• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERIAL EVALUASI PILKADA SERENTAK DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SERIAL EVALUASI PILKADA SERENTAK DI INDONESIA "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SERIAL EVALUASI PILKADA SERENTAK DI INDONESIA

Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah

Penerbit

(3)

i

SERIAL EVALUASI PILKADA SERENTAK DI INDONESIA

Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah

@Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang Pengutipan, Pengalihbahasaan dan Penggandaan (copy)

Isi Buku ini,

Diperkenankan dengan Menyebutkan Sumbernya,

Diterbitkan Oleh :

Pengarah Ketua Tim Asisten Peneliti

Abhan

Mochammad Afifuddin Ratna Dewi Pettalolo Fritz Edward Siregar Rahmat Bagja

Pembina

Gunawan Suswantoro

Penanggung Jawab Ferdinand Eskol Tiar Sirait

Masykuruddin Hafidz Ilham Yamin

Ketua Tim Provinsi Jamrin

Sutarmin D. Hi. Ahmad

Wakil Ketua Eko Agus Wibisono Djoni Irfandi Bre Ikrajendra Masmulyadi Satrio Nugroho

Nasichun Aviv Insan Azzamit SyahRizal H Gusti Ayu Indah L Rury Uswatun H Ade Candra M Qodri Imaddudin Anjar Arifin Tya Lita A Taufiequrrahman Rafael Maleakhi Dinnar Safa A Dina Dwi R Alifudin Fahmi Desain dan Tata Letak Insan Azzamit

(4)

ii

TIM PENULIS

SERIAL EVALUASI PILKADA SERENTAK DI INDONESIA

Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah

Editor Agust Mellaz

Asrifai

Penulis Supriatmo Lumuan Ivan Yudharta, Munirah, Fadlan

Moh. Iskandar Mardani, Muchlis Aswad, Muhammad Rizal, Bambang, Fatmawati

Supriyadi, Andi Intan Purnamasari Asrifai

(5)

viii

DAFTAR ISI

Tim Penyusun i

Tim Penulis Ii

Kata Pengantar Ketua Bawaslu RI iii Kata Pengantar Ketua Bawaslu Provinsi

Sulawesi Tengah

vi

Bab I Pendahuluan 1

Bab II Praktek Dan Modus Politik Uang

Dalam Penyelenggaraan

Pilkada Tahun 2017 Di Banggai Kepulauan (Kajian Terhadap Potret Penindakaan)

8

Bab III Implementasi Kewenangan Penyelesaian Sengketa Melalui Mekanisme Persidangan Seng keta Dalam Penyelenggaraan Pilkada (Studi Kasus Putusan Penyelesaian Sengketa Nomor:

01/PS/PWSL.PLU.26.12/VIII/2015) 42

Bab IV Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Studi Kasus Sengketa Proses antara Bakal Pasangan Calon Anwar H. Moh. Saing dan Asrudin terhadap Komisi Pemilihan

74

(6)

ix

Umum Kabupaten Parigi Moutong pada pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Parigi Moutong tahun 2018)

Bab V Problematika Penanganan Pelanggaran Administrasi Terstruktur, Sistematis Dan Masif Pada Pilkada Tahun 2017

101

Bab VI Networks Governance Dalam Pengawasan Partisipatif Pada Pilkada Serentak Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah

132

(7)

132 |

Bab

VI

(8)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 133

BAB VI

NETWORKS GOVERNANCE DALAM PENGAWASAN PARTISIPATIF PADA PILKADA

SERENTAK PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Oleh : AS RIFAI

Abstrak

Artikel ini menganalisis pengawasan partisipatif Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam perspektif Networking Governance pada pilkada serentak pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitik yang menjelaskan, mendeskripsikan, dan menganalisis networking governance dalam pengawasan partisipatif Bawaslu Sulawesi Tengah.

Hasil penelitian menunjukkan jejaring dan strategi pengawasan partisipatif Bawaslu Sulteng dilakukan dengan pendekatan quadru helix yakni melalui pelibatan perguruan tinggi, organisasi masyarakat, media massa dan pemerintah.

Networking Governace dalam pengawasan partisipatif diimplementasikan dalam kegiatan : pertama perluasan jaringan pengawasan pada kelompok strategis; kedua, pengembangan model pengawasan partisipatif; ketiga, pengembangan pusat data dan pembelajaran pengawasan pemilu,; keempat pelaporan pelanggaran pemilu.Strategi networking governance dilakukan dengan Inisiasi dan memfasilitasi proses interaksi antar aktor;

(9)

134 |

membuat dan mengubah pengaturan jaringan untuk koordinasi;

membuat konten pengawasan partisipatif.

