55 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Produksi, Kurs Dan Harga Internasional Pinang Terhadap Ekspor Pinang Jambi Ke Negara Singapura Dan Pakistan
Bab ini akan menganalisis tentang bagaimana kinerja ekspor pinang Jambi dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pinang dari Jambi ke negara Singapura. Menggunakan alat analisis kuantitatif dan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap terikat yang digunakan dengan alat analisis regresi linear berganda dan uji beda.
5.1.1 Perkembangan Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Singapura Ekspor merupakan kegiatan perdagangan yang terjadi antara dua negara disebut perdagangan luar negeri. Perdagangan luar negeri ekspor dan impor.
Orang yang menjual barang keluar negeri disebut eksportir. Pada umumnya barang-barang yang diekspor harganya lebih murah dari pada barang-barang yang sama diluar negeri. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh pengusaha atau perorangan dapat membawa keuntungan bagi negara, keuntungan itu berupa devisa, semakin banyak ekspor yang dilakukan maka semakin besar devisa yang didapat oleh negara.
Barang-barang yang diekspor indonesia meliputi migas dan non migas.
Barang-barang migas meliputi minyak bumi dan gas alam cair, sedangkan ekspor non migas hasil industri, pertanian, perkebunan dan kehutanan. Perkembangan ekspor di suatu negara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, keadaan pasar diluar negeri apabila permintaan barang atau jasa lebih besar dari penawaran, maka dapat diperkirakan bahwa harganya akan tinggi. Banyaknya permintaan tersebut dapat memudahkan negara penghasil untuk mengembangkan ekspor.
Iklim usaha yang diciptakan oleh pemerintah dapat mempengaruhi kegiatan ekspor dan memberi kemudahan-kemudahan untuk melakukan ekspor. Keahlian eksportir merebut pasar dunia, selain usaha yang dilakukan oleh pengusaha, pemerintah harus berperan dalam membina eksportir agar para eksportir lebih memiliki sikap profesional dalam memasarkan produk ke luar negeri.
56 Tabel 5.1 Perkembangan Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara
Singapura
Tahun Volume Singapura (Kg) Perkembangan (%)
2005 354.954 -
2006 3.564.250 904.14
2007 9.039.549 153.61
2008 17.965.266 98.74
2009 29.611.112 64.82
2010 38.455.224 29.86
2011 30.482.893 -20.73
2012 32.707.080 7.29
2013 20.636.720 -36.90
2014 17.326.830 -16.03
2015 14.935.880 -13.79
2016 8.275.960 -44.59
2017 9.452.060 14.21
2018 7.950.380 -15.88
2019 3.013.900 -62.09
2020 2.993.300 -0.68
Rata-rata 70.79
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
Berdasarkan perkembangan ekspor pinang di Jambi ke negara Singapura pada Tabel 5.1, terlihat bahwa perkembangan ekspor pinang setiap tahunnya berfluktuatif. Pada tahun 2006-2011 perkembangan ekspor pinang mengalami penurunan dengan menyentuh angka -20.75%. Angka ini cukup rendah walaupun pada tahun 2012 perkembangan ekspor pinang kembali meningkat sebesar 7.29%.
Namun pada tahun 2013-2015 meningkat kembali. Dan pada tahun 2017 perkembangan ekspor mencapai 14.21%.
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa presentase perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 904.14% dengan nilai volume terkecil yaitu 354.954 ton. Hal ini terjadi karena ekspor pinang di mulai pada tahun 2005 maka dari itu jumlah ekspor masih kecil dibanding dengan tahun sebelumnya.
Presentase perkembangan ekspor terendah terjadi pada tahun 2019 sebesar - 62.09% dengan jumlah volume ekspor sebesar 3.013.900. Ekonomi Singapura tumbuh hanya 0,7% sepanjang tahun lalu, akibat terdampak perang dagang
57 Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok, yang juga telah menghantam pasar global. Perekonomian negara tersebut dikenal sebagai barometer bagi kinerja ekonomi negara-negara Asia lain yang juga berbasis ekspor.
Negara-negara tersebut secara tradisional menjadi yang pertama di antara ekonomi Asia yang terpengaruh selama penurunan global dan lolos dari resesi.
Maka dari itu jumlah volume ekspor menurun pada tahun 2019 karena pada saat itu terjadi perang dagang sehingga pada jalur selat malaka diberhentikan sejenak.
5.1.2 Perkembangan Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Pakistan Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. Ekspor adalah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara, dimana dapat mengadakan perluasan pasar dalam suatu industri, sehingga mendorong dalam industri lain, selanjutnya mendorong sektor lainnya dari perekonomian.
Pinang merupakan penghasilan jambi yang cukup besar sehingga pinang mampu menjadi ppenghasilan dari Provinsi Jambi dengan banyaknya ekspor pinang ke berbagai Negara. Ekspor pinang ke Pakistan akan dikelola menjadi berbagai produk hasil olahan pinang dan minyak wangi. Hal ini mampu mendongkrak perekonomian Provinsi Jambi, alat yang digunakan dalam pengelolaan pinang masih menggunakan alat tradisional yang sederhana. Ekspor pinang bukan hanya dari Provinsi Jambi, masih ada provinsi lain yang melakukan ekspor pinang ke negara Pakistan.
Pinang pada Provinsi Jambi merupakan komoditi ekspor unggulan pada kelompok komoditi pertanian. Lebih dari ¾ bagian nilai ekspor kelompok ini disumbangkan oleh pinang. Nilai ekspornya mengungguli nilai ekspor komoditi pertanian lainnya seperti kopi, teh, dan rempah-rempah. Perkembangan pada ekspor pinang ke negara Pakistan terus terjadi fluktuasi yang membuat perkembangan pada ekspor pinang sendiri sangat turn-naik nilainya.
58 Tabel 5.2 Perkembangan Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Pakistan
Tahun 2005-2020
Tahun Volume Pakistan (Kg) Perkembangan (%)
2005 175.100 -
2006 414.000 136.43
2007 70.000 -83.09
2008 2.254.600 3120.85
2009 3.969.200 76.04
2010 8.182.198 106.14
2011 6.919.450 -15.43
2012 2.768.900 -59.98
2013 3.680.000 32.90
2014 8.088.770 119.80
2015 14.812.320 83.12
2016 16.525.680 11.56
2017 25.430.806 53.88
2018 349.150 -98.62
2019 52.000 -85.10
2020 100 -99.80
Rata-rata 219.91
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
Berdasarkan perkembangan ekspor pinang di Provinsi Jambi ke negara Pakistan pada Tabel 5.2, terlihat bahwa perkembangan ekspor pinang setiap tahunnya mengalami fluktuatif. Pada tahun 2008 presentase perkembangan mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu 3120.85% dengan nilai volume sebesar 2.254.600 kg. Nilai volume tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 25.430.806 kg dengan nilai presentase perkembangan 53.88% pada tahun 2017 perekonomian Pakistan yang dari negatif menjadi stabil.
