MENGENAL ANALISIS RUANG DENGAN QGIS
OPEN SOURCE
Amalya Widyasari Aziz
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Surabaya
15040274090
ABSTRAK
Sistem informasi yang memberikan kemudahan dalam memperkirakan fenomena-fenomena yang akan terjadi akibat fenomena di masa sekarang sangat bermanfaat bagi geograf. Karena geograf sangat memerlukan kontrol kesesuaian objek-objek di muka bumi terhadap perkiraan informasi yang akan diberikan. Geograf diharapkan mampu meningkatkan mutu analisis dalam memperkirakan fenomena-fenomena yang akan terjadi sesuai fenomena di masa sekarang sehingga dapat meningkatakan keakuratan dalam menganalisis. Keberhasilan Quantum GIS sebagai software daripada GIS mempunyai nilai tambah dalam analisis spasial dengan penjabaran deskriptif, menggunakan peta digital, dan data atribut seperti ini diharapkan dapat membantu peningkatan kualitas mutu analisis dalam penyelesaian permasalahan di berbagai bidang.
Kata kunci: Sistem Informasi, Fenomena, Quantum Gis, Analisis Spasial, Peta Digital, Data Atribut
PENDAHULUAN
Saat Anda berdiri di daerah baru untuk
menjalankan atau memenuhi mungkin suatu
tugas dan selanjutnya Anda akan
menanyakan arah tujuan yang tidak mudah
dibanding di sebuah wilayah sempit. Hal
yang akan Anda lakukan yaitu mencari
informasi mengenai daerah baru tersebut,
karena cara itu akan memudahkan Anda
sampai tempat tujuan. Si pembuat informasi
tahu akan kebutuhan Anda karena pada
dasarnya dia adalah penerima informasi
yang selanjutnya akan menganalisis secara
mental tentang dimana suatu lokasi,
seberapa jauh lokasi tersebut, dan
sebagainya. Secara sederhana Si penerima
informasi sedang melakukan analisis secara
spasial ataupun non-spasial. Unsur spasial
yaitu dimana dan seberapa jauh yang akan
mengambarkan lokasi sebuah fenomena
sedangkan unsur non-spasial yaitu
bagaimana dan siapa yang akan
menggambarkan kualitas dan kuantitas
fenomena. Dalam perkembangan modern
informasi semacam ini dikemas dalam SIG,
yaitu sebuah sistem informasi spasial.
Melalui sistem kerjanya SIG
menggabungkan analisis spasial dengan
penjabaran deskriptif, menggunakan peta
digital dan data atribut, Quantum GIS
sebagai software daripada GIS yang bersifat
SIG merupakan salah satu sistem
informasi yang banyak digunakan.
Kedudukannya dalam sistem informasi, SIG
mampu mengolah basis data non-spasial dan
menggabungkan dengan data spasial. SIG
dipilah menjadi dua kelompok yaitu
non-LIS dan non-LIS, penggunaan non-non-LIS berbasis
pada analisis yang berhubungan dengan
aktivitas sosial, transportasi, ekonomi, dan
politik seperti analisis penempatan lokasi
pemadam kebakaran, sekolah, pasar, rumah
sakit, dan lain-lain. Sedangkan LIS bebasis
pada persil dan tidak persil, LIS persil
digunakan untuk sistem informasi
pertahanan, seperti kepemilikan lahan,
sedangkan LIS tidak persil digunakan untuk
mengkaji lahan tanpa batas-batas persil
seperti analisis sumber daya lahan, aktivitas
penelitian ilmiah, banjir, perencanaan hutan,
analisis longsor, dan erosi, analisis bahaya
banjir, dan sebagainya.
Pada dasarnya defisini tentang GIS
sangat beragam, beberapa contoh definisi
SIG, Rhind (1998) meng-istilahkan sebagai
“a computer system fo collecting, checking,
integrating, and analyzing information
related to the surface of th earth.” GIS
Center Land University menyebutkan bahwa
“GIS stands for Geographical Information
Systems, which are computer-based systems
used a assemble, store, manipulate, edit,
display and analyse geographically
referenced information and associated
attributes.” Keberagaman definisi ini
menjabarkan subsistem yang pada akhirnya
menjadi sebuah hal yang membedakan SIG
dengan CAC (Computer Assisted
Cartography adalah teknik digital pemetaan
kartografi). Berikut subsistem SIG:
1. Subsistem Input Data
Sebuah pemasukan data (baik data
spasial, tabular, ataupun deskriptif),
melalui proses perekaman, pemindahan,
duplikasi, konversi, dan digitasi data.
2. Subsistem penyimpanan dan
pengolahan data
Merupakan rangkaian proses
menyimpan, menata, menyusun, dan
mengorganisasi data (baik data spasial,
tabular, ataupun deskriptif) hasil dari
proses perolehan data pada suatu tipe
data tertentu menggunakan tata aturan
tertentu.
3. Subsistem manipulasi dan analisis data
spasial
Kemampuan analisis data spasial
merupakan cirri pokok yang harus
dimiliki oleh SIG. Subsistem ini
melakukan berbagai proses
penggabungan, pemisahan,
pengubahan, estimasi, dan pemodelan
data spasial.