Key Word : Networking governance, pengawasan partisipatif, Bawaslu Sulawesi tengah, pilkada serentak

(10)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 135 1. Latar Belakang

Networks governance meskipun bukan hal baru dalam ilmu sosial tetapi minim digunakan dalam menganilisis relasi antar institusi yang terlibat dalam kolaborasi atau kerja sama antar lembaga yang memiliki hubungan timbal balik (resiprokal).

Konsep networking governance bermula dari perkembangan teori tata kelola pemerintahan yang biasa dikenal teori governance atau ketika New Publik Management (NPM) mulai kehilangan daya tariknya (E. H. Klijn & Koppenjan, 2012).

Perubahan paradigma govermnet Centris menjadi governance dalam politik pemerintahan mempengaruhi perubahan perspektif negara dan masyarakat. Zaman pemerintahan birokrasi berkembang sampai Network governance (Sørensen &

Torfing, 2015)

Pengawasan partisipatif pemilu menarik dikaji dari perspektif networking governance. Bawaslu sebagai auxalary state organ memiliki keunikan jika dibandingkan dengan Lembaga lain. Jika Montesque menghendaki adanya distirubution of power, Bawaslu justru hampir memiliki fungsi main state organ secara bersamaan. Pembagian kekuasaan terbagi atas rule making (legislatif), rule aplication (eksekutif) dan rule adjudication (yudikatif) hampir dimiliki oleh Bawaslu.

Ketiga fungsi tersebut dalam sistem ketatanegaraan dimiliki oleh Lembaga yang berbeda.

Fungsi-fungsi tersebut meskipun tidak sama Bawaslu memiliki kemiripan yang dimiliki antara eksekutif, legislatif dan yudikatif. Fungsi legislasi Bawaslu memiliki kewenangan Menyusun peraturan Badan Pengawas Pemilu (Perbawaslu), fungsi eksekutif Bawaslu menjalankan fungsi pengawasan baik dalam fungsi pencegahan, pengawasan langsung dan fungsi represif atau penindakan. Fungsi yudikatif, Bawaslu memiliki kewenangan dalam melakukan tindakan yang mendekati fungsi yudikatif seperti penyelesaian sengketa proses pemilihan (Lihat Suswantoro, 2016).

(11)

136 |

Meskipun Bawaslu diposisikan bukan sebagai main state organ tetapi memiliki kewenangan yang sangat strategis dalam penentuan kepala dan keanggotaan lembaga negara utama tersebut. Cabang kekuasaan legislatif diisi oleh peserta pemilu.

Cabang kekuasaan eksekutif dipimpin oleh presiden dan wakil presiden, serta gubernur, bupati dan walikota serta wakilnya.

Kepala negara dan kepala daerah semua adalah peserta pemilu.

Olehnya itu sangat penting keberadaan penyelenggara pemilu KPU dan Bawaslu ditempatkan dalam posisi yang strategis sebagai penyelenggara terhadap perwujudan kedaulatan rakyat.

Penyelenggara pemilu haruslah dilihat sebagai cabang kekuasaan keempat melengkapi pengertian “quadru politica”

dalam arti mikro (Lihat Penyelenggara Pemilu di Dunia, Editor Hidayat;2015)

Bawaslu dalam menjalankan tugas dan wewenanang tersebut tentunya tidak bisa dilaksanakana secara maksimal tanpa melibatkan stakeholders pemilu. Bagian dalam menjalankan tugas dan kewenangan dapt dilakukan dengan melakukan pengawasan partisipatif. Pengawasan partispatif adalah keterlibatan berbagai pemangku kepentingan pemilu dalam melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan tahapan pemilu. Pengawasan Partisipatif merupakan implementasi dari Pendidikan pengawasan yang sudah menjadi bagian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Indonesia dalam kebijakan politik dalam negeri Bersama Pendidikan pemilih dan Pendidikan politik (Lihat RPJP 2014-2024). Pengawasan partisipatif dengan pelibatan stakeholder pemilu penting dilakukan mengingat setiap kali diselenggarakan pemilu/pilkada selalu terjadi pelanggaran. Pada pilkada tahun 2015 terjadi 232 dugaan pelanggaran dan 8 (delapan) sengketa proses yang ditangani oleh Bawaslu Sulawesi Tengah.

