• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista."

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR PADA MATERI PROTISTA

Viviani Diah Riyantika

Universitas Sanata Dharma

2016

Berdasarkan hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada kelas X3 hanya 25,64% siswa yang mencapai KKM, selain itu minat belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 35 siswa. Komponen pengumpulan data diperoleh dari hasil Pretest, Postest I dan II, Kuesioner, Observasi dan Wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu minat siswa berdasarkan hasil kuesioner dengan kriteria minimal tinggi mencapai 85,71% dan kuesioner akhir 94,28%. Hasil observasi diperoleh pada siklus I mencapai 100% dan siklus II 100% dengan peningkatan pada kategori minimal tinggi. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat siswa hingga melebihi target yaitu 85% siswa dengan kategori minimal tinggi. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata pada postest I 40,71 dan postest II adalah 82,71. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I 0% dan siklus II mencapai 80%. Hasil belajar belum mencapai target yaitu 85% siswa tuntas KKM dikarenakan kemungkinan pengisian data yang kurang valid.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.

(2)

MATCH TO IMPROVE THE INTEREST AND LEARNING OUTCOMES OF STUDENT

Based on observations in Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta, especially in class X3 is only 25.64% of students who reached the “KKM”, Besides the student's interest in learning is also less. The purpose of this reaseach is improve the interest and learning outcomes of student grade X3 senior high school of Pangudi Luhur Yogyakarta on Protists material by applying cooperative learning model, type Make a Match.

This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages of action including planning, implementation, observation and reflection. Subjects were 35 students. Data collection component obtained from the pretest, Posttest I and II, questionnaires, observations and interviews. Data analysis was carried out in accordance with the data obtained by the qualitative and quantitative.

Research results obtained by the interest of the students based on the results of questionnaires with minimum criteria for high reached 85.71% and 94.28% final questionnaire. The results of observations obtained in the cycle I reaches 100% and the cycle II of 100% with an increase in the minimum category higher. These results indicate an increased interest of students exceeding the target of 85% of students with high minimum category. While the learning outcomes of students increased from an average of 40.71 in the first posttest and posttest II was 82.71. KKM students who complete the first cycle and the second cycle of 0% to 80%. Learning outcomes have not yet reached the target of 85% of students completed KKM due to the possibility of charging data is less valid.

Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model Make a Match can increase student interest and learning outcomes X 3 high school class Pangudi Luhur Yogyakarta on protists material.

(3)

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR

PADA MATERI PROTISTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Viviani Diah Riyantika NIM : 111434020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR

PADA MATERI PROTISTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Viviani Diah Riyantika NIM : 111434020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria Ibuk dan alm. Bapak tercinta

Kakak-kakak dan keponakan-keponakanku terkasih Abang Firmando Simanungkalit

(8)

v

Eksperience is The Best Teacher (Buku SiDu)

(9)
(10)
(11)

viii

DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR PADA MATERI PROTISTA

Viviani Diah Riyantika

Universitas Sanata Dharma

2016

Berdasarkan hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada kelas X3 hanya 25,64% siswa yang mencapai KKM, selain itu minat belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 35 siswa. Komponen pengumpulan data diperoleh dari hasil Pretest, Postest I dan II, Kuesioner, Observasi dan Wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu minat siswa berdasarkan hasil kuesioner dengan kriteria minimal tinggi mencapai 85,71% dan kuesioner akhir 94,28%. Hasil observasi diperoleh pada siklus I mencapai 100% dan siklus II 100% dengan peningkatan pada kategori minimal tinggi. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat siswa hingga melebihi target yaitu 85% siswa dengan kategori minimal tinggi. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata pada postest I 40,71 dan postest II adalah 82,71. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I 0% dan siklus II mencapai 80%. Hasil belajar belum mencapai target yaitu 85% siswa tuntas KKM dikarenakan kemungkinan pengisian data yang kurang valid.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.

(12)

ix

A MATCH TO IMPROVE THE INTEREST AND LEARNING OUTCOMES OF STUDENT GRADE X 3 SENIOR HIGH SCHOOL OF PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TO THE PROTIST SUBJECT

Viviani Diah Riyantika Sanata Dharma Univercity

2016

Based on observations in Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta, especially in class X3 is only 25.64% of students who reached the “KKM”, Besides the student's interest in learning is also less. The purpose of this reaseach is improve the interest and learning outcomes of student grade X3 senior high school of Pangudi Luhur Yogyakarta on Protists material by applying cooperative learning model, type Make a Match.

This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages of action including planning, implementation, observation and reflection. Subjects were 35 students. Data collection component obtained from the pretest, Posttest I and II, questionnaires, observations and interviews. Data analysis was carried out in accordance with the data obtained by the qualitative and quantitative.

Research results obtained by the interest of the students based on the results of questionnaires with minimum criteria for high reached 85.71% and 94.28% final questionnaire. The results of observations obtained in the cycle I reaches 100% and the cycle II of 100% with an increase in the minimum category higher. These results indicate an increased interest of students exceeding the target of 85% of students with high minimum category. While the learning outcomes of students increased from an average of 40.71 in the first posttest and posttest II was 82.71. KKM students who complete the first cycle and the second cycle of 0% to 80%. Learning outcomes have not yet reached the target of 85% of students completed KKM due to the possibility of charging data is less valid.

Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model Make a Match can increase student interest and learning outcomes X 3 high school class Pangudi Luhur Yogyakarta on protists material.

(13)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalamMeningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada Materi Protista”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan,

semangat serta doa yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu,

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku bahkan dalam

kesesakan batinku.