Merupakan laporan dalam bentuk
uraian deskriptif, tabel, grafik, dan
citra. Hasil dari subsistem ini adalah
sebuah data dasar yang dapat digunakan
dalam analisis yang lain. Subsitem ini
akan terus berputar dalam proses SIG
sebagai hal dasar yang membedakan
SIG dengan CAC.
Empat subsistem tersebut diatas
disepakati sebagai isi dari SIG,
kesimpulannya dalam sistem kerjanya SIG
melakukan perolehan, mengorganisasi,
menganalisis, dan memberikan laporan atas
data spasial.
KOMPONEN ATRIBUT DAN
PENGGAMBARAN DUNIA NYATA
ESCAP menguraikan bahwa SIG mampu
menjelaskan tentang informasi geografis,
dalam hal ini berisi empat komponen pokok
yaitu:
1. Komponen posisi geografis
Komponen ini berupa sistem
koordinat geografis yang menunjukan
lokasi fenomena, digambarkan
dengan koordinat kartesius,
easting-northing ataupun latitude-longitude.
2. Komponen spasial
Hubungan topologis anatar komponen
seperti titik dengan titik, titik dengan
garis, titik dengan area garis, garis
dengan garis, garis dengan area, area
dengn area yang lainnya. Gambaran
hal ini menjelaskan posisi relative
suatu fenomena, sebab akibat
fenomena, arah, keterkaitan, dan
lain-lain.
3. Komponen atribut
Merupakan data deskriptif dari
sebuah objek data spasial, komponen
ini berupa data tabular, daya
deskriptif, (seperti laporan, sensus),
gambar, grafik, dan kualitas-kuantitaf
fenomena.
4. Komponen waktu
Penjelasan mengenai kemungkinan
perubahan dan perkembangan
kualitas ataupun kuantitas data
spasial. Membandingkan fenomena
yang sama dari waktu ke waktu.
SIG menggunakan peta sebagai dasar
analisis spasial dengan dipadukan berbagai
data atribut. Bentuk data spasial dan atribut
ini adalah digital, yang bertujuan
memudahkan dalam proses pengolahan dan
perubahan dimasa yang akan datang.
Koordinat atau komponen 1 menjelaskan
tentang lokasi suatu fenomena, sedangkan
data atribut aau komponen 3 menjelaskan
informasi tambahan yang disimpan dan
dimanipulasikan menggunakan metode
konvesional menjadi sebuah model data,
model data dirancang untuk mencangkup
atau peristiwa; obyek yang memiliki
perubahan berkelanjutan; obyek buatan;
obyek buatan terpilih. Obyek tersebut
merupkan pembawa informasi model data
seperti manajemen basis data. Pengunaan
komponen tersebut bertujuan untuk
memvisualisasikan karakteristik suatu
lingkungan atau bentang lahan.
Secara sederhana, atribut merupakan
simbol pada peta, variasi simbol bergantung
pada variasi dan nilai atribut, lebih banyak
jenis informasi dapat dihubungkan dengan
peta seperti diagram dan grafik. Pada
modern saat ini banyak tipe data yang dapat
diakses dan diolah, data vektor dan data
raster seperti foto, citra satelit, atau bahkan
data video dapat memberikan nilai lebih
pada SIG dalam penyelesaian permasalahan
data spasial.
Dunia nyata (real world) adalah segala
sesuatu yang ada di alam baik ukuran, jenis,
waktu peristiwa, interaksi sosial, dan lain
sebagainya. Kompleksitas yang semacam ini
mampu digambarkan dalam sistem
informasi geografis. Penyerdahanaan,
klasifikasi, dan simbolisasi peristiwa
dilakukan dengan cara pendekatan secara
spasial dan non-spasial. Analisis spasial
dalam SIG menjelaskan tentang fenomena
dunia melalui model yang digunakan yaitu
the real world model. Dengan mengambil
fenomena tertentu saja atau yang sejalan
dengan tujuan, proses interpretasi semacam
ini disebut dengan pemodelan data
(Bernhardsen, 1992).
The real world model adalah entitas,
entitas terdiri dari; klarifikasi jenis (type
classification), atribut (attribute), hubungan
(relationship). Jenis entitas didasrkan pada
fenomena yang seragam dapat digolongkan
dalam klasifikasi yang sama. Misal dalam
keadaan nyata terdapat jalan di sekitar
lapangan, jalan tersebut terdiri dari jalab
negara, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan
jalan setapak maka proses identifikasi
memasukan ke dalam kelompok jalan,
contoh lain terdapat beberapa bangunan di
lapangan, maka bangunan-bangunan
tersebut termasuk dalam kelompok
bangunan. Setelah dikelompokan maka data
yang menerangkan secara spesifik seperti
nama, lebar, kelas jalan, kepadatan, dan
lain-lain di masukan atau di input, hal semacam
ini disebut atribut entitas. Pada atribut
entitas digolongkan menjadi data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif
menjelaskan entitas secara deskriptif
sedangkan data kuantitatif dikelompokan
menjadi tiga tingkat, yaitu ketepatan
(occuracy), tingkatan paling tepat disebut
proposional, interval atau penggolongan
data, dan ordinal atau tingkatan seperti
Pemodelan data (Bernhardsen, 1992)
merupakan informasi dari dunia nyata yang
disimpan dalam basis data. Model dunia
nyata terlebih dahulu diturunkan menjadi
sebuah model data, model data dirancang
mencangkup hal-hal berikut: objek fisik;
objek terklasifikasi; kejadian atau peristiwa;
objek yang memiliki perubahan
berkelanjutan; objek buatan; objek buatan
terpilih. Objek teresebut merupakan
pembawa informasi model data.
bagan: Proses pemodelan data (Eko Budianto dalam Quantum GIS, 2010)
PENGAPLIKASIAN QGIS
Untuk memudahkan kerja dalam analisis
geospasial, Quantum GIS menghasilkan
produk peta dengan format shapefile (.shp)
khususnya bagi pengguna yang terbiasa
dengan berbagai produk ESRI. Sifatnya
yang open source mampu dijangku oleh
kalangan pelajar hingga komunitas
akademisi. Salah satu contoh penerapan
QGIS (Qunatum GIS) yakni pada riset karst
yang dilakukan oleh Dr. Eko Budianto,
S.Pd., M.Si. pada desember tahun lalu.
Kegiatan lapangan yang dilakukan Dr. Eko
Budianto, S.Pd., M.Si. dengan Prof. Dr.
habil. Barbara Theilen-Willige untuk
meninjau Karst dan banjir yang terjadi
setelah siklon tropis cempaka 2017 silam.
Disertasi Dr. Eko Budianto, S.Pd., M.Si.
mengenai kajian polusi air bawah tanah di
daerah karst menggunakan pendekatan
Penginderaan jauh dengan memanfaatkan
visualisasi citra satelit (data raster). Kajian
yang dilakukan Dr. Eko Budianto, S.Pd.,
M.Si. tergolong kajian masalah krusial
khususnya di daerah karst. Hasil dari
desertasi tersebut kemudian dibandingkan
dengan fenomena yang terjadi di daerah
karst di Jerman, kesimpulanya iklim tropis
dan sub tropis memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap keadaan air tanah karst
sumber Portal Menara Ilmu Informasi Geografis
Universitas Gadjah Mada-Berita Terkini-Mahasiswa
S3 Menjalankan Riset Karst-20 Pebruari 2018
Pada pembahasan sebelumnya telah
dijelaskan bahwa pada modern saat ini
banyak tipe data yang dapat diakses dan
diolah pada sistem informasi geografis, yaitu
data vektor dan data raster seperti foto, citra
satelit, atau bahkan data video. QGIS
memiliki kelabihan diantaranya dapat
analisis, pengelolahan data raster dapat
dilakukan secara langsung melalui menu
yang telah tersedia, dalam buku Sistem
Informasi Geografis dengan Quantum GIS
penulis Eko Budianto, S.Pd., M.Si.
menjelaskan proses pengelolahan data raster
seeperti citra satelit optikdan citra radar
elektromagnetik. Selain menjelaskan proses
penngolahan data baik vektor maupun raster,
buku Sistem Informasi Geografis dengan
Quantum GIS penulis Eko Budianto, S.Pd.,
M.Si. menjelaskan bagaimana cara pembuat
produk dalam hal ini peta, dengan
menggunakan data atribut peta dan proses
editing nantinya diharapkan mampu
memberikan informasi berbasis spasial dan
non-spasial dan dapat memenuhi kebutuhan
bagi pengguna informasi.
KESIMPULAN
SIG merupakan salah satu sistem
informasi yang banyak digunakan.
Kedudukannya dalam sistem informasi, SIG
mampu mengolah basis data non-spasial dan
menggabungkan dengan data spasial.
Melalui sistem kerjanya SIG
menggabungkan analisis spasial dengan
penjabaran deskriptif, menggunakan peta
digital dan data atribut, Quantum GIS
sebagai software daripada GIS yang bersifat
open source. Pemodelan data dalam
(Bernhardsen, 1992) merupakan informasi
dari dunia nyata yang disimpan dalam basis
data. Model dunia nyata terlebih dahulu
diturunkan menjadi sebuah model data,
model data dirancang mencangkup hal-hal
berikut: objek fisik; objek terklasifikasi;
kejadian atau peristiwa; objek yang
memiliki perubahan berkelanjutan; objek
buatan; objek buatan terpilih. Objek
teresebut merupakan pembawa informasi
model data. Hasil pengaplikasian QGIS
adalah sebuah produk yang dapat membantu
pengguna informasi dalam menentukan arah
untuk sampai ke tempat tujuan.
DAFTRA PUSTAKA
Budiyanto, E., 2010. Sistem
Informasi Geografis dengan Quantum GIS.
Andi Offset: Yogyakarta
Mahasiswa S3 Menjalankan Riset
Karst. Menara Ilmu Informasi Geografis
Universitas Gadjah Mada. 14 Desember
2017. Web. 20 Pebruari 2018.
<https://geo-pj.participatorymapping.geo.ugm.ac.id/2017