(12)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 137 Sumber : Laporan Pengawasan Pemilihan Gubernur Sulteng 2015

Pada penyelenggaraan pilkada Sulawesi Tengah Bawaslu dari dari proporsinya, jumlah pelanggaran pada tahapan kampanye mencapai angka 65,5% tahapan pemungutan dan perhitungan suara 8,5 % persiapan 8,5 % tahapan pencalonan 5,75% tahapan rekapitulasi dan perhitungan syara 5,75% tahapan penyusunan daftar pemilih 4,60% tahapan pengadaan dan distribusi logistic zero pelanggaran. Menace pada data tersebut pelanggaran tahapan kampanye mencapai pelanggaran tertinngi yakni 65,52% atau lebih dari separuh pelanggaran pilkada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah terjadi pada tahapan kampanye. Data tersebut menunjukkan urgnesinya Bawaslu membangun jejaring untuk melakukan pengawasan dengan melibatkan berbagai unsur untuk terlibata dalam pengawasan pilkada.

Artikel ini berkontribusi dalam menganilisis pengawasan partisipatif dari perspektif networking governance. Sebuah konsep yang lahir dari perkembangan teori-teori governance.

Selama ini pengawasan partisipatif hanya dikaji dari perspektif

(13)

138 |

perilaku politik dengan menggunakan teori-teori partisipasi politik. Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan;

Bagaimana governance Bawaslu dalam pengawasan partisipatif dan strategi governance dalam pengawasan partisipatif.

2. Perspektif Teori

Istilah governance memiliki arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda (Rodes, 1996). Literatur administrasi publik governance digunakan mengacu pada reformasi sektor publik yang melibatkan privatisasi, kepentingan publik, contracting, quasi, contract steering, local kemitraan dewan pengguna dan sebagainya. Sementara ilmuwan politik menggunakan istilah governance untuk mengungkapkan rasa yang semakin terdiferensiasi politik yaitu suatu pemerintahan yang terbagi dan terpecah-pecah menjadi berbagai badan publik, semi publik dan swasta. (Sørensen & Torfing, 2015)

Governance terkadang digabungkan dengan istilah jaringan dan memunculkan gagasan Network governance.

Pendekatan jaringan berangkat dari studi implementasi dan hubungan antar pemerintah (E. Klijn & Koppenjan, 2000) konsep jaringan digunakan untuk memetakan pola hubungan antar organisasi dan untuk menilai pengaruh pola hubungan tersebut untuk proses kebijakan. Dalam hubungan tersebut kebijakan muncul sebagai hasil interaksi antar banyak aktor. Jaringan merupakan metafora popular yang menyebar dengan cepat ke seluruh disiplin ilmu sosial (Klijn, 1996; Klijn & Koppenjan, 2000) konsep jaringan tidak sepenuhnya hal baru dalam ilmu sosial.

(Lihat Eva Sorensen & Jocob Torfing, Tata Kelola Jaringan dan Demokrasi Pasca Liberal)

Dekade saat ini diakui secara luas bahwa pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan publik tidak terbatas pada struktur formal pemerintahan. Kebijakan publik dirumuskan dan dilaksanakan melalui sejumlah Lembaga formal

(14)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 139 dan informal, mekanisme dan proses biasa disebut dengan governance (Sørensen & Torfing, 2015)

Pendekatan jaringan mengasumsikan bahwa kebijakan dibuat dalam proses interaksi yang kompleks antara sejumlah besar aktor yang berlangsung dalam jaringan aktor yang saling bergantung, aktor tidak mencapai tujuannya tanpa sumber daya yang dimiliki oleh aktor lain (E. Klijn & Koppenjan, 2000).

Jaringan dibuat membentuk koneksi dimana para aktor bertindak secara strategis dengan Tindakan strategis pihak lain.

Jaringan merupakan serangkaikan interaksi yang dapat disebut permainan (Crozier and Friedberg, 1980; Rhodes 1981; Scharpf 1997). Posisi mereka dalam jaringan dan aksi strategis dalam permainan menentukan posisi para pemain.