Hal ini mengakibatkan perekonomian Pakistan mulai bangkit kembali, membantu mengurangi fragmentasi pasar dan menciptakan alasan yang kuat untuk menarik kemitraan strategis yang diperlukan untuk menyediakan keahlian teknologi. Pada tahun 2020 presentase perkembangan ekspor Pakistan mengalami penurunan yang sangat rendah yaitu -99.80% dengan nilai volume pinang sebesar 100 kg.
59 Pada tahun 2020 Pakistan mengahadapi tantangan ekonomi yang cukup besar selama berbulan-bulan hal ini menyebabkan kenaikan harga makanan, gas dan minyak. Saat itu negara Pakistan melarang impor barang-barang yang tidak penting dan mewah untuk mengendalikan inflasi yang meningkat, menstabilkan cadangan devisa, memperkuat ekonomi, dan mengurangi ketergantungan negara pada impor.
5.1.3 Perkembangan Produksi Pinang Provinsi Jambi
Produksi adalah kegiatan pemanfaatan/pengalokasian faktor produksi dengan tujuan menambah kegunaan atau menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegunaan atau faedah (utility) suatu barang dan atau jasa adalah kemampuan barang dan atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Proses produksi adalah serangkaian kegiatan yang meliputi seluruh tahapan kegiatan produksi barang dan atau jasa dari awal hingga akhir kegiatan yaitu produk dapat dihasilkan. Hasil dari proses produksi yang dilakukan produsen adalah barang dan atau jasa disebut dengan produk (output). Pada bidang pertanian, jumlah produk yang diperoleh tiap satuan luas lahan disebut hasil.
Faktor produksi (input) atau sumber daya merupakan segala sesuatu yang tersedia di alam dan atau dimasyarakat dan dapat digunakan untuk kegiatan produksi. Faktor produksi berupa benda-benda atau alat bantu atau semua sumber daya produktif. Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yag terdapat pada alam semesta dan bahan baku lainnya dapat digunakan dalam proses produksi.
Sumber daya tersebut disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia dan dapat digunakan untuk memproduksi benda atau jasa yang diperlukan oleh manusia. Dengan demikian faktor produksi merupakan semua unsur yang menopang usaha-usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang.
Bentuk konkrit dari faktor produksi dinamakan juga benda-benda produksi.
Perkembangan faktor sumber daya alam memiliki cakupan yang luas bagi seperti produksi pinang memiliki produksi yang sering terjadi naik turun yang cukup drastis.
60 Tabel 5.3 Perkembangan Produksi Pinang Provinsi Jambi Tahun 2005-2020
Tahun Produksi (Ton) Perkembangan (%)
2005 7148 -
2006 7230 1.14
2007 9126 26.22
2008 17887 96
2009 15999 -10.55
2010 16288 1.80
2011 20356 24.97
2012 16185 -20.49
2013 16297 0.69
2014 5447 -66.57
2015 16234 198.03
2016 12594 -22.42
2017 13395 6.36
2018 13447 0.38
2019 13735 2.14
2020 13991 1.86
Rata-rata 15.97
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (data diolah)
Berdasarkan perkembangan produksi pinang di Jambi pada Tabel 5.3, terlihat bahwa perkembangan ekspor pinang setiap tahunnya berfluktuatif. Dapat dilihat dari tahun 2005-2011 bahwa jumlah produksi pada setiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2014 produksi pinang menurun drastis dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5.447 ton dengan presentase perkembangan -66.57%.
5.1.4 Perkembangan Kurs Indonesia
Nilai tukar mata uang yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Jika nilai tukar meningkat maka berarti rupiah mengalami depresiasi, sedangkan apabila nilai tukar menurun maka rupiah mengalami apresiasi. Kebijakan suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing disebut revaluasi. Sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang asing disebut devaluasi.
61 Kurs merupakan merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi. Kurs adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang lainnya, kurs atau nilai tukar biasanya digunakan dalam transaksi yang melibatkan dua negara atau lebih. Transaksi ini menimbulkan permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang tertentu. Harga dalam pertukaran dua macam mata uang yang berbeda akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tertentuyang disebut dengan exchange rate.
Tabel 5. 4 Perkembangan Kurs Indonesia Tahun 2005-2020
Tahun Kurs (Rupiah) Perkembangan %
2005 9.830 -
2006 9.020 -8.24
2007 9.419 4.42
2008 10.950 16.25
2009 9.400 -14.15
2010 8.991 -4.35
2011 9.068 0.85
2012 9.670 6.63
2013 12.189 26.04
2014 12.440 2.05
2015 13.795 10.89
2016 13.436 -2.60
2017 13.548 0.83
2018 14.481 6.88
2019 13.901 -4.00
2020 14.105 1.46
Rata- rata 2.86
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
Berdasarkan perkembangan kurs di Indonesia pada Tabel 5.4, terlihat bahwa perkembangan ekspor pinang setiap tahunnya berfluktuatif. Nilai kurs terkecil terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 9.020 rupiah dengan nilai presentase - 8.24%, hal ini terjadi karena nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. Tercapainya stabilitas rupiah ditopang oleh membaiknya indikator makro ekonomi, terjaganya daya tarik investasi rupiah, serta berkurangnya tekanan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.
62 Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa 2018 mengalami melemahnya nilai mata uang yaitu sebesar 14.481 rupiah perdolarnya, dengan nilai perkembangan 6.88%. hal ini terjadi dikarenakan adanya tekanan terhadap rupiah kembali meningkat seiring kuatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Hal ini memicu penguatan dollar Amerika Serikat secara meluas dan terjadilah depresiasi yaitu penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya.
5.1.5 Perkembangan Harga Internasional
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan jasa atau produk yang konsumen butuhkan. Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas mnfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga internasional ini kemudian akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada volume dan nilai ekspor pinang yang nantinya akan berpengaruh pada daya saing ekspor pinang dipasar internasional.
Harga adalah jumlah uang yang diperlukan guna mendapatkan suatu produk dan pelayanannya.
Harga internasional merupakan harga suatu barang yang berlaku dipasar dunia. Jika harga internasional lebih tinggi dari pada harga domestik, maka ketika perdagangan mulaidilakukan, suatu negara akan cenderung menjadi eksportir.
Para produsen di negara tersebut tertarik untuk memanfaatkan harga yang lebih tinggi dipasar dunia dan mulai menjual produknya pada pembeli di negara lain.
Sebaliknya ketika harga internasional lebih rendah dari pada harga domestik, maka ketika hubungan perdagangan mulai dilakukakan. Negara tersebut akan tertarik untuk memanfaatkan harga yang lebih rendah yang ditawarkan oleh negara lain. Hubungan harga internasional dengan volume ekspor adalah jika harga komoditas di pasar lebih besar daripada dipasar domestik, maka jumlah komoditas yag di ekspor semakin banyak.
63 Tabel 5. 5 Perkembangan Harga Internasional Tahun 2005-2020
Tahun Harga (Us$)/Ton) Perkembangan (%)
2005 212 -
2006 587 176.88
2007 564 -3.91
2008 583 3.36
2009 413 -29.15
2010 570 38.01
2011 1.178 106.66
2012 730 -38.03
2013 736 0.82
2014 1.214 64.94
2015 1.389 14.41
2016 1.588 14.32
2017 1.734 9.19
2018 1.256 -27.56
2019 1.209 -3.74
2020 1.127 -6.78
Rata-rata 21.29
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
Berdasarkan perkembangan kurs di Indonesia pada Tabel 5.5, terlihat bahwa perkembangan ekspor pinang setiap tahunnya berfluktuatif. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 harga internasional pinang memiliki nilai paling rendah yaitu sebesar 212 US$ dikarenakan nilai produksi pinang memiliki kesenjangan terhadap petani pinang. Pada tahun 2017 memiliki harga internasional yang paling tinggi yaitu sebesar 1.734 US$ dengan presentase perkembangan harga internasional pinang 9.19%. Harga yang terjadi itu disebabkan karena mutu pinang yang bagus sehingga membuat harga pinang sendiri menjadi tinggi. Dan ini juga bisa terjadi karena banyaknya penawaran bila tingkat harga naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik.
5.2 Uji T-Test
Uji t beda adalah pengujian yang digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data yang berdistribusi normal. Sampel berpasangan berasal dari subjek yang sama, setiap variabel diambil saat situasi dan keadaan yang berbeda.
64 Hasil dari pengujian ini ditentukan oleh nilai signifikansinya. Nilai ini kemudian menentukan keputusan yang diambil dalam penelitian. jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara variabel awal dengan variabel akhir. Ini menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing- masing variabel. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0.05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap variabel awal dengan variabel akhir. Ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing variabel.
Tabel 5. 6 Hasil Uji T-Test
Tahun
Vol Singapura
(Kg)
Vol Pakistan
(Kg) (X1 - ̅ )2 (X2 - ̅ )2
2005 354.954 175.100 227.041.034.016.584,8 32.269.978.928.249,09 2006 3.564.250 414.000 140.626.035.830.508 29.612.829.388.313,09 2007 9.039.549 70.000 40.746.338.881.138,81 33.475.101.166.873,09 2008 17.965.266 2.254.600 6.463.955.898.247,21 12.968.404.626.169,09 2009 29.611.112 3.969.200 201.307.207.066.384,4 3.559.135.498.265,09 2010 38.455.224 8.182.198 530.490.947.653.798,8 5.412.280.639.417,57 2011 30.482.893 6.919.450 226.805.349.975.375,6 1.131.421.269.205,09 2012 32.707.080 2.768.900 298.745.128.676.874 9.528.748.616.537,09 2013 20.636.720 3.680.000 27.184.597.836.002,01 4.733.962.560.473,09 2014 17.326.830 8.088.770 3.625.197.340.824,01 4.853.221.689.288,29 2015 14.935.880 14.812.320 237.125.074.634,01 80.219.839.492.236,29 2016 8.275.960 16.525.680 51.077.820.836.250,01 113.848.982.799.215,1 2017 9.452.060 25.430.806 35.650.152.906.470,01 383.182.147.153.511,7 2018 7.950.380 349.150 55.837.582.232.534,01 30.322.832.106.277,09 2019 3.013.900 52.000 153.981.665.352.438 33.683.712.783.193,09 2020 2.993.300 100 154.493.337.830.318 34.288.837.420.249,09 Total 246.765.358 93.692.274 2.205.391.248.244.632 813.091.436.137.473 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi (data diolah)
Nilai rata-rata ekspor pinang Provinsi Jambi ke Negara Singapura dan Pakistan.
̅ = =
= 15.422.834,9 ̅ = =
= 5.855.767,12
65 Menghitung nilai varians pada ekspor pinang Provinsi Jambi ke Negara Singapura dan Pakistan
= ̅
=
=15.136.068.934.438,99 = ̅
=
= 2.151.331.928.549,93
Menghitung nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
= ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
√
=
√
=
√
=
√
=
√
√
=
= 310,99
Mencari dengan menggunakan tarafa signifikan (α: 0.05) dengan menggunakan uji 2 pihak (two tails) maka nilai
= 0.025 Dengan nilai db = n – 2 = 32 – 2 = 30
Sehingga = = = 2.042
Berdasarkan pada Tabel 5.20 bahwa hasil mean yang terdapat dari hasil pengujian t beda ini terlihat bahwa nilai mean pada Singapura sebesar 15422834.88 dan nilai mean pada negara Pakistan sebesar 5855767.125 yang berarti bahwa mean negara Singapura lebih besar dibanding dengan mean negara Pakistan (15422834.88 > 5855767.125).
Nilai dari sebesar 310.99 dan sebesar 2.042 maka dari itu menurut hasil dari dan menunjukkan hasil > yaitu 310.99 > 2.042 maka ditolak yang berarti bahwa pada ekspor pinang di Provinsi Jambi ke Negara Singapura dan Pakistan memiliki perbedaan.
66 5.3 Pengaruh Produksi Pinang, Kurs, Dan Harga Internasional Terhadap
Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Singapura Dan Pakistan.
Pada bagian ini akan menganalisis bagaimana pengaruh, produksi pinang, kurs, dan harga internasional terhadap ekspor pinang Provinsi Jambi dan menggunakan regresi linear berganda.
5.4 Analisis Kuantitatif
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk tahunan selama periode 2005-2020, penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda yang dimana produksi, kurs, harga internasional terhadap ekspor pinang di Provinsi Jambi ke negara Singapura dan Pakistan. Data ini diolah dengan eviews 12 dengan data kurun waktu 16 tahun. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh, yang signifikan terhadap kegiatan ekspor pinang Provinsi Jambi ke negara Singapura dan Pakistan maka dilakukan estimasi sebagai berikut :
5.4.1 Pengujian Koefisien Regresi Secara Keseluruhan
Berikut ini adalah hasil dari olah data regresi linear berganda dari kedua negara yaitu negara Singapura dan Pakistan.
Tabel 5. 7 Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Singapura
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
= +
Dependent Variable: EKSPOR Method: Leas t Squares
Date: 10/29/22 Tim e: 12:16 Sam ple: 1 16
Included obs ervations : 16
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
C 31162976 15403331 2.023132 0.0659
X1PRODUKSI 1612.729 507.2768 3.179190 0.0079
X2KURS -3737.671 1520.547 -2.458110 0.0301
X3HARGA 5929.870 7361.162 0.805562 0.4362
R-s quared 0.631613 Mean dependent var 15422835 Adjus ted R-s quared 0.539517 S.D. dependent var 11984194 S.E. of regres s ion 8132345. Akaike info criterion 34.87291 Sum s quared res id 7.94E+14 Schwarz criterion 35.06606 Log likelihood -274.9833 Hannan-Quinn criter. 34.88281 F-s tatis tic 6.858155 Durbin-Wats on s tat 1.462069 Prob(F-s tatis tic) 0.006060
67 Y = 31162976 + 1612.729PRODUKSI - 3737.671KURS + 5929.870HARGA
INTERNATIONAL +
Dari hasil olah data pada regresi linear berganda nilai R-squared yaitu sebesar 0.631613 maka koefisien determinasi pada R-squared adalah sebesar 0.63×0.63 = 0.39. berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varian dari variabel terikatnya adalah sebesar 61% (100%-39%) varian pada variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor yang lainnya.
5.4.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Individual Singapura 5.4.2.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah metode statistik pada analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menilai apakah terdapat masalah asumsi klasik atau tidak pada model regresi linear Ordinary Least Square (OLS). Uji asumsi klasik juga memiliki fungsi untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif ataukah tidak.
Uji asumsi klasik mendeteksi ada atau tidaknya indikasi gejala multikolinearitas, heteroskedatisitas, autokorelasi, dan normalitas. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik, maka model dalam penelitian tidak valid.
Hasil estimasi yang demikian hanya akan diperoleh apabila asumsi-asumsi klasik terpenuhi.
Asumsi-asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut:
5.4.2.1.1 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel independen. Jika terjadi hubungan antar variabel independen, artinya terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik, tidak terdapat masalah multikolinieritas.
Uji multikolinieritas yaitu adanya hubungan antara variabel independen dalam satu regresi. Dalam uji ini membahas apakah suatu model regresi memenuhi asumsi tidak adanya multikolineritas. Untuk melihat gejala multikolinieritas dapat dilihat pada nilai Variance Influence Factor (VIF), apabila nilai Centered VIF dibawah 10 maka model dikatakan aman atau signifikan. Jika
68 salah satu diantara variabel bebas memiliki permasalahan multikolinieritas, tidak serta merta menunjukkan bahwa model regresi secara umum memiliki permasalahan multikolinieritas.
Tabel 5. 8 Hasil Uji Multikolinieritas Singapura
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Hasil uji multikolinieritas pada negara Singapura dapat diketahui model tersebut lolos dari masalah multikolineritas, dapat dilihat dari produksi pinang sebesar 1.040931, kurs sebesar 2.431176, dan harga sebesar 2.469845 artinya semua variabel memiliki nilai yang lebih kecil dari 10 dengan kemudian dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah multikolinieritas menurut penelitian.
5.4.2.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan suatu uji asumsi klasik yang harus dipenuuhi dalam analasis regresi. Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi bias atau tidak dalam suatu analisis model regresi.
Biasanya jika dalam suatu model analisis regresi terdapat bias atau penyimpangan, estimasi model yang akan dilakukan menjadi sulit dikarenakan varian data yang tidak konsisten.
Uji heterokedastisitas yang ada dalam penelitian ini menggunakan uji white dengan nilai probability F hitung > α = 5% maka tidak terindikasi adanya gejala heterokedastisitas sebagai berikut :
Variance Inflation Factors Date: 10/31/22 Tim e: 00:26 Sam ple: 1 16
Included obs ervations : 16
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 2.37E+14 57.40077 NA
X1PRODUKSI 257329.8 12.31977 1.040931 X2KURS 2312062. 76.60146 2.431176 X3HARGA 54186703 14.13041 2.469845
69 Tabel 5. 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Singapura
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan dari hasil olahan pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai F hitumg sebesar 0.0967, oleh karena itu p-value 0.0967 > α 5% maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Dapat disimpulkan bahwa = diterima sehingga model regresi tidak terindikasi adanya gejala heterokedastisitas.
5.4.2.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah penelitian terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Pengujian ini menggunakan uji breuch-godfrey serial correlation LM test.
Tabel 5. 10 Uji Autokorelasi Singapura
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa model tersebut lolos masalah autokorelasi, dengan melihat bahwa nilai prob.chi square (2) yang merupakan p-value sebesar 0.4870 > 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut lolos uji autokorelasi.
5.4.2.1.4 Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah distribusi data nornal atau tidak dilakukan pengujian dengan menggunakan Jarque-Berra Teast. Apabila probabilitas JB-hitung < α 5% atau < α 0.05 maka residual berdistribusi normal.
Heteros kedas ticity Tes t: Glejs er Null hypothes is : Hom os kedas ticity
F-s tatis tic 2.617774 Prob. F(3,12) 0.0990
Obs *R-s quared 6.329075 Prob. Chi-Square(3) 0.0967
Scaled explained SS 3.741623 Prob. Chi-Square(3) 0.2907
Breus ch-Godfrey Serial Correlation LM Tes t:
Null hypothes is : No s erial correlation at up to 2 lags
F-s tatis tic 0.494086 Prob. F(2,10) 0.6243
Obs *R-s quared 1.438889 Prob. Chi-Square(2) 0.4870
70 Gambar 5. 1 Uji Normalitas Singapura
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan pada gambar 1 jika nilai probability > 0.05, maka data terdistribusi normal, begitu juga dengan sebaliknyya. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa nilai probability sebesar 0.367827 yang artinya bahwa 0.367827 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut dalam keadaan distribusi normal.
5.4.2.2 Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya.
Dengan demikian maka dilakukan pengujian variabel-variabel secara simultan (Uji F), uji parsial (Uji t), dan koefisien determinasi ( ).
5.4.2.2.1 Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel produksi, kurs, dan harga secara bersama-sama berpengaruh terhadap ekspor.
Tabel 5. 11 Hasil Uji F Singapura
F-Statistic Prob(F-Statistic)
6.858155 0.006060
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Pada tabel 5.14 hasil olahan data diatas dapat dilihat bahwa F hitung sebesar 6.858155 dengan probabilitas sebesar (0.006060) atau lebih kecil dari α = 0.05
0 1 2 3 4 5
-1.0e+07 -5000000 0.25000 5000000 1.0e+07 1.5e+07
Series: Residuals Sample 1 16 Observations 16
Mean 2.44e-09 Median -2676430.
Maximum 16677085 Minimum -9025798.
Std. Dev. 7273791.
Skewness 0.860898 Kurtosis 2.810668
Jarque-Bera 2.000286 Probability 0.367827
71 (0.006060 < 0.05), dengan derajat kebebasan (df=n-k) = 12. Dengan demikian, F hitung > F-tabel yaitu 6.858155 > 1.79588 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak dan diterima artinya secara simultan atau bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan produksi, kurs dan harga internasional terhadap ekspor pinang Jambi ke Singapura.
5.4.2.2.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menganalisis secara parsial (individu) guna mengetahui seberapa besar signifikan atau tidak signifikannya pengaruh masing- masing variabel. Untuk mengetahui apakah variabel bebas (produksi, kurs, dan harga internasional) secara individu berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat (ekspor) dengan menggunakan pengujian secara parsial (t-Statistik) dengan membandingkan nilai probabilitas dan besar signifikan terhadap taraf α = 5%.
Cara agar mengetahui tingkat signifikansi pada taraf pengujian yang dipilih 5% yang dibandingkan dengan nilai t-tabel dimana besarnya t-tabel dengan mempertimbangkan degree of freedom (df=n-k atau 16-4=12) dan signifikansi 5%
yaitu 1.79588. hal ini juga dapat dilihat melalui nilai p-value yang menggambarkan tingkat probabilitas atau tingkat signifikansi. Apabilai nilai t- hitung > t-tabel , maka ditolak dan diterima artinya secara parsial variabel berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Namun, jika t hitung < t- tabel, maka diterima dan ditolak, artinya secara parsial variabel tidak memiliki pengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilakukan estimasi sebagai berikut:
Tabel 5. 12 Hasil Uji t Statistik Singapura
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Dependent Variable: EKSPOR Method: Leas t Squares
Date: 10/31/22 Tim e: 00:28 Sam ple: 1 16
Included obs ervations : 16
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
C 31162976 15403331 2.023132 0.0659
X1PRODUKSI 1612.729 507.2768 3.179190 0.0079
X2KURS -3737.671 1520.547 -2.458110 0.0301
X3HARGA 5929.870 7361.162 0.805562 0.4362
R-s quared 0.631613 Mean dependent var 15422835 Adjus ted R-s quared 0.539517 S.D. dependent var 11984194 S.E. of regres s ion 8132345. Akaike info criterion 34.87291 Sum s quared res id 7.94E+14 Schwarz criterion 35.06606 Log likelihood -274.9833 Hannan-Quinn criter. 34.88281 F-s tatis tic 6.858155 Durbin-Wats on s tat 1.462069 Prob(F-s tatis tic) 0.006060
72 1. Pada variabel kurs diperoleh nilai probabilitanya sebesar 0.0079 dengan nilai signifikansi 0.05 yang dapat dilihat bahwa 0.0079 < 0.05 Maka ditolak dan diterima artinya secara parsial variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Menurut Wulandari (2021) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Dan Kurs Terhadap Nilai Ekspor Kopi Gayo” bahwa produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan.
2. Pada variabel kurs diperoleh nilai probabilitanya sebesar 0.0301 dengan nilai signifikansi 0.05 yang dapat dilihat bahwa 0.0301 < 0.05. Dapat dilihat bahwa nilai kurs berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini terjadi jika menguatnya nilai mata uang (apresiasi) maka akan menyebabkan menurunnya ekspor indonesia. Karena jika rupiah menguat maka harga produk diluar negeri akan naik. Sehingga, ketika harga produk diluar negeri meningkat maka konsumen akan memilih untuk membeli produk lokal. Ini akan menyebabkan ekspor pun akan rugi dan mengalami penurunan ekspor. Menurut Naptania Ilmas, Mia Amalia, dan Rafli Risandi yang berjudul “Analysis Of The Effect Of Inflation And Exchange Rate On Exports In 5-Year Asean Countries (Years 2010–2020)” bahwa kurs memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor.
3. Pada variabel harga internasional diperoleh nilai t-hitung sebesar 0.805562 dengan signifikansi (α=5%) yaitu 0.05. dapat dilihat dari nilai probabilita 0.805562 > 0.05 yang berarti bahwa harga internasional tidak signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini terjadi karena jika harga naik maka aan semakin berkurang juga peminatnya sehingga ini akan menyebabkan ekspor akan menurun. Menurut Made Sugiarsana dan I Gusti Bagus Indrajaya dengan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Produksi, Harga, Dan Investasi Terhadap Volume Ekspor Tembaga Indonesia Tahun 1995-2010”.
5.3.2.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama- sama. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) semakin mendekati satu, maka
73 persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen.
Tabel 5. 13 Koefisien Determinasi (R2) Singapura
R-Squared Adjusted R-Squared
0.631613 0.539517
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan Tabel 5.18 menunjukkan bahwa pengujian koefisien determinasi (R2) pada Singapura sebesar 0.631613, maka nilai koefisien tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh seluruh variabel independen produksi, kurs, dan harga internasional terhadap perubahan nilai variabel dependen yaitu volume ekspor pinang Provinsi Jambi adalah sebesar 63.16%, sedangkan sisanya sebesar 36.84% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
5.4.3 Pengujian Koefisien Regresi Secara Keseluruhan Pakistan
Berikut ini adalah hasil dari olah data regresi linear berganda dari kedua negara yaitu negara Singapura dan Pakistan:
Tabel 5. 14 Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Pakistan
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
= + Y = 8511608 + 11.37834PRODUKSI – 1652.720KURS + 17200.68HARGA
INTERNATIONAL +
Dependent Variable: EKSPOR Method: Leas t Squares
Date: 10/29/22 Tim e: 12:42 Sam ple: 1 16
Included obs ervations : 16
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
C 8511608. 10317938 0.824933 0.4255
X1PRODUKSI 11.37834 339.7999 0.033485 0.9738
X2KURS -1652.720 1018.540 -1.622637 0.1306
X3HARGA 17200.68 4930.882 3.488358 0.0045
R-s quared 0.562115 Mean dependent var 5855767.
Adjus ted R-s quared 0.452644 S.D. dependent var 7363073.
S.E. of regres s ion 5447460. Akaike info criterion 34.07152 Sum s quared res id 3.56E+14 Schwarz criterion 34.26466 Log likelihood -268.5721 Hannan-Quinn criter. 34.08141 F-s tatis tic 5.134821 Durbin-Wats on s tat 1.665319 Prob(F-s tatis tic) 0.016325
74 Dari hasil olah data pada regresi linear berganda nilai R-squared yaitu sebesar 0.562115 maka koefisien determinasi pada R-squared adalah sebesar 0.56×0.56 = 0.31. Berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varian dari variabel terikatnya adalah sebesar 69% (100%-31%) varian pada variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor yang lainnya.
5.4.4 Pengujian Koefisien Regresi Secara Individual Pakistan 5.4.4.1 Uji Asumsi Klasik
5.4.4.1.1 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas digunakan uji pada variabel-variabel bebas dengan pengukuran terhadap Varian Inflation Factor (VIF) apabila nilai VIF berada dibawah 10 dikatakan bahwa persamaan tersebut tidak terkena multikolinieritas.
Tabel 5. 15 Hasil Uji Multikolineritas Pakistan
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Hasil uji multikolinieritas pada negara Pakistan dan Singapura dapat diketahui model tersebut lolos dari masalah multikolineritas, dapat dilihat dari produksi pinang sebesar 1.040931, kurs sebesar 2.431176, dan harga sebesar 2.469845 artinya semua variabel memiliki nilai yang lebih kecil dari 10 dengan kemudian dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah multikolinieritas.
5.4.4.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian residual (kesalahan pengganggu) dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi linear.
Variance Inflation Factors Date: 10/31/22 Tim e: 01:01 Sam ple: 1 16
Included obs ervations : 16
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 1.06E+14 57.40077 NA
X1PRODUKSI 115464.0 12.31977 1.040931 X2KURS 1037423. 76.60146 2.431176 X3HARGA 24313598 14.13041 2.469845
75 Tabel 5. 16 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pakistan
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan dari hasil olahan pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa nilai F hitumg sebesar 0.2479, oleh karena itu p-value 0.1876 > α 5% maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Dapat disimpulkan bahwa = diterima sehingga model regresi tidak terindikasi adanya gejala heterokedastisitas.
5.4.4.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah sebuah analisis yang dilakukan untuk mngetahui adanya korelasi variabel yang ada pada model regresi dengan perbubahan waktu.
Tabel 5. 17 Uji Autokorelasi Pakistan
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan pada tabel 5.13 dapat diketahui bahwa model tersebut lolos masalah autokorelasi, dengan melihat bahwa nilai prob.chi square (2) yang merupakan p-value sebesar 0.6363 > 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut lolos uji autokorelasi.
5.4.4.1.4 Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik ialah model yang memiliki residu yang berdistribusi secara normal. Jika asumsi tidak terpenuhi, maka uji tersebut tidak valid dalam skala kecil.
Heteroskedasticity Test: Glejser Null hypothesis: Homoskedasticity
F-statistic 1.710578 Prob. F(3,12) 0.2178
Obs*R-squared 4.792729 Prob. Chi-Square(3) 0.1876 Scaled explained SS 2.040463 Prob. Chi-Square(3) 0.5641
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags
F-statistic 0.299429 Prob. F(2,10) 0.7477
Obs*R-squared 0.904034 Prob. Chi-Square(2) 0.6363
76 Gambar 5. 2 Uji Normalitas Pakistan
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan pada gambar 2 jika nilai probability > 0.05, maka data terdistribusi normal, begitu juga dengan sebaliknyya. Namun pada gambar diatas menunjukkan bahwa nilai probability sebesar 0.685546 yang artinya bahwa 0.685546 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut dalam keadaan distribusi normal.
5.4.4.2 Uji Hipotesis
Uji Hipotesis digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing- masing koefisien regresi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya. Dengam demikian maka dilakukan pengujian variabel-variabel secara simultan (Uji F), uji parsial (Uji t), dan koefisien determinasi ( ). Uji hipotesis merupakan bagian dari statistik inferensial yang bertujuan untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel populasi tersebut. Uji hipotesis sebuah hipotesis mengenai dugaan terhadap keadaan suatu populaasi.
5.4.4.2.1 Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel produksi, kurs, dan harga secara bersama-sama berpengaruh terhadap ekspor.
Tabel 5. 18 Hasil Uji F Pakistan
F-Statistic Prob(F-Statistic)
5.134821 0.016325
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
0 1 2 3 4 5
-5000000 0.25000 5000000 1.0e+07
Seri es: Resid ual s Sam ple 1 16 Obse rvatio ns 16
Mean -1.40e-09 Median 401078.7 Maximum 9331860.
Minimum -7099309.
Std. Dev. 4872356.
Skewness 0.105878 Kurtosis 1.957034 Jarque-Bera 0.755079 Probability 0.685546
77 Pada tabel 5.15 hasil olahan data diatas dapat dilihat bahwa F hitung sebesar 5.134821 dengan probabilitas sebesar (0.016325) atau lebih kecil dari α = 0.05 (0.00 0.016325 < 0.05), dengan derajat kebebasan (df=n-k) = 12. Dengan demikian, F hitung > F-tabel yaitu 5.134821 > 1.79588 maka dapat disimpulkan bahwa ditolak dan diterima artinya secara simultan atau bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan produksi, kurs dan harga internasional terhadap ekspor pinang Jambi ke Pakistan.
5.4.4.2.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menganalisis secara parsial (individu) guna mengetahui seberapa besar signifikan atau tidak signifikannya pengaruh masing- masing variabel. Untuk mengetahui apakah variabel bebas (produksi, kurs, dan harga internasional) secara individu berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat (ekspor) dengan menggunakan pengujian secara parsial (t-Statistik) dengan membandingkan nilai probabilitas dan besar signifikan terhadap taraf α = 5%.
Cara agar mengetahui tingkat signifikansi pada taraf pengujian yang dipilih 5% yang dibandingkan dengan nilai t-tabel dimana besarnya t-tabel dengan mempertimbangkan degree of freedom (df=n-k atau 16-4=12) dan signifikansi 5%
yaitu 1.79588. Hal ini juga dapat dilihat melalui nilai p-value yang menggambarkan tingkat probabilitas atau tingkat signifikansi. Apabila nilai t- hitung > t-tabel , maka ditolak dan diterima artinya secara parsial variabel berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Namun, jika t hitung < t- tabel, maka diterima dan ditolak, artinya secara parsial variabel tidak memiliki pengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat.
Tabel 5. 19 Hasil Uji t Statistik Pakistan
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Dependent Variable: EKSPOR Method: Leas t Squares
Date: 10/29/22 Tim e: 12:42 Sam ple: 1 16
Included obs ervations : 16
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
C 8511608. 10317938 0.824933 0.4255
X1PRODUKSI 11.37834 339.7999 0.033485 0.9738
X2KURS -1652.720 1018.540 -1.622637 0.1306
X3HARGA 17200.68 4930.882 3.488358 0.0045
R-s quared 0.562115 Mean dependent var 5855767.
Adjus ted R-s quared 0.452644 S.D. dependent var 7363073.
S.E. of regres s ion 5447460. Akaike info criterion 34.07152 Sum s quared res id 3.56E+14 Schwarz criterion 34.26466 Log likelihood -268.5721 Hannan-Quinn criter. 34.08141 F-s tatis tic 5.134821 Durbin-Wats on s tat 1.665319 Prob(F-s tatis tic) 0.016325
78 1. Pada variabel produksi diperoleh nilai probabilitanya sebesar 0.9738 dengan nilai signifikansi 0.05 yang dapat dilihat bahwa 0.9738 > 0.05.
Maka diterima dan ditolak artinya secara parsial variabel tidak memiliki pengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini menunjukkan jika produksi menurun maka volume ekspor akan menurun juga. Menurut Lalan Gugus Aditama, Edi Yulianto, dan Wilopo dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Produksi Dan Nilai Tukar Terhadap Volume Ekspor”. Bahwa produksi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
2. Pada variabel kurs diperoleh nilai probabilitanya sebesar 0.1306 dengan nilai signifikansi 0.05 yang dapat dilihat bahwa 0.1306 > 0.05. Maka diterima dan ditolak artinya secara parsial variabel tidak memiliki pengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Menurut Diko (2021) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Ekspor Karet Indonesia” bahwa variabel kurs tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
3. Pada variabel kurs diperoleh nilai probabilitanya sebesar 0.0045 dengan nilai signifikansi 0.05 yang dapat dilihat bahwa 0.0045 < 0.05. Maka ditolak dan diterima artinya secara parsial variabel berpengaruh dan signifikan terhadap variabel terikat. Menurut Wulandari (2021) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Dan Kurs Terhadap Nilai Ekspor Kopi Gayo” bahwa variabel harga internasional memiliki pengaruh positif dan signifikat terhadap variabel terikat.
5.4.4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama- sama. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) semakin mendekati satu, maka persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen.
79 Tabel 5. 20 Koefisien Determinasi (R2) Pakistan
R-Squared Adjusted R-Squared
0.562115 0.452644
Sumber: Hasil Olah Data Eviews 12
Berdasarkan Tabel 5.19 menunjukkan bahwa pengujian koefisien determinasi (R2)pada negara Pakistan sebesar 0.562115. maka nilai koefisien tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh seluruh variabel independen produksi, kurs, dan harga internasional terhadap perubahan nilai variabel dependen yaitu volume ekspor pinang Provinsi Jambi adalah sebesar 56.21%, sedangkan sisanya sebesar 43.79% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
5.5 Analisis Ekonomi Pengaruh Produksi, Kurs, Dan Harga Terhadap Volume Ekspor Pinang Di Provinsi Jambi
Berikut ini adalah merupakan analisis ekonomi dari pengaruh produksi, kurs, dan harga internasional terhadap volume ekspor pinang di Provinsi Jambi berdasarkan dengan data dari penelitian ini.
5.5.1 Analisis Ekonomi Pengaruh Produksi, Kurs, Dan Harga Terhadap Volume Ekspor Pinang Di Provinsi Jambi Ke Negara Singapura
5.5.1.1 Pengaruh Produksi Terhadap Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Singapura
Dari hasil regresi nilai koefisien produksi sebesar 1612.729 hasil menunjukkan bahwa variabel produksi memiliki pengaruh positif terhadap ekspor pinang di Provinsi Jambi ke negara Singapura. Hal ini berarti jika nilai produksi naik sebesar 1 Ton, maka akan menyebabkan kenaikan volume ekspor pinang sebesar 1612.72 Kg dengan asumsi variabel lain konstan, begitu juga dengan sebaliknya. Karena semakin banyak jumlah jumlah produksi pinang, maka semakin banyak juga penawaran akan ekspor pinang yang mana itu akan meningkatkan volume ekspor pinang. Menurut teori produksi yang meningkat akan berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor. Dapat dilihat dari hasil produksi tersebut lebih banyak jumlah produksi yang diekspor keSingapura sehingga dapat memenuhi konsumsi untuk ekspor.
80 5.5.1.2 Pengaruh Kurs Terhadap Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara
Singapura
Dari hasil regresi nilai koefisien kurs sebesar -3737.671 dengan nilai probabilita sebesar 0.00301. hasil menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ekspor pinang Provinsi Jambi ke negara Singapura. Hal ini berarti jika nilai kurs naik sebesar Rp.1, maka akan menyebabkan penurunan volume ekspor pinang sebesar -3737.67 Kg dengan asumsi variabel lain konstan, begitu juga dengan sebaliknya. Menurut teori nilai tukar, kuat lemahnya nilai tukar mata uang suatu negara akan berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang suatu negara akan berpengaruh terhadap nilai ekspor ke negara tersebut, dimana jika mata uang suatu negara mengalami penguatan atau apresiasi nilai tukar, maka nilai ekspor negara tersebut cenderung menurun, hal ini dikarenakan harga komoditi negara tersebut akan terlihat lebih mahal dimata uang luar negeri yang mengalami pelemahan, nilai tukar dari negara tersebut.
Ketika nilai kurs mata uang asing naik maka negara pengekspor akan rugi dikarenakan mereka akan mengimpor dengan harga yang cukup mahal dan dijualkan akan cukup mahal. Sedangkan hukum penawaran mengatakan bahwa
“semakin tinggi tingkat harga suatu barang semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual karena semakin mmenguntungkan bagi produsen, sebaliknya semakin rendah tingkat harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual karena kurang menguntungkan bagi produsen”. Maka dari itu ketika kurs turun maka tingkat harga akan turun, semakin sedikit barang yang ditawarkan dan kurang menguntungkan produsen.
5.5.1.3 Pengaruh Harga Internasional Terhadap Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Singapura
Hasil regresi dari variabel harga internasional sebesar 5929.870 hasil menunjukkan bahwa variabel harga internasional memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ekspor pinang di Provinsi Jambi ke negara Singapura. Hal ini berarti jika nilai harga internasional naik sebesar 1 US$, maka akan menyebabkan kenaikan volume ekspor pinang sebesar 5929.87 Kg dengan asumsi variabel lain
81 konstan, begitu juga dengan sebaliknya. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan, bahwa kenaikan harga tembaga menyebabkan pula kenaikan pada volume ekspor pinang diProvinsi Jambi. Hal ini disebabkan karena pada tahun-tahun tertentu pinang diProvinsi Jambi mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi sehingga hanya pinang-pinang yang terbaik lah yang di ekspor.
Karena harga sangat mempengaruh volume ekspor.
5.5.2 Analisis Ekonomi Pengaruh Produksi, Kurs, Dan Harga Terhadap Volume Ekspor Pinang Di Provinsi Jambi ke Negara singapura
5.5.2.1 Pengaruh Produksi Terhadap Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Pakistan
Dari hasil regresi nilai koefisien produksi sebesar 11.37834 dengan nilai prob 0.9738 yang melebihi taraf signifikan yang ditentukan sebesar 0.05. hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan secara simultan namun secara parsial variabel ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap volume ekspor pinang di Provinsi Jambi. Hal ini berarti jika nilai produksi naik sebesar 1 Ton, maka akan menyebabkan kenaikan volume ekspor pinang sebesar 11.37 Kg dengan asumsi variabel lain konstan, begitu juga dengan sebaliknya.
Menurut teori produksi bahwa produksi yang meningkat akan berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor. Dikarenakan tidak berpengaruh signifikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa saat produksi meningkat tidak selalu volume ekspor juga meningkat karena penawaran yang banyak. Produksi pinang tidak selalu banyak dan saat berjumlah sedikit, banyak hasil produksi yang dipasarkan dipasar domestik. Dan ekspor ke negara Pakistan pun lebih sedikit karena permintaan ekspor pinang lebih sedikit dibanding dengan negara Singapura.
5.5.2.2.Pengaruh Kurs Terhadap Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Pakistan
Dari hasil regresi nilai koefisien kurs sebesar -1652.720 hasil menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ekspor pinang di Provinsi Jambi ke negara Pakistan. Hal ini berarti jika nilai produksi naik
82 sebesar Rp.1, maka akan menyebabkan kenaikan volume ekspor pinang sebesar - 1652.72 Kg dengan asumsi variabel lain konstan, begitu juga dengan sebaliknya.
Penguatan rupiah menyebabkan harga barang ekspor turun, maka permintaan ekspor akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kurs yang menjelaskan bahwa ketika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan ketika harga turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik.
5.5.2.3 Pengaruh Harga Internasional Terhadap Ekspor Pinang Provinsi Jambi Ke Negara Pakistan
Hasil regresi dari variabel harga internasional sebesar 17200.68 hasil menunjukkan bahwa variabel harga internasional memiliki pengaruh positif signikan terhadap ekspor pinang di Provinsi Jambi ke negara Pakistan. Hal ini berarti jika nilai produksi naik sebesar 1 Ton, maka akan menyebabkan kenaikan volume ekspor pinang sebesar 17200.68 Kg dengan asumsi variabel lain konstan, begitu juga dengan sebaliknya. Menurut teori harga internasional bahwa depresiasi nilai tukar domestik menyebabkan nilai ekspor negara lain akan meningkat.
Hal ini disebabkan oleh barang eksportir dipandang murah oleh negara importir sebagai akibat dari menurunya harga relatif dari ekspor negara eksportir.
Sebaliknya, apresiasi nilai tukar domestik akan menurunkan nilai ekspor barang negara eksportir karena barang di negara eksportir dipandang menjadi lebih mahal dibanding dengan barang dengan negara importir.
5.6 Implikasi Hasil Penelitian
Salah satu indikator dari baik atau buruknya pembangunan ekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi. Kontribusi ekspor dianggap sebagai indikator penting dalam perkembangan sektor pertanian. Dilihat dari akan kayanya sumber daya alam yang dimiliki indonesia bahkan setiap provinsi memiliki sektor pertanian yang dapat memperbaiki perekonomian di Indonesia. Pinang sendiri memiliki banyak manfaat dan seperti yang diketahui bahwa dari salah satu provinsi yang ada di Indonesia yaitu Provinsi Jambi memiliki lahan pinang yang cukup luas
83 sehingga, pinang sendiri merupakan sebagai sumber penghasilan dari masyarakat Jambi. Adanya kebijakan yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah :
Pemerintah harus menjaga kestabilan volume ekspor pinang dengan semua kebijakan yang telah dibuat pemerintah agar dapat menghasilkan produksi pinang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Pemerintah harus dapat mengendalikan produksi, kurs, dan harga internasional karena ketiga itu adalah komponen penting dalam perekonomian. Kemudian pemerintah harus lebih berjaga-jaga apabila variabel-variabel ekonomi yang ternyata berpengaruh terhadap ekspor mengalami perubahan yang sangat drastis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol variabel-variabel tersebut secara langsung, sehingga mampu mengatasi apabila variabel tersebut mengalami perubahan. Lalu yang terakhir adalah pemerintah harus lebih mempererat hubungan dengan pengimpor, konsumen dan perantara agar nantinya kegiatan perdagangan internasional ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup penduduk Indonesia.
Implikasi kebijakan atas temuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan volume ekspor pinang di Provinsi Jambi, pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mengingat harga pinanginternasional berpengaruh negatif pada ekspor pinang ke Singapura, maka diperlukan kebijakan dalam rangka efisiensi biaya produksi dalam proses produksi pinang sehingga harga pinang Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.
Kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor adalah dengan menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga membuat produsen semangat untuk ekspor. Tanpa kestabilan, para eksportir mungkin akan keberatan untuk menjual barang produksinya ke luar negeri. Dengan adanya kepastian terkait kestabilan nilai tukar rupiah, para eksportir bisa lebih mudah dalam menentukan harga pasar di kancah perdagangan internasional. Sehingga, para eksportir juga tidak ragu untuk melakukan ekspor pada produk mereka, yang sangat menunjang dan mampu bersaing di pasar internasional.
Pertama, kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor adalah memberikan kemudahan, dalam mengurus segala perizinan, hingga memberikan fasilitas kepada produsen ekspor. Adapun pemerintah memberikan fasilitas yakni
84 berupa pemberian bantuan teknologi danpelatihan inovasi produk. Dengan begitu, produsen ekspor bisa lebih semangat untuk memproduksi lebih banyak produk.
Tidak hanya itu, harga produksi barang yang murah, juga bisa menurunkan harga jual, sehingga hal tersebut juga bisa bantu meningkatkan daya saing perusahaan.