memiliki kartu berhubungan dengan
kartu yang dimiliki. Dapat juga 3 orang siswa begabung membentuk satu
kesatuan pemahaman. Sebagai contoh, siswa yang mendapat kartu Sporozoa
dan Protista berspora dapat bergabung dengan siswa yang memegang kartu
Protista Mirip Jamur.
Peneliti mengambil kedua langkah tersebut dikarenakan langkah
langkah yang disampaikan sebelumnya masih kurang menuntun siswa
dalam memahami konsep materi yang disampaikan. Dengan kata lain hanya
dapat digunakan sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran yang sudah
dilakukan sebelumnya. Untuk itu langkah yang disampaikan Huda, dapat
melengkapi kekurangan tersebut. Secara garis besar peneliti merangkum
kombinasi langkah-langkah model pembelajaran Make a Match menurut
28
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep yang
dipelajari. Kartu yang dibuat terdiri dari dua bagian, yakni kartu soal dan
kartu jawaban. Jumlah masing-masing kartu dan soal harus sama.
2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, ada yang memperoleh
kartu berupa gambar maupun konsep dan ada yang memperoleh kartu
uraian pernyataan dari gambar maupun pengertian-pengertian.
3. Peserta didik yang memperoleh kartu soal memikirkan pasangan dari
kartu yang di pegang, sedangkan yang memperoleh kartu pernyataan
memikirkan pasangan yang relevan.
4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya.
5. Siswa dapat bergabung bersama dengan 2 maupun 3 siswa atau lebih
dimana pasangan siswa tersebut memiliki satu kesatuan konsep yang
sama. Kemudian siswa mempresentasikan kartu yang dimiliki dan
pasangan kartunya.
6. Guru memberikan nilai (poin) untuk setiap pasangan peserta didik yang
dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang ditentukan.
7. Apabila memungkinkan, kartu dapat dikocok lagi agar tiap peserta didik
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kegiatan dapat
dilanjutkan beberapa putaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini
memiliki beberapa keunggulan (Huda, 2012:135), yaitu:
29
2. Kegiatan dengan menggunakan model Make a Match dapat
menimbulkan suasana yang menyenangkan karena memiliki unsur
permainan.
3. Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat-tingkatan
kelas
4. Melatih kerja sama dan meningkatkan aktivitas siswa.
5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar.
Di samping keunggulan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
1. Jika strategi pembelajaran tidak dipersiapkan dengan baik, akan
membuang banyak waktu
2. Akan ada siswa yang malu ketika mendapat pasangan yang berlawanan
jenis
3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa
yang kurang memperhatikan saat teman yang lain presentasi
4. Guru harus bijak apabila terdapat siswa yang tidak mendapat pasangan
G. Materi Protista
Penelitian ini menggunakan materi Protista yang terdapat pada
Standar kompetensi 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk
hidup dan Kompetensi Dasar 2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam
kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.
Secara garis besar, materi yang akan diajarkan adalah sebagai
30
1. Pengertian Protista
2. Protista Mirip Hewan
3. Protista Mirip Tumbuhan
4. Protista Mirip Jamur
5. Peranan Prostista dalam Kehidupan
H. Penelitian yang Relevan
Dalam melaksanakan penelitian ini agar penelitian dapat berhasil,
peneliti menggunakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai acuan pada
penelitian ini. Dengan demikian diharapkan dapat menyelesaikan beberapa
masalah-masalah yang akan menjadi objek yang akan diteliti. Dibawah ini
akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Darmawati, Arnetis, dan Iryani (2013), dengan judul penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match untuk
meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X.2
SMA Negeri 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini
menggunakan parameter aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan
hasil ulangan siswa pada siklus I dan siklus II. Dibuktikan dengan hasil
siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa adalah 75,4 dan mengalami
peningkatan pada siklus II dengan rata-rata nilai 85,6. Penelitian
31
100%. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa terdapat
peningkatan aktivitas siswa. Penerapan model pemblajaran kooperatif
tipe Make a Match ternyata dapat juga menambah motivasi siswa
dibuktikan dengan aktivitas siswa di kelas yang sangat antusias dalam
mengikuti pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Anggrahini (2013), dengan judul penelilian “Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mencari Pasangan (Make A Match) Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 1 Ranau Tengah” dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 Materi pelajaran yang digunakan penelitian tersebut adalah materi
Biologi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai
rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen adalah 43,96, dan 87,08
sedangkan kelas kontrol 42,10, dan 75,08. Peningkatan rata-rata hasil
belajar kelas eksperimen adalah 43,12 dan kelas kontrol adalah 32,98.
Pada penelitian tersebut peneliti memilih aspek aktifitas siswa di kelas,
sedangkan peneliti menggunakan aspek minat belajar siswa. Hasil
aktivitas siswa dikategorikan sangat aktif dengan nilai rata-rata hasil
observasi 86,90%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran
32
3. Manik (2012), menerapkan Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match dengan menggunakan media Handout. Penelitian tersebut berjudul “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match menggunakan Media Handout Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA”. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Swasta Methodist 8 Medan kelas
X IPA tahun ajaran 2011/2012. Hampir sama dengan penelitian
sebelumnya penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen.
Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan, eksperimen ini
menggunakan media handout sedangkan penelitian yang akan dilakukan
menggunakan media kartu konsep. Dari hasil uji statistik terhadap hasil
belajar siswa diperoleh hasil signifikan. Persen hasil belajar di kelas
eksperimen naik menjadi 70,84% dengan kategori tinggi. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make a
Match menggunakan handout berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di SMA Swasta Methodist 8 Medan kelas X IPA tahun ajaran 2011/2012
pada pokok bahasan hidrokarbon.
I. Kerangka Berfikir
Pendidikan selalu menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena
pendidikan akan terus berkembang dan mengalami perubahan, terutama
yang berhubungan dengan sekolah. Masing-masing generasi akan
memberikan warna yang berbeda dalam dunia pendidikan. Hal tersebut juga
33
wawancara di kelas X3 diperoleh bahwa minat siswa dalam belajar rendah.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi bahwa siswa kelas X3 sering
malas-malasan ketika mengikuti pelajaran. Sikap malas-malasan ketika
kegiatan belajar berlangsung ditunjukkan siswa dengan kurang
memperhatikan guru ketika mengajar. Selain itu siswa lebih tertarik untuk
mengobrol dengan temannya. Siswa juga nampak malas-malasan ketika
diberikan tugas oleh guru Biologi. Masalah tersebut dilatar belakangi oleh
kebiasaan guru dalam mengajar yang lebih sering menggunakan metode
diskusi dan ceramah sehingga membuat siswa bosan dan terkesan
malas-malasan. Selain dari permasalah metode mengajar guru masalah lain juga
berasal dari siswa dimana siswa juga kurang menyukai belajar Biologi
karena menurut siswa, belajar Biologi sulit dengan banyak hafalan dan
banyak istilah-istilah asing. Rendahnya minat siswa dalam belajar Biologi
mempengaruhi hasil belajar siswa. KKM SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
untuk mata pelajaran Biologi adalah 80 sedangkan siswa yang mencapai
KKM hanya 25,64 % dari 39 siswa.
Pembelajaran kooperatif yang memberikan manfaat untuk lebih
mengakifkan siswa, sehingga siswa dapat saling berinteraksi di kelas.
Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan aktif dalam
pembelajaran. Guru juga dapat mengkoordinir siswa sedemikian rupa
sehingga siswa dapat saling belajar dengan siswa yang lain dan
bersosialisasi. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model
34
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, Arnetis,
dan Iryani (2013), membuktikan adanya peningkatan hasil ulangan harian
siswa setelah penerapan model pembelajaran tipe Make a Match. Bahkan
diperoleh ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan hingga 100%
pada siklus II. Begitu juga dengan hasil eksperimen yang dilakukan
Anggrahini (2013) dan Manik (2012) mengenai penerapan model
pembelajaran Make a Match menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa SMA. Oleh karena itu peneliti akan
mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
pada siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk materi
Protista. Sehingga kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan pada
35
2.1 Skema kerangka Berfikir
TINDAKAN OBSERVASI AWAL
Hasil belajar siswa rendah pada materi Protista, hanya 25,64 % siswa tuntas KKM
Minat siswa dalam belajar masih kurang.
36
J. Hipotesis
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Hopkins dalam Arifin (2011:97), Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di
ruang kelas. Sedangkan Arifin (2011:98) mengartikan Penelitian Tindakan
Kelas sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri
yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan
memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik
pendidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan dan situasi-situasi
dimana praktik itu dilaksanakan.
B. Setting Penelitian
1. Obyek penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif tingkat C1, C2, C3
dan C4 (hasil belajar) dan minat masing-masing siswa kelas X3 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun 20115/2016.
2. Subyek penelitian difokuskan pada kelas X3 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta. Siswa kelas X3 berjumalah 39 siswa dimana jumlah siswa
27 dan siswi adalah 12.
3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
38
4. Waktu penelitian ini adalah bulan Oktober-November 2015. Kegiatan
tersebut mulai dari persiapan sampai refleksi penelitian.
C. Variabel Penelitian
Pada penelitin ini variabel yang digunakan yaitu :
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Make A Match.
2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar (aspek kognitif
C1, C2, C3 dan C4) dan minat siswa
3. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah materi Protista
D. Rancangan Penelitian
Rancangan tindakan ini mengacu pada model spiral dari Kemmis
dan Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan
39
3.1 Spiral penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Model Kemmis dan Taggart
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus
I dan siklus II dengan 3 kali pertemuan untuk masing-masing siklus.
Rincian kegiatan untuk masing-masing siklus antara lain:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu:
1) Permohonan ijin penelitian kepada kepala SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta
2) Observasi dan wawancara kepada guru Biologi yang mengampu
kelas X, untuk mengetahui permasalahan yang ada di SMA
40
3) Indentifikasi masalah yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi terkait permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran di kelas.
4) Menentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
5) Menyusun proposal dan instrumen pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian seperti; Silabus, Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk siklus I dan Lembar Kerja Siswa
(LKS)
6) Menyusun instrumen penetilian, seperti; Lembar Kuesioner, Soal
Pretest dan postest 1 dan 2 dan Lembar Wawancara Siswa
b. Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tindakakan
sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus I.
Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif dimana peneliti bertindak
langsung dalam kegiatan penelitian. Pelaksanaan siklus I dilakukan
dalam 3 kali pertemuan.
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus 1 ini antara lain:
1. Pemberian Pretest
2. Pembagian Kuesioner
3. Pembelajaran dengan menggunakam model pemebelajaran
kooperatif tipe Make a Match
4. Penutup