2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Drs A. Tri Priantoro selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

4. Ibu Dra. Maslichah Asy,ari, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

5. Bapak Antonius Mujiono, S.Pd selaku Kepala SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini.

6. Ibu Annastasia Ratna D.W., S.Pd., selaku guru Biologi kelas X yang telah memberikan

ijin dan membantu memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan

penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

7. Ibuk yang selalu menberikan dukungan serta doa dan Alm Bapak yang juga mendoakan

dari Surga

8. Kakak-kakaku, Mas Gun, Mbak Wahyu, Mas Nug, Mbak Mamiek, Bang Pendi, Mbak

Khusna dan keponakan-keponakanku terimakasih atas dukungan dan nasehatnya

terutama dalam menyelesaikan studi ini.

9. Abang Firmando Simanungkalit yang selalu memberikan perhatian, semangat dan

dorongan kepada penulis

10.Sahabat-sahabatku, Cebret (Lani), Mbok Mitha, Ditya, Osin, Dyah, Fenty A, Fenty D,

Tutik yang telah memberikan semangat, bantuan dan canda tawa yang menghibur.

11.Siswa siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 atas

(14)

xi

13.Teman-teman KKN Mestakung, Githa, Pascha, Siwi, Agatha, Nana, Vincent, Revi,

Hudan, Desika, Tabita yang telah memberikan banyak inspirasi bagi penulis.

14.Keluarga besar SDSR dan alumni asmong, Rey, Boni, Michel, Sri, Ade, Lia dan para

pamong Pak Devi,Pak Tri, mbak Tiwi dan Suster Frida yang memberikan semangat dan

inspirasi dalam penulisan skripsi ini

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan

mendukung penulis selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

menyempurnakan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Penulis

(15)

xii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ABSTRAK...

F. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match...

(16)

xiii

E. Instrumen Penelitian...

F. Validasi Instrumen...

G. Teknik Pengumpulan Data...

H. Indikator Keberhasilan Penelitian...

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian...

B. Hasil penelitian...

C. Analisi Data...

D. Pembahasan...

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... 44

48

48

58

59

60

81

88

97

98

(17)

xiv

3.1 Tabel Jenis dan Teknik Pengumpulan Data...

3.2 Tabel Panduan Skoring Kuesioner Minat Siswa...

3.3 Tabel Kategori Skor Kuesioner Minat Siswa...

3.4 Tabel Panduan Skoring Lembar Observasi Minat Siwa...

3.5 Tabel Kategori Skor Observasi Minat Siswa...

3.6 Tabel Indikator Keberhasilan Penelitian...

4.1 Tabel Hasil Pretest Siswa Kelas X3...

4.2 Tabel hasil Kuisioner Minat Awal Siswa kelas X3...

4.3 Tabel Hasil Postest I siswa Kelas X3...

4.4 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus I...

4.5 Tabel Hasil Postest II Siswa Kelas X3...

4.6 Tabel Hasil Kuesioner Minat Akhir Siswa Kelas X3...

4.7 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus II...

4.8 Tabel Data Hasil Postest I dan Postest II Siswa...

4.9 Table Prosentase Hasil Kuesioner Minat Siswa Awal dan Akhir...

4.10 Tabel Prosentase Kuesioner awal dan Akhir Siswa...

4.11 Tabel Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II...

4.12 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus I dan Siklus II...

(18)

xv

2.1 Bagan Skema Kerangka Berfikir... 3.1 Spiral penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Model Kemmis dan Taggart...

(19)

xvi

4.1 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa... 4.2 Grafik Perbandingan Presentase Minat Siswa Awal dan Akhir... 4.3 Grafik Hasil Kuesioner... 4.4 Grafik Prosentase Hasil Observasi Minat Siswa... 4.5 Grafik Data Akhir Minat dan Hasil Belajar...

(20)

xvii

1. Silabus... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 4. Lembar Kerja Siswa 1... 5. Lembar Kerja Siswa 2... 6. Lembar Kerja Siswa 3... 7. Lembar Kerja Siswa 4... 8. Lembar Kerja Siswa 5... 9. Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Pretest ... 10.Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Postest I... 11.Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Postest II... 12.Soal Pretest... 13.Soal Postest I... 14.Soal Postest II... 15.Kuisioner Minat Siswa... 16.Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 17.Pedoman Wawancara... 18.Foto-foto Kegiatan Siklus I... 19.Foto-foto Kegiatan Siklus II... 20.Daftar Nilai Pretest Siswa... 21.Daftar Nilai Postets I Siswa... 22.Daftar Nilai Postest II Siswa... 23.Daftar Skor Kuisioner Minat siswa Awal... 24.Daftar Skor Kuisioner Minat Akhir Siswa... 25.Daftar Skor Observasi Minat Siswa... 26.Daftar Skor Observasi Minat Siswa Siklus I... 27.Daftar Skor Observasi Minat Siswa Siklus II... 28.Lampiran Hasil Pretest Siswa Skor Terendah... 29.Lampiran Hasil Pretest Siswa Skor Tertinggi... 30.Lampiran Hasil Postest I Siswa Skor Terendah... 31.Lampiran Hasil Postets I Siswa Skor Tertinggi... 32.Lampiran Hasil Postest II Siswa Skor Terendah... 33.Lampiran Hasil Postest II Siswa Skor Tertinggi... 34.Lampiran Hasil Kuisioner Awal Siswa... 35.Lampiran Observasi Minat Siswa... 36.Lampiran Hasil Lembar Kerja Siswa... 37.Lampiran Surat Ijin Penelitian...

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Tampubolon (2014:4), pendidikan merupakan suatu proses yang

strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pengelolaan

pendidikan harus dilakukan secara profesional.

Pendidikan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sekolah,

dimana sekolah merupakan wadah untuk melaksanakan proses pendidikan.

Di sekolah sendiri juga memberikan tingkatan-tingkatan kelas.

Tingkatan-tingkatan kelas didasarkan pada tahap perkembangan siswa. Perkembangan

ini dapat dilihat dari setiap aspek yang dimiliki oleh siswa tersebut, yang

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini aspek

kognitif menekankan pada pengetahuan siswa, afektif berkaitan dengan

sikap siswa baik dalam mengikuti pelajaran maupun keadaan siswa di

lingkungan sekolah dan aspek psikomotorik menekankan pada

keterampilan dan kemampuan bertindak pada masing-masing siswa

(22)

2

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi kepada pembelajaran yang

dilakukan oleh guru untuk membangun minat belajar siswa (Slameto

2014:1). Keberhasilan belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh

keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan untuk

membimbing siswa dalam belajar di sekolah. Selain guru, hubungan yang

baik antara orang tua siswa dengan siswa di rumah juga dapat berpengaruh

terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.

Menurut Mulyasa (2002:2), pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta

didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran. Kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar

dan rasa percaya pada diri sendiri juga dapat mempengaruhi keberhasilan

pembelajaran. Berdasarkan hal ini, peranan guru sangat diperlukan untuk

meningkatkan minat belajar siswa. Minat siswa dalam belajar sangatlah

berpegaruh dalam kemampuan siswa untuk menangkap materi yang

disampaikan guru. Apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat

siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik

baginya (Slameto, 2014:37). Dengan demikian minat belajar juga akan

mempengaruhi proses belajar mengajar. Untuk itu, maka diperlukan strategi

belajar mengajar yang baik sehingga dapat meningkatkan minat siswa

(23)

3

Strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk

menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran

tertentu. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan

kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang

dihadapi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Arikunto, 2007:3).

Menurut Slameto (2014:65), metode mengajar adalah salah satu

jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang tidak

baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Proses

mengajar yang kurang baik dapat terjadi misalnya guru kurang siap dan

kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya

tidak jelas. Sikap guru terhadap siswa maupun mata pelajaran yang tidak

baik membuat siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.

Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru yang baik dituntut untuk

memiliki kepekaan dalam melihat prestasi belajar siswa. Guru hendaknya

melakukan pendekatan dengan siswa sehingga mengetahui permasalahan

belajar yang dihadapi siswa. Selain itu, guru harus berani mencoba

metode-metode mengajar yang baru sehingga dapat meningkatkan minat siswa

untuk belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Agar siswa dapat

belajar dengan baik maka pemilihan metode mengajar haruslah

dipertimbangkan dengan tepat, efisien dan efektif. Selain itu metode yang

digunakan hendaknya memberikan ruang bagi siswa dalam berinteraksi

dengan sesama.

Kegiatan pembelajaran Biologi yang dilakukan guru Biologi di

(24)

4

ceramah dan diskusi. Seringnya penggunaan metode ceramah dan diskusi

membuat siswa merasa cepat bosan. Rasa bosan yang dirasakan siswa ini

membuat siswa menjadi malas-malasan ketika mengikuti pelajaran. Akibat

rasa malas dan bosan tersebut siswa sering mengalihkan perhatian ketika

pembelajaran dengan mengobrol, malas-malasan mengerjakan tugas yang

diberikan guru dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan siswa untuk

mengalihkan perhatian dari pembelajaran. Terkadang, apabila banyak siswa

yang mengobrol ketika pembelajaran berlangsung mengakibatkan suasana

kelas menjadi ribut. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan pembelajaran

menjadi kurang kondusif. Siswa yang sungguh-sungguh memperhatikan

guru yang sedang mengajar, sangat terganggu dengan suara

teman-temannya yang ribut. Begitu juga dengan guru yang sedang mengajar. Guru

biasanya mengatasi hal tersebut dengan memberikan pertanyaan mengenai

pelajaran yang sedang diajarkan kepada siswa yang membuat gaduh.

Namun setelah itu beberapa siswa akan kembali mengobrol. Dalam hal ini,

diperlukan pemilihan metode yang tepat untuk mengembalikan minat siswa

untuk belajar.

Selain permasalahan metode pembelajaran yang digunakan guru

Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, rendahnya minat siswa dalam

belajar Biologi juga dipengaruhi oleh pemahaman siswa tersebut terkait

belajar Biologi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mata

pelajaran Biologi dianggap sulit dan membosankan dikarenakan banyaknya

materi yang harus dihafalkan. Anggapan bahwa belajar biologi merupakan

(25)

5

belajar biologi sangat menyenangkan karena bukan hanya menghafal

namun siswa harus memahami apa yang dipelajari. Proses memahami

tersebut yang membuat Biologi menyenangkan. Karena menuntut siswa

untuk berfikir lebih tinggi.

Materi Biologi bukan hanya sekedar hafalan namun juga untuk

dipahami dan diterapkan. Materi Biologi memiliki beberapa sub materi,

salah satunya adalah Protista. Materi Protista adalah materi dengan bahan

yang cukup banyak untuk dipahami, terutama pembagian kelas pada filum

Protista. Siswa dituntut untuk paham perbedaan masing masing kelas pada

filum Protista. Begitu juga dengan sub materi Protista yang lain.

Kurangnya minat siswa tersebut berpengaruh juga terhadap hasil

belajar siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pembelajaran

Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta adalah 80. Berdasarkan hasil

Ulangan Biologi siswa kelas X 3 pada materi Protista tahun ajaran

2014/2015, hanya ada 25,64 % siswa yang dapat memperoleh nilai ≥ KKM.

Sedangkan 74,36% siswa masih belum dapat mencapai nilai KKM. Dari

data tersebut dapat diketahui bahwa kelas X 3 memiliki hasil belajar yang

rendah. Dengan demikian, diperlukan rangsangan untuk meningkatkan

minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

(26)

6

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman

masing-masing. Menurut Slavin (2005:4-5), alasan penggunaan

pembelajaran kooperatif yaitu untuk meningkatkan pencapaian prestasi para

siswa. Akibat-akibat positif lain dari pembelajaran kooperatif yaitu;

mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman

sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga

diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu

belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta

mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran

kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal

semacam itu. Metode pembelajaran kooperatif sendiri sudah semakin

berkembang dengan berbagai tipe. Macam-macam metode pembelajaran

kooperatif antara lain: Jigsaw, STAD, Team Game Turnament (TGT), Make

a Match dan masih banyak lagi.

Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut,

peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam mempelajari materi Protista.

Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memiliki karakter yang

dapat memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berinteraksi dengan sesama

siswa di dalam kelas. Dengan adanya interaksi antar siswa dapat

mengurangi rasa bosan siswa ketika belajar di dalam kelas dan minat siswa

untuk belajar juga semakin tinggi. Penerapan metode pembelajaran

(27)

7

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada materi

Protista.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut:

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta pada materi Protista?”

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini berjalan searah, batasan-batasan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta tahun ajaran 2015-2016

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar kognitif siswa kelas

X3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

3. Materi pokok

Materi Protista pada kurikulum KTSP terdapat pada Kompetensi Dasar

2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan

peranannya bagi kehidupan

(28)

8

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya

peningkatan minat dan hasil belajar kognitif siswa kelas X 3 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Minat belajar siswa

diukur dengan kuesioner, observasi dan wawancara sedangkan hasil

belajar siswa diukur dengan hasil post test setiap siklus.

D. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan

minat dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match pada materi Protista kelas X 3 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016

E. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat dijadikan syarat dalam memperoleh gelar

sarjana.

b. Mengenalkan peneliti akan permasalahan-permasalah di sekolah

pada proses belajar dan mengajar.

c. Memberikan pengalaman dalam mengelola kelas dan bekerjasama

(29)

9

2. Bagi Guru

a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran model pembelajaran

Biologi serta menambah wawasan dan pengalaman melaksanakan

pembelajaran.

b. Dapat digunakan sebagai strategi dalam kegiatan belajar dan

mengajar

3. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran Biologi

b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan

saling berinteraksi dengan sesama siswa sehingga dapat

meningkatkan hasil belajarnya.

4. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam upaya perbaikan kegiatan

pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah terutama pada Mata

(30)

10

BAB II DASAR TEORI A. Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan

(Slameto 2010:2). Sedangkan Winkel (1989:36) mendifinisikan belajar

sebagai aktifitas mental yang yang berlangsung dalam interaksi aktif antara

seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat

relatif konstan dan berbekas.

Menurut Gagne (Suprijono, 2009:2), belajar adalah perubahan

disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas.

Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara alamiah. Sedangkan Witherington dalam

Prawira (2014:225) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan pada

kepribadian ditandai dengan adanya pola sambutan baru yang dapat berupa

suatu pengertian. Definisi tentang belajar tersebut diperoleh dari

menyatukan 3 buah definisi tentang belajar. Pertama, belajar merupakan

suatu perubahan dalam diri seseorang. Kedua, belajar adalah peguasaan

pola-pola sambutan baru. Ketiga, belajar adalah penguasaan kecakapan,

sikap dan pengertian.

Hintzman dalam Syah (2003:65) berpendapat bahwa belajar adalah

(31)

11

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku

organisme tersebut. Perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut

baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Sedangkan

Syah (2003:68) menyimpulkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif.

Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang

melibatkan aktivitas fisik, mental dan pengaruh lingkungan di sekitarnya

untuk memperoleh hal-hal baru berupa pengetahuan dan pengalaman yang

berguna bagi siswa tersebut dikemudian hari. Merujuk pada pendapat Syah

(2003:68) mengenai pengertian belajar, proses belajar juga melibatkan

proses kognitif. Selain itu beberapa ahli juga menyebukan bahwa proses

belajar membutuhkan interaksi dengan siswa lain dan lingkungannya.

B. Pembelajaran

Pembelajaran ialah proses siklus belajar yang tepat. Proses tersebut

memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkap konsepsi

sebelumnya. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk berdebat dan menguji

konsepsi yang telah diperoleh. Hasil dari proses tersebut tidak hanya

memberikan kemajuan dalam pengetahuan konseptual siswa, melainkan

(32)

12

penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan

konseptual tersebut.

Menurut Dahar (2011 : 169), pembelajaran adalah penggunaan

jenis-jenis belajar yang tepat dengan memberi kesempatan pada siswa untuk

mengungkapkan konsep sebelumnya dan kesempatan untuk berdebat dan

menguji konsep ini sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan

kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam

pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual. Sedangkan menurut

Ngalimun (2014:3), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari

kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan

siswa, mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan guru sebagai

pemberi pelajaran.

Dari pengertian mengenai pembelajaran oleh para ahli tersebut,

peneliti menyimpulkan, pembelajaran merupakan hubungan timbal balik

antara guru dengan siswa dimana siswa berperan aktif sebagai objek

pembelajar dan guru sebagai mediator yang membantu siswa dalam belajar.

Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran adalah menuntun siswa dalam

menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dan menuntun perkembangan

pengetahuan siswa. Dalam mendampingi siswa belajar hendaknya guru juga

memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga proses

(33)

13

Menurut Ngalimun (2014:3) dalam pembelajaran hendaknya

memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan

lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan

seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar

untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.

2. Isi pembelajaran harus di desain sedemikian rupa dengan karakteristik

siswa karena pembelajaran berfungsi sebagai mekanisme adaptif dalam

proses konstruksi, dekontruksi dan rekontruksi pengetahuan, sikap dan

ketrampilan.

3. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.

4. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dapat dilakukan secara formatif

sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara

berkesinambungan dan dalam tingkat belajar sepanjang hayat.

C. Minat Belajar

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami

dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, 2003:151).

Slameto (2014:180) mendefinisikan minat sebagai suatu rasa lebih

suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

(34)

14

hubungan tersebut, minat akan semakin besar. Cara paling efektif untuk

membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan

memanfaatkan minat siswa yang lain.

Minat merupakan rasa ketertarikan terhadap suatu hal ataupun

aktifitas yang muncul dari dalam diri siswa. Adanya minat dalam diri siswa

untuk belajar dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa

dalam belajar.

Khairani (2013:135-137) mengungkapkan bahwa minat yang timbul

bersumber dari pengenalan dengan lingkungan, atau hasil berinteraksi dan

belajar dengan lingkungan. Unsur yang terkandung di dalam minat antara

lain, adanya:

1. Suatu gejala psikologis

2. Pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik

3. Perasaan senang terhadap obyek menjadi sasaran

4. Kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan

kegiatan guna mencapai tujuan.

Menurut Gie dalam Khairani (2013:143), arti penting minat dalam

kaitannya dengan pelaksanaan belajar adalah minat dapat:

1. Melahirkan perhatian yang serta merta.

2. Memudahkan terciptanya konsentrasi.

3. Mencegah gaguan dari luar.

4. Memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

(35)

15

Dari yang telah diungkapkan mengenai unsur-unsur yang

terkandung dalam minat salah satunya adalah adanya perasaan senang

terhadap suatu obyek. Perasaan senang tersebut yang mendasari peneliti

dalam penelitian ini untuk membangkitkan minat siswa.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono 2009:5-6).

Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono 2009:5-6), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkap pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupuntertulis

2. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktifitas kognitifnya sendiri

4. Ketrampilan motorik yautu kemapuanmelakukan serangkaian gerak

jasmanidalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tertentu.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009:6-7), hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan hasil

(36)

16

memiliki beberapa aspek. Pada ranah kognitif, meliputi knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), evaluation (menilai) dan create (berkreasi).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),

charakterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routin dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan, produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Aspek-aspek pada masing-masing klasifikasi pada taksonomi

Bloom dalam Sudjana (2012:23-34) telah direvisi oleh Lorin Anderson

tahun 1990 (Azhar, 2012) sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak).

Berdasarkan revisi taksonomi Bloom, aspek-aspek yang ada pada ranah

kognitif antara lain:

a. Pengetahuan (Knowledge)/C1

Pengetahuan disini bukan sekedar pengetahuan hafalan atau untuk

diingat namun termasuk pula pengetahuan faktual. Dari segi proses

belajar menghafal dan mengingat istilah-istilah penting pada materi

yang dipelajari dapat menjadi dasar untuk menguasai pemahaman

(37)

17

b. Pemahaman/ C2

Pemahaman ini setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.

Pemahaman dibedakan dalam 3 kategori:

1) Tingkat rendah, berupa pemahaman terjemahan. Penerapan ini

terkait dengan kemapuan bahasa.

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang

diketahui berikutnya.

3) Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi merupakan pemahaman

ekstrapolasi. Pada tingkatan ini, siswa diharapkan mampu

melihat dibalik tertulis. Dapat membuat ramalan tentang

konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu,

dimensi, kasus ataupun masalahnya.

c. Aplikasi/C3

Merupakan kesanggupan seseorang dalam menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara atu metode-metode

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang

baru dan konkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir

setingkat lebih tinggi dibandingkan pemahaman.

d. Analisis/C4

Adalah kemampuan seseorang dalam merinci atau menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil

dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau

(38)

18

e. Evaluasi / C5

Merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitig

taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan

seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi,

nilai aatu ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa

pilihan maka ia akan memilih ssatu pilihan terbaik sesuai dengan

patokan-patokan atau kriteria yang ada.

f. Berkreasi (Create) / C6

Create tidak harus selalu bermakna mancipta ‘sesuatu yang baru’ tapi create juga bisa berarti merancang, membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksi, menemukan,

memperkuat dan memperindah.

Penelitian ini menggunakan 4 aspek dari ranah kognitif yaitu

pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis

(C4). Aspek kognitif hanya mengambil keempat aspek tersebut

dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi siswa yaitu kebiasaan

siswa yang lebih sering menerima materi dari guru sehingga dalam

proses yang lebih tinggi seperti evaluasi dan berkreasi masih belum

memungkinkan. Sehingga Aspek analisis (C4) sudah cukup tinggi

untuk dicapai siswa.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar

afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti

(39)

19

guru dan teman-teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubunan sosial.

Ada beberapa jenis ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu:

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa

dalambentuk masalah, situasi, gejala dll. Dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontro, dan seleksi

gejala atau rangsangan.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini

mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab

stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan, terhadap gejala atau stimulus yang sebelumnya diberikan. Dalam

evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai dan

kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan dan prioritas nilai yang dimiliki. Yang termasuk ke

dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai

dan lain-lain.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki siswa, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya. Di dalamnya termasuk

(40)

20

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Tedapat enam tingkatan keterampulan

dalam ranah psikomotor, yaitu:

a) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Ketrampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan

e) Gerak-gerak skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada

ketrampilan yang kompleks.

f) Ketrampilan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor. Suryabrata

dalam Khodijah (2014: 58-61) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi:

a. Faktor fisiologi mencakup 2 hal, antara lain:

1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

2) Keadaan fungsi-fungsi fisiolog tertentu

(41)

21

1) Minat, adanya minat terhadap obyek yang dipelajari akan

mendorong siswa untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil

belajar yang maksimal.

2) Motivasi, menentukan hasil belajar yang dicapai.

3) Intelegensi, merupakan modal utama dalam melakukan aktifitas

belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

4) Memori merupakan kemapuan untuk merekam, menyimpan dan

mengungkapkan kembali apa yang telahdi pelajari.

5) Emosi, emosi yang positif akan membantu kerja syaraf otak untuk

merekatkan apa yang telah dipelajari.

2. Faktor yang berasal dari luar diri pembelajaran, meliputi:

a. Faktor sosial, mencakup:

1) Orang tua

2) Guru

3) Teman-teman atau orang-orang disekitar lingkungan belajar

b. Faktor non-sosial, antara lain:

1) Keadaan udara, suhu dan cuaca.

2) Waktu (pagi, siang atau malam)

3) Tempat (letak dan pergedungan)

(42)

22

E. Pembelajaran Kooperatif

Roger dalam Huda (2012:29) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang dioogranisir

oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan

informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di

dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Sedangkan Artz dan Newman dalam Huda (2012:32) mendefinisikan

pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil siswa yang bekerja sama

dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas

atau mencapai satu tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh

guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperative

dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang

dimaksud (Suprijono, 2009:54-55)

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi

sosial untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berinteraksi

dengan orang lain (Sani, 2013:187). Menurut Suprijono (2009:58), model

pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif

(43)

23

sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan

bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan

ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Menurut Suyatno (2009: 9), model pembelajaran kooperatif adalah

kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling

membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

2. Menyajikan informasi

3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

4. Membimbing kelompok dalam belajar dan bekerja

5. Evaluasi

6. Memberi penghargaan

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar

dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Lie

(2010:31-35), unsur-unsur pembelajaran kooperatif dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya bergantung pada usaha setiap anggotanya.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyususun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

(44)

24

menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga dapat mencapai tujuan yang

diharapkan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran

kooperatif, setiap siswa akan bertanggung jawabuntuk melakukan yang

terbaik.kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan

guru dalam penyususnan tugasnya.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini kan memberikan sinergi yang

menguntungan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai

perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan

masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai

ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam

kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada ketersediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

(45)

25

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevalusai proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

Inti dari pembelajaran kooperatif sendiri merupakan kegiatan

kelompok yang melibatkan peranan aktif dari seluruh anggota kelompok

dalam memecahkan permasalahan dari materi pelajaran yang diajarkan oleh

guru. Guru di sini berperan unuk mengarahkan siswa mencapai tujuan

pembelajaran yang ingin di capai. Siswa akan membantu satu sama lain dan

menyampaikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki masing-masing.

Dari pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa dapat dilengkapi satu

sama lain dalam kelompok untuk memperoleh satu kesatuan konsep

pemahaman dari materi pelajaran yang diajarkan guru. Hasilnya proses

kerja sama yang dilakukan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dari

masing-masing siswa. Selain itu penghargaan yang diberikan guru dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Motivasi yang muncul dari

siswa tersebut dapat membangkitkan minat siswa dalam Belajar, dalam

penelitian ini terkhusus untuk pelajaran Biologi.

F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Menurut Sani (2013:196), Model pembelajaran kooperatif tipe Make

a Match merupakan metode pembelajaran kelompok yang memiliki dua anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya,

(46)

26

untuk membangkitkan aktivitas siswa belajar dan cocok digunakan dalam

bentuk permainan.

Metode Pembelajaran Make a Match dikembangkan oleh Lorna

Curran. Penggunaan metode ini menuntun siswa untuk mencari pasangan

sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang

menyenangkan (Lie, 2010:31). Metode pembelajaran ini dapat diterapkan

untuk semua mata pelajaran salah satunya Biologi dan untuk semua

tingkatan kelas.

Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Make a Match

adalah (Sani 2013:129-130):

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang telah dibahas sebelumnya. Kartu yang dibuat terdiri dari dua

bagian, yakni kartu soal dan kartu jawaban. Jadi jumlah masing-masing

kartu dan soal harus sama.

2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, ada yang memperoleh

kartu soal dan ada yang memperoleh kartu jawaban.

3. Peserta didik yang memperoleh kartu soal memikirkan jawaban dari

kartu yang dipegang, sedangkan yang memperoleh kartu jawaban

memikirkan soal yang relevan.

4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya.

5. Guru memberikan nilai (poin) untuk setiap pasangan peserta didik yang

(47)

27

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kegiatan dapat dilanjutkan

beberapa putaran.

7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok-kelompok yang

memiliki nilai tertinggi, kemudian membimbing peserta didik untuk

membuat kesimpulan.

Hampir sama dengan langkah-langkah tersebut, Huda (2012:135)

mengembangkan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match dimana siswa yang telah memperoleh pasangan dapat bergabung dengan pasangan lain yang memiliki kartu berhubungan dengan

kartu yang dimiliki. Dapat juga 3 orang siswa begabung membentuk satu

kesatuan pemahaman. Sebagai contoh, siswa yang mendapat kartu Sporozoa

dan Protista berspora dapat bergabung dengan siswa yang memegang kartu

Protista Mirip Jamur.

Peneliti mengambil kedua langkah tersebut dikarenakan langkah

langkah yang disampaikan sebelumnya masih kurang menuntun siswa

dalam memahami konsep materi yang disampaikan. Dengan kata lain hanya

dapat digunakan sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran yang sudah

dilakukan sebelumnya. Untuk itu langkah yang disampaikan Huda, dapat

melengkapi kekurangan tersebut. Secara garis besar peneliti merangkum

kombinasi langkah-langkah model pembelajaran Make a Match menurut

(48)

28

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep yang

dipelajari. Kartu yang dibuat terdiri dari dua bagian, yakni kartu soal dan

kartu jawaban. Jumlah masing-masing kartu dan soal harus sama.

2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, ada yang memperoleh

kartu berupa gambar maupun konsep dan ada yang memperoleh kartu

uraian pernyataan dari gambar maupun pengertian-pengertian.

3. Peserta didik yang memperoleh kartu soal memikirkan pasangan dari

kartu yang di pegang, sedangkan yang memperoleh kartu pernyataan

memikirkan pasangan yang relevan.

4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya.

5. Siswa dapat bergabung bersama dengan 2 maupun 3 siswa atau lebih

dimana pasangan siswa tersebut memiliki satu kesatuan konsep yang

sama. Kemudian siswa mempresentasikan kartu yang dimiliki dan

pasangan kartunya.

6. Guru memberikan nilai (poin) untuk setiap pasangan peserta didik yang

dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang ditentukan.

7. Apabila memungkinkan, kartu dapat dikocok lagi agar tiap peserta didik

mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kegiatan dapat

dilanjutkan beberapa putaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini

memiliki beberapa keunggulan (Huda, 2012:135), yaitu:

(49)

29

2. Kegiatan dengan menggunakan model Make a Match dapat

menimbulkan suasana yang menyenangkan karena memiliki unsur

permainan.

3. Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat-tingkatan

kelas

4. Melatih kerja sama dan meningkatkan aktivitas siswa.

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar.

Di samping keunggulan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:

1. Jika strategi pembelajaran tidak dipersiapkan dengan baik, akan

membuang banyak waktu

2. Akan ada siswa yang malu ketika mendapat pasangan yang berlawanan

jenis

3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa

yang kurang memperhatikan saat teman yang lain presentasi

4. Guru harus bijak apabila terdapat siswa yang tidak mendapat pasangan

G. Materi Protista

Penelitian ini menggunakan materi Protista yang terdapat pada

Standar kompetensi 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk

hidup dan Kompetensi Dasar 2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam

kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

Secara garis besar, materi yang akan diajarkan adalah sebagai

(50)

30

1. Pengertian Protista

2. Protista Mirip Hewan

3. Protista Mirip Tumbuhan

4. Protista Mirip Jamur

5. Peranan Prostista dalam Kehidupan

H. Penelitian yang Relevan

Dalam melaksanakan penelitian ini agar penelitian dapat berhasil,

peneliti menggunakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai acuan pada

penelitian ini. Dengan demikian diharapkan dapat menyelesaikan beberapa

masalah-masalah yang akan menjadi objek yang akan diteliti. Dibawah ini

akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Darmawati, Arnetis, dan Iryani (2013), dengan judul penelitian

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match untuk

meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X.2

SMA Negeri 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini

menggunakan parameter aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar.

Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan

hasil ulangan siswa pada siklus I dan siklus II. Dibuktikan dengan hasil

siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa adalah 75,4 dan mengalami

peningkatan pada siklus II dengan rata-rata nilai 85,6. Penelitian

(51)

31

100%. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa terdapat

peningkatan aktivitas siswa. Penerapan model pemblajaran kooperatif

tipe Make a Match ternyata dapat juga menambah motivasi siswa

dibuktikan dengan aktivitas siswa di kelas yang sangat antusias dalam

mengikuti pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

2. Anggrahini (2013), dengan judul penelilian “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mencari Pasangan (Make A Match) Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 1 Ranau Tengah” dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 Materi pelajaran yang digunakan penelitian tersebut adalah materi

Biologi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai

rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen adalah 43,96, dan 87,08

sedangkan kelas kontrol 42,10, dan 75,08. Peningkatan rata-rata hasil

belajar kelas eksperimen adalah 43,12 dan kelas kontrol adalah 32,98.

Pada penelitian tersebut peneliti memilih aspek aktifitas siswa di kelas,

sedangkan peneliti menggunakan aspek minat belajar siswa. Hasil

aktivitas siswa dikategorikan sangat aktif dengan nilai rata-rata hasil

observasi 86,90%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran

(52)

32

3. Manik (2012), menerapkan Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match dengan menggunakan media Handout. Penelitian tersebut berjudul “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match menggunakan Media Handout Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA”. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Swasta Methodist 8 Medan kelas

X IPA tahun ajaran 2011/2012. Hampir sama dengan penelitian

sebelumnya penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen.

Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan, eksperimen ini

menggunakan media handout sedangkan penelitian yang akan dilakukan

menggunakan media kartu konsep. Dari hasil uji statistik terhadap hasil

belajar siswa diperoleh hasil signifikan. Persen hasil belajar di kelas

eksperimen naik menjadi 70,84% dengan kategori tinggi. Berdasarkan

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make a

Match menggunakan handout berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di SMA Swasta Methodist 8 Medan kelas X IPA tahun ajaran 2011/2012

pada pokok bahasan hidrokarbon.

I. Kerangka Berfikir

Pendidikan selalu menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena

pendidikan akan terus berkembang dan mengalami perubahan, terutama

yang berhubungan dengan sekolah. Masing-masing generasi akan

memberikan warna yang berbeda dalam dunia pendidikan. Hal tersebut juga

(53)

33

wawancara di kelas X3 diperoleh bahwa minat siswa dalam belajar rendah.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi bahwa siswa kelas X3 sering

malas-malasan ketika mengikuti pelajaran. Sikap malas-malasan ketika

kegiatan belajar berlangsung ditunjukkan siswa dengan kurang

memperhatikan guru ketika mengajar. Selain itu siswa lebih tertarik untuk

mengobrol dengan temannya. Siswa juga nampak malas-malasan ketika

diberikan tugas oleh guru Biologi. Masalah tersebut dilatar belakangi oleh

kebiasaan guru dalam mengajar yang lebih sering menggunakan metode

diskusi dan ceramah sehingga membuat siswa bosan dan terkesan

malas-malasan. Selain dari permasalah metode mengajar guru masalah lain juga

berasal dari siswa dimana siswa juga kurang menyukai belajar Biologi

karena menurut siswa, belajar Biologi sulit dengan banyak hafalan dan

banyak istilah-istilah asing. Rendahnya minat siswa dalam belajar Biologi

mempengaruhi hasil belajar siswa. KKM SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

untuk mata pelajaran Biologi adalah 80 sedangkan siswa yang mencapai

KKM hanya 25,64 % dari 39 siswa.

Pembelajaran kooperatif yang memberikan manfaat untuk lebih

mengakifkan siswa, sehingga siswa dapat saling berinteraksi di kelas.

Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan aktif dalam

pembelajaran. Guru juga dapat mengkoordinir siswa sedemikian rupa

sehingga siswa dapat saling belajar dengan siswa yang lain dan

bersosialisasi. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model

(54)

34

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, Arnetis,

dan Iryani (2013), membuktikan adanya peningkatan hasil ulangan harian

siswa setelah penerapan model pembelajaran tipe Make a Match. Bahkan

diperoleh ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan hingga 100%

pada siklus II. Begitu juga dengan hasil eksperimen yang dilakukan

Anggrahini (2013) dan Manik (2012) mengenai penerapan model

pembelajaran Make a Match menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa SMA. Oleh karena itu peneliti akan

mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

pada siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk materi

Protista. Sehingga kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan pada

(55)

35

2.1 Skema kerangka Berfikir

TINDAKAN OBSERVASI AWAL

 Hasil belajar siswa rendah pada materi Protista, hanya 25,64 % siswa tuntas KKM

 Minat siswa dalam belajar masih kurang.

(56)

36

J. Hipotesis

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur

(57)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Menurut Hopkins dalam Arifin (2011:97), Penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di

ruang kelas. Sedangkan Arifin (2011:98) mengartikan Penelitian Tindakan

Kelas sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri

yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan

memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik

pendidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan dan situasi-situasi

dimana praktik itu dilaksanakan.

B. Setting Penelitian

1. Obyek penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif tingkat C1, C2, C3

dan C4 (hasil belajar) dan minat masing-masing siswa kelas X3 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun 20115/2016.

2. Subyek penelitian difokuskan pada kelas X3 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta. Siswa kelas X3 berjumalah 39 siswa dimana jumlah siswa

27 dan siswi adalah 12.

3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

(58)

38

4. Waktu penelitian ini adalah bulan Oktober-November 2015. Kegiatan

tersebut mulai dari persiapan sampai refleksi penelitian.

C. Variabel Penelitian

Pada penelitin ini variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Make A Match.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar (aspek kognitif

C1, C2, C3 dan C4) dan minat siswa

3. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah materi Protista

D. Rancangan Penelitian

Rancangan tindakan ini mengacu pada model spiral dari Kemmis

dan Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan

(59)

39

3.1 Spiral penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Model Kemmis dan Taggart

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus

I dan siklus II dengan 3 kali pertemuan untuk masing-masing siklus.

Rincian kegiatan untuk masing-masing siklus antara lain:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu:

1) Permohonan ijin penelitian kepada kepala SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta

2) Observasi dan wawancara kepada guru Biologi yang mengampu

kelas X, untuk mengetahui permasalahan yang ada di SMA

(60)

40

3) Indentifikasi masalah yang diperoleh dari hasil wawancara dan

observasi terkait permasalahan yang dihadapi dalam proses

pembelajaran di kelas.

4) Menentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan

pembelajaran Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

5) Menyusun proposal dan instrumen pembelajaran yang digunakan

dalam penelitian seperti; Silabus, Rancangan Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk siklus I dan Lembar Kerja Siswa

(LKS)

6) Menyusun instrumen penetilian, seperti; Lembar Kuesioner, Soal

Pretest dan postest 1 dan 2 dan Lembar Wawancara Siswa

b. Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tindakakan

sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus I.

Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif dimana peneliti bertindak

langsung dalam kegiatan penelitian. Pelaksanaan siklus I dilakukan

dalam 3 kali pertemuan.

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus 1 ini antara lain:

1. Pemberian Pretest

2. Pembagian Kuesioner

3. Pembelajaran dengan menggunakam model pemebelajaran

kooperatif tipe Make a Match

4. Penutup

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Pretest siswa kelas X3
Table 4.2 Hasil Kuesoner Minat Awal Siswa Kelas X3
Tabel 4.4 Hasil observasi minat siswa siklus 1
Tabel 4.5  Hasil Postest II siswa kelas X 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dibuktikan dan

[r]

Penelitian mengenai “Peran Adult Attachment dan Trait Kepribadian Terhadap Kualitas Pernikahan Pada Pasangan Suami-Istri di Kota Bandung” bertujuan untuk meningkatkan

Produk, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus pada Bakso Lapangan Tembak Payakumbuh).”. 1.2

The concrete must be poured in the slabs formworks in vertical and not in horizontal layers since, in case concreting has to be stopped for a long period of time, when it is

harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai alat untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester-semester sebelumnya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan agar

Bagi Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara, sebagai bahan masukan dan informasi berkaitan dengan faktor risiko yang mempengaruhi kasus

Berdasarkan pembahasan pada bab I sampai bab II maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari