• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Beban Kerja Mental Operator Parkir Dalam Upaya Menyusun Jadwal Jaga Yang Seimbang Dengan Menggunakan Metode SWAT (Studi Kasus Di Universitas Kristen Maranatha).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Beban Kerja Mental Operator Parkir Dalam Upaya Menyusun Jadwal Jaga Yang Seimbang Dengan Menggunakan Metode SWAT (Studi Kasus Di Universitas Kristen Maranatha)."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Dalam upaya meningkatkan keamanan parkir di Universitas Kristen Maranatha (UKM), maka setiap kendaraan yang akan masuk dan keluar dari kampus harus melewati pos jaga parkir. Pada pos masuk para pengendara, seperti karyawan harus menunjukkan kartu identitasnya, sedangkan untuk tamu akan diberikan kartu parkir. Operator yang melayani di pos tersebut bertugas menginput plat nomer kendaraan, kartu identitas atau kartu parkir dan menanyakan tujuan kunjungan tamu. Dalam melaksanakan pekerjaannya operator, dituntut untuk bersikap ramah dan sopan.

Hasil wawancara yang telah dilakukan penulis, diketahui keluhan-keluhan yang dirasakan operator, yaitu: mereka seringkali merasa terburu-buru menginput data jika kendaraan melaju dengan cepat ke pos parkir, program software pada komputer yang digunakan untuk penginput plat nomer kendaraan masih belum bekerja dengan efektif, dimana operator harus sering relogin agar data kendaraan muncul, terdapatnya tamu yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti memaksakan untuk dapat parkir, kondisi didalam pos parkir yang kurang nyaman, dan lain sebagainya.

Masalah-masalah di atas menimbulkan beban kerja bagi operator yang akan berakibat pada performansi operator sendiri. Dampak kesalahan penginputan data akan mengganggu kenyamanan pengendara yang akan keluar dari pos pintu keluar, dimana pengendara harus menunjukkan bukti kepemilikan kendaraan, dan waktu pelayanan yang diberikan menjadi lama. Pengendara yang tidak puas atas pelayanan operator akan mengadukan operator tersebut ke PPSI (Pusat Pelayanan Sistem Informasi) UKM. Hal ini dapat berakibat ditegurnya operator tersebut atau bahkan bisa dipecat. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis melakukan pengukuran beban kerja mental operator menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT).

Hasil pengukuran SWAT berdasarkan koefisien Kendall dan prototyping maka hasil kesepakatan dalam penyusunan kartu diantara operator parkir GAP UKM relatif sama dan homogen sehingga menghasilkan skala kelompok. Nilai kepentingan untuk setiap faktor menunjukan bahwa operator lebih mengutamakan faktor waktu sebesar 45.08 %, faktor usaha mental 26.73 %, dan faktor psikologis/stress 28.18 %. Dengan demikian operator parkir GAP lebih mementingkan faktor waktu dalam pekerjaannya. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa beban kerja tertinggi pada operator pintu masuk dengan kategori beban kerja tinggi (82.125) dialami pada hari senin shift pagi antara pukul 06.00 sampai 10.00. Sedangkan untuk operator pintu keluar beban kerja tertinggi dialami pada hari rabu shift sore dengan kategori tinggi (66.075) pada pukul 14.00 sampai dengan pukul 17.00.

(2)
(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ... iii

ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1-1

1.2Identifikasi Masalah ... 1-2

1.3Pembatasan dan Asumsi... 1-3

1.4Perumusan Masalah ... 1-3

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1-4

1.6Sistematika Penulisan ... 1-4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi ... 2-1

2.1.1 Definisi Ergonomi ... 2-1

2.1.2 Bidang Kajian Ergonomi ... 2-2

2.2 Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya ... 2-4

2.3 Beban Kerja Mental (Mental Workload) ... 2-5

2.4 SWAT ... 2-7

2.4.1 Pembuatan Skala ... 2-8

2.4.2 Pemberian Nilai ... 2-11

2.4.3 Model Pengukuran Konjoin ... 2-12

2.4.4 Tes Aksioma ... 2-13

(4)

3.1 Penelitian Pendahuluan ... 3-1

3.2 Penetapan Batasan dan Asumsi ... 3-1

3.3 Perumusan Masalah ... 3-1

3.4 Pemilihan Metode Pemecahan Masalah... 3-1

3.5 Penentuan Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 3-2

3.5.1 Penentuan Form-Form Penelitian ... 3-2

3.5.2 Perekrutan Operator Parkir ... 3-5

3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 3-6

3.7 Pengolahan Data... . 3-7

3.8 Analisis dan Usulan ... 3-7

3.9 Kesimpulan dan Saran... 3-7

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1 Obyek Penelitian ... 4-1

4.2 Hasil Penyusunan Kartu SWAT (Scale Development) ... 4-2

4.3 Hasil Beban Kerja (Event Scoring) ... 4-2

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

5.1 Pengolahan Data ... 5-1

5.1.1 Prototyping dan Penggunaan Jenis Skala ... 5-1

5.1.2 Tes Axioma ... 5-3

5.1.3 Solusi Penskalaan dan Perhitungan Nilai SWAT ... 5-4

5.1.3.1 Solusi Penskalaan... 5-4

(5)

5.2.1 Analisis Scale Development dan Event Scoring... 5-9

5.2.2 Analisis Prototipe ... 5-9

5.2.2.1 Analisis Prototipe Time ... 5-9

5.2.2.2 Analisis Prototipe Stress ... 5-10

5.2.2.3 Analisis Prototipe Effort ... 5-11

5.2.3 Analisis Penskalaan Data Kelompok ... 5-11

5.2.4 Analisis Beban Kerja Operator ... 5-14

5.2.5 Analisis Beban Kerja Per Hari ... 5-29

5.2.5.1 Analisis Beban Kerja Per Hari Operator Pintu Masuk .. 5-30

5.2.5.2 Analisis Beban Kerja Per Hari Operator Pintu Keluar .. 5-33

5.2.6 Analisis Beban Kerja Mental Tiap Shift dan Tiap Hari... 5-37

5.2.7 Analisis Beban Kerja Mental Tiap Jam ... 5-37

5.3 Usulan ... 5-41

5.3.1 Usulan Jadwal Jaga ... 5-41

5.3.2 Usulan Berdasarkan Analisis Prototipe... 5-48

5.3.3 Usulan Penambahan Alat Bantu ... 5-49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 6-1

6.2 Saran ... 6-2

DAFTAR PUSTAKA ... xv

LAMPIRAN... xvi

KOMENTAR DOSEN PENGUJI ... xvii

(6)

4.2 Hasil Penyusunan Kartu SWAT 4 - 3

4.3 Hasil Event Scoring Operator Parkir Pintu Masuk 4 - 4

4.4 Hasil Event Scoring Operator Parkir Pintu Keluar 4 - 5

5.1 Prototype Tiap Individu Operator Parkir 5 - 2

5.2 Skala Akhir SWAT Berdasarkan Kelompok (Group Scalling

Solution) 5 - 4

5.3 Perhitungan Nilai SWAT Per Hari Untuk Operator Parkir Pintu

Masuk 5 - 5

5.4 Perhitungan Nilai SWAT Per Hari Untuk Operator Parkir Pintu

Keluar 5 - 6

5.5 Perhitungan Nilai SWAT Setiap Shift Untuk Operator Pintu

Masuk 5 - 7

5.6 Perhitungan Nilai SWAT Setiap Shift Untuk Operator Pintu

Keluar 5 - 8

5.7 Kategori Beban Kerja Mental Tiap Hari dan Tiap Shift Pintu

Masuk 5 - 38

5.8 Kategori Beban Kerja Mental Tiap Hari dan Tiap Shift Pintu

Keluar 5 - 39

5.9 Kategori Beban Kerja Mental Operator Pintu Masuk 5 - 39

5.10 Kategori Beban Kerja Mental Operator Pintu Keluar 5 - 40

5.11 Usulan Pertukaran Jaga Pintu Pos Untuk Setiap Shift 5 - 43

5.12 Usulan Jadwal Jaga Pos Baru 1 5 - 44

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Judul

Halaman

2.1 Kurva U Terbalik 2 – 6

3.1 Metodologi Penelitian 3 – 3

5.1 Nilai Utilitas Untuk Setiap Dimensi Skala Kelompok 5 – 13

(8)

5.32 Beban Kerja Hari Senin Pintu Keluar 5 – 33

5.33 Beban Kerja Hari Selasa Pintu Keluar 5 – 34

5.34 Beban Kerja Hari Rabu Pintu Keluar 5 – 34

5.35 Beban Kerja Hari Kamis Pintu Keluar 5 – 35

5.36 Beban Kerja Hari Jumat Pintu Keluar 5 – 35

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Judul

Halaman

1 Kuesioner L1 – 1

2 Prosedur Penyusunan Kartu SWAT L2 – 1

3 Program SWAT L3 – 1

4 Kartu SWAT L4 – 1

(10)

Nama :

NRP :

• Kuesioner ini diisi saat sedang bekerja

• Untuk setiap nomor diisi 1 jam sekali

Pembobotan beban kerja yang diberikan tiap nomor adalah:

Angka 1 untuk beban kerja rendah

Angka 2 untuk beban kerja sedang

Angka 3 untuk beban kerja tinggi

Penjelasan beban kerja:

Beban waktu: apakah waktu yang disediakan cukup untuk menyelesaikan

pekerjaan?

Beban usaha mental: apakah dibutuhkan konsentrasi, perhitungan, mengingat

informasi dan mengambil keputusan dalam melakukan pekerjaan?

Beban tekanan psikologis: apakah anda merasa bingung, lelah, tertekan selama

(11)

Lampiran

Keterangan pengisian:

Lingkarilah salah satu skala 1, 2 atau 3 sesuai dengan persepsi anda untuk setiap

jam pada tabel dibawah ini!

Jam ke- 1 2 3 4

Permasalahan/kritik/saran Perparkiran GAP UKM menurut anda :

1.

7...dst.(boleh dilanjutkan dilembar belakang halaman ini)

(12)

1. Kartu SWAT ini terdiri atas 27 kartu yang merupakan kombinasi dari tiga

deskriptor yaitu Beban Waktu (Time Load), Beban Usaha Mental (Mental

Effort Load), dan Beban Tekanan Psikologis (Psychological Stress Load)

dengan tingkatan Tinggi, Sedang dan Rendah.

2. Anda diminta untuk menyusun dan mengurutkan kartu dari beban terendah

sampai beban tertinggi menurut persepsi anda.

3. Contoh kartu :

A

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah. Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

Penjelasan kartu:

1. Beban waktu: apakah waktu yang disediakan cukup untuk menyelesaikan

pekerjaan?

Contoh diatas 3 beban waktu tinggi, sangat sibuk dalam melakukan

pekerjaan.

2. Beban usaha mental: apakah dibutuhkan konsentrasi, perhitungan,

(13)

Lampiran

Contoh diatas 2 konsentrasi, perhitungan, mengingat informasi dan

mengambil keputusan sedang, sehingga merasa enak bekerjanya.

3. Beban Psikologis: apakah anda merasa bingung, lelah, tertekan selama

bekerja?

Contoh diatas 2 kebingungan, kelelahan, tekanan dalam taraf sedang,

sehingga anda dapat mengatasinya dengan baik.

• Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kartu, lihat dulu angka yang tertera dikartu, misalnya kartu A angkanya 322 artinya beban

waktu tinggi, beban mental sedang, beban psikologis sedang. Kartu G

angkanya 212 artinya beban waktu sedang, beban mental rendah,

beban psikologis sedang. Bila A dibandingkan dengan G maka A

bebannya lebih besar dari G, untuk itu kartu G diletakkan diatas kartu

A, dan seterusnya.

• Dalam menyusun kartu diharapkan tidak ada pengaruh dari orang lain.

• Dalam menyusun kartu ini dibutuhkan pengertian dan pemahaman.

Atas ketersediaan waktu anda dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Lampiran

A

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

B

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

C

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

(44)

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak

3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.

E

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

F

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

(45)

Lampiran

G

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

H

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.

I

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

(46)

atau tidak pernah terjadi.

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

K

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.

L

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

(47)

Lampiran

M

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.

N

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.

O

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

(48)

seringkali terjadi atau selalu terjadi

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

Q

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

R

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

(49)

Lampiran

S

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

T

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

2. Stress berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat menengah. Dibutuhkan kompensasi yang signifikan untuk mempertahankan performansi yang dibutuhkan.

U

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

(50)

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.

W

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.

X

1. Seringkali mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas jarang terjadi atau tidak pernah terjadi.

3. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas yang sangat kompleks membutuhkan perhatian total

(51)

Lampiran

Y

3. Hampir tidak pernah mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas seringkali terjadi atau selalu terjadi

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

1. Terdapat sedikit kebingungan, resiko, frustasi atau kegelisahan dan dapat dengan mudah diatasi.

Z

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

1. Usaha mental atau konsentrasi yang dibutuhkan kecil. Hampir keseluruhan aktivitas otomatis, dimana dibutuhkan sedikit perhatian atau tidak.

3. Stress yang berkenaan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan bersifat sangat tinggi. Dibutuhkan pengendalian diri yang tinggi.

ZZ

2. Kadang-kadang mempunyai waktu lebih. Interupsi atau overlap antar aktivitas sering terjadi.

2. Usaha kesadaran mental atau konsentrasi yang dibutuhkan sedang/menengah.

Kompleksitas dari aktivitas berkaitan dengan ketidakpastian, ketidakmampuprediksian dan ketidakpahaman bersifat sedang. Dibutuhkan perhatian.

(52)

kampus harus melewati pos jaga parkir. Pada pos masuk para pengendara, seperti

karyawan harus menunjukkan kartu identitasnya, sedangkan untuk tamu akan

diberikan kartu parkir. Operator yang melayani di pos tersebut bertugas

menginput plat nomer kendaraan, kartu identitas atau kartu parkir dan

menanyakan tujuan kunjungan tamu. Dalam melaksanakan pekerjaannya operator,

dituntut untuk bersikap ramah dan sopan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, diketahui

keluhan-keluhan yang dirasakan operator, yaitu: operator mendapatkan gaji yang sama

tetapi merasakan beban kerja antar operator yang berbeda-beda. Kondisi

dilapangan mereka merasa terburu-buru dalam menginput data jika kendaraan

melaju dengan cepat ke pos parkir, program software pada komputer yang

digunakan untuk penginput plat nomer kendaraan masih belum bekerja dengan

efektif, dimana operator harus sering relogin agar data kendaraan muncul,

terdapatnya tamu yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti memaksakan untuk

dapat parkir, masih adanya satpam UKM yang belum dapat bekerjasama dengan

baik, seperti satpam tidak tahu keadaan lahan parkir yang kosong untuk

kendaraan, kondisi didalam pos parkir yang kurang nyaman, dan lain sebagainya.

Masalah-masalah di atas menimbulkan beban kerja bagi operator yang

akan berakibat pada performansi operator sendiri. Dampak kesalahan penginputan

data akan menggangu kenyamanan pengendara yang akan keluar dari pos pintu

keluar, dimana pengendara harus menunjukkan bukti kepemilikan kendaraan

(STNK), dan waktu pelayanan yang diberikan menjadi lama. Pengendara yang

(53)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 2

(Pusat Pelayanan Sistem Informasi) UKM. Hal ini dapat berakibat ditegurnya

operator tersebut atau bahkan bisa dipecat. Oleh karena itu dalam penelitian ini,

penulis akan melakukan pengukuran beban kerja operator, baik pada pos pintu

masuk dan pos pintu keluar keluar.

1.2Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi adalah bahwa operator parkir

merupakan bagian yang penting dalam memberikan pelayanan kendaraan yang

akan parkir, dimana mereka yang akan menentukan kondisi perparkiran sehingga

dapat menjadi lebih teratur dan terkendali. Dari pengamatan awal peneliti,

biasanya operator pintu masuk saat pagi hari relatif lebih sibuk, dimana pada

waktu tersebut dimulainya perkuliahan dan jam kerja kantor staff GAP.

Sedangkan pada operator pintu keluar masih santai, karena kendaraan belum

banyak yang keluar. Sebaliknya pada waktu sore, operator pintu keluar menjadi

sibuk karena melayani banyak kendaraan yang akan keluar dibandingkan dengan

operator pintu masuk yang keadaannya mulai sepi. Hal inilah yang menimbulkan

beban kerja operator parkir GAP UKM tidak merata untuk setiap individunya.

Mahasiswa yang diterima sebagai operator parkir sebelum mulai bekerja

harus menyerahkan jadwal kosong diluar kegiatan perkuliahan dan kegiatan

lainnya. Oleh karena itu, setiap pergantian semester jadwal kerja operator akan

berubah mengikuti jadwal kuliah yang ada. Sementara itu pihak PPSI dalam

menyusun jadwal operator tidak begitu memperhatikan akan kondisi kesibukan

pos parkir untuk setiap shift dan setiap harinya. Operator yang ditugasi untuk jaga

di pintu masuk atau pintu keluar setiap harinya selama periode bekerja ( satu

semester perkuliahan) akan selalu sama, dan hal ini tentunya menimbulkan

kejenuhan. Dengan demikian, penyusunan jadwal yang baik akan dapat

membantu untuk meratakan beban kerja mental setiap operator.

Selain itu, operator parkir dituntut dalam bekerja harus memperhatikan

(54)

merasakan beban kerja mentalnya optimal adalah operator yang hasil kerjanya

maksimal (Kurva U terbalik). Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan

pengukuran beban kerja mental operator parkir di UKM.

1.3Pembatasan dan Asumsi

Pembatasan diberikan agar penelitian tidak menyimpang dari ruang

lingkup penelitian yang akan dilakukan. Batasannya yaitu sebagai berikut :

¾ Pengukuran beban kerja mental dilakukan pada operator pintu masuk dan keluar Universitas Kristen Maranatha untuk parkir mobil dan motor GAP

(Gedung Administrasi Pusat).

¾ Periode pengukuran dilakukan pada 28 Maret 2006 sampai dengan 4 April 2006.

¾ Analisis beban kerja yang dilakukan penulis berdasarkan teori, berhubung secara tertulis tidak dapat dilakukan pembuktian.

¾ Penelitian ini sampai pada tahap usulan, pembuktian keefektifan usulan-usulan yang dikemukakan tidak dilakukan.

Asumsi adalah sebagai berikut :

¾ Pada saat pengukuran dilakukan, kondisi operator parkir dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

¾ Keterampilan operator parkir sudah baik.

1.4Perumusan Masalah

Masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : ¾ Berapa besar tingkat beban kerja mental yang dirasakan oleh operator parkir

(55)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 4

¾ Kapan terjadinya beban kerja mental tertinggi yang dirasakan operator parkir UKM?

¾ Apa kelemahan jadwal jaga operator parkir yang sekarang?

¾ Upaya apa yang dilakukan untuk mengurangi beban kerja mental operator parkir UKM?

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

¾ Mengukur besar tingkat beban kerja mental yang dirasakan operator parkir UKM.

¾ Mengetahui kapan terjadinya beban mental tertinggi pada operator parkir UKM.

¾ Dapat mengetahui kelemahan jadwal jaga operator parkir yang sekarang. ¾ Membuat usulan untuk mengurangi beban kerja mental operator parkir UKM.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : ¾ Langkah untuk melakukan perbaikan yang lebih baik lagi terhadap beban

kerja operator parkir yang ada.

¾ Pengelola parkir UKM dapat memanfaatkan informasi yang ada dan berguna untuk kepentingannya melalui pengukuran beban kerja metal operator

parkirnya.

¾ Meningkatkan kepuasan pengendara yang parkir di GAP atas pelayanan yang diberikan operator parkir.

¾ Dapat menjadi suatu langkah awal memperbaiki kekurangan-kekurangan kinerja operator parkir yang ada.

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu

sebagai berikut :

(56)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori mengenai Ergonomi, hasil kerja manusia, beban kerja

mental, SWAT, Nasa-TLX, dan kerja shift yang mendukung dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi sistematika penelitian yang dilakukan penulis dalam melalukan

penelitian ini, mulai dari identifikasi masalah, hingga kesimpulan dan saran.

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

Berisi data-data hasil penelitian, baik berupa data primer (melalui penelitian dan

pengukuran secara langasung) maupun data sekunder (data yang diperoleh dari

dokumentasi manajemen parkir UKM yang telah ada). Data-data ini digunakan

untuk bab selanjutnya, dimana akan diolah sesuai tujuan penelitian.

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Pada bab ini berisi pengolahan data untuk mendapatkan penyelesaian masalah

serta pembahasan masalah berdasarkan dari hasil pengolahan data yang diperoleh.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, beserta saran-saran yang dapat diberikan kepada pengelola parkir

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

• Hasil beban kerja mental operator pintu masuk dan pintu keluar ternyata setiap harinya tidak merata untuk semua shiftnya (pagi, siang, sore, dan

malam). Beban mental yang dirasakan mencakup keseluruhan dari

tingkatan ukuran beban kerja mental yaitu beban mental yang rendah

(0-40), beban mental yang sedang (40-60), dan beban mental yang tinggi

(60-100).

• Beban kerja tertinggi pada operator pintu masuk dengan kategori beban kerja tinggi (82.125) dialami pada hari senin shift pagi antara pukul 06.00

sampai 10.00. Sedangkan untuk operator pintu keluar beban kerja tertinggi

dialami pada hari rabu shift sore dengan kategori tinggi (66.075) pada

pukul 14.00 sampai dengan pukul 17.00.

• Kelemahan jadwal jaga operator yang ada adalah penjadwalan operator belum memperhatikan tingkat kesibukan keluar masuknya kendaraan atau

perbedaan tingkat beban kerja antara pos pintu masuk dan keluar.

• Upaya yang dilakukan untuk mengurangi beban kerja mental operator parkir adalah dengan cara penjadwalan pertukaran pos jaga antara pintu

masuk dan pintu keluar setiap shift untuk setiap hari dan dilakukan untuk

setiap satu minggu sekali (bergantian dengan sesama operator yang waktu

jaga shiftnya sama). . Selain itu usulan diberikan berdasarkan pada analisis

prototipe setiap operator dan penambahan alat bantu. Dengan

dilakukannya penjadwalan rotasi operator untuk setiap pintu, usulan

berdasarkan prototipe operator, dan usulan penambahan alat bantu maka

(58)

yang dibahas oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti memberikan usulan

berdasarkan aspirasi dan pendapat yang disampaikan oleh operator parkir

GAP sendiri. Salah satu Upaya yang dilakukan untuk mengurangi beban kerja

mental operator parkir UKM adalah dengan cara : mengganti software

program komputer yang bekerja lebih efisien agar memudahkan dan

membantu operator parkir menyelesaikan pekerjaannya, mengadakan

pertemuan/rapat secara rutin dengan operator parkir untuk membahas dan

menyelesaikan masalah-masalah parkir, menerapkan usulan penambahan alat

bantu, dan dilakukannya penjadwalan rotasi operator setiap pintu pos. Dengan

menerapkannya, maka hasil kerja operator parkir mudah-mudahan dapat

(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hedarto, Yuli. Pengukuran Beban Kerja Mental Petugas Cenralized Traffic

Control (CTC) DAOP 2 Bandung dengan menggunakan Metode Subjective

Workload Assessment Technique (SWAT). Jurusan Teknik Industri ITB, 2000.

2. Muis, Rudijanto. Analisis Data Statistik. Departement Teknik Industri UKM.

2004.

3. Pribadi, Erwin M. Paper Pengukuran Beban Kerja dengan Metode SWAT.

Salah Satu Aspek Bahasan Ergonomi Kognitif. Seminar dan Pameran

Ergonomi II, 1997. Departement Ergonomi & PVI-FTC, IPTN. 1997.

4. Reid, Gery B., Potter Scott S., & Blesser, Rein R. Subjective Workload

Assesment Technique (SWAT): A user’s Guide. Harry G. Armstrong

Aerospace Medical Research Lab. Wright-Patterson Air Force Base, Ohio.

1989.

5. Sutalaksana, Iftikar Z., Anggawisastra, Ruhana & Tjakraatmadja, Jann H.

Teknik dan Tata Cara Kerja. Departement Teknik Industri ITB.1979.

6. Utari, Yepti Dwi. Studi Beban Kerja Fisik dan Mental Masinis KA Eksekutif

Argo Gede pada Dinasan KA 19 dan KA 20 Melalui Pengukuran Denyut

Gambar

Tabel
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai pemahaman konsep lean constuction dan tools yang sangat mendukung dalam

Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi

Pemilihan Umum merupakan perwujudan dari kedaulatan rakyat yang merupakan kehendak mutlak bangsa Indonesia setelah menetapkan dirinya sebagai negara demokrasi.Nilai

Manfaat –manfaat yang akan didapatkan, antara lain: mempersingkat proses development pada menu report, menggantikan fungsi aplikasi web yang memiliki celah dimana url

pada poin 5 – 8, yakni penafsiran masing-masing lima kitab tafsir terkait makna al-wasi>lah dalam surat Al-Maidah ayat 35 yang dikaitkan dengan studi kasus pada

Jika jawabannya adalah Tidak maka program akan menampilkan hasil diagnosa: Penyakit hepatitis tidak ditemukan dan diagnosa dihentikan.. Namum jika jawabannya adala

Perseroan mencatatkan kinerja ekonomi yang sangat baik pada tahun 2018, transformasi bisnis yang terus dijalankan kini telah memasuki tahap kedua yaitu Penerapan layanan