Strategi pengelolaan jaringan dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan yakni initiating and facilitating interaction processes between actors; creating and changing network arrangements for better coordinati on; creating new content (E. H. Klijn &

Koppenjan, 2012). Pertama, Inisiasi dan memfasilitasi proses interaksi antar aktor yang terlibat dalam jaringan. Strategi tersebut dilakukan dalam rangka mengawali dan memfasilitasi proses interkasi antarvaktor yang terlibat jaringan. Kedua, Membuat dan mengubah pengaturan jaringan untuk koordinasi yang lebih baik; ketiga, Membuat konten baru. Agar tata Kelola jaringan terjalin semakin baik. Ketiga pendekatan tersebut relevan dianalisis dalam pengawasan partisipatif yang diinisiasi oleh Bawaslu sebagai auxalary state organ dalam menginisasi debuah Gerakan moral menjadi sebuah Gerakan sosial (Lihat panduan GSRPP)

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif.

Jenis data yang diperoleh dalam mengungkapkan fenomena yang dijadikan obyek penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung oleh peneliti

(15)

140 |

pada saat melakukan penelitian, yakni melalui metode pengamatan langsung di lapangan atau wawancara mendalam (in-depth interview) dengan informan kunci yakni Komisioner Bawaslu Sulawesi Tengah Periode 2012-2017. Data sekunder adalah diperoleh melalui penelusuran dari berbagai kajian literatur dan dokumen terkait. Data sekunder berupa Undang- undang penyelenggara pemilu, undang-undang partai politik, undang-undang pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, artikel, jurnal, studi literatur, dokumen berupa laporan-laporan, serta publikasi media massa yang memiliki hubungan dengan obyek yang diteliti.

Setelah data terkumpul dilakukan analisa data melalui metode interaktif. Data yang hasil analisis tersebut dapat menunjukkan network governance dalam pengawasan partisipatif Bawaslu dalam Penyelenggaraan Pilkada Serentak Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah tahun 2015.

4. Hasil dan Pembahasan

a. Networks Governance dalam Pengawasan Partisipatif Governance network dalam pengawasan partisipatif dilakukan dengan implemetasi kegiatan pengawasan partisipatif melalui antara lain : pertama, perluasan jaringan pengawasan pada kelompok strategis; kedua, pengembangan model pengawasan partisipatif; ketiga, pengembangan pusat data dan pembelajaran pengawasan pemilu,; ketiga, pelaporan pelanggaran pemilu. Perluasan jaringan pada kelompok strategis dilakukan dengan pendekatan quadru helix yakni pelibatan unsur perguruan tinggi, organisasi masyarakat, media massa dan pemerintah. Perguran tinggi yang dijadikan jaringan pengawasan partisipatif adalah, : Universitas Tadulako, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Universitas Muhammadiyah Palu, Universitas Al-Khaerat Palu. Organisasi masyarakat yang dijadikan sebagai jaringan pengawasan partisipatif adalah Al-

(16)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 141 Khaerat, Muhamadyah. Media massa adalah media cetak dan elektronik yang berada di Kota Palu. “Kami melibatkan perguruan tinggi yang ada di Palu dalam jaringan pengawasan partisiptif untuk Bersama mengawal penyelenggaraan pemilihan gubernur dan wakil gubernur dengan melibatkan wakil rector bidang kemahasiswan sebagai anggota pokja pengawasan partisipatif.

Selian itu mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga kami libatkan dalam pengawasan partisipatif minimal menjadi mata dan telingah kami dilokasi, wawancara Zaidul Bahri, komisioner Bawaslu 2012-2017)

Pengawasan partisipatif Bawaslu Sulteng mendapat apresiasi dari Bawaslu RI dengan menjadikan pengawasan partisipati Bawaslu Sulteng sebagai salah satu kategori terbaik (antara.com/2016/03/01). Pada Bawaslu AWARD 2016 selain mendapat penghargaan Bawaslu RI juga memberikan penghargaan kepada Pemerintah Sulawesi Tengah dalam kategori penyediaan anggaran pilkada.

Networks governance Bawaslu dalam Pengawasan partisipatif Bawaslu Sulawesi Tengah pada Pilkada Serentak Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dapat dilihat dalam dua aspek yakni aspek kualitatif dan kuantitatif.

Dari aspek kualitatif dilihat dari capaian program pengawasan partisipatif Gerakan sejuta relawan pengawas pemilu antara lain keberhasilan Bawaslu dalam memelopori sebuah wadah dan sistem pelibatan masyarakat secara terstruktur dan sistematis.

Pengawasan partisipatif mendesain kondisi yang memunculkan prakarsa dan inisiasi-inisiasi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan pengawasan secara sukarela dan membangun Kerja sama yang terstruktur antar Lembaga negara untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas dan demokratis. Pengawasan partisipatif memelopori pengawasan pemilu dengan melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi bukan hanya dalam tahapan pemberian suara (voting day) tetapi terlibat dalam keseluruhan

(17)

142 |

tahapan pemilu untuk menegakkan keadilan pemilu dan pengawasan aktif dalam tahapan penyelenggaraan pemilu.

Aspek kuantitatif capaian pengawasan partisipatif GSRPP adalah telah berhasil membuat jaringan (networking) yang melibatkan perguruan tinggi, media massa cetak dan elektronik, tokoh masyarakat, tokoh adat, serta mahasiswa.

GSRPP juga melibatkan relawan pengawas pemilu di Seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tengah. Relawan pengawas pemilu merupakan modalitas dalam bingkai besar Pendidikan pengawasan partisipatif dan Pendidikan pemilih.

Selain itu jaringan relawan menjadi bangunan komunitas serta sel-sel pengawas yang akan terus muncul, tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.

Kerja sama pengawasan pilkada dan sosialisasi memiliki manfaat yang sangat strategis dalam mengefektifkan pelaksanaan.Keterbatasan kewenangan, daya dukung organisasi dan sumber daya manusia menjadi alasan yang mendasari dibutuhkannya kerja sama pengawasan dan sosialisasi guna mendapat dukungan dari berbagai stakeholder. Tentunya kontribusi Stakeholder diharapkan mampu memberikan efek politik dan hukum dalam proses penyelenggaraan pemilu yang jujur, adil dan demokratis.

Agar pengawasan berjalan secara efektif Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah mengupayakan dukungan secara maksimal dari berbagai pihak. Pada pelaksanaan Pilkada Tahun 2015 Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah mengajak Perguruan Tinggi, Media Massa Cetak dan Elektronik, Tokoh masyarakat, Tokoh Adat, serta Mahasiswa sebagai mitra. Selain melakukan kerja sama kelembagaan Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah juga giat melakukan sosialisasi pengawasan partisipatif, kegiatan sosialisasi Bawaslu Provinsi Sulawesi Tengah seperti terlihat pada matriks berikut :

(18)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 143 Sumber : Bawaslu Sulteng 2020

Kegiatan sosialisasi pengawasan partisipatif dengan media massa, organisasi masyarakat, mahasisswa dan pemiula dilakukan di beberapa tempat bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada obyek sasaran tentang pemilu dan pengawasan.

b. Strategi Networks Governance Pengawasan Partisipatif Networking governace dalam pengawasan partisipatif pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah tahun 2015 dianalisis dengan tiga strategi : initiating and facilitating interaction processes between actors; creating and changing network arrangements for better coordinati on; creating new content (E. H. Klijn & Koppenjan, 2012).

(19)

144 |

1. Inisiasi dan memfasilitasi proses interaksi antar aktor.

Pengawasan partisipatif Gerakan sejuta relawan pengawas pemilu diinisiasi oleh Bawaslu RI dan organisasi masyarakat sipil yang konsen terhadap pemilu. Ormas tersebut antara lain : KPII, IPC, ICW, Formappi, JPPR, SSS, Tepi dan lain-lain (Lihat Laporan pengawasan partisipatif Bawaslu). Gerakan ini muncul dari pemahaman bahwa pengawalan pemilu merupakan kewajiban semua pihak.

Bawaslu dan para penggiat pemilu menyadari bahwa kekuatan masyarakat yang tidak terlembagakan relatif kurang maksimal dalam melakukan langkah-langkah pengawalan pemilu. GSRPP didesain menciptakan relawan yang memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang pemilu dan pengawasan.

Penggunaan diksi sejuta relawan tidak bermakna kuantitatif tetapi sebagai pemaknaan sebuah pesan (message) yang besar kepada stake holders pemilu, peserta pemilu dan masyarakat betapa besarnya relawan yang akan memantau pelaksanaan pemilu. Gerakan terebut diharpkan akan memunculkan rasa takut (detterence effect) untuk melakukan praktek kecurangann pemilu.

Proses antar aktor jaringan dilakukan dengan membentuk struktur jaringan mulai pusat sampai kedaerah. Di Pusat dibentuk kelompok kerja nasional (Pokjanas), pokja daerah di Sulawesi Tengah dengan melibatkan Perguruan Tinggi serta Pokja Kabupaten.

2. Membuat dan mengubah pengaturan jaringan untuk koordinasi yang lebih baik

Pengawasan partisipatif dalam kerangka pengaturan jaringan pengawasan partisipatif untuk memudahkan koordinas diatur dalam rencana strategis Bawaslu tahun 2010-2014 dan peraturan Bawaslu nomor tahun 2014. Pada renstra tersebut memuat tiga point arah kebijakan yakni; pertama, memperkuat kerangka hukum

(20)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 145 pemilu, kedua, membangun kelembagaan dan fungsi pengawasan dan ketiga, memperkuat dukungan kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu. Memperkuat dukungan kelembagaan dan partisipasi masyarakat menjadi salah satu fokus Bawaslu, hal ini terjadi karena begitu pentingnya pelibatan masyarakat dalam tahapan pemilu.

Pengaturan keterlibatan dan bentuk pengawasan partisipatif tertuang dalam perbawaslu nomor 11 tahun 2014 pasal 49 ayat (1) yang menyebutkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu dapat dilakukan dengan a. pemantauan, b. penyampaian laporan awal dan/atau informasi awal temuan dugaan pelanggaran, c.

kajian, d. kampanye pengawasan dan e. bentuk-bentuk lain yang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka memudahkan pengawasan partisipatif Bawaslu melakukan Langkah dalam : mendorong secara aktif peran masyarakat untuk melakukan pengawasan Pemilu; menyediakan informasi, sarana atau fasilitas yang memadai untuk memudahkan masyarakat; mengakses informasi tentang pengawasan Pemilu; dan menyiapkan sarana atau fasilitas yang mudah bagi masyarakat untuk menyampaikan informasi, pengaduan dan/atau laporan pelanggaran Pemilu.

3. Membuat konten pengawasan partisipatif

Konten pengawasan partisipatif Gerakan sejuta relawan pengawas pemilu diimplementasikan dengan menyediakan website dan sarana informasi teknologi.

Bawaslu telah menyediakan website khusus sebagai pusat informasi bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi tentang pengawasan pemilu. Di dalam website sulteng.bawaslu.go.id dan bawaslu.go.id terdapat lampiran berbagai peraturan-peraturan Bawaslu yang dapat diunduh oleh semua orang. Kemudian, terdapat

(21)

146 |

update informasi dan berita kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilakukan oleh Bawaslu. Selain itu, website ini juga mempunyai tautan yang memfasilitasi masyarakat untuk melaporkan pelanggaran pemilu yang terjadi. Pada tautan ini masyarakat harus mengisi formulir beserta lampiran bukti-bukti pelanggaran yang terjadi.

Selain website Bawaslu.go.id ada website lainnya yang bisa dijadikan sumber informasi bagi masyarakat, yaitu awaslupadu.com. Website awaslupadu.com difokuskan sebagai pusat informasi dan komunikasi para relawan pengawas pemilu. Didalamnya terdapat lampiran buku panduan pengawasan pemilu, brosur relawan, modul pelatihan dan formulir pendaftaran sebagai relawan.

Semua dapat diunduh secara bebas oleh masyarakat.

Website awaslupadu.com ini juga memuat database relawan yang telah terdaftar dari seluruh Indonesia beserta nomor kontak yang bisa dihubungi. Tentu ini akan membantu memudahkan masyarakat yang ingin tahu lebih lanjut mengenai pengawasan pemilu serta yang ingin bergabung sebagai relawan.

Selain website, Bawaslu juga memaksimalkan sosialisasi lewat media sosial, twitter dan Facebook. Hal ini mengingat potensi besarnya jumlah masyarakat yang mempunyai akun di media-media sosial tersebut. Tercatat bahwa Indonesia merupakan pengguna terbanyak ketiga di dunia untuk twitter dan keempat dunia untuk urusan facebook dengan rata-rata penggunanya mencapai lebih kurang 70 juta orang . Sifatnya yang interaktif dan terbuka dapat membangun kedekatan dan komunikasi antara masyarakat dan Bawaslu. Peluang ini dapat memudahkan Bawaslu untuk menyebarkan tautan berita serta informasi seputar kegiatan Bawaslu.

Bawaslu juga menggunakan media konvensional seperti media peraga seperti baliho, spanduk, pamflet,

(22)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 147 leaflet, serta media elektronik seperti televisi dan radio.

Pemanfaatan radio sebagai sarana sosialisasi lebih diinisiasi oleh Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota dengan bekerjasama dengan radio-radio lokal. Kerjasama dengan radio lokal menjadi andalan strategi untuk beberapa daerah. Penyebabnya adalah keterbatasan dana dan SDM. (Lihat laporan akhir review pelaksanaan pengawasan partisipatif, direktorat politik dan komunikasi Bapanas)

Konten dan informasi yang disediakan oleh Bawaslu RI dan Bawaslu Sulawesi Tengah pada pemilihan Gubernur dan WakilGubernur Sulawesi Tengah tahun 2015 meskipun memerlukan kajian lebih jauh terkait dengan jumlah laporan yang diterima, tetapi setidaknya bahwa konten dan informasi tersebut dapat memberikan sejumlah informasi dan mekanisme masyarakat dalam memberikan laporan dugaan pelanggaran pemilu

Sumber : Laporan Pengawasan Pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah 2015

Berdasarkan tabel diatas menunjuukan bahwa penyelenggaraan pilkada tahun 2015 Bawaslu Sulawesi Tengah dan jajaran menangani 232 dugaan pelanggaran yang terdiri 132 laporan dari masyarakat dan 100 temuan.

(23)

148 |

Laporan dugaan pelanggaran dari masyarakat lebih banyak dibandingkan dengan temuan pengawas pemilu.

c. Urgensi Networks Governance dalam Pengawasan Partisipatif

Pentingnya Network governance dalam Pengawasan Partisipatif berangkat pada berbagi tinjauan pengawasan diantaranya tinjauan filosofis, operasional dan paradigma pengawasan preventif. Dari perspektif filosofis, pengawasan partisipatif menjadi bagian manifestasi kedaulatan rakyat dan penguatan partisipasi politik masyarakat. Tahapan penyelenggaraan pemilu ada ruang partisipasi politik masyarakat, keterlibatan dan kepedulian masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemilu untuk menghasilkan kepemimpinan yang memerlukan legitimasi yang kuat. Pemilu tidak sekedar rutinitas dan memenuhi aspek prosedural saja tetapi pemilu juga harus menjadi ajang Pendidikan politik bagi warga negara. Pengawasan partisipatif bisa menjadi ruang pembelajaran politik bagi masyarakat dan memastikan warga memahami hak-hak politik untuk melakukan pengawalan terhadap hak konstitusionalnya dalam memberikan suara (right to vote) agar suara pemilih tidak dimanipulasi untuk kepentingan-kepentingan kelompok pragmatis. Pengawasan partisipatif memungkinkan masyarakat mengikuti dinamika politik yang terjadi dilingkungannya dan secara tidak langsung memberikan Pendidikan politik.

Perspektif operasional, pengawasan partisipatif dapat mengatasi keterbatasan sumber daya baik jumlah pengawas yang terbatas maupun dari sumber anggaran. Luas wilayah Sulawesi Tengah yang tersebar di 13 Kabupaten/Kota dan yang mencakup 15.567 km dan lautan membuat potensi terjadi “blank spot” pengawasan, sangat memungkinkan keterbatasan pengawas untuk tidak dapat menjangkau wilayah dan obyek masalah yang memungkinkan terjadi potensi pelanggaran

(24)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 149 sehingga sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam memberikan informasi dugaan pelanggaran pemilu.

Perspektif Pengawasan Preventif, saat ini paradigma pengawasan berubah. Indicator keberhasilan pengawas tidak lagi berdasarkan pada jumlah pelanggaran pemilu yang ditemukan oleh pengawas tetapi seberapabanyak potensi pelanggaran yang dapat dicegah dengan mengedepankan upaya preventif.

Pencegahan pelanggaran berupa :

Sumber : Laporan Pengawasan Pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah 2015

Mengacu pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebaran dugaan pelanggaran yang ditangani Bawaslu cukup banyak. Data dari Bawaslu Sulawesi Tengah selama penyelenggaraan pilkada serentak pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah tahun 2015. Dari perspektif pelanggaran berlaku logika double buble. Jika buble satu mendapat tekanan maka buble lainnya akan membesar. Jika pelanggaran pemilu banyak terjadi

(25)

150 |

maka pencegahan dugaan pelanggaran belum optimal.

Meskipun logika tersebut kurang relevan dengan pelanggaran pemilu, tetapi setidaknya point dalam network governance bahwa pemilu adil dan demokrtasi jika minim pelanggaran pemilu karena adanya jaringan pengawas pemilu yang terbentuk dan bekerja dalam menegakkan integritas proses dan hasil pemilu secara demokratis adil dan bermartabat.

Kesimpulan

Network governace pengawasan partisipatif dalam pengawasan pemilu Bawaslu pada pilkada serentak pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah diimplementasikan dengan pendekatan qudru helix yang melibatkan perguruan tinggi, organisasi masyarakat, media massa dan pemerintah.

Networking Governace dalam pengawasan partisipatif diimplementasikan dalam kegiatan : pertama perluasan jaringan pengawasan pada kelompok strategis; kedua, pengembangan model pengawasan partisipatif; ketiga, pengembangan pusat data dan pembelajaran pengawasan pemilu,; keempat pelaporan pelanggaran pemilu.

Strategi networking governance dilakukan dengan Inisiasi dan memfasilitasi proses interaksi antar aktor; membuat dan mengubah pengaturan jaringan untuk koordinasi; membuat konten pengawasan partisipatif.

(26)

Evaluasi Pilkada Serentak di Indonesia

| 151 DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU DAN JURNAL

Crozier, M., E. Friedberg, (1980), Actors and systems; the politics of collective action, University of Chicago Press, Chica- go/London

Klijn, E.H. (1996), Regels en sturing in netwerken. De invloed van netwerkregels op de herstructuring van naoorlogse wijken, Delft.

Klijn, E. H., & Koppenjan, J. (2012). Governance network theory:

Past, present and future. Policy and Politics, 40(4), 587–606.

https://doi.org/10.1332/030557312X655431

Klijn, E., & Koppenjan, J. F. M. (2000). Public Management and Policy Networks : The Theoretical Foundation of the Network Approach to Governance. 2(2).

Sørensen, E., & Torfing, J. (2015). Network Governance and Post- Liberal Democracy AND. 1806(September).

https://doi.org/10.1080/10841806.2005.11029489

Rhodes, R.A.W. (1981), Control and Power in central- Local government relations, Gower, Farnborough.

Rhodes, R.A.W. (1996), The New Governance: Governing without Government, in: Political Studies Association, pp 651-667.

Suswantoro, G. 2016. Mengawal Penegak Demokrasi Di Balik Tata Kelola Bawaslu & DKPP. Jakarta: Erlangga.

B. UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang

(27)

152 |

c. SUMBER LAIN

Website Resmi Bawaslu http://jdih.Bawaslu.go.id/

Laporan Hasil Pengawasan Bawaslu Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah tahun 2015

https://sulteng.antaranews.com/berita/24114/bawaslu-sulteng- terbaik-nasional-dalam-pengawasan-pilkada, diakses tanggal 20 Desember 2020

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/bawaslu- gandeng-media-dan-ormas-awasi-pemilu/pemilu-2014-pelaku- industri-jangan-salah-pilih, diakses tanggal 20 Desember 2020

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk perlakuan terhadap kelompok eksperimen adalah siswa diberi perlakuan (diajar) dengan menggunakan metode pembelajaran Modeling The Way. Sedangkan kelompok

Ia juga menambah maklumat sejarah terutama mengenai Mat Kilau yang selama ini kebanyakan para penulis tidak menyebut peranan guru dan ayah angkatnya Haji Uthman bin

Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengangkat derajat kedudukan petani lontar tersebut adalah dengan mendirikan pabrik pengolahan gula dalam bentuk gula

Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Ayu Anggraini NIM: 12220125 jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

Perairan Pantai Sasak Pasaman Barat dapat dibedakan menjadi 6 kelompok yaitu Kelompok I yang disusun oleh 3 titik sampling (titik sampling 7,8 dan 9) secara dominan daerah

Berdasar hasil uji terhadap 125 orang, diperoleh besar intensitas suara rata- rata manusia berdasarkan peubah: jenis kelamin dan berat badan, diketahui bahwa intensitas suara

kenaikan saham – saham pertambangan dalam jangka menengah dan panjang. Sejumlah pengamat ekonomi memberikan pandangan bahwa perekonomian global akan melakukan

Tindak lanjut oleh internal auditor didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh